Proposal TESIS
Program Studi
Magister Administrasi Rumah Sakit
Oleh :
LENNY TIARMAIDA SIAGIAN
NIM : 20200309046
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
2022
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
KAJIAN TEORETIK
A. DESKRIPSI KONSEPTUAL
2.1.1 Kepuasan Kerja
2.1.2 Pengertian Kepuasan Kerja
Pengertian kepuasan kerja menurut Robbins adalah suatu sikap umum seorang
individu terhadap pekerjaannya. Pekerjaan menuntut interaksi dengan rekan kerja,
atasan, peraturan dan kebijakan organisasi, standar kinerja, kondisi kerja dan
sebagainya. Seorang dengan tingkat kepuasan kerja tinggi menunjukkan sikap positif
terhadap pekerjaan itu, sebaliknya seorang tidak puas dengan pekerjaanya menunjukkan
sikap negatif terhadap pekerjaanya itu (Robbin, 1996).
Sedangkan sarjana lain memberikan definisi kepuasan kerja menurut adalah
kepuasan pegawai terhadap pekerjaannya antara apa yang diharapkan pegawai dari
pekerjaan/kantornya (Davis et al, 1995).
Pendapat Locke menerangkan bahwa kepuasan kerja karyawan tergantung pada
selisih antara apa yang didapatkan (expectation, needs, atau value) dengan perasaan atau
persepsi yang telah dicapai melalui pekerjaannya. Dengan demikian orang akan
merasakan puas bila tidak ada perbedaan antara sesuatu yang diharapkan dengan
persepsi atas kenyataan yang didapatkan.
Karena batas minimum yang diinginkan telah tercapai (Locke, 1969). Ahli yang
lain memberikan pendapatnya mengenai kepuasan kerja dalam konsep selisih dari
sesuatu yang seharusnya ada (harapan) dengan sesuatu yang sesungguhnya ada
(kenyataan), seseorang akan merasa puas bila kondisi kenyataan sesuai dengan harapan,
semakin sesuai dengan harapan maka semakin tinggi juga kepuasan dan juga sebaliknya
semakin jauh dari harapan semakin tidak puas (Poster, 1961)
Sedangkan menurut Wether at al, mendefinisikan kepuasan kerja sebagai
perasaan karyawan yang berhubungan dengan pekerjaannya, yaitu perasaan senang atau
tidak senang dalam memandang dan menjalankan pekerjaanya. Kepuasan kerja
mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya, tampak dalam sikap positif
karyawan dalam pekerjaanya dan segala sesuatu yang di hadapi di lingkungan kerjanya.
Tolak ukur kepuasan kerja yang mutlak adalah tidak ada, karena setiap individu
karyawan memiliki tingkap kepuasan yang berbeda (Wether at al, 1996).
Kondisi kepuasan atau ketidak puasan kerja selanjutnya menjadi umpan balik
yang akan mempengaruhi prestasi kerja di masa depan. Hubungan prestasi dan
kepuasan kerja menjadi suatu sistem yang berlanjut. Pengertian kepuasan kerja menurut
Brayfield dan Rothe adalah tingkat saat karyawan memiliki perasaan positif terhadap
pekerjaan yang ditawarkan perusahaan tempatnya bekerja (Brayfield and Rothe,1951).
Berdasarkan dari beberapa pendapat ahli diatas, penulis menarik kesimpulan
bahwa arti kepuasan kerja adalah perasaan senang dan tidak seseorang seorang pekerja
terhadap hasil usaha kerjanya tersebut.
b. Teori Kepemimpinan
1. Teori Karakter
Menurut Krause ( 2000 ), pemimpin yang efektif adalah orang yang
mempersatukan semua orang dalam menghadapi tantangan, menggabungkan kedalam
kesatuan-kesatuan yang erat, mengembangkan strategi untuk mengatasi tantangan, dan
berhasil melaksanakan strategi tersebut. Hasil yang paling dapat diterima adalah riset
yang bertujuan hanya untuk melakukan identifikasi terhadap karakter-karakter yang
dapat dikaitkan secara konsisten dengan kepemimpinannya. Ada suatu riset yang
menyatakan bahwa ambisi dan energi, hasrat untuk memimpin, kejujuran dan integritas,
percaya diri, kecerdasan dan pengetahuan yang relevan terhadap pekerjaan merupakan
enam karakter yang cenderung dapat membedakan pemimpin dan bukan pemimpin.
