Anda di halaman 1dari 31

HUBUNGAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ETOS KERJA PERAWAT DI RSUD

DR. R. SOETIDJONO BLORA

PROPOSAL SKRIPSI KEPERAWATAN Untuk

memenuhi kelulusan Mata Kuliah Skripsi

Oleh KHUSNUL
KHOTIMAH NIM:
E420163294

JURUSAN S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS
2017

0
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sejarah membuktikan negara yang dewasa ini menjadi negara maju,
dan terus berpacu dengan teknologi/informasi tinggi pada dasarnya dimulai
dengan suatu etos kerja yang sangat kuat untuk berhasil.(Gregory,2007).
Maka tidak dapat diabaikan etos kerja merupakan bagian yang patut
menjadi perhatian dalam keberhasilan suatu perusahaan. Perusahaan
besar dan terkenal telah membuktikan bahwa etos kerja yang militan
menjadi salah satu dampak keberhasilan perusahaannya. Etos kerja
seseorang erat kaitannya dengan kepribadian, perilaku, dan karakternya.
Setiap orang memiliki internal being yang merumuskan siapa dia.
Selanjutnya internal being menetapkan respon, atau reaksi terhadap
tuntutan external. Respon internal being terhadap tuntutan external dunia
kerja menetapkan etos kerja seseorang (Siregar, 2008).
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. R. Soetidjono Blora sebagai
salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran yang sangat
strategis untuk menciptakan sumberdaya manusia berkualitas dalam
rangka upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan secara
menyeluruh, terpadu, merata, terjangkau dan dapat diterima oleh seluruh
masyarakat. Dalam kaitanya dengan fasilitas pelayanan kesehatan perawat
memiliki peran yang sangat berpengaruh terhadap terciptanya sumberdaya
manusia yang memiliki kualitas dan kinerja yang professional.
Peran perawat di rumah sakit khususnya di pelayanan sangatlah
penting. Perawat sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan di Rumah
Sakit adalah tenaga yang paling lama berhubungan dengan pasien. Akan
tetapi etos kerja perawat masih banyak dikeluhkan oleh pasien dan
keluarganya . Hal ini tampak dari banyaknya masukan dari pasien dan
keluarganya atau pengunjung tentang pelayanan Rumah sakit terutama
perawat. Kondisi tersebut sangat bertentangan dengan praktik
keperawatan yang seharusnya senantias meningkatkan mutu pelayanan
profesinya, dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan

1
teknologi melalui pendiikan dan pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya
(Nursalam, 2008).
Perawat profesional adalah perawat yang dapat memberikan
pelayanan keperawatan dengan menerapkan etika profesional
keperawatan serta memiliki kemampuan secara keilmuan. Jadi tidak hanya
pintar secara keilmuan tetapi juga memiliki prilaku yang dapat
dipertanggung jawabkan dan naluri pengembangan secara mandiri
maupun bekerjasama. Pendidikan pengembangan kepribadian juga
diperlukan oleh setiap individu dalam menjunjung tinggi etika, sehingga
dapat memiliki etos kerja yang perlu diteladani karena memiliki sikap yang
menjadi teladan dalam kehidupan. Untuk mengimbangi persaingan
tersebut diperlukan kesiapan diri dan mental yang kuat, juga kemampuan
bahasa Inggris. Antisipasi arus tenaga kerja asing tidak hanya dikelola oleh
negara, setiap Individu dan profesi masyarakat Indonesiapun harus mampu
melakukan antisipasi arus tersebut. Persaingan dalam hal harga dan
kualitas akan mudah ditiru oleh kompetitor tetapi persaingan dalam hal
etika, perilaku tentunya bukanlah hal mudah untuk ditiru khususnya
perilaku yang berasal dari hati nurani (lestari,2015)
Dalam mengambil tindakan terhadap pasien, Misalnya ketika perawat
melihat pasien meringis karena kesakitan kita akan berpikir positif untuk
menolong membantu mengatasi kesakitannya dengan mengajarkannya
tehnik distraksi relaksasi atau meberikan obat analgetik sesuai
advicedokter.
Etos kerja terbentuk dari kesadaran, niat suci, keyakinan positif
(agama), pikiran positif (budaya), tindakan produktif (pendidikan) ,sikap dan
perilaku sempurna. Etos kerja Merupakan bagian dari kesadaran dan
pengembangan kualitas diri. Etos kerja terbaik bersumber dari kebahgian
hati dalam semangat tinggi, untuk melayani pekerjaan dengan sepenuh
hati dan totalitas. Etos kerja merupakan kewajiban karyawanuntuk
diberikan kepada perusahaannya ( lestari,2015).
Dari analogi tersebut seorang perawat harus bisa memecahkan
permasalahan yang ada tanpa melihat satu sisi saja. Justru sisi yang lain
itulah yang mencakup begitu banyak alasan timbulnya suatu
permasalahan, sisi yang tidak nampak itu mencapai 90% dan sisi yang

2
nampak mencakup 10% dari suatu permasalah, maka dari itu perlu
tindakan, sikap, dan pemikiran yang benar yang bisa membantu
memecahkan permasalahan. Perlunya sikap yang bukan saja menyikapi
permasalahan yang nampak saja, tapi juga keseluruhannya. Maka dari itu
perlunya langkah awal untuk tetap berpikir positif terhadap setiap masalah
yang ada, sikap adalah yang menentukan keberjalanan dan kesuksesan
seseorang untuk meningkatkan etos kerja. Semakin baik sikap seseorang
maka semakin dekat pula dengan kesuksesan yang diinginkannya. Banyak
orang yang merasa gagal dan tidak mudah unuk bangkit lagi, maka dari itu
perlunya seseorang yang bisa mendukung dan menolongnya dari
kegagalan, bukan berarti orang gagal selalu kecewa, tapi pemikiran dan
sikap kita seharusnya bisa positif dan tidak menganggap bahwa kegagalan
adalah kekecewaan. Berpikir positiflah dari sekarang juga jika kita tidak
ingin menjadi orang merugi ( Mardhiyah,2014) .
Berdasarkan wawancara langsung dengan beberapa perawat
pelaksana di RSUD Dr. R. Soetidjono Blora pada bulan Mei 2017
menunjukan bahwa masih ada perawat yang belum mampu berpikir positif
untuk meningkatkan etos kerja dalam melakukan pelayanan kesehatan di
RSUD Dr. R. Soetidjono Blora, terbukti masih banyak keluhan perawat
tentang kebijakan kebijakan dirumah sakit tentang peningkatan
kesejahteraan bagi pegawai.

