ABSTRACT
One of the factors that can influence stress on workers is the condition of employment. This
article is part of a study aimed to analyze the factors of working conditions that affect work stress
of civil servants in the National Institute of Health Research and Development (NIHRD). The
design study is cross-sectional. Samples were taken from one unit at NIHRD, with 70 people
consisting of two groups, namely researchers and administrative. Data collection method used is
sequential explanatory, that is the collection of quantitative data through questionnaires followed
by in-depth interviews. The dependent variable is stress caused by work and the independent
variables are the working conditions. Data analysis was performed for bivariate with Chi Square
test using SPSS software. The results showed that there are differences and similarities factors
affecting work stress. Administrative group have a tendency to experience work stress 3.7 times
more than the researcher group.
ABSTRAK
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya stress pada pekerja adalah kondisi
pekerjaan. Artikel ini adalah bagian dari penelitian yang bertujuan untuk menganalisis faktor
kondisi pekerjaan yang mempengaruhi stress kerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan
Badan Litbang Kesehatan. Disain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Sampel
penelitian adalah pegawai fungsional umum dan fungsional peneliti di salah satu unit kerja Badan
Litbang Kesehatan berjumlah 70 orang yang terdiri dari 2 kelompok, yaitu fungsional peneliti dan
fungsional umum. Metode pengumpulan data adalah sequential explanatory, yaitu pengumpulan
data kuantitatif melalui pengisian kuesioner dan dilanjutkan dengan wawancara mendalam.
Variabel dependen penelitian ini adalah stress akibat kerja dan variabel independen adalah
kondisi lingkungan kerja. Analisis data dilakukan secara bivariat dengan uji Chi Square
menggunakan perangkat lunak SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
dan persamaan faktor yang mempengaruhi stress pegawai salah satu unit kerja Badan Litbang
Kesehatan. Pegawai fungsional umum memiliki kecenderungan mengalami stress kerja sebesar
3,7 kali dibandingkan kelompok fungsional peneliti.
127
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 15 No 2, September 2016 : 127 - 139
128
Faktor Kondisi Pekerjaan Yang ...(Eva Laelasari,L. Meily K.)
129
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 15 No 2, September 2016 : 127 - 139
130
Faktor Kondisi Pekerjaan Yang ...(Eva Laelasari,L. Meily K.)
131
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 15 No 2, September 2016 : 127 - 139
Tabel 2. Hubungan antara faktor kondisi pekerjaan dengan stress kerja pegawai
fungsional umum
Tidak Stress Stress Total
Variabel P value OR Referens
N % N % N
Beban kerja
Sesuai 7 70 3 30 10 0,015 9,3 1,76-49,6
Tidak sesuai 5 31,3 20 68,8 25
Jam kerja
Sesuai 10 58,8 7 41,2 17 0,009 11,4 1,97-66,4
Tidak sesuai 2 11,1 16 88,9 18
Rutinitas
Tidak membosankan 5 41,7 7 58,3 12 0,709 - -
Membosankan 7 30,4 16 69,6 23
Pengawasan atasan
Baik 6 30 14 70 20 0,79
Kurang baik 6 40 9 60 15
Gaya manajemen
Baik 10 55,6 8 44,4 18 0,018 9,4 1,64-53,6
Kurang baik 2 11,8 15 88,2 17
Hubungan interpersonal
Baik 10 55,6 8 44,4 18 0,018 9,4 1,64-53,6
Kurang baik 2 11,8 15 88,2 17
Aturan kerja
Mendukung 5 35,7 9 64,3 14 1
Tidak mendukung 7 33,3 14 66,7 21
Kesempatan karir
Baik 6 33,3 12 66,7 18 0,90
Kurang baik 6 35,3 11 64,7 17
Ergonomi
Baik 9 52,9 8 47,1 17 0,057
Kurang baik 3 16,7 15 83,3 18
Lingkungan fisik cahaya
Baik 7 37,5 10 62,5 17 0,99
Kurang baik 6 31,6 13 68,4 18
132
Faktor Kondisi Pekerjaan Yang ...(Eva Laelasari,L. Meily K.)
