Anda di halaman 1dari 35

HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA RUANG DENGAN

KINERJA PERAWAT PELAKSANA DALAM MENERAPKAN ASUHAN


KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP
RUMAH SAKIT ISLAM YATOFA BODAK

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana keperawatan

Disusun Oleh

NAMA: Yusuf Azwan

NIM: 1807032

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN BISNIS TEKNOLOGI

UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG

2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latarbelakang

Era globalisasi sudah tidak terbendung lagi dan Indonesia sudah mulai

merasakan dampaknya, untuk menyikapi fenomena tersebut diperlukan

dukungan dan kerjasama dari seluruh bagian dalam organisasi, yang salah

satunya adalah dukungan Sumber Daya Manusia (SDM) atau sering disebut

juga dengan karyawan. Peran SDM dalam sebuah organisasi sangatlah penting

karena mutu SDM yang tinggi umumnya diikuti dengan kinerja yang tinggi

pula. Rumah Sakit sebagai organisasi atau institusi pelayanan kesehatan

merupakan organisasiyang memiliki tingkat kompleksitas tinggikarena sumber

daya manusia yang bekerja terdiri dari multi disiplin dan berbagai jenis

keahlian. Rumah sakit adalah salah satu bentuk organisasi yang kegiatannya

memberikan pelayanan berupa promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun

sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial

dan ekonomis. (Artiningsih, 2016)

Pelayanan kesehatan yang berkualitas harus menjadi prioritas bagi

penyedia pelayanan kesehatan. Masyarakat semakin sadar akan perlunya

pelayanan kesehatan yang berkualitas. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan

kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara

paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat

darurat (Permenkes RI, 2021). Rumah sakit adalah institusi pelayanan


kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara

paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat

darurat (Permenkes RI, 2009).

Rumah sakit dikategorikan menjadi rumah sakit umum dan rumah sakit

khusus. Rumah sakit umum memberikan pelayanan kesehatan pada semua

bidang dan jenis penyakit sedangkan rumah sakit khusus memberikan

pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu

berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau

kekhususan lainnya (Permenkes RI, 2014). Bentuk jasa layanan kesehatan di

rumah sakit yang perlu diperhatikan oleh pihak rumah sakit adalah kualitas

layanan dengan indikator bukti fisik, keandalan, daya tanggap, jaminan, dan

adanya empati yang diterima pasien sehingga akan menciptakan kepuasan,

oleh karena itu dibutuhkan keramahan dan kesigapan para dokter, kecepatan

pelayanan para perawat dan juga pegawai di rumah sakit yang bersangkutan,

sehingga diharapkan akan terbentuk kepuasan dan loyalitas pasien rumah sakit

itu. (Artiningsih, 2016)

Kepemimpinan adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas

yang berkaitan dengan tugas dari para anggota kelompok. Kepemimpinan

yaitu kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka suka berusaha

mencapai tujuan-tujuan kelompok. Kepemimpinan adalah seni untuk

mempengaruhi tingkah laku manusia, kemampuan untuk membimbing orang.

Keberhasilan suatu organisasi (rumah sakit) tergantung pada berbagai macam

sumber daya yang dimilikinya, salah satu sumber daya yang sangat penting
yaitu sumber daya manusia (SDM) termasuk didalamnya perawat. Selain itu,

suatu organisasi akan berhasil atau gagal sebagian besar ditentukan oleh

kepemimpinan. Kepemimpinan manajerial merupakan suatu proses

pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok

anggota yang saling berhubungan tugasnya. Gaya kepemimpinan, pada

dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari

seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin.

(Noer, 2021)

Setiap pemimpin memiliki gaya kepemimpinan tersendiri. Gaya

kepemimpinan, pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu

perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut

kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk

suatu pola atau bentuk tertentu. Seorang pemimpin mempunyai peranan yang

strategis yaitu sebagai manajer, semestinya memiliki kompetensi sesuai

dengan tuntutan perkembangan dan pelayanan yang prima pada masa sekarang

dan yang akan datang agar dapat lebih memahami tugas dan fungsi pokok

sebagai pemimpin. Salah satunya adalah kemampuan seorang pimpinan dalam

membina dan mengayomi serta mempengaruhi motivasi bawahan agar ikut

serta mencapai tujuan organisasi (Artiningsih, 2016).

Faktor yang mempengaruhi perilaku dan kinerja seseorang salah satunya

faktor adalah faktor organisasi yang terdiri atas sumber daya, imbalan,

struktur, desain pekerjaan serta gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan

memiliki pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap kinerja karyawan,


sehingga secara keseluruhan gaya kepemimpinan memberikan kontribusi yang

sangat berarti dalam meningkatkan kinerja karyawan. (Noer, 2021)

Ardyanti (2014) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa ada hubungan

antara gaya kepemimpinan direktif, suportif, partisipatif dengan kinerja

perawat di RSUD Labuang Baji Makassar. Penelitian yang dilakukan oleh

Sabarulin et 5 al. (2013) menyatakan bahwa kepemimpinan yang baik akan

menghasilkan kinerja yang baik pula. Berdasarkan berbagai penelitian yang

telah dilaksanakan tersebut, dapat dilihat bahwa kepemimpinan berpengaruh

terhadap kinerja perawat. Empat gaya kepemimpinan yaitu: kepemimpinan

instruktif (directive leadership), kepemimpinan yang mendukung (supportive

leadership), kepemimpinan partisipatif (participative leadership),

kepemimpinan berorientasi kepada keberhasilan (achievement-oriented

leadership). Kepemimpinan merupakan unsur penting dan menentukan

kelancaran pelayanan di rumah sakit, karena kepemimpinan merupakan inti

dari manajemen organisasi (Deniati, 2019)

Rumah sakit adalah salah satu bentuk organisasi yang kegiatannya

memberikan pelayanan berupa promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Dimana untuk mencapainya dibutuhkan kinerja pegawai khususnya perawat

yang baik yang bersifat subyektif. Tenaga perawat adalah yang paling

dominan jumlahnya dan yang paling sering kontak langsung dengan pasien

dan keluarga, sehingga peranannya sangat menentukan mutu serta citra rumah

sakit. Oleh karena itu perawat diharuskan untuk memberi kinerja yang baik.

