BAB I
PENDAHULUAN
strategi dan promosi. Saat ini telah banyak penelitian dilakukan tentang OCB di
halnya rumah sakit tidak hanya menyangkut perubahan dan perbaikan layanan dan
tersebut tidak lain adalah sebagai upaya meningkatkan kualitas pelayanan publik.
SDM memiliki peran yang sentral dalam semua aktivitas di rumah sakit dan
dilakukan tersebut disertai dengan niat yang tulus, ikhlas dan meyakini bahwa
tugas menolong sesama adalah suatu kewajiban dan kebajikan yang harus
dari perilaku SDM itu sendiri dan kontribusi tersebut diukur dengan kinerjanya.
Dampak dari kinerja SDM rumah sakit, terutama perawat adalah dirasakan oleh
1
2
kesehatan maka kinerja pelayanan perawat tersebut baik. Topik utama yaitu extra
role (perilaku loyal) yang dilakukan oleh perawat bagi organisasi tempatnya
(OCB). Faktor OCB ini sangat berpengaruh bagi pegawai di rumah sakit (Wagner
& Rush, 2000). Kinerja perawat yang dibentuk oleh OCB akan meningkatkan
job attitude dan OCB. Hasil riset tentang pengukuran personality dan OCB tidak
determinan OCB. Determinan OCB tidak sepenuhnya dimensi the Big Pive,
melainkan suatu konstalasi atau profile personality facets drawin from different
antara lain; sikap ramah, dan menghargai rekan kerja. Penelitian oleh Hakim
disertasi) diluar jam kerja atau di luar kampus, serta secara aktif mendukung hasil
dan perkembangan organisasi. Menurut Wagner dan Rush (2000), rumah sakit
tidak hanya mengharapkan perawat yang bekerja sesuai perannya (in-role), tetapi
juga dapat menjadi pegawai yang loyal pada organisasi, OCB ditunjukkan
dengan ikhlas, seperti harus datang ke rumah sakit untuk menangani pasien gawat
darurat, padahal waktu itu perawat yang bersangkutan telah selesai melaksanakan
Perilaku OCB yang kuat dan dimiliki seseorang tentu saja tidak muncul
dengan sendirinya. Ada faktor yang mendorong perilaku tersebut, salah satunya
faktor kepribadian, OCB dan kinerja adalah (Kumar, 2016). Penelitian terdahulu
pada muncul tidaknya OCB dalam diri individu. Kepribadian perawat memiliki
peran penting pada seorang individu (Organ, 1994). Kepribadian mencakup tiga
telah dilakukan pada konteks di luar organisasi bisnis. Penelitian OCB telah
tinggi (Allison, 2003), para perawat yang bekerja rumah sakit (Wagner & Rush,
2000), para pelanggan organisasi (Castro, et al., 2004), guru sekolah (Feather &
bahwa persisten motivasi berpengaruh terhadap the Big Five maupun OCB. Hasil
OCB. Penelitian terdahulu dengan konteks yang sama juga dilakukan terhadap
para dosen di sebuah perguruan tinggi di Kota Bengkulu (Pareke, 2009) yang
variabel dukungan organisasi sebagai moderasi antara kepuasan kerja dan OCB.
antara personality dan OCB. Stres adalah faktor psikologis tenaga medis atau
sehingga dapat menurunkan kinerja (Dale, 2011). Stres dalam pekerjaan terjadi
disebabkan oleh tingkat burnout (kejenuhan kerja) dan tekanan kerja. Stres secara
umum merupakan suatu fenomena kejadin dalam diri individu dimana keinginan
tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya yang terjadi, hal ini mengakibatkan
keadaan menjadi tekanan bagi individu (Newstrom & Davis, 1997). Beberapa
faktor penyebab stress (stressor) menurut Lazarus dan Folkman (dalam Morgan,
2007) adalah kondisi fisik lingkungan dan sosial, sedangkan (Morris, 2010)
National Safety Council/NSC Tahun 2004 stres kerja karena beban kerja sehingga
dapat berdampak pada tingkat kebosanan, konsentrasi, kesakitan dan kualitas hasil
kerja yang buruk. Stres kerja menjadi masalah bagi organisasi karena kinerja akan
berdasarkan personality, OCB serta tidak memiliki stress kerja. Kontribusi SDM
semakin bermakna jika setiap tindakan pelayanan yang dilakukan tersebut disertai
niat yang tulus, ikhlas dan meyakini bahwa tugas menolong sesama adalah suatu
Banyaknya beban kerja tenaga medis, mulai dari tugas administrasi sampai
kurang dapat fokus melaksanakan tugas dan memberikan tekanan kepada tenaga
medis. Demikian juga dengan jumlah tenaga khusus administrasi di Rumah Sakit
yang minim membuat tenaga medis harus melaksanakan “peran ganda” dan
disebabkan berbagai faktor seperti kondisi emosi, pemanfaatan waktu yang tidak
positif terhadap OCB, dan perilaku OCB tersebut berpengaruh positif terhadap
kinerja individu. Perilaku ini merupakan hal yang baik bagi organisasi maupun
Dimana pada riset ini beban kerja merupakan ancaman bagi perawat yang akan
individu. Alasan yang mendasari fokus penelitian ini karena perawat berperan
langsung dengan pasien dan keluarganya, dimana stress kerja yang dapat
menurunkan kinerja tidak dapat diminimalisir. Oleh karena itu, faktor kepribadian
7
individu secara khusus dan kinerja rumah sakit secara keseluruhan, sehingga
menjadi aspek dalam pengembangan diri perawat dan OCB sebagai mediasi serta
pengaruh personality, terhadap kinerja dengan mediasi OCB dan stress sebagai
meningkatkan kinerja individu. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti
terhadap kinerja, dimana OCB sebagai mediasi dan stres sebagai moderasi pada
Smart-PLS.
sebagai berikut:
di Kota Bengkulu?
8
Kota Bengkulu?
Kota Bengkulu?
Bengkulu?
OCB dan kinerja fit dengan data aktual pada objek penelitian?
kepribadian, OCB dan kinerja perawat rumah sakit di Kota Bengkulu serta peran
pemediasi. Secara rinci, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
OCB dan kinerja, dimana stress menjadi pemoderasi dan OCB menjadi
kinerja perawat.
3) Kontribusi teori stress, teori stress tidak selalu memberikan dampak yang
negatif. Stress ada pula yang dapat juga menimbulkan akibat positif seperti
11
teknik nafas dalam pada perawat agar tidak terjadi stress atau burn out
Sebagai langkah peningkatan mutu organisasi dalam hal ini rumah sakit.
yang bekerja dengan OCB tinggi secara konkret dapat menerapkan kinerja
2) Keterbatasan teori stress menyangkut pada dua kutub stress positif dan
negatif, jika keduanya tidak dapat menjadi tolak ukur kinerja perawat
maka sulit pula kinerja akan dicapai. Namun apabila stress negatif yang
banyak pada diri perawat maka itu membuat kinerja semakin memburuk.
Maka dari itu keterbatasan teori ini terletak pada diri perawat itu untuk
sumber daya manusia setiap pekerja sesuai dengan kompensasi. Maka dari
kepribadian, stres, OCB dan kinerja individu. Upaya pemecahan masalah yaitu
2) Dapat memberikan informasi yang berguna bagi civitas akademika yang ingin
ditemui dalam penelitian ini dapat ditingkatkan melalui peran OCB secara
menyeluruh.
ini yaitu dengan melanjutkan variabel penelitian dengan teori yang lain.
dan merancang strategi meningkatkan OCB dan kinerja secara sukarela dan
tidak terpaksa.
Bengkulu.
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
kerangka argumentasi konseptual dari hasil-hasil temuan empiris yang telah ada.
Adapun teori yang disajikan teori sebagai landasan utama dalam penelitian
ini. Teori-teori tersebut terdiri dari teori Big Five Personality (BFP),
matang yang dituangkan dalam proses kerja. Tiap program kerja mempunyai
kelompok atau organisasi dalam mencapai sasaran dan target yang telah
14
15
yang dimiliki dan niat yang kuat untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Kinerja
individu rumah sakit sebagai outcome dari intrinsic dan extrinsic motivations.
intrinsic motivation adalah motivator yang sesunguhnya (Hee & Hayati, 2016).
Kinerja adalah fungsi antara kemampuan atau ability (A), motivasi atau
O). Jay Lorsch dan Paul Lourence menyatakan kinerja yaitu fungsi atribut
dianggap sebagai suatu sifat atau karakteristik dari individu dalam melaksanakan
tugas atau pekerjaan yang tidak bisa diamati atau diukur secara langsung. Hal itu
dapat diamati dalam keadaan atau situasi yang lain sehingga dapat mendasari
kinerja tersebut. Pendapat yang lain juga dikemukakan oleh (Simamora, 1995)
yang menyebutkan kinerja sebagai suatu keadaan atau tingkah laku seseorang
terjadi karena berbagai faktor seperti pemanfaatan waktu yang efisien, kondisi
emosi, dan kejenuhan (Joseph, 1992). Pemanfaatan waktu dimaksud adalah tidak
1. Kuantitas hasil kerja yaitu jumlah output yang dihasilak dari suatu
pekerjaan.
2. Kualitas hasil kerja yaitu mutu hasil kerja yang dilakukan individu.
16
pengetahuan yang terkait dalam people related business isues (Schuller, 2003).
tingkat capaian yang di dapatkan dalam pekerjaan sesuai goals. sedangkan Hersey
and Blanchard (dalam Schuller, 2009) memberi pengertian kinerja sebagai fungsi
kinerja merupakan fungsi dari ability, motivation, dan opportunity. Pendapat yang
balik. Di satu sisi kepuasan kerja dikatakan sebagai penyebab kinerja, sehingga
penyebab kepuasan kerja, di mana jika individu mampu mencapai kinerja tinggi
bahwa hubungan antara kepuasan dengan kinerja sangatlah rumit. Hal ini karena
tidak selamanya kepuasan kerja akan menimbulkan prestasi yang tinggi, karena
kinerja individu tidak hanya dipengaruhi oleh variabel tunggal kepuasan kerja,
akan tetapi kinerja individu dipengaruhi oleh vaiabel yang sangat variatif.
Di antara delapan faktor ini, lima faktor mengacu dengan tugas yang terdiri atas
(1) kecakapan tugas spesifik pekerjaan, (2) kecakapan tugas spesifik non-
pekerjaan, (3) kecakapan komunikasi lisan dan tulisan, (4) pengawasan pimpinan,
karyawan dan ada feedback, (2) kemampuan interpersonal yang baik, (3)
meliputi:
1. Atribut individu
Kinerja yang tinggi dinilai dari kemauan untuk bekerja artinya motivasi
3. Dukungan organisasi
yaitu semua faktor yang berasal dari diri individu individu tersebut; faktor
kerja yang dirasakan; dan faktor organisasi, yaitu semua faktor yang berasal dari
2.1.2.1 Personality
memahami kepribadian. Salah satu pendekatan yang digunakan adalah teori trait.
Teori trait merupakan sebuah model untuk mengidentifikasi trait-trait dasar yang
suatu dimensi yang menetap dari karakteristik kepribadian, hal tersebut yang
membedakan individu dengan individu yang lain (Fieldman, 1993). John (1999: 2,
konsensus tentang adanya diminesi-dimensi the big five personality. The big five
(John, 1996).
19
adanya lima ciri kepribadian utama pada individu (Luthans & Avolio, 2007).
Menurut McCrae dan Costa (2010) kepribadian manusia terdiri dari lima faktor
dan manusia cenderung memiliki salah satu faktor kepribadian sebagai faktor
yang dominan.
lima dimensi dasar saling mendasari dan mencakup sebagian besar variasi yang
five personality adalah individu yang suka hidup berkelompok, aktif, terbuka,
suka berteman, hangat, suka menolong, berhati lembut, teliti, tepat waktu, rapih,
bertanggung jawab, rileks, tidak mudah emosional, kreatif, dan ingin tahu.
Patki, et al. (2016) meneliti dampak kepribadian yang disebut the big five
kepribadian openness dan extravertion terhadap perilaku OCB. Kim (2016) dalam
kontek yang serupa, meneliti hubungan antara user personality traits, social
network site quality, user satisfaction, and intention to continue using the site.
komersial, hasil riset ini mendukung adanya mediasi kepuasan individu terhadap
perawat terhadap sistim menjadi pemediasi antara kualitas layanan rumah sakit
dan intensi perawat untuk melaksanakan OCB. Jika dikaitkan dengan perilaku
keperawatan, maka kepuasan perawat terhadap sistim rumah sakit bisa menjadi
pemediasi antara kepribadian perawat dan perilaku OCB. Penelitian lain tentang
dengan sampel 144 staf Universitas Ratchathani Rajabhat untuk data survai dan
21
yang tak berfungsi. Personality Disorder (PD) dalam penelitian ini teruji sebagai
sumber daya manusia merupakan dua disiplin ilmu yang saling terkait. Perbedaan
keduanya terletak pada orientasi analisisnya saja. Teori perilaku organisasi lebih
menekankan pada aspek teoritis sedangkan MSDM lebih berorientasi praktis atau
terapan. Hampir semua aspek yang dipelajari dalam perilaku organisasi juga
menjadi objek pembahasan dalam bidang MSDM dengan tujuan yang lebih
aplikatif.
persepsi, sikap dan perilaku seseorang di tempat kerja. Para peneliti telah
22
pada berbagai bidang disiplin perilaku organisasional, sebagai contoh Wagner &
Rush (2000) menemukan perilaku good citizen merupakan sikap mental positif
perasaan, keyakinan dan kecenderungan perilaku yang relatif stabil. Artinya, jika
sikap terbentuk individu cenderung bertahan, oleh karena itu, merubah sikap
membutuhkan usaha yang cukup berarti (Greenberg & Baron, 2000). Jika
dikaitkan dengan perilaku organisasi berarti sikap yang dinilai adalah sikap
Perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia
itu sendiri, perilaku juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik
23
dapat diamati secara langsung atau tidak langsung dan hal ini berarti bahwa
perilaku terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi
yakni yang disebut rangsangan, dengan demikian suatu rangsangan tertentu akan
sebagaian besar ialah perilaku yang dibentuk dan dapat dipelajari, berkaitan
Perilaku kerja sangat penting untuk mencapai suatu keberhasilan pada tingkat
memahami kepribadian. Salah satu pendekatan yang digunakan adalah teori trait.
Teori trait merupakan sebuah model untuk mengidentifikasi trait-trait dasar yang
suatu dimensi yang menetap dari karakteristik kepribadian, hal tersebut yang
Dimensi the big five dalam kajian tentang kepribadian dalam dunia
berikut ini.
menjadi topik penelitian yang menarik. Perilaku OCB, terutama pada organisasi
dalam pernyataan tersebut juga dijelaskan variabel anteseden dan dampak perilaku
OCB, termasuk peluang untuk pengembangan teori OCB yang akan datang.
dunia kerja. Yukl (1989) melakukan evaluasi dan review terhadap teori-teori
teori perilaku organisasional modern adalah James G. March yang lahir Tahun
1928. March berkontribusi juga pada munculnya teori organisasi dan manajemen
modern. Menurut Luthans (2005) teori perilaku organisasi dan teori manajemen
sumber daya manusia merupakan dua disiplin ilmu yang saling terkait. Perbedaan
keduanya terletak pada orientasi analisisnya saja. Teori perilaku organisasi lebih
menekankan pada aspek teoritis sedangkan MSDM lebih berorientasi praktis atau
terapan. Hampir semua aspek yang dipelajari dalam perilaku organisasi juga
menjadi objek pembahasan dalam bidang MSDM dengan tujuan yang lebih
aplikatif.
persepsi, sikap dan perilaku seseorang di tempat kerja. Para peneliti telah
pada berbagai bidang disiplin perilaku organisasional, sebagai contoh Wagner dan
Rush (2000) perilaku good citizen merupakan sikap mental positif yang
perasaan, keyakinan dan kecenderungan perilaku yang relatif stabil. Artinya, jika
sikap terbentuk individu cenderung bertahan, oleh karena itu, merubah sikap
membutuhkan usaha yang cukup berarti (Greenberg & Baron, 2000). Jika
dikaitkan dengan perilaku organisasi berarti sikap yang dinilai adalah sikap
Perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia
itu sendiri, perilaku juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik
dapat diamati secara langsung atau tidak langsung dan hal ini berarti bahwa
perilaku terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi
yakni yang disebut rangsangan, dengan demikian suatu rangsangan tertentu akan
maupun sosial.
dimana individu suka bekerjasama dengan individu lain, saling mengerti diantara
Exchange Theory (SET). SET merupakan sebuah model ekonomi dari perilaku
bagi orang lain, atau tindakan-tindakan entitas lain. Kewajiban ini didefinisikan
secara bebas dan menghasilkan suatu manfaat yang besar bagi hubungan antara
bahwa dalam hubungan pertukaran sosial, sifat mendasar yang menjadi ciri khas
tidak diatur secara jelas, termasuk yang dijadikan dasar mengukur kontribusi
29
masing-masing pihak. Konovsky dan Pugh (1994) dalam teori pertukaran sosial
(social exchange theory) berpendapat bahwa ketika individu telah puas terhadap
melalui perspektif teori pertukaran sosial, menurut Moorman (2003), juga dapat
ditelusuri melalui perspektif teori identitas sosial (social identity) atau model
berpotensi untuk dikembangkan menjadi perilaku OCB. Temuan ini terjadi pada
2.1.2.3 Stress
psikologis dan atau fisik secara berlebihan pada seseorang”. Beehr dan Newman
(2002) mendefinisikan stres kerja sebagai “kondisi yang muncul dari interaksi
(Robbins, 2015). Stres kerja pada individu perlu dikelola oleh seorang pimpinan
adanya stres kerja yaitu seseorang atau individu menjadi nervous, merasakan
kecemasan yang kronis, peningkatan ketegangan pada emosi, proses berifikir dan
kondisi fisik individu (Luthans, 2000). Menurut Schuller (2003), stres adalah
dan keinginan dan hasil yang diperoleh sangatlah penting tetapi tidak dapat
Definisi stres kerja yang serupa juga dipaparkan oleh Moorhead dan
Griffin (2013: 175) yang menyatakan bahwa stres sebagai respon adaptif
secara berlebihan kepada orang tersebut. Dari ketiga definisi tersebut, stres kerja
organisasi (individu).
31
yang terlalu banyak mengadakan tuntutan psikologis dan fisik seseorang. Sarafano
yang berasal dari situasi yang bersumber pada sistem psikologis. Selain itu,
keadaan atau kejadian yang memicu stres, yang mengancam, dan menganggu
bahwa stres kerja timbul karena tuntutan lingkungan dan tanggapan setiap
individu yang disebabkan oleh hal-hal yang tidak nyaman, tidak diinginkan, atau
dianggap sebagai ancaman di tempat kerja (Rustiarini, 2014). Variabel ini diukur
tidak ramah.
organisasi. Faktor tersebut antara lain beban kerja yang sulit dan berlebihan,
tekanan dan sikap pimpinan yang kurang adil dan tidak wajar, waktu kerja yang
terbatas dan peralatan yang kurang, konflik antara pribadi dengan pimpinan atau
kelompok kerja, balas jasa yang terlalu rendah dan adanya masalah-masalah
1. Beban kerja yang berlebihan; Banyaknya tugas dapat menjadi sumber stres
keahlianya.