Riset lain menyatakan bahwa sifat pemantauan diri yang tinggi ( sangat luwes dalam
menyesuaikan perilaku pada situasi yang berlainan ), mempunyai kemungkinan yang
lebih besar muncul sebagai pemimpin kelompok daripada pemantauan dirinya rendah.
Secara keseluruhan Robbins ( 2003 ) berpendapat bahwa penemuan dari riset
yang ada selama setengah abad lebih mendorong untuk diambilnya kesimpulan bahwa
beberapa karakter meningkatkan kemungkinan sukses sebagai pemimpin, tetapi tidak
satupun karakter tersebut menjamin sukses.
2. Teori Perilaku
Teori terkenal yang berkaitan dengan perilaku dimulai dari penelitian pada
universitas negeri Ohio sekitar tahun 1940-an. Lebih dari 1000 dimensi independen dari
perilaku pemimpin diidentifikasi, namun pada akhirnya dapat dikelompokkan menjadi
dua kategori yang mendasar menjelaskan kebanyakan perilaku pemimpin. Mereka
menyebut dua dimensi tersebut adalah struktur prakarsa. Mereka menyebut dua dimensi
tersebut adalah struktur prakarsa ( initiating structure ) dan pertimbangan
( consideration ). Struktur prakarsa berkenaan dengan ssejauh mana seorang pemimpin
menetapkan dan menstruktur perannya dan peran bawahannya dalam kaitannya dengan
tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan pertimbangan digambarkan sejauh mana
seseorang berkemungkinan memiliki hubungan pekerjaan yang dicirikan oleh saling
percaya, menghargai gagasan bawahan, kesejahteraan, status , dan kepuasan pengikut-
pengikutnya.
Pada waktu yang hampir bersamaan dengan dilakukannya telaah mengenai
kepemimpinan pada universitas negeri Ohio , telaah kepemimpinan juga dilakukan pada
pusat riset dan survay universitas Michigan . Kelompok Michigan juga sampai pada dua
dimensi perilaku kepemimpinan, yaitu : kepemimpinan berorientasi karyawan dan
berorientasi produksi. Hasil yang diperoleh dari kelompok Michigan adalah bahwa
pemimpin yang berorientasi karyawan lebih disukai dibandingkan pemimpin yang
berorientasi produksi. pemimpin yang berorientasi karyawan justru menghasilkan
produksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemimpin yang berorientasi produksi.
Blake dan Mouton mengemukakan tingkatan manajerial berdasarkan atas tingkat
kepedulian pemimpin pada karyawan dan produksi ( Robbins, 2003 ).
3. Teori Kemungkinan
Model kemungkinan menyeluruh yang pertama dikenal adalah model
kepemimpinan yang diperkenalkan oleh Fred Fiedler. Model ini mengemukakan bahwa
kinerja kelompok yang efektif bergantung pada padanan yang sesuai antara gaya
pemimpin dan sampai sejauh mana situasi memberikan kendali dan pengaruh kepada si
pemimpin. Hasil yang dikemukakan pada model Fiedler adalah jika ada situasi dimana
suatu kelompok menuntut seorang pemimpin yang berorientasi tugas tetapi justru
pemimpinnya berorientasi hubungan, maka situasi tersebut harus dimodifikasi misalkan
dengan mengganti pemimpin yang ada sehinnga keefektifan optimum dapat tercapai.
Berdasrkan studi yang dilakukan Fiedler membandingkan gaya kepemimpinan
berorientasi tugas dan berorientasi hubungan pada delapan situasi yang berbeda.
