Anda di halaman 1dari 8

Advances in Economics, Business and Management Research, volume 135

3rd Asia Pacific International Conference of Management and Business Science (AICMBS 2019)

Pengaruh Lingkungan Kerja


dan Kompetensi Terhadap Motivasi dan
Dampaknya Terhadap Kinerja Karyawan Bidang
Kesehatan
Ryani Dhyan Parashakti1,*, Mochammad Fahlevi2, Muhamad Ekhsan3, Acep
Hadinata1
1
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
2
Universitas Bina Nusantara, Jakarta, Indonesia
3
Universitas Pelita Bangsa, Jakarta, Indonesia
*
Penulis koresponden. Email: ryani@student.ub.ac.id

ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang pengaruh lingkungan kerja dan kompetensi terhadap motivasi serta dampaknya
terhadap kinerja pegawai di RS Masmitra. Dalam menyusun penelitian ini, penelitian pendahuluan telah dilakukan.
Penelitian ini menggunakan indikator penilaian pada dua variabel bebas mulai dari variabel lingkungan kerja yaitu
infrastruktur di tempat kerja, penerangan tempat kerja, sirkulasi udara ruang kerja, kebersihan tempat kerja, dan
hubungan antar karyawan di tempat kerja. Variabel kompetensi selanjutnya adalah pengetahuan, keterampilan,
konsep diri, karakteristik diri, motivasi, pengalaman, karakteristik kepribadian, keyakinan, dan nilai sedangkan
indikator penilaian pada variabel mediasi adalah variabel motivasi yang mengukur motivasi karyawan dalam
bekerja melalui tingkat fisiologis, keamanan kebutuhan sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri. Kemudian
diakhiri dengan penilaian terhadap variabel terikat yaitu variabel kinerja yang mengukur nilai kualitas kerja,
kuantitas kerja, tanggung jawab, kerjasama, dan inisiatif. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif
kuantitatif dengan alat ukur skala likert. Teknik pengumpulan data melalui kuesioner yang dibagikan secara acak
kepada 100 responden. Jumlah responden dihitung dengan metode Slovin dari populasi 135 karyawan. Hasil
penelitian jika dilihat menggunakan analisis jalur, menunjukkan bahwa Lingkungan Kerja (X1) dan Kompetensi
(X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja (Z) baik secara langsung maupun tidak langsung melalui
Motivasi (Y). Kata Kunci : Lingkungan Kerja, Kompetensi, Motivasi, Kinerja Pegawai

1. PENDAHULUAN
Dalam satu dekade terakhir, rumah sakit tercatat sebagai dengan kebutuhan dan pembentukan
perusahaan vital di masyarakat untuk mendapatkan pelayanan motivasi pegawai. Melalui proses tersebut, karyawan diharapkan
kesehatan. Dan rumah sakit saat ini mengalami pertumbuhan yang dapat memaksimalkan tanggung jawab atas pekerjaannya untuk
sangat pesat. Selain bersaing dengan rumah sakit lain, rumah sakit menghasilkan kinerja rumah sakit yang lebih baik.
juga harus pintar bersaing dengan praktik bidan, praktik dokter, dan Kinerja memang perlu diperhatikan dalam memajukan perusahaan,
pelayanan kesehatan lainnya. Rumah sakit merupakan perusahaan termasuk rumah sakit. Karena dengan memperhatikan kinerja, maka
padat prestasi kerja dan hasil suatu rencana kerja oleh instansi dapat
karya dan padat modal dengan berbagai kelompok profesi untuk dilaksanakan dan tercapai dengan baik sesuai dengan tujuan
menghasilkan pelayanan prima bagi masyarakat. Kualitas sumber organisasi.
daya manusia di suatu rumah sakit sangat penting dalam Kinerja yang saat ini diamati oleh peneliti adalah kinerja di RS
menghasilkan pelayanan yang prima. Tenaga medis, paramedis, dan Masmitra yang merupakan salah satu Rumah Sakit Umum yang
tenaga non medis merupakan satu kesatuan yang harus berkembang menuju arah pelayanan kesehatan paripurna dengan
dikembangkan dan dipelihara dengan baik agar mampu pelayanan kesehatan terpadu dan menyeluruh bagi keluarga. Saat
menghasilkan pelayanan yang prima dan bersaing dalam ini RS Masmitra didukung oleh 135 karyawan yang terdiri dari 80
menyongsong era globalisasi. staf medis dan 55 staf non medis yang terdiri dari 20 staf
Untuk itu perlu dilakukan peningkatan kinerja pegawai dengan administrasi dan 35 staf pelaksana lainnya.
menempuh beberapa cara, misalnya melalui penciptaan lingkungan Rumah Sakit memiliki kekhususan yang lahir dari hubungan
kerja yang kondusif, memastikan kompetensi pegawai yang sesuai antara Tenaga Medis (kelompok dokter)

Copyright © 2020 Para Penulis. Diterbitkan oleh Atlantis Press SARL.