2. Tekanan atau desakan waktu; Atasan sering kali memberikan tugas sesuai
4. Iklim Politis; Iklim politis yang tidak aman akan mempengaruhi semangat
kerja.
6. Konflik dan ketidakjelasan peran; Pada situasi seperti ini orang memiliki
sehingga individu tidak tahu apa yang harus dia lakukan dan tidak dapat
8. Perubahan tipe; Khususnya jika penting dan tidak lazim. Misalnya perubahan
9. Frustasi; suatu akibat dari motivasi yang terhambat dan mencegah seseorang
Stres kerja yang dialami oleh individu dapat menimbulkan dampak positif
dan negatif bagi yang bersangkutan dan bagi organisasi (Sarafano, 2008). Aspek
positif apabila:
1. Kadarnya proporsional. Maksudnya di sini adalah tidak terlalu berat dan tidak
sebagai tantangan, maka secara fungsi bisa dikatakan bahwa stres di situ
positif meskipun itu tidak langsung terasa dan terjadi. Banyak individu yang
Stres terjadi pada hampir semua pekerja, baik tingkat pimpinan maupun
dapat dihindarkan, akan tetapi dapat dikelola, diatasi dan dicegah, sehingga tidak
faktor, baik di dalam maupun di luar pekerjaan yang merupakan sumber stres di
tempat kerja. Sumber stres disebut juga stressor yang merupakan suatu
individu akan dapat dengan mudah menerima dan mempelajari prosedur kerja
baru, sedangkan individu lain tidak tahu atau bahkan akan menolaknya.
Menurut Cary Cooper (dalam Rini, 2002) sumber stres ada lima yaitu sebagai
berikut :
1. Kondisi Pekerjaan.
a) Lingkungan .
b) Overload.
c) Deprivational stress.
2. Konflik Peran.
Perusahaan yang mempunyai struktur organisasi yang kurang jelas, yaitu seperti
perusahaan yang tidak mempunyai garis-garis haluan yang jelas, aturan main, visi
dan misi yang sering kali tidak dikomunikasikan pada seluruh kita. Konflik peran
juga dihadapkan pada wanita terutama yang sudah menikah, serta ketidakjelasan
3. Hubungan Interpersonal.
Hubungan yang tidak baik dapat dilihat dari gejala-gejalanya seperti rendahnya
minat dalam memecahkan masalah yang ada dalam organisasi, dan kepercayaan
yang rendah. Adanya dukungan dari rekan, keluarga, atau pihak manajemen
4. Pengembangan Karier.
36
Bayangan akan kesuksesan karir sering kali tidak sesuai dengan yang ada
dikenyataan. Impian dan cita-cita untuk mencapi prestasi dan karir yang baik
kaku, kurang adanya kepedulian dari pihak manajemen pada inisiatif kita, tidak
pernah melibatkan kita dalam pengambilan keputusan, dan tidak adanya dukungan
Secara umum stres memiliki dampak yang merugikan baik bagi individu maupun
orang lain. Tingkatan stres ada bermacam-macam, dan oleh Brealey (2002) dibagi
2. Stres yang optimal : jumlah stres yang tepat dalam hidup akan
3. Terlalu banyak stres : selain kelelahan mental dan fisik, individu akan
kita sangat berpeluang untuk jatuh sakit, baik secara mental maupun fisik.
1) Kesehatan.
Sistem kekebalan tubuh manusia be sama secara integral dengan sistem fisiologis
lain, dan kesemuanya berfungsi untuk menjaga keseimbangan tubuh, baik fisik
maupun psikis yang cara nya diatur oleh otak. Seluruh sistem dilakukan, jarang
dan menghambat sama antara individu satu dengan yang lain.tersebut sangat
immunocompetence. Jadi tidak heran jika orang yang mudah stres, mudah
terserang penyakit.
2) Psikologis.
terus menerus. Menurut istilah psikologi, stres berkepanjangan ini disebut stres
kronis. Menurut Miller (Rini, 2002) akar dari stres kronis adalah dari pengalaman
traumatis di masa lalu yang terinternalisasi, tersimpan terus dalam alam bawah
sadar.
3) Interaksi interpersonal.
Orang yang sedang stres akan lebih sensitif dibandingkan orang yang tidak dalam
kondisi stres. Oleh karena itulah, sering terjadi salah persepsi dalam membaca dan
perilaku orang lain. Pada tingkat stres yang berat, orang bisa menjadi depresi,
kehilangan rasa percaya diri dan harga diri. Akibatnya orang tersebut lebih banyak
menarik diri dari lingkungan, tidak lagi mengikuti kegiatan yang biasa
Kumar dan Bakhshi (2009) melakukan penelitian pada 187 dokter yang
bekerja pada rumah sakit di India utara, penelitian ini menemukan bahwa terdapat
hubungan empat faktor dari “big five” yang berpengaruh terhadap OCB.
terhadap OCB setelah di kendalikan oleh variabel kontrol seperti work locus of
umum temuan penelitan ini adalah Five Factor Model merupakan prediktor pada
hubungan antara kepribadian terhadap tiga tipe kepribadian dari OCB, serta
extraversi guru yang lebih terbuka pada pengalaman akan terlibat pada OCB dari
pada guru yang intraversi dan guru yang kurang terbuka pada pengalaman. Guru
yang memperoleh skor tiggi pada conscientiousness dicirikan pada guru yang
lebih berhati-hati dan bertanggung jawab. King et al.. (2005), menguji hubungan
sebanyak 374 wanita yang tergabung dalam asosiasi kontruksi. Penelitian ini
yang kuat akan berpengaruh positif untuk menolong antar pribadi. Ketika
40
menolong antar pribadi, ketika stabilitas emosi tinggi dan hubungan antara
pada pengalaman.
terhadap tiga tipe dari Organization Citizenship Behavior (OCB), serta menguji
kepribadian dan OCB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstraversi guru yang
lebih terbuka pada pengalaman akan lebih terlibat pada OCB di sekolah mereka,
dari pada introversi dan guru yang kurang terbuka pada pengalaman mereka. Guru
jawab. Guru dengan kepribadian introvert dan neurotic menjadi lebih terlibat
dalam OCB daripada extrovert dan stabilitas emosi guru, bila mereka menghargai
berbeda dan pada akhirnya memunculkan ide-ide baru dan berguna serta
Barrack dan Mount (1991) melakukan penelitian pada lima profesi yang
berbeda, yaitu: professional, polisi, manajer, sales dan tenaga teknis tentang
berhubungan dengan polisi dan tenaga teknis. Penelitian ini menyimpulkan bahwa
Penelitian yang dilakukan oleh Barrick dan Mount (2006) terhadap lima
jenis jabatan yang berbeda (professional, polisi, manajer, sales dan pekerja
openness to experience hanya berlaku pada dua jenis pekerjaan yaitu manajer dan
sales. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Humphreys dan William
42
(1984), Hurtz dan Donovan (2000) menemukan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan terhadap prestasi seseorang. Hasil penelitian yang dilakukan Lau dan
pencapaian prestasi dan perilaku yang positif. Karakter kepribadian yang positif
seperti suka bekerja sama, inovatif, terbuka, teratur, gigih dalam bekerja, dan
emosi yang stabil akan menentukan kesuksesan seseorang baik dalam bekerja
maupun belajar.
Penelitian yang dilakukan McCrae dan Costa (1997) dan Williams dan
Anderson (1991), menemukan bahwa individu yang terbuka secara aktif mencari
dan bijaksana tentang ide-ide baru yang ditemui. Reflektif dan bijaksana yang
ide yang muncul darimana saja. Kepribadian tersebut muncul karena individu
hal yang baru yang akan berpengaruh terhadap kreativitas individu yang dapat
meningkatkan kinerja.
yang erat antara OCB dengan kinerja kelompok. Adanya perilaku yang altruistik
43
yang memungkinkan sebuah kelompok bekerja secara kompak dan efektif untuk
ada hubungan antara OCB dengan kinerja kelompok. Keterkaitan ini terutama
terjadi pada OCB dengan tingginya hasil kelompok secara kuantitas, sementara
Yoon dan Suh (2003) menemukan bahwa OCB berpengaruh pada kualitas
layanan. Penelitian lain dilakukan oleh Bogler dan Somech (2005) pada 983 orang
guru SMP dan SMA di Israel menunjukkan bahwa, OCB yang dimiliki para guru
berinteraksi dengan modal sosial yang dimiliki organisasi yaitu dimensi struktural,
individu dan keefektifan organisasi. Sebagai perilaku diluar peran yang harus
dimainkan, sesungguhnya OCB tidak dapat dipisahkan dari perilaku kerja yang
dituntut dalam pekerjaannya atau yang sesuai dengan peran yang dimainkannya.
44
diluar peran juga menjadi standar yang harus dipenuhi individu untuk menilai
kinerja individu. Selain itu, organisasi dapat mendorong agar individu berlaku
positif, misalnya membantu individu lain dan saling mendukung dalam tim.
Fenomena tersebut terjadi karena adanya individu yang dengan suka rela
membantu teman lain, tetapi ada juga pribadi yang harus didorong terlebih dulu
seharusnya memilih individu yang mempunyai kepribadian positif, yaitu fit antara
kepribadian dan tupoksi (job description). Lebih penting dari semua itu,
OCB dalam berbagai kegiatan. Lingkungan yang kondusif terbentuk juga dari
2003). Pertama, stres secara langsung mempengaruhi fisik sistem tubuh dan
(Sarafano, 2008).
Kondisi dari stres memiliki dua aspek: fisik (melibatkan materi atau
beberapa gejala fisik yang dirasakan ketika seseorang sedang mengalami stres, di
antaranya adalah sakit kepala yang berlebihan, tidur menjadi tidak nyenyak,
45
gangguan pencernaan, hilang nafsu makan, gangguan kulit, dan produksi keringat
Pada umumnya, ada tiga gejala psikologis yang dirasakan ketika seseorang
sedang mengalami stres. Ketiga gejala tersebut adalah gejala kognisi, gejala
1) Gejala kognisi. Gangguan daya ingat (menurunnya daya ingat, mudah lupa
sesuatu, merasa sedih dan depresi merupakan gejala-gejala yang muncul pada
3) Gejala tingkah laku. Tingkah laku negatif yang muncul ketika seseorang
mengalami stres pada aspek gejala tingkah laku adalah mudah menyalahkan
orang lain dan mencari kesalahan orang lain, suka melanggar norma karena
dia tidak bisa mengontrol perbuatannya dan bersikap tak acuh pada
menurun (Dale, 2011). Keadaan jenuh seringkali pikiran kita menjadi terasa
penuh dan mulai kehilangan rasional, hal ini dapat menyebabkan kewalahan
kemudian mulai kehilangan minat terhadap pekerjaan dan motivasi menurun, pada
46
akhirnya kualitas kerja dan kualitas hidup ikut menurun (National Safety Council,
2004).
Leiter dan Maslach (2007) menyebutkan ada tiga dimensi dari stres, yaitu:
sikap sinis, cenderung menarik diri dari dalam lingkungan kerja. Ketika
merupakan cara untuk terhindar dari rasa kecewa. Perilaku negatif seperti ini
perasaan tidak berdaya, merasa semua tugas yang diberikan berat. Ketika
mampu. Setiap pekerjaan terasa sulit dan tidak bisa dikerjakan, rasa percaya
diri berkurang. Pekerja menjadi tidak percaya dengan dirinya sendiri dan
perbedaan yang sangat besar antara individu yang bekerja dengan pekerjaannya
1. Work overload
dengan waktu yang sedikit. Overload terjadi karena pekerjaan yang dikerjaan
tidak bernilai. Apresiasi bukan hanya dilihat dari pemberian bonus (uang),
tetapi hubungan yang terjalin baik antar pekerja, pekerja dengan atasan turut
4. Breakdown in Community
tempat kerja. Hubungan yang baik seperti sharing, bercanda bersama perlu
untuk dilakukan dalam menjalin ikatan yang kuat dengan rekan kerja.
nyaman, full of anger, frustasi, cemas, merasa tidak dihargai. Hal ini membuat
dukungan sosial menjadi tidak baik, kurang rasa saling membantu antar rekan
kerja.
5. Treated Farily
dirasakan pada saat masa promosi kerja, atau ketika pekerja disalahkan ketika
dengan nilai mereka. Misalnya seorang sales terkadang harus berbohong agar
produk yang ditawarkan bisa terjual. Namun hal ini dapat menyebabkan
nilai yang dimiliki. Seseorang akan melakukan yang terbaik ketika melakukan
apa yang sesuai dengan nilai, belief, menjaga integritas dan self respect.
OCB
Stress
PERSONALITY PERFORMANCE
(THE BIG
FIVE)
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual.
2006). Ada dua jenis hipotesis yang biasanya digunakan dalam penelitian, yakni
ketiga yang diteliti, maka hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah
berbeda dan pada akhirnya memunculkan ide-ide baru dan berguna serta
Barrack dan Mount (1991) melakukan penelitian pada lima profesi yang
berbeda, yaitu: professional, polisi, manajer, sales dan tenaga teknis tentang
berhubungan dengan polisi dan tenaga teknis. Penelitian ini menyimpulkan bahwa
Penelitian yang dilakukan oleh Barrick dan Mount (2006) terhadap lima
jenis jabatan yang berbeda (professional, polisi, manajer, sales dan pekerja
openness to experience hanya berlaku pada dua jenis pekerjaan yaitu manajer dan
sales. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Humphreys & William
(1984), Hurtz dan Donovan (2000) menemukan bahwa terdapat hubungan yang
Kumar dan Bakhshi (2009) melakukan penelitian pada 187 dokter yang
bekerja pada rumah sakit di India utara, penelitian ini menemukan bahwa terdapat
hubungan empat faktor dari “big five” yang berpengaruh terhadap OCB.
terhadap OCB setelah di kendalikan oleh variabel kontrol seperti work locus of
umum temuan penelitan ini adalah Five Factor Model merupakan prediktor pada
hubungan antara kepribadian terhadap tiga tipe kepribadian dari OCB, serta
extraversi guru yang lebih terbuka pada pengalaman akan terlibat pada OCB dari
pada guru yang intraversi dan guru yang kurang terbuka pada pengalaman. Guru
yang memperoleh skor tiggi pada conscientiousness dicirikan pada guru yang
lebih berhati-hati dan bertanggung jawab. Guru dengan kepribadian introvert dan
neurotic menjadi lebih terlibat dalam OCB dari pada extrovert dan stabilitas
emosi.
yang erat antara OCB dengan kinerja kelompok. Adanya perilaku yang altruistik
yang memungkinkan sebuah kelompok bekerja secara kompak dan efektif untuk
ada hubungan antara OCB dengan kinerja kelompok. Keterkaitan ini terutama
terjadi pada OCB dengan tingginya hasil kelompok secara kuantitas, sementara
Yoon dan Suh (2003) menemukan bahwa OCB berpengaruh pada kualitas
layanan. Penelitian lain dilakukan oleh Bogler dan Somech (2005) pada 983 orang
guru SMP dan SMA di Israel menunjukkan bahwa, OCB yang dimiliki para guru
berinteraksi dengan modal sosial yang dimiliki organisasi yaitu dimensi struktural,
rendah, termasuk juga ancaman stress tak hanya berakibat negatif kepada
individu, seperti depresi, perasaan gagal, kelelahan dan hilangnya motivasi, tapi
juga berakibat negatif pada organisasi, seperti tingkat absensi, turnover, dan
produktivitas kerja rendah (Xanthopoulou et al., 2007). Terkait ini, Tsigilis, et al..
(2004) meyakini kinerja memiliki korelasi negatif dengan stress. Jadi, mereduksi
stres kerja dengan Kinerja (Job Performance) Pada Individu Bank menunjukkan
stres kerja ini dirasakan oleh individu yang sudah bekerja antara 3 – 5 tahun, dan
lebih dominan terjadi pada jenis kelamin laki – laki. Sedangkan hasil Penelitian
menunjukkan adanya kejenuhan tinggi pada individu yang berakibat pada kinerja
individu, ini berarti kinerja individu menurun karena stres kerja meningkat.
55
BAB III
METODE PENELITIAN
dalam pengumpulan dan analisis data. Beberapa jenis desain penelitian yang dapat
digunakan adalah penjajakan, deskriptif, dan kausal (Cooper & Shincdler, 2006).
dan kualitatif, sehingga apabila terjadi pencampuran (mixed method), maka yang
Zikmund (2010) metode penelitian survey adalah suatu bentuk teknik penelitian
55
56
kinerja perawat.
serta hubungan antara satu variabel dengan variabel lain (Sugiyono, 2004).
konsep untuk membuatnya bisa diukur, dilakukan dengan melihat pada dimensi
perilaku, aspek, atau sifat yang ditunjukkan oleh konsep (Sekaran, 2006). Hal
tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam elemen yang dapat diamati dan diukur
adalah apa pun yang dapat membedakan atau membawa variasi pada nilai
(Sekaran, 2006).
pikiran, perasaan dan perilaku yang konsisten. Instrumen ukur yang digunakan
adalah teori kepribadian lima indikator dari Costa dan McCrae (1992) sebagai
adalah kepribadian yang suka berempati kepada orang lain, simpatik, suka
Tabel 3.1
Variabel, Dimensi dan Indikator Variabel Independen
Variabel Dimensi Indikator
Kepriadian Extraversion - Saya bisa meramaikan suasana dalam
(X1) pekerjaan
(Costa & - Saya siap membantu rekan kerja jika
McCrae, diperlukan
1992) - Saya biasa bercengkrama denga rekan kerja
- Saya dianggap energik oleh rekan kerja
Emotional - Setiap pekerjaan yang direncanakan dengan
Stable teliti biasanya berhasil menghindari
kesalahan
- Dalam kondisi tekanan kerja, kartawan bisa
mengendalikan diri
- Bekerja keras untuk meraih target pekerjaan
dilakukan oleh setiap individu
- Seluruh individu selalu bertanggungjawab
terhadap pelaksanaan pekerjaan
Concientiousnes - Seluruh individu melaksanakan tugas sesuai
s dengan kmpetensi yang dimiliki
- Seluruh individu melaksanakan tugas dengan
penuh kehati-hatian
58
2014). Pada penitian ini, variabel moderasia dalah stress kerja. Stres kerja
oleh hal-hal yang tidak nyaman, tidak diinginkan, atau dianggap sebagai ancaman
dalam pekerjaan, kesulitan mengendalian emosi dan depresi terhadap beban kerja.