4. Teori Situasional
Model yang berkaitan dengan teori situasional dikembangkan oleh Paul Hersey
dan Ken Blanchard. Teori ini lebih menekankan pada pengikut dibandingkan dengan
pemimpin untuk tercapainya kepemimpinan yang efektif. Hersey dan Blanchard
berpendapat bahwa kepemimpinan yang efektif bergantung dari tingkat kesiapan atau
kedewasaan para pengikutnya. Jika pengikut tidak mampu dan tidak ingin melakukan
tugas, maka pemimpin perlu memberikan arahan khusus dan jelas. Jika para pengikut
tidak mampu dzn ingin, maka kepemimpinan perlu memaparkan orientasi tugas dengan
jelas untuk mengkompensasi kekurangan kemampuan para pengikutnya sehingga sesuai
dengan keinginan pemimpin. Jika para pengikut mampu dan tidak ingin, maka
pemimpin perlu menggunakan gaya yang mendukung dan partisipatif. Jika para
pengikut mampu dan ingin, maka pemimpin tidak perlu berbuat banyak. Gaya
kepemimpinan yang efektif harus diawali dengan mendiagnosa situasi sebaik-baiknya.
Diagnosa situasi berkaitan dengan kapan, tuntutan iklim organisasi, harapan,
kemampuan atasan dan bawahan. Teori situasional menyarankan bahwa perilaku
pemimpin yang efektif harus selalu memperhatikan situasi yang dihadapi serta
memperlakukan bawahan sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
Dimensi kepemimpinan
Pada penelitian ini mengadopsi dimensi kepemimpinan dari Gary Yulk ( 2010) yaitu :
1. Visioner
Pola kemampuan yang ditunjukkan untuk memberi arti pada kerja atau usaha
yang perlu dilakukan bersama-sama oleh anggota organisasi dengan cara memberi
arahan dan makna pada kerja dan usaha yang dilakukan berdasarkan visi yang jelas.
Indikator dari dimensi visioner antara lain :
a. Pola kemampuan mengarahkan
b. Arahan visi yang jelas
2. Pembimbing
Seorang pemimpin yang mampu membimbing bawahannya dengan baik dan
bersama-sama mewujudkan tujuan organisasi .
Indikator dari dimensi pembimbing antara lain :
a. membimbing bawahan
b. mengembangkan keterampilan bawahan
3. Afiliatif ( Menggabungkan )
Pemimpin yang bisa menyatukan, mampu menciptakan dan menyelesaikan
manajemen konflik dengan baik, menciptakan keharmonisan, mampu mencairkan
ketegangan yang terjadi di lingkungan kerja.
Indikator dari dimensi afiliatif antara lain :
a. mampu menyatukan
b. menciptakan keharmonisan
4. Demokratis
Mengahargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasihat dan sugesti
bawahan, juga bersedia mengikuti keahlian para spesialis dengan bidangnya masing-
masing.
Indikator dari dimensi demokratis antara lain :
a. menghargai potensi bawahan dalam pengambilan keputusan
b. mampu bekerjasama
5. Komunikatif
Kemampuan membangun komunikasi yang baik dalam berbagai kelompok.
Indikator dari dimensi komunikatif antara lain
a. hubungan vertikal
b. hubungan horizontal
2.3 Insentif
Insentif adalah tambahan tambahan kompensasi di atas atau di luar gaji atau
upah yang diberikan oleh organisasi. Program-program insentif disesuaikan dengan
memberikan dengan memberikan bayaran tambahan berdasarkan produktivitas,
penjualan, keuntungan- keuntungan atau upaya - upaya pemangkasan biaya. Tujuan
utama program insentif adalah mendorong dan mengimbangi produktifitas karyawan
dan efektifitas biaya. Program –program insentif terdiri dari dua jenis :
1) Program insentif individu yang memberikan kompensasi berdasarkan penjualan
- penjualan, produktivitas, atau penghematan-penghematan biaya yang dapat
dihubungkan dengan karyawan tertentu.
2) Program insentif kelompok yang mengalokasikan kompensasi kepada sebuah
kelompok karyawan ( berdasarkan departemen , divisi atau kelompok kerja ) karena
melampaui standar – standar probablitas produktivitas, atau penghematan biaya yang
sudah ditentukan sebelumnya.
Rumah sakit harus mengembangkan sistim insentif yang memadai dan dapat
ditanggung oleh penerimaan fungsionalnya. Rumah sakit juga perlu juga mencapai
kesepakatan dengan para dokter tentang pengaturan pembayaran jasanya ( jasa
medik)/remuneration yang memuaskan semua pihak yang meliputi para dokter, staf
lainnya dan pihak manajemen rumah sakit. Adanya kesepakatan antara semua pihak
akan memberi kepastian bagi manajemen dalam merencanakan anggaran dan kepastian
bagi pasien dalam memperkirakan biaya yang harus dikeluarkan.