B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas, maka
perumusan masalah penelitian yang akan dibahas adalah : “ Adakah
HUBUNGAN BERPIKIR POSITIF DENGAN ETOS KERJA PERAWAT DI
RSUD DR. R .SOETIDJONO BLORA ?”.

3
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah mengetahui hubungan berpikir
positif denganetos kerja perawat RSUD dr. R. Soetidjono BLORA.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui kebiasaan berpikir positif perawat di RSUD dr.
R.SoetidjonoBLORA.
b. Mengetahui Etos kerja perawat RSUD dr. R. Soetidjono BLORA.

D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan khususnya
yang berkaitan dengan ilmu yang diteliti serta memperoleh
gambaran yang lebih rinci mengenai penerapan berpikir positif
perawat yang berhubungan dengan etos kerja perawat dalam
pemberian asuhan keperawatan.
b. Bagi Pihak Lain ( Peneliti Selanjutnya)
Sebagai masukan untuk pengembangan penelitian lebih lanjut,
sumbangan pemikiran dalam bentuk skripsi dan referensi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Perawat
Sebagai bahan masukan bagi perawat untukmeningkatkan kualitas
dengan berpikir positif dalam penerapan etos kerja agar mampu
bertanggung jawab dalam pemberian asuhan keperawatan di RSUD
DR. R. Soetidjono BLORA.
b. Bagi Pasien dan Keuarga
Dengan adanya pemikiran yang positif seorang perawat akan
menciptakan peningkatan etos kerja dalam pemberian asuhan
keperawatan terhadap pasien.

4
c. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan yang bisa digunakan dalam melaksanakan
pembinaan terhadap perawat khususnya mengenai berpikir positif
yang akan meningkatkan etos kerja dalam memberikan pelayanan
keperawatan pada pasien dirumah sakit.

E. KEASLIAN PENELITIAN
Di Rumah Sakit Dr.R. Soetidjono Blora belum pernah dilakukan
penelitian tentang hubungan berpikir positif terhadap etos kerja perawat.
Penelitian yang terkait sebelumnya pernah dilakukan penelitian di RSUD dr.
R.SoetidjonoBlora tentang kinerja kerja tahun 2007 dengan judul “
Hubungan Motivasi Kerja Dengan Kinerja Perawat Pelaksana Di Ruang
Rawat Inap RSUD dr. R.Soetidjono Blora”. Hasil Penelitian menunjukan
bahwa motivasi kerja mempunyai hubungan yang positif dan signifikan
dengan kinerja perawat. Yang membedakan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya adalah penelitian ini difokuskan pada hubungan
berpikir positif dengan etos kerja perawat pelaksana di RSUD dr. R.
Soetidjono BLORA.

F. RUANG LINGKUP
1. Ruang Lingkup waktu
Penelitian ini akan dilakukan pada 28 september sampai dengan 31
oktober 2017
2. Ruang Lingkup tempat
Penelitian ini akan dilakukan di RSUD dr. R. Soetidjono Blora.
3. Ruang Lingkup materi
Penelitian ini dilakukan dalam bidang kesehatan, khususnya bidang
ilmu keperawatan.

5
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA

A. Etos kerja perawat


1. Pengertian Perawat
Berdasarkan Undang-undang R.I No. 23 tahun 1992 tentang
kesehatan, perawat diartikan sebagai orang yang memiliki
kemampuan dan kewenangan dalam melakukan tindakan
keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya, yang diperoleh
melalui pendidikan perawatan (Ali, 2010). Perawat menurut Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor HK.0202/MENKES/148/I/2010 tentang
izin dan penyelenggaraan praktik perawat, definisi perawat adalah
seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun
di luar negeri sesuai dengan peraturan perundang-undangan
(Kemenkes, RI, 2010).
Perawat adalah upaya membantu individu yang sehat maupun
sakit, dari lahir sampai meninggal agar dapat melaksanakan aktivitas
seharihari secara mandiri, dengan menggunakan kekuatan,
kemauan, atau pengetahuan yang dimiliki seorang perawat. Perawat
merupakan orang yang mengurus dan melindungi dan orang yang
dipersiapkan untuk merawat orang sakit, orang yang cidera, dan
lanjut usia. Oleh sebab itu, perawat berupaya menciptakan hubungan
yang baik dengan pasien untuk menyembuhkan (proses
penyembuhan) dan meningkatkan kesehatan. Henderson (1980)
dalam Nursalam (2008).

2. Pengertian Etos kerja


Menurut Tasmara (2007), bahwa etos kerja adalah totalitas
kepribadian dirinya serta caranya mengekspresikan, memandang,
meyakini dan memberikan makna ada sesuatu, yang mendorong diri
manusia untuk bertindak dan meraih amal yang optimal.
Damayanti (2008) secara lebih khusus dapat mengartikan
bahwa etos kerja itu sebagai usaha komersial yang menjadi suatu
keharusan demi hidup, atau sesuatu yang imperatif dari diri, maupun

6
sesuatu yang terkait pada identitas diri yang telak bersifat sakral.
Identitas diri yang terkandung di dalam hal ini, adalah sesuatu yang
telah diberikan oleh tuntutan religius, kepercayaan yang telah diyakini
dalam kehidupan seseorang.
Jansen (2007), menyatakan etos kerja profesional adalah
seperangkatperilaku kerja positif yang berakar pada kesadaran yang
kental, keyakinan yang fundamental, disertai komitmen yang total
pada paradigma kerja yang integral.
Menurut Max Weber (1998) dalam Jansen (2007), pakar
manajemen, etos kerja diartikan sebagai perilaku kerja yang etis yang
menjadi kebiasaan kerja yang berporoskan etika. Kata lain yang lebih
sederhana, etos kerja yaitu semua kebiasaan baik yang
berlandaskan etika yang harus dilakukan di tempat kerja, seperti
disiplin, jujur, tanggung jawab, tekun, sabar, berwawasan, kreatif,
bersemangat, mampu bekerja sama, sadar lingkungan,
loyal,berdedikasi, bersikap santun, dan sebagainya.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa etos kerja adalah seperangkat perilaku kerja yang
etis yang lahir sebagai buah keyakinan fundamental dan komitmen
total pada sehimpunan paradigma kerja yang integral yang berfungsi
sebagai panduan tingkah laku bagi seseorang, sekelompok orang
yang bisa mewarnai manfaat suatu pekerjaan.

