DAN
KOMITMEN PROFESIONAL DALAM PROFESI
BAB I
PENDAHULUAN
Mangkunegara (2017:46) menjelaskan bahwa SDM yang dapat diartikan sebagai Sumber
Daya Manusia yang dijelaskan secara luas sebagai sebuah perencanaan, pengorganisasian,
koordinasi, pelaksanaan dan sebagai pengawasan perolehan hingga pemisahan pekerja untuk
mencapai tujuan dalam organisasi. Dalam teori MSDM adalah manajemen yang memiliki fokus
terhadap unsur sumberdaya manusia yang merupakan bagian dari manajemen keorganisasian.
Dalam organisasi, orang adalah elemen yang paling penting dan apabila tidak adanya andil
manusia membuat organisasi tidak berjalan. Karena manusia adalah penentu jalan dan mesin
organisasi yang sejalan dalam organisasi harus mencerminkan secara positif untuk mencapai
tujuannya suatu perusahaan. Dalam dunia kedokteran, perkembangan begitu pesat, baik dari segi
pelayanan maupun penemuan - penemuan di bidang kedokteran, dan tidak hanya itu dari segi
tempat pelayanan pun berkembang secara luas dan pesat. Kebijakan yang dikelurakan oleh
pemerintah untuk mendirikan dalam fasilitas Kesehatan bisa berupa rumah sakit hingga
puskesmas telah tersebar di daerah - daerah Indonesia.
Hal terpenting tidak terdapat di jumlah lokasi pelayanan saja namun kualitas dalam
sebuah pelayanan menjadi bagian dari prioritas utama yang dianggap masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan. Kerjasama tim menurut Musriha (2013:99)
mengatakan bahwa suatu kesatuan yang dimiliki lebih dari dua orang yang mengkomunikasikan
pekerjaan dalam mencapai tujuan di sebuah perusahaan. Kini di sebuah kemampuan yang
menjadi skill karyawan juga terletak pada kepercayaan diri untuk menyelesaikan pekerjaan
dengan benar dan cepat bersama orang lain atau bersama dengan tim karena kerja tim juga
memiliki peran penting dalam kelancaran suatu organisasi. Terdapat beberapa faktor yang dapat
mendukung pencapaian tujuan klinis salah satunya kerjasama tim. Dalam sebuah bentuk
kerjasama antar karyawan sebuah perusahaan akan mempengaruhi kinerja yang dihasilkan
dikarenakan dalam bekerja secara tim mempercepat sebuah pekerjaan yang menjadi tujuan
sebuah perusahaan. Hal ini sangat penting untuk mendorong kerjasama tim yang efektif di klinik.
Kemampuan bekerja didalam perusahaan bisa dilakukan oleh tim maupun individu secara efektif
diperlukan di dalam sebuah klinik yang menjadi tujuannya. Hal ini menjadikan sebuah klinik
mentraining karyawannya dengan baik mencapai tujuan perusahaan secara kerja bersama dan
kepribadian juga menjadi salah satu bagian yang membuat keberhasilan kerja tim. Hal tersebut
membuat kemampuan yang dimiliki karyawan untuk menumbuhkan sikap dan kepribadian
tersebut yang dimiliki karyawan dapat meningkatkan secara positif signifikan pada kinerja
karyawan Klinik Pratama Rawat Inap PRISDHY.
Lingkungan kerja menurut Ferawati (2017:3) mengatakan sebagai sebuah yang berada di
bagian karyawan baik dari luar diri amupun dalam diri karyawan untuk berpengaruh pada
pelaksanaan tugas yang diberikan kepada karyawan dimana karyawan akan mampu membantu
mempengaruhi lingkungan kerja sebagai faktor penting untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh perusahaan. Keinginan yang berbentuk psikologis yang dimiliki karyawan mampu
melaksanakan tugas yang dimiliki oleh karyawan untuk mencapai tujuan perusahaan secara baik.
