ABSTRAK
Penelitian ini termasuk eksploratif dengan pendekatan kuantitatif yang dilakukan pada pegawai di
lingkungan RSD KRMT Wongsonegoro Kota Semarang. Penelitian bertujuan menganalisis pengaruh
kepemimpinan, motivasi kerja dan tuntutan tugas terhadap kinerja pegawai (perawat). Populasi
penelitian adalah perawat RSD KRMT Wongsonegoro Kota Semarang dengan jumlah 522, tehnik
pengambilan sampel dengan purposiv sampling dan penghitungan sampel dengan tehnik sampel jenuh,
sehingga jumlah sampelnya 89. Data primer diolah dan dianalisis dengan program smart PLS versi
3, melalui outer model dan inner model.
Hasil penelitian kepemimpinan berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja pegawai (perawat).
Motivasi kerja memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kinerja pegawai (perawat) dan
Tuntutan tugas berpengaruh secara negatif signifikan terhadap kinerja pegawai (perawat).
Kata Kunci : kepemimpinan, motivasi kerja, tuntutan tugas dan kinerja pegawai RSD KRMT
Wongsonegoro
ABSTRACT
This research includes an exploratory quantitative approach carried out on employees in the
KRMT Wongsonegoro Hospital, Semarang City. This study aims to analyze the influence of
leadership, work motivation and task demands on the performance of employees (nurses). The
research population is nurse of RSD KRMT Wongsonegoro Semarang City with a total of 522, the
sampling technique is purposive sampling and sample counting is with the saturated sample
technique, so that the number of samples is 89. Primary data is processed and analyzed with the
smart PLS version 3 program, through the outer model and inner model.
The results of leadership research have a significant positive effect on employee (nurse)
performance. Work motivation has a significant positive effect on employee performance (nurses)
and task demands have a significant negative effect on employee performance (nurses).
Keywords: leadership, work motivation, task demands, and employee performance RSD KRMT
Wongsonegoro
1. Pendahuluan dimana individu dapat bersikap toleran
Kesehatan adalah bagian terpenting dan dapat menerima perbedaan (Robert H,
dalam kehidupan manusia, baik sehat 2017). Rumah sakit sebagai salah satu
secara jasmani dan rohani. Kesehatan fasilitas pelayanan kesehatan yang sangat
adalah sebuah sumber daya yang dimiliki diperlukan dalam mendukung
semua manusia dan bukan merupakan penyelenggaraan upaya kesehatan.
suatu tujuan hidup yang perlu dicapai, Peranan rumah sakit dalam menunjang
kesehatan tidak terfokus kepada fisik yang kesehatan masyarakat sangat strategis
bugar tetapi meliputi jiwa yang sehat sebab antara jumlah rumah sakit dengan
jumlah masyarakat yang membutuhkan pada publik tanpa berorientasi pada laba.
sangat tidak sebanding. Pelayanan yang Selain itu, satuan kerja yang telah
memuaskan dari rumah sakit sangat berstatus BLUD tidak lagi mengirimkan
didambakan oleh masyarakat, meskipun segala pendapatannya langsung kepada
dalam kenyataannya masyarakat pemerintah pusat, satuan kerja tersebut
membutuhkan pengorbanan dengan menyimpan pendapatannya sendiri dan
mahalnya obat atau biaya rawat inap bagi dipergunakan sebesar-besarnya untuk
pasien yang bersangkutan. Kenyataan ini kebutuhan dalam sektor publik. Dengan
tentunya akan diselaraskan dengan demikian diharapkan dengan adanya
kemampuan masyarakat dalam merujuk sistem pola penerapan keuangan BLUD
ke rumah sakit yang harus didatangi ini kinerja pelayanan dari sektor publik
sebagai usaha untuk memperoleh dapat meningkat dan mampu memenuhi
pelayanan kesehatan bagi keluarganya. kebutuhan publik dengan cepat, efektif,
Rumah sakit adalah institusi efisien, dan ekonomis.
