Anda di halaman 1dari 10

UJIAN AKHIR SEMESTER

PERILAKU ORGANISASI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI
KERJA PETUGAS KESEHATAN SELAMA PANDEMI COVID-
19 DI INDONESIA

DOSEN PENGAMPU:………

Nama Anda….

NIM:

KELAS

PRODI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MAHASARASWATI
DENPASAR

1
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Profesionalisme tenaga kesehatan seringkali ditantang, tak terkecuali
dalam konteks epidemi, misalnya Ebola, SARS, dan tidak berbeda selama
pandemi COVID-19. Untuk memastikan bahwa rumah sakit dapat terus
berfungsi bahkan dalam keadaan sulit seperti itu, sangat penting untuk
menentukan faktor-faktor mana yang menginformasikan sikap profesional
petugas kesehatan dalam peristiwa tersebut. Secara khusus, keadaan darurat
publik yang disebabkan oleh epidemi SARS menyoroti pentingnya penyelidikan
semacam itu, yang mengarah ke beberapa penelitian yang mempertanyakan
petugas kesehatan tentang respons potensial mereka terhadap pandemi hipotetis.
Di rumah sakit Jerman, 28% petugas kesehatan melaporkan keragu-raguan untuk
bekerja dalam pandemi yang berasal dari kekhawatiran mereka terhadap diri
mereka sendiri dan keluarga mereka. Di antara petugas kesehatan masyarakat
AS disajikan dengan pandemi influenza hipotetis, 46,2% menyatakan mereka
tidak mau bekerja, sementara 21,7% mengatakan hal yang sama tentang
pandemi SARS. Sementara itu, 27,7% dokter layanan primer di Singapura yang
ditanya tentang sikap mereka terhadap pandemi flu burung menyatakan bahwa
mereka tidak akan merawat individu yang terinfeksi. Penelitian-penelitian
tersebut telah menunjukkan bahwa, secara umum dan terlepas dari kebangsaan,
hingga sepertiga petugas kesehatan cenderung menunjukkan keraguan ketika
diminta untuk bekerja selama pandemi.
Petugas kesehatan biasanya diharapkan untuk melakukan tugas mereka
dalam merawat orang sakit, meskipun hal ini menempatkan mereka pada risiko
pribadi yang besar – tugas yang menjadi dasar kode etik petugas kesehatan
profesional (Damery et al. 2010). Namun, tugas ini bukan tanpa syarat karena
petugas kesehatan cenderung memiliki banyak tugas lain, misalnya, untuk
kesehatan mereka atau keluarga mereka (Selgelid, 2009). Tugas petugas
kesehatan ini merupakan titik fokus yang muncul sehubungan dengan pandemi

2
COVID-19 – krisis internasional yang memiliki dampak merusak dan bertahan
lama, termasuk di Indonesia, di mana layanan kesehatan menjadi semakin
terbebani. Situasinya tidak mungkin membaik selama beberapa bulan.
Penelitian di rumah sakit telah menunjukkan bahwa persepsi pekerja
tentang peningkatan kinerja mereka dan ancaman terhadap diri mereka sendiri
secara substansial membentuk kesediaan mereka untuk bekerja dalam krisis.
Sementara itu, ada insentif dan disinsentif yang menginformasikan perilaku
profesional tenaga kesehatan. Berdasarkan hal di atas, konflik antara insentif
(misalnya motivasi) dan disinsentif (misalnya keragu-raguan) kemungkinan
akan mempengaruhi kesediaan tenaga kesehatan untuk bekerja. Oleh karena itu,
memperoleh wawasan tentang apa yang mempengaruhi motivasi dan keraguan
pada petugas kesehatan sangat penting untuk mempertahankan serta
meningkatkan kesediaan mereka dan dengan demikian memastikan bahwa
rumah sakit dapat berfungsi dengan lancar selama keadaan darurat.

B. Tujuan
Tujuan utama dari penulisan makalah ini yakni mengkaji faktor-faktor
yang mempengaruhi motivasi kerja bagi petugas kesehatan dalam menghadapi
pandemi COVID-19 di Indonesia.