Ini adalah artikel akses terbuka yang didistribusikan di bawah lisensi CC BY-NC 4.0 -http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/. 259

Kemajuan Penelitian Ekonomi, Bisnis dan Manajemen, volume 135


dan Administrator (manajemen), serta badan pemerintah daerah. dan efektif dapat meningkatkan kinerja pegawai dan sebaliknya,
Karena kekhususan ini, rumah sakit memiliki tingkat kerumitan jika lingkungan kerja rumah sakit buruk maka kinerja pegawai
yang tinggi. Tuntutan interaksi yang tinggi antara ketiga komponen menurun dan berdampak negatif pada kondisi rumah sakit. Oleh
tersebut membuat manajemen rumah sakit menjadi sulit. karena itu perlu adanya rangsangan fisik dan mental bagi karyawan,
Jika dilihat dari kinerja pegawai di RS Masmitra masih ada maka dibutuhkan suatu upaya untuk merancang lingkungan kerja
beberapa pegawai yang datang tidak sesuai jam kerja baik pegawai yang kondusif bagi proses kerja.
non shift maupun pegawai dengan shift, dan tanpa pemberitahuan
Tabel 1.2. Data Kerusakan Alat di
yang jelas. Selanjutnya peralatan yang digunakan dalam bekerja
karyawan seringkali tidak berfungsi dengan baik, dan hasil kerja RS Masmitra Tahun 2015
yang tidak mencapai target yang telah ditetapkan serta motivasi
karyawan yang kurang dalam melakukan pekerjaannya di RS
Masmitra, yang dapat dilihat dari jumlah karyawan yang berencana
untuk mengundurkan diri.
Tabel 1.1. Rekap Keterlambatan Staf RS
Masmitra Tahun 2015

Sum

Sum
ber: Data Unit SDM RS Masmitra

Dengan tingginya angka keterlambatan tersebut, pekerjaan yang


seharusnya diselesaikan oleh karyawan tepat waktu akan tertunda
dan pada akhirnya akan berdampak pada kinerja karyawan di RS ber : Data Unit IT dan Umum RS Masmitra
Masmitra.
Untuk itu RS Masmitra membutuhkan sumber daya manusia yang Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa banyak terjadi kerusakan alat
berkualitas dan bermotivasi tinggi, serta lingkungan kerja dimana yang merupakan salah satu bagian penting dari lingkungan kerja,
karyawan diharapkan dapat menggunakan dan mengembangkan oleh karena itu spesifik perlu memperhatikan lingkungan kerja.
kemampuannya untuk mencapai karir dan kesejahteraan yang lebih Lingkungan kerja dapat menjadi faktor pendukung karyawan untuk
baik. Karyawan yang menjalankan tugas dan pekerjaannya di bekerja secara optimal demi kemajuan rumah sakit dan sesuai
rumah sakit harus mendapat perhatian, salah satunya adalah dengan
lingkungan kerja.
Lingkungan kerja merupakan komponen penting dalam melakukan
aktivitas kerja di rumah sakit karena tempatnya di rumah sakit
memiliki tingkat risiko yang tinggi terkait dengan pelayanan
kesehatan masyarakat dan penggunaan alat kesehatan, yang dapat
mempengaruhi kinerja pegawai dalam menjalankan tugasnya baik
secara langsung maupun tidak langsung. .
Dengan memperhatikan lingkungan kerja dan menciptakan kondisi
kerja yang baik, diharapkan dapat merangsang motivasi dalam
bekerja, serta merangsang semangat atau gairah kerja karyawan.
Untuk itu, manajemen rumah sakit harus mengelola lingkungan harapan
kerja di rumah sakit dengan cermat. Lingkungan kerja yang baik