Prestasi kerja karyawan merupakan variabel penting dalam diri karyawan yang dibantu oleh
variabel lingkungan kerja yang berbentuk fisik dan lingkungan kerja yang berbentuk psikologis
itu harus memiliki lingkungan kerja yang nyaman hingga memiliki yang bersih, harus memiliki
yang damai supaya karyawan nyaman dalam melakukan semua aktifitas pekerjaan mereka agar
pekerjaan mereka dapat selesai tepat waktu.
Banyaknya permasalahan dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak, menjadi perhatian
penting pemerintah sehingga pemerintah mengupayakan fasilitas kesehatan. Dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas) adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya. Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten
atau kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerja
(Depkes RI, 2004). Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh,
terpadu, merata, dapat diterima dan dijangkau oleh masyarakat, dengan peran aktif masyarakat
dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna dengan biaya
yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan
dengan menitikberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajat
kesehatan yang optimal tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan.
Adapun fokus upaya kesehatan wajib di Puskesmas adalah upaya Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA) serta keluarga berencana (KB) (Efendi dan Makhfudli, 2009). Masalah kesehatan
Ibu dan Anak menjadi salah satu permasalahan penting yang dihadapi bangsa Indonesia dan
membutuhkan perhatian khusus dari pemerintah karena begitu banyak masalah pada kelompok
kesehatan ibu dan anak, yang ditandai dengan masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB), dan berbagai penyakit yang bisa menyerang Ibu dan Anak.
Adapun tenaga profesional yang bertanggungjawab langsung dan bekerja sebagai mitra
perempuan dalam memberikan dukungan yang diperlukan seperti, asuhan dan saran kehamilan,
persalinan serta memberikan perawatan pada bayi baru lahir dan bayi-bayi lainnya sepenuhnya
menjadi tanggungjawabnya sendiri. Tapi pada kenyataannya banyak bidan yang kurang
profesional dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya. Pentingnya peran seorang bidan
dalam menanggulangi permasalahan kesehatan ibu dan anak, menjadi tugas pokok seorang
bidan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Triguno dalam Nurdin (2019: 16) mengartikan kualitas sebagai standar yang harus
dicapai oleh seorang/kelompok/ lembaga/organisasi mengenai kualitas sumber daya mansuia,
kualitas cara kerja, proses dan hasil kerja atau produk yang berupa barang dan jasa. Berkualitas
mempunyai arti memuaskan kepada yang dilayani atas tuntutan/persyaratan pelanggan/
masyarakat.
Kualitas pada dasarnya terkait dengan pelayanan yang terbaik, yaitu suatu sikap atau cara
karyawan dalam melayani pelanggan atau masyarakat secara memuaskan. Lebih lanjut Triguno
dalam Nurdin (2019: 16) menyatakan bahwa pelayanan/ penyampaian terbaik, yaitu “melayani
setiap saat, secara cepat dan memuaskan, berlaku sopan, ramah dan menolong, serta profesional
dan mampu”. Sesuai dengan pendapat Dedy dan Alfandi (2022: 20) yang mengatakan bahwa
kualitas pelayanan adalah cara melayani, membantu menyiapkan,mengurus, menyelesaikan
keperluan dan kebutuhan konsumen secara individu maupun berkelompok yang sesuai dengan
harapan atau melebihi harapan konsumen.
Wycof dalam Nurdin (2019: 17) mengatakan bahwa kualitas jasa/layanan adalah tingkat
keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi
keinginan pelanggan. Ini berarti bila jasa/layanan yang diterima 7 (perceived service) sesuai
dengan yang diharapkan maka kualitas layanan/jasa dipersepsikan baik dan memuaskan. Jika
jasa yang diterima melampaui harapan pelanggan maka kualitas jasa/layanan dipersepsikan
sebagai kualitas yang ideal, sebaliknya bila jasa/layanan yang diterima lebih rendah dari pada
yang diharapkan, maka kualitas jasa/layanan akan dipersepsikan buruk.
