Anda di halaman 1dari 6

Apa Artinya ‘AIDS’?

AIDS adalah kependekan dari ‘Acquired Immune Deficiency Syndrome’. Acquired berarti


didapat, bukan keturunan. Immune terkait dengan sistem kekebalan
tubuh kita. Deficiency berarti kekurangan. Syndrome atau sindrom berarti penyakit dengan
kumpulan gejala, bukan gejala tertentu. Jadi AIDS berarti kumpulan gejala akibat kekurangan
atau kelemahan sistem kekebalan tubuh yang dibentuk setelah kita lahir.

AIDS disebabkan oleh virus yang disebut HIV atau Human Immunodeficiency Virus. Bila kita
terinfeksi HIV, tubuh kita akan mencoba menyerang infeksi. Sistem kekebalan kita akan
membuat ‘antibodi’, molekul khusus yang menyerang HIV itu.

Tes darah untuk HIV mencari antibodi tersebut. Jika ditemukan antibodi tersebut di darah kita,
berarti kita terinfeksi HIV. Orang yang mempunyai antibodi terhadap HIV disebut ‘HIV-positif’
atau terinfeksi HIV. Lihat Lembaran Informasi (LI) 102 untuk informasi lebih lanjut tentang tes
HIV.

Menjadi terinfeksi HIV bukan berarti kita AIDS. Banyak orang terinfeksi HIV tidak menjadi sakit
selama bertahun-tahun. Semakin lama kita terinfeksi HIV, semakin rusak sistem kekebalan
tubuh kita. Virus, parasit, jamur dan bakteri yang biasanya tidak menimbulkan masalah bagi kita
dapat menyebabkan penyakit jika sistem kekebalan tubuh rusak. Penyakit ini disebut ‘infeksi
oportunistik(IO)’. Lihat LI 500 untuk informasi tentang IO.

Bagaimana Kita Terkena AIDS?

Sebetulnya, kita tidak ‘terkena’ AIDS. Kita mungkin terinfeksi HIV, dan kemudian
mengembangkan AIDS. Kita dapat tertular HIV dari seseorang yang sudah terinfeksi, walaupun
orang itu tidak kelihatan sakit, bahkan dengan hasil tes HIV yang tidak positif. Darah, cairan
vagina, air mani dan air susu ibu seseorang yang terinfeksi HIV mengandung virus yang cukup
untuk menularkan orang lain. Sebagian besar orang tertular HIV melalui:

 hubungan seks dengan orang yang terinfeksi HIV


 penggunaan jarum suntik bergantian dengan orang yang terinfeksi HIV
 kelahiran oleh ibu yang terinfeksi, atau disusui oleh perempuan yang terinfeksi HIV
Dulu ada yang tertular HIV melalui transfusi darah yang mengandung HIV (diambil dari seorang
yang terinfeksi HIV), tetapi sekarang darah PMI diskrining secara sangat hati-hati, dan risikonya
sangat rendah.

Belum ada kasus HIV ditularkan melalui air mata atau air ludah. Namun HIV bisa menular
melalui seks oral (hubungan seks dengan mulut), bahkan dengan ciuman dalam. Penularan
melalui ciuman dalam sangat jarang terjadi, kecuali jika ada luka berat pada mulut, atau gusi
berdarah.

Pada 2012, Kemenkes memperkirakan ada 591.718 orang terinfeksi HIV di Indonesia. Namun
pada akhir Maret 2014, hanya ada 134.053 orang diketahui terinfeksi HIV melalui tes sukarela.
Pada waktu yang sama, 54.231 orang dilaporkan sudah sampai ke stadium AIDS dan 9.615
diketahui sudah meninggal dunia akibatnya.

Apa yang Terjadi Bila Kita Terinfeksi HIV?