pelayanan kesehatan yang Setiap organisasi termasuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan organisasi rumah sakit membutuhkan
perorangan secara paripurna yang kepemimpinan. Menurut (Ie & Widjaja,
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat 2021) pemimpin adalah seseorang yang
jalan dan gawat darurat (Undang-Undang memiliki kecakapan tertentu yang dapat
Nomor Nomor 44 Tahun 2009). Rumah mempengaruhi para pengikutnya untuk
sakit merupakan salah satu sektor publik melakukan kerjasama ke arah pencapaian
yang dituntut untuk selalu memberikan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
pelayanan prima. Sektor publik Pemimpin atau manajer memungkinkan
merupakan suatu entitas yang aktivitasnya mempengaruhi perilaku karyawan dalam
berhubungan dengan usaha menghasilkan organisasi atau rumah sakit. Mencapai
barang dan jasa untuk memenuhi tujuan organisasi atau rumah sakit tidak
kebutuhan publik. Dalam proses cukup untuk membuat karyawan tetap
pemberian pelayanan prima ini , rumah termotivasi, tetapi juga membuat
sakit sering kali mengalami berbagai karyawan mencapai tujuan pribadi dan
kendala salah satunya adalah karir karyawan. Perusahaan atau rumah
permasalahan ketersediaan dana. Untuk sakit harus menyadari bahwa keberhasilan
mengatasi hal tersebut pemerintah untuk meningkatkan kualitas dan
mengeluarkan Permendagri Nomor 79 kuantitas jasa sangat bergantung pada
tahun 2018 tentang BLUD. Hal ini sumberdaya manusia. Untuk
bertujuan untuk memberikan fleksibilitas meningkatkan kinerja, sebuah organisasi
pengelolaan pendapatan dan kegiatan tidak hanya mengandalkan pada mesin
internal rumah sakit. Dikarenakan, modern, modal, dan bahan baku tetapi
sebelumnya harus diatur oleh yang paling utama adalah faktor tenaga
pemerintah dan pendapatan harus kerja yaitu manusia.
dikirim ke pemerintah pusat. Menurut Anna et al., dalam
Satuan Kerja Perangkat Daerah Fadhillah et al., (2019) pengertian tenaga
yang telah BLUD dapat mengelola kesehatan adalah setiap orang yang
seluruh pendapatan yang telah memperoleh pendidikan baik formal
diperoleh untuk memenuhi maupun non formal yang mendedikasikan
kebutuhannya. Hal ini dengan tujuan diri dalam berbagai upaya yang bertujuan
untuk memberikan pelayanan berkualitas mencegah, mempertahankan serta
meningkatkan derajat kesehatan Tuntutan tugas yang tinggi dapat
masyarakat. Tenaga kesehatan merupakan menimbulkan kemauan yang keras untuk
tenaga kerja yang paling utama di dalam mengerjakan suatu kegiatan yang menjadi
rumah sakit dan memiliki peranan penting kewajibannya dan bahkan tidak segan –
untuk meningkatkan kualitas pelayanan segan melaksanakan tugas di luar
kesehatan yang maksimal kepada peranannya. Adanya tuntutan tugas yang
masyarakat agar masyarakat mampu keras dan berat dapat menimbulkan
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, pengaruh terhadap kinerja karyawan.
dan kemampuan hidup sehat sehingga Robins (2006) menyebutkan bahwa
akan terwujud derajat kesehatan yang tuntutan tugas merupakan faktor yang
tinggi. Keberadaan perawat dapat berkaitan dengan pekerjaan seseorang dan
memberikan citra kepada rumah sakit dapat memberi tekanan pada orang jika
yang bersangkutan dan seorang perawat tuntutan tugas kecepatannya dirasakan
dapat rentan menghadapi stress kerja berlebihan dan dapat meningkatkan
sebab tugas yang dijalankan berkaitan kecemasan dan stress. Gibson dalam
dengan nilai kemanusiaan yang kadang Sherlie & Hikmah, (2020) mendefinisikan
kala membutuhkan kesabaran tersendiri kinerja sebagai hasil dari pekerjaan yang
dan tidak jarang harus mengorbankan nilai terkait dengan tujuan organisasi seperti,
– nilai psikis. kualitas, efesiensi, dan kriteria efektifitas
Selain kepemimpinan dapat lainya. Tuntutan tugas yang berat ini dapat
meningkatkan kinerja, terdapat faktor lain mengakibatkan terjadinya stres dan
yang mempengaruhi kinerja yaitu berakibat pada menurunnya kinerja
motivasi. Motivasi diperlukan dalam karyawan (Mauli et al., 2012).