3. Aspek-Aspek Etos (Etika) Kerja


Etos kerja yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok
masyarakat, akan menjadi sumber motivasi bagi perbuatannya.
Apabila dikaitkan dengan situasi kehidupan manusia yang sedang
membangun maka etos kerja yang tinggi akan dijadikan sebagai
prasarat yang mutlak, yang harus ditumbuhkan dalam kehidupan itu.
Karena hal itu akan membuka pandangan dan sikap kepada
manusianya untuk menilai tinggi terhadap kerja keras dan
sungguhsungguh, sehingga dapat mengikis sikap kerja yang asal-
asalan, tidak berorientasi terhadap mutu atau kualitas yang
semestinya.

7
Indikasi turun rendahnya semangat dan kegairahan kerja antara lain :
a. Turun rendahnya produktivitas
b. Tingkat absensi yang naik rendah
c. Tingkat perputaran buruh yang tinggi
d. Tingkat kerusuhan yang naik
e. Kegelisahan dimana-mana
f. Tuntutan yang sering terjadi
g. Pemogokan
Komponen etos kerja :
a. Kesetiaan dan Ketaatan
b. Tanggung Jawab
c. Semangat
d. Kerjasama
e. Kejujuran dan Kecermatan
f. Persatuan dan Kesatuan

Menumbuhkan etos kerja kepada karyawan memang tidak


mudah karena etos kerja tak dapat dipaksakan secara tiba-tiba.
Namun, bukan tidak ada solusinya. Jansen (2007), mengemukakan
cara terbaik untuk mengatasi penurunan etos kerja yaitu dengan
langsung membenahi pangkal masalahnya, yaitu motivasi kerja
sebagai akar yang membentuk etos kerja.
Secara sistematis, Jansen (2007), memetakan motivasi kerja dalam
konsep yang ia sebut sebagai “Delapan Etos Kerja Profesional”
antara lain:
a. Etos pertama: kerja adalah rahmat. Apa pun pekerjaan kita,
entah pengusaha, pegawai kantor, sampai buruh kasar
sekalipun, adalah rahmat dari Tuhan. Anugerah itu kita terima
tanpa syarat, seperti halnya menghirup oksigen dan udara tanpa
biaya sepeser pun, dengan bekerja seseorang akan menerima
gaji untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, kita punya
banyak teman dan kenalan, punya kesempatan untuk
menambah ilmu dan wawasan, dan masih banyak lagi. Semua
itu anugerah yang patut disyukuri. Sungguh sangat tidak

8
professional jika kita merespons semua nikmat itu dengan
bekerja ogahogahan.
b. Etos kedua: kerja adalah amanah. Apa pun pekerjaan kita, dokter,
perawat, pramuniaga, pegawai negeri, atau anggota DPR,
semua adalah amanah. Pegawai negeri menerima amanah dari
Negara, perawat menerima amanah dari pasien. Etos ini
membuat kita bisa bekerja sepenuh hati dan menjauhi tindakan
tercela, misalnya korupsi dalam berbagai bentuknya.
c. Etos ketiga: kerja adalah panggilan. Apa pun profesi kita,
perawat, guru, penulis, semua adalah darma. Seorang perawat
memanggul darma untuk membantu orang sakit. Seorang guru
memikul darma untuk menyebarkan ilmu kepada para muridnya.
Seorang penulis menyandang darma untuk menyebarkan
informasi tentang kebenaran kepada masyarakat, jika pekerjaan
atau profesi disadari sebagai panggilan, seseorang bisa berucap
pada diri sendiri seperti: “saya bekerja untuk mencapai hasil
yang terbaik”.
d. Etos keempat: kerja adalah aktualisasi. Apapun pekerjaan
seseorang, entah dokter, akuntan, ahli hukum, semuanya bentuk
aktualisasi diri. Meski kadang membuat seseorang lelah, bekerja
tetap merupakan cara terbaik untuk mengembangkan potensi diri
dan membuat seseorang merasa ada. Sibuk bekerja jauh lebih
menyenangkan daripada duduk bengong tanpa pekerjaan.
Secara alami, aktualisasi diri itu bagian dari kebutuhan
psikososial manusia. Dengan bekerja, misalnya, seseorang bisa
berjabat tangan dengan rasa pede ketika berjumpa koleganya.
e. Etos kelima: kerja itu ibadah. Tidak memperdulikan apa pun
agama atau kepercayaan, semua pekerjaan yang halal
merupakan ibadah. Kesadaran ini pada gilirannya akan membuat
seseorang bisa bekerja secara ikhlas, bukan demi mencari uang
atau jabatan semata.
f. Etos keenam: kerja adalah seni. Apa pun pekerjaannya, bahkan
seorang peneliti pun, semua adalah seni. Kesadaran ini akan
membuat seseorang bekerja dengan enjoy seperti halnya

9
melakukan hobby. Jansen mencontohkan Edward V Appleton,
seorang fisikawan peraih nobel, ia mengaku bahwa rahasia
keberhasilannya meraih penghargaan sains paling bergengsi itu
adalah karena dia bisa menikmati pekerjaannya
g. Etos ketujuh: kerja adalah kehormatan. Seremeh apa pun
pekerjaannya, itu adalah sebuah kehormatan. Jika bisa menjaga
kehormatan dengan baik, maka kehormatan lain yang lebih
besar akan datang kepada seseorang. Jansen mengambil
contoh etos kerja Pramoedya Ananta Toer. Sastrawan Indonesia
kawakan ini tetap bekerja (menulis), meskipun Jansen dikucilkan
di Pulau Buru yang serba terbatas, Jansen berpendapat bahwa
menulis merupakan sebuah kehormatan. Hasilnya, sudah
mafhum, semua novelnya menjadi karya sastra kelas dunia.
h. Etos kedelapan: kerja adalah pelayanan. Apa pun pekerjaannya,
pedagang, polisi, bahkan penjaga mercu suar, semuanya bisa
dimaknai sebagai pengabdian kepada sesama. “Manusia
diciptakan oleh Yang Maha Kuasa dengan dilengkapi keinginan
untuk berbuat baik,”.Dari ratusan teori sukses yang beredar
dimasyarakat sekarang ini