Jika kinerja perawat baik, maka akan meningkatkan tingkat kepuasan pasien.
Pelayanan keperawatan menentukan nilai suatu pelayanan kesehatan sehingga

perawat adalah salah satu unsur vital dalam rumah sakit. Perawat, dokter dan

pasien merupakan satu kesatuan yang saling membutuhkan dan tidak dapat

dipisahkan (Deniati, 2019)

Selain kepemimpinan, hal lain yang mempengaruhi kinerja adalah

kecenderungan tipe kepribadian. Perawat dengan pekerjaannya yang berat

mungkin saja menemukan masalah yang berkaitan dengan fisik maupun

psikis. Tentu saja keduanya akan berakibat pada kinerjanya. Dengan tipe

kepribadian yang berbeda, tentu cara menyelesaikan masalahnya juga berbeda.

Pelayanan yang disajikan di RS memerlukan kepribadian tertentu karena sifat

kerja di RS yang banyak pada hubungan interpersonal, intreprofesi, sifat

emergency, uncertainty, stress kerja yang tinggi dan berhubungan dengan life

saving (Gannika, 2019)

Menurut Artiningsih (2016) sejauh ini proses pergantian atau operan

petugas terkadang tidak diikuti oleh semua perawat namun hanya dilakukan

oleh perawat yang telah datang lebih awal, sistem penugasan di ruang rawat

yang menggunakan sistem fungsional dengan mengarahkan pada metode tim,

nampaknya masih belum terfokus, sehingga masih mungkin menimbulkan

kecemburuan beban kerja perawat. Data yang diperoleh saat ini dari RSUD H.

Padjonga Daeng Ngalle Kabupaten Takalar, pada tahun 2016 terdapat

komplain sebanyak 64 komplain terhadap berbagai pelayanan di rumah sakit.

Adapun hasil observasi peneliti pada saat pengambilan data awal di RSUD H.

Padjonga Daeng Ngalle Kabupaten Takalar terhadap kinerja perawat ditinjau


dari aspek kedisiplinan, masih ada perawat yang datang ke tempat kerja tidak

tepat waktu. Sedangkan kinerja perawat ditinjau dari aspek 8

pendokumentasian ASKEP (Asuhan Keperawatan) masih belum optimal.

Adapun tiga unit yang diobservasi, yaitu unit perawatan pasien interna lakilaki

kelas I-III (Cempaka), unit perawatan pasien interna laki-laki dan perempuan

kelas I (Tulip), dan unit perawatan anak (Asoka). Pendokumentasian ASKEP

ketiga unit tersebut masih belum lengkap. (Artiningsih, 2016)

Peneliti melihat dari 30 dokumen pendokumentasian ASKEP pasien, ada

27 dokumen yang tidak lengkap dan hanya 3 dokumen yang lengkap. Hal ini

membuktikan bahwa kinerja perawat di RSUD H. Padjonga Daeng Ngalle

Kabupaten Takalar masih belum optimal. Berdasarkan latar belakang tersebut

peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Gaya

Kepemimpinan dan Kepribadian dengan Kinerja Perawat di RSUD H.

Padjonga Daeng Ngalle Kabupaten Takalar” dengan tujuan ingin mengetahui

hubungan antara gaya kepemimpinan dan kepribadian dengan kinerja perawat

sehingga akan diperoleh input yang kelak akan membantu peningkatan mutu

pelayanan di rumah sakit, khususnya pada peningkatan kinerja perawat RSUD

H. Padjonga Daeng Ngalle Kabupaten Takalar. (Artiningsih, 2016)

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di RSI Yatofa Bodak

pada rabu 02 Juni 2022 dengan cara wawancara pada perawat 7 pelaksana

yang sedang bertugas didapatkan hasil penulisan asuhan keperawatan tidak

lengkap seperti tidak mengisi lembar obervasi dan grafik tanda vital. Dari 7

perawat pelaksana yang bertugas 5 diantaranya menyatakan bahwa tidak


menyukai gaya kepemimpinan dari kepala ruang yang bersifat otoriter,

sedangkan 2 lainnya menyatakan kepemimpinan otoriter ada waktunya

digunakan oleh seorang kepala ruang dalam suatu keputusan. Dari

latarbelakang yang ada peneliti ingin melakukan penelitian lebih lanjut

mengenai gaya kepemimpinan dengan kinerja perawat dengan judul lengkap

“hubungan gaya kepemimpinan kepala ruang dengan kinerja perawat

pelaksana dalam menerapkan asuhan keperawatan di ruang rawat inap Rumah

Sakit Islam Yatofa Bodak”

B. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara gaya kepemimpinan kepala ruang dengan

kinerja perawat pelaksana dalam menerapkan asuhan keperawatan di ruang

rawat inap Rumah Sakit Islam Yatofa Bodak?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara gaya kepemimpinan kepala ruang

dengan kinerja perawat pelaksana dalam menerapkan asuhan keperawatan

di ruang rawat inap Rumah Sakit Islam Yatofa Bodak?