Menurut Per.MenKes. No. 66/MenKes/SK/II/1987, Jasa medis adalah pelayanan
dan kemudahan yang diberikan kepada seseorang dalam rangka observasi, diagnosa,
pengobatan, rehabilitasi medik dan pelayanan kesehatan lainnya. Jasa medis merupakan
rangsangan tersendiri dan harapan baru untuk para fungsional dalam hal ini para dokter
agar bekerja lebih senang di unitnya sendiri.
Kepuasan kerja diperoleh dari tingkat imbalan atau hasil yang diperoleh dari
pekerjaan, dibandingkan dengan apa yang diharapkan atau dinilai karyawan. Semakin
dekat perbandingan tersebut, lebih banyak yang akan diperoleh dari pekerjaan
dibandingkan dengan yang diinginkan, semakin tinggi kepuasan kerja tersebut. Teori ini
menjelaskan bahwa dapat diketahui nilai – nilai individu mengenai kerja dan hasil,
maka hal ini dapat digunakan sebagai informasi untuk memperkirakan pengaruh –
pengaruh faktor–faktor yang memepengaruhi kepuasan kerja.
Judge (1980) juga menyatakan bahwa gaji berpengaruh secara positif terhadap
kepuasan kerja. Pada dasarnya seseorang bekerja mengharapkan imbalan yang sesuai
dengan jenis pekerjaannya. Karena adanya imbalan yang sesuai dengan pekerjaannya,
maka akan timbul pula rasa gairah kerja yang semakin baik, imbalan dari kerja
bermacam - macam bentuk , tak selalu tergantung pada uang. Imbalan adalah hal - hal
yang mendorong tenaga kerja untuk bekerja lebih giat.
Menurut Cribbin dalam buku Manjemen Sumber Daya Manusia Ed 3 BPFE
1998 karangan Martoyo, upah yang baik adalah upah yang dianggap adil dan jumlahnya
memuaskan, memenuhi kebutuhan dasar ( makan, pakaian, rumah yang merupakan
kebutuhan pokok, juga kebutuhan pendidikan, kesehatan, rekreasi)
Robins (1997) menyatakan bila upah diberikan secara adil sesuai tuntutan pekerjaan,
tingkat ketrampilan individu dan standar pengupahan komunitas, kemungkinan besar
menghasikan kepuasan pada pekerja.
Berdasarkan hasil dari sintesa penelitian sebelumnya Penerimaan Insentif adalah
penerimaan imbalan yang diberikan sebagai bentuk penghargaan diluar upah atau gaji
yang semestinya terhadap prestasi kerja yang dilakukan oleh seorang pegawai dalam hal
ini seorang dokter.
Dimensi Insentif
Menurut Flippo (1994), faktor – faktor yang mempengaruhi penetuan tingkat
gaji sebagai berikut:
a. Supply and demand ( permintaan dan penawaran )
b. Labour unions ( serikat kerja )
c. Ability to pay ( kemapuan untuk membayar )
d. Productivity ( produktivitas )
e. Goverment ( pemerintah )
Agar pegawai yang menerima gaji merasa puas, maka perlu diperhatikan prinsip
- prinsip pemberian sebagai berikut :
1. Gaji yang diberikan cukup untuk hidup pegawai dan keluarga yang menjadi
tanggungannya dengan kata lain dapat memenuhi kebutuhan pokok minimum
Pemberian gaji harus adil, artinya besar kecilnya gaji tergantung pada berat ringanya
kewajiban dan tanggung jawab yang dibebankan kepada pegawai yang bersangkuatan
2. Gaji harus diberikan tepat waktunya. Gaji yang terlambat diberikan dapat
mengakibatkan kemarahan dan rasa tidak puas pegawai yang pada gilirannya akan
dapat mengurangi produktivitas pekerja.
3. Besar kecilnya gaji harus mengikuti perkembangan harga pasar. Hal ini perlu
diperhatikan, karena yang penting bagi pegawai bukan banyaknya uang tetapi
berapa banyak barang atau jasa yang dapat diperoleh dengan gajinya tersebut.
4. Sistim pembayaran gaji harus mudah dipahami dan dilaksanakan, sehingga dapat
dilakukan dalam waktu yang relatif singkat.
