Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN TENTANG PENYAKIT HIV AIDS DAN

PENCEGAHANNYA

Nama Kelompok:

1. A’la Amalia
2. Alyadita Nora Haliza
3. Ayu Bintang Juliargy
4. Azzahra Dwiky Khumaira
5. Cantika Zulfa Nuraini

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PLUS


AL -FATIMAH BOJONEGORO
PENGERTIAN

HIV/AIDS merupakan hal yang berbeda tetapi saling berhubungan. Human Immunodeficiency
Virus atau biasa disingkat HIV adalah virus yang menyebabkan penyakit AIDS (Acquired
Immune Deficiency Syndrome).

HIV secara drastis dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh, sehingga memungkinkan
penyakit, bakteri, virus, dan infeksi lainnya menyerang tubuh Anda. HIV menyerang dan
menghancurkan sel CD4 yang seharusnya melawan infeksi dari sistem kekebalan tubuh.
Akibatnya, tubuh jadi kesulitan melawan infeksi dan kanker terkait HIV tertentu.

Tidak seperti virus lainnya, tubuh Anda tidak bisa menyingkirkan HIV sepenuhnya. Jika Anda
terinfeksi HIV, Anda akan memilikinya seumur hidup.

Sementara itu, AIDS adalah kondisi penyakit kronis dari infeksi virus HIV. Biasanya kondisi ini
ditandai dengan munculnya penyakit lain, seperti kanker dan berbagai infeksi yang muncul
seiring dengan melemahnya sistem kekebalan tubuh Anda.

PENYEBAB

AIDS disebabkan oleh virus HIV. HIV ditularkan melalui kontak dengan darah yang terinfeksi,
air mani, cairan vagina, dan air susu ibu (ASI) dari orang yang terinfeksi. Sebagai contoh, ketika
Anda berhubungan seks baik vagina, anal, atau oral dengan seseorang yang memiliki HIV tanpa
kondom, virus ini akan sangat mudah menular.

Ini karena adanya pertukaran cairan tubuh antara orang yang terinfeksi dengan orang yang sehat.
Kondisi ini akan meningkat risikonya jika di organ seksual Anda terdapat luka terbuka. Biasanya
perempuan remaja sangat rentan terhadap infeksi HIV karena selaput vagina mereka lebih tipis
dan lebih rentan terhadap infeksi dibandingkan wanita dewasa.

Tipe HIV

Virus HIV terbagi menjadi 2 tipe utama, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Masing-masing tipe terbagi
lagi menjadi beberapa subtipe. Pada banyak kasus, infeksi HIV disebabkan oleh HIV-1, 90% di
antaranya adalah HIV-1 subtipe M. Sedangkan HIV-2 diketahui hanya menyerang sebagian kecil
individu, terutama di Afrika Barat.

Infeksi HIV dapat disebabkan oleh lebih dari 1 subtipe virus, terutama bila seseorang tertular
lebih dari 1 orang. Kondisi ini disebut dengan superinfeksi. Meski kondisi ini hanya terjadi
kurang dari 4% penderita HIV, risiko superinfeksi cukup tinggi pada 3 tahun pertama setelah
terinfeksi.
HIV dan AIDS di Indonesia

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, selama tahun 2016 terdapat lebih dari 40 ribu
kasus infeksi HIV di Indonesia. Dari jumlah tersebut, HIV paling sering terjadi pada
heteroseksual, diikuti lelaki seks lelaki (LSL), dan pengguna NAPZA suntik (penasun). Di tahun
yang sama, lebih dari 7000 orang menderita AIDS, dengan jumlah kematian lebih dari 800
orang.

Data terakhir Kemenkes RI menunjukkan, pada rentang Januari hingga Maret 2017 saja sudah
tercatat lebih dari 10.000 laporan infeksi HIV, dan tidak kurang dari 650 kasus AIDS di
Indonesia.

GEJALA

Gejala HIV dibagi dalam beberapa tahap. Tahap pertama adalah tahap infeksi akut, dan terjadi
pada beberapa bulan pertama setelah seseorang terinfeksi HIV. Pada tahap ini, sistem kekebalan
tubuh orang yang terinfeksi membentuk antibodi untuk melawan virus HIV.

Pada banyak kasus, gejala pada tahap ini muncul 1-2 bulan setelah infeksi terjadi. Penderita
umumnya tidak menyadari telah terinfeksi HIV. Hal ini karena gejala yang muncul mirip dengan
gejala penyakit flu, serta dapat hilang dan kambuh kembali. Perlu diketahui, pada tahap ini
jumlah virus di aliran darah cukup tinggi. Oleh karena itu, penyebaran infeksi lebih mudah
terjadi pada tahap ini.

Gejala tahap infeksi akut bisa ringan hingga berat, dan dapat berlangsung hingga beberapa
minggu, yang meliputi:

- Demam hingga menggigil.