kegiatan untuk mempersatukan Perawat merupakan salah satu
kepentingan perusahaan atau rumah sakit profesi kesehatan yang dilibatkan dalam
dan kebutuhan pegawai, agar tercipta mencapai tujuan pembangunan kesehatan
kerjasama yang serasi dan saling baik di Indonesia maupun di dunia
menguntungkan. Motivasi kerja menurut Internasional. Menurut Pasal 1 Undang-
McClelland dalam Charli et al., (2020) Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang
adalah “seperangkat kekuatan baik yang Keperawatan menyebutkan bahwa
berasal dari dalam maupun dari luar diri perawat adalah “seseorang yang telah
seseorang yang mendorong untuk lulus pendidikan tinggi keperawatan, baik
memulai berperilaku kerja sesuai dengan di dalam maupun di luar negeri yang
format, arah, intensitas, dan jangka waktu diakui oleh pemerintah sesuai dengan
tertentu. Motivasi kerja dapat diartikan ketentuan perundang-undangan”. Seorang
sebagai keinginan atau kebutuhan yang perawat memiliki tugas dan
melatarbelakangi seseorang sehingga ia tanggungjawab yang harus dilaksanakan
terdorong untuk bekerja. Penelitian yang secara profesional (Harefa, 2019).
dilakukan oleh Nurcahyani & Adnyani Mengingat perawat mempunyai
(2016), Hermawati dkk (2021) dan Parta tugas yang beragam yaitu tugas pokok,
& Mahayasa (2021) menunjukan bahwa tugas limpah, dan tugas bantu maka
motivasi berpengaruh positif terhadap perawat harus pandai dalam mengatur
kinerja (Hermawati et al., 2021; ritme volume pekerjaan maupun dengan
Nurcahyani & Adnyani, 2016; Parta & pasien bahkan dengan keluarga pasien
Mahayasa, 2021). dalam memberikan pelayanan. Begitu
halnya dengan RSD KRMT
Wongsonegoro Semarang, yaitu salah satu tugas perawat rumah sakit. Fenomena
rumah sakit pemerintah yang memberikan yang diangkat pada penelitian ini
pelayanan kesehatan kepada masyarakat, berorientasi pada kinerja perawat yang
maka pelayanan pegawai menjadi salah dipengaruhi oleh kepemimpinan, motivasi
satu tolok ukur pelayanan kesehatan. Hal dan tuntutan tugas masih banyak
yang melatarbelakangi permasalahan ditemukan complain yang bersumber dari
bahwa masih banyak ditemukan kinerja web yang diolah. Beberapa data yang
pegawai rumah sakit yang rendah dalam berkaitan dengan kinerja perawat yang
memberikan pelayanan kesehatan, yang dilihat dari data aduan masyarakat dan
kemungkinan dipengaruhi oleh berhasil dihimpun adalah sebagai berikut:
kepemimpinan, motivasi, dan tuntutan
Tabel 1. Data Aduan Masyarakat
No Tahun Jumlah Aduan Masyarakat
1 2017 60
2 2018 72
3 2019 84
4 2020 96
5 2021 108
Sumber: Data aduan masyarakat dari website yang sudah diolah
Semarang adalah menciptakan
Berdasarkan uraian tabel tersebut di kepemimpinan yang akomodatif,
atas, tercantum jumlah angka aduan pemberian motivasi untuk peningkatan
masyarakat terus meningkat tiap kinerja, pemberian tugas yang
tahunnya. Komitmen yang tinggi berarti proporsional, menciptakan kinerja yang
karyawan mempunyai perasaan ikhlas bagus setiap individu untuk mempunyai
yang tulus akan mengarahkan mereka morality terhadap tuntutan tugas.
untuk membuktikan pengabdian tanpa Pembagian tugas yang tidak proporsional
batas kepada perusahaan, begitu pula mencerminkan adanya kesenjangan
karyawan RSD KRMT Wongsonegoro terhadap masing-masing individu dan hal
Kota Semarang harus mempunyai ini akan berdampak negatif karena akan
komitmen yang tinggi untuk timbul konflik yang tajam. Konflik ini
melaksanakan tugas dan tanggung jawab tentunya akan menjadikan dampak negatif
sesuai ketentuan yang berlaku. Komitmen bagi pencapaian tujuan perusahaan,
yang tinggi mempunyai makna bahwa bahkan bisa menimbulkan tidak adanya
karyawan selalu menjaga kelancaran morality terhadap tuntutan tugas. Masing -
pelaksanaan tugas, sehingga tujuan yang masing individu yang tidak mempunyai
telah ditetapkan dapat direalisasikan. morality terhadap tuntutan tugas,
Namun demikian apabila komitmen mencerminkan tidak adanya tanggung
organisasi tidak menyertai dalam diri jawab karyawan terhadap perkembangan
karyawan, maka ada kecenderungan perusahaan. Kondisi ini apabila dibiarkan
karyawan kurang atau tidak peduli terus maka akan memberikan kehancuran
terhadap tujuan perusahaan dan hal ini bagi perusahaan.
