Anda di halaman 1dari 12

REVIEW JURNAL

Disusun oleh :
Riries Putri Hardani
11521235
3PA07

UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS PSIKOLOGI
JURUSAN PSIKOLOGI
2024
Judul : Understanding Stress, Job Satisfaction And Physical Well Being
of Managers

Penulis : Shiet-Ching Wong, Arifin Zainal, Fatimah Omar, & Malissa-Maria


Mahmud

Tahun terbit : 2010

Volume : Volume 37

Halaman : 129 - 139

Jenis jurnal : Jurnal Psikologi

A. Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi model untuk
sumber stress, kepuasan, dan kesejahteraan fisik serta hubungan dari ketiganya.
Sebanyak 338 manajer sektor swasta di Klang Valley diberikan sebuah laporan
survei diri. Dari hasil yang didapat menunjukkan pemodelan persamaan
struktural tidak mengubah indeks fit, sumber fit yang meliputi beban kerja,
penerimaan, serta keseimbangan antara hubungan dengan pekerjaan rumah.
Selain itu, sumber stress yang berhubungan negatif dengan kepuasan dan
kesejahteraan fisik. Stress mempengaruhi kesejahteraan fisik manajer melalui
kepuasan.

B. Latar Belakang
Setiap orang dewasa yang bekerja mengalami stress kerja. Stress
kerja selalu menjadi perhatian di negara berkembang. Penyakit yang
mengancam jiwa di Malaysia sejak tahun 2000 hingga sekarang adalh
penyakit jantung koroner, stoke dan hipertensi (Departemen Kesehatan,
2008). Menurut Kivimaki (2003), individu yang mengalami stres kerja tinggi
mempunyai kemungkinan 2,2 kali lebih besar untuk meninggal karena
serangan jantung. Selain serangan jantung, stres kerja selalu dikaitkan dengan
kelelahan (Lim & Pinto, 2009; Wu, Zhu, Li, Wang & Wang, 2008), niat
untuk berhenti kerja (Arasli & Tumer, 2008; Lou, Yu, Hsu & Dai, 2007),
kepuasan kerja dan kesehatan mental dan fisik (Spector, Cooper dan Aguilar-
Vafaie, 2002). Hal ini membuat pemerintah Malaysia khawatir, sehingga
Kementrian Kesehatan mengadakan kampanye “Gaya Hidup Sehat” dari
tahun 2005 hingga 2007 untuk mengatasi stres kerja. Lokakarya, seminar dan
poster bertajuk “mengatasi stres secara efektif”, “diet sehat”, dan “aktivitas
fisik aktif” diberikan ke seluruh tempat kerja.

Malaysia merupakan salah satu negara yang sedang mengalami


transformasi teknologi dari pertanian ke manufaktur, dari alat sederhana
menjadi permesinan, komputer dan internet. Oleh karena itu permintaan dari
organisasi semakin meningkat pada karyawannya seperti karyawan dapat
dihubungi kapan saja dan dimana saja. Selain perubahan teknologi, krisi
ekonomi juga membawa merger dan akuisisi atau retrenchment di dalam
negeri, khususnya posisi manajer. Kinerja merupakan tolak ukur dalam suatu
organisasi, oleh karena itu, para manajer bisa saja bekerja dalam kondisi stres
yang besar di organisasinya.

C. Tinjauan Pustaka
Sumber stres menurut peneliti berbeda-beda. Menurut Quick and
Quick (1984), sumber stres dalam suatu organisasi mencakup tuntutan tugas,
tuntutan peran, tuntutan fisik, dan tuntutan antarpribadi. Namun menurut
Kahn dan Byosiere (1992), stres organisasi mencakup stresor dalam
kehidupan organisasi, fisik dan psikososial. Cooper, Sloan dan Williams
(seperti dikutip dalam Siu, Cooper & Donald, 1997), mencantumkan rincian
lebih lanjut tentang sumber stres; faktor intrinsik pekerjaan, peran manajerial,
hubungan dengan orang-orang, karier dan prestasi, struktur dan iklim
organisasi, dan keseimbangan rumah-pekerjaan. Williams dan Cooper
(1998), menyempurnakan versi sebelumnya dan mengembangkan edisi baru.
Sumber stres edisi baru terdiri dari beban kerja, hubungan, pengakuan, iklim
organisasi, tanggung jawab pribadi, peran manajerial, keseimbangan rumah-
pekerjaan, dan kerumitan sehari-hari.