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi gaya kepemimpinan kepala ruang rawat inap di

Rumah Sakit Islam Yatofa Bodak.

b. Mengidentifikasi kinerja perawat pelaksana rawat inap di Rumah Sakit

Islam Yatofa Bodak


c. Menganalisa hubungan gaya kepemimpinan kepala ruang dengan

kinerja perawat pelaksana dalam penerapan asuhan keperawatan di

Rumah Sakit Islam Yatofa Bodak

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Rumah Sakit

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan evaluasi

pada kepala ruangan dan juga perawat pelaksana dalam menjalankan

pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Islam Yatofa Bodak khususnya

dan semua rumah sakit pada umumnya

2. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan refrensi

mahasiswa dan dosen dalam menjalankan fungsi Tri Dharmaperguruan

Tinggi.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya.


Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan peneliti selanjutnya

sebagai bahan refrensi terkait latihan gaya kepemimpin terhadap

kinerja perawat pelaksana dalam menerapkan asuhan keperawatan

dengan menambahkan variabel lainnya.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori

1. Konsep Dasar Gaya Kepemimpinan

a. Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah seni atau proses untuk mempengaruhi orang

lain, sehingga mereka bersedia dengan kemampuan sendiri dan secara

antusias bekerja untuk mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan

melibatkan orang lain yaitu bawahan atau pengikut karena kesediaan

menerima dari pemimpin, anggota kelompok membantu menegaskan

status pemimpin dan memungkinkan proses kepemimpinan. Tanpa

bawahan, semua sifat-sifat kepemimpinan seorang manajer menjadi

tidak relevan (Solehudin, 2022).

b. Pengertian Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan merupakan cara yang digunakan seorang

pemimpin untuk mempengaruhi perilaku bawahannya dimana gaya

kepemimpinan ini bertujuan untuk membimbing serta memotivasi

karyawan sehingga diharapkan akan menghasilkan produktivitas yang

tinggi. Gaya kepemimpinan (leadership style) seorang pemimpin akan

sangat berpengaruh pada kinerja karyawan atau bawahan. Pemimpin

harus dapat memilih gaya kepemimpinan sesuai dengan situasi yang

ada, jika gaya kepemimpinan yang diterapkan benar dan tepat maka

akan dapat mengarahkan pencapaian tujuan organisasi maupun


perorangan. Sebaliknya jika gaya kepemimpinan yang dipilih salah

dan tidak sesuai dengan situasi yang ada maka akan dapat

mengakibatkan sulitnya pencapaian tujuan organisasi (Wulandari,

2019).

Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang

dipergunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba

mempengaruhi perilaku orang lain. Masing-masing gaya tersebut

memiliki keunggulan dan kelemahan. Seorang kepala ruangan akan

menggunakan gaya kepemimpinan sesuai kemampuan dan

kepribadiannya (Richard, 2013). Secara umum ada tiga gaya

kepemimpinan yang sudah sangat dikenal didalam manajemen

keperawatan yaitu gaya otoriter, demokrasi dan laissez faire

(Wulandari, 2019)

c. Macam-macam Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan dibagi menjadi 3 macam yaitu gaya

kepemimpinan demokratis, otoriter, dan bebas (laissez faire).

1) Gaya Kepemimpinan Demokratis

Kepemimpianan demokratis ditandai dengan adanya suatu

struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan

pengambilan keputusan yang kooperatif yang artinya atasan

menolak segala bentuk persaingan dan atasan dapat bekerjasama

dengan karyawan dalam mengambil keputusan. Dibawah

kepemimpinan demokratis bawahan cenderung bermoral tinggi,


dapat bekerja sama, mengutamakan mutu kerja dan dapat

mengarahkan diri sendiri. Kepemimpinan demokratis ialah

kepemimpinan yang aktif, dinamis dan terarah. Aktif dalam

menggerakkan dan memotivasi (Marquis, 2016).

Seorang pemimpin yang memiliki karakteristik gaya

kepemimpinan demokratis selalu akan memotivasi para karyawan

untuk dapat meningkatkan kinerja dari karyawan tersebut. Dinamis

dalam mengembangkan dan memajukan organisasi. Terarah pada

tujuan bersama yang jelas. Pada gaya kepemimpinan ini

memungkinkan setiap anggota untuk berpartisipasi secara aktif

dalam pertukaran pendapat, gagasan dan pandangan untuk dapat

memecahkan suatu permasalahan yang terjadi pada organisasi.

Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin mengutamakan

hubungan antar manusia yaitu hubungan antara bawahan dan

atasan yang memiliki tujuan untuk meningkatkan produktivitas

pegawai dengan sering mendorong bawahan untuk ikut andil dalam

menentukan pengambilan keputusan yang tepat (Marquis, 2016).

Penerapan gaya kepemimpinan demokratis ini dapat

mempererat hubungan antar atasan dan bawahan, tumbuhnya rasa

saling memiliki dan terbinanya moral yang tinggi. Selain itu dalam

gaya kepemimpinan ini komunikasi dan koordinasi sangatlah

penting untuk dapat menentukan sebuah keputusan. Pada gaya

kepemimpinan demokratis ini proses pengambilan keputusan


membutuhkan waktu yang relatif lama karena harus menentukan

titik temu dari ide atau gagasan yang di ajukan dan diperlukan

adanya toleransi yang tinggi agar tidak terjadi perselisih

pemahaman (Marquis, 2016).