Sedangkan menurut Masram dan Mu’ah (2015: 203), kualitas layanan dikatakan baik
apabila dapat memenuhi atau melampaui apa yang diharapakan pelanggan dari layanan tersebut.
Oleh karena itu, kualitas layanan dapat didefnisikan seberapa jauh perbedaan (selisih) antara
harapan dan persepsi pelanggan. Jika harapan tidak realistis, maka mungkin saja terjadi kualitas
layanan yang dirasakan menjadi tidak baik.
Fikri, dkk (2016: 120) mengatakan bahwa model kualitas pelayanan yang popular dan
hingga kini banyak digunakan sebagai acuan dalam riset pemasaran jasa adalah model servqual
(service quality) yang dikembangkan oleh Zeithaml. Oleh karena itu, untuk mengetahui
kepuasan pelanggan, dapat dilakukan melalui survey pelanggan yang didasarkan pada dimensi-
dimensi kualitas pelayanan yang berkaitan erat dengan kebutuhan pelangga. Menurut Zeithaml-
Parasurman-Berry dalam Pasolong (2019: 155), untuk mengetahui kualitas pelayanan yang
dirasakan secara nyata oleh konsumen, dapat digunakan indikator-indikator yang ada dalam
3) Responsiveness: kesanggupan untuk membantu dan menyediakan pelayanan secara cepat dan
tepat, serta tanggap terhadap keinginan konsumen.
4) Assurance: kemampuan dan keramahan serta sopan santun pegawai dalam meyakinkan
kepercayaan konsumen.
5) Emphathy: sikap tegas tetapi penuh perhatian dari pegawai terhadap konsumen.
Kotler dalam Nurdin (2019: 20) mengemukakan 5 (lima) determinan kualitas pelayanan yang
dapat dirinci sebagai berikut:
1) Keterandalan (realibility); kemauan untuk melaksanakan jasa yang dijanjikan dengan tepat
dan terpercaya 8
4) Empati (empathy); syarat untuk peduli, memberikan perhatian, pribadi bagi pelanggan
5) Berwujud (tangible); penampilan fasilitas fisik, peralatan, personil dan media komunikasi.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendapat yang dikemukakan oleh Zeithaml-
Parasurman-Berry dalam Pasolong (2019: 155), bahwa untuk mengukur kualitas pelayanan/ jasa
publik termasuk didalamnya pengukuran kualitas pelayanan petugas pemungut retribusi terminal
dapat digunakan (5) lima dimensi, yaitu: (1) tangibles, (2) realibility, (3) responsiveness, (4)
assurance, dan (5) emphathy.
Tingkat Kepuasan Pasien Kepuasan berkaitan dengan kesembuhan pasien dari sakit atau
luka. Hal ini lebih berkaitan dengan konsekuensi sifat pelayanan kesehatan itu sendiri, berkaitan
pula dengan sasaran dan hasil pelayanan. Hafizurrachman (2009: 88) menyatakan bahwa
kepuasan pasien dalam menilai mutu atau pelayanan yang baik, dan merupakan pengukuran
penting yang mendasar bagi mutu pelayanan. Hal ini karena memberikan informasi terhadap
suksesnya pemberi pelayanan bermutu dengan nilai dan harapan pasien yang mempunyai
wewenang sendiri untuk menetapkan standar mutu pelayanan yang dikehendaki.
Sabarguna (2004: 70) mengemukakan bahwa kepuasan pasien adalah merupakan nilai
subyektif terhadap kualitas pelayanan yang diberikan. Skawanti dan Suhendar (2022: 111)
menambahkan bahwa kepuasan pasien didapat apabila pelayanan yang diberikan sesuai dengan
harapannya. Namun demikian walaupun subyektif tetap ada dasar obyektifnya, artinya walaupun
penilaian itu dilandasi oleh pengalaman masa lalu, pendidikan, situasi psikis waktu itu dan
pengaruh lingkungan waktu itu, tetapi tetap akan didasari oleh kebenaran dan kenyataan obyektif
yang ada.