dan upaya pencapaian tujuan suatu rumah sakit


akan berjalan efektif dan efisien. .
Memang dalam sebuah rumah sakit masih banyak
aspek penunjang lainnya yang dapat menunjang kelancaran
pelayanan rumah sakit. Tak heran jika setiap rumah sakit
memiliki pegawai dengan
kompetensi yang disesuaikan dengan kebutuhan
bisnis jasa kesehatan rumah sakit.
Kompetensi pegawai di rumah sakit meliputi
pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku di bidang
pelayanan medis. Pengembangan kompetensi pegawai
tidak dapat terbentuk secara otomatis. Kompetensi harus
dikembangkan sejalan dengan perkembangan bisnis rumah sakit kompetensinya karena teknologi dan pengetahuan tentang
guna mendukung pencapaian tujuan rumah sakit. Dalam sebuah pelayanan kesehatan berkembang sangat pesat dari waktu ke waktu.
rumah sakit, pegawai dituntut untuk selalu meningkatkan Apalagi jika rumah sakit disuplai dengan peralatan baru dan
memiliki metode perawatan pasien terkini, kedua hal tersebut 2.1. Pengaruh Lingkungan Kerja
merupakan contoh kebutuhan kompetensi staf rumah sakit. Karena
rumah sakit merupakan industri jasa kesehatan, maka pegawai
Terhadap Motivasi
dituntut untuk memiliki sikap/perilaku dengan nilai-nilai kerja yang
Berdasarkan [1], lingkungan kerja merupakan komponen penting
dijunjung tinggi, menolong sesama adalah kewajiban dan juga
ketika karyawan melakukan aktivitas kerja. Dengan memperhatikan
harus baik kepada orang yang membutuhkan pelayanan kesehatan.
lingkungan kerja yang baik atau menciptakan kondisi kerja yang
Kompetensi pegawai di rumah sakit merupakan salah satu sumber
merangsang motivasi, maka akan mempengaruhi semangat atau
daya yang masih perlu ditingkatkan guna mengantisipasi segala
gairah kerja karyawan.
kesulitan dan hambatan dalam pelayanan kesehatan kepada
Didukung oleh uraian tentang pentingnya memperhatikan
masyarakat. Peningkatan dan pengembangan kemampuan pegawai
lingkungan kerja untuk mendukung kinerja, [2] mengatakan bahwa
dapat dilakukan melalui pembinaan, pengarahan, dan koordinasi
pada akhirnya, tujuan untuk menciptakan tim mahasiswa teknik
secara terus menerus dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi
yang berkinerja tinggi memerlukan kombinasi pelatihan
kompetensi setiap pegawai di rumah sakit. Dengan kompetensi
keterampilan dan proses tim, keakraban dengan lingkungan fisik.
yang dikembangkan diharapkan kinerja dapat meningkat untuk
fitur yang mendukung kerja tim, dan melatih cara
turut serta membangun rumah sakit. Oleh karena itu, Masmitra
menggunakannya.
akan menjadi lebih baik.
Hal ini diperjelas oleh pendapat Nitisemito dalam [1] bahwa setiap
Aspek-aspek di atas tidak akan sempurna seperti yang diharapkan
perusahaan pasti memiliki cara atau faktor pendukung untuk
jika tidak ada motivasi yang kuat dari setiap karyawan. Motivasi
keberhasilan dan kemajuan perusahaan. Ada beberapa faktor yang
akan tumbuh jika kelayakan kebutuhan karyawan terpenuhi karena
berhubungan dengan lingkungan organisasi, salah satunya adalah
pada dasarnya orang termotivasi untuk mendapatkan hal-hal yang
hubungan karyawan. Dalam hubungan karyawan terdapat dua
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya. Motivasi
hubungan, yaitu hubungan sebagai individu dan hubungan sebagai
juga muncul sebagai kebutuhan sekaligus sebagai motivator yang
kelompok. Hubungan sebagai individu merupakan motivasi yang
dapat menggerakkan seluruh potensi yang dimiliki karyawan.
diperoleh seorang karyawan yang berasal dari rekan
Motivasi sangat penting karena merupakan hal yang menyebabkan,
kerja dan atasan. Menjadi motivasi jika hubungan antara karyawan
menyalurkan, dan mendukung perilaku manusia agar mau bekerja
dan rekan kerja harmonis.
secara aktif dan mencapai hasil yang optimal. Motivasi juga
Diperkuat oleh pendapat [3] bahwa ada dua cara dalam
bertujuan untuk membangkitkan kemauan bekerja, sehingga dapat
meningkatkan motivasi kerja, salah satunya adalah dengan cara
diselesaikan dengan baik dan memuaskan pihak rumah sakit.
tidak langsung (indirect motivasi). Merupakan kewajiban untuk
Motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan
memberikan kepada pegawai organisasi suatu bentuk fasilitas atau
kinerja pegawai, apabila manajemen mengetahui bagaimana
sarana untuk menunjang pekerjaan atau kelancaran tugas. Dengan
memotivasi pegawai pada akhirnya akan meningkatkan kinerja
fasilitas tersebut, karyawan akan lebih mudah dalam menjalankan
rumah sakit. Kinerja RS Masmitra dapat dilihat melalui tingkat
tugasnya, sehingga dapat mendorong semangat kerja mereka.
BOR (Bed Occupancy Rate) tahun 2015 yang belum optimal dan
Ditegaskan oleh [4] bahwa dalam mendesain warna kantor, harus
jauh dari angka ideal yaitu 75 - 85%.
dilakukan berdasarkan sifat pekerjaan yang dilakukan di ruang
kerja. Misalnya, ruang kepemimpinan atau ruang manajerial yang
pekerjaannya membutuhkan

Tabel 1.3. BOR RS Masmitra Tahun 2015


Sumber : Data Unit Keperawatan RS Masmitra

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan


judul : “Pengaruh Lingkungan Kerja dan Kompetensi Terhadap
Motivasi Serta Dampaknya Terhadap Kinerja Pegawai Di Bidang
Kesehatan”. konsentrasi