3
BAB II

ISI

A. Kepemimpinan

Kepemimpinan dapat memengaruhi kemampuan seseorang, serta


dapat mendorong individu maupun kelompok untuk bekerja dan mencapai
tujuan organisasi. Kepemimpinan yang baik dari atasan diharapkan personil
di instansinya dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Mayoritas
responden menilai kepemimpinan termasuk kategori baik karena pemimpin
memberikan arahan yang jelas mengenai tugas yang diberikan, menghargai
setiap perbedaan pendapat untuk tujuan ke arah yang lebih baik, pemimpin
mengajak untuk bekerja dalam tim yang solid dan harmonis, serta pemimpin
memberikan penghargaan kepada pegawai untuk membangkitkan semangat
kerjanya. Motivasi terbesar berasal dari diri sendiri, tetapi motivasi dari luar
juga sangat diperlukan untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya
(Sari, 2016). Pimpinan harus mampu memberikan arahan kepada
pegawainya mengenai tugas yang diberikan serta memiliki komunikasi yang
baik, karena dengan adanya kepemimpinan yang baik maka akan kinerja
pegawai akan meningkat. Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu bahwa
kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang dapat memengarhi kinerja
seseorang karena segala kebijakan dan pekerjaan dipengaruhi oleh
pemimpinnya (Prasetuya, 2016). Hal ini juga didukung oleh penelitian
terdahulu bahwa gaya kepemimpinan kepala ruang berhubungan dengan
kinerja petugas kesehatan di Puskesmas Bitung Barat Kota Bitung
(Tombokan dan Estefina, 2016). Mayoritas responden memiliki motivasi
kerja tinggi, yang mana motivasi ini terdiri dari motivasi intrinsik dan
ekstrinsik. Tenaga kesehatan memiliki hubungan yang harmonis sesama
rekan kerja, lingkungan kerja yang nyaman, serta memiliki pemimpin yang
dapat memberikan bimbingan dan dorongan untuk bekerja lebih baik lagi.
Pimpinan disini harus dapat memperhatikan motivasi kerja karyawan karena

4
motivasi berdampak terhadap kinerja karyawan.Apabila kinerja karyawan ini
meningkat maka akan berpengaruh pada pencapaian tujuan organisasi
(Rivai, 2012).

B. Komunikasi

Pergeseran dan perubahan saat ini telah menjalar ke berbagai bidang


dalam kehidupan manusia. Kemajuan teknologi dan informasi memudahkan
setiap pekerjaan manusia telah sampai ke titik dimana manusia harus siap
akan penggunaannya dalam berinteraksi satu sama lain. Seluruh kegiatan
kemanusiaan tidak lepas dari pemanfaatan teknologi yang serba pintar
(smart) menuntut kemampuan manusia untuk menjadi smart pula. Kesadaran
akan pentingnya sebuah komunikasi dalam setiap kegiatan dan pekerjaan
membuat seorang individu dapat bersaing dan menjadi sumber daya manusia
yang unggul. Pengelolaan informasi dalam berkomunikasi menjadi
keterampilan khusus yang dibutuhkan seorang individu agar menjadi
informatif dan persuasif terhadap orang lain. Komunikasi yang dibentuk
akan membuat hubungan antara atasan dan bawahan menjadi lebih fleksibel,
hubungan antara penjual dan pembeli menjadi lebih intens, hubungan antara
guru dan murid menjadi lebih nyaman, hubungan antar para karyawan
menjadi lebih dekat dan kekeluargaan, informasi antar lini dalam organisasi
pun akan menjadi lebih jelas, bahkan hubungan antar pimpinan negara di
dunia menjadi lebih akrab. Semua itu merupakan contoh dampak apabila
komunikasi efektif telah diaplikasikan dalam setiap bidang manajemen,
pendidikan dan kenegaraan.

Hadirnya komunikasi yang baik antar individu secara tidak langsung


akan berdampak kepada produktivitasnya, kinerjanya, prestasinya, sikap
percaya, hubungan emosional yang baik, rasa memiliki hingga hubungan
kekeluargaan. Efek-efek yang tercipta tersebut didahului dengan munculnya
sebuah motivasi seorang individu untuk bersikap dan bekerja lebih baik
daripada sebelumnya. Sehingga, pengolahan informasi yang baik dalam

5
sebuah interaksi komunikasi menjadi layak dimiliki setiap individu untuk
memberikan dorongan atau motivasi terhadap orang lain.

C. Kebijakan

Berdasarkan penelitian oleh Budiman (2009) tentang analisis faktor


dominan motivasi kerja perawat di instalasi rawat inap RSU Bayu Asih
Purwakarta menyimpulkan bahwa faktor yang paling dominan terhadap
tingkat memotivasi kerja perawat yaitu faktor kebijakan dalam hal ini
jenjang karir seperti kesempatan untuk maju/promosi perlakuan yang wajar.
Sarinadi et al (2015) meneliti tentang analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi kerja karyawan pada UD Surya Logam
Desa Temukus Tahun 2014 menunjukkan bahwa adaenam faktor yang
mempengaruhi motivasi kerja karyawan pada UD Surya Logam desa
Temukus, yaitu faktor kebutuhan, tingkat pendidikan, kepuasan kerja,
kondisi lingkungan kerja, kompensasi yang memadai, dan penghargaan
atas prestasi kerja. Faktor kebutuhan menjadi faktor paling
dominanmempengaruhi motivasi kerja. Gunawan (2015) meneliti tentang
pengaruh kompensasi finansial dan non-finansial terhadap motivasi kerja
karyawan PT .Freight Express Surabay amenunjukkan bahwa variabel
kompensasi finansial (X1) mempunyai pengaruh yang paling kuat
dibandingkan dengan variabel yang lainnya, maka variabel kompensasi
finansial mempunyai pengaruh yang dominan terhadap motivasi kerja
karyawan. Selanjutnya, Fatimah (2018) meneliti tentang faktor yang
berhubungan dengan motivasi kerja tenaga kesehatan di puskesmas Langsa
Lama kota Langsa provinsi Aceh tahun 2018 menunjukkan bahwa faktor
kompensasi merupakan faktor yang dominan mempengaruhi motivasi
kerja.