Pemimpin demokratis menampilkan perilaku sebagai berikut:

a) Kurangnya pengawasan

b) Penghargaan ekonomi dan ego digunakan untuk memotivasi

c) Mengarahkan orang lain melalui dukungan dan pendampingan

d) Alur komunikasi ke atas dan ke bawah

e) Pengambilan keputusan melibatkan orang lain

f) Menekankan pada “kita” disbanding “saya” dan “Anda”

g) Kritik konstruktif

2) Gaya Kepemimpinan Otoriter

Kepemimpinan otoriter adalah gaya kepemimpinan yang

menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai

keputusan dan pengembangan strukturnya, sehingga kekuasaanlah

yang paling diuntungkan dalam organisasi. Kepemimpinan otoriter

ialah kepemimpinan yang memusatkan kuasa dan pengambilan

keputusan ditetapkan oleh pemimpin sendiri tanpa adanya diskusi

maupun pertukaran pendapat dengan bawahan. Dalam

kepemimpinan otoriter ini pemimpin sebagai pemikul tanggung

jawab penuh atas keputusan yang telah di ambilnya. Bawahan


hanya bertugas sebagai pelaksana atas keputusan yang telah

ditetapkan pemimpin (Mugiarti, 2016).

Penerapan gaya kepemimpinan ini dapat menjadikan

karyawan untuk lebih disiplin, dan tidak bergantung terhadap

atasan kerja. Selain itu, pada gaya kepemimpinan ini keputusan

dapat diambil secara cepat karena tidak melalui proses diskusi

terlebih dahulu. Dengan tidak diikutsertakan bawahan dalam

pengambilan keputusan maka bawahan tidak akan dapat belajar

mengenai hal tersebut sehingga produktivitas karyawan tidak akan

cepat meningkat (Mugiarti, 2016).

Pada gaya kepemimpinan ini, pemimpin sering bersikap

individualis dimana pemimpin tersebut sangat jarang untuk

berkomunikasi dengan bawahan sehingga hubungan antara

pemimpin dan bawahan kurang akrab. Gaya kepemimpinan itu

sangat sesuai diterapkan jika organisasi menghadapai keadaan

darurat sehingga kinerja karyawan dapat naik (Mugiarti, 2016).

Pemimpin otoriter memiliki ciri perilaku sebagai berikut:

a) Pengawasan ketat dipertahankan pada kelompok kerja

b) Memotivasi orang lain dengan paksaan

c) Mengarahkan orang lain dengan perintah

d) Alur komunikasi dari atas ke bawah

e) Pengambilan keputusan tidak melibatkan orang lain

f) Menekankan pada perbedaan dalam status (“saya” dan “Anda”)


g) Menilai bahwa kritik adalah hukuman

3) Gaya Kepemimpinan Bebas (laissez faire)

Gaya kepemimpinan bebas (Laissez faire) adalah cara

seorang pimpinan dalam menghadapi bawahannya dengan

memakai metode pemberian keleluasaan pada bawahan. Pada gaya

kepemimpinan bebas ini pemimpin memberikan kebebasan secara

mutlak kepada bawahannya sedangkan pemimpin sendiri hanya

memainkan peranan kecil, pemimpin memfungsikan dirinya

sebagai penasihat yang dilakukan dengan memberi kesempatan

berkompromi atau bertanya bagi anggota kelompok yang

memerlukan. Bawahan memiliki kebebasan penuh untuk proses

pengambilan keputusan dan meneyelesaikan pekerjaan dengan cara

yang menurut karyawan paling sesuai dengan partisipasi minimal

dari pemimpin. Pemimpin tidak pernah melakukan pengawasan

terhadap sikap, tingkah laku perbuatan dan kegiatan bawahan

karena pemimpin telah percaya dan menyerahkan sepenuhnya

wewenang kepada bawahan sehingga pemimpin tidak mengambil

andil dalam proses kepemimpinannya (Mugiarti, 2016).

Gaya kepemimpinan ini dapat mengembangkan dan

meningkatkan kemampuan karyawan dalam pengambilan

keputusan yang tepat serta kreativitas untuk memecahkan suatu

permasalahan. Dengan adanya kepemimpinan yang bebas ini para

karyawan dapat menunjukkan persoalan yang dianggap penting di


dalam organisasi dan tidak selalu bergantung pada atasan. Gaya

kepemimpinan ini juga memiliki sisi negatif yaitu, jika karyawan

terlalu bebas tanpa ada pengawasan yang kuat dari atasan, ada

kemungkinan penyimpangan dari peraturan dan prosedur yang ada

dapat terjadi. Pengambilan keputusan yang dapat memakan banyak

waktu bila karyawan kurang berpengalaman dan dapat terjadi salah

tindak (Mugiarti, 2016).