Sumber stres dalam penelitian ini dikonsepkan sebagai delapan


dimensi yang dikemukakan oleh Williams dan Cooper (1998). Kepuasan
dalam lingkungan kerja mengacu pada perasaan positif, perasaan dan sikap
negatif terhadap pekerjaan (Schultz & Schultz, 2006). Menurut Locked
(1976), kepuasan kerja memungkinkan terpenuhinya nilai-nilai pekerjaan
yang penting, selain itu nilai-nilai pekerjaan tersebut kongruen dengan
kebutuhannya. Peneliti lain menyebut kepuasan kerja sebagai imbalan dari
pekerjaan (Lawler & Worley, 2006). Dengan demikian, kepuasan dalam
penelitian ini mengacu pada seberapa puas perasaan individu terhadap
pekerjaan dan lingkungan kerjanya.

Gejala Somatik, penyakit kardiovaskular dan hipertensi selalu


dikaitkan dengan stres (Aanes, Mittelmark & Hetland, 2010; Brunner et al.,
2004; Sawai, Ohshige, Kura & Tochikubo, 2008). Menurut Quick and Quick
(1984), individu yang tidak mampu mengatasi stres akan mengalami
gangguan kesehatan. Hal ini sama dengan keadaan kelelahan pada Sindrom
Adaptasi Umum (Selye, 1978). Individu mungkin mengalami reaksi
fisiologis seperti sakit kepala, sakit punggung, jantung berdebar-debar, atau
alergi (Stranks, 2005). Oleh karena itu, kesejahteraan fisik dalam penelitian
ini mengacu pada sensasi fisik yang tidak nyaman dan tingkat energi
seseorang. Stres kerja berhubungan dengan kepuasan kerja (Griva & Koekes,
2003; Harris & Daniels, 2007; Siu, 2002), sedangkan kepuasan kerja
merupakan respon emosional terhadap pekerjaan atau pengalaman kerja.
(Locke, 1983).

Menurut Nelis dkk. (2011) dalam eksperimen mereka, emosi


dikaitkan dengan kesejahteraan psikologis dan fisik, hubungan sosial, dan
kemampuan kerja. Oleh karena itu, kepuasan dapat dikaitkan dengan
kesejahteraan fisik. Banyak penelitian yang fokus pada hubungan stres kerja
dengan kepuasan kerja dan kesejahteraan fisik. Namun demikian, penelitian
yang terbatas mengenai kepuasan yang memediasi stres kerja dan hubungan
kesejahteraan fisik.

Sebagian besar penelitian menunjukkan kepuasan faksi


berhubungan positif dengan kesejahteraan fisik. Dalam studi Spector dan
teman-temannya dari dua puluh empat negara menunjukkan kepuasan
berkorelasi positif dengan kesejahteraan fisik kecuali di Belgia dan Rumania
yang tidak memiliki hubungan signifikan antara kedua variabel ini,
sedangkan Cina dan Inggris memiliki hubungan negatif antara kepuasan dan
fisik. kesejahteraan (Spector dkk, 2002). Manajer di Hong Kong dan Taiwan
mengindikasikan kepuasan berhubungan positif dengan kesejahteraan fisik.
Namun, manajer di Cina tidak menunjukkan hubungan apapun antara
kepuasan dan kesejahteraan fisik (Siu, Spector & Cooper, Lu & Yu, 2002).

Dari pembahasan di atas, terdapat hasil yang beragam antara stres


kerja, kepuasan dan hubungan kesejahteraan fisik pada penelitian
sebelumnya. Selain itu, efek mediasi kepuasan terhadap stres dan hubungan
kesejahteraan fisik masih belum jelas. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengidentifikasi sumber stres yang dialami oleh para
manajer di seluruh organisasi. Selain itu, penelitian ini juga bermaksud untuk
menyelidiki hubungan sumber stres dan kepuasan dan kesejahteraan fisik di
antara para manajer, dan efek mediasi kepuasan terhadap stres kerja dan juga
hubungan fisik. Dengan mengidentifikasi sumber stres dan efek mediasi
terhadap stres kerja dan kesejahteraan fisik dapat mengurangi biaya
pengeluaran kesehatan bagi organisasi.

D. Tujuan Penelitian

Mengidentifikasi sumber stres yang dialami oleh para manajer di seluruh


organisasi dan menyelidiki hubungan antara sumber stress, kepuasan, dan
kesejahteraan fisik di antara para manajer.
E. Metode Penelitian
1. Pendekatan penelitian
Penelitian ini menggunakan teknik non-probability dengan jenis
purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik pengambilan
sample penelitian menggunakan pertimbangan, ukuran dan kriteria tertentu
yang telah ditetapkan oleh peneliti sebelum dilaksanakannya proses
penelitian. Surat dikirimkan ke seluruh perusahaan dalam daftar untuk
meminta izin melakukan penelitian, dan ditindaklanjuti dengan panggilan
telepon ke perusahaan tersebut. Kuesioner dikirimkan ke departemen
sumber daya manusia di masing-masing perusahaan yang setuju untuk
berpartisipasi dalam penelitian.