Kita mungkin tidak tahu bahwa kita baru terinfeksi HIV. Kurang lebih 2-3 minggu setelah
tertular, beberapa orang mengalami gejala mirip flu: demam, sakit kepala, otot dan sendi yang
sakit, sakit perut, kelenjar getah bening yang bengkak, atau ruam pada kulit selama satu atau
dua minggu. Gejala ini biasanya hilang tanpa diobati. Kebanyakan orang merasa ini memang
flu. Beberapa orang tidak mengalami gejala apa pun. Lihat LI 103 untuk informasi lebih lanjut
tentang tahap awal infeksi HIV.

Virus akan menggandakan diri dalam tubuh kita untuk beberapa minggu atau bahkan bulan
sebelum sistem kekebalan tubuh kita menanggapinya. Selama masa ini, hasil tes HIV tetap
negatif (yang kadang dilaporkan sebagai ‘non-reaktif’), walaupun kita sudah terinfeksi dan bisa
menularkan orang lain.

Setelah menanggapi virus, sistem kekebalan tubuh mulai membuat antibodi. Setelah dibuat
cukup banyak antibodi, hasil tes HIV akan menjadi positif atau ‘reaktif’. Setelah gejala mirip flu
(jika terjadi), kita akan tetap sehat selama bertahun-tahun – beberapa orang tidak mengalami
gejala selama sepuluh tahun atau lebih. Namun selama masa tanpa gejala ini, HIV terus
merusak sistem kekebalan tubuh kita.

Satu cara untuk mengukur kerusakan pada sistem kekebalan tubuh adalah dengan menghitung
jumlah sel CD4. Sel ini adalah bagian penting dari sistem kekebalan tubuh. Orang yang sehat
mempunyai jumlah CD4 antara 500 dan 1.500. Lihat LI 124 untuk informasi lebih lanjut tentang
sel CD4.

Tanpa terapi, jumlah CD4 kita kemungkinan akan terus turun. Kita mungkin mengalami gejala
penyakit HIV, misalnya demam, keringat malam, diare, atau pembengkakan kelenjar getah
bening. Gejala ini bertahan lebih dari beberapa hari, kemungkinan selama beberapa minggu.
Bagaimana Kita Tahu Kita AIDS?

Penyakit HIV menjadi AIDS waktu sistem kekebalan tubuh kita sangat rusak. Bila jumlah CD4
kita di bawah 200, atau persentase CD4 (CD4%) di bawah 14%, kita dianggap AIDS. Bila kita
mengalami IO tertentu, kita dianggap AIDS. Kemenkes secara resmi mengeluarkan daftar IO
yang mendefinisikan AIDS. Yang paling umum adalah:

 TB (tuberkulosis), dalam paru atau di luar paru (LI 515);


 PCP, semacam infeksi paru (LI 512);
 CMV (sitomegalovirus), infeksi yang biasanya memengaruhi mata (LI 501); dan
 Kandidiasis, infeksi jamur dalam mulut atau vagina (LI 516).

Gejala lain terkait AIDS termasuk kehilangan berat badan yang berlebihan, dan masalah
kesehatan lain. Jika tidak diobati, IO dapat gawat.

AIDS berbeda untuk setiap Odha. Ada orang yang sampai ke AIDS beberapa bulan setelah
terinfeksi, tetapi kebanyakan dapat hidup cukup sehat selama bertahun-tahun, bahkan setelah
AIDS. Sebagian kecil Odha tetap sehat bertahun-tahun bahkan tanpa memakai
terapiantiretroviral (ART).

Apakah Ada Obat Penyembuh AIDS?

Walaupun ada dua kasus orang yang disembuhkan, saat ini belum ada cara yang aman untuk
menyembuhkan HIV (lihat LI 485). Belum ada cara untuk memberantas HIV dari tubuh kita.
ART dapat menekan penggandaan virus dengan akibat kerusakan pada sistem kekebalan
tubuh dihentikan dan dipulihkan. Kita dapat kembali tetap sehat, asal kita memakai ART secara
patuh.