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Etos Kerja


Menurut Sinamo (2007 ) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
etos kerja, diantara adalah:
1. Agama ; Dasar pengkajian kembali makna etos kerja diawali
oleh buah pikiran Max Waber. Salah satu untsur dasar dari
kebudayaan modern, yaitu rasionalitas (rasionally). PAda
dasarnya agama merupakan suatu sistem nilai. Sistem nilai ini
tentunya akan mempengaruhi atau menentukan pola hidup
penganutnya.
cara berpikir, bersikap dan bertindak seseorang pastilah diwarnai
oleh ajaran agama yang dianutnya jika ia sungguh - sungguh
dalam kehidupan beragama.
2. Budaya; Sikap mental berpikir positif , tekad dan semnagat kerja
masyarakat juga disebut sebagai etos kerja. Kemudian etos

10
budaya ini secara operasional juga disebut sebagai etos kerja.
kualitas etos kerja ditentuka oleh sistem orientasi nilai budaya
masyarakat yang bersangkutan. Masayarakat yang memiliki nilai
budaya maju akan memiliki etos kerja yang tinggi.
3. Sosial Politik; Tinggi atau rendahnya etos kerja suatu
masyarakat dipengaruhi juga oleh ada atau tidaknya struktur
politik yang mendorong masyarakat untuk bekerja keras dan
dapat menikmati hasil kerja keras mereka dengan penuh.
4. Kondisi Lingkungan (Geografis) ; Etos kerja muncul karena
faktor Kondisi geografis. Lingkungan alam juga mendukung
mempengaruhi manusia yang berada didalamnya melakukan
usaha untuk dapat mengelola dan mengambil manfaat, dan
bahkan mengundang pendatang untuk turut mencari
penghidupan dilingkungan tersebut.
5. Pendidikan ; Etos kerja tidak dapat dipisahkan dengan kualitas
sumber daya manusia. Peningkatan sumber daya manusia akan
membuat sesorang mempunyai etos kerja. Meningkatnya
kualitas penduduk dapat tercapai apabila ada pendidikan yang
merata dan bermutu, disertai dengan sehingga semakin
meningkat pula aktivitas dan produktifitas msayarakat sebagai
pelaku ekonomi.
6. Motivasi Instrinsik Individu; Individu memiliki etos kerja yang
tinggi adalah individu yang bermotivasi tinggi. Etos kerja
merupakan pandangan dan sikap, yang tentunya didasai oleh
nilai nilai yang diyakini seseorang. Keyakinan ini menjadi suatu
motivasi kerja yang mempengaruhi juga bisa etos kerja
sesorang.

B. Berpikir positif
1. Pengertian Berfikir positif
Menurut Ubaedy ( 2007 ) : berpikir positif merupakan suatu kesatuan
yang terdiri dari tiga komponen, yaitu muatan pikiran,penggunaan
pikiran, dan pengawasan pikiran.

11
Komponen Berpikir Positif :
1. Muatan Pikiran
Berpikir positif merupakan usaha mengisi pikiran dengan
berbagai hal yang positif atau muatan yang positif. Dengan kata
lain, muatan positif untuk pikiran adalah berbagai bentuk
pemikiran yang menurut Ubaedy (2007), memiliki beberapa
kriteria: a. benar (tak melanggar nilai-nilai kebenaran), b. baik (
bagi diri sendiri, orang lain, dan lingkungan), dan c. bermanfaat
(menghasilkan sesuatu yang berguna).
2. Penggunaan Pikiran
Memasukkan muatan positif pada ruang pikiran merupakan
tindakan positif namun tindakan tersebut berada pada tingkatan
yang masih rendah jika muatan positif tersebut tidak diwujudkan
dalam tindakan nyata. Oleh karena itu isi muatan yang positif
tersebut perlu diaktualisasikan ke dalam tindakan agar ada
dampak yang ditimbulkan.
3. Pengawasan Pikiran
komponen ketiga dari berpikir positif adalah pengawasan pikiran.
Pengawasan pikirin ini mencakup usaha untuk mengetahui
muatan apa saja yang dimasukkan ke ruang pikiran dan
bagaimana pikiran bekerja.(Aning ,2009)

2. Manfaat Berfikir positif


Kebiasaan berpikir positif merupakan sikap dan tindakan yang
mendatangkan manfaat besar individu yang bersangkutan, yaitu
berkenaan dengan : health, feeling of success, optimism, positive
emotions, positive response to failures, self-confidence, positive self
image, every cloud has a silver lining, creative, persistency, positive
relationships (Aning, 2009).
1. Health
Seringkali keluhan atau rasa sakit seseorang, secara organis
tidak dapat didentifikasi oleh dokter. Dan ternyata keluhan dan
rasa sakit tersebut tidak dirasakan lagi setelah orang yang

12
bersangkutan mengganti isi pikirannya yang negatif dengan yang
positif.
2. Feeling of success
Orang yang berpikir positif pada saat dirinya menghadapi suatu
tugas merasa yakin bahwa dirinya akan berhasil dalam
melakukan tugas tersebut. Perasaan bahwa dirinya berhasil
selanjutnya menjadi motivator internal bagi dirinya.
3. Optimism
Bersikap positif terhadap suatu tugas yang harus dilakukan
merupakan awal berkembangnya optimism. Optimisme
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan
seseorang.
4. Positive emotions
Perasaan seseorang dipengaruhi oleh pikirannya. Jika ruang
pikiran bersisi hal-hal yang positif, maka perasaan yang dialami
juga merupakan perasaan positif.
5. Positive response to failures
Kebiasaan berpikir positif dapat membuat seseorang tegar dalam
menghadapi kegagalan. Dengan adanya pikiran yang positif
seseorang akan mampu mengembangkan pandangan bahwa
kegagalan bukan akhir dari segalanya dan bahwa masih ada
kesempatan untuk meraih keberhasilan.
6. Self-confidence
Kebiasaan berpikir positif juga berperanan penting dalam
pengembangan kepribadian yaitu rasa percaya diri. Berpikir
positif tentang dirinya berarti melatih dirinya untuk memiliki rasa
percaya diri.