Pemimpin laissez-faire memiliki ciri perilaku sebagai berikut:

a) Permisif dengan sedikit atau sama sekali tanpa pengawasan

b) Memotivasi dengan dukungan jika diminta oleh kelompok atau

individu

c) Sedikit atau tidak memberikan arahan

d) Menggunakan komunikasi ke atas dan ke bawah antar-anggota

kelompok

e) Membagi pengambilan keputusan pada kelompok

f) Tidak mengkritik

2. Konsep Dasar Kinerja

a. Pengertian Kinerja

Kinerja adalah singkatan dari energi kerja, dalam bahasa Inggris

adalah performance. Pengertian kinerja merupakan hasil atau keluaran

yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator- indikator suatu

pekerjaan atau suatu profesi dalam kurun waktu tertentu (Kurniadi,

2013)
b. Faktor Yang Mempengaruhui Kinerja

Faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang baik sebagai

individu ataupun sebagai manusia yang ada dan bekerja dalam suatu

lingkungan. Sebagai individu setiap orang mempunyai ciri dan

karakteristik yang bersifat fisik maupun non fisik. faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku dan kinerja adalah :

1) Faktor individu (internal)

Kemampuan dan keterampilan (mental dan fisik) , latar belakang

(keluarga, tingkat sosial dan pengalaman), demografi (umur, etnis

dan jenis kelamin). Variabel kemampuan dan keterampilan

merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku kerja dan

kinerja individu. Sedangkan variabel demografi mempunyai

pengaruh yang tidak langsung.

2) Faktor organisasi (eksternal)

sumber daya manusia, kepemimpinan (gaya kepemimpinan dan

karakteristik pemimpin), imbalan, struktur dan desain pekerjaan.

Dalam variabel ini variabel imbalan yang akan berpengaruh

terhadap variabel motivasi, yang pada akhirnya secara langsung

mempengaruhi kinerja individu. Mengingat sifatnya ini, untuk

peningkatan kinerja individu dalam organisasi, menuntut para

manajer untuk mengambil pendekatan tidak langsung, menciptakan

motivasi melalui suasana organisasi yang mendorong para pegawai

untuk lebih produktif. Suasana ini tercipta melalui pengelolaan


faktor-faktor organisasi dalam bentuk pengaturan sistem imbalan,

struktur, desain pekerjaan serta pemeliharaan komunikasi melalui

praktek kepemimpinan yang mendorong rasa saling percaya.

3) Faktor psikologis

Faktor psiokologi meliputi motivasi dari dalam diri individu

masing-masing. Dalam faktor ini banyak dipengaruhi oleh

keluarga, tingkat sosial, pengalaman kerja sebelumnya dan

demografi

3. Konsep Kinerja Perawat

a. Pengertian Kinerja Perawat

Kinerja keperawatan adalah prestasi kerja yang ditunjukkan oleh

perawat dalam melaksanakan tugas-tugas asuhan keperawatan

sehingga menghasilkan output yang baik kepada customer (organisasi,

klien, perawat sendiri) dalam kurun waktu tertentu. Tanda-tanda

kinerja perawat yang baik adalah tingkat kepuasan klien dan perawat

tinggi, zero complain dari pelanggan (Kurniadi, 2013).

Kinerja dapat juga berarti hasil suatu proses pelaksanaan kerja

yang telah direncanakan, menyangkut waktu, tempat, pelaksana atau

perawat dari suatu institusi. Kinerja perawat sangat dipengaruhi oleh

seberapa banyak mereka memberi masukan pada institusi.

Penampakan hasil kerja tidak terbatas pada pekerja yang duduk dalam

posisi fungsional ataupun struktural, tetapi juga pada semua pekerja di

dalam institusi tersebut (Kurniadi, 2013).


b. Penilaian Kinerja Perawat

Penilaian kinerja merupakan kegiatan mengevaluasi hasil kerja

perawat dalam menyelesaikan tugas-tugasnya sesuai sasaran kerja

dengan menggunakan suatu alat atau pedoman penilaian. Pelayanan

keperawatan sangat ditentukan oleh kinerja para perawat itu sendiri.

Oleh sebab itu, evaluasi terhadap kinerja perawat perlu dan harus

dilaksanakan melalui suatu sistem yang terstandar sehingga hasil dari

evaluasi dapat lebih objektif. Penilaian kinerja adalah cara

mengevaluasi kualitas dan kuantitas pekerjaan perawat dibandingkan

pedoman standar kerja (SAK/SOP) yang ditetapkan dalam kurun

waktu tertentu (Kurniadi, 2013)

Standar penilaian kinerja yaitu standar minimal hasil kerja yang

harus dicapai oleh perawat, baik itu secara perseorangan maupun

kelompok yang disesuaikan dengan indikator sasaran kerjanya. Artinya

bila hasil kerja perawat di bawah standar hasil pekerjaan minimal,

maka hasil kinerjanya tidak baik, tidak dapat diterima, dan buruk. Bila

hasil kerja perawat ada pada ketentuan standar atau diatasnya, maka

dapat disimpulkan bahwa hasil kerjanya sedang, hasil baik atau hasil

kerja sangat baik. Standar kerja mencakup standar minimal untuk

pelaksanaan semua indikator kerja (Kurniadi, 2013).

Dalam menilai kualitas pelayanan keperawatan kepada klien

digunakan standar praktik keperawatan yang merupakan pedoman bagi

perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Standar praktik


keperawatan telah dijabarkan oleh PPNI (2016) yang mengacu dalam

tahapan proses keperawatan, yang meliputi : (1) Pengkajian, (2)

Diagnosa keperawatan, (3) Perencanaan, (4) Implementasi, (5)

Evaluasi.

1) Standar I: pengkajian keperawatan

Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara

sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan.

Kriteria pengkajian keperawatan:

(a) Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesa, observasi,

pemeriksaan fisik serta dari pemerikasaan penunjang.

