Anda di halaman 1dari 6

HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang merusak sistem

kekebalan tubuh dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Jika


makin banyak sel CD4 yang hancur, daya tahan tubuh akan makin
melemah sehingga rentan diserang berbagai penyakit.
HIV yang tidak segera ditangani akan berkembang menjadi kondisi serius yang disebut
AIDS (acquired immunodeficiency syndrome). AIDS adalah stadium akhir dari infeksi
HIV. Pada tahap ini, kemampuan tubuh untuk melawan infeksi sudah hilang
sepenuhnya.
Penularan HIV terjadi melalui kontak dengan cairan tubuh penderita, seperti darah,
sperma, cairan vagina, cairan anus, serta ASI. Perlu diketahui, HIV tidak menular
melalui udara, air, keringat, air mata, air liur, gigitan nyamuk, atau sentuhan fisik.
HIV adalah penyakit seumur hidup. Dengan kata lain, virus HIV akan menetap di dalam
tubuh penderita seumur hidupnya. Meski belum ada metode pengobatan untuk
mengatasi HIV, tetapi ada obat yang bisa memperlambat perkembangan penyakit ini
dan dapat meningkatkan harapan hidup penderita.
Hiv Aids pertama ditemukan di provinsi Bali pada Tahun 1987
Jumlah Komulatif Hiv/Aids 1 April 1987-31 maret 2016 :
-Hiv: 198.219
-Aids :78.292
Kemudian dari 2016 – 2019 Tercatat penderita Hiv Aids :19800
Faktor Risiko HIV dan AIDS

Kelompok orang yang lebih berisiko terinfeksi, antara lain:

 Orang yang melakukan hubungan intim tanpa kondom, baik hubungan sesama
jenis maupun heteroseksual.
 Orang yang sering membuat tato atau melakukan tindik.
 Orang yang terkena infeksi penyakit seksual lain.
 Pengguna narkotika suntik.
 Orang yang berhubungan intim dengan pengguna narkotika suntik.

HIV dan AIDS di Indonesia


Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI tahun 2019, terdapat lebih dari 50.000
kasus infeksi HIV di Indonesia. Dari jumlah tersebut, kasus HIV paling sering terjadi
pada heteroseksual, diikuti lelaki seks lelaki (LSL) atau homoseksual, pengguna
NAPZA suntik (penasun), dan pekerja seks.
Sementara itu, jumlah penderita AIDS di Indonesia cenderung meningkat. Di tahun
2019, tercatat ada lebih dari 7.000 penderita AIDS dengan angka kematian mencapai
lebih dari 600 orang.
Akan tetapi, dari tahun 2005 hingga 2019, angka kematian akibat AIDS di Indonesia
terus mengalami penurunan. Hal ini menandakan pengobatan di Indonesia berhasil
menurunkan angka kematian akibat AIDS.

Gejala HIV dan AIDS


Kebanyakan penderita mengalami flu ringan pada 2–6 minggu setelah terinfeksi HIV.
Flu bisa disertai dengan gejala lain dan dapat bertahan selama 1–2 minggu. Setelah flu
membaik, gejala lain mungkin tidak akan terlihat selama bertahun-tahun meski virus
HIV terus merusak kekebalan tubuh penderitanya, sampai HIV berkembang ke stadium
lanjut menjadi AIDS.
Pada kebanyakan kasus, seseorang baru mengetahui bahwa dirinya terserang HIV
setelah memeriksakan diri ke dokter akibat terkena penyakit parah yang disebabkan
oleh melemahnya daya tahan tubuh. Penyakit parah yang dimaksud antara lain diare
kronis, pneumonia, atau toksoplasmosis otak.