7. Positive self image


Aspek kepribadian lainnya yang juga dipengaruhi oleh pola piker
seseorang adalah citra diri (self image). Jika seseorang ruang
pikirannya diisi oleh hal-hal yang positif maka dirinya akan
memiliki gambaran diri yang positif pula.
8. Every cloud has a silver lining

13
Bahwa setiap kejadian, seburuk apapun kejadian tersebut pasti
ada hikmahnya. Demikian sikap atau anggapan orang yang
terbiasa berpikir positif. Sikap atau anggapan demikian
diperlukan agar mereka yang menghadapi masalah bisa
terhindar dari stres dan depresi.
9. Creative
Daya kreatif seseorang berhubungan erat dengan isi pikirannya.
Bahwa isi pikiran yang positif dapat memunculkan ide-ide yang
brilian.
10. Persistency
Kebiasaan berpikir positif berpengaruh pada kesuksesan. Orang
yang terbiasa berpikir positif akan selalu tekun dan tegar dalam
menghadapi tugas-tugas dengan berrbagai permasalahan yang
ada.
11. Positive relationships
Dalam menghadapi orang lain dan situasi sosial, pikiran positif
sangat diperlukan. Dengan adanya pikiran yang positif maka
akan terjadi hubungan sosial yang positif pula.

3. Berpikir Positif Bagi Perawat


Mengacu pada quotes on positif thinking for nurses ( Elisabeth,
2008), ada 3 point yang dijadikan sebagai acuan seorang perawat
dalam bertindak, yaitu:
1. The most significant change in a nurse’s life is a change of
thinking or attitude. Right attitudes produce right actions.
Seorang perawat harus memiliki perubahan pemikiran dan
perubahan sikap. Ketika seseorang bertemu dengan orang yang
meringis kesakitan di tengah jalan, apakah kita akan peduli?
Atau ketika memang kita peduli, kita akan berfikir dua kali untuk
menolongnya, karena pasti akan ada orang lain yang lebih bisa
membantunya dari pada kita. Tapi dari sikap kita yang seperti itu,
bisa saja kita malah menghilangkan salah satu nyawa manusia,
karena sikap kita yang kurang peduli. Nah, seorang perawat
harus bisa mengubah dirinya dengan berfikir positif bahwa

14
hampir setiap pasien atau setiap orang sakit yang ditemui
membutuhkan pedulinya kita, kita harus yakin bahwa
keberadaan kita itu sangat dibutuhkan. Dengan sikap kita yang
seperti itu dapat mengantarkan pada tindakan yang tepat.
2. A positive thinking and positive attitude is not a destination. it is a
way of life for nurses.
Pemikiran dan sikap positive bukan merupakan tujuan, tapi
merupakan cara pandang bagi perawat. Perawat menjadikan
pemikiran positif sebagai landasan atau dasar melakukan
sesuatu, dengan begitu akan mengantarkan pada sikap dan
kebiasaan yang positif.
3. A positive attitude is like a magnet for positive result, our life is a
reflection of our attitudes.
Dengan melakukan tindakan-tindakan yang berasal dari
pemikiran positif, maka akan menarik juga hasil yang positif dan
tentunya hasil positif adalah hasil yang memuaskan. Maka dari
itu berfikir positif bukanlah sikap yang patut untuk diremehkan,
justru dengan berfikir positiflah akan menghantarkan kita pada
kesuksesan. Dan berfikir positif harus dimulai dari sekarang,
karena hal ini tidak mudah untuk dilakukan dan perlu latihan agar
menjadi kebiasaan yang bermanfaat.

15
C. Hubungan berpikir positif dengan etos kerja perawat di RSUD dr.R.
Soetidjono Blora.
Hubungan antara variable adalah hal yang penting untuk dilihat
dalam suatu penelitian . variable – variable dalam penelitian tentunya
saling berhubungan antara variable satu degan variable yang lain. Variable
bebas dalam penelitian ini adalah berpikir positif. Variabel terikat yaitu etos
kerja perawat.
Berpikir Positif merupakan komponen yang penting dalam kehidupan
manusia, termasuk dalam dunia keperawatan, berpikir positif sangat
dibutuhkan untuk menciptakan etos kerja perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan kepada pasien.Menurut (Ubaedy, 2007) : Berpikir
positif merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari tiga komponen, yaitu
muatan pikiran,penggunaan pikiran, dan pengawasan pikiran.
Etos kerja perawat di pengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
faktor budaya. Menurut ( sinamo,2007 )budaya Sikap mental berpikir positif
, tekad dan semnagat kerja masyarakat juga disebut sebagai etos kerja.
Kemudian etos budaya ini secara operasional juga disebut sebagai etos
kerja. kualitas etos kerja ditentuka oleh sistem orientasi nilai budaya
masyarakat yang bersangkutan. Masayarakat yang memiliki nilai budaya
maju akan memiliki etos kerja yang tinggi. Begitu dengan seorang perawat,
jika memiliki mental berpikir positif maka akan sepenuh hati melaksanakan
tugas dan tanggungjawab dalam melaksanakan asuhan keperawatan.

16
D. Kerangka teori
Berdasarkan beberapa teori yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
di buat suatu kerangka teori sebagai berikut :

Manfaat berpikir positif :


Health,feeling of succes,optimsm,
Positive emotions, positive
Response to failures, self
Confidence, positif self image,
Every cloud has a silver lining’
Creative,persistency,positive
Relationships.