Endang dalam Mamik (2010: 110) menambahkan bahwa kepuasan pasien merupakan
evaluasi atau penilaian setelah memakai suatu pelayanan, bahwa pelayanan yang dipilih setidak-
tidaknya memenuhi atau melebihi harapan. Pohan (2012: 145) menyebutkan bahwa kepuasan
pasien adalah tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai 9 akibat dari kinerja layanan
kesehatan yang diperolehnya, setelah pasien membandingkan dengan apa yang diharapkannya.
Sirojudin, dkk. (2021: 10) mengatakan bahwa kepuasan pelanggan berkaitan dengan apa
yang telah dirasakan pelanggan atas pelayanan yang telah diberikan dibandingkan dengan apa
yang diinginkan. Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja
atau hasil yang dia rasakan dibandingkan dengan harapannya, sedangkan ketidakpuasan timbul
apabila hasil tidak memenuhi harapan.
Berdasarkan pada beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan
pasien merupakan nilai subyektif pasien terhadap pelayanan yang diberikan setelah
membandingkan dari hasil pelayanan yang diberikan dengan harapannya. Pasien akan merasa
puas jika pelayanan yang diberikan sesuai harapan pasien atau bahkan lebih dari apa yang
diharapkan pasien.
1) Professionalism and Skills. Pelanggan menganggap bahwa penyelia jasa, para karyawan,
system operasional, dan sumber daya fisiknya memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang
dibutuhkan untuk memecahkan masalah pelanggan secara professional.
2) Reputation and Credibility Pelanggan meyakini bahwa bisnis penyelia jasa dapat dipercaya,
memberikan value of money yang selayaknya, dan mencerminkan kinerja dan nilai positif.
3) Attitudes and Behavior Pelanggan merasa bahwa para karyawan kontak memperhatikan
mereka dan berusaha membantu memecahkan masalah pelanggan secara spontan dan dengan
senang hati.
4) Accessibilty and Flexibility Pelanggan merasa bahwa penyelia jasa, lokasi, jam kerja,
karyawan dan system operasionalnya dirancang dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga
pelanggan dapat mengakses dengan mudah. Selain itu juga dirancang dengan maksud agar dapat
bersifat flexible dalam menyesuaikan permintaan dan keinginan pelanggan.
5) Reliability and Trustworthiness Pelanggan meyakini bahwa apapun yang terjadi atau telah
disepakati, mereka bisa 10 mengandalkan penyelia jasa, karyawan, dan sistemnya dalam
memenuhi janji-janji dan bertibdak demi kepentingan pelanggan.
6) Service Recovery Pelanggan meyakini bahwa bila ada kesalahan atau bila terjadi sesuatu yang
tidak diharapkan, penyelia jasa akan segera dan secara aktif mengambil tindakan untuk
mengendalikan situasi dan menemukan solusi yang tepat.
7) Serviscape Pelanggan merasa bahwa kondisi fisik dan aspek lingkungan service encounter
lainnya mendukung pengalaman positif atas proses jasa.
Pelayanan kesehatan puskesmas terdiri dari pelayanan internal dan eksternal. Pelayanan
internal berkaitan dengan pelayanan eksternal. Tjiptono dan Candra (2016: 140) menguraikan
bahwa kualitas pelayanan akan medorong terwujudnya tingkat kepuasan penerima jasa.
Penerima jasa pelayanan dalam penelitia ini adalah pasien sehingga pelayanan jasa yang
berkualitas akan menciptakan kepuasaan pasien. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
kualitas pelayanan adalah factor penentu tingkat kepuasan. Berikut skema yang dapat
menggambarkan hubungan antara kualitas pelayanan dengan kepuasan pasien:
Kualitas
Harapan pelayanan
Rintangan Kepuasan
Pasien
Kinerja yang
diharapkan Keluhan
Gambar 1.