2. TINJAUAN PUSTAKA

tinggi

membutuhkan desain ruang yang dapat merangsang efek yang merupakan dorongan bagi motif atau sifat yang menyebabkan
ketenangan. Untuk karyawan operasional atau ruang kerja yang suatu tindakan untuk memperoleh suatu hasil.
monoton, warna yang cocok adalah warna cerah, warna yang Ditambahkan pendapat Argyris tentang Nalini dan Bonnie
menimbulkan semangat. Misalnya, memberi kesan warna cerah (2004:4), tidak ada visi, tidak ada strategi yang dapat dicapai
atau terang pada tiang, pintu, atau benda-benda tertentu di ruang tanpa mampu memberdayakan karyawan. Artinya, tanpa
kantor. kemampuan, tidak ada visi dan strategi untuk bekerja.
Ditegaskan kembali oleh pendapat Suprayitno dan Sukir dalam Hal ini diperjelas oleh pendapat Schuller dalam [6] bahwa dengan
jurnal penelitian, [5] mengatakan bahwa penciptaan lingkungan kompetensi ini, sumber daya manusia dipandang sebagai manusia
kerja yang menyenangkan yang dapat memenuhi kebutuhan dengan keunikannya yang perlu dikembangkan. Manusia
karyawan akan memberikan kepuasan dan mendorong semangat dipandang sebagai aset yang berharga. Dengan kecenderungan
kerja mereka. Di sisi lain, kurangnya perhatian terhadap tersebut, peran sumber daya manusia akan semakin dihargai,
lingkungan kerja akan berdampak negatif dan menurunkan terutama dalam hal kompetensi sumber daya manusia. Sumber
semangat kerja. Hal ini karena karyawan cenderung mengalami daya manusia yang disegani akan bekerja dengan sepenuh hati
gangguan yang mengakibatkan kurangnya semangat, tenaga dan untuk memberikan yang terbaik bagi organisasi.
pikiran terhadap tugas-tugasnya. Didukung oleh [6] yang mengatakan bahwa mengelola sumber
Dengan demikian, lingkungan kerja mempengaruhi peningkatan daya manusia didasarkan pada tiga prinsip, salah satunya adalah
semangat kerja (motivasi) karyawan untuk bekerja dengan manajer yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada
kemampuan dan keahliannya secara optimal guna mencapai tujuan sumber daya manusia untuk berperan aktif dalam perusahaan.
perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, diduga lingkungan kerja Tujuannya agar pekerjaan menjadi lebih menarik sehingga dapat
berpengaruh langsung terhadap motivasi kerja karyawan. mendorong semangat kerja sumber daya manusia dan memotivasi
mereka untuk menyelesaikan pekerjaan dengan lebih baik
(mendorong sumber daya manusia untuk menyempurnakan
pekerjaannya secara terus menerus).
2.2. Pengaruh Kompetensi terhadap Motivasi Diperkuat oleh pendapat Zainun dalam [3] yang mengatakan
Menurut [6], kompetensi selalu mengandung maksud atau tujuan, bahwa ada banyak cara yang dapat dilakukan pemimpin untuk
meningkatkan motivasi kerja karyawannya guna mencapai kinerja
organisasi yang lebih baik, salah satunya adalah persaingan, pegawai. Sirkulasi udara yang terganggu dapat mengganggu
dimana persaingan yang sehat perlu dikembangkan dalam suatu pernapasan karyawan dan menyebabkan otak karyawan
organisasi kerja. . Melalui kompetisi, setiap anggota organisasi atau kekurangan oksigen dan memperlambat kinerja.
karyawan akan berusaha meningkatkan kinerja atau prestasinya. Dengan demikian, lingkungan kerja mempengaruhi kinerja
Dengan suasana kompetitif dalam suatu tempat kerja, organisasi pegawai yang diharapkan dapat memenuhi harapan dan mencapai
akan merangsang motivasi kerja yang tinggi. tujuan bisnis rumah sakit. Berdasarkan uraian di atas, diduga
Dengan demikian, kompetensi mempengaruhi motivasi karyawan lingkungan kerja berpengaruh langsung terhadap kinerja rumah
untuk bekerja lebih baik dan efektif. Dari uraian di atas sakit.
diduga kompetensi berpengaruh langsung terhadap motivasi kerja
karyawan.
2.4. Pengaruh Langsung Kompetensi terhadap
Kinerja Pegawai
2.3. Pengaruh Langsung Lingkungan Kerja
Terhadap Kinerja Karyawan Berdasarkan [7] kompetensi mengandung pengertian, salah satunya
adalah hubungan sebab akibat (causally related). Ini adalah
Berdasarkan pendapat Nitisemito dalam [1], kondisi kerja yang kompetensi yang digunakan untuk memprediksi kinerja seseorang.
baik adalah kondisi yang dapat mendukung penyelesaian pekerjaan Artinya jika seseorang memiliki kompetensi yang tinggi, maka ia
oleh karyawan. Fasilitas yang dibutuhkan untuk menyelesaikan akan memiliki kinerja yang tinggi pula (akibatnya). Demikian juga
pekerjaan bagi karyawan harus dipenuhi oleh perusahaan atau [8] mengatakan bahwa orang dengan kepribadian introspektif
organisasi, dengan harapan semakin lengkap fasilitas tersebut maka secara proaktif memanfaatkan tingkat sentralitas dalam jaringan
kinerja dan produktivitasnya akan semakin baik. untuk meningkatkan pengaruh mereka dalam organisasi. Artinya
Pendapat yang sama mengenai pentingnya memperhatikan karyawan yang memiliki kompetensi akan sangat mempengaruhi
lingkungan kerja disampaikan oleh [2] , mereka mengatakan bahwa keberhasilan dalam perusahaan. Didukung oleh [6] bahwa secara
“pada akhirnya, tujuan menciptakan tim mahasiswa teknik yang operasional, kompetensi tersebut menjadikan sumber daya manusia
berkinerja tinggi memerlukan kombinasi pelatihan keterampilan mampu menggali potensi sumber daya lain yang dimiliki
dan proses tim, keakraban dengan fisik. fitur lingkungan yang perusahaan.proses produksi di dalam perusahaan, dan mampu
mendukung kerja tim, dan melatih cara menggunakannya. menghasilkan produk yang memenuhi kebutuhan dan keinginan
Hal ini didukung oleh [4] yang mengatakan bahwa lingkungan
kerja yang nyaman tidak hanya dipengaruhi oleh pencahayaan dan
suara, tetapi juga sirkulasi udara dan keamanan. Ruangan yang
terlalu panas atau terlalu dingin dapat mempengaruhi karyawan.
Oleh karena itu, ruang kantor harus mampu mengontrol suhu udara
sesuai dengan kebiasaan karyawan, termasuk tingkat
kelembapannya. Udara yang terlalu lembab dapat mengganggu
kinerja karyawan dan merusak dokumen atau file lebih cepat.
Pergantian udara segar dan bersih harus diperhatikan oleh
pengelola administrasi karena mempengaruhi tingkat kesehatan merampingkan

