Anda di halaman 1dari 21

JIMBis : Jurnal Ilmiah Manajemen dan Bisnis

ISSN :

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA: KEPUASAN


KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

Juwita Sari
juwitasari@stiesia.ac.id
Siti Rokhmi Fuadati
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya

ABSTRACT

An effective leadership style in managing human resources and supported by employees' understanding of work
will affect work behavior as indicated by an increase in individual job satisfaction and the performance of the unit
itself, then affect the company's performance. The purpose of this study was to determine the effect of leadership
style on job satisfaction, leadership style on performance, job satisfaction on employee performance and the
influence of leadership style on performance through the intervening variable job satisfaction. The research
instrument is a questionnaire. Samples were taken as many as 100 respondents, employees of the private hospital
in Gresik. Sampling using probability sampling technique. Data analysis using Path analysis by Smart PLS 3.
The results showed that all 4 (four) hypotheses were proven and significant, leadership style affects job satisfaction,
leadership style affects performance, job satisfaction affects employee performance and leadership style affects
performance through the intervening variable job satisfaction.

Keywords: leadership styles, job satisfaction, employee performance

ABSTRAK

Gaya kepemimpinan yang efektif dalam mengelola sumber daya manusia akan berpengaruh pada
perilaku kerja yang diindikasikan dengan peningkatan kepuasan kerja individu dan kinerja unit itu
sendiri, yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja perusahaan secara keseluruhan. Tujuan
Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kepuasan kerja, Gaya
kepemimpinan terhadap kinerja, kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan dan pengaruh gaya
kepemimpinan terhadap kinerja melalui variabel intervening kepuasan kerja. Instrumen penelitian
yaitu kuisioner. Sampel yang diambil sebanyak 100 responden karyawan Rumah Sakit Swasta di
Gresik. Pengambilan sampel menggunakan teknik probability sampling. Analisis data menggunakan
SEM dan diolah menggunakan PLS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 4 (empat) hipotesis semua
diterima dan signifikan, yaitu Gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kepuasan kerja, Gaya
kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja, kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan dan gaya
kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja melalui variabel intervening kepuasan kerja.

Kata kunci: gaya kepemimpinan, kepuasan kerja, kinerja karyawan

PENDAHULUAN Indonesia memiliki dua jenis rumah


Perkembangan dunia kesehatan saat ini sakit, yaitu rumah sakit pemerintah dan
dalam era globalisasi terus meningkat, baik rumah sakit non-pemerintah atau yang
secara kualitas maupun kuantitas, yang biasa disebut dengan rumah sakit swasta.
didukung oleh perkembangan ilmu dan Berdasarkan data Kementrian Kesehatan
teknologi yang semakin canggih. Ini mem- Tahun 2018, rumah sakit pemerintah dan
buat instansi atau pihak yang berhubungan swasta yang ada di indonesia saat ini
dengan dunia kesehatan, salah satunya berjumlah 2.813. Jumlah terdiri atas 2.269 RS
rumah sakit, tumbuh dengan pesat. Umum dan 544 RS khusus. Dibandingkan
39
40 JIMBis: Jurnal IIlmu Manajemen dan Bisnis – Volume 1, Nomor 1, Mei 2022 : 39 – 59

data 2010 jumlah RS hanya 1.632 unit. melayani banyak masyarakat di Gresik.
Jumlah RS terbanyak ada di provinsi Jawa Manajemen RS juga membuka Klinik kese-
Timur (https://databoks.katadata.co.id/datapu hatan di kompleks Perumahan Gresik Kota
blish/2019/10/10/berapa-jumlah-rumah-sakit- Baru. Untuk meningkatkan kinerja RS,
di-indonesia). manajemen RS juga telah bekerja sama de-
Pertumbuhan rumah sakit yang skema- ngan kurang lebih 20 perusahaan di wila-
kin meningkat secara kuantitas, didukung yah Gresik dan asuransi terkait dengan
dengan perkembangan ilmu dan teknologi, pelayanan kesehatan karyawan yaitu
maka setiap rumah sakit dituntut untuk Jamsostek dan Askes. Mengacu kepada
memberikan pelayanan kesehatan yang tingginya kebutuhan masyarakat dan tun-
baik dan berkualitas untuk masyarakat. tutan dari rekanan baik dari perusahaan
Di sisi lain tingkat pengetahuan ma- industri maupun asuransi agar dapat
syarakat pun sudah semakin berkembang, memberikan pelayanan prima selama 24
sehingga tuntutan masyarakat terhadap jam, maka RS harus meningkatkan kinerja
kualitas jasa pelayanan rumah sakit juga karyawan medis dan non medis.
semakin tinggi. Rumah sakit dihadapkan Semakin tingginya kebutuhan dan
pada tekanan yang kuat untuk mengontrol kepercayaan yang timbul dari masyarakat,
biaya dan di saat yang sama harus me- manajemen RS perlu mempertimbangkan
ningkatkan kualitas pelayanannya (Ivana pentingnya sistem pengelolaan sumber-
Ariyani, 2016). Rumah sakit adalah sebuah dayanya (sumber daya manusia, fasilitas,
institusi jasa perawatan kesehatan profesi- dan modal), proses bisnis, output dan
nal yang pelayanannya disediakan oleh dampak berjalanannya bisnis, dalam rang-
tenaga kerja medis dan non medis. Masya- ka meningkatkan mutu pelayanan keseha-
rakat berharap Rumah Sakit memberikan tan secara umum pada organisasi tempat-
pelayanan prima disemua unit kerja yang nya bekerja, dan dampak akhir bermuara
berhubungan dengan pasien. Para tenaga pada kualitas hidup dan kesejahteraan
medis dan non medis inilah yang menjadi masyarakat. Sistem Pengelolaan secara opti-
ujung tombak kinerja Rumah Sakit mal dapat diwujudkan dengan sikap kepe-
(Fuadiputra, 2013). Baik buruknya citra mimpinan yang efektif (Yulianto et al.,
Rumah Sakit ditentukan oleh pengalaman 2018), pemenuhan indikator kompetensi
pasien ketika dirawat. Oleh karenanya, para yang terstandarisasi, pengembangan keah-
tenaga kerja medis dan non medis di lian dengan pelatihan-pelatihan dan asuhan
Rumah Sakit sering disorot kinerjanya oleh keperawatan, penilaian kinerja yang objek-
pasien karena tenaga medis merupakan tif, pembagian jam kerja yang adil, serta
karyawan yang berhubungan langsung sistem kompensasi yang dapat memberikan
dengan pasien. kepuasan kerja (Fuadiputra, 2013).
Tenaga medis khususnya perawat me- Penilaian kinerja yang obyektif akan
miliki waktu paling banyak dalam berin- memberikan umpan balik yang tepat, se-
teraksi dengan pasien dibandingkan dokter hingga karyawan akan merasa dihargai dan
yang berkunjung/visite dijam tertentu saja. didukung oleh organisasi dan akan mem-
Sehingga, para tenaga medis dan non medis berikan hasil kerja yang optimal, serta
Rumah sakit dituntut untuk memberikan secara emosional akan lebih terikat kepada
pelayanan sesuai harapan pasien. organisasi tempatnya bekerja. Penilaian ki-
Penelitian ini dilakukan di salah satu nerja merupakan refleksi dari berkembang
Rumah Sakit (RS) swasta di kabupaten atau tidaknya perusahaan dimana hasil
Gresik. Seiring dengan perkembangan tek- penilaian tersebut menunjukkan keefektif-
nologi dan ilmu kesehatan serta tuntutan an SDM dalam melaksanakan tugas yang
perubahan organisasi. RS tersebut berkem- akan mempengaruh kinerja perusahaan.
bang menjadi Rumah Sakit umum yang
Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja...– Sari, Fuadati 41

Peran pemimpin di sebuah organisasi Kinerja pada penelitian (Ali &


akan menentukan kinerja karyawannya Agustian, 2018b) adalah catatan perolehan
(Bhargavi & Yaseen, 2016; Scheidlinger, yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan
1994). Begitu pentingnya peran kepemimpi- tertentu atau kegiatan selama suatu periode
nan dalam sebuah organisasi menjadi fokus waktu tertentu. Jadi kinerja berkenaan
yang menarik perhatian para peneliti bi- dengan hasil pekerjaan yang dicapai oleh
dang perilaku keorganisasian. Seorang pe- karyawan dalam suatu periode. Dalam hal
mimpin harus mampu mempengaruhi para ini kinerja berkaitan dengan kuantitas mau-
bawahannya untuk bertindak sesuai de- pun kualitas pekerjaan yang dihasilkan.
ngan visi, misi dan tujuan perusahaan. Pe- Yulianto et al., (2018) menjelaskan
mimpin harus mampu memberikan wa- bahwa kinerja karyawan adalah hasil kerja
wasan, membangkitkan kebanggaan, serta secara kualitas dan kuantitas yang dicapai
menumbuhkan sikap hormat dan keper- oleh seorang karyawan dalam melaksana-
cayaan dari bawahannya (Raus et al., 2012). kan tugasnya sesuai dengan tanggung
Selanjutnya, kecocokan akan kepemim- jawab yang diberikan. Fuadiputra (2013)
pinan ditempat kerja menumbuhkan kepu- menyatakan bahwa kinerja sebagai hasil
asan kerja tersendiri bagi karyawan RS dari usaha seseorang yang dicapai dengan
(Prayatna & Subudi, 2016). Kepuasan kerja adanya kemampuan dan perbuatan dalam
merupakan sikap umum seorang individu situasi tertentu atau dapat dikatakan bahwa
terhadap pekerjaannya yaitu selisih antara kinerja merupakan hasil keterkaitan antara
banyaknya ganjaran yang diterima seorang usaha, kemampuan dan persepsi tugas.
pekerja dengan banyaknya usaha yang Penelitian Lomanjaya et al., (2013) menga-
sudah dikeluarkan. Puas tidaknya karya- takan bahwa kinerja merupakan prestasi
wan ditempat kerja akan mempengaruhi karyawan dari tugas-tugasnya yang telah
perilaku mereka dalam bekerja, yang pada ditetapkan. Jadi pengertian kinerja merupa-
akhirnya dapat menjadi faktor penentu kan sebuah hasil kerja yang dicapai oleh
kinerja karyawan (Plangiten, 2013; Sinurat, seseorang dalam melaksanakan tugas yang
2017; Yanoto, 2018). diberikan kepadanya sesuai dengan kriteria
Oleh karena itu, mengingat pentingnya yang diharapkan perusahaan.
masalah tersebut, maka penulis tertarik un-
tuk melakukan telaah ilmiah yang berjudul Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
“Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan
Kinerja Karyawan melalui variabel inter- Terdapat faktor-faktor yang mempe-
vening Kepuasan Kerja pada karyawan ngaruhi kinerja karyawan meliputi strategi
Rumah Sakit X di Kabupaten Gresik” organisasional (nilai tujuan jangka pendek
dan jangka panjang, batasan situasional
TINJAUAN TEORITIS (budaya organisasi dan kondisi ekonomi),
Kinerja kemampuan individual, gaya kepemimpi-
Kinerja adalah penampilan hasil karya nan, motivasi kerja karyawan, cara kerja,
personel baik kuantitas maupun kualitas disipline kerja karyawan (Pawirosumarto
dalam suatu organisasi. Kinerja dapat et al., 2017). Selanjutnya pada artikel
merupakan penampilan individu maupun Anastasiou et.al (2014) memaparkan hasil
kelompok kerja personel (Fuadiputra, 2013). uji bagaimana kepuasan kerja dan tingkat
Penampilan hasil karya tidak terbatas stres kerja mampu mempengaruhi kinerja.
kepada personel yang memangku jabatan Responden yang merupakan guru, menun-
fungsional maupun struktural tetapi juga jukkan bahwa guru lebih puas dengan
kepada keseluruhan jajaran di dalam pekerjaan itu sendiri (sifat pekerjaan itu
organisasi. sendiri, kemampuan untuk bekerja mem-
bantu siswa mereka) dan hasil menunjuk-
42 JIMBis: Jurnal IIlmu Manajemen dan Bisnis – Volume 1, Nomor 1, Mei 2022 : 39 – 59