- Muncul ruam di kulit.
- Muntah.
- Nyeri pada sendi dan otot.
- Pembengkakan kelenjar getah bening.
- Sakit kepala.
- Sakit perut.
- Sakit tenggorokan dan sariawan.

Setelah beberapa bulan, infeksi HIV memasuki tahap laten. Infeksi tahap laten dapat berlangsung
hingga beberapa tahun atau dekade. Pada tahap ini, virus HIV semakin berkembang dan merusak
kekebalan tubuh.
Gejala infeksi HIV pada tahap laten bervariasi. Beberapa penderita tidak merasakan gejala
apapun selama tahap ini. Akan tetapi, sebagian penderita lainnya mengalami sejumlah gejala,
seperti:

- Berat badan turun.


- Berkeringat di malam hari.
- Demam.
- Diare.
- Mual dan muntah.
- Herpes zoster.
- Pembengkakan kelenjar getah bening.
- Sakit kepala.
- Tubuh terasa lemah.

Infeksi tahap laten yang terlambat ditangani, akan membuat virus HIV semakin berkembang.
Kondisi ini membuat infeksi HIV memasuki tahap ketiga, yaitu AIDS. Ketika penderita
memasuki tahap ini, sistem kekebalan tubuh sudah rusak parah, sehingga membuat penderita
lebih mudah terserang infeksi lain.

Gejala AIDS meliputi:

- Berat badan turun tanpa diketahui sebabnya.


- Berkeringat di malam hari.
- Bercak putih di lidah, mulut, kelamin, dan anus.
- Bintik ungu pada kulit yang tidak bisa hilang.
- Demam yang berlangsung lebih dari 10 hari.
- Diare kronis.
- Gangguan saraf, seperti sulit berkonsentrasi atau hilang ingatan.
- Infeksi jamur di mulut, tenggorokan, atau vagina.
- Mudah memar atau berdarah tanpa sebab.
- Mudah marah dan depresi.
- Ruam atau bintik di kulit.
- Sesak napas.
- Tubuh selalu terasa lemah.
- Komplikasi HIV dan AIDS
Infeksi HIV membuat sistem kekebalan tubuh melemah, sehingga tubuh lebih rentan terserang
berbagai penyakit, antara lain:

- Tuberculosis (TB). TB adalah infeksi paru-paru yang sering menyerang penderita HIV,
bahkan menjadi penyebab utama kematian pada penderita AIDS.
- Toksoplasmosis adalah infeksi parasit yang dapat memicu kejang bila menyebar ke otak.
- Cytomegalovirus. Cytomegalovirus adalah infeksi yang disebabkan oleh salah satu
kelompok virus herpes. Infeksi ini dapat menyebabkan kerusakan pada mata, saluran
pencernaan, dan paru-paru.
- Candidiasis. Candidiasis adalah infeksi jamur Candida yang menyebabkan ruam pada
sejumlah area tubuh. Infeksi ini disebabkan oleh parasit yang hidup di system
pencernaan.
- Meningitis kriptokokus. Meningitis adalah peradangan pada selaput otak dan tulang
belakang yang disebabkan oleh jamur.
- Wasting syndrome. Wasting syndrome merupakan kondisi ketika penderita AIDS
kehilangan 10% berat badan. Kondisi ini umumnya disertai diare serta demam kronis.
- HIV-associated nephropathy (HIVAN). HIVAN adalah peradangan pada saringan di
ginjal. Kondisi ini menyebabkan gangguan untuk membuang limbah sisa metabolisme
dari tubuh.
- Gangguan neurologis. Meski AIDS tidak menginfeksi sel saraf, akan tetapi penderita
AIDS dapat mengalami sejumlah kondisi seperti depresi, mudah marah, bahkan sulit
berjalan. Salah satu gangguan saraf yang paling sering menimpa penderita AIDS adalah
demensia.

Selain sejumlah penyakit di atas, ada beberapa jenis kanker yang dapat menyerang penderita
HIV, di antaranya adalah sarkoma kaposi dan limfoma. Sarkoma kaposi adalah kanker yang bisa
muncul di sepanjang pembuluh darah atau saluran getah bening. Sedangkan limfoma merupakan
kanker kelenjar getah bening.
Olahraga untuk HIV/AIDS

Olahraga yang tepat penting untuk dilakukan agar kondisi tubuh tetap baik. Namun, sebelum
mulai berolahraga, penderita HIV/AIDS sangat dianjurkan untuk berkonsultasi terlebih dahulu
pada dokter.

Saat berkonsultasi, sebutkan masalah yang dimiliki dan pertimbangkan status kesehatan saat ini.
Jangan lupa juga untuk mengatakan kondisi medis lain, agar dokter bisa benar-benar menentukan
jenis olahraga yang paling sesuai.

Dokter mungkin akan menyarankan penderita HIV/AIDS untuk melakukan olahraga ketahanan
dan aerobik, sebagaimana dikatakan oleh US Department of Veteran Affairs.