Dari beberapa hasil penelitian ini menunjukkan beberapa hasil


yang berbeda dimana variabel yang paling dominan pengaruhnya
yaitu kebijakan, karakteristik individu, kompensasi, dan kebutuhan.
Perbedaan hasil yang diperoleh bisa dipengaruhi oleh perbedaan latar

6
belakang responden seperti tenaga kesehatan, dokter, perawat, pekerja
umum dan polisi. Berdasarkan hal tersebut maka variabel yang
dominan mempengaruhi motivasi kerja bisa bervariasi tergantung pada latar
belakang pekerjaan dan lainnya. Motivasi itu ada atau terjadi karena adanya
kebutuhan seseorang yang harus segera dipenuhi untuk segera beraktivitas
untuk mencapai tujuan. Kebutuhan yang tidak terpuaskan menciptakan
tegangan yang merangsang dorongan-dorongan di dalam diri individu
itu. Dorongan ini menimbulkan suatu perilaku untuk menentukan tujuan
tertentu, yang jika tercapai, akan memenuhi kebutuhan itu dan
mendorong pengurangan ketegangan. Makin besar ketegangan, makin
tinggi tingkat upaya itu.Jika upaya ini berhasil menghantar pemenuhan
kebutuhan itu, tegangan itu akan dikurangi (Robbins, 2006).

7
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Peningkatan motivasi kerja bagi petugas kesehatan dalam menghadapi
pandemi COVID-19 di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
Kepemimpinan, Komunikasi, dan Kebijakan. Ketiga faktor tersebut apabila
diterapkan secara baik dan sesuai dengan kondisi pandemi COVID-19 maka
akan sangat berperan dalam peningkatan motivasi kerja bagi petugas
kesehatan di Indonesia.

B. Saran
Perlu dilakukan diskusi dan penelitian lebih lanjut terhadap penerapan
ketiga faktor kepemimpinan, komunikasi, dan kebijakan yang terjadi di
lapangan (tenaga kesehatan) baik di rumah sakit maupun puskesmas.

8
DAFTAR PUSTAKA

Budiman. 2009. Analisis Faktor Dominan Motivasi Kerja Perawat di Instalasi


Rawat Inap Rumah Sakit Umum Bayu Asih. Purwakarta: Jurnal
(diterbitkan) Kesehatan Kartika. Vol 1(2).

Damery , S. , Draper , H. , Wilson , S. , Greenfield , S. , Ives , J. , Parry , J. , … &


Sorell , T. ( 2010 ). Persepsi petugas kesehatan tentang kewajiban bekerja
selama pandemi influenza . Jurnal Etika Kedokteran , 36 ( 1 ), 12 – 18.

Fatimah, S. 2018.Faktor Yang Berhubungan Dengan Motivasi Kerja Tenaga


Kesehatan Di Puskesmas Langsa Lama Kota Langsa Provinsi Aceh Tahun
2018(Doctoral dissertation, Institut Kesehatan Helvetia).

Gunawan, M. A. 2015. Pengaruh kompensasi finansial dan non-finansial


terhadap motivasi kerja karyawan PT. Freight Express Surabaya.Agora,3(1),
50-55

Prasetiya CH. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Perawat di RSUD


Sunan Kalijaga Demak. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan.
2016;7(2):15-21.

Rivai V, DeddyM. Kepemimpinan & Perilaku Organisasi. Bandung:Raja


Grafindo Persada. 2012.

Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2006). Perilaku organisasi.Edisi kesepuluh.


Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia.

Sari, FM. Hubungan Kepemimpinan dengan Motivasi Kerja Pegawai di Bagian


Asisten Pemerintahan Kantor Gubernur Sumatera Barat. Jurnal
Administrasi Pendidikan.2016;1(1):1-10.

9
Sarinadi, N. N., Tripalupi, L. E., & Suwena, K. R. (2015). Analisis Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Motivasi Kerja Karyawan pada UD Surya Logam Desa
Temukus Tahun 2014.Jurnal Pendidikan Ekonomi Undiksha,4(1)

Selgelid MJ . Pandetika . Kesehatan Masyarakat 2009 ; 123 : 255 – 9.

Tombokan VTA, Estefina M. Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Puskesmas


dengan Kinerja Petugas Kesehatan di Puskesmas Bitung Barat Kota Bitung.
Buletin Sariputra. 2016;6(1):37-42.

10

Anda mungkin juga menyukai