BAB 1
PENDAHULUAN
organisasi lain pada umumnya. Rumah sakit merupakan organisasi kompleks yang
padat sumber daya manusia, padat modal, padat teknologi dan pengetahuan, dan
padat regulasi atau peraturan-peraturan. Oleh karena itu dengan kompleksitas yang
ada dalam organisasi rumah sakit maka perlu adanya perhatian yang lebih baik dalam
hal pengelolaan sumber daya manusia yang ada di dalamnya, karena sumber daya
manusia dalam rumah sakit inilah penentu kelangsungan hidup organisasi (Darajat,
2011).
Lok (1997) menyatakan dalam lingkungan rumah sakit, ada banyak unit,
departemen dan kelompok kerja, perawat yang bekerja di kelompok kerja yang
berbeda atau bangsal mungkin memiliki nilai yang berbeda dan keyakinan jika
1
2
yang paling dominan di rumah sakit dan memberikan pelayanan kepada pasien
selama 24 jam sehari secara terus menerus. Kemampuan perawat yang tidak memadai
(Hunaira 2014).
yang ada diKota Langsa adalah 153,08 per 100,000 penduduk, ini melebihi
standar normal menurut indikator Indonesia Sehat 2010 yaitu 117,5 per 100,000
menjadi lebih baik. Namun menurut 5 orang perawat pelaksana yang di wawancarai
belum memuaskan disebabkan oleh beban kerja mereka yang tinggi dan
kurangnya perhatian dari atasan terhadap prestasi kerja mereka, serta tidak adanya
perbedaan insentif yang diterima antara yang rajin dengan yang malas bekerja.
Kurangnya perhatian dan beban kerja yang tinggi serta tidak adanya perbedaan
insentif yang diterima akan menimbulkan kelelahan dan stress kerja (Profil
adalah banyaknya jenis pekerjaan yang harus diselesaikan oleh tenaga kesehatan
profesional dalam satu tahun, pada sarana kesehatan (Depkes RI, 2006).
3
Menurut Green dan Thorogood (1998) dalam Sutrisno (2007), organisasi rumah sakit
sakit juga ditandai dengan tingkat profesional yang tinggi, suasana keluarga serta
organisasi sangat penting, memainkan peranan yang besar dan merupakan tempat
yang menyenangkan dan sehat untuk bekerja. Selain itu budaya organisasi
memiliki pengaruh yang kuat di seluruh rumah sakit tentang hal-hal yang dapat
dipromosikan, keputusan yang dibuat dan bahkan bagaimana bertindak (Arnold dkk,
1987). Sejalan dengan itu hasil penelitian Harvard Business School (Kotter dan
terhadap prestasi kerja suatu organisasi. Teori dan konsep budaya organisasi
diterapkan secara khusus untuk rumah sakit, karena kemampuan untuk mencapai
4
tujuan bersama tergantung sebagian besar pada keterkaitan yang efektif antara jiwa
memuaskan dapat dibuat oleh karyawan ketika organisasi memiliki budaya yang
sehat dan dengan demikian memiliki sikap positif terhadap pekerjaan karyawan. Hal
tindakan organisasi, semua anggota akan tetap dalam organisasi apa pun yang akan
terjadi. Penelitian juga menunjukkan bahwa kualitas yang lebih tinggi pada eksekutif
Budaya organisasi rumah sakit merupakan pedoman atau acuan untuk mengendalikan
perilaku organisasi dan perilaku perawat, tenaga kesehatan lain dalam berinteraksi
antar mereka dan dengan rumah sakit lainnya. Nilai yang melekat pada rumah sakit
memberikan rasa identitas, harapan, dan aturan yang membantu organisasi mencapai
Mereka lebih menyukai nilai-nilai, baik individu maupun kelompok yang selama ini
telah dimiliki. Mereka juga lebih menyukai cara kerja yang selama ini telah mereka
kemampuan dan ketrampilan baru untuk memenuhi tuntutan dan kewajiban yang
sakit yang menampilkan budaya organisasi yang kuat adalah dua sumber daya
kesehatan yang dapat mempromosikan hasil yang baik pada pasien. Penelitian ini
budaya organisasi menyebabkan komitmen perawat yang tinggi, dengan kata lain
budaya organisasi sangat efektif dalam mengembangkan kerja yang positif bagi
dimensi yaitu keterlibatan, konsistensi, adaptasi, dan misi. Hasil penelitian yang
dilakukan Ehtesham dkk, (2011), menyatakan bahwa dua dimensi budaya organisasi
budaya dan efektivitas rumah sakit di RSUD Haji Makasar dan RSU Labuang
Baji Makasar, untuk budaya organisasi di RSUD Haji Makasar tingkat keterlibatan
budaya organisasi dinilai sedang 60%, tingkat konsistensi tinggi 90%, misi 55.6%
6
53.3%, dimensi adaptasi dinilai cukup 76.7%, dimensi misi tinggi sebesar 83.3%.