Olahraga ketahanan

Latihan ketahanan bisa membantu penderita HIV/AIDS untuk mengimbangi otot yang “dilahap”
penyakit tersebut. Sebab, latihan ketahanan dapat membantu membentuk masa otot dan
meningkatkan kekuatan tubuh secara menyeluruh.

Latihan kekuatan melibatkan pengerahan kekuatan dengan memindahkan (mendorong atau


menarik) objek berat. Untuk ini, Anda bisa mengangkat barbel atau beban di pusat kebugaran.
Jika ingin praktis, benda-benda di rumah juga bisa dimanfaatkan, misalnya mengangkat ember
berisi air. Di sisi lain, Anda dapat menggunakan berat badan Anda sendiri dalam latihan, seperti
push-up atau pull-up.

Aerobik

Latihan aerobik baik untuk penderita HIV/AIDS karena dapat membantu menguatkan paru-paru
dan jantung. Pada gilirannya, olahraga jenis ini akan meningkatkan seberapa banyak darah dan
oksigen yang dipompa jantung ke otot.

Beberapa jenis olahraga aerobik yang bisa dijadikan pilihan adalah joging, lari, berenang, dan
bersepeda.

Para ahli menyarankan para penderita HIV/AIDS untuk berolahraga 30 menit dalam sehari
sebanyak lima kali seminggu. Jika terlalu berat, bisa dilakukan secara bertahap, hingga mencapai
150 menit per minggu. Yang penting, konsistensi.

Tetap perhatikan kondisi

Jangan biarkan olahraga membuat lupa akan adanya penyakit HIV/AIDS. Karenanya, jika mulai
terasa lelah dan kehilangan energi, penderita HIV/AIDS sangat dianjurkan untuk:
Minum

Minumlah sebelum, selama, dan setelah berolahraga. Ketika merasa haus, kita sudah kehilangan
cairan dan elektrolit penting. Jika tidak minum, dehidrasi sangat mungkin terjadi.

Konsumsi makanan sehat

Berolahraga kadang membuat otot menjadi lemah. Penderita HIV/AIDS membutuhkan makanan
yang sehat, agar pasokan gizi selalu memadai untuk membangun kembali otot-otot di dalam
tubuh.

Tidur cukup

Para ahli menyatakan bahwa tidur 7–8 jam dalam sehari adalah yang terbaik untuk kesehatan
setiap orang, termasuk penderita HIV/AIDS. Ini karena saat tidur tubuh akan "membangun"
kembali yang sebelumnya rusak atau hilang karena olahraga.
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (disingkat
AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem
kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV;[1] atau infeksi virus-virus lain yang mirip
yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).

Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus
yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi
rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang
telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar
bisa disembuhkan.

HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit
dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti
darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu.[2][3] Penularan dapat terjadi
melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang
terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk
kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.

Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS berasal dari Afrika Sub-Sahara.[4] Kini AIDS
telah menjadi wabah penyakit. AIDS diperkiraan telah menginfeksi 38,6 juta orang di seluruh
dunia.[5] Pada Januari 2006, UNAIDS bekerja sama dengan WHO memperkirakan bahwa AIDS
telah menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang sejak pertama kali diakui pada tanggal 5
Juni 1981. Dengan demikian, penyakit ini merupakan salah satu wabah paling mematikan dalam
sejarah. AIDS diklaim telah menyebabkan kematian sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta jiwa pada
tahun 2005 saja, dan lebih dari 570.000 jiwa di antaranya adalah anak-anak.[5] Sepertiga dari
jumlah kematian ini terjadi di Afrika Sub-Sahara, sehingga memperlambat pertumbuhan
ekonomi dan menghancurkan kekuatan sumber daya manusia di sana. Perawatan antiretrovirus
sesungguhnya dapat mengurangi tingkat kematian dan parahnya infeksi HIV.[6]

Hukuman sosial bagi penderita HIV/AIDS, umumnya lebih berat bila dibandingkan dengan
penderita penyakit mematikan lainnya. Kadang-kadang hukuman sosial tersebut juga turut
tertimpakan kepada petugas kesehatan atau sukarelawan, yang terlibat dalam merawat orang
yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA).

sistem imun atau sistem kekebalan adalah sel-sel dan banyak struktur biologis lainnya yang
bertanggung jawab atas imunitas, yaitu pertahanan pada organisme untuk melindungi tubuh dari
pengaruh biologis luar dengan mengenali dan membunuh patogen. Sementara itu, respons
kolektif dan terkoordinasi dari sistem imun tubuh terhadap pengenalan zat asing disebut respons
imun. Agar dapat berfungsi dengan baik, sistem ini akan mengidentifikasi berbagai macam
pengaruh biologis luar seperti dari infeksi, bakteri, virus sampai parasit, serta menghancurkan
zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel dan jaringan organisme yang sehat agar
tetap berfungsi secara normal.

Anda mungkin juga menyukai