59
Tabel 3.2
Variabel, Dimensi dan Indikator Variabel Stres Kerja
Variabel Dimensi Indikator
Stres Kerja (Z) Ketidakmampuan - Pekerjaan yang saya lakukan terasa sulit
(Montgomery Menghadapi diselesaikan
et al.. 1996) Pekerjaan - Pekerjaan ini saya anggap beban yang
sangat berat
- Tekanan kerja membuat saya tidak dapat
menentkan prioritas pekerjaan
Depresu terhadap - Stres kerja membuat saya tidak tenang
Beban Kerja dalam melaksanakan pekerjaan saya
- Setres kerja yang saya alami membuat
saya kurang bersemangat
- Tekanan kerja yang terjadi membuat saya
senang menyendiri
Kesulitan - Kondisi emosi saya sangat label
Mengendalian (temperamen) saat saya mengalami
Emosi tekanan kerja
- Setiap ucapan rekan kerja saya tanggapi
dengan perasaan marah
- Tekanan pekerjaan yang saya alami
membuat saya tidak ramah dan sulit
bergaul
Tidak Konsentasi - Stres kerja menyebabkan sata tidak fokus
dalam melaksanakan pekerjaan
- Saya merasa bahwa pekerjaan yang saya
hasilkan menalami banyak kesalahan
- Tekanan pekerjaan yang saya alami
membuat pekerjaan yang saya lakukan
asal jadi
perilaku individu yang bebas, tidak berkaitan secara langsung atau eksplisit
dengan sistem reward dan bisa meningkatkan fungsi efektif organisasi. Terdapat
60
lima indikator dari OCB yang dikembangkan oleh Organ (1994) dan Allison
(2003): Altruism adalah perilaku suka membantu kolega baru dan sukarela
adalah perilaku yang tidak suka komplain dan menggerutu. Courtesy adalah
berkomunikasi dengan cara yang tepat. Civic Virtue adalah perilaku yang suka
Tabel 3.3
Variabel, Dimensi dan Indikator Variabel OCB
Variabel Dimensi Indikator
Organizational Altruism - Saya biasa membuat pernyataan konstruktif
Citizenship tentang organisasi dan kelompok kerja
Behavior - Saya biasa membantu rekan kerja dalam satu
(OCB)/M tim jika ada yang mengalami kesulitan dalam
((Organ, pelaksanaan tugas
1994) dan - Saya sudah menyampaikan ide-ide kreatif
Allison, tentang cara memuaskan pasien dan
2003)) keluarganya
- Kadang-kadang saya mengambil alih tugas
rekan sesama perawat yang sedang
berhalangan
Concientiousnes - Saya seringkali mengerjakan pekerjaan
s keperawatan jauh melebih batas yang
diharuskan organisasi
- Bagi saya melaksanakan tugas dengan sepenuh
kemampuan yang dimiliki adalah kewajiban
- Terkadang saya mengajukan diri untuk
pekerjaan ekstra dalam situasi yang mendesak
- Saya tidak merasa keberatan menyelesaikan
pekerjaan melebihi kewajiban sebagai perawat
Sportmanship - Saya bisa menerima kritikan sesama rekan
kerja demi keutuhan tim
- Saya menghindari konflik dengan rekan kerja
maupun dengan keluarga pasien
- Saya menyatakan penghargaan terhadap hasil
kerja rekan saya
- Bagi saya, jika tidak puas terhadap manajemen
61
Kinerja didefinisikan sebagai hasil yang dicapai oleh perawat rumah sakit
Tabel 3.4
Variabel, Dimensi dan Indikator Variabel Kinerja
Variabel Dimensi Indikator
Kinerja (Y) Kuantitas - Capaian volume kerja saya sudah sesuai
(Schuller, pekerjaan dengan standar rencana kinerja rumah sakit
1996) - Saya berhasil mencapai target volume kerja
individu yang direncanakan
- Capaian volume kerja saya sudah sesuai
dengan standar waktu yang saya perkirakan
- Capaian volume kerja saya sudah sesuai
dengan standar waktu yang ditetapkan rumah
62
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
menjadi anggota sampel. Sedangkan sampel adalah bagian terkecil dari suatu
populasi (Husein, 2009: 107). Populasi pada penelitian ini adalah perawat rumah
sakit di Kota Bengkulu yang tersebar di 6 rumah sakit di Kota Bengkulu. Jumlah
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat rumah sakit pada rumah
sakit di Kota Bengkulu Sampel adalah elemen populasi yang merupakan subyek
populasi (Cooper & Schindler, 2001).. Jumlah populasi dan sampel ditetapkan
Tabel 3.5
Populasi dan Sampel Penelitian
Jumlah Jumlah
No Nama Rumah Sakit Populasi Sampel
(Orang) (Orang)
1 RSUD Dr. M. Yunus 300 90
2 RS Bhayangkara 200 60
3 RS Rafflesia 95 29
4 RS DKT 95 29
5 RS Tiara Sella 150 45
6 RS UMMI 158 47
Jumlah 998 300
64
sampai 200 atau lebih tetapi sebaiknya tidak melebihi 400 sebab model akan
menjadi sangat sensitif. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan
metode cluster random sampling, sebesar 30% pada tiap-tiap cluster. Jadi, jumlah
sampel yang diambil adalah sebanyak 300 orang. Pertimbangan lainnya dalam
pengambilan sampel didasarkan pada pendapat Hair, et al. (2010), di mana jumlah
sampel dapat ditetapkan sebanyak 300 responden sesuai dengan ketentuan bahwa
5 1
Hasil ukur dihitung mengunakan N-1 = dengan hasil ukur sebagai berikut:
5
Data hasil penelitian akan dianalisis melalui alat uji statistik dengan
sekaligus. Hal ini didasarkan pada pendapat Hair, et al... (2016), Partial Least
Square (PLS) merupakan metode analisis yang powerfull oleh karena tidak
kategori, ordinal, interval sampai rasio dapat digunakan pada model yang
sama).
3) PLS dapat digunakan pada berbagai hubungan variabel dengan dasar teori
Merujuk pada pendapat Hair, et al... (2016), Partial Least Square (PLS)
merupakan metode analisis yang powerfull oleh karena tidak didasarkan pada
banyak asumsi. Selain itu, pada metode penelitian ini dapat melakukan analisis
secara memadai dan secara bersamaan, sehingga tepat dengan tujuan yang
diharapkan.
66
latennya.
mengukur apa yang seharusnya diukur (Cooper & Schindler, 2012; Abdillah dan
Jogiyanto, 2015). Validitas yang digunakan pada model ini adalah validitas
konstruk. Validitas konstruk menunjukkan seberapa baik hasil yang diperoleh dari
konstruk dan item-item pertanyaannya dan hubungan yang lemah dengan variabel
lainnya merupakan salah satu cara untuk menguji validitas konstruk (contruct
validity).
Ada dua bentuk validitas konstruk yaitu validitas konvergen dan validitas
yang diperoleh dengan dua instrumen berbeda yang mengukur konsep yang sama
validity) akan terpenuhi apabila berdasarkan teori, dua variabel diprediksi tidak
validity.
67
berkorelasi dengan nilai pada skala lain yang dirancang untuk menilai konstruk
yang sama (Cooper & Schindler, 2012). Validitas konvergen dari model
lebih dari 0,50 dengan konstruk yang ingin diukur (Chin, 1998).
68
Gambar 3.1
Pengujian Validitas Konvergen Parameter Konstruk Tahap 1
69
Pada Gambar 3.1 diketahui bahwa masih terdapat indikator yang tidak
valid, karena memiliki nilai factor loading < 0,60 (Chin, 1998). Nilai pengujian
validitas konvergen parameter konstruk, dirangkum pada Tabel 3.6 berikut ini.
Tabel 3.6
Pengujian Validitas Kovergen Parameter Konstruk Tahap 1
No Parameter Konstruk Nilai Loading Factor Keterangan
1 Big Five Personality
1) BIG_1 0,650 Valid
2) BIG_2 0,547 Tidak Valid
3) BIG_3 0,596 Tidak Valid
4) BIG_4 0,688 Valid
5) BIG_5 0,561 Tidak Valid
6) BIG_6 0,692 Valid
7) BIG_7 0,443 Tidak valid
8) BIG_8 0,632 Valid
9) BIG_9 0,716 Valid
10) BIG_10 0,666 Valid
11) BIG_11 0,588 Tidak Valid
12) BIG_12 0,634 Valid
13) BIG_13 0,594 Tidak Valid
14) BIG_14 0,436 Tidak valid
15) BIG_15 0,136 Tidak valid
16) BIG_16 -0,019 Tidak valid
17) BIG_17 0,168 Tidak valid
18) BIG_18 0,282 Tidak valid
19) BIG_19 0,185 Tidak valid
20) BIG_20 0,025 Tidak valid
2 Kinerja
1) KIN_1 0,897 Valid
2) KIN_2 0,641 Valid
3) KIN_3 0,406 Tidak valid
4) KIN_4 0,661 Valid
5) KIN_5 0,873 Valid
6) KIN_6 0,627 Valid
7) KIN_7 0,753 Valid
8) KIN_8 0,761 Valid
9) KIN_9 0,579 Tidak Valid
10) KIN_10 0,780 Valid
11) KIN_11 0,878 Valid
12) KIN_12 0,431 Tidak valid
13) KIN_13 0,542 TIdak Valid
14) KIN_14 0,820 Valid
15) KIN_15 0,374 Tidak valid
70
Gambar 3.1 dan Tabel 3.6 menunjukkan bahwa pada pengujian validitas
kovergen pada konstruk variabel tahap pertama, diketahui bahwa ada indikator
yang tidak valid karena tidak memenuhi syarat convergent validity (memiliki
71
loading factor < 0,60). Indikator yang tidak valid tersebut dikeluarkan dari
Gambar 3.2
Pengujian Validitas Konvergen Parameter Konstruk Tahap 2
73
Tabel 3.7
Pengujian Validitas Kovergen Parameter Konstruk Tahap 2
No Parameter Konstruk Nilai Loading Factor Keterangan
1 Big Five Personality
1) BIG_1 0,743 Valid
2) BIG_4 0,628 Valid
3) BIG_6 0,603 Valid
4) BIG_8 0,771 Valid
5) BIG_9 0,734 Valid
6) BIG_10 0,637 Valid
7) BIG_12 0,804 Valid
2 Kinerja
1) KIN_1 0,921 Valid
2) KIN_2 0,657 Valid
3) KIN_4 0,663 Valid
4) KIN_5 0,913 Valid
5) KIN_6 0,600 Valid
6) KIN_7 0,768 Valid
7) KIN_8 0,793 Valid
8) KIN_10 0,824 Valid
9) KIN_11 0,885 Valid
10) KIN_14 0,825 Valid
11) KIN_16 0,778 Valid
3 Organizational Behavior
(OCB) 0,555 Tidak Valid
1) OCB_3 0,554 Tidak Valid
2) OCB_4 0,702 Valid
3) OCB_5 0,800 Valid
4) OCB_8 0,618 Valid
5) OCB_9 0,701 Valid
6) OCB_10 0,644 Valid
7) OCB_11 0,759 Valid
8) OCB_12 0,842 Valid
9) OCB_14 0,724 Valid
10) OCB_16 0,815 Valid
11) OCB_18 0,608 Valid
12) OCB_19 0,842 Valid
13) OCB_20
4 Stress
1) ST_1 0,678 Valid
2) ST_3 0,737 Valid
3) ST_5 0,661 Valid
74
Dari hasil pengujian tahap 2, diketahui bahwa ada indikator yang tidak
valid karena tidak memenuhi syarat convergent validity (memiliki loading factor
< 0,60). Indikator yang tidak valid tersebut dikeluarkan dari analisis. Selanjutnya
Gambar 3.3
Tabel 3.8
Pengujian Validitas Kovergen Parameter Konstruk Tahap 3
No Parameter Konstruk Nilai Loading Factor Keterangan
1 Big Five Personality
1) BIG_1 0,748 Valid
2) BIG_4 0,776 Valid
3) BIG_6 0,733 Valid
4) BIG_8 0,635 Valid
5) BIG_9 0,806 Valid
6) BIG_10 0,623 Valid
7) BIG_12 0,597 Tidak Valid
2 Kinerja
1) KIN_1 0,921 Valid
2) KIN_2 0,657 Valid
3) KIN_4 0,663 Valid
4) KIN_5 0,913 Valid
5) KIN_6 0,600 Valid
6) KIN_7 0,768 Valid
7) KIN_8 0,793 Valid
8) KIN_10 0,824 Valid
9) KIN_11 0,885 Valid
10) KIN_14 0,825 Valid
11) KIN_16 0,778 Valid
3 Organizational Behavior
(OCB) 0,627 Valid
1) OCB_5 0,824 Valid
2) OCB_8 0,572 Tidak Valid
3) OCB_9 0,718 Valid
4) OCB_10 0,671 Valid
5) OCB_11 0,797 Valid
6) OCB_12 0,886 Valid
7) OCB_14 0,752 Valid
8) OCB_16 0,859 Valid
9) OCB_18 0,615 Valid
10) OCB_19 0,886 Valid
11) OCB_20
4 Stress
1) ST_1 0,727 Valid
2) ST_3 0,764 Valid
3) ST_5 0,675 Valid
4) ST_6 0,808 Valid
5) ST_7 0,654 Valid
77
Dari hasil pengujian tahap 3, diketahui bahwa ada indikator yang tidak
valid karena tidak memenuhi syarat convergent validity (memiliki loading factor
< 0,60). Indikator yang tidak valid tersebut dikeluarkan dari analisis. Selanjutnya
analisis dilakukan ulanh (di-run ulang) hingga mendapatkan seluruh nilai loading
Gambar 3.4
Pengujian Validitas Konvergen Parameter Konstruk Tahap Akhir
79
Pada tahap ke-7 diperolah nilai loading factor seluruh parameter konstruk
memiliki nilai di atas 0,60. Pada tahap ke-7 ini pengujian validitas konstruk
Tabel 3.9
Pengujian Validitas Kovergen Parameter Konstruk Tahap Akhir
No Parameter Konstruk Nilai Loading Factor Keterangan
1 Big Five Personality
1) BIG_1 0,809 Valid
2) BIG_4 0,835 Valid
3) BIG_6 0,748 Valid
4) BIG_8 0,642 Valid
5) BIG_9 0,817 Valid
2 Kinerja
1) KIN_1 0,929 Valid
2) KIN_2 0,658 Valid
3) KIN_4 0,661 Valid
4) KIN_5 0,906 Valid
5) KIN_7 0,775 Valid
6) KIN_8 0,803 Valid
7) KIN_10 0,825 Valid
8) KIN_11 0,882 Valid
9) KIN_14 0,834 Valid
10) KIN_16 0,785 Valid
3 Organizational Behavior
(OCB) 0,715 Valid
1) OCB_10 0,700 Valid
2) OCB_11 0,830 Valid
3) OCB_12 0,940 Valid
4) OCB_14 0,803 Valid
5) OCB_16 0,912 Valid
6) OCB_18 0,940 Valid
7) OCB_20
4 Stress
7) ST_1 0,753 Valid
8) ST_3 0,788 Valid
9) ST_5 0,679 Valid
10) ST_6 0,829 Valid
80
parameter (indikator) yang tersisa dari proses validasi telah memenuhi kriteria
kriteria validitas kovergen dan pengujian dapat dilanjutkan pada tahap berikutnya.
2) Validitas Diskriminan
diprediksi tidak berkorelasi dan skor yang diperoleh dengan mengukurnya benar-
benar secara empiris membuktikan hal tersebut (Sekaran, 2006). Ada dua
Ada dua prosedur atau metode yang digunakan untuk menilai validitas
diskriminan yang tinggi (Chin, 2014). Tabel 3.10 berikut menunjukkan hasil
output cross loading setiap indikator terhadap konstruknya dan konstruk lainnya.
Tabel 3.10
pada blok konstruk variabel lebih besar daripada nilai konstruk pada blok
memprediksi ukuran pada blok variabel konstruk yang lebih baik daripada ukuran
pada blok lainnya. Dari hasil ini disimpulkan bahwa parameter penelitian
diskriminan.
(AVE) untuk setiap konstruk dengan korelasi antara konstruk dengan konstruk
dengan ukurannya dari pada konstruk laten lainnya dalam model penelitian.
Validitas dikatakan memiliki nilai yang baik berdasarkan rule of thumb jika
nilai akar dari AVE untuk konstruk individual lebih besar dari nilai korelasi
antar konstruk dengan konstruk lain dalam model (Chin, 2014) dan harus lebih
besar daripada nilai yang direkomendasikan yaitu 0,5 (Fornell & Larcker,
1981). AVE loading lebih besar dari 0,5 menunjukkan bahwa nilai konstruk
paling sedikit 50 persen dari ukuran variance. Tabel 3.11 berikut menunjukkan
Tabel 3.11
Pengujian Average Variance Extracted (AVE) dan Communality
Konstruk Laten Variabel
Variabel AVE Communality
Big Five Personality 0,598 0,598
Kinerja 0,657 0,657
Organizational Behavior 0,705 0,705
Stress 0,542 0,542
Sumber: Hasil penelitian, data diolah 2017
AVE > 0,50 dan nilai communality lebih besar 0,50 sehingga dapat disimpulkan
83
bahwa setiap konstruk memberikan variance yang lebih besar dengan ukurannya
daripada dengan konstruk laten lainnya dalam model penelitian. Dari kedua
bahwa konstruk pada model penelitian telah memiliki validitas diskriminan yang
baik.
2007). Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang
Schindler, 2012). Reliabilitas konstruk dalam penelitian ini akan diukur dengan
reliabel, maka nilai composite reliability harus lebih besar dari 0,7 (Abdillah &
cronbach alpha dimana konsistensi dari setiap jawaban diujikan. Untuk dapat
dikatakan suatu konstruk reliabel, maka nilai cronbach alpha harus > 0,6
Cronbach lebih besar atau sama dengan 0,70. Sementara hasil uji menunjukkan
84
koefisien cronbach alpha > 0.70 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
Tabel 3.12
Uji Reliabilitas Variabel Penelitian
Composite Cronbach
Variabel Reliability Alpha
Personality 0,881 0,829
Kinerja 0,950 0,940
Organizational Citizenship Behavior 0,943 0,927
Stress 0,854 0,786
Sumber: Hasil penelitian, data diolah 2017
pada Tabel 3.12 diperoleh hasil bahwa nilai Alpha Cronbach dan nilai Composite
Reliability seluruh konstruk penelitian lebih besar dari nilai 0,70; dengan
R-squared untuk konstruk dependen dan uji t serta signifikansi dari koefisien
untuk setiap variabel laten dependen. Perubahan nilai R-square dapat digunakan
untuk menilai pengaruh variabel laten independen tertentu terhadap variabel laten
berikut merupakan model analisis struktural tahap pertama yang dibangun dalam
penelitian ini:
OCB
Stress
PERSONALITY PERFORMANNCE
(THE BIG
FIVE)
Gambar 3.5
Model Struktural Kerangka Konseptual
bootstrapping. Pengujian hipotesis yang diajukan dapat dilihat dari besarnya nilai
untuk menolak dan menerima hubungan yang diajukan dapat dilihat dari
perbandingan antar nilai t-statistik dan t-tabel. Jika nilai t-statistik > t-tabel (1,96)
sehingga tingkat presisi sebesar (α) = 5% = 0,5, dan menghasilkan nilai t-tabel
a) Jika nilai t-statistik lebih kecil dari nilai t-tabel (t-statistik < 1.96), maka Ho
b) Jika nilai t-statistik lebih besar atau sama dengan nilai t-tabel (t-statistik ≥
BAB IV
1) Care Giver
psikologis.
atau masyarakat sesuai diagnosa masalah yang terjadi mulai dari masalah
2) Client Advocate
87
88
melindungi hak-hak klien. Hal ini harus dilakukan karena klien yang sakit dan
Perawat adalah anggota tim kesehatan yang paling lama kontak dengan klien,
3) Conselor
klien terhadap keadaan sehat sakitnya. Adanya perubahan pola interaksi ini
4) Educator
Peran ini dapat dilakukan kepada klien, keluarga, team kesehatan lain,
baik secara spontan (sat interaksi) maupun formal (disiapkan). Tugas perawat
5) Coordinator
sebagainya.