kan bahwa guru muda dan perempuan yaitu semangat untuk menyelesaikan tugas-
menunjukkan tingkat stres yang tinggi. tugas baru dan dalam memperbesar tang-
Faktor lingkungan yang diuji juga memiliki gungjawabnya. 7. Personality quality, yaitu
efek positif pada kinerja. menyangkut kepribadian, kepemimpinan,
Faktor tersebut antara lain: pemberian keramah-tamahan dan intregritas pribadi .
penghargaan, kondisi kerja yang baik, Menurut Tsui, et. al., 1997 pada
motivasi oleh atasan dan partisipasi dalam Destiasari (2015). Pengukuran kinerja dapat
administrasi kantor dan pengambilan dilakukan dengan menggunakan indikator
keputusan. Temuan ini juga didukung seperti: 1. Kuantitas kerja karyawan. 2. Ku-
penelitian (Ibrahim et al., 2017). Dimana alitas kerja karyawan. 3. Efisiensi karyawan.
karyawan tidak hanya memerlukan hard 4. Standar kualitas karyawan. 5. Usaha yang
skill dalam bekerja, tetapi juga memerlukan lebih keras. 6. Karyawan memegang stan-
soft skill. Selanjutnya soft skill akan dikem- dar professional yang tinggi. 7. Kemam-
bangkan lebih terarah dengan pelatihan puan karyawan dalam melaksanakan pe-
yang efektif dari perusahaan. Pelatihan kerjaan inti. 8. Kemampuan karyawan
yang tepat akan membantu meningkatkan menggunakan akal sehat. 9. Ketepat-an
kinerja karyawan. karyawan berkaitan dengan pekerjaan
utamanya. 10. Kreativitas karyawan dalam
Indikator Penilaian Kinerja Karyawan melaksanakan pekerjaan utamanya
Tentunya tidak semua kriteria peng- Menurut Campbell et al., (1990) ber-
ukuran kinerja dipakai dalam suatu hasil tidaknya kinerja yang telah dicapai or-
penilaian kinerja karyawan. Hal ini harus gannisasi tersebut dipengaruhi oleh tingkat
disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang kinerja dari karyawan secara individu
akan dinilai. Penilaian pekerja pada pela- maupun kelompok. Selanjutnya, ada enam
yanan jasa hotel akan berbeda dengan indikator yang digunakan untuk mengukur
pekerja di pabrik manufaktur. kinerja pegawai yaitu kualitas, kuantitias,
Merujuk pada teori Bernardian dan ketepatan waktu, efektivitas dan keman-
Russel yang selanjutnya dikembangkan dirian.
pada buku Faustino Cardoso Gomes (2005)
(Destiasari, 2015) ada beberapa tipe kriteria Kepemimpinan
atau indikator penilaian kinerja yang Kepemimpinan atau leadership meru-
didasarkan atas perilaku yang spesifik, pakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu social,
adalah: 1. Quantity of Work, yaitu jumlah sebab prinsip-prinsip dan rumusannya
kerja yang dilakukan dalam suatu periode diharapkan dapat mendatangkan manfaat
waktu yang telah ditentukan. 2. Quality of bagi kesejahteraan manusia. Ada banyak
work, yaitu kualitas kerja yang dicapai pengertian yang dikemukakan oleh para
berdasarkan syarat kesesuaian dan kesi- pakar menurut sudut pandang masing-
apannya. 3. Job Knowledge, yaitu pengeta- masing, definisi-definisi tersebut menun-
huan atas pekerjaannya. Luasnya pemaha- jukkan adanya beberapa kesamaan.
man mengenai pekerjaan dan keteram- Hoyt et al., (2013); Hoyt & Price (2015)
pilannya. 4. Creativeness, yaitu keaslian menjelaskan kepemimpinan adalah suatu
gagasan-gagasan yang dimunculkan dan kegiatan atau seni mempengaruhi orang
tindakan-tindakan untuk menyelesaikan lain agar mau bekerjasama yang didasarkan
persoalan-persoalan yang timbul. 4. pada kemampuan orang tersebut untuk
Cooperation, yaitu kesediaan untuk bekerja membimbing orang lain dalam mencapai
sama dengan orang lain (sesama anggota tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.
organisasi). 5. Dependability, yaitu kesadar- Penelitian Raus et al., (2012) setuju dengan
an dan dapat dipercaya dalam hal kehadir- definisi teori kepemimpinan Clement yaitu
an dan penyelesaian pekerjaan. 6. Initiative, kepemimpinan merupakan proses dimana
Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja...– Sari, Fuadati 43

seseorang menetapkan tujuan atau arah dan mimpinan merupakan suatu perilaku yang
menentukan orang-orang didalamnya un- digunakan oleh seseorang pada saat orang
tuk bertindak bersama dengan kompetensi tersebut memipin sebuah kelompok/
dan komitmen penuh untuk agar tercapai mencoba mempengaruhi perilaku orang
tujuan yang sudah disepakati. Pada dasar- lain seperti yang ia inginkan.
nya, menurut literature review oleh Van Wart Gaya kepemimpinan dalam organisasi
(2013) memahami definisi kepemimpinan sangat diperlukan untuk mengembangkan
merupakan suatu hal yang menantang, lingkungan kerja yang kondusif dan
tetapi bagi mereka yang berharap menjadi membangun iklim motivasi bagi karyawan
pemimpin yang efektif harus mampu sehingga diharapkan akan menghasilkan
menghadapi tantangan dan menikmatinya. produktivitas yang tinggi (Bhargavi &
Menurut Yudiaatmaja (2013) kepemim- Yaseen, 2016; Yanoto, 2018; Yudiaatmaja,
pikan didefinisikan sebagai tindakan me- 2013).
mimpin orang lain, dimana pemimpinnya Gaya kepemimpinan adalah suatu cara
disebut juga sebagai team leader (pemimpin yang digunakan oleh seorang pemimpin
kelompok) yang memahami tanggung ja- dalam mempengaruhi perilaku orang lain
wab tugasnya, memahami kondisi bawa- (Van Wart, 2013). Dari gaya ini dapat
hannya dan bersedia meleburkan diri atas diambil manfaatnya untuk dipergunakan
tuntutan dan konsekuensi yang terjadi sebagai pemimpin dalam memimpin
padanya serta memiliki komitmen untuk bawahan atau para pengikutnya. Pemimpin
membawa setiap bawahannya mengeksplo- tidak dapat menggunakan gaya kepemim-
rasi kapasitas dirinya hingga menghasilkan pinan yang sama dalam memimpin
prestasi tertinggi. bawahannya, namun harus disesuaikan
Siagian (2002) pada tulisan (Dolphina, dengan karakter-karakter tingkat kemam-
2012) mengemukakan bahwa kepemim- puan dalam tugas setiap bawahannya
pinan adalah kemampuan seseorang untuk (Bhatti et al., 2012; Fuadiputra, 2013).
mempengaruhi orang lain (para bawahan- Pemimpin yang efektif dalam Meneg-
nya) sedemikian rupa sehingga orang lain rapkan gaya tertentu dalam kepemim-
itu mau melakukan kehendak pemimpin pinannya terlebih dahulu harus memahami
meskipun secara pribadi hal itumungkin siapa bawahan yang dipimpinnya, menger-
tidak disenanginya. ti kekuatan dan kelemahan bawahannya,
Dari beberapa definisi diatas dapat dan mengerti bagaimana caranya memanfa-
disimpulkan bahwa kepemimpnan meru- atkan kekuatan bawahan untuk mengim-
pakan kemampuan mempengaruhi orang bangi kelemahan yang mereka miliki. Isti-
lain, bawahan maupun kelompok, kemam- lah gaya merupaka pilihan/cara yang di-
puan mengarahkan tingkah laku bawahan pergunakan pimpinan dalam mempe-
atau kelompok, memiliki kemampuan atau ngaruhi para pengikutnya.
keahlian khusus dalam bidang yang Dalam teori jalur tujuan (Path Goal
diinginkan oleh kelompoknya, untuk Theory) yang dikembangkan oleh House
mencapai tujuan organisasi atau kelompok (1971) menyatakan bahwa pemimpin men-
tersebut. dorong kinerja yang lebih tinggi dengan
cara memberikan kegiatan-kegiatan yang
Gaya Kepemimpinan mempengaruhi bawahannya agar percaya
Ada suatu pendekatan yang dapat bahwa hasil yang maksimal bisa dicapai
digunakan untuk memahami kesuksesan dengan usaha yang serius. Kepemimpinan
dari kepemimpinan, yakni dengan memu- yang berlaku secara universal menghasil-
satkan perhatian pada apa yang dilakukan kan tingkat kinerja dan kepuasan bawahan
oleh pemimpin tersebut. Jadi yang dimak- yang tinggi.
sudkan disini adalah gayanya. Gaya kepe-
44 JIMBis: Jurnal IIlmu Manajemen dan Bisnis – Volume 1, Nomor 1, Mei 2022 : 39 – 59