yang kuat memengaruhi efektivitas organisasi pada RSUD Haji Makasar sedangkan
di RSUD Labuang Baji, budaya organisasi yang kuat tidak menunjukkan pengaruh
yang merasa puas dalam bekerja hanya sebesar 7.04%, dan yang tidak puas sebesar
organisasi dengan kepuasan kerja, budaya yang kuat akan mengantarkan kepada
kepuasan kerja yang tinggi sedangkan budaya organisasi yang lemah akan
motivasi kerja terhadap kepuasan dan kinerja perawat di RSUD H. Hanafie Muara
kerja.
7
terbesar di rumah sakit sekitar 60-70%. Oleh karena itu produktivitas perawat
penelitian Minarsih (2011), produktivitas kerja perawat di instalasi rawat inap non
bedah (penyakit dalam) RSUP. Dr Jamil Padang tergolong rendah (54.7 %).
Berbagai konsep teori menjelaskan bahwa nilai-nilai budaya organisasi yang dianut
secara intensif akan memberikan dampak dalam pencapaian tujuan organisasi dan
kinerja (Ndraha,1997).
jawab yang besar dalam diri karyawan sehingga mampu memotivasi untuk
menampilkan kinerja yang paling memuaskan, mencapai tujuan yang lebih baik,
dan pada gilirannya akan memotivasi seluruh anggotanya untuk meningkatkan kinerja
kerjanya (Robbins & Caulter, 2010). Perusahaan yang mengkobinasikan nilai dan
menunjukan keberhasilan yang terlihat dalam budaya organisasi yang memiliki sifat
Survei kepuasan pasien terhadap kinerja perawat yang dilakukan oleh bidang
keperawatan Rumah Sakit Umum Daerah Langsa pada tahun 2012 dengan jumlah
8
sampel 76 orang pasien yang dirawat di bagian rawat inap didapati 65% menyatakan
perawat kurang perhatian, 48% menyatakan perawat kurang ramah dan suka marah-
marah, 53% menyatakan perawat tidak ada motivasi dalam bekerja dan hanya
menunggu perintah dokter, 35% menyatakan perawat tidak disiplin dalam bekerja dan
sering meninggalkan ruangan dan 70% menyatakan tidak puas dengan pelayanan di
perawat yang mengeluhkan beban kerja yang tinggi, perawat harus melakukan tugas
Dari 43 dokumentasi asuhan keperawatan di ruang rawat inap RSUD Kota Langsa :
menggunakan diagnosa yang sama. hal ini sangat beralasan karena implementasi
kurang tanggap dan tidak melanjuti keluhan dari pasien, kurangnya interaksi antara
perawat dan pasien, dan perawat memperlihatkan wajah yang kurang ramah.
Tindakan keperawatan banyak dilakukan oleh siswa perawat dan dokter muda.
Berdasarkan data keluhan dapat diketahui bahwa masalah utama adalah mengenai
rendahnya kinerja perawat di RSUD Kota Langsa. Rendahnya kinerja perawat sangat
berpengaruh terhadap budaya organisasi pada RSUD Kota Langsa, dimana budaya
di harapkan Oleh karena itu dapat diasumsikan kinerja yang belum optimal dapat
(keterlibatan,konsistensi,adabtabilitas,misi).