Tabel 3. Hubungan antara faktor kondisi pekerjaan dengan stress kerja pegawai
fungsional peneliti
Tidak Stress Stress Total P
Variabel OR Referens
N % N % N value
Beban kerja
Sesuai 21 77,8 6 22,2 27 0,011 10,5 1,67-66,1
Tidak sesuai 2 25 6 75 8
Jam kerja
Sesuai 13 76,5 4 23,5 17 0,193 - -
Tidak sesuai 10 55,6 8 44,4 18
Rutinitas
Tidak membosankan 19 76,0 6 24 25 0,059 - -
Membosankan 4 40,0 6 60 10
Pengawasan atasan
Baik 14 66,7 7 33,3 21 1 - -
Kurang baik 9 64,3 5 35,7 14
Gaya manajemen
Baik 17 81 4 19 21 0,031 5,7 1,24-25,9
133
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 15 No 2, September 2016 : 127 - 139
134
Faktor Kondisi Pekerjaan Yang ...(Eva Laelasari,L. Meily K.)
kerja pegawai administrasi dan dosen kesehatan fisik dan mental seseorang
universitas di Australia. Hasil penelitian (Hu et al., 2014).
tersebut mennjukkan bahwa beban kerja
Latar belakang pendidikan yang
pegawai administrasi di universitas
tidak sesuai juga dapat menimbulkan
meningkat salah satunya disebabkan
sress kerja. Dalam Peraturan Menteri
karena bertambahnya jumlah
Kesehatan RI No.73 tahun 2013 tentang
mahasiswa. Beban kerja pada dosen di
Jabatan Umum di Lingkungan
universitas meningkat dengan
Kementerian Kesehatan, disebutkan
bertambahnya tanggung jawab, dimana
bahwa pengangkatan pegawai ke dalam
selain sebagai pengajar mereka juga
jabatan fungsional umum seharusnya
dibebani pekerjaan untuk melakukan
dengan mempertimbangkan kualifikasi
penelitian dan tanggung jawab lain yang
pendidikan. Pada kenyataannya
kaitannya dengan penelitian dan
pengangkatan dan penempatan pegawai
administrasi (Walsh et al., 2001). Beban
belum sepenuhnya mempertimbangkan
kerja di universitas dapat dianalogikan
kualifikasi pendidikan, tetapi lebih
dengan beban kerja pegawai di Badan
mempertimbangkan kebutuhan unit
Litbangkes beban kerja pegawai
kerja. Hal ini terjadi terutama pada
fungsional umum maupun peneliti akan
kelompok pegawai fungsional umum,
bertambah pada saat pelaksanaan riset
karena pada kelompok fungsional
nasional. Hal ini didukung oleh hasil
peneliti sangat terkait dengan kepakaran
wawancara mendalam, informan
(yang sesuai dengan kependidikan).
menyatakan bahwa beban kerja yang
Berdasarkan informasi dari Kemenpan
berlebihan terjadi pada saat banyaknya
tahun 2013, banyak jabatan struktural
penugasan di rentang waktu tertentu,
yang tidak diimbangi dengan jabatan
pekerjaan rangkap di luar tupoksi
fungsional tertentu, bahkan jabatan
utama, dan pada saat pelaksanaan riset
fungsional diisi dengan jabatan
nasional.
fungsional umum, pegawai bekerja di
Hasil analisis Badan Litbang bidang apa saja tanpa memperhatikan
kesehatan di Unit ‘X’ pada tahun 2014 pendidikan dan keahlian (Kemenpan,
menunjukkan bahwa jumlah pegawai 2013). Semua ini merupakan penyebab
baik untuk jabatan fungsional umum terjadinya stress kerja pada pegawai.
maupun peneliti yang ada masih Untuk mengatasi stress kerja akibat
terbilang kurang (Badan Penelitian dan kesalahan pengangkatan dan
Pengembangan Kesehatan RI, 2014). penempatan pegawai yang tidak
Menurut data dari Kementerian mempertimbangkan kualifikasi
Pendayagunaan Aparatur Negara dan pendidikan, Menteri Pendayagunaan
Reformasi Birokrasi, rasio PNS di Aparatur Negara dan Reformasi
Indonesia masih di bawah rata-rata rasio Birokrasi, telah mengeluarkan kebijakan
PNS negara-negara di Asia yaitu hanya bahwa instansi memberikan kesempatan
sebanyak 4,5 juta dan harus melayani bagi pegawai untuk mengikuti program
244,8 juta jiwa penduduk (Kemenpan, pendidikan dan pelatihan yang dapat
2013). Ketidaksesuaian antara jumlah menunjang tupoksi. Namun seringkali
kebutuhan pegawai dengan jumlah keterbatasan dana yang dianggarkan
pekerjaan akan menambah beban kerja menjadi salah satu kendalanya.