5. Perbedaan dalam tingkat gaji harus didasarkan evaluasi jabatan yang obyektif.
6. Struktur gaji harus ditinjau kembali dan mungkin harus diperbaiki apabila kondisi
berubah.
Edward (1999) menyatakan bahwa, perbedaan antara jumlah insentif / upah
yang diterima oleh karyawan dan insentif/upah yang juga diterima oleh orang lain
merupakan penyebab langsung kepuasan atau ketidak puasan kerja. Jika mereka merasa
bahwa jumlah keduanya setara, maka mereka merasa puas. Perbedaan dalam tingkat
penerimaan insentif/upah harus didasarkan evaluasi jenis tindakan yang obyektif.
Perasaan puas terhadap insentif/upah mempengaruhi keputusan karyawan tersebut
tentang seberapa keras dia akan bekerja
a. Insentif yang yang proposional akan memotivasi dan memuaskan karyawan
serta sebaliknya insentif yang tak proposional akan menimbulkan keluhan, penurunan
prestasi, kepuasan kerja dan menurunnya moral kerja.
b. Beberapa pedoman spesifik untuk menyusun program insentif yang efektif.
1. Pastikan bahwa upah dan ganjaran berkaitan langsung
2. Ganjaran yang tersedia haruslah bernilai bagi pegawai
3. Pengkajian metode dan prosedur yang seksama.
4. Program insentif haruslah dapat dipahami dan dapat dikalkulasikan dengan
mudah oleh para pegawai Susun standar yang efektif.
5. Jamin standar yang anda tetapkan
6. Jamin upah pokok per jam.
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Yang Relevan
Kerangka Teori
PENERIMAAN INSENTIF
- Definisi : Persepsi dokter terhadap
kejelasan pendapatan yang diperoleh
dari hasil jasa pelayanan dan kemudahan
yang diberikan kepada pasien dalam
rangka observasi, diag nosa,
pengobatan, rehabilitasi medic, dan
pelayanan kesehatan lainnya.
- Indikator :
1. Jasa Medis diterima tepat waktu.
2. Jasa Medis diterima secara rutinn
3. Jasa Medis dapat diperkirakan
jumlah yang diterima.
4. Ada keterbukaan tentang jasa medis.
5. Ada kejelasan perhitungan jasa
medis yang diterima.
KEPUASAAN KERJA
GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL
DOKTER
- Definisi : suatu cara, pola, dan kemampuan tertentu - Definisi :
yang digunakan oleh seorang pemimpin dalam Kepuasan kerja
bersikap, komunikasi dan berinteraksi untuk
mempengaruhi, mengarahkan orang lain atau
mencerminkan perasaan
bawahan, agar bisa melakukan suatu pekerjaan seseorang terhadap
sehingga mencapai suatu tujuan. pekerjaannya, tampak
- Indikator : dalam sikap positif
1. Kemampuan mengambil keputusan. karyawan dalam
2. Kemampuan memotivasi.
3. Kemampuan komunikasi.
pekerjaannya dan segala
4. Kemampuan mengendalikan bawahan. sesuatu yang dihadapi di
5. Tanggungjawab. lingkungan kerjanya.
6. Kemampuan mengendalikan emosional. - Indikator :
Sumber : Judge da Locke ( 1993 ) 1. Pekerjaan itu
sendiri.
Definisi :
2. Gaji
budaya organisasi (Robbins, 2002) merupakan pola
3. Pengawasan
keyakinan dan nilai yang dianut, dianggap benar, diyakini
4. Lingkungan Kerja
dan dijiwai oleh orang-orang yang berada dalam suatu
5. Teman Kerja
(Robbin, 2002)
organisasi.
Indikator :
Inovasi dan Berani Mengambil Risiko
Perhatian terhadap Detail
Orientasi terhadap Hasil
Orientasi terhadap Individu
2.4 Hubungan
Orientasi antar variabel
terhadap Tim
Agresivitas
Stabilitas
a. Hubungan penerimaan insentif terhadap kepuasan kerja dokter di RS HKBP
Balige
Insentif adalah tambahan tambahan kompensasi di atas atau di luar gaji atau upah
yang diberikan oleh organisasi. Menurut Per.MenKes. No. 66/MenKes/SK/II/1987, Jasa
medis adalah pelayanan dan kemudahan yang diberikan kepada seseorang dalam rangka
observasi, diagnosa, pengobatan, rehabilitasi medik dan pelayanan kesehatan lainnya.