Dalam situasi yang berbeda mensyarat- anak buahnya. Sikap direktif yang de-
kan gaya kepemimpinan yaitu karakteristik mikian diperkirakan akan membuahkan
personal dan kekuatan lingkungan. Teori hasil yang positif.
ini juga menggambarkan bagaimana per- 2. Gaya Supportif
sepsi harapan dipengaruhi oleh hubungan Gaya kepemimpinan yang menunjuk-
kontijensi diantara empat gaya kepemim- kan keramahan seorang pemimpin, mudah
pinan dan berbagai sikap dan perilaku ditemui daan menunjukkan sikap memper-
karyawan. Perilaku pemimpin memberikan hatikan bawahannya. Kepemimpinan gaya
motivasi sampai tingkat: (1)Mengurangi supportif, menggambarkan situasi dimana
halangan jalan yang mengganggu penca- pegawai yang memiliki kebutuhan tinggi
paian tujuan, (2)Memberikan panduan dan untuk berkembang mengerjakan tugas-
dukungan yang dibutuhkan oleh para kar- tugas yang mudah, sederhana, dan rutin.
yawan, dan (3) Mengaitkan penghargaan Individu seperti ini mengharapkan pekerja-
yang berarti terhadap pencapaian tujuan. an sebagai sumber pemuasan kebutuhan,
Selain itu House percaya bahwa tetapi kebutuhan mereka tidak terpenuhi.
pemimpin dapat menunjukkan lebih dari Reaksi yang mungkin timbul adalah pera-
satu gaya kepemimpinan. Selanjutnya, saan kecewa dan frustasi. Bukti-bukti
House mengidentifikasikan lima gaya penelitian oleh House (1971) dengan kuat
kepemimpinan, yaitu: menunjukkan bahwa karyawan yang me-
1. Gaya Direktif ngerjakan tugas-tugas yang kurang me-
Dimana pemimpin memberitahukan muaskan seperti ini cenderung memberikan
kepada bawahan apa yang diharapkan dari respon positif terhadap sikap pimpinan
mereka, memberitahukan jadwal kerja yang yang supportif.
harus diselesaikan dan standar kerja, serta 3. Gaya Partisipatif
memberikan bimbingan secara spesifik Gaya kepemimpinan dimana mengha-
tentang cara-cara menyelesaikan tugas ter- rapkan saran-saran dan ide mereka sebelum
sebut, termasuk di dalamnya aspek peren- mengambil suatu keputusan. Apabila iba-
canaan, organisasi, koordinasi dan penga- wahan merasa mempunyai kemampuan
wasan. Karakteristik pribadi bawahan yang baik, gaya kepemimpinan direktif
mempengaruhi gaya kepemimpinan yang akan dirasa berlebihan, bawahan akan sen-
efektif. Jika bawahan merasa mempunyai derung memusuhi, sehingga gaya kepe-
kemampuan yang tidak baik, kepemim- mimpinan partisipatif lebih sesuai. (Parijat
pinan instrumental (direktif) akan lebih & Bagga, 2014) mengatakan bahwa
sesuai. Sebaliknya apabila bawahan merasa partisipasi bawahan juga mempengaruhi
mempunyai kemampuan yang baik, gaya dalam pengambilan keputusan oleh pe-
direktif akan dirasakan berlebihan, bawa- mimpin. Situasi dimana kebutuhan untuk
han akan cenderung memusuhi. berkembang rendah dan karyawan menger-
House juga menyatakan bahwa direktif jakan tugas-tugas yang mudah, sikap yang
leadership itu memberitahukan kepada dianggap tepat untuk karyawan yang
para bawahan apa yang diharapkan dari secara ego terlibat dengan pekerjaan dan
mereka, memberi pedoman yang spesifik, mengalami kepuasan intrinsik dari tugas
meminta para bawahan untuk mengikuti yang dikerjakan adalah sikap partisipatif
peraturan-peraturan dan prosedur-prose- dan berorientasi prestasi
dur, mengatur waktu dan mengkoordinaasi 4. Gaya Orientasi Prestasi
pekerjaan mereka. Gaya kepemimpinan dimana pemim-
Fungsi pimpinan dalam situasi ini pin menetapkan tujuan yang menantang
adalah memberikan struktur tugas dengan dan mengharapkan bawahan untuk ber-
merencanakan, mengorganisir, mengkoor- prestasi semaksimal mungkin serta terus
dinasi, mengarahkan, dan mengontrol kerja menerus mencari pengembangan prestasi
Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja...– Sari, Fuadati 45

dalam pencapaian tujuan tersebut. Tingkah dalam organisasi. Bhatti et al., (2012) me-
laku individu didorong oleh need for nyatakan gaya kepemimpinan autokratis
achievement atau kebutuhan untuk berpres- mendeskripsikan pemimpin yang cende-
tasi. Kepemimpinan yang berorientasi ke- rung memusatkan kekuasaan kepada
pada prestasi (achievement) dihipotesakan dirinya sendiri, mendikte bagaimana tugas
akan meningkatkan usaha dan kepuasan harus diselesaikan, membuat keputusan se-
bila pekerjaan tersebut tidak tersetruktur cara sepihak, dan meminimalisasi partisi-
(misalnya kompleks dan tidak diulang- pasi karyawan. Ciri-ciri gaya kepemim-
ulang) dengan meningkatkan rasa percaya pinan autokratis : 1. Pemimpin kurang
diri dan harapan akan menyelesaikan memperhatikan kebutuhan bawahan. 2.
sebuah tugas dan tujuan yang menantang. Semua kebijakan ditentukan oleh pemim-
Kepuasan kerja lebih tinggi diperoleh pin. 3. Pemimpin cenderung menjadi pari-
apabila telah melaksanakan prestasi kerja badi dalam pujian dan kecamannya terha-
yang baik. Pegawai yang memiliki kebu- dap kerja setiap anggota. 4. Pemimpin
tuhan untuk berkembang dan mengerjakan mengambil jarak dari partisipasi kelompok
tugas-tugas sulit berdasarkan pembahasan aktif kecuali bila menunjukan keahliannya.
konseptual House (1971) sikap pemimpin 2. Gaya kepemimpinan Demokratis /
yang paling tepat untuk karyawan ini Partisipatif
adalah gaya partisipatif dan berorientasi Kepemimpinan demokratis ditandai
prestasi. dengan adanya suatu struktur yang pe-
5. Gaya Pengasuh ngembangannya menggunakan pendeka-
Dalam kepemimpinan gaya pengasuh, tan pengambilan keputusan yang koopera-
sikap yang mungkin tepat adalah campur tif. Dibawah kepemimpinan demokratis
tangan minim dari pimpinan. Dimana pe- bawahan cenderung bermoral tinggi, dapat
mimpin hanya memantau kinerja tetapi bekerja sama, mengutamakan mutu kerja
tidak mengawasi bawahan secara aktif. dan dapat mengarahkan diri sendiri. Gaya
Tidak dibutuhkan banyak interaksi antara kepemimpinan demokratis mendeskripsi-
pimpinan dengan bawahan sepanjang kan pemimpin yang cenderung mengikut
kinerja karyawan tidak menurun. Pimpinan sertakan karyawan dalam pengambilan ke-
merasa lebih tepat untuk tidak campur putusan, mendelegasikan kekuasaan, men-
tangan dengan tugas-tugas bawahan karena dorong partisipasi karyawan dalam menen-
rasa percaya dari pimpinan bahwasannya tukan bagaimana metode kerja dan tujuan
karyawan mampu menyelesaikan dengan yang ingin dicapai, dan memandang
baik setiap tugasnya. umpan balik sebagai suatu kesempatan
Menurut teori kepemimpinan oleh untuk melatih karyawan (Raus et al., 2012;
Lewin (Bhargavi & Yaseen, 2016; Raus et al., Scheidlinger, 1994). Ciri-ciri gaya kepemim-
2012; Scheidlinger, 1994) menyimpulkan pinan demokratis : 1. Semua kebijaksanaan
ada tiga gaya kepemimpinan; gaya kepe- terjadi pada kelompok diskusi dan kepu-
mimpinan autokratis, gaya kepemimpinan tusan diambil dengan dorongan dan ban-
demokratis, gaya kepemimpinan Laissez- tuan dari pemimpin. 2. Kegiatan-kegiatan
Faire (Kendali Bebas). Berikut merupakan didiskusikan, langkah-langkah umum
penjelasan atas teori tersebut: untuk tujuan kelompok dibuat, dan jika
1. Gaya Kepemimpinan Autokratis. dibutuhkan petunjuk-petunjuk teknis pe-
Menurut Scheidlinger (1994) kepemim- mimpin menyarankan dua atau lebih
pinan autokratis adalah gaya kepemimpi- alternatif posedur yang dapat dipilih. 3.
nan yang menggunakan metode pendeka- Para anggota bebas bekerja dengan siapa
tan kekuasaan dalam mencapai keputusan saja yang mereka pilih dan pembagian tu-
dan pengembangan strukturnya, sehingga gas ditentukan oleh kelompok. 3. Gaya Ke-
kekuasaanlah yang paling diuntungkan pemimpinan Laissez-faire (Kendali Bebas)
46 JIMBis: Jurnal IIlmu Manajemen dan Bisnis – Volume 1, Nomor 1, Mei 2022 : 39 – 59