(b) Sumber data adalah klien, keluarga, atau orang yang yang

terkait, tim kesehatan, rekam medis dan catatan lain.

(c) Data yang dikumpulkan, difokuskan untuk mengidentifikasi:

(1) Status kesehatan klien masa lalu.

(2) Status kesehatan klien saat ini.

(3) Status biologis-psikologis-sosial-spiritual.

(4) Respon terhadap terapi. Harapan terahdap tingkat kesehatan

yang optimal.

(5) Resiko-resiko tinggi masalah.


2) Standar II: Diagnosa Keperawatan

Perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan diagnose

keperawatan.

Adapun kriteria proses:

(a) Proses diagnose terdiri dari analisis, interpretasi data,

identifikasi masalah klien dan perumusan diagnose

keperawatan.

(b) Diagnosa keperawatan terdiri dari: masalah (P), penyebab (E)

dan tanda atau gejala (S), atau terdiri dari masalah dan

penyebab (PE).

(c) Bekerja sama dengan klien dan petugas keseshatan lain untuk

memvalidasi diagnosa keperawatan.

(d) Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa

berdasarkan data terbaru.

3) Standar III: Perencanaan Keperawatan

Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi

masalah dan meningkatkan kesehatan klien.

Kriteria prosesnya meliputi:

(a) Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan

dan rencana tindakan keperawatan.

(b) Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan

keperawatan.
(c) Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi atau

kebutuhan klien.

(d) Mendokumentasi rencana keperawatan.

4) Standar IV: Implementasi

Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi

dalam rencana asuhan keperawatan.

Kriteria proses meliputi:

(a) Bekerjasama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan

keperawatan.

(b) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain.

(c) Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan

klien.

(d) Memberikan pendidikan pada klien dan keluarga mengenai

konsep, keterampilan asuhan diri serta membantu klien

memodifikasi lingkunngan yang digunakan.

(e) Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan

keperawatan berdasarkan respon klien.

5) Standar V: Evaluasi Keperawatan

Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan

keperawatan dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan

perencanaan.
B. Kerangka Teori

Gaya Kepemimpinan

Macam-macam Gaya
Kepemimpinan

Demokratis Otoriter Bebas (laissez faire)

Kinerja Perawat

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Sumber : (Kurniadi, 2013), (Mugiati, 2016), (Solehudin, 2022)


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan penelitian kuantitatif dengan

desain cross sectional dengan pendekatan Observasional, yaitu jenis

penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau observasi data

dalam satu kali pada satu waktu yang dilakukan pada variabel terikat dan

variabel bebas.(22). Pendekatan ini digunakan untuk melihat hubungan antara

variabel satu dengan variabel lainnya.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan pada bulan Juli - Agustus 2022

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Rumah Sakit Islam Yatofa Bodak

C. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang

diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut, sehingga memungkinkan

peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap

suatu obyek atau fenomena. Pada definisi operasional dirumuskan untuk

kepentingan akurasi, komunikasi, dan replikasi(21)


Variabel Definisi Skala
Alat ukur Hasil ukur
Penelitian Operasional Ukur

Independen: Tingkah laku yang Kuesioner 1. Otoriter Ordinal


gaya digunakan oleh Gaya (A)
kepemimpinan pemimpin pada Kepemimi 2. Demokratis
saat mencoba nan (B)
mempengaruhi 3. Laissez-
perilaku perawat faire(C)
di Puskesmas
Teratak

1. Baik
Dependen: Hasil kerja Kuesioner 2. Cukup Ordinal
kinerja perawat perawat Kinerja 3. Kurang
Puskesmas perawat
Takeran
Kecamatan
takeran
berdasarkan
standar baku yang
diterapkan

(Tabel 3.1 Definisi Operasional)

D. Populasi, Sample dan Teknik Sampling

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana di

ruang rawat inap yaitu 35 perawat.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini merupakan semua perawat yang

bekerja di ruang rawat inap Rumah Sakit Islam Yatofa Bodak yang

berjumlah 35 perawat.
3. Teknik Sampling

Teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel pada penelitian

ini adalah Total Sampling dimana semua anggota populasi digunakan

sebagai sampel.

E. Instrumen Penelitian (Alat Penelitian)

1. Kuesioner Gaya Kepemimpinan


Kuesioner gaya kepemimpinan diambil dari Trihastuti,(2016). Kuesioner
tersebut sudah dilakukan uji vaiitas dan uji reliabilitas. Hasil uji validitas
didapatkan nilai r hitung > r tabel (0,6319) yang artinya semua item soal
pertanyaan valid. Hasil uji reliabilitas nilai cronbach’s α (0,9) ≥ 0,6 yang
artinya kuesioner gaya kepemimpinan reliabel. Jumlah pertanyaan yang
digunakan adalah 12 item soal dengan kriteria penilaian Otoriter = A,
Demokratis = B, Laissez-faire = C
2. Kuesioner Kinerja Perawat
Kuesioner kinerja perawat diambil dari Nursalam (2016). Jumlah yang
digunakan adalah 19 item soal dengan kriteria penilaian skala likert.
Pertanyaan dengan jawaban Selalu (4), Sering (3), Kadang-kadang (2),
Tidak Pernah (1).
F. Tehnik Pengumpulan Data

1. Jenis Pengumulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pengumpulan karakteristik

subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian. (21) Berdasarkan sumbernya,

data penelitian dapat di kelompokkan dalam dua jenis yaitu data primer

dan sekunder:

a) Data Primer

Data Primer adalah data yang diambil langsung dari lapangan atau

lokasi tempat penelitian oleh peneliti sendiri. Data primer dalam


penelitian ini diperoleh dari Rumah Sakit Islam Yatofa Bodak

b) Data Sekunder

Data Sekunder merupakan data yang diperoleh dari buku, jurnal dan

internet untuk mendukung penelitian.