Jasa medis merupakan rangsangan tersendiri dan harapan baru untuk para fungsional
dalam hal ini para dokter agar bekerja lebih senang di unitnya sendiri.
Kepuasan kerja diperoleh dari tingkat imbalan atau hasil yang diperoleh dari
pekerjaan, dibandingkan dengan apa yang diharapkan atau dinilai karyawan. Semakin
dekat perbandingan tersebut, lebih banyak yang akan diperoleh dari pekerjaan
dibandingkan dengan yang diinginkan, semakin tinggi kepuasan kerja tersebut. Teori ini
menjelaskan bahwa dapat diketahui nilai – nilai individu mengenai kerja dan hasil,
maka hal ini dapat digunakan sebagai informasi untuk memperkirakan pengaruh –
pengaruh faktor–faktor yang memepengaruhi kepuasan kerja.
Judge (1980) juga menyatakan bahwa gaji berpengaruh secara positif terhadap
kepuasan kerja. Pada dasarnya seseorang bekerja mengharapkan imbalan yang sesuai
dengan jenis pekerjaannya. Karena adanya imbalan yang sesuai dengan pekerjaannya,
maka akan timbul pula rasa gairah kerja yang semakin baik, imbalan dari kerja
bermacam - macam bentuk , tak selalu tergantung pada uang. Imbalan adalah hal - hal
yang mendorong tenaga kerja untuk bekerja lebih giat.
Menurut Cribbin dalam buku Manjemen Sumber Daya Manusia Ed 3 BPFE 1998
karangan Martoyo, upah yang baik adalah upah yang dianggap adil dan jumlahnya
memuaskan, memenuhi kebutuhan dasar ( makan, pakaian, rumah yang merupakan
kebutuhan pokok, juga kebutuhan pendidikan, kesehatan, rekreasi)
Robins (1997) menyatakan bila upah diberikan secara adil sesuai tuntutan
pekerjaan, tingkat ketrampilan individu dan standar pengupahan komunitas,
kemungkinan besar menghasikan kepuasan pada pekerja.
Berdasarkan kajian teori hasil dari sintesa penelitian yang telah dijelaskan diatas
sehingga dapat disimpulkan terdapat hipotesis sebagai berikut :
1. Kemampuan mengambil
keputusan.
2. Kemampuan memotivasi.
3. Kemampuan komunikasi.
4. Kemampuan mengendalikan
bawahan.
5. Tanggungjawab.
BUDAYA ORGANISASI ( X 3 )
Hipotesis penelitian
H0 : Tidak terdapat pengaruh penerimaan insentif terhadap kepuasan kerja dokter
H1 : Terdapat pengaruh penerimaan insentif terhadap kepuasan kerja dokter
X 1=
Penerimaan Insentif Y=
Kepuasan Kerja Dokter
X 2 = X2X
GAYA KEPEMIMPINAN
TRANSFORMASIONAL
X3 =
BUDAYA ORGANISASI
Keterangan :
X1 = Penerimaan Insentif
X2 = Gaya kepemimpinan Transformasional
X3 = Budaya Organisasi
Y = Kepuasan Kerja Dokter
RX1X2X3Y = Parameter Menunjukkan hubungan besarnya pengaruh X1, X2 secara
bersama sama terhadap Y.
2. Kriteria Ekslusi
a. Dokter yang tidak ada di tempat
b. dokter yang tidak bersedia
c. dokter yang sedang cuti
2. Data Sekunder
Data ini diperoleh dari data-data yang ada di Rumahsakit yang berfungsi sebagai
pelengkap data primer yang dikumpulkan oleh pihak manajemen yang berbentuk
laporan-laporan yang digunakan peneliti sebagai penunjang data dalam penelitian ini.