6) Collaborator
Dalam hal ini perawat bersama klien, keluarga, team kesehatan lain
pelayanan kesehatan
7) Culsultant
ini dapat dikatakan perawatan adalah sumber informasi ang berkaitan dengan
8) Change Agent
kepada klien
Tabel 4.1
Penyebaran Kuesioner Pada Rumah Sakit di Kota Bengkulu
Jumlah Jumlah
No Nama Rumah Sakit Kuesioner yang Kuesioner Yang
Disebar Kembali
1 RSUD Dr. M. Yunus 100 100
2 RS Bhayangkara 50 50
3 RS Rafflesia 50 50
4 RS DKT 25 25
5 RS Tiara Sella 25 25
6 RS UMMI 50 50
Jumlah 300 300
Sumber : Penelitian 2017
disebarkan adalah sebanyak 300 orang. Dari total 300 eksemplar kuesioner
kuesioner adalah 100 persen, dan nilai tersebut masih dianggap memiliki
Tabel 4.2
Karakteristik Demografi Responden
Jumlah Persentase
Karakteristik Demografi
(Orang) (%)
Umur
< 25 Tahun 45 15,0
25 – 30 Tahun 145 48,3
31 – 35 Tahun 57 19,0
> 35 Tahun 53 17,7
Jenis Kelamin
Laki-laki 69 23,0
91
karena naluri yang sederhana bahwa perempuan memiliki naluri keibuan (mother
instinct) yang hanya dimiliki oleh perempuan (Hidayat, 2004). Walaupun jumlah
tanggungjawab yang sama. Namun, secara psikologis, cara pandang laki-laki dan
pekerjaan yang dibuat. Selain itu, perawat perempuan biasanya lebih teliti dan
lebih tekun dibandingkan dengan perawat laki-laki, namun demikian, tidak berarti
perawat laki-laki tidak tekun dan teliti. Oleh karena itu, penempatan perawat laki-
laki dan perempuan dalam satu tugas secara kolaboratif dapat meningkatkan
kualitas kerjanya.
memiliki tingkat Sarjana (S1) yakni sebesar 39%. Urutan kedua ditempati oleh
sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sebagai perawat di rumah sakit. Oleh
wawasan berfikir, bertindak dan mengambil keputusan secara baik. Bagi seorang
memiliki kondisi fisik dan stamina yang lebih baik, sehingga perawat memiliki
daya tahan yang baik terhadap stres yang mungkin timbul dalam pelaksanaan
tugas sebagai tenaga kesehatan di rumah sakit. Ketahanan terhadap kondisi stres
tersebut, membuat seseorang akan mampu mencapai kinerja yang baik (Robbins,
2015). Hal ini termasuk juga perawat rumah sakit, jika perawat memiliki
ketahanan terhadap kondisi pekerjaan, maka perawat tersebut akan dapat bekerja
Dari sisi masa kerjanya, sebagian besar perawat rumah sakit memiliki
masa kerja antara 6-10 tahun. Kondisi ini memberikan arti bahwa perawat telah
memiliki masa kerja yang sudah lama, sehingga perawat mengerti dan memahami
pernyataan indikator pengukur setiap variabel dalam penelitian, maka nilai rata-
Tabel 4.3
Kriteria Persepsi Responden
Interval Kriteria
1,00 - 1,79 Sangat Tidak Baik
1,80 - 2,59 Tidak Baik
2,60 – 3,39 Cukup Baik
3,40 – 4,19 Baik
4,20 – 5,00 Sangat Baik
Sumber: Sugiyono (2015)
Tabel 4.4
Jawaban Responden terhadap Dimensi Extraversion
Jawaban Rat Ket
No Indikator 1 2 3 4 5 aRa
ta
1 Saya biasa meramaikan suasana Tidak
0 4 30 182 72 4,12
dalam pekerjaan. emosional
2 Saya siap membantu rekan kerja Tidak
2 14 30 184 58 3,98
jika diperlukan. emosional
3 Saya biasa bercengkerama dengan Tidak
0 10 30 172 76 4,09
rekan-rekan kerja. emosional
4 Saya dianggap energik oleh rekan- Tidak
0 6 22 192 68 4,12
rekan kerja. emosional
Tidak
Rata-rata 4,08
emosional
Sumber: Hasil penelitian 2017, diolah
Keterangan:
1,00 – 1,79 : Sangat emosional
1,80 – 2,59 : Emosional
2,60 – 3,39 : Cukup emosional
3,40 – 4,19 : Tidak emosional
4,20 – 5,00 : Sangat tidak emosional
emosi yang baik. Tipe perawat yang memiliki kepdibadian extraversion ini
dicirikan sebagai pribadi yang riang, energik, senang bergaul, tertarik dengan
banyak hal dan ramah terhadap orang lain. Dari hasil penelitian terlihat bahwa
membantu rekan kerja jika diperlukan” mendapatkan nilai rerata terendah (3,98).
melaksanakan tugas.
Artinya, sikap dan perilaku perawat dilandasi dengan kontrol diri yang positif,
sehingga setiap perilakunya didasarkan pada jiwa sosial yang tinggi. Hal tersebut
perilaku yang secara sukarela maup melaksanakan tugas-tugas atau piket atau
sebagai berikut.
Tabel 4.5
Jawaban Responden terhadap Dimensi Neuroticism
Jawaban Rata Ket
No Indikator
1 2 3 4 5 Rata
1 Setiap pekerjaan yang
direncanakan dengan teliti 10 Sangat
0 4 18 164 4,26
biasanya berhasil menghindari 2 positif
kesalahan.
2 Dalam kondisi tekanan kerja,
0 4 40 180 64 4,06 Positif
perawat bisa mengendalikan diri.
3 Bekerja keras untuk meraih target 6 6 28 194 54 3,99 Positif
pekerjaan dilakukan oleh setiap
96
Tipe kepribadian neurotic merupakan tipe pribadi yang selalu merasa was-
was dan khawatir dengan kondisi dirinya. Dari hasil peneltian diketahui bahwa
yang berarti bahwa sampel tidak memiliki rasa kekhawatiran yang tinggi dalam
memadai, namun masih ada perawat yang merasa was-was dalam memberikan
pelayanan kepada pasien. Kondisi ini sedikit banyak akan mempengaruhi sikap
Artinya, sikap dan perilaku perawat dilandasi dengan kontrol diri yang sudah
97
Kondisi tersebut akan membuat perawat memiliki perilaku OCB yang tinggi.
Tabel 4.6
Jawaban Responden terhadap Dimensi Conscientiousness
Jawaban Rat Ket
No Indikator 1 2 3 4 5 aRa
ta
1 Seluruh perawat melaksanakan
tugas sesuai dengan kompetensi 0 4 34 194 56 4,05 Positif
yang dimiliki.
2 Seluruh perawat melaksanakan 12 Sangat
0 2 8 152 4,40
tugas dengan penuh kehati-hatian. 6 Positif
3 Seluruh perawat melaksanakan
Sangat
tugas secara teratur, rapih, tidak 0 0 14 176 98 4,29
Positif
kusut.
4 Seluruh perawat melaksanakan
11 Sangat
tugas dengan penuh kesadaran dan 0 4 4 170 4,34
0 Positif
kerelaan.
Sangat
Rata-rata 4,27
Positif
Sumber: Hasil penelitian 2017, diolah
Keterangan:
1,00 – 1,79 : Sangat negatif
1,80 – 2,59 : Negatif
2,60 – 3,39 : Cukup
3,40 – 4,19 : Positif
4,20 – 5,00 : Sangat positif
98
kontrol emosi sosial yang sangat positif. Tipe perawat yang memiliki kepdibadian
memprioritaskan tugas. Dari hasil penelitian terlihat bahwa perawat rumah sakit
di Kota Bengkulu telah memiliki tipe kepribadian dengan kontrol sosial yang
tinggi.
melaksanakan tugas.
dengan kontrol diri yang positif, sehingga setiap perilakunya didasarkan pada jiwa
sosial yang tinggi. Kondisi ini tentu saja akan membuat perawat memiliki perilaku
tipe kepribadian yang dicirikan memiliki emosi yang positif. Jawaban responden
Tabel 4.7
Jawaban Responden terhadap Dimensi Openness
Jawaban Rat Ket
No Indikator 1 2 3 4 5 aRa
ta
1 Setiap perawat tertarik pada hal-
Sangat
hal yang lebih kreatif dalam 0 0 28 160 100 4,25
terbuka
melaksanakan pekerjaan.
2 Setiap perawat siap menerima
Sangat
ide-ide baru dalam 0 0 28 160 100 4,25
terbuka
melaksanakan pekerjaan.
3 Setiap perawat selalu berusaha
Sangat
meningkatkan nilai tambah 0 0 0 194 94 4,33
terbuka
terhadap pekerjaan.
4 Setiap perawat selalu bergairah
5
menerima ide-ide baru dalam 6 48 140 42 3,56 Terbuka
2
pelaksanaan pekerjaan.
Rata-rata 4,10 Terbuka
Sumber: Hasil penelitian 2017, diolah
Keterangan:
1,00 – 1,79 : Sangat tertutup
1,80 – 2,59 : Tertutup
2,60 – 3,39 : Cukup
3,40 – 4,19 : Terbuka
4,20 – 5,00 : Sangat Terbuka
menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang baru.. Tipe perawat yang memiliki
kepdibadian openness ini dicirikan sebagai pribadi yang memiliki nilai imajinasi
dan pemikiran yang luas. Sedangkan seseorang yang memiliki tingkat openness to
yang sempit dan tidak suka dengan perubahan. Dari hasil penelitian terlihat bahwa
100
perawat rumah sakit di Kota Bengkulu telah memiliki tipe kepribadian yang
terbuka tersebut.
Seseorang yang kreatif memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan lebih mudah
openness yang tinggi. Artinya, sikap dan perilaku perawat dilandasi dengan sikap
kerjanya. Kondisi ini tentu saja akan membuat perawat memiliki perilaku OCB
yang tinggi, yakni perilaku yang secara sukarela maup melaksanakan tugas-tugas
berikut.
Tabel 4.8
Jawaban Responden terhadap Dimensi Agreeableness
Jawaban Rat Ket
No Indikator 1 2 3 4 5 aRa
ta
1 Setiap perawat selalu memaafkan 0 4 6 194 84 4,24 Sangat
101
perawat rumah sakit di Kota Bengukulu memiliki kepribadian yang yang ramah,
orang lain dan terarah pada perilaku prososial. Dari hasil penelitian terlihat bahwa
agreeableness tersebut.
orang yang memiliki tingkat agreeableness yang tinggi ketika berhadapan dengan
agreeableness yang tinggi. Artinya, sikap dan perilaku perawat dilandasi dengan
sikap keramahan yang tinggi, rendah hati dan sealu untuk menghindari konflik.
Kondisi ini tentu saja akan membuat perawat mudah bergaul dan diterima dalam
Tabel 4.9
Jawaban Responden terhadap Personality (Kepribadian)
Rata- Ket
No Dimensi
Rata
1 Extraversion 4,08 Tinggi
2 Neuroticism 3,95 Tinggi
3 Conscientiouness 4,27 Sangat Tinggi
4 Opennes 4,10 Tinggi
5 Agreeableness 4,25 Sangat Tinggi
Rata-rata 4,13 Tinggi
Sumber: Hasil penelitian 2017, diolah
Keterangan:
1,00 – 1,79 : Sangat rendah
1,80 – 2,59 : Rendah
2,60 – 3,39 : Sedang
3,40 – 4,19 : Tinggi
4,20 – 5,00 : Sangat tinggi
perawat rumah sakit di Kota Bengkulu berada pada kategori sangat tinggi. Hasil
ini memberikan makna bahwa perawat rumah sakit di Kota Bengkulu telah
103
memiliki keterbukaan terhadap hal-hal baru, memiliki empati kepada rekan kerja,
suka menolong dan bersosialisasi serta dapat mengendalikan diri dalam pergaulan
dan pekerjaan.
Pribadi yang conscientiousness adalah pribadi yang memiliki kontrol yang baik
malas, tidak terarah dan mudah teralih perhatiannya, sebaliknya perawat yang
yang didapat 4,25 (sangat tinggi). Pribadi perawat yang memiliki agreeableness
yang tinggi diindikasikan dengan pribadi yang ramah, rendah hati, tidak
orang lain. Agreeableness memiliki motivasi untuk membantu orang lain dan
adalah dimensi neuroticsm dengan hasil yang didapat 3,95. Individu yang
perilaku individu yang bebas, tidak berkaitan secara langsung atau eksplisit
dengan sistem reward dan bisa meningkatkan fungsi efektif organisasi. Terdapat
lima indikator dari OCB yang dikembangkan oleh Organ (1994) dan Allison
berikut ini.
yang mengalami kesulitan dalam situasi yang sedang dihadapi baik mengenai
tugas dalam organisasi maupun masalah pribadi orang lain. Aspek ini mengarah
Tabel 4.10
Jawaban Responden terhadap Dimensi Altruism
Jawaban Rat Ket
No Indikator 1 2 3 4 5 aRa
ta
1 Saya biasa membuat pernyataan
konstruktif tentang organisasi dan 6 46 52 160 24 3,52 Tinggi
kelompok kerja.
2 Saya biasa membantu perawat lain 0 4 8 172 104 4,31 Sangat
dalam satu tim jika ada yang Tinggi
105
tugasnya. Sikap altruism tersebut didukung dengan perilaku yang biasa membantu
rekan kerja yang lainnya yang mengalami kesulitan tugas, mengambil alih dan
menggantikan tugas rekan kerja, menyampaikan ide kreatif dan sebagainya. Hasil
perawat selalu berfikir untuk menjaga nama baik organisasi dan kelompok kerja,
Jadi, dari penilaian aspek altruism dalam OCB, diketahui bahwa sikap
altruism yang ditampilkan oleh perawat telah dilakukan dengan serius. Kondisi ini
Tabel 4.11
Jawaban Responden terhadap Dimensi Courtesy
Jawaban Rat Ket
No Indikator 1 2 3 4 5 aRa
ta
1 Saya biasa membuat pernyataan
konstruktif tentang organisasi dan 6 46 52 160 24 3,52 Tinggi
kelompok kerja.
2 Saya biasa membantu perawat lain
dalam satu tim jika ada yang Sangat
0 4 8 172 104 4,31
mengalami kesulitan dalam Tinggi
pelaksanaan tugas.
3 Saya sudah menyampaikan ide-ide
Sangat
kreatif tentang cara memuaskan 0 0 2 184 102 4,35
Tinggi
pasien dan keluarganya.
4 Kadang-kadang saya mengambil
Sangat
alih tugas rekan sesama perawat 0 0 26 160 102 4,26
Tinggi
yang sedang berhalangan.
Rata-rata 4,11 Tinggi
Sumber: Hasil penelitian 2017, diolah
Keterangan:
1,00 – 1,79 : Sangat rendah
1,80 – 2,59 : Rendah
2,60 – 3,39 : Sedang
3,40 – 4,19 : Tinggi
4,20 – 5,00 : Sangat tinggi
informasi kepada teman kerja. Hasil yang didapatkan sebesar 4,07 (tinggi).
menyamngpaikan fikiran saya tetap menjaga omongan sebesar 4,06. Hasil ini
memberikan bukti bahwa perawat selalu mengutamakan sikap sopan santun dan
berperilaku baik kepada sesama rekan kerja. Melalui sikap ini, perawat akan dapat
penelitian ini sudah tinggi, di mana perawat memiliki keperdulian yang tinggi
terhadap keharmonisan hubungan kerja, sehingga perilaku sopan santu dan rasa
berikut:
Tabel 4.12
Jawaban Responden terhadap Dimensi Sportmanship
Jawaban Rat Ket
No Indikator 1 2 3 4 5 aRa
ta
1 Saya bisa menerima kritikan
Sangat
sesama rekan kerja demi untuk 0 2 6 170 110 4,35
Tinggi
keutuhan tim.
2 Saya menghindari konflik dengan
Sangat
rekan kerja maupun dengan 0 0 6 210 72 4,23
Tinggi
keluarga pasien.
3 Saya menyatakan penghargaan
Sangat
terhadap hasil kerja rekan yang 0 0 6 210 72 4,23
Tinggi
lain.
108
tertinggi adalah “Saya bisa menerima kritikan sesama rekan kerja demi untuk
terbuka dengan kritik dan saran jika hasil pekerjaan terjadi kesalahan. Kritik dan
sebagai media pembelajaran dan pembenahan atas hasil kerja yang belum baik.
Kemudian, indikator dengan nilai rendah adalah “Bagi saya jika tidak puas
terhadap manajemen rumah sakit, cukup dipendam dan berusaha sabar” sebesar
kebijakan organisasi (rumah sakit) tempatnya bekerja. Hal ini untuk mengaja
sportmanship perawat rumah sakit di Kota Bengkulu sudah berada pada ketegori
dengan baik. Hal ini didasarkan pada pertimbangan moral dan kemanusiaan dalam
tugasnya. Courtesy merupakan perilaku berbuat baik atau hormat kepada orang
memberi konsultasi atau informasi kepada teman kerja. Seseorang yang memiliki
aspek ini adalah orang yang menghargai dan memperhatikan orang lain. Hal ini
Tabel 4.13
Jawaban Responden terhadap Dimensi Civic Virtue
Jawaban Rat Ket
No Indikator 1 2 3 4 5 aRa
ta
1 Saya ikut bertanggungjawab
Sangat
terhadap peningkatan kinerja 0 2 14 206 66 4,17
Tinggi
perawat rumah sakit.
2 Saya ikut memberikan saran dan
kritikan yang bersifat 0 0 14 240 34 4,07 Tinggi
membangun.
3 Saya ikut mendinginkan suasana
dalam kondisi beredar isu-isu 0 0 4 162 122 4,41 Tinggi
negatif yang sifatnya gossip.