Penyebab dan Faktor Risiko HIV dan AIDS


Penyakit HIV disebabkan oleh human immunodeficiency virus atau HIV, sesuai dengan
nama penyakitnya. Bila tidak diobati, HIV dapat makin memburuk dan berkembang
menjadi AIDS.
Penularan HIV dapat terjadi melalui hubungan seks vaginal atau anal, penggunaan
jarum suntik, dan transfusi darah. Meskipun jarang, HIV juga dapat menular dari ibu ke
anak selama masa kehamilan, melahirkan, dan menyusui.
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko penularan adalah sebagai berikut:

 Berhubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan dan tanpa menggunakan


pengaman
 Menggunakan jarum suntik bersama-sama
 Melakukan pekerjaan yang melibatkan kontak dengan cairan tubuh manusia
tanpa menggunakan alat pengaman diri yang cukup

Lakukan konsultasi ke dokter bila Anda menduga telah terpapar HIV melalui cara-cara
di atas, terutama jika mengalami gejala flu dalam kurun waktu 2–6 minggu setelahnya.

Pengobatan HIV dan AIDS


Penderita yang telah terdiagnosis HIV harus segera mendapatkan pengobatan berupa
terapi antiretroviral (ARV). ARV bekerja mencegah virus HIV bertambah banyak
sehingga tidak menyerang sistem kekebalan tubuh.
Pencegahan HIV dan AIDS
Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghindari dan
meminimalkan penularan HIV:

 Tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah


 Tidak berganti-ganti pasangan seksual
 Menggunakan kondom saat berhubungan seksual
 Menghindari penggunaan narkoba, terutama jenis suntik
 Mendapatkan informasi yang benar terkait HIV, cara penularan, pencegahan,
dan pengobatannya, terutama bagi anak remaja

Candidiasis atau kandidiasis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh jamur Candida
albicans.  Infeksi jamur ini biasanya terjadi di kulit, mulut, dan organ intim. Jika tidak mendapatkan
penanganan, infeksi akibat jamur ini bisa menyebar ke bagian tubuh lain, seperti usus, ginjal, jantung,
dan otak.

Candidiasis dapat dialami oleh siapa saja. Namun, orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah
lebih berisiko terkena infeksi ini. Beberapa penyakit yang bisa menyebabkan turunnya kekebalan tubuh
adalah diabetes, kanker, dan HIV/AIDS.

Gejala Candidiasis
Penderita candidiasis memiliki gejala yang berbeda-beda, tergantung pada lokasi
infeksinya. Berikut adalah beberapa gejala candidiasis yang dibagi berdasarkan bagian
tubuh yang terserang:
Candidiasis mulut (thrush)

 Bercak putih atau kuning di lidah, bibir, gusi, langit-langit mulut, dan pipi bagian
dalam
 Kemerahan di mulut dan tenggorokan
 Kulit pecah-pecah di sudut mulut
 Rasa nyeri saat menelan

Candidiasis vulvovaginal

 Rasa gatal yang ekstrem di vagina


 Rasa nyeri dan terbakar saat buang air kecil
 Rasa tidak nyaman selama berhubungan seks
 Pembengkakan pada vagina dan vulva
 Keputihan yang menggumpal

Candidiasis kulit (cutaneous candidiasis)


 Ruam yang gatal di lipatan kulit, seperti ketiak, selangkangan, sela jari, atau di
bawah payudara
 Kulit yang kering dan pecah-pecah
 jika terjadi infeksi sekunder (infeksi kuman lain termasuk bakteri pada area kulit)

Candiasis telinga (otomikosis)

 Kemerahan pada telinga


 Nyeri telinga
 Pembengkakan
 Gatal pada telinga
 Kulit telinga mudah terkelupas
 Telinga berdenging (tinnitus)
 Keluarnya cairan berwarna putih kental dari telinga

Penyebab dan Faktor Risiko Candidiasis


Pada keadaan normal, jamur candida memang hidup di kulit dan beberapa bagian
tubuh, seperti mulut, tenggorokan, saluran cerna, dan vagina, tanpa menyebabkan
gangguan kesehatan.
Namun, jika jamur candida berkembang biak tanpa terkontrol atau masuk aliran darah,
ginjal, jantung, dan otak, hal ini dapat berbahaya bagi tubuh.
Pertumbuhan dan perkembangan jamur candida yang tidak terkendali paling sering
disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang lemah. Beberapa kondisi yang bisa
melemahkan daya tahan tubuh adalah:

 Menderita diabetes, HIV/AIDS, kanker, atau menjalani kemoterapi


 Menggunakan obat kortikosteroid dalam jangka yang lama
 Menggunakan antibiotik dalam jangka waktu yang lama
 Menderita obesitas atau malnutrisi

Selain itu, beberapa faktor berikut juga bisa meningkatkan risiko terjadinya candidiasis
pada kulit dan area kelamin:

 Cuaca yang hangat dan lembap


 Kebiasaan jarang mengganti pakaian dalam
 Kebiasaan menggunakan pakaian yang tidak menyerap keringat
 Kebersihan pribadi yang buruk

Diagnosis Candidiasis
Dokter akan menanyakan seputar keluhan dan gejala yang dialami pasien, serta
riwayat kesehatan dan obat-obatan yang sedang dikonsumsinya. Dokter juga akan
melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh, termasuk pemeriksaan pada kulit untuk
melihat ruam yang timbul.
Untuk memastikan diagnosis, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan
penunjang, seperti:

 Tes KOH, dengan mengambil sampel kerokan kulit untuk melihat jenis jamur
yang tumbuh di kulit
 Tes darah, dengan mengambil sampel darah untuk mendeteksi infeksi di tubuh
 Kultur jamur, dengan mengambil sampel dari darah dan jaringan tubuh untuk
mendeteksi jenis jamur yang menginfeksi tubuh
 Tes cairan vagina, dengan mengambil sampel cairan keputihan di vagina untuk
mendeteksi adanya pertumbuhan jamur dan jenis jamur yang menyebabkan
infeksi di vagina
 Tes urine, dengan mengambil sampel urine untuk mendeteksi adanya
pertumbuhan jamur candida di sampel urine.

Pengobatan dan Pencegahan Candidiasis


Tujuan pengobatan candidiasis adalah untuk mengatasi infeksi dan mencegah
terjadinya komplikasi. Saat sudah didiagnosis mengalami candidiasis, dokter akan
memberikan obat antijamur, sesuai dengan lokasi dan tingkat keparahan infeksi. Obat
antijamur yang dapat digunakan adalah:

 Amphotericin B
 Butoconazole
 Caspofungin
 Clotrimazole
 Flukonazol
 Miconazole
 Micafungin
 Nystatin
 Tioconale
 Vorikonazol
 Sulfanilamide

Komplikasi Candidiasis 
Candidiasis di kulit biasanya akan menimbulkan rasa tidak nyaman dan mengganggu
kepercayaan diri penderitanya. Jika infeksi menyebar ke aliran darah dan organ tubuh
lain, dapat terjadi komplikasi berupa sepsis dan gangguan pada organ yang terinfeksi.
Pada kasus tertentu, penyebaran candida ke selaput pembungkus otak (meningen)
akan menyebabkan meningitis.
Pencegahan Candidiasis
Candidiasis dapat dicegah dengan menjaga kebersihan pribadi dan sistem kekebalan
tubuh. Beberapa cara yang bisa dilakukan adalah:

 Jaga kebersihan mulut dan gigi dengan rutin menggosok gigi dan melakukan
pemeriksaan ke dokter gigi minimal 6 bulan sekali
 Hentikan kebiasaan merokok.
 Gunakan pakaian yang nyaman dan menyerap keringat
 Ganti pakaian, pakaian dalam, dan kaos kaku, secara teratur.
 Ganti pembalut secara rutin saat menstruasi.
 Konsumsi makanan bergizi seimbang dan probiotik.
 Bersihkan area vagina dengan air mengalir, serta hindari penggunaan panty
liner dan sabun pembersih kewanitaan tanpa anjuran dokter.
 Lakukan kontrol rutin ke dokter, jika Anda menderita penyakit yang bisa
melemahkan sistem kekebalan tubuh, seperti diabetes, kanker, atau HIV/AIDS.
 Kontrol rutin juga perlu dilakukan bila Anda menjalani kemoterapi atau
menggunakan obat kortikosteroid untuk waktu yang lama.
 Jangan menggunakan obat kortikosteroid dan antibiotik di luar anjuran dokter.

Anda mungkin juga menyukai