Perumusan masalah dalam penelitian ini mengacu pada latar belakang dari
hasil-hasil penelitian terdahulu. Maka rumusan masalah penelitian ini adalah apakah
rumah sakit.
10
Kota Langsa.
Kota Langsa
Kota Langsa
pengembangan keilmuan baik secara teoritis dan praktik bagi dunia keperawatan
diantaranya:
1. Pendidikan Kesehatan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pengembangan
pihak manajemen rumah sakit untuk menanamkan budaya organisasi dan dapat
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
berlaku dalam perusahaan, karena pada umumnya perusahaan itu dalam bentuk
organisasi, yaitu kerja sama antara beberapa orang yang membentuk kelompok
penentu yang kuat dari keyakinan, sikap dan prilaku orang, dan pengaruhnya dapat di
ukur melalui bagaimana orang termotivasi untuk merespon pada lingkungan budaya
mereka. Atas dasar itu, Cartwright mendefinisikan budaya sebagai sebuah kumpulan
orang yang terorganisasi yang berbagi tujuan, keyakinan dan nilai-nilai yang sama
sebagai nilai-nilai dan norma-norma bersama yang terdapat dalam suatu organisasi
dan mengajarkan pada pekerja yang datang. Definisi ini mengajurkan bahwa budaya
12
13
Kinicki (2001) dalam Sutrisno (2007) budaya organisasi adalah nilai-nilai dan
Kinicki ini menunjukan tiga karakteristik penting budaya organisasi yaitu: (1) Budaya
organisasi di teruskan kepada pekerja baru melalui proses sosialisasi, (2) budaya
organisasi memengaruhi prilaku kita di pekerjaan, dan (3) budaya organisasi bekerja
perspektif yang beragam, terdapat kesepakatan di antara para ahli dalam hal
makna bersama yang diyakini oleh anggota organisasi. Budaya organisasi itu sendiri
membedakan dengan organisasi lain dan menjadi identitas dari suatu organisasi.
dasar organisasi yang memuat keyakinan, norma-norma dan nilai-nilai bersama yang
organisasi.
yang dapat pula di pandang sebagai siklus hidup budaya yaitu sebagai berikut:
1. The monoculture
Monoculture merupakan program mental tunggal, orang berfikir sama dan sesuai
nilai,gagasan dan sudut pandang sendiri, tetapi semua bekerja dalam satu
The divisive culture bersifat memecah belah. Dalam budaya ini sub-kultur dalam
organisasi secara individual mempunyai agenda dan tujuan sendiri. Dalam model
ini organisasi di tarik ke arah yang berbeda.tidak ada pemisahan konflik antara
“kita dan mereka” tidak terdapat arah yang jelas dan kekurangan kepemimpinan.
Budaya ini ditandai oleh seringnya pemecahan organisasi secara eksplosif atau
Budaya organisasi dalam suatu organisasi yang satu dapat berbeda dengan
yang ada dalam organisasi yang lain, namun budaya organisasi menunjukan ciri-ciri,
berpariasi. hal tersebut menunjukan beragamnya ciri, sifat, dan elemen yang terdapat
organisasi yaitu :
15
1. Innovation and risk taking (inovasi dan pengambilan resiko), suatu tingkatan di
pada hasil atau manfaat dari pada sekedar pada teknik dan proses yang
6. Agresivitas, di mana orang cendrung lebih agresif dan kompetitif dari pada
easygoing.
Menurut Denison dan Mishra (1995) menyatakan ada empat trait budaya
sistim organisasi yang menjadi dasar organisasi yang kuat, dan 4) misi (mission):
1. Keterlibatan (involvement)
kuat rasa kepemilikan. Keterlibatan adalah faktor kunci dalam budaya organisasi,
langsung ke tujuan organisasi. Hal ini memungkinkan keterlibatan yang tinggi dari
kooperatif menuju tujuan bersama bagi seluruh karyawan dan saling akuntabel.
dilakukan.
2. Penyesuaian (Adtability)
cara adaptif untuk memenuhi perubahan kebutuhan. hal ini dapat membaca
bisnis lingkungan, bereaksi dengan cepat terhadap tren saat ini, dan
terhadap pelanggan dan mengantisipasi kebutuhan masa depan mereka. hal ini
kemampuan.