BERPIKIR POSITIF ETOS KERJA PERAWAT

KOMPONEN BERPIKIR KOMPONEN ETOS KERJA

POSITIF 1. Kesetiaan dan Ketaatan

1. Muatan Pikiran 2. Tanggung Jawab

2. Penggunaan Pikiran 3. Semangat

3. Pengawasan Pikiran 4. Kerjasama


5. Kejujuran dan Kecermatan
6. Persatuan dan kesatuan

Sumber: Monica Elisabeth, 2008, All About Living with Life, 2009,
Jansen 2007
Keterangan :
: diteliti
: tidak diteliti

Bagan 1. Kerangka Teori

17
BAB III METODE
PENELITIAN

A. VARIABEL PENELITIAN
1. Variabel
a. Variabel bebas :
Variabel bebas adalah variabel yang berpengaruh yang
menyebabkan berubahnya nilai dari variabel terikat. Variabel bebas
pada penelitian ini adalah Berpikir Positif pada perawat.
b. Variabel terikat:
Variabel terikat adalah variabel yang diduga nilainya akan berubah
karena pengaruh dari variabel bebas. Variabel terikat pada
penelitian ini adalah etos kerja perawat.

B. HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan penelitian yang
telah dirumuskan (Hidayat, 2010). Hipotesis didalam penelitian ini adalah :
1. Hipotesis Alternative ( Alternative Hipothesis)
Hipotesis alternatif disebut juga hipotesis kerja. Hipotesis ini
menyatakan adanya hubungan diantara satu variabel dengan
variabel lainya. Hipotesis alternatif ini ditulis dengan “Ha”.
2. Hipotesis Nol (Nul Hypothesis)
Hipotesis Nol adalah hipotesis yang menyatakan tidak adanya
hubungan diantara variabel penelitian atau menyatakan tidak adanya
perbedaan diantara variabel penelitian. Hipotesis Nol ini ditulis
dengan “Ho”

C. KERANGKA KONSEP PENELITIAN


Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka
hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui
penelitian yang akan dilakukan. (Notoatmodjo, 2010)

Gambar 3.1

18
Kerangka Konsep

Variabel independent Variabel dependent

D. RANCANGAN PENELITIAN
1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan
menggunakan rancangan penelitian diskriptif corelationa yaitu
penelitian yang diarahkan untuk menjelaskan hubungan antara dua
variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat (Notoatmodjo,
2010). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan cross-sectional yaitu dengan melakukan
pengukuran sesaat untuk mengetahui hubungan keefektifitasan
model praktek keperawatan profesional dengan etos kerja perawat di
RSUD dr. R. Soetidjono Blora.
2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 28 september –
31Oktober 2017.Adapun tempat penelitian dilakukan di RSUD dr. R.
Soetidjono Blora.
3. Metode Pengumpulan data
a. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari subyek
penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat
pengambilan data langsung pada subyek sebagai sumber
informasi yang dicari ( Azwar,2012).
Pengumpulan Data Primer dalam penelitian ini diperoleh dari
wawancara menggunakan kuesioner terhadap subyek penelitian
yang berupa karakteristik sosiodemografi, responden meliputi
umur, jenis kelamin, pendidikan.

19
b. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain,
tidak diperoleh langsung dari subyek
penelitiannya.(Azwar,2012).
Pengumpulan data sekunder pada penelitia ini dalam
menentukan populasi dan sample, yaitu tentang jumlah tenaga
perawat rawat pelaksana instalasi rawat inap RSUD dr. R.
Soetidjono Blora dari Bidang Keperawatan RSUD dr. R.
Soetidjono Blora.

4. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti
(Setiadi,2007). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat
yang bekerja di instalasi rawat inap RSUD dr. R. Soetidjono Blora.
Hasil studi pendahuluan pada bulan oktober 2017 yang dilakukan
oleh peneliti didapatkan bahwa jumlah perawat sebanyak 64 orang.
5. Prosedur Sample dan Sample Penelitian
a. Samplel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimilikioleh populasi tersebut (Sugiyono, 2009). Besarnya sampel
dalam penelitian ini harus representatif bagi populasi, oleh
karena jumlah populasi kurangdari 10.000 maka penentuan
besarnya sampel menggunakan proportionalrandom sampling,
dimana pengambilan sampel dilakukan berdasarkanproporsi
dengan kriteria-kriteria tertentu. Perhitungan besar sampel
minimum penelitian ini diambil dengan rumus slovin:
(Notoatmodjo, 2010)

20
n= N
1 + N.d 2

Keterangan :
n = Besar sampel yang diperlukan
N = Jumlah populasi
d = Kesalahan maksimum yang diperbolehkan 0,1 (10%)

Perhitungan:

N
n =
1+N.d²
90
= 1+64. (0.1)²

90
= = 39,02 dibulatkan menjadi 39 perawat
1,64
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan sampel sebanyak 39 orang.
Adapun kriteria sampel yang dikehendaki adalah :
a. Syarat inklusi :
1. Perawat pelaksana yang bertugas di ruang perawatan
2. Perawat yang bekerja minimal dua tahun
3. Perawat yang bersedia menjadi responden
b. Kriteria eksklusi :
1. Perawat yang sedang menjalani cuti
2. Perawat yang tidak berstatus sebagai Pegawai tetap

21
b. Tehnik Pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel proporsi dilakukan untuk
memperoleh sampel yang representatif,subyek diambil setiap
ruangan yang ditentukan sebanding dengan banyaknya subyek
dalam tiap ruangan. Teknik pengambilan sampel menggunakan
rumusproportional random sampling (Sugiyono, 2013), yaitu

Ni
n= Xn
N
Keterangan :
ni : jumlah tiap strata sampel
Ni : jumlah tiap strata populasi
n : jumlah (total) sampel
N : jumlah (total) populasi
Proporsi sampel setiap ruangan sebagai berikut : tabel 3.1
Proporsi besar sampel penelitian
Ruangan Ʃ Perawat Perhitungan Ʃ Sampel
Anthurium 8 8 : (64/39) 5
Teratai 8 8 : (64/39) 5
Anggrek 8 8 : (64/39) 5
Nusa Indah 8 8 : (64/39) 5
Flamboyan 8 8 : (64/39) 5
ICU 8 8 : (64/39) 5
Cempaka 8 8 : (64/39) 5
Wijaya kusuma 8 8 : (64/39) 5
6. Definisi Operasional ,Variabel penelitian dan Skala Pengukur
1. Variabel bebas adalah variabel yang berpengaruh yang
menyebabkanberubahnya nilai dari variabel terikat. Variabel
bebas pada penelitian ini adalah hubungan kesejahteraan.
2. Variabel terikat
Variabel terikat adalah variabel yang diduga nilainya akan
berubah karena pengaruh dari variabel bebas. Variabel terikat
pada penelitian ini adalah etos kerja perawat.
Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini dapat
dijelaskan sebagai berikut :

22
Tabel 3.1.
Definisi operasional prosedur
NO Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Skala
Ukur
1 Berpikir Cara seseorang berpikir Kuesioner 1) Ordinal
Positif dalam menghadapi Berpikir
permasalahan hidup. positif
baik ≥
113
2Tidak
Baik <
113.