Terdapat dua cara untuk mengumpulkan data yang akan diperlukan untuk melakukan
analisis dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
a. Penelitian lapangan ( field research)
Mengumpulkan data dengan melakukan survey lapangan yang ada hubungannya dengan
masalah yang diteliti. Jenis penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data primer .
data yang diambil terbagi menjadi tiga metode terdiri dari :
1. Observasi
Yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara meninjau atau mengunjungi Rsu
HKBP Balige secara langsung, untuk mencatat informasi yang berkaitan dengan
masalah yang akan diteliti.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan direktur RSU HKBP Balige dan beberapa dokter. Hal ini
dilakukan dengan menggali, mengumpulkan, menemukan informasi yang dibutuhkan
atau yang berhubungan dengan penelitian.
3. Kuesioner
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner.
Menurut ( Abdillah dan Hartono,2015 ) Kuesioner adalah metode pengumpulan
data primer menggunakan item pertanyaan atau pernyataan dengan format tertentu yang
memuat informasi yang efektif dan efisien sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian
melakukan pengumpulan data dengan melakukan penyebaran kuesioner dengan
menngunakan skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi, seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial ( Sugiyono ).
Tabel 3.2
Definisi Operational Variabel Penelitian
Definisi Definisi Cara Hasil
Variabel Dimensi Alat Ukur
Konseptual Operasional Ukur Ukur
Insentif Persepsi dokter Insentif ( X1 ): Jasa medis Kuisioner Skala Jumlah
terhadap kejelasan adalah diterima nomor 1-3 Likert 1- skor
pendapatan yang perangsang yang tepat waktu 5 dibagi
diperoleh dari hasil ditawarkan jumlah
jasa pelayanan dan kepada karyawan 1 = STS pertanyaa
kemudahan yang atau dokter untuk 2 = TS n (nilai
diberikan kepada melaksanakan 3 = KS maksimal
pasien dalam rangka kerja sesuai atau 4=S 5 dan
observasi, diag lebih tinggi dari 5 = SS nilai
nosa, pengobatan, standar yang telah minimal
rehabilitasi medic, ditetapkan. 1).
dan pelayanan (Handoko,
kesehatan lainnya 2017:176)
Definisi Definisi Cara Hasil
Variabel Dimensi Alat Ukur
Konseptual Operasional Ukur Ukur
Jasa medis
diterima jelas Kuisioner
perhitungan nomor 4-6
nya
ada
keterbukaan Kuisioner
tentang jasa nomor 7-9
medis
Gaya Gaya Gaya
kepemimpina kepemimpinan KEPEMIMPINAN
n seorang pemimpin Transformasional
transformasio pada dasarnya ( X2 )
nal dapat Gaya
Kuisioner
mempengaruhi kepemimpinan Motivasi
nomor 10-
perilaku bawahan yang digunakan Inspirasional
14
agar mampu dalam proses
melaksanakan mengarahkan dan
tugas atau mempengaruhi
kegiatan dengan pekerjanya dalam
sebaik-baiknya usaha mencapai
tujuan organisasi. Kuisioner
Pengaruh
Menurut Burn nomor 15-
Teridealisasi
(1978) gaya 17
kepemimpinan Kuisioner
Stimulasi
jenis ini meliputi nomor 18-
Intelektual
motivasi 22
inspirasional,
pengaruh ideal,
Kuisioner
stimulasi Pertimbanga
nomor 23-
intelektual dan n Individual
27
pertimbangan
individual.
Kepuasan sesuatu yang Kepuasan Kerja Work Itself Kuisioner
kerja seharusnya ada (Y) nomor 28-
(harapan) dengan Kepuasan kerja 29
sesuatu yang mencerminkan
sesungguhnya ada perasaan seseorang
(kenyataan), terhadap
Definisi Definisi Cara Hasil
Variabel Dimensi Alat Ukur
Konseptual Operasional Ukur Ukur
seseorang akan pekerjaannya,
merasa puas bila tampak dalam
kondisi kenyataan sikap positif
sesuai dengan karyawan dalam
harapan, semakin pekerjaanya dan
sesuai dengan segala sesuatu yang
harapan maka di hadapi di
semakin tinggi lingkungan
juga kepuasan dan kerjanya. Dimensi,
juga sebaliknya 1. work
semakin jauh dari itselft
harapan semakin 2. pay
tidak puas 3. supervis
ion Kuisioner
4. working Pay nomor 30-
conditio 31
n Kuisioner
5. co- Supervision nomor 32-
worker 33
(Robbins, 2002) Kuisioner
Working
nomor 34-
condition
35
Co-worker Kuisioner
nomor 36-
38
Kuesioner
Orientasi
no.51-54
terhadap
Individu
Kuesioner
Orientasi
suatu organisasi, no 55-58
terhadap
yang
Tim
membedakannya
dengan lainnya
Kuesioner
Agresivitas
no 59-62
Kuesioner
Stabilitas
no 63
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar kuisioner tertutup
yaitu jawaban terhadap pertanyaan kuisioner telah ditentukan. Kuisioner tersebut
disebarkan kepada seluruh responden yaitu semua yang bekerja di RS HKBP Balige.