3. Misi (mission)
Misi adalah arahan pada pada pencapaian tujuan jangka panjang yang
bermakna pada organisasi (meaningfull long term). Misi menjelaskan tujuan dan
arti yang diterjemahkan dalam tujuan ekternal organisasi. Organisasi yang sukses
juga memiliki tujuan yang jelas dan arah yang mendefinisikan tujuan organisasi
dan tujuan strategis dan mengungkapkan visi tentang apa organisasi akan terlihat
seperti di masa depan. Sebuah misi memberikan tujuan dan arti dengan
mendefinisikan peran sosial dan tujuan eksternal bagi organisasi. Rasa misi
membayangkan masa depan yang diinginkan organisasi. Dalam model ini, sifat ini
a. Arah strategis dan maksud (strategic direction and intent) Niat strategis yang
jelas menyampaikan tujuan organisasi dan membuat jelas berapa orang dapat
b. Tujuan dan sasaran (goals and objectives) Satu kesatuan yang jelas dari tujuan
dan sasaran dapat dihubungkan dengan misi, visi dan strategi, dan memberikan
c. Visi (vision) Organisasi memiliki pandangan bersama tentang masa depan yang
diinginkan. hal ini mewujudkan nilai-nilai inti dan menangkap hati dan pikiran
4. Konsistensi (consistency)
Konsistensi adalah nilai dan sistem yang mendasari kekuatan suatu budaya.
efektif ketika mereka konsisten dan terintegrasi dengan baik. Organisasi yang
dalam dan luar. Jenis konsistensi merupakan sumber yang kuat dari stabilitas dan
integrasi internal. Dalam model ini konsistensi diukur dengan tiga indeks:
1. Nilai inti (core values) Anggota organisasi berbagi satu set nilai-nilai yang
tentang isu-isu penting. Ini mencakup baik tingkat yang mendasari kesepakatan
organisasi yang berbeda dapat bekerja sama dengan baik untuk mencapai tujuan
yang dilakukan.
beberapa fungsi :
1. Budaya mempunyai suatu peran yang berbeda. Hal itu berarti bahwa budaya kerja
menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dengan yang lain.
organisasi.
organisasi adalah
hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Dan kinerja adalah tentang apa yang
merupakan salah satu unsur yang tidak dapat dipisahkan dalam menjalankan tugas
organisasi, baik itu dalam lembaga pemerintahan maupun swasta. Kinerja dalam
Bahasa Indonesia disebut juga prestasi kerja. Kinerja atau prestasi kerja
yang akhirnya secara langsung dapat tercermin dari output yang dihasilkan baik
tugas, dan tanggung jawabnya dalam 10 rangka pencapaian tujuan tugas pokok
profesi dan terwujudnya tujuan dan sasaran unit organisasi. Perawat ingin diukur
Jika perawat diperhatikan dan dihargai sampai penghargaan superior, mereka akan
lebih terpacu untuk mencapai prestasi pada tingkat lebih tinggi (Winarsih, 2008
hasilkan
mempunyai kinerja yang baik bila dia berhasil memenuhi ke empat aspek tersebut
Menurut Gibson (1987) dalam Adam (2012) ada tiga faktor yang berpengaruhi
keluarga, pengalaman kerja, tingkat sosial dan demografi seseorang (asal usul
kerja.