2. Etos totalitas kepribadian Kuesioner 1.Baik : Ordinal


Kerja dirinya serta caranya (x) >67
Perawat mengekspresikan, 2.Cukup:
memandang, meyakini (x)=51-67
dan memberikan makna 3.Kurang
ada sesuatu yang (x)< 51
mendorong diri manusia
untuk bertindak dan
meraih amal yang optimal.

7. Instrument Penelitian dan Tehnik Pengambilan Data


Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
a. Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2012:92) instrumen penelitian untuk
penelitian kuantitatif digunakan untuk mengumpulkan data, serta
instrumen penelitian akan digunakan untuk melakukan
pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang
akurat, maka setiap instrumen harus mempunyai skala. Pada
penelitian ini, penulis menggunakan Alat kuesioner denganskala
Likert. Menurut Sugiyono (2012:93) Skala likert digunakan untuk

23
mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial.
Pilihan terhadap masing-masing jawaban untuk tanggapan
responden atas komunikasi terapeutik (X) dan Etos kerja (Y)
diberi skor sebagai berikut:
1. bobot nilai 5 berarti sangat setuju
2. bobot nilai 4 berarti setuju
3. bobot nilai 3 kurang setuju
4. bobot nilai 2 berarti tidak setuju
5. bobot nilai 1 berarti sangat tidak setuju
Skor ideal=nilai bobot X jumlah responden

rumus skala

5 x 39 195

4 x 39 156

3 x 39 117

2 x 39 78

1 x 39 39

1. Kisi-kisi kuesioner penelitian tabel 3.1


Variabel Pertanyaan Pertanyaan Jumlah
Indikator Pertanyaan
Penelitian Positif Negatif Soal
Berpikir
Positif 1 Muatan Pikiran 1,2,3 4,5 15
2 Penggunaan Pikiran 6,7 8,9
3 Pengawasan Pikiran 10,11,12 13,14,15
Etos Kerja 1 Tanggung Jawab 1,2,3 4,5 20
2 Semangat 6,7 8
3 Kerjasama 9,1 11,12
4 Kejujuran dan
Kecermatan 13,14 15,16
5 Persatuan dan
Kesatuan 17,18 19,2

24
2. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
a. Validitas
Validasi adalah ketepatan atau kecermatan suatu
instrumen dalam mengukur apa yang ingin diukur.
Suatu instrument yang valid mempunyai validitas
tinggi. Sebaliknya instrument yang kurang valid
berarti memiliki validitas rendah. Sebuah instrument
dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
diinginkan dan dapat mengungkapkan data yang
diteliti dengan tepat. Untuk mengukur ketepatan
butir-butir pertanyaan tersebut dalam penelitian ini
digunakan teknik uji validitas dengan program
SPSS dengan metode korelasi Bivariate Pearson
(Korelasi Produk Momen Pearson). Menurut Duwi
Priyatno (2008), kriteria pengujian validitas adalah:
1. Jika r hitung ≥ r tabel (dengan sig. 0,05) maka
instrument atau item-item pertanyaan
berkorelasi signifikan terhadap skor total
(dinyatakan valid).
2. Jika r hitung < r tabel (dengan sig. 0,05) maka
instrument atau item-item pertanyaan tidak
berkorelasi signifikan terhadap skor total
(dinyatakan tidak valid
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa
sesuatu instrument cukup dapat dipercaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrument tersebut sudah baik. Instrument yang
sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan
menghasilkan data yang dapat dipercaya juga.
Apabila datanya memang benar sesuai dengan
kenyataannya, maka berapa kali pun diambil, tetap
akan sama. Uji signifikansi dilakukan pada taraf
signifikansi 0,05. Suatu instrument dikatakan

25
reliabel apabila memiliki nilai Cronbach Alpha lebih
besar dari 0,60 (Duwi Priyatno, 2008).
Menurut Sutrisno Hadi (2001: 56), langkah-langkah
menyusun kuesioner adalah sebagai berikut:
1. Menetapkan tujuan pembuatan kuesioner.
2. Menentukan aspek-aspek yang akan diukur.
3. Menyusun petunjuk pengisian kuesioner
4. Menyusun pernyataan-pernyataan yang sesuai
dengan variabel-variabel yang akan diteliti
5. Permohonan ijin penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti
mengajukan permohonan ijin penelitian ke
pihak Direktur di RSUD dr. R. Soetidjono Blora
dengan membawa pengantar permohonan ijin
penelitian dari STIKes Muhammadiyah Kudus.
b. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah awal dalam
mendapatkan data penelitian. Pengumpulan data penelitian ini
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan Studi Kepustakaan Mengumpulkan
literatur-literatur yang terhubungan dengan masalah
yang diteliti sebagai landasan teori.
2. Memilih tempat penelitian
Peneliti memilih tempat di RSUD dr. R. Soetidjono Blora
sebagai tempat penelitian kemudian melakukan
pendekatan dengan pimpinan, menyampaikan rencana
penelitian serta meminta saran berkaitan dengan
penelitian yang akan dilakukan. Studi pendahuluan
Setelah judul penelitian diajukan untuk mendasari
permasalahan yang akan diteliti maka peneliti
mengadakan studi pendahuluan dengan melakukan
wawancara bersama dengan para perawat di RSUD dr.
R. Soetidjono Blora. Penyusunan dan seminar proposal