akan berdampak negatif bagi eksistensi Berdasarkan fenomena diatas dan
RSD KRMT Wongsonegoro Kota penelitian terdahulu yang berbeda,
Semarang. Strategi yang harus dilakukan penelitian ini mencoba mengkonfirmasi
oleh RSD KRMT Wongsonegoro Kota dan mengkaji kembali penelitian tentang
Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi, dan ditentukan oleh penyebab dari diri sendiri
Tuntutan Tugas Terhadap Kinerja Perawat (atribusi internal) dan penyebab luar
Rumah Sakit Daerah KRMT (atribusi ekstenal). Atribusi internal antara
Wongsonegoro Kota Semarang. lain adalah persepsi individu terhadap
locus of control, persepsi individu
2. Telaah Pustaka
terhadap kinerjanya serta adanya
Grand Theory Atribusi
keinginan berpindah kerja dalam diri
Teori atribusi memberikan
auditor atau turnover intention yang
penjelasan proses bagaimana kita
belum terealisasi dalam tindakan nyata,
menentukan penyebab atau motif prilaku
sedangkan atribusi eksternal antara laian
seseorang (Gibson,et al, dalam Istanto,
adanya time pressure atau tekanan dari
(2021). Teori ini mengacu kepada
pihak luar mengenai waktu seorang
bagaimana seseorang menjelaskan
auditor menyelesaikan tugas secepatnya.
penyebab prilaku orang lain atau diri
Berdasarkan pemaparan di atas yang
sendiri yang ditentukan apakah dari
dimaksud dengan teori atribusi dalam
internal atau eksternal dan pengaruhnya
kinerja karyawan yaitu hubungan yang
akan terlihat dalam prilaku individu dalam
bersifat saling mempengaruhi sebab
dispositional attributions dan situasional
akibat, dengan karakter individu yang baik
attributions atau penyebab internal dan
akan menghasilkan suatu kinerja yang
eksternal (Robbins, (1996) dalam (Istanto,
baik pula.
2021). Dispositional attributions suatu hal
Kinerja Pegawai
mengacu pada dalam diri seseorang.
Amins dalam (Zaini, 2021) kinerja
Sementara situasioanal attributions
merupakan ekspresi yang dapat berupa
merupakan suatu hal mengacu pada
potensi perilaku tindakan atau cara
lingkungan yang mempengaruhi prilaku.
seseorang maupun kelompok orang
Penentuan atribusi penyebab apakah
bekerja sehingga dapat menghasilkan
individual atau situasi dipengaruhi oleh
suatu jasa atau produk dimana sebagai
tiga factor Kelly, (1972) dalam Ghibson,et
wujud dari semua tugas kerja dan
al., (1994) dalam (Istanto, 2021) :
tanggung jawab pekerjaan dibebankan
1. Konsensus (consensus) adalah prilaku
kepadanya. Robbins, S. P., and Judge,
yang ditunjukkan jika semua orang
(2015) mndefinisikan kinerja sebagai
menghadapi situasi yang serupa
merespon dengan cara yang sama. ukuran dari hasil kerja yang dilakukan
dengan menggunakan kriteria yang
2. Kekhusuan (distinctiveness) adalah
disetujui bersama.
prilaku yang ditunjukkan individu
Mangkunegara, (2017) kinerja
berlainan dalam situasi yang berlainan.
sebagai keberhasilan pegawai di dalam
3. Konsitensi (consistency) adalah prilaku
menjalankan suatu tugas pekerjaan atau
yang sama seseorang dari waktu ke
kinerja adalah succesfull role
waktu.
achievementyang dihasilkan oleh seorang
Herzberg dalam Fajri & Rohman,
pegawai dan tugas tugasnya. Firmansyah
(2020) mengungkapkan keberadaan
et al., (2021) kinerja adalah catatan yang
“sejumlah atribut”, yang secara alami
dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan
berlaku secara internal dalam organisasi,
tertentu atau kegiatan selama periode
mempengaruhi sikap karyawan, terutama
waktu tertentu. Prawirosentono kinerja
yang berkaitan dengan pekerjaannya.