1. Merumuskan tanggung jawab dan tugas yang harus dicapai oleh staf keperawatan.
2. Menyepakati sasaran kerja dalam bentuk hasil yang harus dicapai oleh karyawan
untuk kurun waktu tertentu dengan penempatan standar prestasi dan tolak ukur
3. Menilai prestasi kerja staf dengan cara membandingkan prestasi yang dicapai
pemberian umpan balik ini atasan dan bawahan perlu membicarakan cara-cara
kinerja perawat sesuai dengan standar praktik professional dan peraturan yang
berlaku. Penilaian kinerja perawat merupakan suatu cara untuk menjamin tercapainya
sebagai berikut:
5. Mengukur kinerja
tahapan dalam menentukan kinerja perawat terdapat beberapa kegiatan atau langkah
mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai
manusia yang memandang manusia dari aspek biologis, psikologis, sosial dan
konsep sehat dan sakit, pengetahuan tentang patofisiologi dari penyakit yang
dialami, pengetahuan tentang system keluarga dan kultur budaya serta nilai-nilai
keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses
etiologi masalah, maka akan dapat dijumpai faktor yang menjadi kendala atau
pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan klien, nilai dan kepercayaan klien,
dan membuat strategi keperawatan yang aman dalam memenuhi tujuan, menulis
Dalam tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal diantaranya bahaya-
bahaya fisik dan perlindungan pada klien, teknik komunikasi, kemampuan dalam
prosedur tindakan, pemahan tentang hak-hak dari pasien serta dalam memahami
dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan
kriteria hasil. Pada tahap evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan yang
menilai dari respon klien di sebut evaluasi proses, dan kegiatan melakukan
evaluasi dengan target tujuan yang diharapkan disebut sebagai evaluasi hasil.
terbentuk rasa memiliki serta rasa tanggung jawab pada organisasi. 2. Orientasi tim
(organisasi bergantung pada usaha tim untuk menyelesaikan pekerjaan ke arah tujuan
akan lingkungan eksternal, pelanggan eksternal dan pelanggan internal dengan cara
mempunyai kemampuan untuk memahai arah jangka panjang yang bermanfaat bagi
organisasi.
membantu dan melindungi seseorang karena sakit, injury, dan proses penuaan
2013).
30
Peran merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem, di mana dapat dipengaruhi oleh
keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun dari luar profesi keperawatan yang
bersifat konstan. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang
sesuai dengan rencana yang ada dan melakukan evaluasi berdasarkan respon klien
sebagai penghubung antara klien dengan tim kesehatan lain dalam upaya
semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan
pengambilan keputusan terhadap upaya kesehatan yang harus dijalani oleh klien.
Dalam menjalankan peran sebagai advokat (pembela klien) perawat harus dapat
keperawatan.
sakitnya. Adanya pola interaksi ini merupakan dasar dalam merencanakan metode
hidup sehat.
dan tindakan medik yang diterima sehingga klien dan keluarga dapat menerima
dan potensi yang ada, baik materi maupun kemampuan klien secara terkoordinasi
sehingga tidak ada intervensi yang terlewatkan maupun tumpang tindih. Dalam
yang sistematis dalam berhubungan dengan klien dan cara memberikan perawatan
kepada klien.
33
8. Sebagai sumber informasi (consultan), elemen ini secara tidak langsung berkaitan
diberikan. Dengan peran ini dapat dikatakan perawat adalah sumber informasi
fungsinya. Menurut Kozier (1991) dalam Sutrisno (2007), ada tiga fungsi perawat
yaitu:
1. Fungsi independent, merupan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain,
pesan atau instruksi dari perawat lain. Sehingga sebagian tindakan pelimpahan
tugas yang di berikan. Hal ini biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada
ketergantungan di antara tim satu dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat terjadi
mempunya penyakit kompleks. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat
keperawatan ini dapat dilaksanakan sesuai dengan tahapan dalam proses keperawatan.
Tugas perawat ini disepakati dalam lokakarya PPNI tahun 1983 yang berdasarkan
1. Mengumpulkan data.
19. Menciptakan komunikasi yang efektis baik dengan tim keperawatan maupun
dan berhasil guna dengan menggutamakan upaya kuratif dan rehabilitatif yang
dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya promotif dan preventif serta
melaksanakan upaya rujukan (Depkes, 2013). Oleh karena itu, rumah sakit dituntut
untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, aman dan profesional
Rumah sakit adalah suatu organisasi yang unik dan kompleks karena di
dalam rumah sakit terdapat banyak institusi yang padat karya dengan berbagai sifat,
ciri, serta fungsi yang khusus dalam proses menghasilkan jasa medis dan mempunyai
berbagai kelompok profesi dalam pelayanan rumah sakit (Boekitwetan, 1997 dalam
Hanafiah, 2013). Berbagai kelompok profesi ini akan menghasilkan perilaku individu
sumber daya manusia yang ada karena sumber daya ini semakin besar peranannya
bagi kesuksesan organisasi dan merupakan pelaku dari semua kegiatan dan aktivitas
yang nyata. Upaya pengelolaan yang dilakukan rumah sakit dapat dilakukan dengan
memberikan pemahaman terhadap sumber daya manusia yang ada di rumah sakit
diri dengan perubahan dan perkembangan eksternal dan integrasi terhadap kekuatan
sarana terbaik bagi rumah sakit untuk memahami sumber daya manusia dalam rumah
serta sikap-sikap individual yang menjadi pola dasar yang diciptakan, ditemukan, atau
oleh anggota organisasi itu sendiri. Budaya organisasi merupakan ketentuan aturan
dan norma yang tidak tertulis yang menjadi standar perilaku yang dapat diterima
dengan baik oleh anggota organisasi (Schein, 1992 dalam Sunarto, 2004).