Obat lain dapat mencegah atau mengobati IO. ART juga mengurangi timbulnya IO. Namun
masih ada beberapa IO yang sulit diobati.
PENYAKIT HERPES
Herpes zoster (nama lain: shingles atau cacar ular cacar api) adalah penyakit yang disebabkan
oleh virus varicella-zoster.[1] Setelah seseorang menderita cacar air, virus varicella-zoster akan
menetap dalam kondisi dorman (tidak aktif atau laten) pada satu atau lebih ganglia (pusat saraf)
posterior.[2] Apabila seseorang mengalami penurunan imunitasseluler maka virus tersebut dapat
aktif kembali dan menyebar melalui saraf tepi ke kulit sehingga menimbulkan penyakit herpes
zoster.[2] Di kulit, virus akan memperbanyak diri (multiplikasi) dan membentuk bintil-bintil kecil
berwarna merah, berisi cairan, dan menggembung pada daerah sekitar kulit yang
dilalui virus tersebut.[2] Herper zoster cenderung menyerang orang lanjut usia dan penderita
penyakit imunosupresif (sistem imun lemah) seperti penderitaAIDS, leukemia, lupus,
dan limfoma.[1]

Epidemologi
Herpes zoster ditularkan antarmanusia melalui kontak langsung, salah satunya adalah transmisi
melalui pernapasansehingga virus tersebut dapat menjadi epidemik di antara inang yang rentan.
Resiko terjangkit herpes zoster terkait dengan pertambahan usia. Hal ini berkaitan
adanya immunosenescence, yaitu penurunan sistem imun secara bertahap sebagai bagian dari
proses penuaan. Selain itu, hal ini juga terkait dengan penurunan jumlah sel yang terkait
dalam imunitas melawan virus varicella-zoster pada usia tertentu. Penderita imunosupresi,
seperti pasien HIV/AIDS yang mengalami penurunan CD4 sel-T, akan berpeluang lebih besar
menderita herpes zoster sebagai bagian dari infeksi oportunistik.[3]
Herpes Zoster bukan Herpes Genital atau Herpes Simplex, oleh karenanya Herpes Zoster yang
merupakan bawaan dari Penyakit Cacar Air atau Varisela Zoster tidak akan menular pada orang
lain menjadi Herpes Zoster juga, kecuali orang tersebut belum pernah terkena Cacar Air, maka ia
bisa terjangkit Cacar Air.[4] Tetapi pada umumnya orang dewasa telah pernah terkena Cacar Air
pada masa kecilnya, sedangkan Balita zaman sekarang yang telah divaksinasi lengkap juga telah
mendapat Vaksinasi Cacar Air (Varisela). Vaksinasi Varisela sebaiknya diberikan pada orang
yang belum pernah terkena Cacar Air, tetapi bagi mereka yang telah berusia di atas 50 tahun
sebaiknya diberikan Vaksinasi Varisela apakah sudah pernah terkena Cacar Air atau tidak
sebagai booster (penguat), sehingga jika timbul Lepuh (singhle) Herpes Zoster tidak parah.
Sebagaimana halnya Vaksinasi MMR yang juga menggunakan Virus yang dilemahkan, maka
pasien yang divaksinasi harus dalam kondisi Fit agar demam akibat vaksinasi minimal.

Gejala
Perkembangan ruam herpes zoster
Hari 1 Hari 2 Hari 5 Hari 6

Pada awal terinfeksi virus tersebut, pasien akan menderita rasa sakit seperti terbakar dan kulit
menjadi sensitif selama beberapa hari hingga satu minggu. Penyebab terjadinya rasa sakit yang
akut tersebut sulit dideteksi apabila ruam (bintil merah pada kulit) belum muncul. Ruam shingles
mulai muncul dari lepuhan (blister) kecil di atas dasar kulit merah dengan lepuhan lainnya terus
muncul dalam 3-5 hari. Lepuhan atau bintil merah akan timbul mengikuti saraf dari sumsum
tulang belakang dan membentuk pola seperti pita pada area kulit. Penyebaran bintil-bintil
tersebut menyerupai sinar (ray-like) yang disebut pola dermatomal. Bintil akan muncul di
seluruh atau hanya sebagian jalur saraf yang terkait. Biasanya, hanya satu saraf yang terlibat,
namun di beberapa kasus bisa jadi lebih dari satu saraf ikut terlibat.[5] Bintil atau lepuh akan
pecah dan berair, kemudian daerah sekitarnya akan mengeras dan mulai sembuh. Gejala tersebut
akan terjadi dalam selama 3-4 minggu. Pada sebagian kecil kasus, ruam tidak muncul tetapi
hanya ada rasa sakit.[6]