Dysfuncional audit behaviour sebagai merupakan sebuah hasil kerja yang
dicapai oleh karyawan sebagai individu
suatu bentuk prilaku atau sikap karyawan
atau kelompok di dalam organisasi, di tangga keluarga maupun organisasi atau
mana sesuai wewenang dan tanggung rumah tangga negara.
jawabnya, untuk mencapai tujuan Tuntutan Tugas
organisasi atau perusahaan secara legal, Tugas pekerjaan mempunyai pengaruh
tidak melanggar hukum atau peraturan yang cukup besar terhadap komitmen
serta sesuai dengan moral dan etika karyawan pada organisasi, baik secara
(Halim, 2021). Kinerja merupakan output langsung ataupun tidak langsung. Setiap
hasil kerja dalam organisasi suatu profesi pekerjaan memerlukan suatu ketrampilan
dalam periode waktu tertentu (Falabiba, tertentu. Sukar tidaknya suatu pekerjaan
2021). serta perasaan seseorang bahwa
Indikator Kinerja Pegawai keahliannya dibutuhkan dalam melakukan
Menurut (A.A. Anwar Prabu pekerjaan tersebut, akan meningkatkan
Mangkunegara, 2017) ada 2 (dua) faktor atau mengurangi loyalitas kerja. Menurut
dalam penilaian kinerja: Handoko, (2017), suatu pekerjaan dapat
a. Kualitas meliputi: 1. Hasil kerja, 2. mempengaruhi keadaan emosional yang
Standar Operasional Prosedur (SOP), menyenangkan atau tidak menyenangkan
3. Tanggung jawab dimana para karyawan memandang
b. Kuantitas meliputi: 1. Target kerja dan pekerjaan mereka, loyal terhadap
2. Jumlah pekerjaan pekerjaan mencerminkan sikap positif
Kepemimpinan karyawan terhadap pekerjaan dan segala
Kepemimpinan merupakan peran sesuatu yang dihadapi di lingkungan
yang paling penting di dalam organisasi kerjanya. (S. . dan T. A. J. Robbins, 2015)
maupun perusahaan karena hal tersebut menyebutkan bahwa tuntutan tugas
mempengaruhi keberhasilan organisasi merupakan faktor yang terkait dengan
atau perusahaan dalam mencapai tujuan. pekerjaan seseorang dan dapat memberi
Keberhasilan suatu organisasi secara tekanan pada orang jika tuntutan tugas
keseluruhan atau sebagian kelompok kecepatannya dirasakan berlebihan dan
organisasi sangat bergantung pada mutu dapat meningkatkan stress.
kepemimpinan itu sendiri karena seorang Pengembangan Hipotesis
pemimpin memiliki kuasa untuk mengatur Kepemimpinan Berpengaruh Positif
karyawannya untuk tujuan perusahaan hal terhadap Kinerja Pegawai
ini bagaimana pemimpin mampu Beberapa hasil penelitian
mengispirasi, memotivasi dan terdahulu antara lain, (Adawiah & Putri,
menggerakkan anggota organisasinya 2020; Arifin, 2020; Aritonang et al., 2020;
secara efektif dan efisien. Halim, 2021; Harahap et al., 2020; Lian,
Handoko dalam Kurniasih, (2020) 2017; Yuwono et al., 2020) yang
berpendapat bahwa kepemimpinan membuktikan bahwa kepemimpinan
merupakan kemampuan yang dipunyai memiliki pengaruh yang kuat terhadap
seseorang untuk mempengaruhi orang – kinerja karyawan.Hasil penelitian ini
orang agar bekerja mencapai tujuan dan memperkuat pendapat Alimuddin, dalam
sasaran, Martoyo dalam (Febriansyah et Kurniasih, (2020) yang menyatakan
al., (2020) berpendapat bahwa bahwa seorang pemimpin akan diakui
kepemimpinan adalah penyatu paduan apabila dapat memberikan pengaruh
dari kemampuan, cita – cita, dan semangat kepada bawahannya untuk selalu
kebangsaan dalam mengatur, meningkatkan kinerja mereka. Pendapat
mengendalikan, dan mengelola rumah ini sejalan dengan Grimes dalam
Pendapat Sasongko (2008) apabila (Caniago & Sudarmi, 2021). Dalam