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yaitu
teknik pengambilan data dengan memberikan pertanyaan tertulis kepada responden
untuk dijawab sesuai dengan instruksi yang diberikan. Kuesioner ini disebarkan secara
fisik atau dalam bentuk google-form.
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data kuantitatif, yaitu data
yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan (scoring). Skala yang
digunakan adalah skala Likert, dinyatakan dalam angka mulai dari skala terkecil
sampai dengan yang terbesar (skala pengukuran 1–5), sebagai alternatif pilihan jawaban
untuk mengukur sikap responden.
Skala Likert merupakan skala kontinum bipolar, dimana pada ujung sebelah kiri
berupa angka rendah yang menggambarkan jawaban yang bersifat negatif, dan pada
ujung sebelah kanan berupa angka besar yang menggambarkan jawaban bersifat positif.
Skala Likert ini dirancang untuk memungkinkan responden memberikan penilaian
dalam berbagai tingkatan/rating atas setiap pernyataan penelitian. Keterangan Skala
Likert (1-5) yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. STS : Sangat Tidak Setuju
2. TS : Tidak Setuju
3. KS : Kurang Setuju
4. S : Setuju
5. SS : Sangat Setuju
b. Jenis Instrumen
Dengan Skala likert maka variabel yang diukur dijabarkan menjadi indikator
variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk
menyusun item – item instrument berupa pertanyaan maupun pernyataan.
Adapun alternatif jawaban dengan menggunakan skala likert yaitu dengan
memberikan skor pada masing –masing jawaban pernyataan alternatif seperti
dibawah ini :
Dengan hormat,
Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir tesis untuk memenuhi persyaratan
gelar sarjana Strata 2 (S-2) pada program studi Magister Administrasi Rumah
Sakit Universitas Esa Unggul Jakarta, maka peneliti mengadakan penelitian
yang berjudul “ ANALISIS PENGARUH PENERIMAAN INSENTIF,
GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, BUDAYA
ORGANISASI TERHADAP KEPUASAN KERJA DOKTER di RUMAH
SAKIT HKBP “
Saksi Responden
___________________ ___________________
Peneliti
Petunjuk pengisian :
Bagian A:
1. Isi titik-titik dengan jawaban yang benar
2. Silangi huruf pilihan anda
Bagian B sampai dengan E:
1. Bacalah dengan baik-baik setiap pernyataan yang ada
2. Setiap pernyataan tidak ada yang salah atau benar, namun anda diminta untuk
menentukan pendapat yang menggambarkan kondisi yang anda alami/ rasakan.
3. Berilah tanda [√] pada tempat yang telah tersedia, dengan ketentuan:
STS : Anda Sangat Tidak Setuju
TS : Anda Tidak Setuju
KS : Anda Kurang Setuju
S : Anda Setuju
SS : Anda Sangat Setuju
A. Sosiodemografi
1. Umur Bapak/ Ibu/ Sdr/i: ................ Tahun
2. Jenis Kelamin:
a. Laki-Laki
b. Perempuan
3. Pendidikan:
a. S2
b. S1
c. D3
d. Lainnya .........
4. Profesi (MILITER / PNS / HONORER)
a. Dokter
b. Perawat
c. Bidan
d. Lainnya ................ (sebutkan)
5. Lama bekerja di RS ini:…………tahun
6. Unit/ instalasi tempat bekerja: ...................
Agresivitas
Stabilitas
63. saya merasa dihargai dan bukan
sebagai alat untuk memperoleh
keuntungan sehingga
terwujudnya lingkungan kerja
yang baik
Catatan : item kuisioner yang ditulis bold merupakan item yang tidak valid sehingga
dikeluarkan dari perhitungan analisis data selanjutnya