konsumen

. Semua itu pada akhirnya memberikan nilai tambah bagi


perusahaan berupa keunggulan bersaing.
Hal ini diperkuat oleh pendapat [9] yang mengatakan bahwa
ada
tiga dimensi kinerja, yaitu kemampuan,
motivasi, dan peluang. Ketiga dimensi tersebut
saling berkaitan dan saling berhubungan satu sama
lain.seseorang
dipengaruhi oleh pemahamannya tentang jenis
pekerjaan dan keterampilan untuk melakukannya karena seseorang harus dapat
meningkatkan kemampuan dan keterampilannya.
Dengan demikian, kompetensi mempengaruhi kinerja. Oleh karena itu, seorang
pegawai harus mampu meningkatkan kemampuan dan keterampilannya,
sehingga kinerjanya akan meningkat. Berdasarkan
uraian di atas, diduga kompetensi berpengaruh langsung terhadap meningkatkan kinerja.
kinerja rumah sakit. Dengan demikian, pengaruh motivasi dapat menjadi faktor dalam
meningkatkan kinerja pegawai. Berdasarkan uraian di atas diduga
bahwa motivasi berpengaruh langsung terhadap kinerja rumah
2.5. Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja sakit.
Karyawan
Berdasarkan [1], motivasi menjadi penting karena dengan itu 2.6. Penelitian Konseptual
karyawan akan bekerja keras dan bersemangat untuk mencapai
produktivitas kerja yang tinggi. Berdasarkan landasan teori dan permasalahan dalam penelitian ini,
Juga dijelaskan oleh Mitchell dalam [9] bahwa kontribusi motivasi maka peneliti mengembangkan penelitian konseptual berdasarkan
kerja terhadap kinerja tidak dapat diabaikan. Meskipun variabel-variabel yang diteliti, seperti terlihat pada Gambar 2.5 di
kemampuan karyawan sudah baik pada saat motivasi rendah, bawah ini.
namun kinerjanya juga akan menjadi rendah. Gambar 2.5. Pengaruh Lingkungan Kerja dan Kompetensi
Demikian pula menurut Gilbert dalam [10], ada beberapa faktor Karyawan Terhadap Kinerja dengan Mediasi Motivasi.
yang mempengaruhi kinerja, yaitu tiga kelas variabel yang
berhubungan dengan individu pelaku: Kompetensi. Kemampuan
dan Motivasi.
Dikuatkan oleh Hasibuan dalam [3], motivasi dalam suatu Pada gambar di atas dijelaskan bahwa penelitian ini mengkaji
organisasi mempunyai maksud dan tujuan yang sangat luas dalam empat variabel, berdasarkan klasifikasi sebagai berikut:
rangka mengembangkan organisasi, salah satunya adalah untuk
meningkatkan kepuasan kerja karyawan yang pada akhirnya
Variabel bebas terdiri dari: Z = Kinerja
Lingkungan Kerja (X1)
Kompetensi Pegawai (X2)
Variabel mediasi adalah motivasi (Y), merupakan variabel mediasi
terhadap mengetahui apakah hal tersebut memperkuat atau
memperlemah hubungan antara lingkungan kerja dan kompetensi
3. METODOLOGI PENELITIAN
karyawan terhadap kinerja.
Variabel terikatnya adalah Kinerja (Z)
3.1. Analisis Jalur
Dalam penelitian ini, peneliti memasukkan variabel Y sebagai
2.7. Hipotesa variabel mediasi yang berfungsi sebagai mediator atau hubungan
antara variabel bebas dengan
Hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan tingkat
kepercayaan 95% sehingga tingkat presisi atau batas ketidaktepatan
(alpha) adalah 5% atau 0,05. Dasar pengujian hipotesis ini yaitu :
Sig 0,05 maka H o diterima, H a ditolak Sig 0,05 maka H o
ditolak, H a diterima Berdasarkan judul penelitian “Pengaruh
Lingkungan Kerja dan Kompetensi Terhadap Motivasi dan
Pengaruhnya terhadap Kinerja Pegawai RS Masmitra Jatimakmur
Bekasi” maka dapat ditentukan bahwa :
X 1= Lingkungan Kerja
X 2= Kompetensi Pegawai
terikat
Y = Motivasi