Deteksi
Untuk mendeteksi penyakit herpes zoster, dapat dilakukan beberapa macam tes, yaitu;

 Kultur virus
Cairan dari unilepuh yang baru pecah dapat diambil dan dimasukkan ke dalam media virus untuk
segera dianalisa di laboratorium virologi. Apabila waktu pengiriman cukup lama, sampel dapat
diletakkan pada es cair. Pertumbuhan virus varicella-zoster akan memakan waktu 3-14 hari dan
uji ini memiliki tingkat sensitivitas 30-70% dengan spesifitas mencapai 100%.

 Deteksi antigen
Uji antibodi fluoresens langsung lebih sensitif bila dibandingkan dengan teknik kultur sel. Sel
dari ruam atau lesi diambil dengan menggunakan scapel (semacam pisau) atau jarum kemudian
dioleskan pada kaca dan diwarnai dengan antibodi monoklonal yang terkonjugasi dengan
pewarna fluoresens. Uji ini akan mendeteksi glikoproten virus.

 Uji serologi
Uji serologi yang sering digunakan untuk mendeteksi herpes zoster adalah ELISA.

 PCR
PCR digunakan untuk mendeteksi DNA virus varicella-zoster di dalam cairan tubuh, contohnya
cairan serebrospina.[7]

Pengobatan]
Pengobatan terhadap herpes zoster terdiri dari tiga hal utama yaitu pengobatan infeksi virus akut,
pengobatan rasa sakit akut yang berkaitan dengan penyakit tersebut, dan pencegahan terhadap
neuralgia pascaherpes. Penggunaan agen antiviral dalam kurun waktu 72 jam setelah terbentuk
ruam akan mempersingkat durasi terbentuknya ruam dan meringankan rasa sakit akibat ruam
tersebut. Apabila ruam telah pecah, maka penggunaan antiviral tidak efektif lagi. Contoh
beberapa antiviral yang biasa digunakan untuk perawatan herpes zoster
adalah Acyclovir, Famciclovir, dan Valacyclovir.[8]
Untuk meringankan rasa sakit akibat herpes zoster, sering digunakan kortikosteroid oral (contoh
prednisone). Sedangkan untuk mengatasi neuralgia pascaherpes digunakan analgesik (Topic
agents), antidepresan trisiklik, dan antikonvulsan (antikejang). Contoh analgesik yang sering
digunakan adalah krim (lotion) yang mengandung senyawa calamine, kapsaisin, dan xylocaine.
Antidepresan trisiklik dapat aktif mengurangi sakit akibat neuralgia pascaherpes karena
menghambat penyerapan kembali neurotransmiter serotonin dan norepinefrin. Contoh
antidepresan trisiklik yang digunakan untuk perawatan herpes zoster adalah Amitriptyline,
Nortriptyline, Nortriptyline, dan Nortriptyline. Untuk mengontrol sakit neuropatik, digunakan
antikonvulsan seperti Phenytoin, carbamazepine, dan gabapentin.[8]

Pencegahan
Untuk mencegah herper zoster, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah pemberian vaksinasi.
[9]
 Vaksin berfungsi untuk meningkatkan respon spesifik limfosit sitotoksik terhadap virus
tersebut pada pasien seropositif usia lanjut.[9] Vaksin herpes zoster dapat berupa virus herpes
zoster yang telah dilemahkan atau komponen selular virus tersebut yang berperan sebagai
antigen.[7] Penggunaan virus yang telah dilemahkan telah terbukti dapat mencegah atau
mengurangi risiko terkena penyakit tersebut pada pasien yang rentan, yaitu orang lanjut usia dan
penderita imunokompeten, serta imunosupresi.[10][7]

Anda mungkin juga menyukai