pegawai, karena pegawai terpaksa
Faktor lain yang berpengaruh
melakukan pekerjaan rangkap sehingga
terhadap stress pada responden adalah
berpotensi menimbulkan stress. Hal ini
gaya manajemen dalam penempatan
didukung oleh temuan dari penelitian
personel. Berdasarkan hasil wawancara
Hu tahun 2014, yang menyatakan
dengan informan, penempatan personel
bahwa beban kerja merupakan prediktor
di instansi kadangkala tidak didahului
yang signifikan terhadap penurunan
dengan diskusi antara pimpinan dengan
135
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 15 No 2, September 2016 : 127 - 139
kepala subbagian terkait atau setidaknya fungsional umum maupun peneliti. Hal
meminta pertimbangan dari kepala ini sangat mungkin terjadi terutama
subbagian yang bertanggung jawab pada saat beban kerja meningkat,
terhadap personel-personel yang berada dimanan biasanya kurang
di bagian atau bidangnya. Padahal memperhatikan posisi kerja, sarana di
menurut Robbins tahun 2012, proses tempat kerja yang kurang
pengambilan keputusan, penempatan memperhatikan faktor ergonomi, dan
personel dalam bagian ataupun bidang, jam kerja yang cukup panjang.
dan komunikasi yang efektif untuk
World Health Organization
mencapai tujuan organisasi
(WHO) menyebutkan bahwa jam kerja
mencerminkan gaya manajemen yang
yang panjang dan tidak dapat diprediksi
dianut oleh suatu organisasi (Robbins,
merupakan faktor risiko penyebab stress
Judge, 2012). Gaya kepemimpinan lain
kerja. Bagi pegawai fungsional umum,
adalah terjadinya pendelegasian tugas
jam kerja menjadi salah satu faktor yang
dari pimpinan yang langsung ke peneliti
mempengaruhi stress kerja. Jam kerja
tanpa melalui kepala bidang atau sub
yang dirasa kurang di kantor, namun
bidang yang berakibat timbulnya
pekerjaan harus diselesaikan tepat
persepsi tidak baik terhadap pegawai
waktu akhirnya menuntut pegawai
yang ditugaskan (karena tidak sesuai
untuk menyelesaikan pekerjaan pada
dengan latar belakang pendidikannya)
jam lain di luar jam kerja. Berdasarkan
maupun pada pegawai yang menduduki
hasil wawancara diperoleh informasi
jabatan kepala bidang/sub bidang (tidak
bahwa lembur kerja di akhir pekan juga
mempunyai otoritas dalam mengatasi
menjadi pilihan untuk menyelesaikan
stress pada pegawai yang ditugaskan).
pekerjaan pada saat-saat tertentu,
Hasil ini sejalan dengan penelitian Tsai
umumnya terjadi pada saat pelaksanaan
tahun 2012 yang menyimpulkan
riset-riset nasional. Pekerjaan yang
kurangnya otoritas pengambilan
harus diselesaikan melebihi jam kerja
keputusan berhubungan dengan gejala-
normal berpotensi menyebabkan stress.
gejala yang berkaitan dengan stress
Hasil penelitian ini sejalan dengan
pada pekerja (Tsai, Liu, 2012).
penelitian yang dilakukan oleh Joen
Faktor ergonomi yang tidak tahun yang menyimpulkan bahwa
mendukung dapat menyebabkan pekerja di Korea yang melakukan
gangguan trauma kumulatif pada tulang pekerjaan lebih dari 40 jam dalam
dan otot rangka (cumulative trauma waktu 1 minggu berisiko menyebabkan
disorders/CTDs). Penggunaan komputer presenteeism dan presenteeism
dengan posisi statis merupakan salah berhubungan signifikan dengan masalah
satu kegiatan kantor yang dapat stress kerja (Jeon et al., 2014).