Model Hubungan Kualitas Peyanan Dengan Kepuasan Pasien
Kepuasan pasien menjadi bagian integral dan menyeluruh dari kegiatan jaminan kualitas
pelayanan kesehatan artinya pengukuran tingkat kepuasan pasien harus menjadi kegiatan yang
tidak dapat dipisahkan dari pengukuran kualitasa layanan kesehatan. Produk atau jasa pelayanan
kesehatan yang bisa memuaskan adalah produk dan jasa yang sanggup memberikan sesuatu yang
dicari oleh pasien, sampai tingkat cukup, sebaliknya ketidakpuasan akan muncul apabila kinerja
layanan kesehatan yang diperoleh tidak sesuai dengan kebutuhan dan harapan sehingga pasien
akan kecewa.
Kepuasan yang dirasakan oleh pasien bukanlah sesuatu yang terjadi dengan sendirinya.
Kepuasan terjadi karena kebutuhan dan harapan yang ada pada diri pasien terpenuhi. Kepuasan
pasien merupakan dambaan setiap puskesmas selaku tempat penyedia jasa pelayanan kesehatan.
Kepuasan pasien yang tinggi akan menimbulkan kepercayaan pada puskesmas sehingga pasien
akan merasakan kepuasaan dari setiap pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pihak
puskesmas.
Tjiptono dan Candra (2016: 140) juga menyebutkan bahwa kepuasan konsumen memiliki
hubungan yang erat dengan kualitas. Kualitas memberikan suatu dorongan kepada konsumen
untuk menjalin ikatan hubungan yang kuat dengan penyedia jasa. Dalam jangka panjang, ikatan
seperti ini memungkinkan puskesmas untuk memahami dengan seksama harapan dan kebutuhan
pasien. Pada akhirnya puskesmas dapat meningkatkan kepuasan pasien dengan cara
memaksimalkan pengalaman yang menyenangkan dan meminimalkan atau meniadakan
pengalaman konsumen yang kurang menyenangkan. Hal ini menunjukkan bahwa antara pihak
puskesmas sebagai penyelia jasa layanan kesehatan dengan pasien sebagai penerima jasa
pelayanan kesehatan dapat tercipta hubungan yang erat selama proses pemberian layanan
Harapan Kinerja yang dirasakan Kualitas pelayanan Rintangan Keluhan Kepuasan pasien 12
kesehatan.
B. KOMITMEN PROFESSIONAL DALAM PROFESI KEBIDANAN
Konsep Profesionalisme
Karakteristik Profesionalisme
1. Keterampilan Keterampilan yang tinggi yang didasarkan pada pengetahuan teoritis dan
sistematis, Kemampuan/keterampilan adalah kapasitas seorang individu untuk melakukan
beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti
cakap, mampu, dan cekatan dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaannya. Keterampilan yang
didasari pengetahuan teoritis dan sistematis merupakan suatu kesatuan yang terorganizir yang
biasanya terdiri dari fakta dan prosedur yang diterapkan secara langsung terhadap untuk
menunjang keterampilan yang dimiliki.
2. Pemberian jasa dan pelayanan Pemberian jasa dan pelayanan yang altruitis artinya lebih
berorientasi kepada kepentingan umum di bandingkan dengan kepentingan pribadi, seorang yang
profesional dituntut untuk mampu memberikan pelayanan yang alturitis agar dapat menjunjung
tinggi profesionalisme. Pemberian jasa dan pelayanan juga harus mampu memperlakuan yang
sama atas pelayanan yang diberikan. Secara konsisten memberikan pelayanan yang berkualitas
kepada semua pihak tanpa memandang suku, ras, status sosial dan sebagainya.