Gaya kepemimpinan kendali bebas kerja dipengaruhi oleh variable-variabel


mendeskripsikan pemimpin yang secara yang dapat dikelompokkan menjadi tiga
keseluruhan memberikan karyawannya kelompok, yaitu karakteristik pekerjaan,
atau kelompok kebebasan dalam pembuat- karakteristik organisasi dan karakteristik
an keputusan dan menyelesaikan pekerjaan individu/pekerja. Kepuasan kerja menda-
menurut cara yang menurut karyawannya pat tempat yang dangat penting bagi
paling sesuai (Raus et al., 2012; Scheidlinger, perilaku organisasi.
1994). Ciri-ciri gaya kepemimpinan kendali Kepuasan kerja adalah konsep praktis
bebas: 1. Pemimpin membiarkan bawahan- yang sangat penting, karena merupakan
nya untuk mengatur dirinya sendiri. 2. Pe- dampak atau hasil dari keefektifan bekerja
mimpin hanya menentukan kebijaksanaan dan kesuksesan dalam bekerja. Kepuasan
dan tujuan umum. 3. Bawahan dapat meng- kerja yang rendah pada organisasi adalah
ambil keputusan yang relevan untuk rangkaian dari menurunnya pelaksanaan
mencapai tujuan dalam segala hal yang tugas, meningkatnya absensi, dan penurun-
mereka anggap cocok. an moral organisasi. Sedangkan pada ting-
Tiap gaya kepemimpinan diatas me- kat individu, ketidakpuasan kerja, berkai-
miliki kelebihan dan kekurangan masing- tan dengan keinginan yang besar untuk
masing. sehingga akan sangat menguntung- keluar dari kerja, meningkatnya stress kerja,
kan jika dikolaborasi antara tipe yang satu dan munculnya berbagai masalah psiko-
dengan tipe yanrg lain, dan tidak hanya logis dan fisik (Johnson et al., 2005; Said &
terpaku pada satu gaya kepemimpinan saja. El-Shafei, 2021)
Dalam pengertian yang tidak jauh
Kepuasan Kerja berbeda, Edwards & Burnard (2003);
Kepuasan kerja merupakan orientasi Eliyana et al., (2019) berpendapat bahwa
individu yang berpengaruh terhadap peran kepuasan kerja adalah seperangkat perasa-
dalam bekerja. Menurut Robbin & Judge an karyawan tentang menyenangkan atau
(2008) dalam bukunya, kepuasan kerja tidaknya pekerjaan mereka yang pada
merupakan sikap umum seorang individu akhirnya mempengaruhi hasil kerja mere-
terhadap pekerjaannya yaitu selisih antara ka. Penekanan yang lebih spesifik mema-
banyaknya ganjaran yang diterima seorang parkan bahwa kepuasan kerja diarahkan
pekerja dengan banyaknya yang mereka pada lingkungan kerja dimana pekerja
yakini seharusnya yang mereka terima. mengaktualisasikan tugas yang dibebankan
Lebih lanjut dikatakan sikap umum itu kepadanya. Disebut juga kepuasan kerja
dapat digolongkan kepada 2 hal yaitu sikap merupakan hasil dari berbagai macam
negatif akan dimunculkan seorang pekerja sikap (attitude) yang dipunyai seorang
apabila mereka tidak puas dengan pekerja. Dalam hal ini yang dimaksud
pekerjaannya. Sebaliknya apabila seseorang dengan sikap adalah yang berhubungan
puas dengan pekerjaannya maka mereka dengan pekerjaan beserta faktor-faktor
akan memunculkan sikap positif. yang spesifik seperti pengawasan, upah,
Penilaian seorang karyawan terhadap kesempatan promosi, kondisi kerja, peng-
puas atau tidak puas akan pekerjaannya akuan terhadap kecakapan, penilaian kerja
merupakan penjumlahan yang rumit dari yang sehat, hubungan social di dalam pe-
sejumlah unsur pekerjaan. Kepuasan kerja kerjaan, penyelesaian yang cepat terhadap
ditentukan oleh beberapa faktor yaitu kerja keluhan-keluhan dan perlakuan yang baik
yang secara menguras mental, imbalan dari pimpinan terhadap para pekerja
yang pantas, kondisi kerja yang mendu- (Fitrianis & Apriliani, 2019; Fuadiputra,
kung. Anastasiou & Papakonstantinou 2013; Prayatna & Subudi, 2016).
(2014); Bhatti et al., (2012); Mak & Sockel Sementara itu, Robbin & Judge (2008)
(2001) mengemukakan bahwa kepuasan juga mengemukakan bahwa ada perbedaan
Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja...– Sari, Fuadati 47

antara faktor-faktor penentu kepuasan de- organisasi sehubungan dengan pelaksana-


ngan faktor-faktor penentu ketidakpuasan an kerja yangtelah dia tunjukkan. b)
(faktor pemelihara). Faktor penentu kepu- Kepuasan lebih banyak tergantung pada
asan merupakan faktor yang mendorong pelaksanaan kerja daripada sebaliknya,
motivasi seseorang yang meliputi prestasi yaitu pelaksanaan kerja tergantung pada
kerja, pengakuan terhadap pekerjaan, pe- kepuasan.
kerjaan itu sendiri, tanggung jawab, promo- Selanjutnya, terdapat lima buah kom-
si dan pengembangan kerja. Sedang faktor ponen dari kepuasan kerja yaitu: kepuasan
higienis (pemeliharaan) yang meliputi terhadap pekerjaan itu sendiri, kepuasan
kebijaksanaan dan administrasi perusaha- terhadap supervisi, kepuasan terhadap
an, pengawasan, kondisi kerja, hubungan rekan sekerja, kepuasan terhadap gaji dan
interpersonal dengan teman kerja, gaji dan kepuasan terhadap kesempatan promosi.
keamanan kerja, kehidupan pribadi, bukan Menurut Robbins juga terdapat
merupakan faktor motivasi. Artinya apabila beberapa determinan penting yang me-
ada faktor pemelihara maka tidak akan nentukan kepuasan kerja seseorang, yaitu:
muncul ketidakpuasan kerja. a) Kerja yang secara mental menantang. b)
Kepuasan kerja seperti dikembangkan Imbalan yang pantas c) Kondisi kerja yang
oleh Luthans & Youssef, (2007); Youssef & mendukung. d) Rekan kerja yang mendu-
Luthans (2007) adalah perasaan positif/ kung. e) Supervisor
negatif pekerja terhadap pekerjaannya. Hal Rasa ketidakpuasan karyawan dapat
ini merupakan sikap umum terhadap diungkapkan ke dalam berbagai tindakan
pekerjaan yang didasarkan pada penilaian seperti: a) Exit, yaitu perilaku yang diarah-
aspek yang berada dalam pekerjaan. Sikap kan ke arah meninggalkan organisasi.
seseorang terhadap pekerjaan menggam- Mencakup pencarian suatu posisi baru
barkan pengalaman yang menyenangkan maupun meminta berhenti. b) Suara, yaitu
dan tidak menyenangkan juga harapannya dengan aktif dan konstruktif mencoba
di masa mendatang. Pemaparan Luthan’s memperbaiki kondisi. Mencakup saran per-
juga menjelaskan kepuasan kerja merupa- baikan, membahas sejumlah problem de-
kan suatu sikap (attitude), suatu keadaan ngan atasan, dan beberapa bentuk kegiatan
kognitif yang ada dalam diri seseorang serikat buruh. c) Kesetiaan, yaitu wujud
(internal cognitive state). ketidakpuasan dalam bentuk pasif, tetapi
Dalam model teori isi motivasi, ke- optimis menunggu membaiknya kondisi
puasan kerja merupakan penjumlahan dari yang dirasa kurang menguntungkan. Men-
berbagai faktor yang menimbulkan kepuas- cakup berbicara membela organisasi meng-
an seperti tanggung jawab dan pengem- hadapi kritik dan mempercayai oraganisasi
bangan potensi seseorang. Dalam model dan manajemennya untuk melakukan hal
Lawler and Porter (Robbin & Judge, 2008) yang tepat. d) Pengabaian, secara pasif
kepuasan merupakan suatu variabel yang membiarkan kondisi memburuk, termasuk
berasal dari sesuai tidaknya antara imbalan kemungkiran atau datang terlambat secara
yang diharapkan. Individu akan merasa kronis, upaya dikurangi, dan tingkat
tidak puas apabila imbalan yang diterima kekeliruan yang meningkat.
lebih rendah dari imbalan yang diharapkan.
Dari penjelasan tentang kepuasan tadi, Hubungan Antar Variabel
terdapat dua hal penting yang berasal dari Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan
pemikiran tradisional tentang kepuasan, dengan Kinerja Karyawan
yaitu; a) Kepuasan hanya ditentukan oleh Pemimpin mempunyai tanggung ja-
imbalan nyata yang diterima oleh sese- wab menciptakan kondisi-kondisi yang
orang, dan perasaan seseorang terhadap merangsang anggota agar dapat mencapai
imbalan yang seharusnya diberikan oleh tujuan yang ditentukan. Gaya kepemim-
48 JIMBis: Jurnal IIlmu Manajemen dan Bisnis – Volume 1, Nomor 1, Mei 2022 : 39 – 59

pinan menjadi cermin kemampuan sese- Menurut Bhargavi & Yaseen (2016) ga-
orang dalam mempengaruhi individu atau ya kepemimpinan berpengaruh positif kuat
kelompok. terhadap kinerja karyawan dan kinerja
Seorang pemimpin harus mampu men- organisasi. Gaya kepemimpinan memberi-
jaga keselarasan antara pemenuhan kebutu- kan manajer kemampuan untuk mengambil
han individu dengan pengarahan individu keputusan, berpartisipasi dengan orang lain
pada tujuan organisasi. Pemimpin yang atau meminta bawahan mereka untuk
efektif adalah pemimpin yang mengakui menangani masalah pada organisasi. Kerja-
kekuatan-kekuatan penting yang terkan- sama ini membentuk hubungan atasan
dung dalam individu atau kelompok, serta bawahan yang positif yang pada akhirnya
fleksibel dalam cara pendekatan yang meningkatkan kinerja mereka.
digunakan demi meningkatkan kinerja Temuan-temuan ini memberikan indi-
seluruh organisasinya. kasi bahwa gaya kepemimpinan seorang
Gaya kepemimpinan dalam perusaha- pemimpin sangat berpengaruh terhadap
an merupakan hal penting dalam sebuah kinerja bawahannya. Kinerja karyawan
era organisasi modern yang menghendaki akan meningkat ketika mereka merasa
adanya demokratisasi dalam pelaksanaan cocok dengan gaya kepemimpinan yang
kerja dan kepemimpinan perusahaan. Gaya diterapkan, begitu pula sebaliknya. Di
kepemimpinan adalah suatu seni menge- samping itu untuk mendapatkan kinerja
rahkan segala sumber daya yang dimiliki yang baik diperlukan juga adanya pem-
dalam upaya mencapai tujuan dengan berian pembelajaran terhadap bawahannya,
setrategi yang disesuaikan dengan kondisi organisasi yang mendukung, budaya kerja
lingkungan. Akibat yang mungkin timbul yang baik dan pemberian pelatihan kerja
dari adanya gaya kepemimpinan yang yang efektif.
buruk adalah penurunan kinerja karyawan Disisi lain, terdapat penelitian dari
yang akan membawa dampak kepada Lomanjaya et al., (2013) yang memaparkan
penurunan kinerja total perusahaan. hasil tidak adanya hubungan yang positif
Gaya kepemimpinan (leadership style) signifikan pada gaya kepemimpinan trans-
merupakan cara pimpinan untuk mempe- formasional dan gaya kepemimpinan tran-
ngaruhi orang lain atau bawahannya sede- saksional terhadap kinerja karyawan.
mikian rupa sehingga orang tersebut mau Responden merupakan pekerja perusahaan
melakukan kehendak pimpinan untuk jasa yang bekerja di Rumah Sakit. Artinya,
mencapai tujuan organisasi meskipun dimungkinkan karyawan kurang merasa-
secara pribadi hal tersebut mungkin tidak kan sosok kepemimpinan dari leadernya,
disenangi. Berbagai macam gaya kepemim- atau bisa jadi karena pekerja merupakan
pinan dicoba diteliti pada penelitian terda- pekerja dengan tingkat pendidikan yang
hulu dalam upayanya meningkatkan ki- rendah dengan status karyawan tidak tetap
nerja karyawan. Seperti halnya oleh sehingga mereka bekerja sebatas pertu-
Fuadiputra, (2013); Yulianto et al., (2018) karan transaksional tanggung jawab beker-
memaparkan adanya pengaruh positif sig- ja. Artinya, tidak semua gaya kepemim-
nifikan antara gaya kepemimpinan demo- pinan berpengaruh pada kinerja karyawan.
kratis terhadap kinerja karyawan. Berikut Faktor pendidikan, status karyawan juga
pula pada penelitian Ali & Agustian (2018); mempengaruhi hubungan keduanya.
Ariyani (2016) yang menguji gaya kepe- Pada penelitian ini, peneliti mencoba
mimpinan secara general/umum/tidak meneliti kinerja para tenaga medis khusus-
membagi pada satu gaya, menunjukkan nya Perawat di RS swasta di Gresik. Dilihat
adanya pengaruh positif terhadap kinerja dari status karyawan dan pendidikan yang
karyawan. mayoritas adalah Diploma dan Sarjana
maka peneliti menarik hipotesis:
Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja...– Sari, Fuadati 49