pimpinan mampu menerapkan konteks inilah motivasi kerja memiliki
kepemimpinan yang tepat, maka pengaruh yang kuat terhadap kinerja
karyawan akan merasa puas yang pada pegawai. Maka hipotesisnya adalah :
akhirnya mampu memperbaiki kinerjanya. H2: Motivasi berpengaruh positif
Kepemimpinan berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai
signifikan terhadap kinerja. Hal ini terjadi Tuntutan Tugas Berpengaruh Negatif
karena seorang pemimpin yang dapat terhadap Kinerja Pegawai
memberi support kepada karyawan akan Salah satu penyebab menurunnya
berdampak pada kinerja yang positif dan performa dari tuntutan tugas adalah
produktif karyawan (Prihandayani, 2017) keharusan untuk mengambil dua atau
maka hipotesis penelitian : lebih tugas-tugas yang harus dikerjakan
H1 : Kepemimpinan berpengaruh positif secara bersamaan. Semakin banyaknya
terhadap kinerja pegawai permintaan untuk melaksanakan tugas-
Motivasi Berpengaruh Positif terhadap tugas tersebut maka semakin
Kinerja Pegawai berkurangnya performa dalam bekerja.
Wexley & Yulk dalam As’ad, Karyawan seringkali dihadapkan pada
(2001: 321) bahwa motivasi merupakan keharusan untuk menyelesaikan dua atau
hal yang melatar belakangi individu lebih tugas yang harus dikerjakan secara
berberbuat untuk mencapai tujuan bersamaan. Tugas-tugas tersebut tentunya
tertentu. Beberapa penelitian yang membutuhkan waktu, tenaga, dan sumber
dilakukan terdapat pengaruh langsung daya lainnya untuk penyelesaiannya.
motivasi kerja terhadap kinerja pegawai. Adanya tuntutan tugas dengan penyediaan
Sementara itu, Mangkunegara sumber daya yang seringkali terbatas
(2009: 61) berpendapat bahwa motivasi tentunya akan menyebabkan kinerja
kerja merupakan kondisi atau energi karyawan menurun. Masalah yang bisa
yang menggerakkan diri karyawan yang muncul di antaranya daya tahan karyawan
terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan melemah dan perasaan tertekan. Dengan
organisasi sebagai mental yang pro dan demikian hipotesis yang diajukan adalah:
positif terhadap situasi kerja itulah yang H3 : Tuntutan Tugas Berpengaruh
akan mampu untuk memotivasi kerjanya negatif terhadap Kinerja Pegawai
untuk mencapai kinerja yang maksimal
Model Penelitian
Kepemimpinan
(X1) H1+
H2+
Motivasi Kinerja Pegawai
(X2) Rumah Sakit (Y)
(Y)
H3-
Tuntutan Tugas
(X3) Gambar 1 Model Penelitian
3. Metode Peelitian sampel pada penelitian ini adalah
Populasi dan Sampel sebanyak 89. Adapun kriteria sampel pada
Populasi yang digunakan di penelitian ini penelitian ini adalah: Perawat yang
berjumlah 522 perawat Rumah Sakit bersedia menjadi responden, Perawat yang
Daerah KRMT Wongsonegoro Kota bekerja lebih dari 4 tahun, Perawat yang
Semarang yang berstatus ASN dan bekerja di Ruang Rawat Jalan dan Rawat
BLUD. Sampel dalam penelitian ini Inap, Perawat yang sedang tidak dalam
adalah perawat Rumah Sakit Daerah kondisi cuti, sakit atau sedang mengikuti
KRMT Wongsonegoro Kota Semarang. tugas belajar dan Perawat berpendidikan
Teknik pengambilan sampel yang minimal DIII Keperawatan. Teknik
digunakan dalam penelitian ini analisis data pada penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling menggunakan metode Partial Least
yaitu teknik penentuan sampel dengan Square (PLS) dengan bantuan software
pertimbangan tertentu. Sehingga jumlah SmartPLS versi 3.
4. Hasil Penelitian
Uji Kelayakan Model (Outer Model)