4 Bagi saya misi rumah sakit adalah 0 0 14 238 36 4,08 Sangat
tanggungjawab bersama untuk Tinggi
110
Dari empat indikator dimensi civic virtue, diketahui bahwa indikator yang
berbunyi “Saya ikut mendinginkan suasana dalam kondisi beredar isu-isu negatif
yang sifatnya gossip” mendapatkan nilai rata-rata tertinggi sebesar 4,41. Hasil ini
meredakan isu-isu yang membuat sesama perawat terlibat konflik. Hal ini
saran dan kritikan yang bersifat membangun” sebesar 4,07. Perawat rumah sakit
kepuasan pasien. Hal ini dilakukan agar kinerja rumah sakit meningkat.
perawat rumah sakit sudah berada pada kategori tinggi. Keaktifan dan keterlibatan
perawat dalam setiap aspek dan kegiatan yang diselenggarakan oleh rumah sakit.
Selain itu, perawat selalu peduli dengan keadaan dan kondisi organisais dan
111
seperti selalu mematuhi peraturan yang ada di organisasi. Aspek ini ditujukan
merupakan perilaku berbuat baik atau hormat kepada orang lain, seperti
konsultasi atau informasi kepada teman kerja. Seseorang yang memiliki aspek ini
adalah orang yang menghargai dan memperhatikan orang lain. Hasil yang
Tabel 4.14
Jawaban Responden terhadap Dimensi Conscientiousness
Jawaban Rat Ket
No Indikator 1 2 3 4 5 aRa
ta
1 Saya seringkali mengerjakan
pekerjaan keperawatan jauh Sangat
0 0 28 150 110 4,28
melebihi batas yang diharuskan Tinggi
perawat.
2 Bagi saya melaksanakan tugas
dengan sepenuh kemampuan yang 0 6 22 170 90 4,19 Tinggi
dimiliki adalah kewajiban.
3 Saya kadang-kadang mengajukan
diri untuk pekerjaan ekstra dalam 0 8 8 216 56 4,11 Tinggi
situasi yang mendesak.
4 Saya tidak merasa keberatan
Sangat
menyelesaikan pekerjaan melebihi 0 4 22 228 34 4,25
Tinggi
kewajiban sebagai perawat.
112
yang diharuskan perawat” sebesar 4,28. Perawat rumah sakit memiliki perilaku
di luar beban kerja yang harus diselesaikannya. Hal ini semata-mata dilakukan
untuk melaksanakan etika profesi yang telah diamanatkan kepada profesi perawat.
diri untuk pekerjaan ekstra dalam situasi yang mendesak” dengan rata-rata sebesar
4,11. Hasil ini memberikan gambaran bahwa perawat dengan sukarela untuk
Tabel 4.15
Jawaban Responden terhadap Variabel OCB
Ket
No Dimensi Rata-Rata
1 Altruism 4,11 Tinggi
2 Courtesy 4,07 Tinggi
3 Sportmanship 4,22 Sangat Tinggi
113
Ket
No Dimensi Rata-Rata
4 Civic Virtue 4,18 Tinggi
5 Conscientiouness 4,15 Sangat Tinggi
Rata-rata 4,17 Tinggi
Sumber: Hasil penelitian 2017, diolah
Keterangan:
1,00 – 1,79 : Sangat rendah
1,80 – 2,59 : Rendah
2,60 – 3,39 : Sedang
3,40 – 4,19 : Tinggi
4,20 – 5,00 : Sangat tinggi
jawaban tertinggi ada pada dimensi sportmanship sebesar 4,22. Nilai jawaban
kategori sangat tinggi, yang berarti bahwa perilaku OCB dari sisi sportmanship
dengan komitmen yang tinggi. Hal ini agar organisasi tetap terjaga dari
pelayan masyarakat.
dimensi courtesy sebesar 4,07 (tinggi). Hal ini menujukkan bahwa seluruh telah
menunjukkan sikap yang kooperatif dan selalu dapat menyelesaikan tugas secara
dilaksanakan untuk mengangkat derajat instutusi rumah sakit yang selalu teguh
Nilai tersebut menunjukkan bahwa perilaku OCB berada pada kategori sangat
114
tinggi. Hasil ini memberikan makna bahwa telah memiliki keterikatan yang tinggi
memiliki komitmen yang tinggi pada organisasi tempat perawat bekerja, secara
individu yang disebabkan oleh hal-hal yang tidak nyaman, tidak diinginkan, atau
ini diukur menggunakan indikator yang diadopsi dari penelitian Rustiarini (2014),
berikut ini.
Tabel 4.16
Jawaban Responden terhadap Dimensi Ketidakmampuan Menghadapi
Pekerjaan
Jawaban Rat Ket
No Indikator 1 2 3 4 5 aRa
ta
1 Pekerjaan yang saya lakukan
0 6 22 193 67 4,11 Tinggi
terasa sulit diselesaikan
2 Pekerjaan ini saya anggap Sangat
0 4 19 163 102 4,26
beban yang sangat berat Tinggi
3 Tekanan kerja membuat saya
tidak dapat menentukan 0 4 40 180 64 4,06 Tinggi
prioritas pekerjaan
Rata-rata 4,14 Tinggi
115
sangat sering dialami responden. Jawaban responden sebesar 4,14 yang berada
kepada prrawat sehingga menyebabkan stres kerja yang tinggi. Stres kerja tersebut
kerja membuat saya tidak dapat menentukan prioritas pekerjaan” sebesar 4,06.
Kondisi ini menunjukkan bahwa masih ada perawat yang merasa tertekan dengan
pekerjaan yang paling dominan adalah “Pekerjaan ini saya anggap beban yang
sangat berat” sebesar 4,26. Kondisi stress disebabkan oleh beban kerja yang masih
dianggap berat oleh perawat. Hal ini membuat perawat tidak dapat atau tidak
ini kemungkinan karena perawat merasa kecapaian karena rutinitas yang dijalani
perawat hamper dilaksanakan setiap hari, terkadang hingga larut malam di rumah
sakit.
Tabel 4.17
Jawaban Responden terhadap Dimensi Depresi Menghadapi Beban Kerja
Jawaban Rat Ket
No Indikator 1 2 3 4 5 aRa
ta
1 Stres kerja membuat
saya tidak tenang dalam
6 6 29 193 54 3,98 Tinggi
melaksanakan pekerjaan
saya
2 Stres kerja yang saya
Sangat
alami membuat 0 2 7 196 83 4,25
Tinggi
sayakurang bersemangat
3 Tekanan kerja yang
terjadi membuat saya 0 4 35 193 56 4,05 Tinggi
senang menyendiri
Sumber: Hasil penelitian 2017, diolah
Keterangan:
1,00 – 1,79 : Sangat rendah
1,80 – 2,59 : Rendah
2,60 – 3,39 : Sedang
3,40 – 4,19 : Tinggi
4,20 – 5,00 : Sangat tinggi
Dimensi depresi terhadap beban kerja sering dialami perawat rumah sakit,
jawaban responden sebesar 4,09 yang berada pada kategori tinggi. Depresi
terhadap beban kerja tersebut biasanya terjadi karena beban kerja yang menumpuk
dan pekerjaan tidak didistribusikan dengan adil, sehingga perawat tidak tenang
117
perawat sehingga menyebabkan stres kerja yang tinggi, sehngga membuat hasil
kerja menurun.
tertinggi adalah “Stres kerja yang saya alami membuat saya kurang bersemangat”
sebesar 4,25 artinya responden mengalami kondisi stress kerja yang tinggi,
kemungkinan karena jadwal dan jam kerja yang dijalankan perawat sampai larut
kondisi perawat rumah sakit membuat perawat kurang tenang dalam bertugas.
Kondisi ini terlihat dari fisik perawat yang terkadang lesu, lelah dan terlihat
mengantuk.
karena banyaknya pasien yang harus dilayani membuat perawat tidak dapat
dialami responden. Nilai rata-rata jawaban responden sebesar 4,34 (sangat tinggi).
118
stabil, sehingga perawat terkadang terlihat tidak ramah dan temperamen. Tekanan
pekerjaan baisanya terjadi adanya interpensi atasan dalam membuat laporan hasil
kerja. Kondisi ini berarti perawat sedang mengalami kondisi stres kerja yang
tinggi.
Tabel 4.18
Jawaban Responden terhadap Dimensi Kesulitan Mengendalian Emosi
Jawaban Rat Ket
No Indikator 1 2 3 4 5 aRa
ta
1 Kondisi emosi saya sangat labil
Sangat
(temperamen) saat saya 0 1 11 150 126 4,39
Tinggi
mengalami tekanan kerja
2 Setiap ucapan rekan kerja saya
Sangat
tanggapi dengan perasaan 0 0 15 176 97 4,28
Tinggi
marah
3 Tekanan pekerjaan yang saya
Sangat
alami membuat saya tidak 0 4 5 170 109 4,33
Tinggi
ramah dan sulit bergaul
Sangat
Rata-rata 4,34
Tinggi
Sumber: Hasil penelitian 2017, diolah
Keterangan:
1,00 – 1,79 : Sangat rendah
1,80 – 2,59 : Rendah
2,60 – 3,39 : Sedang
3,40 – 4,19 : Tinggi
4,20 – 5,00 : Sangat tinggi
emosi saya sangat labil (temperamen) saat saya mengalami tekanan kerja” sebesar
4,39. Tekanan kerja yang dimaksud adalah banyaknya tugas-tugas yang harus
ucapan rekan kerja saya tanggapi dengan perasaan marah” sebesar 4,28. Hasil
kerjanya, namun perawat cenderung diam dan tidak membuat hubungan kerja
semakin tegang.
terjadi karena perawat jenuh dan lelah, sehingga muncul konflik-konflik antara
rekan kerja.
Tabel 4.19
Jawaban Responden terhadap Dimensi Tidak Konsentrasi
Jawaban Rat Ket
No Indikator 1 2 3 4 5 aRa
ta
1 Stres kerja menyebabkan
Sangat
saya tidak fokus dalam 0 0 28 160 100 4,25
Tinggi
melaksanakan pekerjaan
2 Saya merasa bahwa
pekerjaan yang saya Sangat
0 0 0 195 93 4,32
hasilkan mengalami Tinggi
banyak kesalahan
3 Tekanan pekerjaan yang
saya alami membuat
6 51 48 142 41 3,56 Tinggi
pekerjaan yang saya
lakukan asal jadi
Rata-rata 4,04 Tinggi
Sumber: Hasil penelitian 2017, diolah
Keterangan:
1,00 – 1,79 : Sangat rendah
1,80 – 2,59 : Rendah
2,60 – 3,39 : Sedang
3,40 – 4,19 : Tinggi
4,20 – 5,00 : Sangat tinggi
120
kualitas kerja. Hilang kosentarsi tersebut biasanya terjadi akibat dari adanya
adalah “Saya merasa bahwa pekerjaan yang saya hasilkan mengalami banyak
kesalahan” sebesar 4,32. Perawat merasa khawatir dengan hasil kerjanya hal ini
karena perawat yang mengalami stress akan cenderung tidak dapat berkonsentrasi
membuat pekerjaan yang saya lakukan asal jadi” sebesar 3,56. Kondisi stress kerja
yang dialami perawat rumah sakit membuat perawat kurang tenang dalam
bertugas. Kondisi ini terlihat dari fisik perawat yang terkadang lesu, lelah dan
terlihat mengantuk.
Diketahui bahwa kondisi stress kerja yang terlalu tinggi membuat hasil
stress ini disebabkan karena kurang mampunya memahami beban kerja, adanya
dalam bekerja.
Dari pemaparan yang telah dijelaskan, dapat dirangkum hasil stress kerja
berikut ini.
121
Tabel 4.20
Jawaban Responden terhadap Variabel Stres
Ket
No Dimensi Rata-Rata
1 Ketidakmampuan Menghadapi Pekerjaan 4,14 Tinggi
2 Depresi terhadap Beban Kerja 4,09 Tinggi
3 Kesulitan Mengendalikan Emosi 4,34 Sangat Tinggi
4 Tidak Konsentrasi 4,04 Tinggi
Rata-rata 4,15 Tinggi
Sumber: Hasil penelitian 2017, diolah
Keterangan:
1,00 – 1,79 : Sangat rendah
1,80 – 2,59 : Rendah
2,60 – 3,39 : Sedang
3,40 – 4,19 : Tinggi
4,20 – 5,00 : Sangat tinggi
jawaban responden sebesar 4,15 dan berada pada kategori “tinggi”. Hasil ini
membuat tekanan yang berdampak pada stress kerja, sehingga merugikan baik
memadai.
berat, tidak konsentrasi dan kesulitan mengendalikan emosi. Kondisi ini membuat
perawat merasa dibebani tugas yang berat yang membuat beban fisik dan
psikologis.
122
periode waktu tertentu. Pada penelitian ini, variabel kinerja menggunakan dimensi
Tabel 4.21
Jawaban Responden terhadap Dimensi Kuantitas Pekerjaan
Jawaban Rat Ket
No Indikator 1 2 3 4 5 aRa
ta
1 Capaian volume kerja saya sudah
sesuai dengan standar rencana 0 4 24 174 86 4,19 Tinggi
kinerja rumah sakit.
2 Saya berhasil mencapai target
Sangat
volume kerja perawat yang 0 0 8 198 82 4,26
Tinggi
direncanakan.
3 Capaian volume kerja saya sudah
sesuai dengan standar waktu yang 6 6 32 180 64 4,01 Tinggi
saya perkirakan.
4 Capaian volume kerja saya sudah
Sangat
sesuai dengan standar waktu yang 0 2 16 174 96 4,26
Tinggi
ditetapkan rumah sakit.
Sangat
Rata-rata 4,18
Tinggi
Sumber: Hasil penelitian 2017, diolah
Keterangan:
1,00 – 1,79 : Sangat rendah
1,80 – 2,59 : Rendah
2,60 – 3,39 : Sedang
3,40 – 4,19 : Tinggi
4,20 – 5,00 : Sangat tinggi
nilai rata-rata sebesar 4,18 (tinggi). Capaian volume kerja yang ditunjukkan oleh
123
perawat sudah memenuhi standar rumah sakit dan rencana kerja yang ditetapkan.
Selain itu perawat juga sudah memiliki capaian waktu yang memadai dalam
volume kerja saya sudah sesuai dengan standar waktu yang saya perkirakan”
sebesar 4,01. Perawat sudah mampu mencapai volume pekerjaan yang ditetapkan
dengan waktu yang tepat. Hal ini sebagaimana ditampilkan dalam laporan SKP
“Saya berhasil mencapai target volume kerja perawat yang direncanakan” dan
“Capaian volume kerja saya sudah sesuai dengan standar waktu yang ditetapkan
mencapai target kerja yang direncanakan dengan hasil yang sangat baik. Selain
Jadi, secara umum dapat dikatakan bahwa perawat rumah sakit di Kota
Bengkulu telah mampu menampilkan kinerja yang tinggi. Kondisi berarti bahwa
Tabel 4.22.
124
Tabel 4.22
Jawaban Responden terhadap Dimensi Kualitas Pekerjaan
Jawaban Rat Ket
No Indikator 1 2 3 4 5 aRa
ta
1 Raihan volume kerja yang saya
selesaikan telah sesuai dengan
0 4 28 182 74 4,13 Tinggi
standar mutu yang ditetapkan
rumah sakit.
2 Capain volume kerja saya sudah
Sangat
sesuai dengan kompetensi 0 0 12 150 126 4,40
Tinggi
perawat.
3 Saya berhasil mencapai target
pekerjaan dalam waktu yang 0 4 46 164 74 4,07 Tinggi
sudah direncanakan.
4 Dalam memenuhi target volume
kerja, saya laksanakan dengan 0 4 54 164 66 4,01 Tinggi
penuh ketelitian.
Rata-rata 4,15 Tinggi
Sumber: Hasil penelitian 2017, diolah
Keterangan:
1,00 – 1,79 : Sangat rendah
1,80 – 2,59 : Rendah
2,60 – 3,39 : Sedang
3,40 – 4,19 : Tinggi
4,20 – 5,00 : Sangat tinggi
4,15, yang berarti bahwa kualitas baik. Kualitas hasil kerja perawa tersebut
oleh rumah sakit dan memenuhi pekerjaan dengan ketelitian yang tinggi.
Indikator dimensi kualitas kerja yang mendapat hasil rendah yaitu “Dalam
memenuhi target volume kerja, saya laksanakan dengan penuh ketelitian” sebesar
4,01. Perawat telah memenuhi volume pekerjaan dengan ketelitian yang tinggi.
125
Hal ini berarti pelaksanaan tugas telah berdasarkan standar kualitas yang
ditetapkan.
Hasil ini memberikan makna bahwa pencapaian volume pekerjaan perawat telah
keperawatan yang tinggi. Perawat telah serius dalam melaksanakan setiap tugas-
ketentuan yang di tetapkan rumah sakit. Hal ini tentu saja akan berdampak pada
pekerjaan, terutama dalam pergatian shif kerja saat perawat berjaga di rumah
sakit. Dengan teratur perawat bergantian dan bergiliran saat keluarga pasien
Tabel 4.23
Jawaban Responden terhadap Dimensi Kerjasama
Jawaban Rat Ket
No Indikator 1 2 3 4 5 aRa
ta
1 Dalam melaksanakan pekerjaan,
saya biasa bekerjasama dalam satu 0 0 20 218 50 4,10 Tinggi
tim yang ditentukan rumah sakit.
2 Pada saat anggota tim ada yang 0 4 40 176 68 4,07 Tinggi
mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan pekerjaan, saya
memberikan bantuan sesuai
126
adalah “Dalam melaksanakan pekerjaan, saya biasa bekerjasama dalam satu tim
yang ditentukan rumah sakit” sebesar 4,10. Hasil ini menggambarkan bahwa
Hasil ini memberi gambaran bahwa perawat selalu melakukan koordinasi tim.
Selain itu, biasanya perawat yang merupakan kepala ruangan selalu memberikan
pelayanan yang baik, untuk memberikan support dan semangat kepada perawat.
127
variabel kinerja perawat dirangkum pada Tabel 4.24. Rata-rata jawaban responden
sebesar 4,03, (tinggi). Pemanfaatan waktu adalah menetapi jadwal kerja yang
kepada pasien, perawat telah melaksanakan sesuai jadwal kerja yang telah
ditetapkan.
kesibukan kerja, saya biasa memperhatikan hal-hal yang terjadi di luar rencana
dengan pekerjaan bukan hal-hal lain di luar pekerjaan. Hal ini juga menunjukkan
Tabel 4.24
Jawaban Responden terhadap Dimensi Pemanfaatan Waktu
Jawaban Rat Ket
No Indikator 1 2 3 4 5 aRa
ta
1 Pada saat waktu luang, saya selalu
membaca buku, majalah, artikel
yang berisi pengetahuan baru 0 2 36 210 40 4,00 Tinggi
tentang kompetensi perawat
rumah sakit.
2 Di sela-sela kesibukan kerja, saya
biasa mencatat hal-hal yang belum
0 4 54 158 72 4,03 Tinggi
terselesaikan untuk diselesaikan
pada waktu berikutnya.