H1= Gaya kepemimpinan berpengaruh secara penuh, termasuk menentukan kebija-


positif signifikan terhadap kinerja kan dan prosedur, memutuskan tujuan
karyawan. yang ingin dicapai dan mengawasi semua
kegiatan organisasi.
Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan Pada penelitian ini, peneliti mengacu
dengan Kepuasan Kerja pada penelitian sebelumnya yang dilaku-
Perilaku pemimpin merupakan salah kan oleh Kusumawati (2008); Plangiten
satu faktor penting yang dapat mempenga- (2013); Sinurat (2017) yang membuktikan
ruhi kepuasan kerja. Penelitian Prayatna & bahwasannya ada hubungan positif signifi-
Subudi (2016); Yanoto (2018) menunjukkan kan antara gaya kepemimpinan dengan
bahwa gaya kepemimpinan mempunyai kepuasan kerja karyawan. Sehingga, ditarik
hubungan yang positif terhadap kepuasan hipotesis sebagai berikut:
kerja para pegawai. Hasil penelitian H2= Gaya kepemimpinan berpengaruh
terdahulu oleh Bhatti et al., (2012) diperoleh positif signifikan terhadap kepuasan
bahwa dibawah gaya kepemimpinan kerja.
autocratic dan democratic mengkonfirmasi
adanya hubungan yang positif terhadap Hubungan Antara Kepuasan Kerja
kepuasan kerja. Hubungan yang akrab dan Dengan Kinerja Karyawan
saling tolong-menolong dengan teman Mempertahankan dan meningkatkan
sekerja serta atasan merupakan hal yang kinerja karyawan agar tetap baik bukanlah
sangat penting dan memiliki hubungan hal yang mudah dilakukan oleh perusahaan
kuat dengan kepuasan kerja. jasa. Hal ini umumnya terjadi karena jasa/
Kusumawati (2008); Sinurat (2017) pelayanan merupakan output langsung
dalam penelitiannya menyatakan bahwa yang dirasakan oleh kostumer. Berbeda
terdapat hubungan positif signifikan antara dengan produk berupa barang, yang di
variabel gaya kepemimpinan dengan produksi masal oleh pabrik. Pemanfaatan-
kepuasan kerja karyawan. Diungkapkan nya pun bisa langsung dirasakan atau
pula bahwa gaya kepemimpinan yang efek- waktu yang akan datang. Beda halnya
tif adalah kepemimpinan yang disesuaikan dengan jasa, dimana pemanfaatannya saat
dengan situasi dan kondisi (contingency). itu juga dan langsung dirasakan. Sehingga
Salah satu indikasi turunnya semangat dan jika ada kostumer yang tidak terpuaskan,
kegairahan kerja ditunjukkan dengan dapat menjadi salah satu indikator menu-
tingginya tingkat absensi dan perpindahan runnya kinerja karyawan/pemberi jasa.
pegawai. Hal itu timbul sebagai akibat dari Kinerja karyawan tetap tinggi diperlu-
kepemimpinan yang tidak disenangi. kan agar keberlangsungan organisasi tetap
Salah satu faktor yang menyebabkan berjalan dengan baik. Konsumen yang
ketidakpuasan kerja ialah sifat atasan yang merasa terpuaskan oleh kinerja karyawan
tidak mau mendengar keluhan dan panda- yang melayani, maka konsumen akan
ngan pekerja dan mau membantu apabila datang lagi dan bahkan merekomendasikan
diperlukan. Seperti halnya penelitian perusahaan ke rekan sekitarnya. Oleh
Pratama (2012) memaparkan adanya penga- karenanya, mempertahankan kinerja yang
ruh negatif antara gaya kepemimpinan optimal menjadi kunci mempertahankan
otokratis terhadap kepuasan kerja karya- pelanggan.
wan. Hal ini membuktikan bahwasannya Salah satu upaya meningkatkan kinerja
dibawah gaya kepemimpinan otokratis, karyawan yaitu dengan meningkatkan
karyawan merasa tidak puas dengan kepuasan kerja karyawan. Penelitian sebe-
kerjanya. Dimana kepemimpinan otokratis lumnya menunjukkan adanya pengaruh
adalah gaya kepemimpinan seorang pe- positif signifikan antara kepuasan kerja
mimpin yang mengendalikan bawahannya karyawan terhadap kinerjanya (Febriyana,
50 JIMBis: Jurnal IIlmu Manajemen dan Bisnis – Volume 1, Nomor 1, Mei 2022 : 39 – 59

2015; Hamid & Hazriyanto, 2019; Indrawati, karyawan. Hal ini membuktikan bahwa
2013; Nurnaningsih & Wahyono, 2017). gaya kepemimpinan yang sesuai dengan
Karyawan yang merasa puas akan peker- organisasi tempat bekerja secara signifikan
jaannya secara terbukti menunjukkan hasil mampu meningkatkan kinerja karyawan
yang bagus pula pada kinerjanya. Ketika seiring dengan meningkat pula kepuasan
kepuasan kerja tinggi, maka kinerja kerja karyawan. Dalam kata lain, kepuasan
karyawan juga tinggi. Beberapa indikator kerja merupakan hal yang patut dipertim-
kepuasan kerja yang umum digunakan bangkan dalam upaya meningkatkan kiner-
adalah sikap atasan, hubungan rekan kerja, ja karyawan (Cahyono, 2019; Fitrianis &
kompensasi, jenjang karir, dan lingkungan Apriliani, 2019; Lousyiana & Harlen, 2015;
kerja karyawan. Pambudi et al., 2016; Putri, 2018; Winarto &
Disisi lain, hasil yang berbeda ditunjuk- Purba, 2018).
kan oleh (Saufa & Maryati, 2017). Dengan Walaupun hasil berbeda ditunjukkan
objek penelitian yang sama yaitu di Rumah pada penelitian Fathurrohman (2015); E.
Sakit, dimana bisnis utama adalah pelaya- Kusumawati & Ansori (2008) dimana tidak
nan, penelitian ini memaparkan bahwa ke- terjadi hubungan mediasi oleh variabel
puasan kerja tidak berpengaruh signifikan kepuasan kerja atas gaya kepemimpinan
terhadap kinerja karyawan. Hal itu bisa saja terhadap kinerja, penelitian ini tetap
terjadi karena perbedaan persepsi masing- mengacu pada penelitian yang menyatakan
masing karyawan. adanya hubungan mediasi oleh kepuasan
Kepuasan kerja merupakan hal yang kerja terhadap gaya kepemimpinan dan
bersifat individu, puas tidaknya seseorang kinerja.
memiliki tingkat yang berbeda dengan H4=Kepuasan kerja memediasi hubungan
kepuasan orang lain. Selain itu, tanggung antara gaya kepemimpinan terhadap
jawab pekerjaan karyawan medis/perawat kinerja karyawan.
adalah merawat pasien. Puas atau tidak
mereka tetap akan merawat pasien tersebut, Kerangka Pemikiran
terlebih lagi sumpah medis yang sudah Dari uraian yang didukung berda-
diikrarkan semasa kuliah. Sehingga, ke- sarkan landasan teoritis dan hasil penelitian
puasan kerja yang dirasakan tidak akan empiris diatas, maka dapat digambarkan
mempengaruhi kinerjanya, baik hal itu adanya keterkaitan antara gaya kepemim-
sifatnya menurunkan maupun meningkat- pinan dan kinerja karyawan dengan ke-
kan kinerja. puasan kerja sebagai variabel intervening.
Tetapi, pada penelitian menarik hi- Pola hubungan antar variabel tersebut da-
potesis atas penelitian sebelumnya oleh pat digambarkan dalam kerangka peneli-
(Indrawati, 2013) dimana karyawan yang tian pada gambar 1.
merasa puas akan kerjanya akan memberi- Pada gambar 1 menunjukkan kerangka
kan dampak positif yaitu meningkatkan konseptual yang dibahas pada penelitian
kinerja karyawan. ini, dari gambar tersebut dapat ditarik 4
H3=Kepuasan kerja berpengaruh positif hipotesis. H1= Gaya kepemimpinan berpe-
signifikan terhadap kinerja karyawan. ngaruh positif signifikan terhadap kinerja
karyawan. H2=Gaya kepemimpinan berpe-
Kepuasan Kerja Memediasi Hubungan ngaruh positif signifikan terhadap kepuas-
Antara Gaya Kepemimpinan Terhadap an kerja. H3=Kepuasan kerja berpengaruh
Kinerja Karyawan positif signifikan terhadap kinerja karya-
Penelitian sebelumnya mengkonfirma- wan. H4=Kepuasan kerja memediasi hu-
si adanya pengaruh tidak langsung kepuas- bungan antara gaya kepemimpinan terha-
an kerja karyawan terhadap hubungan an- dap kinerja karyawan.
tara gaya kepemimpinan terhadap kinerja
Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja...– Sari, Fuadati 51