menyebabkan ketidaknyamanan
Aturan kerja yang kurang
(Kurniawidjaja, 2012). Agar tercapai
mendukung menjadi salah satu potensi
kesehatan dan keselamatan serta
penyebab stress kerja pada peneliti.
kenyamanan dalam bekerja, maka setiap
Badan kesehatan dunia (WHO) telah
pengguna komputer harus lebih
menetapkan bahwa ketidakjelasan
memperhatikan dan mempedulikan
aturan kerja merupakan faktor risiko
faktor ergonomisnya. Selain itu
terjadinya stress kerja, Salah satu
perancangan dan pengembangan produk
tupoksi peneliti adalah melakukan riset
komputer harus lebih menekankan
yang pada pelaksanaannya seringkali
faktor sosial dan ergonomis yang dapat
terkendala dengan teknis pengajuan
memberikan keamanan dan keselamatan
dana disebabkan aturan yang berkaitan
bagi penggunanya (Pujadi, 2008). Hasil
dengan hal tersebut yang cukup ketat
penelitian ini menunjukkan bahwa
dan tidak tersosialisasikan dengan baik.
ergonomi yang berpengaruh terhadap
Hal ini merupakan salah satu pemicu
stress kerja kelompok pegawai
136
Faktor Kondisi Pekerjaan Yang ...(Eva Laelasari,L. Meily K.)
137
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 15 No 2, September 2016 : 127 - 139
138
Faktor Kondisi Pekerjaan Yang ...(Eva Laelasari,L. Meily K.)
Kementerian Kesehatan R.I. (2014) Laporan Setiawan, D.A., Sofiana, L. (2013) Faktor-faktor
Tahunan Badan Penelitian dan Yang Berhubungan Dengan Stress
Pengembangan Kesehatan Tahun 2013. Kerja di PT. Chanindo Pratama
Jakarta. Piyungan Yogyakarta. J. Kesehat. 6,
Kurniawidjaja, L.M. (2012) Teori dan Aplikasi 134–144.
Kesehatan Kerja. UI Press, Jakarta. Stojanovic, Z., M. Milenovic, Z.M. (2012)
Lee, R.T., Botheridge, C.M. (2010) Sex and Occupational Stress and Assertiveness
Position Status Difference in in Administrative and Production
Workplace Aggression. J. Manag. Workers. Ser. Philos. Sociol. Psychol.
Psychol. 26, 403–418. Hist. 11, 67–76.
NIOSH (1999) Stress At Work [WWW Triana, K., Rahmi, T., Putra, Y.Y. (2015)
Document]. URL Kontribusi Persepsi Pada Beban Kerja
http://www.cdc.gov/niosh/docs/99- Dan Kecerdasan Emosi Terhadap
101/default.html (accessed 1.12.15). Stress Kerja Guru SMP Yang
Parslow, R.A., A.F. Jorm, H. Christensen, D.H. Tersertifikasi. J. Ilm. Psikol. Terap. 03,
Broom, L. Strazdins, R.M.D.S. (2004) 1–18.
The Impact of Employee Level And Tsai, Y.C. dan, Liu, C.H. (2012) Factors And
Work Stress On Mental Health And Symptoms Associated With Work
GP Service Use: An Analysis of A Stress And Health Promoting
Sample of Australian Government Lifestyles Among Hospital Staff: A
Employees. BMC Public Health 4. Pilot Study In Taiwan. BMC Health
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.73 (2013) Serv. Res. 12, 1–8.
Jabatan Fungsional Umum Di WHO, n.d. Stress At The Workplace [WWW
Lingkungan Kementerian Kesehatan. Document]. URL
Indonesia. http://www.who.int/occupational_healt
Pujadi, T. (2008) Penggunaan Komputer Untuk h/topics/stressatwp/en/ (accessed
Meningkatkan Kesehatan Dan 10.1.14).
Keselamatan Kerja (K3). CommIT 2, Widiantini, W., Zarfiel, T. (2014) Aktifitas Fisik,
102–105. Stress, Dan Obesitas Pada Pegawai
Robbins, S.P., Judge, T.A. (2012) Organizational Negeri Sipil. J. Kesehat. Masy. Nas. 8,
Behavior, 15th ed. Pearson Education, 329–336.
Inc, New Jersey.
139