variabel

. Untuk menguji pengaruh variabel mediasi, peneliti menggunakan menjelaskan pengaruh lingkungan kerja dan kompetensi karyawan
analisis jalur. Analisis jalur sendiri tidak dapat menentukan terhadap motivasi dan dampaknya terhadap kinerja, dapat
hubungan sebab akibat dan tidak dapat digunakan sebagai dirangkum dalam tabel dan gambar di bawah ini.
pengganti peneliti untuk melihat hubungan kausalitas antar
hubungan. Analisis jalur digunakan untuk menentukan pola
hubungan antara tiga variabel atau lebih, tetapi tidak dapat Tabel 4.19. Koefisien jalur, efek langsung & tidak langsung
digunakan untuk mengkonfirmasi atau menolak hipotesis kausalitas
imajiner.
Diagram jalur secara eksplisit memberikan hubungan sebab akibat
antar variabel berdasarkan teori bahwa panah menunjukkan
hubungan antar variabel. Hubungan langsung terjadi jika satu
variabel mempengaruhi variabel lain tanpa variabel ketiga menjadi
variabel mediasi dalam hubungan kedua variabel tadi.
Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam pengujian analisis
jalur adalah sebagai berikut: Sumber:
a. Merancang Model Berdasarkan Teori Data primer diolah oleh peneliti
Langkah pertama yang peneliti lakukan dalam analisis jalur adalah Persamaan Analisis Jalur untuk Sub-struktur 1:
merancang model berdasarkan konsep dan teori. Kemudian, periksa Y = yx 1X 1 + yx 2X 2+ ye 1
asumsi yang mendasari analisis jalur yaitu hubungan antara Y = 0,390 X 1+ 0,212 X 2 + 0,027e 1
variabel linier dan aditif. Model yang digunakan adalah rekursif
yaitu sistem aliran kausal satu arah, sedangkan model resiprokal Persamaan Analisis Jalur untuk Sub-Struktur 2:
atau aliran kausal dua arah (bolak-balik) tidak dapat dianalisis. Z = zx 1X 1 + zx 2X 2 + zy Y + ze 2
b. Estimasi Parameter atau Perhitungan Koefisien Jalur Z = 0,307 X1 + 0,233 X2 + 0,364 Y + 0,023e 2 Berdasarkan hasil
Langkah selanjutnya dalam analisis jalur adalah estimasi parameter perhitungan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
atau perhitungan koefisien jalur. Estimasi parameter dilakukan a. Hipotesis pertama, lingkungan kerja berpengaruh positif
melalui analisis regresi dan perhitungan koefisien jalur diolah dan signifikan terhadap
menggunakan software SPSS 22.0 for Windows. Analisis jalur motivasi kerja karyawan diterima. Berdasarkan hasil
digunakan untuk menganalisis pola hubungan antar variabel dengan analisis, koefisien jalur variabel X 1 (
tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung atau tidak langsung.
lingkungan kerja) terhadap variabel Y (
Struktur 1: Y = yx1X 1+ yx2X 2+ y X 1
motivasi karyawan) adalah 0,390 signifikansi
Struktur 2: Z = X1 +zx2 2zx1 +zy + z 2 : Keterangan =
dengan 0.000. Artinya semakin besar
koefisien/jalur regresi standar koefisien = pengaruh variabel lain
yang tidak diteliti atau kesalahan pengukuran variabel lingkungan kerja maka semakin baik motivasi
c. Perhitungan Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung karyawan.
Berdasarkan Rangkuman dan Koefisien Jalur Sub Struktur 1 dan b. Hipotesis kedua, kompetensi karyawan berpengaruh positif
Sub Struktur 2, dapat dilihat besarnya pengaruh langsung, pengaruh dan signifikan terhadap
tidak langsung, dan pengaruh total antar variabel. motivasi kerja karyawan diterima. Berdasarkan hasil analisis,
d. Pengujian Kesesuaian Model koefisien jalur variabel X 2 (kompetensi karyawan
Goodness of fit test adalah untuk menguji apakah model yag ) terhadap variabel Y (motivasi karyawan)
diajukan sesuai dengan data atau tidak. adalah sebesar 0,212 dengan signifikansi 0,022. Artinya
semakin baik kompetensi maka semakin baik pula
motivasi kerja pegawai.
c. Hipotesis ketiga, lingkungan kerja berpengaruh positif dan
3.2. Uji Koefisien Determinasi Koefisien signifikan terhadap
kinerja karyawan diterima. Berdasarkan
determinasi merupakan besaran yang menunjukkan besarnya
hasil analisis, koefisien jalur variabel X 1 (
variasi variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas.
lingkungan kerja) terhadap variabel Z (
Dengan kata lain, koefisien determinasi digunakan untuk mengukur
seberapa jauh kedua variabel bebas dalam menjelaskan variabel kinerja karyawan) adalah 0.307 signifikansi
terikat. Koefisien determinasi ditentukan oleh nilai Adjusted R dengan 0,000. Artinya semakin besar
square. lingkungan kerja maka kinerja pegawai semakin baik.
Hasil analisis jalur dapat digambarkan secara keseluruhan yang d. Hipotesis keempat, kompetensi karyawan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap 264
kinerja karyawan diterima. Berdasarkan
hasil analisis, koefisien jalur variabel X2 (kompetensi karyawan
) terhadap variabel Z (karyawan