26
Setelah proposal penelitian selesai disusun dan
disetujui oleh Pembimbing I dan Pembimbing II,
peneliti mengadakan seminar proposal penelitian.
a. Tahap Pelaksanaan
Tahap ini merupakan tahap dalam melakukan
penelitian. Data diambil pada tanggal 28september
- 31oktober 2017, pengamatan ditujukan pada para
perawat di RSUD dr. R. Soetidjono Blora. Pada
tahap ini, yang dilakukan antara lain :
1. Peneliti bertemu dan meminta bantuan kepada
Kepala Ruang masing- masing ruang di RSUD
dr. Soetidjono Blora atau perawat yang
bertanggung jawab di tempat penelitian untuk
mengumpulkan data dari perawat berkaitan
dengan Komunikasi terapedan etos kerja
perawat
2. Peneliti mengadakan pendekatan kepada
calon responden dengan menjelaskan tujuan
dan manfaat penelitian kemudian responden
yang bersedia menjadi responden
menandatangani informed consent dan
responden diberi lembar kuesioner berkaitan
dengan komunikasi terapeutik dan etos kerja
perawat.
3. Setelah responden mengisi lembar
kuesioner, peneliti mengambil lembar
kuesioner tersebut untuk dikumpulkan dan
dianalisis data dalam rangka mengetahui hasil
penelitian.
b.. Tahap Pelaporan
Data yang telah selesai dianalisis kemudian
disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. Adapun
langkah-langkahnya sebagai berikut:

27
1. Membuat tabel sesuai dengan kelompok data
yang ada.
2. Mendeskripsikan data secara kuantitatif dari
data yang ada.
3. Menginterpretasikan data-data tersebut dengan
teori-teori dari penelusuran kepustakaan yang
ada.
8. Tehnik Pengolahan dan Cara Penelitian / analisa data
1. Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul dalam tahap pengumpulan data, perlu
diolah dulu. Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan
melalui suatu proses dengan tahapan sebagai berikut:
a. Editing
Proses editing dilakukan untuk meneliti kembali apakah isian
lembar kuesioner sudah lengkap atau belum. Editing
dilakukan di tempat pengumpulan data, sehingga apabila
ada kekurangan dapat segera di lengkapi.
b. Coding
Coding adalah usaha mengklasifikasi jawaban-jawaban/
hasilhasil yang ada menurut macamnya. Klasifikasi
dilakukan dengan jalan manandai masing-masing jawaban
dengan kode berupa angka, kemudian dimasukkan dalam
lembaran tabel kerja guna mempermudah membacanya. Hal
ini penting untuk dilakukan karena alat yang digunakan
untuk analisa data dalam komputer yang memerlukan suatu
kode tertentu.
Coding dalam penelitian ini dapat dijelaskan seperti di
bawah ini :
1) Karakteristik responden
a) Umur : - 21 - 35 tahun = code 1
• 36 – 45 tahun = code 2
• > 45 tahun = code 3
b) Jenis Kelamin : - Laki-laki = code 1
• Perempuan = Code 2

28
c) Tingkat pendidikan : - D3-Keperawatan = code 1
• S1-Keperawatan = code 2
d) Masa Kerja : - < 5 tahun = code 1
• antara 5–10 tahun = code 2
• > 10 tahun = code 3
2) Berpikir Positif :-Tidak baik= code 1
• Baik = code 2
3) Etos Kerja Perawat :- Kurang = code 1
• Cukup = code 2
• Baik = code 3
c. Scoring
Pemberian nilai pada masing-masing jawaban dari
pertanyaan yang diberikan kepada responden sesuai
dengan ketentuan penilaian yang telah ditentukan.
d. Tabulating
Kegiatan memasukkan data-data hasil penelitian ke dalam
tabel tabel sesuai kriteria sehingga didapatkan jumlah data
sesuai dengan kuesioner.
2. Analisis Data / cara Penelitian
Data yang terkumpul kemudian diolah dengan tahapan perbaikan
data, pemberian kode, dan setelah itu dilakukan tabulasi. Analisis
data dilakukan dengan analisis univariate dan bivariate
(Notoatmodjo, 2010), sebagai berikut:
a. Analisis Univariate
Analisis univariate dilakukan terhadap tiap-tiap variabel dan
hasil penelitian yang meliputi karakteristik responden,
efektifitas model praktek keperawatan profesional dan etos
kerja perawat.
b. Analisis Bivariate
Analisis bivariate dilakukan terhadap tiap dua variabel yang
diduga ada perbedaan yang signifikan. Analisis ini
digunakan untuk menggambarkan dua variabel yang diduga
ada hubungan keeratan (Sugiyono, 2009). Uji bivariat
dilakukan melalui pengujian statistic dengan analisis korelasi

29
rank spearman, hal ini dikarenakan data berskala ordinal
sehingga analisis yang sesuai menurut Dahlan (2011)
adalah analisis rank spearman.
Interpretasi yang ditentukan:
1. Bila R hasil < R table (0,235) atau nilai p > 0,05, artinya
bahwa tidak ada hubungan antara Berpikir Positif
dengan etos kerja perawat di RSUD dr. R. Soetidjono
Blora
2. Bila R hasil ≥ R tanel (0,235) atau nilai p < 0,05, artinya
bahwa ada hubungan antara Berpikir positif denganetos
kerja perawat di RSUD dr. R. Soetidjono Blora.

9. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, seorang peneliti harus menerapkan
etika penelitian: (Hidayat, 2011)
1. Informed Consent (lembar persetujuan menjadi responden)
Informad consent merupakan cara persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian dengan memberikan lembar
persetujuan. Informedconsent ini diberikan sebelum penelitian
dilakukan dengan memberi lembar persetujuan untuk menjadi
responden. Hal ini bertujuan agar responden mengerti maksud
dan tujuan penelitian dan dampak yang ditimbulkan.
2. Anonimity (tanpa nama)
Identitas responden tidak perlu dicantumkan pada lembar
pengumpulan data, cukup menggunakan kode pada masing-
masing lembar pengumpulan data.
3. Confidentialty (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi dari responden dijamin oleh peneliti,
hanya kelompok data tertentu yang akan disajikan atau
dilaporkan pada hasil penelitian.

E. JADWAL PENELITIAN
Terlampir

30

Anda mungkin juga menyukai