3 Dalam kesibukan kerja, saya biasa 0 2 18 230 38 4,06 Tinggi
memperhatikan hal-hal yang
128
nilai terendah adalah “Pada saat waktu luang, saya selalu membaca buku, majalah,
artikel yang berisi pengetahuan baru tentang kompetensi perawat rumah sakit”
sebesar 4,00. Perawat rumah sakit selalu memanfaatkan waktu luang dengan hal-
hal yang produktif, seperti meneliti catatan dan rekam jejak pasien yang menjadi
memadai.
berikut:
Tabel 4.25
Jawaban Responden terhadap Variabel Kinerja Perawat
Ket
No Dimensi Rata-Rata
1 Kuantitas Pekerjaan 4,18 Tinggi
2 Kualitas Pekerjaan 4,15 Tinggi
3 Kerjasama 4,05 Tinggi
4 Pemanfaatan Waktu 4,03 Tinggi
Rata-rata 4,10 Tinggi
129
Bengkulu berada pada kategori tinggi artinya responden telah memenuhi kriteria
yang ditetapkan. Kriteria kinerja tersebut meliputi kualitas hasil kerja, kuantitas
baiknya, misalnya membaca buku pedoman perawat yang telah distandarisasi oleh
PPNI dan rumah sakit. Hal ini agar tugas dan fungsi perawat dapat dijalankan
dengan baik.
dengan menggunakan program SmartPLS 2.0 M2. Langkah awal yang dilakukan
measurement model). Outer measurement model ini berfungsi sebagai uji validitas
dan uji reliabilitas atas parameter yang membentuk konstruk variabel latennya.
Hasil pengujian outer model telah diuji dan ditempatkan pada Bab 3. Pada subbab
pengujian hipotesis.
Dalam hal ini, nilai determinasi berganda menunjukkan kemampuan variabel big
stress terhadap kinerja perawat. Dari hasil analisis data, diketahui nilai R-square
Tabel 4.26
Nilai R-Square Model Structural
Variabel R Square
Kinerja 0,688
Organizational Behavior (OCB) 0,183
Sumber: Hasil penelitian, data diolah 2017
pertama sebesar 0,183, yang berarti akurasi atau ketepatan model organizational
behavior (OCB) dapat dijelaskan oleh personality sebesar 18,3%. Nilai koefisien
dari nilai t-statistic pada jalur structural. Guna memperoleh nilai t-statistic
(nilai alpha) 5% (0,05). Jika nilai p-value < alpha 0,05; maka hipotesis di terima
dan jika nilai p-value > alpha 0,05, maka hipotesis ditolak. Hasil bootstrapping
Gambar 4.1
Hasil Pengujian Hipotesis Model Struktural Efek Utama
133
4.27 berikut
Tabel 4.27
Hasil Pengujian Hipotesis Model Struktural (Efek Utama)
Original Sample Mean Standard Error T Statistics (|
Sample (O) (M) (STERR) O/STERR|)
BIG -> KIN 0.811 0.814 0.026 31.765
BIG -> OCB 0.432 0.432 0.050 8.698
OCB -> KIN 0.084 0.081 0.027 3.071
Sumber: Hasil penelitian, data diolah 2017
kepribadian terhadap kinerja perawat dengan OCB sebagai mediasi diterima. Hal
1) Nilai t-hitung BIGKIN sebesar 31,765 > t-tabel 1,960 yang memberikan
dan signifikan terhadap kinerja perawat. Hal ini berarti bahwa jika kepribadian
2) Nilai t-hitung BIGOCB sebesar 8,698 > t-tabel 1,960, memberikan bukti
signifikan terhadap perilaku OCB perawat. Hal ini berarti bahwa jika
3) Nilai t-hitung OCBKIN sebesar 3,071 > t-tabel 1,960, memberikan bukti
perawat. Hal ini berarti bahwa jika perilaku OCB semakin meningkat, maka
Sejalan dengan pendapat Baron dan Kenny (1986) bahwa peran mediasi
artimya Nilai t-value 2,672 > t-tabel 1,960., sehingga memberikan bukti bahwa
variabel OCB memiliki peran mediasi pada pengaruh personality terhadap kinerja
perawat rumah sakit di Kota Bengkulu, dapat dilakukan dengan dua pendekatan,
pengujian Baron dan Kenny (1986), yakni dengan metode regresi sederhana dan
135
dengan teknik Sobel test. Pengujian Sobel test dilakukan dengan nilai z-value
dimana:
variabel mediasi M
variabel dependen Y.
Gambar 4.2
Tabel 4.28
Hasil Pengujian Efek Mediasi OCB pada Pengaruh Kepribadian
terhadap Kinerja Perawat
Original Sample Mean Standard Error T Statistics (|
Sample (O) (M) (STERR) O/STERR|)
BIG -> KIN 0.775 0.775 0.026 31.765
BIG -> OCB 0.432 0.432 0.050 8.698
OCB -> KIN 0.084 0.081 0.027 3.071
Dari Gambar 4.2 dan Tabel 4.28 selanjutnya diperoleh nilai t-value efek
mediasi dari OCB pada pengaruh kepribadian terhadap kinerja perawat rumah
sakit. Hasil perhitungan melalui rumus Sobel test, dapat dihitung nilai t-value
sebagai berikut:
t_value = 2,672
Nilai t-value 2,672 > t-tabel 1,960. Hasil ini memberikan arti bahwa efek
signifikan. Hasil ini berarti bahwa hipotesis yang berbunyi : OCB memediasi
diterima.
137
Tabel 4.29
Perhitungan Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Pengaruh Kepribadian
terhadap Kinerja dengan OCB sebagai Mediasi
Pengaruh Langsung Pengaruh Tidak Total Pengaruh
(O) Langsung (b1 x b2) (Total Effect)
BIG -> KIN 0.811 0.068 0.879
BIG -> OCB 0.432
OCB -> KIN 0.084
Sumber: Data Primer diolah, 2017
menunjukkan angka positif (0,432), yang berarti bahwa personality yang tinggi
pengaruh positif terhadap kinerja perawat rumah sakit sebesar 0,084. Hal ini
berarti bahwa perilaku OCB yang tinggi akan meningkatkan kinerja perawat.
Kondisi yang sama juga terjadi pada pengaruh langsung variabel kepribadian
terhadap kinerja perawat yang juga positif sebesar 0,811 yang berarti bahwa
tersebut diketahui total pengaruh kepribadian dan perilaku OCB terhadap kinerja
perawat menghasilkan nilai positif yakni 0,879, yang berarti bahwa kepribadian
dan perilaku OCB dapat meningkatkan perawat rumah sakit di Kota Bengkulu.
Artinya, jika kepribadian yang tinggi akan meningkatkan perilaku OCB yang pada
Variabel Stres
efek utama, yakni model analisis sebelum variabel moderasi dimasukkan ke dalam
fungsi atau persamaan atau model. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh
Gambar 4.2
Hasil Pengujian Efek Utama
140
personality terhadap OCB, OCB dan stress terhadap kinerja perawat mendapatkan
nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,684. Hasil ini menunjukkan bahwa
kinerja perawat dipengaruhi oleh personality, OCB dan stress sebesar 68,4%.
Sementara sisanya 31,6% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti.
mengetahui efek moderasi variabel stress pada model efek utama adalah
dalam model. Hasil pengujian sebagaimana terlihat pada Gambar 4.4. Gambar 4.4
personality terhadap OCB dan OCB terhadap kinerja perawat mendapatkan nilai
koefisien determinasi (R2) sebesar 0,680. Hasil ini menunjukkan bahwa kinerja
perawat dipengaruhi oleh personality, OCB, stress dan efek moderasi stress
sebesar 68%. Sementara sisanya 32% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak
diteliti.
141
Gambar 4.4
Hasil Pengujian Efek Moderasi Stres Kerja
142
(R2), yakni pada model efek utama dan model efek moderasi. Koefisien
Tabel 4.30
Nilai Koefisien Determinasi (R2)
Model Struktural R Square
Efek Utama 0,684
Efek Moderasi Stres Kerja 0,688
Sumber: Hasil penelitian 2017, diolah
determinasi model efek utama dengan model efek moderasi variabel stres.
Perubahan yang terjadi tersebut dari 68,4% menjadi 68,8%. Hal ini berarti bahwa
kinerja perawat. Stress kerja yang semakin tinggi akan meningkatkan kinerja
perawat dari sebelum perawat mengalami stress kerja. Kondisi ini terjadi,
melaksanakan tugas dan profesinya dengan baik, hal dikarenakan perawat harus
menjalankan kode etik keperawatan yang telah diatur di dalam profesinya. Selain
itu, kondisi stress akibat kerja telah disadari oleh perawat sehingga tidak
Langkah ini dilakukan untuk mengetahui tipe moderasi yang terjadi pada model
yang diteliti. Menurut Sharma (1986) sebagaimana dikutip oleh Solimun (2017)
143
4.31.
Tabel 4.31
Klasifikasi Variabel Moderasi
No Tipe Moderasi Keterangan
Jika varabel moderasi tidak signifikan dan
1 Pure Moderasi
interaksinya signifikan
Jika variabel moderasi signifikan dan interaksinya
2 Quasi Moderasi
signifikan
Jika variabel moderasi tidak signifikan dan
3 Homologizer Moderasi
interaksinya tidak signifikan
Jika variabel moderasi signifikan dan interaksinya
4 Predictor Moderasi
tidak signifikan
Sumber: Solimun (2017)
Tabel 4.32
Hasil Pengujian Hipotesis Model Struktural (Efek Utama)
Original Sample Mean Standard Error T Statistics (|
Sample (O) (M) (STERR) O/STERR|)
BIG -> KIN 0.723 0.706 0.194 3.730
BIG -> OCB 0.428 0.429 0.053 8.043
OCB -> KIN 0.533 0.538 0.308 1.731
OCB*Stress-> KIN -0,851 -0,867 0.549 1.550
Stress -> KIN 0.848 0.881 0.350 2.421
Sumber: Hasil penelitian, data diolah 2017
personality terhadap kinerja perawat dengan OCB sebagai mediasi dan masuknya
144
variabel stress dan efek moderasinya pada model penelitian tetap diterima. Hal ini
dibuktikan dengan:
1) Nilai t-hitung BIGKIN sebesar 3,730 > t-tabel 1,960 yang memberikan
dan signifikan terhadap kinerja perawat. Hal ini berarti bahwa jika kepribadian
2) Nilai t-hitung BIGOCB sebesar 8,043 > t-tabel 1,960, memberikan bukti
signifikan terhadap perilaku OCB perawat. Hal ini berarti bahwa jika
3) Nilai t-hitung OCBKIN sebesar 1,731 < t-tabel 1,960, memberikan bukti
Hal ini berarti bahwa jika perilaku OCB mengalami perubahan, tidak
4) Nilai t-hitung StressKIN sebesar 2,421 > t-tabel 1,960, memberikan bukti
perawat. Hal ini berarti bahwa jika stress kerja tinggi, akan berdampak pada
kinerja perawat.
5) Koefisien jalur hitung efek moderasi stress kerja sebesar -0,851 dengan nilai t-
hitung sebesar 1,550 < t-tabel 1,960, yang berarti bahwa efek moderasi stress
Gambar 4.5
Hasil Pengujian Hipotesis Model Struktural dengan
Variabel Stress Sebagai Moderasi
146
Dari hasil pengujian di atas, maka dapat diketahui tipe moderasi stress
pada pengaruh OCB terhadap kinerja perawat, yakni predictor moderation. Hal
signifikan, namun jika dilijat dari nilai koefisien jalur sebesar -0,851 memberikan
bukti bahwa efek moderasi stress kerja menurunkan (mengurangi) pengaruh OCB
terhadap kinerja perawat. Hal ini berarti bahwa jika stress kerja tinggi, maka
4.2 Pembahasan
(Kinerja).
usia perawat dan masa kerja. Pada penelitian ini perawat dengan usia di bawah 30
tahun yang merupakan perawat baru dengan masa kerja di bawah 5 tahun.
Kelompok usia muda dan masih belum pengalaman di dunia kerja tentu akan
147
mempengaruhi cara pikir dan sikap ataupun perilaku keseharian mereka ditempat
kerja hal ini sesuai dengan konsep teori kepribadian Carl Jung.
Secara kontekstual responden memiliki tipe personality yang baik. Hal ini
perilaku OCB perawat. Personality perawat yang baik dapat dilihat melalui aspek
fisik, sosial, maupun organisasional dari pekerjaan yang mereka lakukan semata-
moderasi pada pengaruh OCB tergadap kinerja perawat. Hal ini dikarenakan
pengaruh efek moderasi tidak signifikan. Walaupun tidak signifikan, namun efek
stress kerja bersifat negatif pada hubungan OCB dengan kinerja, artinya, stress
kerja dapat menurunkan pengaruh OCB terhadap kinerja. Hal ini menggambarkan
produktivitas. Artinya, walaupun OCB perawat tinggi, tingkat stress yang tinggi
juga akan membuat perawat kurang maksimal melaksanakan tugasnya, hal ini
dikarenakan stress kerja tidak hanya mempengaruhi perawat secara fisik namun
juga psikis.
bahwa personality dan kinerja saling mempengaruhi. Selama ini kinerja selalu
dinilai oleh kompensasi, upah dan sebagainya, namun pada penelitian ini
perawat yang memiliki kepribadian yang baik akan memiliki kinerja yang baik
148
untuk itu tes kepribadian diperlukan dalam memilih perawat terutama dalam
perekrutan tenaga kerja. Selain itu juga insight teori OCB yaitu kepribadian
perawat dinilai baik karena batasan usia dan masa kerja sehingga mempengaruhi
dirinya sesuai dengan tugas mereka yang ikhlas memberikan pelayanan kepada
pasien. Stress kerja pada penelitian ini memberikan insight teori bahwa OCB yang
baik pada tempat kerja tidak menjadi alasan mereka terbebas dari stress kerja,
justru stress kerja pada penelitian ini lebih mengacu pada psikis perawat.
(Kinerja)
Dari hasil pengujian hipotesis didapatkan nilai t-hitung sebesar 3,324 > t-
positif dan signifikan terhadap kinerja perawat. Artinya, jika personality semakin
baik, maka kinerja perawat semakin meningkat. Mengacu pada hasil penelitian
perawat karena dengan adanya sumber daya pekerjaan yang baik dari rumah sakit
merupakan salah satu faktor individual dari aspek psikologi. Hal tersebut sejalan
Dari hasil penelitian, variabel personality mendapat nilai cukup rendah. Ini
berarti responden (perawat) cukup memiliki sikap dan perilaku yang dinilai baik
dalam berorganisasi. Hal ini dapat disebabkan karena sebagian besar individu
adalah perawat dengan usia di bawah 30 tahun yang merupakan perawat baru
dengan masa kerja di bawah lima tahun. Kelompok usia muda dan masih belum
pengalaman di dunia kerja tentu akan mempengaruhi cara pikir dan sikap ataupun
perilaku keseharian mereka ditempat kerja. Pernyataan ini sesuai dengan Teori
Kepribadian Carl Jung (dalam Tseng dan Lee, 2011), yang menyatakan usia di
mengaktualisasikan diri. Pada usia ini, responden baru menghadapi dunia kerja,
yang luas (extraversion) merupakan prediktor yang baik untuk menilai kinerja
individu. Karena dua indikator ini menunjukan semangat kerja, cara kerja individu
dan loyalitasnya terhadap pekerjaan dan instansi. Sehingga jika kedua indikator
nilai yang baik, yang menunjukan masih banyak individu dengan kepribadian
150
jawab dan kemauan berpikir maju mencapai prestasi. Indikator ketelitian pada
penelitian ini menunjukan nilai yang rendah. Kondisi ini berarti individu memiliki
kepribadian yang malas, ceroboh dan tidak dapat diandalkan. Hal ini akan
yang luas (extraversion) yang tinggi adalah individu yang aktif, penuh energi dan
antusias serta memiliki rasa kekeluargaan yang tinggi, yang akan mendorong
emosional dengan instansi. Dan dalam penelitian ini, tampak masih belum
penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Thoresen, et al..
(2004) yang berjudul The Big Five Personality Traits and Individual Job
dari ke lima faktor kepribadian hanya dua faktor yang berhubungan signifikan
dengan kinerja, yaitu Ketelitian dan Ekstraversi. Namun penelitian ini dilakukan
pada level manajer, sehingga perlu diteliti ulang hubungan antara lima faktor
151
kepribadian tersebut dengan kinerja. Penelitian lain yang dilakukan oleh Dunn et
al.. (1995), mengemukakan bahwa model lima besar kepribadian berisi kemajuan
pekerjaan. Manajer yang dalam hal ini sebagai objek penelitian bersama
supervisor, melakukan seleksi terhadap pelamar dengan enam tipe tugas. Hal ini
dilakukan dalam rangka mengevaluasi potensi kinerja dan integritas pelamar dari
diskripsi kepribadian yang berbasis lima faktor kepribadian dan general mental
sisi lain. Hasil penelitian Yoo (2002) di Korea terhadap seluruh pola dari faktor
korelasinya mendekati 0 (ra = -0,01), dan ini berlawanan dengan Hurtz dan
Donovan (2000) tetapi konsistensi tinggi dengan orang-orang Eropa hasil dari
penelitian antara Lima Faktor Kepribadian dengan kinerja pada studi Barrick &
merupakan hal yang unik dan memiliki pola yang relatif stabil dari suatu perilaku,
pikiran, dan emosi yang diperlihatkan oleh seseorang. Lima faktor kepribadian
suatu skala yang mencerminkan karakteristik skor tinggi dan skor rendah.
hubungan dengan kinerja. Masing-masing faktor dari lima faktor personality yaitu
Dari hasil penelitian menunjukkan nilai t-hitung sebesar 9,019 > t-tabel
signifikan terhadap perilaku OCB perawat rumah sakit di Kota Bengkulu. Artinya,
jika kepribadian semakin baik, maka perilaku OCB perawat rumah sakit di Kota
mampu memberikan dampak positif terhadap perilaku OCB perawat rumah sakit
di Kota Bengkulu karena dengan adanya sumber daya pekerjaan yang baik dari
Dari hasil analisis deskriptif diketahui bahwa perawat rumah sakit di Kota
Bengkulu memiliki tipe kepribadian yang baik. Hal ini menunjukkan bahwa
153
semakin tinggi kepribadian maka semakin tinggi juga perilaku OCB perawat.
sehari-hari ketika semakin banyak sumber daya kerja yang tersedia. Selain itu,
perawat akan lebih terikat dengan pekerjaan apabila mereka memiliki otonomi dan
berkembang meningkatkan tanggung jawab yang lebih besar dalam diri perawat
terhadap organisasi, dan kemudian memicu kesediaan perawat untuk bekerja keras
pekerjaan juga akan semakin kuat. Oleh karena itu, sumber daya kerja dapat
perilaku OCB perawat rumah sakit di Kota Bengkulu dan tiga dimensi kekuatan,
OCB perawat rumah sakit di Kota Bengkulu. Bakker et al.. (2007) menunjukkan
semuanya dapat dianggap sebagai kepribadian penting bagi guru karena masing-
masing kondisi ini mampu menyangga dampak negatif perilaku buruk siswa
terhadap perilaku OCB perawat rumah sakit di Kota Bengkulu. Dan juga
lebih besar terhadap OCB. Hal ini disebabkan karena perawat cenderung
melekat pada diri perawat dan lebih sulit dirubah sehingga, memiliki pengaruh
dari Big Five kepribadian terhadap Organization Citizen Behaviour (OCB) setelah
di kendalikan oleh variabel kontrol seperti work locus of control (WLOC), self-
esteem, organizational justice dan stress at work. Secara umum temuan penelitan
ini adalah Five Factor Model merupakan prediktor pada OCB perawat rumah
terbuka pada pengalaman atau agreeableness yang tinggi akan memiliki kinerja
Hasil penelitian ini sependapat dengan teori tentang OCB oleh Sharma
pilihan individu, yang tidak secara lansung dihargai oleh sistem reward formal,
memiliki peranan yang sangat penting dalam meningkatan efektifitas dan efesien
organisasi secara keseluruhan (Kumar, 2009). Salah satu cara OCB meningkatkan
atau produktivitas para atasan (Podsakoff dan Mackenzie, 2000). Sebagai contoh,
156
ketika perawat yang sudah berpengalaman dengan sukarela membantu rekan kerja
yang baru masuk untuk mempelajari segala sesuatu, hal ini akan membantu
pekerja baru menjadi individu yang produktif lebih cepat, sehingga dapat
sebesar 2,315 > t-tabel 1,960, memberikan bukti bahwa variabel kondisi stress
peneliti sesuai dengan hasil penelitian bahwa stress kerja pada penelitian ini
dipicu oleh kejenuhan kerja, Kejenuhan kerja menjadi suatu masalah bagi
produktivitas juga menurun (Dale, 2011). Keadaan jenuh seringkali pikiran kita
menjadi terasa penuh dan mulai kehilangan rasional, hal ini dapat menyebabkan
menurun, pada akhirnya kualitas kerja dan kualitas hidup ikut menurun (National
dimana mereka ada ketidak seimbangan diantara fisik dan psikis yang dapat
kerja harus dilakukan dengan baik dan berkesinambungan dengan, dan pimpinan
harus cepat tanggap terhadap hal tersebut, karena akan berdampak pada kinerja
157
ialah beban kerja wewenang yang tidak seimbang ketidak jelasan tugas
lingkungan kerja yang tidak menyenangkan, rekan kerja yang tidak menyenagkan,
sedangkan dari luar pekerjaan kekuatiran financial kehidupan keluarga yang tidak
harmonis dan perilaku negatif anak. Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi
yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya.
Kinerja merupakan prilaku nyata yang ditampilkan setiap orang yang dihasilkan
merupakan suatu hal yang sangat penting dalam upaya perusahaan untuk
mencapai tujuannya.
pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu”. Sedangkan
evaluasi yang sistematis dari pekerjaan individu dan potensi yang dapat
dikembangkan”.
158
Dari kedua definisi di atas bahwa kinerja perawat mempunyai peran yang
kearah yang lebih berguna mencapai tujuan yang optimal. Davis dialih bahasakan
1. Faktor Kemampuan
2. Faktor Motivasi
berikut :
keterampilannya.
anggota organisasi).
2. Promptness (Ketepatan Waktu)
3. Initiative (Inisiatif)
4. Capability (Kemampuan)
5. Communication (Komunikasi)
berhubungan dengan hal tersebut dari seseorang selama periode tertentu. Dengan
membandingkan hasil ini dengan standar yang dibuat oleh periode waktu yang
160
bersangkutan.
Berdasarkan definisi para ahli di atas mengenai stresss kerja dan kinerja,
akan selalu mempunyai hubungan dengan kinerja pada setiap perawat. Sehingga,
dari perawat akan meningkat sesuai dengan yang diharapkan oleh perusahaan,
karena kinerja tersebut merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh
perusahaan.
dan signifikan terhadap kinerja perawat. Hal ini memberikan arti bahwa OCB
yang tinggi, akan meningkatkan kinerja perawat. Jurnal yang dikemukakan oleh
Waltz dan Niehoff (2004) menunjukan adanya tingkat efektiftas dalam organisasi
dengan adanya individu dengan OCB. Hal ini mendukung perkembangan kinerja
individu seperti yang diungkapkan oleh Nufus (2011) dalam penelitiannya yang
membahas mengenai OCB terhadap kinerja. Hal ini sesuai dengan jurnal
rekan kerja dan atasannya, peduli pada kelangsungan hidup perusahaan, tingkat
kehadiran ditempat kerja tinggi, patuh pada peraturan dan tata tertib organisasi,
peran yang harus dimainkan, sesungguhnya OCB tidak dapat dipisahkan dari
perilaku kerja yang dituntut dalam pekerjaannya atau yang sesuai dengan peran
mengingat perilaku diluar peran juga menjadi standar yang harus dipenuhi
perawat untuk menilai kinerja perawat. Selain itu, organisasi dapat mendorong
agar perawat berlaku positif, misalnya membantu perawat lain dan saling
mendukung dalam tim. Fenomena tersebut terjadi karena adanya perawat yang
dengan suka rela membantu teman lain, tetapi ada juga pribadi yang harus
positif, yaitu fit antara kepribadian dan tupoksi (job description). Lebih penting
dari semua itu, organisasi dapat membentuk lingkungan yang kondusif yang dapat
162
individu yang memberikan nilai lebih terhadap pekerjaan yang menjadi tugasnya
maupun nilai tambah bagi perusahaan. OCB menurut Organ dalam Bolino, et al..
(2002:505) adalah perilaku individu yang bebas, tidak secara langsung atau
fungsi efektif perusahaan. OCB juga disebut sebagai perilaku extra role karena
sebagai variabel moderasi pada pengaruh OCB tergadap kinerja perawat. Hal ini
namun efek stress kerja bersifat negatif pada hubungan OCB dengan kinerja,
artinya, stress kerja dapat menurunkan pengaruh OCB terhadap kinerja. Hal ini
stress yang tinggi juga akan membuat perawat kurang maksimal melaksanakan
tugasnya, hal ini dikarenakan stress kerja tidak hanya mempengaruhi perawat
secara fisik namun juga psikis. Hal ini sesuai dengan jurnal Novianto,dkk (2018)
kemungkinan besar motivasinya tidak akan bangkit (aktif) dan dengan demikian
163
tidak akan menunjukkan kinerja yang lebih baik. Oleh karena itu diperlukan stress
pada pekerjaan yang akan membangkitkan gairah dan motivasi dalam pekerjaan.
perawat, sementara stress yang tinggi justru akan memperkuat kinerja perawat.
semua perilaku positif dan konstruktif yang dilakukan perawat atas kemauannya
kerja, serta tidak ada sanksi khusus bila tidak menampilkan perilaku tersebut.
Sebuah perusahaan akan memiliki kinerja yang lebih baik dari perusahaan lain
apabila perawat tidak hanya mengerjakan tugas pokoknya saja, namun juga mau
melakukan tugas ekstra seperti mau bekerja sama, tolong menolong, memberikan
emosional. Seperti yang dikemukakan oleh Handoko (2008) stress adalah suatu
mempengaruhi emosi, pikiran dan kondisi fisik seseorang. Stres sendiri tidak
terlalu buruk, meskipun biasanya dibahas dalam konteks negatif, stres juga
memiliki nilai positif. Stres merupakan sebuah peluang kelika hal ini menawarkan
164
potensi hasil, sebagian stres bias positif dan sebagian lagi bias negatif. Dewasa
ini, para peneliti berpendapat bahwa stres adalah tantangan, atau stres yang
tanggung jawab), beroperasi sangat berbeda dengan stres hambatan, atau stres
hubungan kolegial dengan rekan sekerja atau penyelia dapat menyangga dampak
stres, letak kendali (locus of control), orang yang memiliki lokus kendali internal
yakin mereka mengendalikan tujuan akhir mereka sendiri lebih tahan terhadap
stress. Sedangkan mereka yang memiliki lokus eksternal yakin bahwa kehidupan
keefektifan diri, istilah ini merujuk kepada keyakinan individu bahwa dia
permusuhan dan kemarahan. Hubungan stres dengan OCB akan dapat dilakukan
positif (eustres) (Luthans 2006). Hasil penelitian Tang (2008) menemukan bahwa
stres kerja berkorelasi dengan OCB. Stres kerja yang diungkapkan oleh Smith
(1981) yang dikutip dari Wijono mengemukakan bahwa konsep stres kerja dapat
ditinjau dari beberapa sudut, yaitu: Pertama, stres kerja merupakan hasil dari
keadaan tempat kerja. Kedua, stres kerja merupakan hasil dari dua faktor
165
organisasi, yaitu keterlibatan dalam tugas dan dukungan organisasi. Ketiga, stres
terjadi karena faktor faktor kemampuan melakukan tugas. Keempat, akibat dari
waktu kerja yang berlebihan. Kelima, faktor tanggung jawab kerja. Terakhir,
tantangan yang muncul dari tugas dan terdapat beberapa pengertian tentang
satunya adalah oleh Robbins dan Judge dalam Waspodo (2012) yang
tidak menjadi bagian dari kewajiban kerja formal seorang perawat, namun
(2003), stres adalah suatu kondisi dinamis dimana individu dihadapkan pada
kesempatan, hambatan dan keinginan dan hasil yang diperoleh sangatlah penting
Definisi stres kerja yang serupa juga dipaparkan oleh Moorhead dan
Griffin (2013) yang menyatakan bahwa stres sebagai respon adaptif seseorang
situasi atau peristiwa yang terlalu banyak mengadakan tuntutan psikologis dan
jara antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi yang bersumber pada sistem
psikologis. Selain itu, Santrock (2003) menyatakan bahwa stres merupakan respon
166
individu terhadap keadaan atau kejadian yang memicu stres, yang mengancam,
individu yang disebabkan oleh hal-hal yang tidak nyaman, tidak diinginkan, atau
dianggap sebagai ancaman di tempat kerja (Rustiarini, 2014). Variabel ini diukur
tidak ramah.
organisasi. Faktor tersebut antara lain beban kerja yang sulit dan berlebihan,
tekanan dan sikap pimpinan yang kurang adil dan tidak wajar, waktu kerja yang
terbatas dan peralatan yang kurang, konflik antara pribadi dengan pimpinan atau
kelompok kerja, balas jasa yang terlalu rendah dan adanya masalah-masalah
(2008) yaitu:
1. Beban kerja yang berlebihan; Banyaknya tugas dapat menjadi sumber stres
keahlianya
2. Tekanan atau desakan waktu; Atasan sering kali memberikan tugas sesuai
4. Iklim Politis; Iklim politis yang tidak aman akan mempengaruhi semangat
kerja.
6. Konflik dan ketidakjelasan peran; Pada situasi seperti ini orang memiliki
harapan yang berbeda akan kegiatan seseorang individu pada suatu pekerjaan
individu tidak tahu apa yang harus dia lakukan dan tidak dapat memenuhi
semua harapan.
8. Perubahan tipe; Khususnya jika penting dan tidak lazim. Misalnya perubahan
168
9. Frustasi; suatu akibat dari motivasi yang terhambat dan mencegah seseorang
Stres kerja yang dialami oleh individu dapat menimbulkan dampak positif
dan negatif bagi yang bersangkutan dan bagi organisasi (Sarafano, 2008). Aspek
positif apabila:
1. Kadarnya proporsional. Maksudnya di sini adalah tidak terlalu berat dan tidak
biasanya terkait dengan apakah individu melihat tekanan itu sebagai tekanan
melihat tekanan itu sebagai tantangan, maka secara fungsi bisa dikatakan
mengubah energi potensial yang semula negatif menjadi energi aktual yang
Sebagai contoh, adanya individu yang gagal sampai menimbulkan stres. Jika
berlalu begitu saja, biasanya ini akan menimbulkan berbagai tekanan. Tetapi
bila peristiwa buruk itu dijadikan individu sebagai materi untuk memperbaiki
diri, maka hasilnya menjadi positif meskipun itu tidak langsung terasa dan
Stres terjadi pada hampir semua pekerja, baik tingkat pimpinan maupun
dapat dihindarkan, akan tetapi dapat dikelola, diatasi dan dicegah, sehingga tidak
Stres dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik di dalam maupun di luar
sebagai suatu ancaman dan menimbulkan perasaan negatif. Hampir setiap kondisi
menerima dan mempelajari prosedur kerja baru, sedangkan individu lain tidak
hingga membuat mereka mengalami stres kerja. Stres kerja merupakan proses
persepsi yang bersifat individual. Secara umum individu mengalami stres kerja
karena adanya stressor yang berasal dari individu, kelompok, organisasi dan
170
nonpekerjaan, stres kerja ini akan berdampak pada perilaku, kognitif, dan
Stres kerja dapat terjadi pada setiap pekerja termasuk perawat. Perawat
sebuah rumah sakit. Kedudukan perawat sangatlah penting karena sebagai tenaga
bagian manapun. Selain itu, dalam kondisi apapun perawat juga harus dapat
bersikap hangat, ramah, dan sopan pada semua pasiennya sebab pekerjaan mereka
termasuk pekerjaan sosial. Mereka melakukan kontak langsung dengan orang lain,
baik sesama rekan kerja, pasien, keluarga pasien, dan kepada atasan.
suka marah, berbicara ketus dengan pasien dan keluarga pasien, bahkan terjadinya
keterlambatan dalam melakukan injeksi. Hal ini tentu sangat berlawanan dengan
tugas dan kewajiban sebagai seorang perawat. Apa yang menyebabkan perawat
melakukan pelanggaran tugas dan kewajiban seperti itu tentu ada sebabnya. Oleh
karena itu perlu dilakukan pengkajian secara lebih mendalam untuk mengetahui
penyebab dari fenomena yang ada. Stres kerja dapat membuat perawat menjadi
mudah marah, tidak ramah, serta mudah lelah. Selain itu, kinerja perawat yang
bahwa kepribadian dan kinerja saling mempengaruhi. Selama ini kinerja selalu
dinilai oleh kompensasi, upah dan sebagainya, namun pada penelitian ini
perawat yang memiliki kepribadian yang baik akan memiliki kinerja yang baik.
Implikasi terhadap temuan teori tersebut bahwa tes kepribadian diperlukan dalam
diperlukan pelatihan kepribadian untuk perawat. Selain itu juga insight teori OCB
pada penelitian ini adalah kepribadian perawat dinilai baik karena batasan usia
dan masa kerja sehingga mempengaruhi OCB. Perawat dalam penelitian ini
yang ikhlas memberikan pelayanan kepada pasien. Stress kerja pada penelitian ini
memberikan insight teori bahwa OCB yang baik pada tempat kerja tidak menjadi
alasan mereka terbebas dari stress kerja, justru stress kerja pada penelitian ini
Selain itu, OCB memiliki peran mediasi pada pengaruh kepribadian terhadap
kinerja perawat dan variabel stres kerja memiliki peran moderasi pengaruh OCB
terhadap kinerja perawat. Berkaitan dengan peranan OCB sebagai mediasi, stres
172
sebagai moderasi pada pengaruh kepribadian terhadap kinerja perawat rumah sakit
3. Teori stress diupayakan untuk berdampak pada stress positif dan ini akan
teori OCB pada penelitian ini akan memberikan ruang pada ilmu
pengetahuan MSDM pada khusunya untuk fokus pada teori OCB dengan
kompensasi pegawai.
daya pekerjaan untuk individu agar individu tetap terfasilitasi dan merasa
beban diringankan oleh organisasi dan agar beban kerja para individu
173
dapat dilakukan antara lain, membina dan menjaga hubungan antara atasan
kepribadian, OCB dan stress dengan kinerja memiliki keterkaitan dan hubungan
dalam organisasi. Organisasi dalam hal ini yaitu rumah sakit untuk meningkatkan
kualitas dan akreditasi mutu rumah sakit di Kota Bengkulu hendaknya terus
pelatihan OCB dalam manajerial dan meminimalisir stress kerja pada perawat.
Dengan demikian mutu perawat dalam kinerja rumah sakit merupakan cerminan
4.4 Novelty
pengembangan diri.
BAB V
5.1. Kesimpulan
manajemen terutama yang berlaku di Rumah sakit atau pun instansi lainnya.
berikut :
175
176
signifikan, namun efek stress kerja bersifat negatif pada hubungan OCB
terhadap kinerja.
kinerja seseorang.
baik, maka perilaku OCB perawat rumah sakit di Kota Bengkulu semakin
di Kota Bengkulu karena dengan adanya sumber daya pekerjaan yang baik
kinerja.
Walaupun tidak signifikan, namun efek stress kerja bersifat negatif pada
yang lebih baik. Oleh karena itu diperlukan stress pada pekerjaan yang
Manusia baik bagi Rumah Sakit atau Institusi lainnya (Praktis). Untuk keperluan
untuk mengambil variabel lain selain Big Five Personality, OCB, Stress dan
Kinerja, seperti teori pengawasan pimpinan, disiplin kerja serta kepuasan kerja
sebagai variabel moderasi. Disamping itu juga riset selanjutnya bisa menguji
untuk tenaga kesehatan atau non kesehatan, serta dari perawat swasta atau
Aparatur Sipil Negara (ASN). Selain itu juga penelitian selanjutnya hendaknya
diikuti oleh observasi dan wawancara yang terstruktur guna melengkapi informasi
Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) serta menemukan teori batu untuk
Penelitian ini hendaknya juga dapat diterapkan pada instansi lain diluar
tenaga kesehatan, misalnya pada perawat BUMN, Aparatur Sipil Negara (ASN)
meminimalisir stress kerja yang dihadapi, seperti kita ketahui bahwa stress
berpengaruh positif terhadap kinerja. Kinerja akan optimal jika tidak ada stress
kerja didalam organisasi atau rumah sakit. Selain itu juga dukungan instansi
keberhasilan kinerja seperti kepribadian perawat yang baik yaitu usia dan masa
kerja perawat, dengan adanya kepribadian yang baik maka kinerja perawat tinggi
1. Pada penelitian ini hanya meninjau teori dari OCB, kepribdian dan stress
kerja. Sedangkan kinerja karyawan bisa dilihat dari sudut pandang dan teori
DAFTAR PUSTAKA
Almasitoh., & Hani. (2011). Stres kerja ditinjau dari konflik peran ganda dan
dukungan sosial pada perawat. Jurnal Psikologi Islam, 8, 63-82.
Almer, E.D., & Kaplan, S.E., 2002. The Effects of Flexible Work Arrangements
on Stressors, Burnout, and Behavioral Job Outcomes in Public
Accounting. Behavioral Research in Accounting, Vol. 14, Hal. 1-34.
Anatan & Ellitan, 2009. Stres: The high cost of highachievement. Garden City,
NY: Anchor Press
Astuti, I.G.A.M.Y. & Bagia, I.W.; Susila, G.P.A.J. (2016). Pengaruh Komunikasi
Internal dan Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Individu.