Kemajuan Ilmu Ekonomi, Bisnis dan Manajemen, volume 135

kinerja) adalah 0,233 dengan signifikansi 0,004. Artinya Hasil pengujian hipotesis (H5) membuktikan bahwa ada pengaruh
semakin tinggi tingkat kompetensi pegawai maka kinerja antara motivasi kerja terhadap kinerja karyawan. Melalui hasil
pegawai semakin baik. perhitungan diketahui bahwa nilai direct effect terstandarisasi
e. Hipotesis kelima, lingkungan kerja berpengaruh positif dan adalah sebesar 0,364. Dengan demikian, hasil analisis ini
signifikan terhadap kinerja karyawan melalui motivasi menyiratkan bahwa motivasi karyawan berpengaruh positif dan
kerja diterima. Berdasarkan hasil analisis, koefisien jalur signifikan terhadap kinerja karyawan. Artinya ada pengaruh antara
variabel X1 (lingkungan kerja) terhadap variabel Z variabel motivasi kerja karyawan terhadap kinerja karyawan di RS
(kinerja karyawan) melalui motivasi kerja adalah 0,142. Masmitra...
f. Hipotesis keenam, kompetensi berpengaruh positif dan f. Pengaruh Tidak Langsung Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja
signifikan terhadap kinerja karyawan melalui motivasi Karyawan Melalui Motivasi Karyawan.
kerja diterima. Berdasarkan hasil analisis, koefisien jalur Hasil pengujian hipotesis (H6) membuktikan bahwa lingkungan
variabel X2 (kompetensi karyawan) terhadap variabel Z kerja berpengaruh tidak langsung terhadap kinerja karyawan
(kinerja karyawan) melalui motivasi kerja adalah 0,077. sebesar 0,390. Nilai ini lebih besar dari pengaruh langsung
g. Hipotesis ketujuh, motivasi kerja karyawan berpengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan yaitu sebesar 0,307. It
positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan diterima. means that the work environment is already well implemented in
Berdasarkan hasil analisis, koefisien jalur variabel Y Masmitra Hospital, but if seen through work motivation, the effect
(motivasi karyawan) terhadap variabel Z (kinerja becomes greater with an increase of 0.083 rather than a direct
karyawan) adalah 0,364 dengan signifikansi 0,000. influence on employee performance.
Artinya semakin kuat motivasi karyawan maka semakin It shows that if the work environment can influence employees to
baik kinerja karyawan tersebut. achieve company goals, then employees will work well and
improve their performance.
g. Indirect Effect of Employee Competence on Employee
4. HASIL TEMUAN Performance
through Work Motivation
Berdasarkan hasil pengujian secara statistik dapat diketahui bahwa Hypothesis testing results (H7) have proven that employee
secara parsial (secara individual) semua variabel bebas competence has an indirect effect on employee performance
mempengaruhi variabel terikat. Pengaruh yang diberikan oleh through motivation at 0.212. This value is smaller than the direct
ketiga variabel bebas tersebut adalah positif, artinya semakin tinggi effect of employee competence on employee performance of 0.233.
kepemimpinan, kompensasi, dan motivasi kerja maka akan semakin It means that employee competencies are good and appropriate to
tinggi pula kinerja karyawan yang dihasilkan. Hasil ini konsisten be applied in Masmitra Hospital, although not directly through
dengan hipotesis yang diajukan. Penjelasan masing-masing variabel employee motivation.
efek dijelaskan sebagai berikut:
a. Pengaruh Langsung Lingkungan Kerja Terhadap Motivasi
Kerja.
Hasil pengujian hipotesis (H1) membuktikan bahwa terdapat
pengaruh antara lingkungan kerja terhadap motivasi kerja
karyawan. Melalui hasil perhitungan diketahui bahwa nilai direct
effect terstandarisasi adalah sebesar 0,390. Dengan demikian, hasil
analisis ini mengimplikasikan bahwa lingkungan kerja berpengaruh
positif dan signifikan terhadap motivasi kerja karyawan. Artinya
terdapat pengaruh antara variabel lingkungan kerja terhadap
motivasi kerja karyawan di RS Masmitra.
b. Pengaruh Langsung Kompetensi Karyawan Terhadap Motivasi 265
Karyawan.
Hasil pengujian hipotesis (H2) telah membuktikan ada pengaruh
antara kompetensi karyawan terhadap motivasi kerja karyawan.
Melalui hasil perhitungan diketahui bahwa nilai direct effect
terstandarisasi adalah sebesar 0,212. Dengan demikian, hasil
analisis ini menunjukkan bahwa kompetensi berpengaruh signifikan
dan positif secara langsung terhadap motivasi kerja karyawan di RS
Masmitra. 5. CONCLUSIONS
c. Pengaruh Langsung Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Advances in Economics, Business and Management Research, volume
Karyawan. 135
Hasil pengujian hipotesis (H3) membuktikan bahwa terdapat
pengaruh antara lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan.
Melalui hasil perhitungan diketahui bahwa nilai direct effect
standar yang diperoleh adalah sebesar 0,307. Dengan demikian,
hasil analisis ini menyiratkan bahwa lingkungan kerja berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Artinya ada
pengaruh antara variabel lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai
di RS Masmitra (Z). Thus, employee competence has an indirect
d. Pengaruh Kompetensi Terhadap Kinerja Karyawan. Hasil effect on employee performance through
pengujian hipotesis (H4) telah membuktikan adanya pengaruh Based on the results of the research, researchers can draw
antara kompetensi terhadap kinerja pegawai. Melalui hasil conclusions as follows:
perhitungan diketahui bahwa nilai direct effect terstandarisasi a. The results of testing the first hypothesis have proven that
adalah sebesar 0,233. Dengan demikian, hasil analisis ini there is an influence of the work environment on
menyiratkan bahwa kompetensi berpengaruh positif dan signifikan motivation with a path coefficient of ρyx 1 of 0.390 with a
terhadap kinerja karyawan. Artinya ada pengaruh antara variabel significance of 0.000 that is smaller than 0.05, which
kompetensi terhadap kinerja pegawai di RS Masmitra ... means that the hypothesis in this study Ho is rejected and
e. Pengaruh Langsung Motivasi Karyawan Terhadap Kinerja Ha is accepted. It shows that the better the work
Karyawan. environment, the better the motivation of employees.
b. The same thing in testing the second hypothesis has been 6. SUGGESTIONS
proven to have the effect of competence on motivation
with a path coefficient of ρyx 2 of 0.0212 with a Based on the conclusions outlined above, the suggestions
significance of 0.022 that is smaller than 0.05, which researchers can describe are as follows: a. The work environment
means that the hypothesis in this study Ho is rejected and factors still need a change in the layout of the workspace, the color
Ha is accepted. It shows that the higher the level of of the walls, the light, and the humidity to make employees feel
employee competence, the better the motivation of more excited at work and can be more motivated and improve their
employees. performance. b. Likewise, the employee competency factor still
c. As for testing of the third hypothesis also has been proven needs to be improved in the mastery of job description and
the direct influence of the work environment on teamwork, as well as management to have more socialization of
employee performance with a path coefficient of ρzx 1 of work rules to employees, so that employees will feel more
0.307 with a significance of 0.000 that is smaller than confident in working and can be more motivated and improve
0.05 which means that the hypothesis in this study Ho is employee performance.
rejected and Ha is accepted. It means that the better the c. Furthermore, for employee motivation factors, management
working environment, the better employee performance. should be able to stimulate more motivation to employees
d. Similarly, the results of testing the fourth hypothesis which so that employees can continue to be motivated to work
has proven the direct effect of competence on employee well. Especially, in the case of providing health
performance with the path coefficient ρzx 2 of 0.233 with insurance, rewarding work, and providing opportunities
a significance of 0.004 is smaller than 0.05 which means to develop themselves. Because employee motivation to
that the hypothesis in this study Ho is rejected and Ha is work has been investigated by the researchers, and it has
accepted. It shows that the better the competency of an influence on the level of employee performance.
employees, the better the employee's performance. Without the motivation of the employees to work
e. The results of testing the fifth hypothesis have proven the together for the interests of the company, then the
indirect effect of the work environment on employee objectives of the vision and mission that have been set
performance through employee motivation with a path will not be achieved.
coefficient ρyx 1 to ρzy of 0.142. It means that there is a
d. As for the results of the coefficient of determination test
significant influence between the work environment and
shows that there are still other variables that affect
employee performance. So, it can be concluded, that
performance. For example, leadership style,
employee motivation (Y) can be partially mediated the
organizational culture, compensation, and so on. Future
relationship between work environment (X1) with
studies should examine these other variables because
employee performance (Z). Thus, the work environment
more research on variables that affect employee
has an indirect effect on employee performance through
performance will have good effect on the company.
employee motivation.
f. The results of the sixth hypothesis testing have proven the
indirect effect of employee competence on employee
performance through employee motivation with a path
coefficient of ρyx 2 to ρzy of 0.077; it can be concluded
REFERENSI
that employee motivation (Y) may be partially mediated
the relationship between the competence of employees [1]. D. Sunyoto, Manajemen dan Pengembangan Sumber
(X1) with employee performance Daya Manusia. Yogyakarta: Center for Academic
employee motivation. Publishing Service, 2015.
g. The results of the seventh test have been proven to have an
influence on employee performance with a path
coefficient of 0.364 with a significance of 0.000 is less
than 0.05 which means that the hypothesis in this study
Ho is rejected and Ha is accepted. It shows that the
stronger the motivation of employees, the better the
performance of employees.