Gambar 1
Kerangka Konseptual

METODE PENELITIAN Gaya Kepemimpinan: Gaya kepemim-


Jenis Penelitian pinan merupakan persepsi responden ter-
Penelitian ini menggunakan metode hadap atasannya tentang pola perilaku
penelitian survei. Penelitian survei merupa- yang diperlihatkan oleh atasannya pada
kan penelitian yang mengambil sampel dari saat mempengaruhi aktivitas bawahan.
suatu populasi yang dipilih, dan meng- Variabel ini diukur dengan indikator
gunakan kuesioner sebagai instrumen pe- menganut 3 (tiga) kriteria kepemimpinan
ngumpulan data mengenai indikator- dari Lewin’s:
indikator yang berkaitan dengan variabel a. Gaya kepemimpinan autokratis.
penelitian. Data yang diperoleh dianalisis • Pemimpin kurang memperhatikan
dan hasilnya dipaparkan secara deskriptif. kebutuhan bawahan.
Penelitian ini menggunakan analisis kuan- • Semua kebijakan ditentukan oleh
titatif dan bertujuan untuk menganalisis pemimpin
hubungan antar variabel. • Pemimpin tidak mengajak bawahan
Penelitian ini dilakukankan di salah berpartisipasi dalam penyelesaian
satu Rumah Sakit swasta di Kabupaten masalah
Gresik dengan mengambil obyek penelitian b. Gaya kepemimpinan demokratis.
karyawan medis yaitu Perawat. Menurut • Mengikutsertakan karyawan dalam
Ghozali (2009) yang dimaksud populasi pengambilan keputusan,
adalah wilayah generalisasi yang terdiri • Mendorong partisipasi karyawan dalam
atas obyek/subyek yang mempunyai kuali- pencapaian tujuan organisasi.
tas dan karakteristik tertentu yang ditetap- • Memberikan kesempatan karyawan
kan peneliti untuk dipelajari dan ditarik untuk jabatan yang lebih tinggi
kesimpulannya. Populasi dalam penelitian c. Gaya kepemimpinan Laissez-Faire
ini adalah seluruh perawat yang berada (Kendali Bebas)
dibawah kepala ruangan atau kepala unit • Pemimpin hanya menentukan
yang ada di Rumah Sakit, dengan total per kebijaksanaan dan tujuan umum.
Januari 2019 adalah 215 orang. • Bawahan dapat mengambil keputusan
Jumlah tersebut selanjutnya digunakan yang relevan untuk mencapai tujuan
sebagai sampel penelitian. Kuesioner yang dalam segala hal yang mereka anggap
kembali sejumlah 132 dan banyak diantara- cocok
nya yang tidak mengisi secara penuh se-
hingga terpaksa tidak digunakan. Akhir- Kepuasan Kerja: merupakan persepsi
nya, total data valid yang di proses pada responden tentang bentuk perasaan
penelitian ini berjumlah 100 sampel. terhadap pekerjaannya, situasi kerja dan
hubungan dengan rekan kerjanya. Variabel
Definisi Operasional ini diukur dengan Indikator: a. Kepuasan
Definisi operasional masing-masing dengan gaji. b. Kepuasan dengan promosi.
variabel dan indikatornya dijelaskan seba- c) Kepuasan dengan rekan kerja. d)
gai berikut:
52 JIMBis: Jurnal IIlmu Manajemen dan Bisnis – Volume 1, Nomor 1, Mei 2022 : 39 – 59

Kepuasan dengan penyelia. e) Kepuasan Tabel 1


dengan pekerjaan itu sendiri. Nilai AVE

Kinerja: Kinerja merupakan persepsi Variabel Average Ket


responden tentang hasil kerjanya secara Variance
kualitas dan kuantitas yang sudah dicapai- Extracted (AVE)
nya dalam melaksanakan tugas sesuai de- Gaya 0.516 Valid
ngan tanggung jawab yang diberikan Kepemimpinan
kepadanya. selama satu periode waktu Kepuasan Kerja 0.519 Valid
tertentu. Variabel ini diukur dengan indi- Kinerja 0.502 Valid
kator sebagai berikut: a) Tingkat kualitas Sumber: Olah data peneliti
hasil kerja. b) Tingkat keuletan dan daya
tahan kerja. c) Tingkat disiplin dan absensi. Pada Tabel 1 menunjukkan nilai AVE
d) Tingkat kerja sama antar rekan sekerja. e) untuk semua variabel telah valid karena
Tingkat tanggung jawab akan hasil pekerja- bernilai > 0,5. Nilai AVE 0,5 atau lebih
annya. f) Tingkat inisiatif/kreatifitas yang berarti konstruk dapat menjelaskan 50%
dimiliki. g) Tingkat profesionalitas kerja atau lebih varian itemnya.
yang dimiliki Selanjutnya Pada Tabel 2 berikut ini
adalah nilai Cronbach’s Alpha. Cronbach’s
ANALISIS DAN PEMBAHASAN Alpha merupakan sebuah ukuran keandal-
Teknik analisis pada penelitian ini an yang memiliki nilai berkisar dari nol
menggunakan Smart PLS 3 yang tahapan- sampai satu.
nya merujuk pada penelitian oleh (Sari &
Suhariadi, 2019). Terdapat beberapa tahap Tabel 2
dalam pengujian variabel penelitian: perta- Nilai Cronbach’s Alpha
ma menguji validitas dan reliabilitas kon-
vergen dari masing-masing indikator apa- Variabel Cronbach's Alpha
kah merupakan bagian dari konstrak atau Gaya 0.864
variabel penelitian. Selanjutnya menguji Kepemimpinan
struktural model. Tujuan tahap ini untuk Kepuasan Kerja 0.765
melihat ada tidaknya pengaruh antar Kinerja Karyawan 0.833
variabel. Sumber: Olah data peneliti
Pada tabel 1 berikut merupakan hasil
Nilai Conbach’s Alpha yang dihasilkan
uji validitas dan reliabilitas indikator pene-
ketiga variabel kesemuanya >0,7 yang
litian. Validitas adalah ketepatan atau
artinya variabel sudah cukup andal untuk
kecermatan suatu instrument dalam peng-
dilanjutnkan pengujian selanjutnya.
ukuran. Sedangkan uji reliabilitas diguna-
kan untuk mengetahui konsistensi alat
Tabel 3
ukur, apakah alat pengukur yang diguna-
Nilai Composite Reliability
kan dapat diandalkan dan tetap konsisten
jika pengukuran tersebut diulang.
Composite
Nilai AVE menggambarkan besarnya Variabel
Reliability
varian atau keragaman variable manifest
Gaya Kepemimpinan 0.894
yang dapat dimiliki oleh konstruk laten.
Kepuasan Kerja 0.842
Dengan demikian, semakin besar varian
Kinerja Karyawan 0.874
atau keragaman variable manifest yang dapat
Sumber: Olah data peneliti
dikandung oleh konstruk laten, maka
semakin besar representasi variabel manifes
terhadap konstruk latennya.
Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja...– Sari, Fuadati 53

Pada Tabel 3 menunjukkan nilai Compo- Tabel 5


site reliability. Nilai composite reliability dapat Nilai Outer Loading
digunakan dalam menguji nilai reliabilitas
masing-masing indikator pada suatu Indikator Outer Loading Keterangan
variabel. X.1 0.785 Reliabel
Tabel 3 menunjukkan nilai Composite X.2 0.604 Reliabel
Reliability.. Pada Tabel 3 diatas, untuk X.3 0.611 Reliabel
semua variabel bernilai > 0,7 yang artinya X.4 0.743 Reliabel
model pada penelitian ini sudah reliabel. X.5 0.681 Reliabel
Selanjutnya, Tabel 4 dibawah ini me- X.6 0.767 Reliabel
maparkan hasil uji R2 dari kepuasan kerja X.7 0.767 Reliabel
dan kinerja perawat. Uji koefisien determi- X.8 0.761 Reliabel
nasi (R2) dilakukan untuk menentukan dan Y.1 0.656 Reliabel
memprediksi seberapa besar atau penting Y.2 0.787 Reliabel
kontribusi pengaruh yang diberikan oleh Y.3 0.811 Reliabel
variabel independen secara bersama–sama Y.4 0.804 Reliabel
terhadap variabel dependen. Y.5 0.590 Reliabel
Y.6 0.663 Reliabel
Tabel 4 Y.7 0.612 Reliabel
Nilai R2 Z.1 0.657 Reliabel
Variabel R2 Keterangan Z.2 0.615 Reliabel
Kepuasan Kerja 0.423 Moderat Z.3 0.761 Reliabel
Kinerja Karyawan 0.581 Moderat Z.4 0.744 Reliabel
Sumber: Olah data peneliti Z.5 0.807 Reliabel
Sumber: Olah Data Peneliti
Pada Tabel 4 dapat diketahi bahwa R2
dari kepuasan kerja dan kinerja perawat Tabel 6 memaparkan hasil pengujian
tergolong moderat. Hal ini mengacu pada pengaruh langsung. Pengaruh langsung ini
Ghozali (2009) pada penelitian Sari & merupakan pengujian atas Hipotesis 1,
Suhariadi (2019) yang mengklasifikasikan Hipotesis 2, Hipotesis 3.
nilai R2 pada klasifikasi berikut: nilai R2 bisa
dikategorikan kuat jika nilai R2 ≥ 0.67, Tabel 6
moderat ≥0.33, dan lemah ≥ 0.19. Hasil Uji Pengaruh Langsung
Selanjutnya pada Tabel 5 berikut ini
adalah hasil atas pengujian outer loading. T Statistics P Values
Outer loadings adalah tabel yang berisi Gaya Kepemimpinan 3.279 0.001
loading factor untuk menunjukkan besar Kinerja Perawat
korelasi antara indikator dengan variabel Gaya Kepemimpinan 12.350 0.000
laten. Pengujian outer loading pada Tabel 5 Kepuasan Kerja
menggunakan batas 0,5 yang artinya ketika Kepuasan Kerja 4.470 0.000
nilai outer loading diatas 0,5 maka dainggap Kinerja Karyawan
variabel tersebut reliabel. Hal ini mengacu Sumber: Olah Data Peneliti
pada Ghozali (2014:227) yang mengatakan
bahwa nilai outer loading 0.5-0.60 masih Berdasarkan Tabel 6 diatas dapat dike-
dapat dipertahankan untuk model yang tahui bahwa semua p-value yang diperoleh
masih dalam tahap pengembangan. kurang dari 5%, sehingga dapat disimpul-
Sehingga, pada penelitian ini variabel yang kan bahwa hipotesis:
diuji dianggap telah reliabel.
54 JIMBis: Jurnal IIlmu Manajemen dan Bisnis – Volume 1, Nomor 1, Mei 2022 : 39 – 59

1. Gaya kepemimpinan mempengaruhi secara tidak langsung hubungan antara


secara positif signifikan terhadap kinerja gaya kepemimpinan terhadap kinerja
karyawan, Diterima. karyawan. Hal tersebut dapat dilihat dari P
2. Gaya kepemimpinan mempengaruhi se- Values yang nilainya kurang dari 5%.
cara positif signifikan terhadap kepuas-
an kerja karyawan, Diterima PEMBAHASAN
3. Kepuasan kerja karyawan mempengaru- Gambar 2 merupakan gambar coeffi-
hi secara positif signifikan terhadap ki- cient path dari penelitian ini, dari hasil
nerja karyawan, Diterima. pengujian yang telah dipaparkan pada
bagian sebelumnya, terbukti dengan struk-
Selanjutnya pada Tabel 7 menunjukkan tural model gambar 2, menunjukkan bah-
hasi pengujian tidak langsung/mediasi/ wasannya:
intervening. Gaya Kepemimpinan Berpengaruh Positif
Signifikan Terhadap Kinerja
Tabel 7 Gaya kepemimpinan yang diterapkan
Hasil Uji Tidak Langsung di organisasi memiliki pengaruh langsung
terhadap kinerja karyawan. Pengaruh terse-
T P but bersifat positif dan mendukung hasil
Statistics Values penelitian sebelumnya oleh (Ivana Ariyani,
Gaya Kepemimpinan 4.115 0.000 2016; Yulianto et al., 2018).
Kepuasan Kerja Berdasarkan teori yang sudah dibahas
Kinerja Karyawan pada bab sebelumnya, pilihan gaya kepe-
Sumber: Olah Data Peneliti mimpinan yang efektif akan sangat ber-
pengaruh terhadap kinerja bawahannya.
Pada Tabel 7 menunjukkan bahwa ter- Efektif dalam artian tepat dan sesuai
dapat hubungan positif signifikan variabel dengan kondisi serta kebutu han organisasi
kepuasan kerja karyawan mempengaruhi yang dijalankan.