landasan teori yang relevan dengan tujuan penelitian. Menurut Sutrisno (2007) Suatu
terlihat dari budaya organisasi yang memiliki sifat keterlibatan, konsistensi, dan misi.
Menurut Kotter dan Heskett (1992) ada hubungan yang erat antara budaya
organisasi dan kinerja. Budaya yang kuat akan menghasilkan kinerja organisasi dalam
jangka panjang. Budaya yang kuat akan membantu kinerja karena menciptakan
38
motivasi dalam diri pekerja, menimbulkan rasa nyaman bekerja, kemudian timbul
Berdasarkan beberapa kajian teori dan hasil penelitian, maka kerangka konsep
Budaya Organisasi
- Keterlibatan Kinerja perawat
- Konsistensi
- Adaptabilitas (penyesuaian)
- Misi
BAB 3
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat Analitik dengan
rancangan cross sectional yaitu pengamatan atau pengambilan data yang hanya
untuk kemudian seluruh jawaban yang diperoleh peneliti dicatat, diolah, dan
(Prasetyo, 2005)
Penelitian ini akan dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa.
Penelitian akan dilakukan selama 4 bulan, terhitung mulai bulan Maret sampai
39
40
3.3.1. Populasi
Populasi adalah seluruh objek penelitian. Oleh karena itu populasi pada
penelitian ini adalah seluruh perawat PNS pada ruang rawat inap di RSUD Kota
3.3.2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah seluruh perawat RSUD Kota Langsa berjumlah
153 orang, maka metode yang digunakan adalah Total Sampling karena mengambil
Pengumpulan data dalam penelitian ini mencakup data primer dan data
sekunder.
yang diteliti agar diperoleh informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian.
Langsa seperti peraturan, struktur organisasi, dan data-data lain yang mendukung
penelitian.
Uji validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu benar
suatu kuesioner dikatakan valid (sah) jika pertanyaan pada suatu kuesioner
mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut
(Nursalam, 2012).
suatu variabel. Teknik korelasi yang digunakan adalah Pearson Product Moment
Correlation,
Uji reliabilitas dilakukan untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur
dapat dipercaya atau diandalkan, hal ini menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran
itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang
sama dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2010). Uji coba ini
Solution). Menurut data yang diperoleh dari hasil uji kuesioner budaya organisasi
dengan produktifitas kerja perawat sehingga diperoleh nilai alpha untuk masing-
Uji coba validitas dan reliabilitas dilakukan pada bulan juni 2015, terhadap 30
orang perawat pelaksana di Rumah Sakit Cut Nyak Dhien Kota Langsa, alasan
pemilihan tempat ini karena di RS tersebut memiliki karakteristik yang sama dengan
RSUD Kota Langsa, antara lain: karekteristik Responden yang hampir relatif sama.
43
Data yang diperoleh dari uji coba kuesioner tersebut diolah menggunakan program
Variabel penelitian adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-
anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain.
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki
atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu,
Disebut dependent variabel karena variabel ini dipengaruhi oleh variabel bebas
akibat atau efek (Notoatmodjo, 2010). Di dalam penelitian ini yang menjadi
penelitian ini yang menjadi variabel bebasnya adalah budaya organisasi yang
Menurut Denison dan Mishra (1995) menyatakan ada empat trait budaya
sistim organisasi yang menjadi dasar organisasi yang kuat, dan 4) misi (mission):
1. Keterlibatan
jawab.