3. Pengawasan Adanya pengawasan yang ketat atas perilaku pekerja melalui kode-kode etik
yang dihayati, sehingga setiap profesi harus siap menerima tanggungjawab atas apapun yang ia
kerjakan. Setiap profesi harus memegang teguh kode etik dan prinsip-prinsip yang ditetapkan
institusi. Pengawasan terkait erat dengan instrumen untuk kegiatan kontrol terutama dalam hal
pencapaian hasil pada pelayanan publik dan menyampaikannya secara transparan kepada
masyarakat
4. Sistem balas jasa Sistem balas jasa (berupa uang, promosi, jabatan dan kehormatan) yang
merupakan lambang prestasi kerja seorang yang memiliki profesi. Sistem balas jasa merupakan
salah satu komponen penting jika kita membicarakan masalah profesi dan kerja. Sistem balas
jasa, merupakan sesuatu yang diterima pegawai sebagai penganti kontribusi jasa profesi. sistem
balas jasa diharapkan mampu meningkatkan sikap profesionalisme pegawai.
Kualitas Pelayanan
Menurut Kotler dan Armstrong (2012) berpendapat bahwa kualitas pelayanan harus dimulai dari
kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi pelanggan. Lewis dan Booms (Tjiptono, 2008)
mengatakan, kualitas pelayanan bisa diartikan sebagai ukuran seberapa bagus tingkat layanan
yang diberikan mampu sesuai dengan ekspektasi pelanggan. Dalam penelitian Pasuraman et al.
(Bustami, 2011), terdapat lima dimensi utama yang disusun sesuai urutan tingkat kepentingan
relatifnya yang disebut dengan Servqual (Service Quality). Kelima dimensi tersebut adalah
sebagai berikut.
a. Kehandalan (reliability) Setiap pelayanan memerlukan bentuk pelayanan yang handal, artinya
dalam memberikan pelayanan, setiap pegawai diharapkan memiliki kemampuan dalam
pengetahuan, keahlian, kemandirian, penguasaan dan profesionalisme kerja yang tinggi,
sehingga aktivitas kerja yang dikerjakan menghasilkan bentuk pelayanan yang memuaskan,
tanpa ada keluhan dan kesan yang berlebihan atas pelayanan yang diterima oleh masyarakat
b. Empati (empathy) Setiap kegiatan atau aktivitas pelayanan memerlukan adanya pemahaman
dan pengertian dalam kebersamaan asumsi atau kepentingan terhadap suatu hal yang berkaitan
dengan pelayanan. Pelayanan akan berjalan dengan lancar dan berkualitas apabila setiap pihak
yang berkepentingan dengan pelayanan memiliki adanya rasa empati dalam menyelesaikan atau
mengurus atau memiliki komitmen yang sama terhadap pelayanan. Empati dalam suatu
pelayanan adalah adanya suatu perhatian, keseriusan, simpatik, pengertian dan keterlibatan pihak
- pihak yang berkepentingan dengan pelayanan untuk mengembangkan dan melakukan aktivitas
pelayanan sesuai dengan tingkat pengertian dan pemahaman dari masing-masing pihak tersebut.
c. Jaminan (assurance) Setiap bentuk pelayanan memerlukan adanya kepastian atas pelayanan
yang diberikan. Bentuk kepastian dari suatu pelayanan sangat ditentukan oleh jaminan dari
pegawai yang memberikan pelayanan, sehingga orang yang menerima pelayanan merasa puas
dan yakin bahwa segala bentuk urusan pelayanan yang dilakukan atas tuntas dan selesai sesuai
dengan kecepatan, ketepatan, kemudahan, kelancaran dan kualitas layanan yang diberikan.
Pengaruh Profesionalisme Bidan terhadap Kualitas Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
Review`s Information
Hppt //ejurnal.provisi.ac.id/index.php/JIMEB
Title Pengaruh Kerjasama Tim, Lingkungan Kerja, Kesehatan
Dan Keselamatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan
(Studi Kasus Pada Klinik Pratama Rawat Inap
PRISDHY)
First Name Wuri Nofita Sari
Affiliation Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi,
Universitas Islam Kadiri
Country Indonesia
Specialization Jurnal Ilmiah Manajemen, Ekonomi dan Bisnis Volume
1, Nomor 3, Oktober – 2022, Hal 129-139
Manuscript Information