266

Advances in Economics, Business and Management Research, volume 135

[2]. D. Torrington, L. Hall and S. Taylor, Human


resource management. Harlow: FT Prentice Hall,
2001.

[3]. S. Notoatmodjo, Human Resource Development.


Jakarta: Rineka Cipta, 2009, p. 129.

[4]. Rahmawati, Office Management. Yogyakarta: Graha


Science, 2014.

[5]. Untari, Siti, Wahyuati and Aniek, "Effect of


Competence and Work Environment Towards
Employee PerformanceEffect of Competence and
Work Environment Towards Employee
Performance", Research Journal STIESIA, 2014.
[Accessed 3 January 2019].

[6]. E. Sutrisno, Manajemen Sumber Daya Manusia, 7th


ed. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2015,
p. 209.

[7]. M. Abdullah, Employee Performance Management


and Evaluation. Yogyakarta: Aswaja Pressindo,
2014.

[8]. Jo, Y. Park, M. Yoon and H. Sung, "Evaluation of


Online Log Variables that Estimate Learners' Time
Management in a Korean Online Learning
Context", The International Review of Research in
Open and Distributed Learning, vol. 17, tidak. 1,
2014. Available: 10.19173/irrodl.v17i1.2176.

[9]. Sinambela, Lijan and Poltak, Employee


Performance Measurement Theory and
Implications. Yogyakarta: Graha Science, 2012.

[10]. D. Tosti and J. Amarant, "Energy investment


beyond competence", Performance Improvement,
jilid 44, tidak. 1, pp. 17-22, 2005. Available:
10.1002/pfi.4140440108.

267

Anda mungkin juga menyukai