2. Konsistensi
nilai inti (core value) yaitu para anggota organisasi membentuk sense of indentity
3. Adaptabilitas
bisnis dan bereaksi cepat terhadap kecenderungan saat ini dan mengantisifasi
4. Misi
Misi (mision) adalah suatu arahan pada perawat untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan organisasi. Misi menjelaskan tujuan dan arti yang
tujuan dan sasaran (goals and objectives) yaitu :1) tujuan dan strategi yang jelas
dapat dihubungkan dengn visi, tujuan dan strategi untuk menentukan setiap arah
yang jelas dalam melakukan pekerjaan, 2) arah dan intensi stratrgik (strategic
manfaat bagi organisasi bagaimana sikap perawat dapat memberi kontribusi dan
organisasi.
5. Kinerja Perawat
hasilkan
mempunyai kinerja yang baik bila dia berhasil memenuhi ke empat aspek tersebut
negatif. Bobot skor tertinggi 4, dan skor terendah 1 untuk pertanyaan positif, dan
Bobot skor tertinggi 1, dan skor terendah 4 untuk pertanyaan negatif, dari skor
pertanyaan mengenai kinerja Perawat, sehingga skor maksimal 80 dan skor minimal
20.
Bobot skor tertinggi 5, dan skor terendah 1 untuk pertanyaan positif dan Bobot skor
tertinggi 1, dan skor terendah 4 untuk pertanyaan negatif. dari skor pertanyaan
Bobot skor tertinggi 5, dan skor terendah 1, dari skor pertanyaan mengenai budaya
organisasi ditinjau dari indikator konsistensi, sehingga skor maksimal 40 dan skor
minimal 8.
Bobot skor tertinggi 5, dan skor terendah 1, dari skor pertanyaan mengenai budaya
organisasi ditinjau dari indikator penyesuaian, sehingga skor maksimal 40 dan skor
minimal 8.
menggunakan 8 item pernyataan positif dan 0 item pernyataan negative. Bobot skor
tertinggi 5, dan skor terendah 1, dari skor pertanyaan mengenai budaya organisasi
ditinjau dari indikator misi, sehingga skor maksimal 40 dan skor minimal 8.
merupakan salah satu langkah yang penting. Hal ini disebabkan karena data yang
apa-apa dan belum siap untuk disajikan. Untuk memperoleh penyajian data sebagai
hasil yang berarti dan kesimpulan yang baik, diperlukan pengolahan data. Pengolahan
data dari kuesioner, dapat dilakukan secara manual, maupun menggunakan bantuan
peng”kodean” atau “coding”, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf
komputer. Salah satu paket program yang paling sering digunakan untuk “entri
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukkan,
dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses ini disebut pembersihan data (data
cleaning).
53
Data yang telah diolah baik dengan pengolahan secara manual maupun
menggunakan bantuan komputer, tidak akan ada maknanya tanpa dianalisis. Tujuan
1. Memperoleh gambaran dari hasil penelitian yang telah dirumuskan dalam tujuan
penelitian.
2. Analisis Bivariat
bivariat. Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
Uji bivariat menggunakan uji chi Square dengan α 0,05 dengan hipotesa sebagai
berikut:
54
- Ada pengaruh jika P < dari 0,05 sedangkan jika P > 0,05 berarti tidak ada
pengaruh.
3. Analisis Multivariat
Untuk mengetahui hubungan lebih dari satu variabel independen dengan satu
dengan menggunakan uji regresi linier berganda pada pengujian dengan tingkat
dimana :
bo = Intercept
X1 = Keterlibatan
X2 = Konsistensi
X3 = Penyesuaian
X4 = Penghayatan misi
µ = error of term
55
DAFTAR PUSTAKA
Afiah, 2013. Budaya dan Efektifitas Rumah Sakit Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Arnold, D., Capella, L., & Sumrall, D. (1987). Organization culture and the
marketing concept diagnostic keys for hospitals. Journal of Health Care
Marketing.