2. Subjek
Penelitian ini dilakukan terhadap manajer dari komponen utama
perekonomian Malaysia yaitu; Lembaga Pendidikan, Manufaktur dan
Asuransi dari Klang Valley. Lembaga Pendidikan dipilih dari daftar
Perguruan Tinggi yang terdaftar di Kementrian Pendidikan Tinggi
Malaysia, Lembaga manufaktur dipilih dari daftar Federasi Produsen
Malaysia, sedangkan Lembaga Asuransi dipilih dari Perusahaan asuransi
yang terdaftar di Bank Negara.

3. Alat bantu penelitian


Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti, yaitu
kuisioner atau angket. Angket merupakan cara pengmpulan data dengan
menyediakan daftar pertanyaan atau pernyataan dalam bentuk kuisioner
untuk diisi oleh responden sesuai dengan kebutuhan masing-masing
variabel penelitian.

F. Hasil Penelitian
Penelitian ini menghasilkan manajer yang mengalami stress tinggi
dikaitkan dengan beban kerja yang tinggi, tidak adanya keseimbangan antara
pekerjaan di perusahaan dan di rumah, kurangnya pengakuan dari organisasi,
dan kurangnya hubungan baik di tempat kerja. Beban pekerjaan merupakan
salah satu faktor pemicu stress tertinggi, hal ini disebabkan oleh tuntutan
pekerjaan yang tinggi mempengaruhi kehidupan sosial para manajer.
Hubungan menjadi faktor lain pemicu stress. Hubungan dalam hal ini
mengacu pada kurangnya dukungan dari lingkungan pekerjaan, diskriminasi,
dan favoritisme menjadi alasan munculnya stress. Faktor terakhir pemicu
stress adalah pengakuan. Organisasi tidak memiliki pedoman promosi jabatan
yang jelas. Hal ini membuat para manajer mengalami frustasi dan
kekecewaan yang pada akhirnya menyebabkan stress.

Kepuasaan manajer dipengaruhi oleh jenis pekerjaan yang


dijalaninya, keterampilan yang dimilikinya, apakah sesuai dengan pekerjaan
yang diembannya, apakah keterampilannya digunakan dalam pekerjaan, dan
iklim organisasi. Jika suatu pekerjaan tidak sesuai dengan keterampilan
manajer dan pekerjaan tersebut tidak memungkinkan manajer untuk
mengeluarkan keterampilannya, ketidakpuasan akan terjadi di kalangan
manajer. Pada aspek kesejahteraan fisik, tidak mau bangun pagi, rasa lelah,
kurang tenaga dan sulit tidur, akan mempengaruhi kesejahteraan fisik
pengelola. Temuan pada penelitian ini menunjukkan stres berhubungan
negatif dengan kepuasan dan kesejahteraan fisik. Stres mempengaruhi
kepuasan kerja dan organisasi, sedangkan kepuasan sepenuhnya memediasi
stres dan kesejahteraan fisik. Manajer yang mengalami stres tinggi akan
mempunyai kepuasan kerja yang rendah sehingga akan mempengaruhi
kesejahteraan fisik manajer. Dengan kata lain, stres kerja mempengaruhi
kesejahteraan fisik para manajer melalui kepuasan.

G. Keterbatasan Penelitian dan Saran


Ada beberapa batasan dalam penelitian ini. Penelitian ini mengkaji
hubungan sebab akibat dari sumber stres, kepuasan dan kesejahteraan fisik,
dan memberikan pandangan yang komprehensif pada hubungan tiga variabel,
Namun, ada variabel lain yang mungkin mempengaruhi model seperti
kepribadian, lingkungan dan demografi yang mendukung. Oleh karena itu,
penelitian di masa depan harus meningkatkan model stres.

Hasil penelitian ini menyarankan agar bagian sumber daya manusia


atau human capital suatu organisasi harus melihat sumber stres yang dialami
para manajer seperti tuntutan pekerjaan yang mengganggu kehidupan sosial
dan keluarga, favoritisme, isolasi, kurangnya dorongan. dari atasan, prospek
promosi yang tidak jelas dalam organisasi dan tidak adanya kemajuan karir.
Kepuasan adalah mediator sumber stres dan kesejahteraan fisik. Oleh karena
itu, departemen sumber daya manusia atau sumber daya manusia suatu
organisasi harus mempertimbangkan untuk mencocokkan keterampilan para
manajer dengan posisinya, yang mampu memperluas keterampilan mereka
dalam organisasi, mereka dapat hidup sehat, dan mungkin meningkatkan
kinerja mereka. dalam suatu organisasi, mengurangi perputaran dan biaya
pengeluaran kesehatan oleh organisasi.
DAFTAR PUSTAKA

Wong, C, S., Zainal, A., Omar, F., Mahmud, M,M. (2010). Understanding
Stress, Job Satisfaction and Physical Well Being of Managers. Jurnal
Psikologi.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai