Nanang Alfian *)
ABSTRAK
Budaya organisasi merupakan salah satu aspek penting dalam pencapaian tujuan
organisasi, termasuk dalam mempengaruhi profesionalisme. RS PKU Muhammadiyah dan
RSUD diasumsikan memilki kekuatan budaya organisasi yang berbeda dalam meningkatkan
tingkat profesionalisme perawat. Tujuan peneliti adalah mengetahui perbedaan pengaruh
kekuatan budaya dengan profesionalisme di RS PKU Muhammadiyah dan RSUD
Temanggung. Studi dilakukan adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional
pada 55 perawat di RS PKU dan 69 perawat RSUD di Temanggung. Kuesioner dipergunakan
untuk pengumpulan data yang telah diuji oleh pakar manajemen (content validity).
Hasil penelitian di RS PKU Muhammadiyah Temanggung menggambarkan adanya
suatu hubungan positif (r = 0,445) yang bermakna antara budaya organisasi dengan
profesonalisme dan hasil penelitian di RSUD Temanggung juga menggambarkan adanya suatu
hubungan yang positif (r = 0,429) yang bermakna antara budaya organisasi termasuk dengan
tingkat profesionalisme perawat, (p < 0,0001). Melalui uji komparasi t independent didapatkan
hasil ada perbedaan bermakna antara pengaruh kekuatan budaya organisasi dan
profesionalisme perawat di RS PKU Muhammadiyah dan RSUD Temanggung. Dimana
kekuatan budaya di RS PKU Muhammadiyah Temanggung lebih kuat dalam meningkatkan
profesionalisme dibandingkan dengan RSUD Temanggung. Hal ini memang menunjukkan
bahwa kekuatan budaya organisasi memang berpengaruh terhadap tingkat profesionalisme
perawat, disamping ada faktor lain yang mempengaruhi profesionalisme.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan perlu adanya upaya, baik dari pihak rumah
sakit maupun profesi keperawatan di RS PKU Muhammadiyah Temanggung dan RSUD
Temanggung dalam mengembangkan sebuah sistem dimana nilai-nilai budaya organisasi yang
dikembangkan rumah sakit dapat diperkuat.
Kata kunci : Komparasi Kekuatan Budaya Organisasi, Tingkat Profesionalisme
PENDAHULUAN
Rumah sakit adalah suatu organisasi profesi dalam pelayanan terhadap penderita.
yang unik dan kompleks karena `merupakan Di samping melaksanakan fungsi pelayanan
institusi yang padat karya, mempunyai sifat- kesehatan masyarakat, rumah sakit juga
sifat dan ciri-ciri serta fungsi-fungsi yang mempunyai fungsi pendidikan dan
khusus dalam proses menghasilkan jasa penelitian (Depkes RI, 2003).
medik dan mempunyai berbagai kelompok
Rumah sakit di Indonesia pada Budaya organisasi memiliki aspek-
awalnya dibangun oleh dua institusi. aspek seperti nilai-nilai, ritual-ritual,
Pertama adalah pemerintah dengan maksud penghargaan terhadap pahlawan yang
untuk menyediakan pelayanan kesehatan diyakini mempengaruhi kinerja perusahaan.
bagi masyarakat umum terutama yang tidak Menurut Bratakusumah (2002), nilai-nilai
mampu. Kedua adalah institusi keagamaan (values) adalah ukuran yang mengandung
yang membangun rumah sakit nirlaba untuk kebenaran dan kebaikan tentang keyakinan
melayani masyarakat miskin dalam rangka dan perilaku organisasi yang paling dianut
penyebaran agamanya. Hal yang menarik dan digunakan sebagai budaya kerja dalam
akhir-akhir ini adalah adanya perubahan pengambilan keputusan dan pelaksanaan
orientasi pemerintah tentang menejemen kegiatan Visi dan Misi Organisasi.
rumah sakit di mana kini rumah sakit Keberadaan budaya akan berpengaruh
pemerintah digalakkan untuk mulai terhadap seluruh aspek organisasi, termasuk
berorientasi ekonomis. Untuk itu, lahirlah profesionalisme karyawan.
konsep Rumah Sakit Swadana di mana
investasi dan gaji pegawai ditanggung Berdasarkan pendapat para ahli
pemerintah namun biaya operasional rumah (Gibson, 2003; Robbins, 2001) dapat
sakit harus ditutupi dari kegiatan pelayanan disimpulkan bahwa tingkat profesionalisme
kesehatannya dengan demikian, kini rumah karyawan cenderung dipengaruhi oleh
sakit mulai memainkan peran ganda, yaitu budaya organisasi yang berlaku. Menurut
tetap melakukan pelayanan publik sekaligus Ilyas (1999), interaksi yang kompleks dari
memperoleh penghasilan (laba) atas kinerja sejumlah individu dalam organisasi
operasionalisasi pelayanan kesehatan yang mempengaruhi kinerja organisasi tersebut.
diberikan kepada masyarakat (Depkes RI, Menurut Widodo (2005) kinerja individu
2003) dan kinerja organisasi memiliki keterkaitan
yang sangat erat. Pencapaian tujuan
Dalam menyelenggarakan kegiatan organisasi tidak bisa dilepaskan dari sumber
pelayanan rumah sakit, peranan sumber daya yang dimiliki oleh organisasi yang
daya manusia sangat penting. Tangkilisan digerakkan oleh sekelompok orang yang
(2002) menyatakan bahwa unsur manusia berperan aktif sebagai pelaku dalam
merupakan unsur penting, karena manusia pencapaian tujuan organisasi tersebut.
selalu berperan aktif dan dominan dalam
setiap organisasi. Manusia adalah Berdasarkan survei budaya
perencana, pelaku sekaligus penentu organisasi selama 15 tahun lebih dari 1000
terwujudnya tujuan organisasi. Menurut organisasi diberbagai bidang dan melibatkan
Lako (2004) Manajemen sumber daya lebih dari 40.000 ribu individu, Denison
manusia merupakan sarana untuk (2000) mengembangkan konsep tentang 4
meningkatkan kualitas manusia, dengan karakteristik budaya yang diidentifikasi
memperbaiki sumber daya manusia, sebagai budaya organisasi yang mempunyai
meningkatkan pula kinerja dan daya hasil pengaruh besar dalam kinerja organisasi.
organisasi, sehingga dapat mewujudkan Karakteristik budaya tersebut meliputi :
pegawai yang memiliki disiplin dan kinerja keterlibatan (involvement), penyesuaian
yang tinggi sehingga diperlukan pula peran (adaptability), konsistensi (consistency) dan
yang besar dari pimpinan organisasi. Dalam misi (mission), yang menggambarkan
meningkatkan kinerja pegawai diperlukan besarnya fokus organisasi pada faktor
analisis terhadap faktor-faktor yang internal dan eksternal organisasi.
mempengaruhinya dengan memperhatikan
Semua organisasi memiliki budaya,
kebutuhan dari para pegawai, diantaranya
namun tidak semua budaya organisasi sama
adalah terbentuknya budaya organisasi yang
kuatnya dalam mempengaruhi perilaku dan
baik dan terkoordinasi.
tindakan para karyawan. Budaya yang kuat
(strong culture) yaitu, budaya yang Quinn dan Smith (1987) dalam
menanamkan nilai-nilai utama secara kokoh Huber (2000) menegaskan bahwa klaim
dan diterima secara luas di kalangan para keperawatan itu sebuah profesi adalah
karyawan,memilki pengaruh yang lebih sumber dari banyak isu utama dalam
besar terhadap perilaku para karyawan keperawatan. ini adalah karena perilaku
dibandingkan dengan budaya yang lemah. perawat, sikap masyarakat, dan jenis
Semakin tinggi tingkat penerimaan para lembaga sosial yang mencakup praktek
karyawan terhadap nilai-nilai pokok keperawatan. keperawatan telah
organisasi dan semakin besar komitmen digambarkan sebagai wilayah abu-abu kerja
mereka pada nilai-nilai tersebut, Robbins karena beberapa perawat menganggap
(2010). dirinya sebagai profesional dan bertindak
sesuai, sedangkan yang lainnya tidak,
Penting sebuah organisasi untuk sebagian masyarakat memperlakukan
memiliki budaya yang kuat adalah akan perawat sebagai profesional, tetapi orang
memberikan kesetiaan yang lebih besar dari lain tidak dan di beberapa institusi perawat
pada karyawan dalam organisasi yang profesional otonom, sedangkan di lain
memiliki budaya lemah. Dari sebuah mereka tergantung. Inkonsistensi ini
penelitian juga terungkap bahwa budaya menciptakan masalah untuk
organisasi yang kuat cenderung mengklasifikasikan keperawatan baik
memperlihatkan hubungan dengan kinerja sebagai profesi atau pekerjaan non-
organisasi yang baik Robbins (2010). Bila profesional. Keperawatan telah berjuang
nilai-nilai pokok organisasi dapat dipahami dengan unsur ukuran besar, keragaman
secara jelas dan diterima secara luas, para tingkat persiapan pendidikan, gender, dan
karyawan akan mengetahui apa yang harus perbedaan kerja intra dalam pencarian status
dikerjakan dan apa yang diharapkan dari diri profesi penuh.
mereka, sehingga mereka selalu dapat
bertindak dengan cepat untuk mengatasi Melemahnya kinerja perawat akan
berbagai permasalahan secara profesional. terlihat pada buruknya kualitas kerjanya
yang ditunjukkan antara lain: tingginya
Profesional adalah orang yang tahu angka kemangkiran (absensi) perawat,
akan keahlian dan keterampilannya, sering terlambatnya perawat masuk kantor
meluangkan seluruh waktunya untuk atau pulang lebih cepat dari jam yang telah
pekerjaan atau kegiatannya, hidup dari satu ditentukan, menurunnya semangat dan
serta bangga akan pekerjaannya (Moore gairah kerja, sering terjadinya konflik antar
1970 dalam Hasyim dan Prasetyo 2012) . perawat, tidak terlaksananya supervisi,
Moore menyatakan bahwa seorang kurangnya kinerja perawat yang menganut
profesional wajib mengembangkan budaya-buadaya organisasi yang diterapkan
profesionalismenya. Pengembangan serta pasien tidak diberikan pelayanan yang
profesional dapat dicapai melalui kewajiban bagus baik dari bio,psiko,sosio dan spiritual.
belajar (menguasai lebih banyak Dampak dari kinerja yang rendah akan
pengetahuan teknis) dan bukan hanya menurunkan keprofesionalan perawat dalam
melalui interaksi dengan klien. memberikan asuhan keperawatan, kinerja
Profesionalisme merupakan suatu tingkah yang baik harus ditegakkan dalam suatu
laku, suatu tujuan, atau suatu rangkaian rumah sakit yang memberikan pelayanan
kualitas kegiatan yang menunjukkan sebuah kepada pasien dan masyarakat, tanpa
bentuk profesi. Profesionalisme juga dukungan dari kinerja perawat yang baik
mengandung pengertian menjalankan suatu sulit rumah sakit untuk mewujudkan
profesi untuk keuntungan atau sumber tujuannya dalam menciptakan
penghidupan. Disamping itulah propesionalisme perawat.
profesionalisme, ada istilah yaitu profesi.
Dapat disimpulkan bahwa tingkat pencerminan Budaya, FAST yang
profesionalisme perawat dalam melakukan menggunakan sifat-sifat Rosulullah yaitu
tindakan asuhan keperawatan cenderung Fatonah, Amanah, Sidiq, dan Tabligh yang
dipengaruhi oleh kuatnya budaya organisasi merupakan pencerminan ajaran agama
rumah sakit. Sehingga karyawan dapat Islam.
menumbuhkan sikap loyalitas, mengerti
tujuan organisasi serta mengerti perilaku Berdasarkan hasil wawancara
mana yang dipandang baik dan tidak baik. dengan 2 Kepala Ruangan, bahwa dalam
Akan tetapi tidak semua rumah sakit menanamkan budaya SOFT and FAST,
memiliki budaya yang kuat dan kekuatan kepala ruang sebagai Role Model (sebagai
budaya disuatu rumah sakit bisa berbeda- contoh) untuk menerapkan budaya yang
beda. ditetapkan oleh rumah sakit sebelum
diterapkan kepada perawat lain diruangan,
Berdasarkan hasil analisis visi dan selain itu perawat juga menerapkan budaya
misi beberapa rumah sakit yang berbasis saling mengingatkan apabila salah satu dari
agama, dalam hal ini Muhammadiyah rata- perawat lupa akan tugas yang seharusnya
rata dari rumah sakit tersebut menerapkan dilakukan,bekerjasama dengan tim dalam
pelayanan yang berbasis islami yaitu setiap melakukan tindakan keperawatan
pelayanan yang diberikan kepada yang dilakukan dalam mencapai tujuan
masyarakat dengan memberikan pelayanan organisasi. Selain itu dari hasil wawancara
yang sebaik mungkin demi terwujudnya dengan Kepala Diklat RS. PKU.
pelayanan yang bermutu dan berlandaskan Muhammadiyah dan 2 perawat, dilihat dari
keikhlasan dan keimanan kepada sang maha hasil penilaian budaya organisasi rumah
pencipta dan merupakan perwujudan sakit, bahwa perawat yang sudah mampu
keimanan pada ALLAH SWT. Dari semua menerapkan budaya yang telah diterapkan
pelayanan keperawatan yang di berikan rumah sakit sebanyak 70 – 75%. Sedangkan
kepada masyarakat semata- mata untuk yang 30% masih diupayakan untuk
mendapat ridho dari sang maha pencipta, diterapkan. Selain itu berdasarkan informasi
yang mana pelayanan yang diberikan yang didapatkan dari kepala ruang bahwa,
kepada masyarakat bersumber dari hati komplen-komplen yang diungkapkan pasien
nurani, hati yang ikhlas, bekerja dengan lebih banyak pada Dokter dibandingkan
sungguh-sungguh, bertanggung jawab serta dengan komplen terhadap perawat. Dan
melakukan asuhan keperawatan dengan berdasarkan dengan hasil wawancara
senang hati tanpa mengharapkan imbalan dengan kepala ruang dan perawat bahwa
dari masyarakat yang telah dilayaninya. keprofesionalan dalam melaksanakan
tindakan Keperawatan berdasarkan SOP
Studi pendahuluan yang dilakukan di masih ada yang lupa melaksanakan sesuai
rumah sakit PKU Muhammadiyah dengan standar SOP, jadi berdasarkan
Temanggung pada tanggal 10 April 2013 , penomena diatas dapat disimpulkan bahwa
managemen rumah sakit bertekad budaya yang diterapkan di rumah sakit
memberikan pelayanan terbaik atau service belum sepenuhnya dapat diterapkan dalam
exellent terhadap semua pelanggan. Hal ini mencerminkan keprofesionalan seorang
dituangkan dalam sebuah kebijakan mutu perawat.
yang menuntun setiap petugas di rumah
sakit untuk bertindak dan berperilaku Menurut pendapat Gibson (2003)
dengan selalu tersenyum (smile) baik menyatakan “sikap terhadap karakteristik
diwajah maupun hatinya, dengan hati yang pekerjaan secara positif dapat
terbuka (openherated), bersikap seolah menumbuhkan semangat kerja dan untuk
sebagai teman atau saudara secara pribadi mencapai prestasi kerja yang optimal”.
terhadap pelanggan (friendly), dan lembut Perawat yang memiliki sikap positif
(tenderly), SOFT yang merupakan terhadap karakteristik pekerjaannya maka
perawat tersebut akan semakin berorientasi diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
di bidang pekerjaannya. Perawat akan demi tercapainya tujuan organisasi. Adapun
menekuninya dan konsentrasi, komplain yang pernah disampaikan oleh
bertanggungjawab disertai perasaan senang pasien terhadap tindakan keperawatan
sampai diperoleh hasil yang memuaskan dan adalah kurangnya komunikasi antara pasien
tinggi kualitasnya dan akan berusaha dengan perawat, begitu juga dengan perawat
semaksimal mungkin untuk kepada pasien dan selain itu care
mengembangkan agar mencapai prestasi (kepedulian perawat terhadap pasien kurang
tinggi dalam perusahaan. Sedangkan Sigit memuaskan). Sedangkan dari hasil yang
(2003) menyatakan bahwa, suatu pekerjaan diperoleh di ruangan ICU adalah, secara
yang menarik bagi karyawan dan garis besar sistem yang diterapkan diruang
menyenangkan untuk dikerjakan dapat Dahlia dan ICU hampir sama, namun yang
menimbulkan motivasi bagi karyawan. membedakan antara ruang Dahlia dan ICU
adalah, ruang ICU lebih menanamkan
Berdasarkan hasil sudi pendahuluan sistem Religius ( tidak mengharapkan
di RSUD Temanggung pada tanggal 25 imbalan, ikhlas, selalu berdoa, serta
April 2013, diperoleh data yang melakukan tindakan keperawatan dilakukan
menunjukkan bahwa manajemen yang dengan hati yang tulus dan senang).
diterapkan di RSUD Temanggung untuk Berdasarkan penjelasan dari 2 kepala
meningkatkan kualitas pelayanan dengan ruangan tersebut, sistem MPKP sudah
menggunakan strategi MPKP (Model diterapkan oleh perawat di masing-masing
Praktik Keperawatan Profesional). ruangan tersebut dalam meningkatkan
Wawancara yang dilakukan pada 2 kepala profesionalisme perawat.
ruang dengan ruangan yang berbeda, di
ruang Dahlia sistem MPKP yang diterapkan Apabila dibandingkan dengan
adalah pembentukan Tim, dimana tim Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) yang
tersebut memiliki ketua tim, yang dimana berlandasan dari peraturan Pemerintah
masing-masing individu dari tim tersebut dimana menerapkan pelayanan keperawatan
bertanggung jawab terhadap 10 pasien. berdasarkan peraturan-paraturan yang sudah
Setiap mengawali dan mengakhiri kegiatan diterapkan oleh pemerintah, namun apabila
perawat melakukan pre dan post dilihat dari tindakan dan pelayanan
comference, yang bertujuan untuk keperawatan yang diberikan kepada
melanjutkan intervensi yang dilakukan oleh masyarakat tidak jauh beda dengan tindakan
perawat dan rencana yang akan dilakukan dan pelayanan keperawatan di rumah sakit
untuk menindak lanjuti intervensi yang akan berbasis agama yaitu melayani dengan
dilakukan serta mengevaluasi hasil kinerja sepenuh hati, bertanggungjawab, ikhlas
yang telah dilakukan oleh perawat. Selain dalam melayani, serta senang hati dalam
itu bila terdapat permasalahan di dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
ruangan tersebut, maka masalah tersebut dan demi terwujudnya pelayanan yang
akan diselesaikan secara musyawarah bermutu dan kepuasan pasien dalam
bersama seluruh perawat yang ada menerima asuhan keperawatan. Dilihat dari
diruangan tersebut. Dalam melakukan sudut pandang bahwa seharusnya budaya
tindakan keperawatan yang profesional, yang diterapkan lebih kuat dirumah sakit
ruangan menerapkan budaya saling berbasis agama namun dalam kenyataannya
menghormati sesama perawat dan pasien, dalam memberikan asuhan keperawatan
serta menanamkan sistem kekeluargaan kepada pasien tidak jauh beda dengan
dalam melakukan tindakan keperawatan dan rumah sakit umum daerah, sedangkan
di dalam ruangan tersebut telah melakukan menurut teori Robbins (2010), bahwa
sistem kekeluargaan antara perawat dan budaya yang kuat menentukan tingkat
perawat dan perawat dengan pasien, hal itu profesionalisme perawat. Berdasarkan
kesimpulan tersebut, maka perlu dikaji juga akan digambarkan dalam masing-
kembali perbedaan pengaruh kuatnya masing karakteristik budaya organisasi
budaya organisasi dirumah sakit berbasis (keterlibatan, penyesuaian, konsistensi
agama dengan rumah sakit umum terhadap dan misi) tersebut. Setiap karakteristik
tingkat profesionalisme perawat. budaya organisasi dijelaskan dengan
menggunakan nilai rata-rata dan persentil
juga.
METODE PENELITIAN Tabel 5.1. Rata-rata Nilai dan
Letak Persentil Budaya Organisasi
Penelitian ini adalah penelitian di RS PKU Muhammadiyah
komparatif yaitu mengkaji perbandingan Temanggung
terhadap pengaruh (efek) pada kelompok
subjek tanpa adanya suatu perlakuan dari Karakteristik Rerata Letak
peneliti (Nursalam, 2008). Desain penelitian Budaya Nilai Percentil
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Organisasi
rancangan cross sectional, yaitu jenis Keterlibatan 2,55 58
penelitian yang menekankan waktu Penyesuaian 2,40 61
pengukuran/observasi data variabel Konsistensi 2,60 40
independen dan dependen hanya satu kali Misi 2,85 56
pada satu saat (Nursalam, 2008). Desain ini Budaya 2,59 51
untuk mengetahui perbedaan pengaruh Orgnisasi
kekuatan budaya terhadap tingkat Keterangan: nilai maksimum 3
profesionalisme perawat antara rumah sakit
PKU Muhammadiyah dan RSUD di Berdasarkan sebaran data pada
Temanggung. Tabel 5.1 terlihat nilai misi dengan rata-
rata adalah 2,85 (nilai maksimum 3).
HASIL PENELITIAN Nilai tersebut terletak pada persentil 51,
yang berarti rerata tersebut berada di 51
A. Budaya Organisasi
% perawat lebih menonjol dibandingkan
1. RS PKU Muhammadiyah
dengan nilai-nilai yang lain. Hal ini
Temanggung
menunjukkan nilai misi lebih kuat
Pada tabel 5.1 digambarkan nilai
dirasakan oleh para kalangan perawat
rata-rata dan letak percentil dari nilai
ruangan di RS PKU Muhammadiyah
budaya organisasi di RS PKU
Temanggung.
Muhammadiyah Temanggung.
2. RSUD Temanggung
Berdasarkan penilaian perawat, nilai-nilai
Nilai rata-rata budaya
budaya dasar yang sudah tertanam secara
organisasi berdasarkan penilaian perawat
rata-rata adalah sebesar 2.59. Jika
RSUD Temanggung adalah 1,98 (dengan
diproporsikan dengan nilai maksimum,
nilai maksimum 3 maka proporsinya
yaitu 3, maka nilai rata-rata tersebut
adalah 66%). Dengan letak persentil 46,
mencapai 68,3 %. Dengan letak persentil
maka diketahui bahwa perawat RSUD
berada pada 51, menunjukkan bahwa 51
Temanggung yang menilai penerapan
% perawat menilai penerapan nilai-nilai
budaya pada angka 1,98 adalah sebesar
dasar budaya organisasi berdasarkan
46%. Dilihat secara spesifik berdasarkan
konsep Denison tertanam cukup kuat di
4 karakteristik budaya organisasi, tidak
RS PKU Muhammadiyah Temanggung.
ada perbedaan yang bermakna, dimana
Budaya organisasi yang telah
nilai rata-rata berada pada rentang 1,92 –
diidentifikasi, selain digambarkan secara
2,09. Letak persentil menunjukkan
umum, yaitu merupakan hasil gabungan
bahwa budaya keterlibatan lebih kuat
dari 4 karakteristik budaya organisasi,
dibandingkan aspek budaya lainnya.
Tabel 5.2. Rata-rata Nilai dan Aspek Rata- Letak
Letak Persentil Budaya Organisasi di Profesionalisme rata Persentil
RSUD Temanggung Perawat
Pendekatan prinsip 2,31 47
Karakteristik Rerata Letak Pendekatan asuhan 2,41 55
Budaya Nilai Persentil Profesionalisme 2,39 48
Organisasi perawat
Keterlibatan 2,09 51 Keterangan: nilai maksimum 3
Penyesuaian 1,99 45
Konsistensi 1,92 46 Dapat dilihat pada tabel 5.2
Misi 1,92 44 bahwa dari 2 sub profesionalisme
Budaya 1,98 46 perawat di RS PKU Muhammadiyah
Orgnisasi Temanggung tidak begitu berbeda,
Keterangan: nilai maksimum 3 dimana perilaku perawat yang telah
diukur berdasarkan penilaian diri
Berdasarkan pada tabel 5.2 rata- terhadap pelaksanaan nilai-nilai
rata nilai budaya organisasi dari konsep profesional berdasarkan aspek
Denison, budaya keterlibatan terdapat pada pendekatan asuhan lebih menonjol
rata-rata 2,09 dengan nilai maksimum 3, nilainya yaitu 2,41 yang terletak di 55%
nilai tersebut terletak pada 46, dimana perawat dibandingkan dengan aspek
keterlibatan perawat di RSUD tersebut pendekatan prinsip. Hal ini
berada di 46 % perawat menilai penerapan menunjukkan aspek pendekatan asuhan
nilai-nilai dasar budaya organisasi. Hal ini lebih tertanam kuat dikalangan perawat
menunjukkan bahwa budaya keterlibatan di RS PKU Muhammadiyah
lebih menonjol dibandingkan dengan nilai- Temanggung.
nilai yang lain.