Azad, 2004. Stres, Depresi, dan Kecemasan, Sebab dan Akibat Serta
Penanggulangannya. Dalam Al Quran Ilmu Kedokteran Jiwa dan
Kesehatan Jiwa. Jakarta: Dana Bhakti Prima Yasa
Barkhordar, N.; Ahmadi, S.A.A.; Yavari, M.; Nadiri, M. (2016). The Relation
between Organizational Justice and Organizational Citizenship Behavior:
The Case of Department of Physical Education of Tehran. Journal
International Business Management, Vol.10, No.10.
Baumeister, R. F., J. J. Exline., & Somer. (1998). The victim role grude theory,
and two dimention of forgiveness, edited by E. L. Worthington. Dimention
of forgiveness, psychological research & technological. Philadelphia &
London: Templeton Perspective.
Beehr, T.A. & Newman, J.E., 2002. Job Stress, Employee Health and
Organizational Effectiveness: Analysis, Model and Literature Review,
Jorunal Applied Psychology, Vol. 4, Hal. 35-76
Bethlehem, R.A.I.; Allison, C.; Van Andel, E.M.; Coles, A.I.; Neil, K.; Baron-
Cohen, S. (2016). Does Emphaty Predict Altuarism in the Wild ?. Journal
of Neurosecience, University of Cambridge, October Edition.
Chin, W.W. (2014). The Partial Least Squares Approach to Structural Equation
Modeling. Publisher: University of Houston, Texas.
Cooper, D.R & Schindler, P.S., 2006, Bussines Research Methods, 9th edition.
McGraw-Hill International Edition.
Davis, K., & Newstrom, 2008. The Essence of Personnel Management and
Industrial Relations. Yogyakarta, Andi.
Dayakisni, T., & Hudaniah. (2009). Psikologi sosial. Malang: UMM Press.
Dayakisni, T., & Yuniardi, S. (2008). Psikologi lintas budaya edisi revisi. Malang:
UMM Press.
Debusscher, J.: Hofmans, J.; Fruyt, F.D.; Multiple Face (t) of State
Cinscientiousness Oredicting Task Performance and Organizational
Citizenship Behavior. Journal of Research in Personality, Vol.30, Issue
30.
Eom, K. & Kim, H.S. (2016). Intersubjective Norms: Cultural and Interpersonal
Perspective. Journal of Cross-Cultural Psychology, Vol.46, Issue 10.
Fisher, R.T. 2001. Role Stress, The Type A Behaviour Patter, And External
Perawat Job Satisfaction And Performance. Journal of Behavioral
Research In Accounting. Volume 13, Hal. 143-171.
183
Gibson, I,, Mondy, L. & Moorhead, 2006. Perilaku Organisasi, Jakarta: Erlangga.
Greenhaus, J.H & Beutell, 1985. Sources of Conflict between Work dan Family
Roles, The Academy of Management Review, Vol. 10, No 1, Hal. 76-88
Haan, J. & Jansen, D.J. (2011). Corporate Culture and Behavior: A Survey. DNB
Working Paper, No.334.
Habtoor, N.; Zumrah, A.R.; Disomimba, M.N.; Samad, N.S.A. (2016). Effect of
HRM Practices on Service Quality: Job Satisfaction as A Mediator
Variable. Proceedings of SOCIOINT 2016 3rd International Conference
on Education, Social Sciences and Humanities, Istanbul, Turkey.
Hair, J.F.; Black, W.C.; Babin, B.J.; Anderson, R.E. (2010). Multivariate Data
Analysis, Seventh Edition. Publisher: Pearson Prentice Hall.
Hudak, C.M., & Gallo, B.M. (1997). Keperawatan kritis: Pendekatan holistik, jilid
I. Jakarta: EGC.
Ilies, R.; Fulmer, I.S.; Spitzmuller, M.; Johnson, M.D. (2009). Personality and
Citizenship Behavior: The Mediating Role of Job Satisfaction. Journal of
Applied Psychology, Vol. 94, No. 4.
Ivancevich, J.M. & Mattenson, M.T., 2004. Stress and Work: A Manageral
Perspective, New York, McGraw Hill.
184
Jackson, A., & Schuller, R,S., 2004. Perilaku Keorganisasian, Jakarta: Salemba
Empat
Jamal., & Thoif, Z. (2009). Maafkanlah maka kamu akan sehat. Yogyakarta: Pintu
Hati.
John, Oliver P. & Srivastava, S. (1999). The Big-Five Trait Taxonomy: History,
Measurement, and Theoretical Perspectives. Handbook of personality:
Theory and research (2nd ed.). New York: Guilford (in press).
Jokela, M.; Bleidorn, W.; Lamb, M.E.; Gosling, S.D.; Rentfrow, P.J. (2014).
Geographically Varying Associations Between Personality and Life
Satisfaction in the London Metropolitan Area. Proceedings of National
Academy of Science of United State of America, Vol.112, No.3.
Judge, T.A.; Klinger, R.; Simon, L.S.; Yang, I.W.F. (2008). The Contributions of
Personality to Organizational Behavior and Psychology: Findings,
Criticisms, and Future Research Directions. Social and Personality
Psychology Compass, Vol. 2, No.5.
Kabene, S.M.; Orchard, C.; Howard, J.M.; Soriano, M.A.; Leduc, R. (2006). The
importance of human resources management in health care: a global
context. Journal Human Resources For Health, Vol4. No.20.
Kandler, C.; Riemann, R.; Angleitner, A.; Spinath, F.M.; Borkenau, P.; Penke, L.
(2016). The Nature of Creativity: The Roles of Genetic Factors,
Personality Traits, Cognitive Abilities, and Environmental. Journal of
Personality and Social Psychology, Vol.1, Issue 1.
Khan, S.K.; Feng, C.F.; Zhen, C.W.; Leong, L.H.; Yee, T.Y.; Zhi, Y.W. (2015).
The Factors affecting Organization Citizenship Behavior: A Study in the
Fitness Industry. International Journal of Recent Advances in
Organizational Behaviour and Decision Sciences, Vol.1, Issue 2.
185
Kim, H.J. (2016). Intention to Continue Using A Social Network Site: Effects of
Personality Traits and Site Quality. Social Behavior and Personality: An
International Journal, Vol.44, No.9.
Koo & Sim, 2009. An Analysis of Job Stress Outcomes among Bank Internal
Perawats. Bank Accounting and Finance, Hal. 39-43.
Kreitner & Kinicki, 2005. Healthy Lifestyle as a Coping Mechanism for Role
Stress in Public Accounting. Behavioral Research In Accounting No. 22,
Hal. 21-41.
Kristanto., Andreas, A., Dewi, K.S., & Dewi, E.K. (2009). Faktor-faktor
penyebab stres kerja pada perawat ICU rumah sakit tipe C di Kota
Semarang. Jurnal Psyche. Accessed on January 15, 2012 from
eprints.undip.ac.id/10782/1/(jurnal)- andreas_agung_k.pdf.
Lager, K.A.; Charles, S.T.; Turuano, N.A.; Almeida, D.M. (2016). Personality
and Stressor-Related Affect. Journal of Personality and Social
Psychology, Vol.1, No.1.
Lee, J.J.; Lee, C.; Lin, C.L. (2015). The Impact of Employee Loyalty and
Organizational Citizenship Behavior On Organizational Performance: A
Case of Taiwan-Listed Famility Business. International Journal of
Information Technology and Business Management, Vol. 41, No.1.
Lian, L.K. & Tui, L.G. (2012). Leadership Styles and Organizational Citizenship
Behavior: The Mediating Effect of Subordinates’ Competence and
Downward Influence Tactics. Journal of Applied Business and
Economics, Vol.13, No. 2.
McCare, R.R. (2010). The Place of the FFM in Personality Psychology. Journal
Psychological Inquiry, No.21.
McCullough, M.E., Everettm, L., Worthington., Kenneth, C., & Rachal. (1997).
Interpersonal forgiving in close relationships. Journal of Personality and
Social Psychology, 73, 321-336.
Militaru, C. & Zanfir, A. (2012). The Influence of Organizational Culture over the
Ethical Principles in International Businesses. International Journal of
Academic Research in Accounting, Finance and Management Sciences
Volume 2, Special Issue 1.
Misha, F.; Youshan, B.B.; Hasan, Z. (2015). The Effect of Employees Personality
On Organizational Performances: Study on Prudential Assurance Malaysia
Berhad. International Journal of Accounting, Business and Management,
Vol.1. No.1.
Mitic, S.; Vukonjanski, J.; Terek, E.; Glogorovic, B.; Zotic, K. (2016).
Organizational Culture and Organizational Commitment: Serbian Case.
Journal of Engineering Management and Competitiveness, Vol.6, No.1.
More, M., 2000. Work Environment and Organization, New Jersey: Prentice Hall,
Nashori, F., Iskandar., Kusdwiratri, S., & Siswadi. (2011). Orientasi nilai budaya
dan pemaafan pada mahasiswa. Jurnal Psikologia, 6, 15-21.
Nashori, F., Tb. Zulrika, I., Kusdwiratri, S. A., & Gimmy, P. S. (2011). Tema-
tema pemaafan mahasiswa Yogyakarta. Laporan Penelitian. Yogyakarta:
Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat UII.
Patki, S.M. & Abhyankar, S.C. (2016). Big Five Personality Factors as Predictors
of Organizational Citizenship Behavior: A Complex Interplay. The
International Journal of Indian Psychology, Vol.3, Issu 2.
Peurseum, 2004. Stress and Burnout: The Significant Difference. Personality and
Individual Difference, No. 39, Hal. 625-635.
Rahman, F. (2010). Strategi coping perawat rumah sakit jiwa daerah Surakata.
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Accesed on September 22, 2012
from etd.prints.ums.ac.id.
Reitz, A.K.; Zimmerman, J.; Hutteman, R.; Neyer, F.J. (2014). How Peers Make a
Difference: The Role of Peer Groups and Peer Relationships in Personality
Development. European Journal of Personality, May Edition.
Rivai, V., & Sagala. (2004). Manajemen sumber daya manusia edisi 2. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
Rizzo, J.R., R.J. House dan S.I. Lirtzman.1970. Role Conflict and Ambiguity
in Complex Organizations. Administra- tive Science Quarterly, Vol. 15,
No. 2, Hal.150-163.
Robbin, S.P. & Judge, T.A. (2016). Organizational Behavior, 17th Edition.
Publisher: Pearson.
Robbins, S. P. (2004). Teori organisasi, struktur, desain, dan aplikasi. New Jersey:
Prentice Hall.
Robkob, D., Seigel, S., & Marcon, M. 2012. Perilaku Organisasi. Edisi Bahasa
Indonesia, Surabaya: Citra Media.
Romle, A.R.; Talib, N.F.M.; Shahuri, N.S.S. (2016). The Relationship Between
Organizational Citizenship Behavior and High Performance Organization
189
Rothmann, S. & Coetzer, E.P. (2003). The Big Five Personality Dimensions and
Job Performance. Journal of Industrial Psychology, Vol.29, No.1.
Salgado, J.F. (1997). The Five Factor Model of Personality an Job Performance in
Sanhaji, A.; Soetjipto, B.E.; Suharto (2016). Pengaruh Keadilan Organisasi dan
Budaya Organisasi Terhadap Perilaku Kewargaan Organisasi Melalui
Komitmen Organisasi dan Kepuasan Kerja. Jurnal Pendidikan: Teori,
Penelitian, dan Pengembangan, Vol. 1, No.5.
Seigel, S., & Marcon, M., 2009. The Impact of Exercised Responsibility,
Experience, Autonomy, and Role Ambiguity on Job Performance in Public
Accounting. Journal of Managerial Issues, No. 3, Hal. 327-347.
Soepono, D.N. & Srimulyani, V.A. (2015). Analisis Pengaruh The Big Five
Personality Terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) dan
Kinerja Perawat di RS Santa Clara Madiun. Jurnal Manajemen Indonesia,
Vol.15, No.1.
Thompson., Laura, Y., Snyder., Lesa, H., Scott, T., Michael., Heather.,
Rasmussen., Laura., Billings., Laura. H., Jason, E., Neufeld., Shorey.,
Roberts, J.S., & Roberts, D.E. (2005). Dispositional forgiveness of self,
other, and situation. Journal of Social and Personality Psychology, 73,
313-359.
Tsai, M.T. and Shis, C.M., 2005. “The Influence of Organizational and Personal
Ethic On Role Conflict Among Marketing Manager: An Empirical
Investigation.” Journal of Management International, Vol. 22.
Webb, M., Chickering., Colburn., Heisler, D., & Call, S. (2005). Religiosity and
dispositional forgiveness. Review of Religious Research, 46, 355-370.
Wendell & Aono, 2004. Komunikasi Antar Manusia, Professional Books, Jakarta
Wijono, S. (2006). Pengaruh kepribadian tipe A dan peran terhadap stres kerja
manajer madya. Insan Jurnal Psikologi Universitas Airlangga, 8, 188-197.
Yeun, Y.R. & Han, J.W. (2016). Effect of Nurses’ Organizational Culture,
Workplace Bullying and Work Burnout on Turnover Intention.
International Journal of Bio-Science and Bio-Technology, Vol.8, No.1.
Zikmund W.G., Babin BJ., Carr J.C & Grifin M., 2010. Business research
Methods, (8Th ed). SouthWesterm: Cengage Learning
192
INSTRUMEN PENELITIAN
A. Personality (X1):
Extraversion
1 Saya biasa meramaikan suasana dalam
pekerjaan.
2 Saya siap membantu rekan kerja jika
diperlukan.
3 Saya biasa bercengkerama dengan rekan-
rekan kerja.
4 Saya dianggap energik oleh rekan-rekan
kerja.
Neuroticism
5 Setiap pekerjaan yang direncanakan
dengan teliti biasanya berhasil menghindari
kesalahan.
6 Dalam kondisi tekanan kerja, individu bisa
mengendalikan diri.
7 Bekerja keras untuk meraih target
pekerjaan dilakukan oleh setiap individu.
8 Seluruh individu selalu bertanggungjawab
terhadap pelaksanaan pekerjaan.
Conscientiousness
9 Seluruh individu melaksanakan tugas
sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.
10 Seluruh individu melaksanakan tugas
dengan penuh kehati-hatian.
11 Seluruh individu melaksanakan tugas
secara teratur, rapih, tidak kusut.
12 Seluruh individu melaksanakan tugas
dengan penuh kesadaran dan kerelaan.
Openness
13 Setiap individu tertarik pada hal-hal yang
lebih kreatif dalam melaksanakan
pekerjaan.
14 Setiap individu siap menerima ide-ide baru
dalam melaksanakan pekerjaan.
15 Setiap individu selalu berusaha
meningkatkan nilai tambah terhadap
pekerjaan.
16 Setiap individu selalu bergairah menerima
ide-ide baru dalam pelaksanaan pekerjaan.
Agreeableness
17 Setiap individu selalu memaafkan
kesalahan rekan-rekan dalam pekerjaan.
18 Setiap individu siap membantu siapapun
yang membutuhkan dalam pekerjaan.
19 Setiap individu selalu menunjukkan rasa
empati kepada orang lain.
20 Setiap individu lebih mendahulukan
193
C. OCB-Behavior (X3):
Altuirism
1 Saya biasa membuat
pernyataan konstruktif
tentang organisasi dan
kelompok kerja.
2 Saya biasa membantu
individu lain dalam satu tim
jika ada yang mengalami
kesulitan dalam pelaksanaan
tugas.
3 Saya sudah menyampaikan
ide-ide kreatif tentang cara
memuaskan pasien dan
keluarganya.
4 Kadang-kadang saya
mengambil alih tugas rekan
sesama perawat yang sedang
berhalangan.
Conscientiousness
5 Saya seringkali
mengerjakan pekerjaan
keperawatan jauh melebihi
batas yang diharuskan
individu.
6 Bagi saya melaksanakan
tugas dengan sepenuh
kemampuan yang dimiliki
adalah kewajiban.
7 Saya kadang-kadang
mengajukan diri untuk
pekerjaan ekstra dalam
situasi yang mendesak.
8 Saya tidak merasa keberatan
menyelesaikan pekerjaan
melebihi kewajiban sebagai
perawat.
Sportsmanship
9 Saya bisa menerima kritikan
sesama rekan kerja demi
untuk keutuhan tim.
10 Saya menghindari konflik
dengan rekan kerja maupun
dengan keluarga pasien.
195
11 Saya menyatakan
penghargaan terhadap hasil
kerja rekan yang lain.
12 Bagi saya jika tidak puas
terhadap manajemen rumah
sakit, cukup dipendam dan
berusaha sabar.
Courtesy
No Pernyataan STS TS KS S SS
13 Sebagai individu rumah sakit, maka saya
senantiasa menunjukkan sikap hormat kepada
pasien dan keluarganya.
14 Dalam melaksanakan tugas saya bersikap
sopan dan santun kepada pengunjung rumah
sakit.
15 Terhadap sesama rekan kerja saya bersikap
sopan dan santun dalam berkomunikasi.
16 Dalam menyampaikan fikiran saya tetap
menjaga omongan supaya tidak menyinggung
perasaan orang lain.
Civic Virtue
17 Saya ikut bertanggungjawab terhadap
peningkatan kinerja individu rumah sakit.
18 Saya ikut memberikan saran dan kritikan yang
bersifat membangun.
19 Saya ikut mendinginkan suasana dalam
kondisi beredar isu-isu negatif yang sifatnya
gossip.
20 Bagi saya misi rumah sakit adalah
tanggungjawab bersama untuk
menyelesaikannya.
196
Kuantitas Pekerjaan
1 Capaian volume kerja saya sudah sesuai
dengan standar rencana kinerja rumah
sakit.
2 Saya berhasil mencapai target volume kerja
individu yang direncanakan.
3 Capaian volume kerja saya sudah sesuai
dengan standar waktu yang saya
perkirakan.
4 Capaian volume kerja saya sudah sesuai
dengan standar waktu yang ditetapkan
rumah sakit.
Kualitas Pekerjaan
5 Raihan volume kerja yang saya selesaikan
telah sesuai dengan standar mutu yang
ditetapkan rumah sakit.
6 Capain volume kerja saya sudah sesuai
dengan kompetensi perawat.
7 Saya berhasil mencapai target pekerjaan
dalam waktu yang sudah direncanakan.
8 Dalam memenuhi target volume kerja, saya
laksanakan dengan penuh ketelitian.
Kerja Sama
9 Dalam melaksanakan pekerjaan, saya biasa
bekerjasama dalam satu tim yang
ditentukan rumah sakit.
10 Pada saat anggota tim ada yang mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaan,
saya memberikan bantuan sesuai dengan
kebutuhan pelayanan rumah sakit.
11 Pada kondisi sedang mengalami
permasalahan, saya selalu mengikuti
diskusi pemecaha masalah bersama.
12 Diantara sesama anggota tim kerja, saya
sudah sering memberikan masukan untuk
kesempurnaan pekerjaan tim.
Pemanfaatan Waktu
13 Pada saat waktu luang, saya selalu
membaca buku, majalah, artikel yang berisi
pengetahuan baru tentang kompetensi
perawat rumah sakit.
14 Di sela-sela kesibukan kerja, saya biasa
197
Tahap : 2
205
Tahap : 4
207
208
209
210
211
212