Gambar 2
Path Coeffients
Sumber: Olah Data Peneliti
Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja...– Sari, Fuadati 55

Responden dalam penelitian ini menun- Kepuasan Kerja Memediasi Hubungan


jukkan persepsinya terkait gaya kepemim- antara Gaya Kepemimpinan Terhadap
pinan yang diterapkan oleh atasannya, Kinerja Karyawan
mampu mempengaruhi output dan kinerja Hasil pada penelitian ini menunjukkan
mereka. Sehingga, kinerja mereka juga bahwa gaya kepemimpinan yang diterapkan
tergantung pada bagaimana kecermatan dan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya ki-
efisiensi penerapan gaya kepemimpinan nerja karyawan melalui kepuasan kerja
atasannya (Ivana Ariyani, 2016). karyawan. Dalam artian, variabel kepuasan
Gaya Kepemimpinan Berpengaruh Positif kerja berpengaruh signifikan dalam meme-
Signifikan Terhadap Kepuasan Kerja diasi hubungan antara gaya kepemimpinan
Hasil yang ditunjukkan pada penelitian dan kinerja karyawan.
ini membuktikan bahwasannya gaya kepe- Temuan ini menolak penelitian sebe-
mimpinan berpengaruh positif signifikan lumnya oleh Fathurrohman (2015); E.
terhadap kepuasan kerja. Temuan ini men- Kusumawati & Ansori (2008); Ni’Am et al.,
dukung penelitian sebelumnya oleh (2021) yang memaparkan tidak adanya
(Cahyono, 2019; Sinurat, 2017). Gaya kepe- pengaruh mediasi kepuasan kerja. Tetapi
mimpinan yang diterapkan seoarang leader pada penelitian ini mendukung penelitian
mampu mempengaruhi kepuasan kerja kar- Lousyiana & Harlen (2015); Pambudi et al.,
yawan. Pengaruh yang dihasilkan adalah (2016); Putri (2018); Winarto & Purba (2018)
positif yang berarti semakin efektif gaya yang membuktikan adanya pengaruh
kepemimpinan yang diterapkan, maka ke- mediasi kepuasan kerja karyawan terhadap
puasan kerja karyawan juga akan semakin hubungan antara gaya kepemimpinan dan
meningkat. Demikian sebaliknya, ketika kinerja karyawan.
gaya kepemimpinan yang diterapkan tidak Sehingga dapat disimpulkan, gaya ke-
tepat diterapkan pada organisasi tersebut, pemimpinan yang diterapkan akan lebih
maka kepuasan kerja karyawan juga akan berhasil meningkatkan kinerja karyawan
semakin menurun. ketika diikuti pula oleh peningkatan kepuas-
Kepuasan Kerja Berpengaruh Positif an kerja karyawan. Kepuasan kerja karya-
Signifikan terhadap Kinerja wan merupakan hal yang dapat dipertim-
Berdasarkan analisis data pada peneli- bangkan dalam upaya peningkatan kinerja.
tian ini, dapat diketahui bahwa ada penga-
ruh positif dan signifikan kepuasan kerja ter- SIMPULAN DAN SARAN
hadap kinerja karyawan. Hal ini mengkon- Dalam penelitian ini, peneliti mencoba
firmasi penelitian sebelumnya dimana juga menguji pengaruh gaya kepemimpinan yang
terdapat pengaruh positif signifikan antara merujuk pada teori Lewin (kepemimpinan
kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan demokrasi, autokrasi dan kendali bebas)
(Ali & Agustian, 2018a; Indrawati, 2013). terhadap pengaruhnya pada kinerja karya-
Karyawan yang merasa puas akan wan dan kepuasan karyawan. Selanjutnya
pekerjaannya, akan meningkatkan hasil melihat bagaimana kepuasan kerja yang
kinerjanya. Begitu pula sebaliknya, ketika dirasakan karyawan mampu mempengaruhi
karyawan mengalami ketidakpuasan akan kinerja, serta pengaruh tidak langsung
kerjanya, kinerjanya akan menurun pula. kepuasan kerja pada hubungan gaya
Hal ini karena seperti halnya diungkapkan kepemimpinan terhadap kinerja. Hasil yang
oleh Youssef & Luthans (2007) kondisi pikir- didapat adalah semua hipotesis diterima.
an yang nyaman, tidak tertekan, optimis dan Berdasarkan kesimpulan diatas, adapun
merasa mendapat dukungan akan memben- saran yang diberikan adalah: mengingat
tuk perilaku yang positif di organisasi. gaya kepemimpinan mempengaruhi ke-
Akhirnya, kinerja akan meningkat. puasan kerja dan kinerja karyawan, pihak
Rumah Sakit diharapkan dapat memper-
56 JIMBis: Jurnal IIlmu Manajemen dan Bisnis – Volume 1, Nomor 1, Mei 2022 : 39 – 59

tahankan serta meningkatkan unsur gaya 1111/j.1744-6570.1990.tb01561.x


kepemimpinan yang sudah diterapkan. Destiasari, S. (2015). Kinerja Pegawai di
Begitu juga terkait kepuasan karyawan, pi- Kantor Kecamatan Cipocok Jaya Kota
hak Rumah sakit sebaiknya mempertahan- Serang. In Jurnal Ilmu Admninistrasi Dan
kan dan meningkatkan faktor-faktor yang Organisasi. Universitas Sultan Ageng
dapat meningkatkan kepuasan karyawan. Tirtayasa.
Kinerja yang sudah bagus harus senantiasa Dolphina, E. (2012). Pengaruh Motivasi Kerja,
dipertahankan untuk menjaga kualitas Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja
pelayanan dan memberikan kepuasan Karyawan Serta Dampaknya Pada Kinerja
terhadap pelanggan, sehingga pendapatan Perusahaan. 2012 (Semantik:Seminar Na-
dari instansi bisa semakin meningkat sional Teknologi Informasi & Komuni-
kasi Terapan), 1–7. https://doi.org/
DAFTAR PUSTAKA 10.31227/osf.io/e6qjd
Ali, K., & Agustian, D. W. (2018b). Analisis Edwards, D., & Burnard, P. (2003). A
Pengaruh Budaya Organisasi Dan Gaya systematic review of stress and stress
Kepemimpinan Terhadap Kepuasan management interventions for mental
Kerja Untuk Meningkatkan Kinerja Kar- health nurses. Journal of Advanced
yawan Di Rumah Sakit Muhammadiyah Nursing.
Metro. Jurnal Derivatif. Jurnal Ilmiah FE- Eliyana, A., Ma’arif, S., & Muzakki. (2019).
UMM Lampung, 12(2). Job satisfaction and organizational
Anastasiou, S., & Papakonstantinou, G. commitment effect in the transforma-
(2014). Factors affecting job satisfaction, tional leadership towards employee
stress and work performance of secon- performance. European Research on
dary education teachers in Epirus, NW Management and Business Economics,
Greece. International Journal of Mana- 25(3), 144–150. https://doi.org/10.1016
gement in Education, 8(1), 37–53. https:// /j.iedeen.2019.05.001
doi.org/10.1504/IJMIE.2014.058750 Fathurrohman, F. (2015). Pengaruh Kepemim-
Bhargavi, D. S., & Yaseen, A. (2016). pinan Transformasional dan Motivasi Kerja
Leadership Styles and Organizational Terhadap Kinerja Dengan Kepuasan Kerja
Performance. Strategic Management Sebagai Intervening (Studi Empiris Pada
Quarterly, 4(1), 87–117. https://doi.org/ Disdukcapil Kota Serang). 11(2), 195–206.
10.15640/smq.v4n1a5 Febriyana, W. (2015). Pengaruh Kepuasan
Bhatti, N., Maitlo, G. M., Shaikh, N., Hashmi, Kerja Terhadap Kinerja Karyawan PT.
M. A., & Shaikh, F. M. (2012). The Impact Kabepe Chakra 2015. E-Proceeding of
of Autocratic and Democratic Leader- Management, 2(3), 1–8.
ship Style on Job Satisfaction. Internatio- Fitrianis, B. F., & Apriliani, R. A. E. (2019).
nal Business Research, 5(2), 192–201. Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Budaya
https://doi.org/10.5539/ibr.v5n2p192 Organisasi Dan Motivasi Kerja Terha-
Cahyono, H. (2019). Pengaruh Gaya Kepe- dap Kinerja Karyawan Dengan Kepuas-
mimpinan Transformasional Dan Moti- an Kerja Karyawan Sebagai Variabel
vasi Kerja Terhadap Kinerja Karya-wan Intervening (Studi Pada Hotel Kresna
Dengan Kepuasan Kerja Sebagai Varia- Wonosobo). Journal of Economic, Business
bel Mediasi Di RSUD Dr Saiful Anwar. and Engineering (JEBE), 1(1), 9–
Magister Manajemen. http://eprints. 15.https://ojs.unsiq.ac.id/index.php/je
umm.ac.id/53002/1/Naskah. pdf be/article/view/870
Campbell, J. P., McHenry, J. J., & Wise, L. L. Fuadiputra, I. R. (2013). Pengaruh Gaya
(1990). Modeling Job Performance in a Kepemimpinan Demokratis Terhadap
Population of Jobs. Personnel Psychology, Kinerja Paramedis Di Rumah Sakit Al-
43(2), 313–575. https://doi.org/10. Rohmah. Jimfeb. Jurnal Imiah Mahasiswa
Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja...– Sari, Fuadati 57