2. Prosedur Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian in secara terperinci meliputi

tahap-tahap berikut :

a. Peneliti melaksanakan Ujian Proposal.

b. Setelah dinyatakan LULUS dari Ujian Proposal, peneliti melaksanakan

Uji Etik untuk dapat melaksanakan penelitian.

c. Peneliti dapat melaksanakan penelitian setelah mendapatkan SURAT

KETERANGAN LOLOS KAJI ETIK .

d. Setelah memperoleh surat ijin untuk melakukan penelitian dari

Universitas Widya Husada Semarang, peneliti memberikan surat

tembusan kepada Kepala Kecamatan Batangan

e. Peneliti mengumpulkan responden.

f. Responden mengisi form persetujuan penelitian (Informed Consent)

yang disediakan peneliti.

g. Setelah responden mengisi form persetujuan, peneliti merekap hasil

responden selanjutnya peneliti memberikan link kuesioner yang akan

diisi oleh responden.


h. Peneliti merekap hasil kuisioner yang telah diisi responden dan

dilanjutkan dengan pengolahan data (editing, skoring, coding,

tabulating, dan entry data).

i. Setelah dilakukan pengolahan data, peneliti selanjutnya melakukan

analisis data dan penyusunan hasil penelitian.

G. Cara Pengolahan Data

Proses pengolahan data yang diperoleh dari penelitian ini akan dikerjakan

melalui tahap sebagai berikut:

1. Editing (Pengecekan Data)

Editing adalah memeriksa data yang telah diperoleh, bertujuan untuk

memastikan bahwa lembar kuesioner sudah lengkap, baik jumlah maupun

isinya.

2. Skoring (Penilaian)

Skoring merupakan mengisi kolom-kolom lembar kode sesuai dengan

jawaban masing – masing pertanyaan.

Skor kuesioner gaya kepemimpinan

Otoriter : Nilai A

Demokratis : Nilai B

Laissez-faire : Nalai C

Skor kuesioner kinerja perawat :

Skor 1 = Tidak Pernah

Skor 2 = Kadang-kadang

Skor 3 = Sering
Skor 4 = Selalu

3. Coding (Pemberian Code)

Coding merupakan mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi

data angka atau bilangan. Pemberian kode pada penelitian ini meliputi:

a. Jenis Kelamin

Laki-laki : kode 1

Perempuan : kode 2

b. Usia

17 - 25 tahun : kode 1

26 - 35 tahun : kode 2

36 - 45 tahun : kode 3

46 - 55 tahun : kode 4

c. Pendidikan

DIII Keperawatan : kode 1

S1 Ners : kode 2

d. Lama masa kerja

1-3 tahun : kode 1

4-6 tahun : kode 2

>6 tahun : kode 3

e. Variabel gaya kepemimpinan

Demokratis : kode 1

Otoriter : kode 2

Laissez-faire : kode 3
f. Variabel kinerja perawat

Kurang : kode 1

Cukup : kode 2

Baik : kode 3

4. Tabulating (Penyusunan Data)

Tabulating merupakan membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan

penelitan atau yang diinginkan oleh peneliti.(19).

5. Entry Data

Entry data adalah mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode

atau kartu kode sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan19

H. Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa univariat yaitu analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel

dari hasil penelitian dengan mencari distribusi dan persentase hasil

penelitian. Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui skor

pengetahuan tiap responden menurut hasil pengisian kuisioner. Dihitung

dengan rumus sebagai berikut :

f
P= x 100 %
n

Keterangan :

P = Persentase jawaban responden

f = Jumlah jawaban benar,

n = Jumlah pertanyaan.
2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua

variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. (23): Penelitian ini

merupakan penelitian analitik yang melakukan analisis terhadap hubungan

2 variabel (bivariat) yaitu variabel kategorik dan kategorik. Analisis yang

digunakan yaitu dengan uji Chi Square dengan 95% CI untuk melihat ada

tidaknya asosiasi diantara kedua variabel.

= Nilai Chi-square

 fo = frekuensi observasi/pengamatan

fe = frekuensi ekspetasi/harapan

Dari hasil uji statistik tersebut akan dapat disimpulkan adanya

hubungan 2 variabel tersebut bermakna atau tidak bermakna dengan

membandingkan nilai p dengan nilai α = 0,05. Kesimpulan Berdasarkan

uji statistic jika p≥0,05 maka H0 di terima yang artinya tidak ada hubungan

antara gaya kepemimpinan dan kinerja perawat dan jika p<0.05 maka Ha

diterima yang artinya ada antara gaya kepemimpinan dan kinerja perawat
I. Etika Penelitian

1. Lembar persetujuan (informedconsent)

Diberikan kepada responden yang akan diteliti, peneliti menjelaskan

maksud dan tujuan penelitian dilakukan, jika responden bersedia diteliti

maka menandatangani lembar persetujuan tersebut.

2. Tanpa Nama(Anonimity)

Informasi yang telah dikumpulkan dari responden dijamin kerahasiaannya.

Peneliti tidak mencantumkan namanya dalam lembar pengumpulan data,

cukup dengan memberikan nomor kode pada masing-masing jawaban.