2. RSUD Temanggung
B. Profesionalisme Perawat
1. RS PKU Muhammadiyah Pada tabel 5.3 dapat dilihat
Temanggung bahwa rata-rata nilai profesionalisme
perawat di RS PKU Muhammadiyah
Dapat dilihat bahwa rata-rata
Temanggung berdasarkan penilaian
nilai profesionalisme perawat di RS
perawat ruangan adalah sebesar 2.07.
PKU Muhammadiyah Temanggung
Nilai profesionalisme yang sudah
berdasarkan penilaian perawat ruangan
diterapkan adalah 69%. Nilai tersebut
adalah sebesar 2.39 dengan nilai
berada di 48% dari total perawat.
maksimum 3. Perawat menilai bahwa
48% perawat telah menerapkan 79,7% Tabel 5.4. Rata-rata Nilai dan
dari nilai-nilai profesionalisme. Hasil Letak Persentil Profesionalisme
rata-rata dan letak persentil Perawat di RSUD Temanggung
profesionalisme perawat di RS PKU
Muhammadiyah dapat dilihat di Tabel Profesionalisme Rata- Letak
5.2 di bawah ini. Perawat rata Persentil
Pendekatan 2,25 59
Tabel 5.3. Rata-rata Nilai dan prinsip 2,02 54
Letak Persentil Profesionalisme Pendekatan
Perawat di RS PKU asuhan
Muhammadiyah Temanggung Profesionalisme 2,07 48
perawat
Nilai maksimum rerata : 3
Tabel 5.6. Hasil Uji Pearson Product
Dilihat secara spesifik, aspek Moment antara Budaya Organisasi Dengan
pendekatan prinsip lebih menonjol Profesionalisme Perawat di RS PKU
nilainya yaitu: 2,25 (nilai maksimum 3), Muhammadiyah temanggung
nilai tersebut terletak pada persentil 59
berada di 59 % dibandingkan dengan Variabel Pearson Sig. (2-
aspek pendekatan asuhan yaitu: 2,02. Correlation tailed)
Hal ini menunjukkan bahwa aspek Budaya 0,445 0,001
pendekatan prinsip lebih banyak Organisasi
diterapkan dikalangan perawat di Profesionalisme 0,445 0,001
RSUD Temanggung.
C. Hubungan Budaya Organisasi dan Dilihat pada tabel 5.6, dimana nilai
Profesionalisme Perawat di RS PKU koefisien korelasi ( r ) bernilai positif yaitu
Muhammadiyah Temanggung 0,445. Dari nilai tersebut dapat
diinterpretasikan kekuatan hubungan dengan
Langkah pertama dalam analisis ini menggunakan nilai koefisiensi determinasi
adalah melakukan uji kenormalan data yaitu (R2) yaitu sebesar 0,198, yang berarti
dengan Uji Kolmogorov-smirnov Z pada sebesar 19,8 % varians nilai profesionalisme
kedua variabel (budaya organisasi dan dapat dijelaskan oleh budaya organisasi.
profesionalisme perawat) dengan hasil pada
tabel 5.5. D. Hubungan Budaya Organisasi dan
Profesionalisme Perawat di RSUD
Tabel 5.5. Hasil Uji normalitas data di RS Temanggung
PKU Muhammadiyah Temanggung
Hasil uji normalitas data pada kedua
Variabel Kolmogoro Asymp.Si variabel di RSUD Temanggung
z-Sminor Z g. (2- menunjukkan hal yang sama dengan RS
tailed) PKU Muhammadiyah, dimana data
Budaya 0,680 0,745 berdistribusi normal, seperti pada tabel 5.7.
Organisasi
Profesionalis 1,010 0,260 Tabel 5.7. Hasil Uji normalitas data di
me Perawat RSUD Temanggung