Doheny, M. O., & Cook, C. B,. & Stopper, M. C. (1982). The discipline of nursing:
an introduction. University of Michigan: R. J. Brady Co.
Depkes RI., 2006. Pedoman Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan ,
Jakarta.
Denison D.R. (1990) Corporate culture and organizational effectiveness new york:
john Willey and Sons.
Depkes RI., 2013. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan (BPPSDMK) , Jakarta.
Ghozali, I., 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
57
56
Hanafiah,, 2013. Peran dan Fungsi Perawat. Diakses tanggal 5 Januari 2015 ;
beequinn.wordpress.com/nursing/kdk-konsep-dasar-keperawatan/peran-
dan-fungsi-perawat/
Hsiao, H. C., Chang, C., & Tu, Y. T. (2012).The influence of hospital organizational
culture on organizational commitment among nursing executives. African
Journal of Business Management, 6 (44), 10888-10895.
Hunaira., 2014. hubungan motivasi dan beban kerja dengan kinerja perawat
pelaksana, Tesis, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Kotter, J. P., & Heskett, J. L. (1992), Corporate culture and performance. New York:
Free Press.
Marquis & Huston, (2006). Leadership roles and management functions in nursing:
Theory and application. Philadelphia: Lippincott.
Notoatmodjo S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Nurfitriani, M. 2011. Pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja perawat rawat inap
dirumah sakit PHC Surabaya. Tesis. UNAIR.
Robbins, S. P., & Caulter, M. (2010). Manajemen. edisi kesepuluh, jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Rosa, E. M., Nurachmah, E., & Budiharto, B. (2012). Hubungan antara kohesivitas
kelompok dan sikap perawat pelaksana dengan produktivitas kerja perawat
perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUPN. Dr. Ciptomangunkusumo.
Jurnal Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah Sakit. 1 (1).
Tarjo. (2011). Pengaruh budaya organisasi dan motivasi kerja terhadap kepuasan dan
kinerja perawat, budaya organisasi berpengaruh tidak signifikan terhadap
kepuasan kerja, Tesis, Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya,
Malang.
Lampiran 1.
Dengan hormat,
Sumatera Utara (USU) Medan, akan melakukan penelitian pada RSUD (Rumah Sakit
untuk meluangkan waktu mengisi kuesioner ini. Saya menjamin kerahasiaan, baik itu
Masyarakat saja, melainkan juga sebagai bahan masukan bagi RSUD Kota Langsa
Peneliti
DEFRI ARONI
60
Identitas Responden
1. Umur : ……………. tahun
6. Pendidikan : SPK D3 S1
Petunjuk pengisisan:
Beri tanda check list (√) pada salah satu kolom yang disediakan yang paling
menggambarkan tentang keadaan yang anda rasakan sebagai perawat pelaksana
• STS (sangat tidak setuju) : jika pernyataan sangat tidak sesuai dengan
kondisi yang
saudara rasakan
• TS (tidak setuju) : jika pernyataan tidak sesuai dengan kondisi
yang saudara rasakan
•N (Netral ) : jika pernyataan kurang sesuai dengan yang
dirasakan.
•S (setuju) : jika pernyataan sesuai dengan kondisi yang
Saudara rasakan
• SS (sangat setuju) : jika pernyataan sangat sesuai dengan kondisi
yang saudara rasakan
61
A Keterlibatan 1 2 3 4 5
B Konsistensi
C Penyesuaian
D Misi
1. Pilihlah salah satu jawaban dari kolom yang telah tersedia sesuai dengan
penilaian saudari
2. Alternatif jawaban dalam kuesioner ini adalah:
SS = Sangat Sering
S = Sering
KK = Kadang-kadang
TP = Tidak Pernah
Berilah tanda checklist (√) pada kolom SS, S, KK, TP yang Anda pilih sesuai
keadaan yang sebenarnya.
NO INDIKATOR SS S KK TP
A. Pengkajian
1. Saya mengumpulkan dan mengelompokkan
data bio-psiko-sosial-spiritual-tentang data
pasien
B. Diagnosis keperawatan
5. Saya menggambarkan tanggapan/respon
pasien terhadap masalah, penyebab dan
gejala/tanda penyakit