FEB UB. Malang, 148, 148–162. Manajemen Rumah Sakit, 5(2), 1–7.
Ghozali, I. (2009). Analisis Multivariate https://doi.org/10.18196/jmmr.5118
Lanjutan dengan Program SPSS. Badan Johnson, S., Cooper, C., Cartwright, S.,
Penerbit Universitas Diponegoro. Donald, I., Taylor, P., & Millet, C. (2005).
Ghozali, I. (2014). Structural Equation The experience of work-related stress
Modeling. Metode Alternatif dengan Partial across occupations. Journal of Managerial
Least Squares (PLS). Dilengkapi Software Psychology, 20(2), 178–187. https://doi.
SmartPLS3.0.0 Xlstat 2014 dan org/10.1108/02683940510579803
WarpPLS4.0. Edisi 4 (4th ed.). Badan Kusumawati, E., & Ansori, M. (2008).
Penerbit Universitas Diponegoro. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transak-
Hamid, A., & Hazriyanto, H. (2019). sional dan Transformasional Terhadap
Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawam dengan Mediasi
Kinerja Karyawan PT. Aker Solutions Kepuasan Kerja di Politeknik Negeri Batam.
Batam. Jurnal Benefita, 4(2), 326. Kusumawati, R. (2008). Analisis Pengaruh
https://doi.org/10.22216/jbe.v4i2.1877 Budaya Organisasi dan Gaya Kepemim-
House, R. J. (1971). A Path Goal Theory of pinan Terhadap Kepuasan Kerja Untuk
Leader Effectiveness. Administrative Meningkatkan Kinerja Karyawan (Studi
Science Quarterly, 16(3), 321–339. Kasus Pada RS Roemani Semarang).
Hoyt, C. L., & Price, T. L. (2015). Ethical Lomanjaya, J., Laudi, M., Widjaja, D. C., &
Decision Making and Leadership: Kartika, E. W. (2013). Analisis Pengaruh
Merging Social Role and Self-Construal Gaya Kepemimpinan Transformasional
Perspectives. Journal of Business Ethics, Dan Transaksional Terhadap Kinerja
126(4), 531–539. https://doi.org/10.- Karyawan Pt. Iss Indonesia Cabang
1007/s10551-013-1974-x Surabaya Di Rumah Sakit Katolik St.
Hoyt, C. L., Price, T. L., & Poatsy, L. (2013). Vincentius a. Paulo. Journal of Chemical
The social role theory of unethical Information and Modeling, 53(9), 1689–
leadership. Leadership Quarterly, 24(5), 1699.
712–723. https://doi.org/10.1016/j. Lousyiana, T. T., & Harlen. (2015). Pengaruh
leaqua.2013.07.001 Gaya Kepemimpinan Dan Budaya
Ibrahim, R., Boerhannoeddin, A., & Kazeem Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja
Kayode, B. (2017). Organizational cul- dan Kinerja Perawat di Rumah Sakit
ture and development: Testing the Islam Ibnu Sina Pekanbaru. Tepak
structural path of factors affecting Manajemen Bisnis, 7(3), 509–521.
employees’ work performance in an Luthans, F., & Youssef, C. M. (2007).
organization. Asia Pacific Management Emerging positive organizational
Review, 22(2), 104–111. https://doi.org/ behavior. Journal of Management, 33(3),
10.1016/j.apmrv.2016.10.002 321–349. https://doi.org/10.1177/0149
Indrawati, A. D. (2013). Pengaruh Kepuasan 206 307300814
Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Dan Mak, B. L., & Sockel, H. (2001). A
Kepuasan Pelanggan Pada Rumah Sakit confirrmatory factor analysis of IS
Swasta Di Kota Denpasar. Jurnal employee motivation and retention
Manajemen, Strategi Bisnis Dan Kewirau- Brenda. Elsevier Science B.V, 38.
sahaan, 7(2), 135–142. https:/doi.org/10. Ni’Am, M. M., Maharani, A., & Fauzi, A.
24843/Matrik:Jmbk (2021). Dinamika Gaya Kepemimpinan
Ivana Ariyani, R. (2016). Pengaruh Gaya Tangkas, Motivasi, Kinerja Dan Ke-
Kepemimpinan Dan Loyalitas Karya- puasan Kerja Di Perusahaan Perke-
wan Terhadap Kinerja Karyawan Di bunan. JISIP (Jurnal Ilmu Sosial Dan
Rumah Sakit Islam Hidayatullah Pendidikan), 5(3), 14–22. https://doi.
Yogyakarta. Jurnal Medicoeticolegal Dan org/10.36312/jisip.v5i3.2015
58 JIMBis: Jurnal IIlmu Manajemen dan Bisnis – Volume 1, Nomor 1, Mei 2022 : 39 – 59

Nurnaningsih, S., & Wahyono, W. (2017). Raus, A., Haita, M., & Lazǎr, L. (2012).
Pengaruh Kepuasan Kerja, Motivasi Hierarchy of needs, perception and
Kerja Dan Komitmen Organisasi preference for leadership styles within a
Terhadap Kinerja Melalui Organiza- police educational institution.
tional Citizenship Behavior (Ocb) Transylvanian Review of Administrative
Sebagai Variabel Intervening. Economic Sciences, 35, 238–255.
Education Analysis Journal, 6(2), 365–378. Robbin, S. P., & Judge, T. A. (2008).
Pambudi, didit setyo, Mukzam, D., & Organizational Behavior (13th).
Nurtjahjono, gunawan eko. (2016). Pe- Said, R. M., & El-Shafei, D. A. (2021).
ngaruh Gaya Kepemimpinan Transfor- Occupational stress, job satisfaction, and
masional Terhadap Kinerja Karyawan intent to leave: nurses working on front
Melalui Kepuasan Kerja Karyawan lines during COVID-19 pandemic in
Sebagai Variabel Mediasi. Journal Bisnis Zagazig City, Egypt. Environmental
Administration, 39(1), 164–171. Science and Pollution Research, 28(7),
Parijat, P., & Bagga, S. (2014). Victor Vroom’s 8791–8801. https://doi.org/10.1007/
Expectancy Theory of Motivation – An s11356-020-11235-8
Evaluation. International Journal of Sari, J., & Suhariadi, F. (2019). Kontrak
Business and Management, VII(9), 1–8. psikologis terhadap commitment to
Pawirosumarto, S., Sarjana, P. K., & Muchtar, change: Resiliensi akademik sebagai
M. (2017). Factors affecting employee variabel mediasi. Persona:Jurnal Psikologi
performance of PT.Kiyokuni Indonesia. Indonesia, 8(2), 178–192. https://doi.
International Journal of Law and org/10.30996/persona.v8i2.2535
Management, 59(4), 602–614. https://doi. Saufa, J., & Maryati, T. (2017). Dampak
org/10.1108/IJLMA-03-2016-0031 Kepuasan Kerja Dalam Peningkatan
Plangiten, P. (2013). Gaya Kepemimpinan Kinerja Perawat Dengan Komitmen
Dan Lingkungan Kerja Pengaruhnya Organisasi Sebagai Variabel Intervening
Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan ( Studi Pada Perawat Rs Pku
Pada Pt. Pos Indonesia (Persero) Muhammadiyah Gamping). JBTI : Jurnal
Manado. Jurnal Riset Ekonomi, Manaje- Bisnis Teori Dan Implementasi, 8(2), 200–
men, Bisnis Dan Akuntansi, 1(4), 2155– 213. https://doi.org/10.18196/bti.82094
2166. https://doi.org/10.35794/emba. Scheidlinger, S. (1994). Brief report: The
v1i4.3426 Lewin, Lippitt and White study of
Pratama, C. Y. (2012). Pengaruh Gaya leadership and “social climates”
Kepemimpinan Otokratis Terhadap revisited. International Journal of Group
Kepuasan Kerja. Journal of Social and Psychotherapy, 44(1), 123–127. https://
Industrial Psychology, 2(1), 22–27. doi.org/10.1080/00207284.1994.1149073
Prayatna, A., & Subudi, I. (2016). Pengaruh 7
Gaya Kepemimpinan Terhadap Stres Sinurat, E. J. (2017). Pengaruh Gaya Kepe-
Kerja Dan Kepuasan Kerja Karyawan mimpinan Terhadap Kepuasan Kerja
Pada Fave Hotel Seminyak. E-Jurnal Karyawan Pada Pt. Himawan Putra
Manajemen Universitas Udayana, 5(2), Medan. Jurnal Ilmiah Methonomi, 3(2),
252587. 92–106.
Putri, W. O. R. (2018). Pengaruh Gaya Van Wart, M. (2013). Lessons from
Kepemimpinan Transformasional Terhadap leadership theory and the contemporary
Kinerja Karyawan Dengan Kepuasan Kerja challenges of leaders. Public Admi-
Sebagai Variabel Intervening (Studi Empi- nistration Review, 73(4), 553–565.
ris Pada PT Telekomunikasi Indonesia Area https://doi.org/10.1111/puar.12069
Semarang). Universitas Muhammadiyah Winarto, & Purba, J. H. (2018). Pengaruh
Magelang. Gaya Kepemimpinan Transformasional
Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja...– Sari, Fuadati 59

Terhadap Organizational Citizenship Yudiaatmaja, F. (2013). Kepemimpinan:


Behavior Dengan Kepuasan Kerja Konsep, Teori dan Karakternya. Ejournal
Sebagai Variabel Intervening (Studi Undiksha, IV(2), 29–38. http://dx.doi.
Kasus Pada Karyawan Rumah Sakit org/10.1016/j.intman.2016.11.002%0Ah
Swasta Di Kota Medan). Jurnal Ilmiah ttps://doi.org/10.1016/j.tele.2017.10.00
Methonomi, 4(2), 111–123. https:// 7%0Ahttp://ilp.ut.ac.id/index.php/JO
methonomi.net/index.php/jimetho/art M/article/view/432%0Ahttp://dx.doi.
icle/view/37 org/10.3926/jiem.1530%0Ahttp://dx.d
Yanoto, A. (2018). Pengaruh Gaya oi.org/10.1016/j.bushor.2017.11.007%0
Kepemimpinan terhadap Kepuasan Ahttps://doi.org/10.10
Kerja melalui Motivasi dan Kinerja Yulianto, Y., Purwanto, N. H., & Firmansyah,
Karyawan PT. Nutrifood Indonesia di R. R. (2018). Hubungan Gaya Kepemim-
Surabaya. Jurnal Agora, 6(1), 1–10. pinan Demokratis Dengan Kinerja
Youssef, C. M., & Luthans, F. (2007). Positive Perawat Dalam Penatalaksanaan Stan-
organizational behavior in the dar Praktik Profesional Di Ruang Ma-
workplace: The impact of hope, war Merah Kelas II RSUD Asembagus
optimism, and resilience. Journal of Kabupaten Situnondo. Nurse and Health:
Management, 33(5), 774–800. https://doi. Jurnal Keperawatan, 7(1), 13–22.
org/10.1177/0149206307305562

Anda mungkin juga menyukai