3. Kerahasiaan(confidentitality)

Kerahasiaan informasi yang diperoleh dari subyek penelitian dijamin oleh

peneliti hanya kelompok satu tertentu yang akan disahkan atau dilaporkan

pada hasil penelitian. Peneliti menjaga kerahasiaan dengan melakukan

coding.

4. Justice (Keadilan)

Peneliti menjamin seluruh responden diperlakukan secara bai baiknya dan

adil selama melakukan penelitian.

5. Beneficiency (berbuat baik)

Peneliti menjelaskan tujuan, manfaat kepada responden tentang gaya

kepemimpinan dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Islam Yatofa

Bodak.
DAFTAR PUSTAKA

Artiningsih, D. W. (2016). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan,


Motivasi Dan Disiplin Terhadap Kinerja Perawat Di Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) BRIGJEND H. HASAN BASRY KANDANGAN.
Dinamika Ekonomi Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 87-104.

Deniati, K. (2019). Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan Terhadap


Kinerja Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Daerah Bekasi. Manuju: Malahayati Nursing Journal, 90-98.

Gannika, L. (2019). Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan Dengan


Kinerja Perawat Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Gmim Pancaran
Kasih Manado. e-Journal Keperawatan, 1-8.

Kurniadi, A. (2013). Manajemen Keperawatan Dan Prosfektifnya Teori, Dan


Konsep Aplikasi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Marquis. (2016). Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan. Jakarta: EGC.

Mugiarti, S. (2016, Desember). Manajemen dan Kepemimpinan dalam Praktek


Keperawatan. Diambil kembali dari
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/
Manajemen-dan-Kepemimpinan-dalam-Keperawatan-Komprehensif.pdf

Noer, R. M. (2021). Hubungan Kepemimpinan Kepala Ruangan Dan Kedisiplinan


Perawat Dengan Pelaksanaan Handover Di Ruang Rawat Inap. Jurnal
Ners Indonesia, 130-141.

Permenkes RI. (2009). Rumah Sakit. Dipetik 05 2022, 2022, dari jdih setkab:
https://jdih.setkab.go.id/PUUdoc/16814/uu0442009.htm

Permenkes RI. (2014). Klasifikasi Dan Perizinan Rumah Sakit. Dipetik 05 15,
2022, dari bprs.kemkes:
http://bprs.kemkes.go.id/v1/uploads/pdffiles/peraturan/42%20PMK
%20No.%2056%20ttg%20Klasifikasi%20dan%20Perizinan%20Rumah
%20Sakit.pdf

Permenkes RI. (2021). PENYELENGGARAAN BIDANG PERUMAHSAKITAN.


Dipetik 05 19, 2022, dari https://jdih.setkab.go.id:
https://jdih.setkab.go.id/PUUdoc/176340/PP_Nomor_47_Tahun_2021.pdf

Solehudin. (2022). Efek Kepemimpinan Transformasional Pada KinerjaPerawat.


Jurnal Kepemimpinan dan manajemen keperawatan, 1-7.
Wulandari, T. (2019). Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan Dengan
Kinerja Perawat Pelaksana Di RSUD Pandan Arang Boyolali. Diambil
kembali dari http://repository.itspku.ac.id/89/

Deniati, K. (2019). Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan Terhadap


Kinerja Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Daerah Bekasi. Manuju: Malahayati Nursing Journal, 90-98.

Gannika, L. (2019). Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan Dengan


Kinerja Perawat Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Gmim Pancaran
Kasih Manado. e-Journal Keperawatan, 1-8.

Kurniadi, A. (2013). Manajemen Keperawatan Dan Prosfektifnya Teori, Dan


Konsep Aplikasi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Marquis. (2016). Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan. Jakarta: EGC.

Mugiarti, S. (2016, Desember). Manajemen dan Kepemimpinan dalam Praktek


Keperawatan. Retrieved from
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/
Manajemen-dan-Kepemimpinan-dalam-Keperawatan-Komprehensif.pdf

Noer, R. M. (2021). Hubungan Kepemimpinan Kepala Ruangan Dan Kedisiplinan


Perawat Dengan Pelaksanaan Handover Di Ruang Rawat Inap. Jurnal
Ners Indonesia, 130-141.

Permenkes RI. (2009). Rumah Sakit. Retrieved 05 2022, 2022, from jdih setkab:
https://jdih.setkab.go.id/PUUdoc/16814/uu0442009.htm

Permenkes RI. (2014). Klasifikasi Dan Perizinan Rumah Sakit. Retrieved 05 15,
2022, from bprs.kemkes:
http://bprs.kemkes.go.id/v1/uploads/pdffiles/peraturan/42%20PMK
%20No.%2056%20ttg%20Klasifikasi%20dan%20Perizinan%20Rumah
%20Sakit.pdf

Permenkes RI. (2021). PENYELENGGARAAN BIDANG PERUMAHSAKITAN.


Retrieved 05 19, 2022, from https://jdih.setkab.go.id:
https://jdih.setkab.go.id/PUUdoc/176340/PP_Nomor_47_Tahun_2021.pdf

Solehudin. (2022). Efek Kepemimpinan Transformasional Pada KinerjaPerawat.


Jurnal Kepemimpinan dan manajemen keperawatan, 1-7.
Wulandari, T. (2019). Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan Dengan
Kinerja Perawat Pelaksana Di RSUD Pandan Arang Boyolali. Retrieved
from http://repository.itspku.ac.id/89/

Anda mungkin juga menyukai