Oleh :
Candra Dewi Rahayu NIM.22020114410051
HALAMAN PENGESAHAN
PERTANYAAN:
Bagaimana pelaksanaan Structured Interdisciplinary Bedside Rounds (SIBR)
dalam melakukan hubungan indisisiplin antara dokter, perawat, manajer dan pasien
sehingga dapat menjaga kualitas hubungan interpersonal, meningkatkan kinerja
dan pelayan yang efektif dan efisien?
Semarang,
Dosen Mata Kuliah
Manajemen dan Kepemimpinan
i
2
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN...……………………………………………….... i
DAFTAR ISI …………………………………………………………….……... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………….……. 1
B. Tujuan Penulisan ……………………………………………………….. 3
C. Manfaat Penulisan ……………………………..………………………... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Organisasi
1. Organisasi Rumah Sakit
2. Peran Komunikasi Dalam Organisasi
B. Komunikasi Interpersonal
1. Teknik Komunikasi Interpersonal
2. Komuniasi Interpersonal dalam Hubungan Interdisiplin
3. Faktor yang Menghambat komunikasi Interpersonal
4. Dampak Ketidak Efektifan Komunikasi Interpersonal
BAB III STRATEGI APLIKASI
A. Pendekatan Komuniaski dalam Hubungan Interdisiplin
B. Upaya Meningkatkan Hubungan Interdisiplin
BAB V APLIKASI
A. Peran Structured Interdisciplinary Bedside Rounds (SIBR) dalam komunikasi
Interdisiplin
B. Teknik penggunnaan Structured Interdisciplinary Bedside Rounds (SIBR) dalam
Komunikasi Interdisiplin
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
ii
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Komunikasi yang efektif dan kerjasama tim penting dalam rangka peningkatan
kualitas pelayanan dan perawatan pasien yang aman termasuk komunikasi dalam
berkolaborasi antara perawat-dokter. Kegagalan dalam komunikasi akan menyebabkan
ketidakpuasan yang bisa mengancam pasien. Kompleksitas pengobatan dan performance
yang kurang mendukung, menyebabkan pentingnya komunikasi interpersonal yang
dilakukan dalam melakukan kolaborasi dalam merawat klien sehingga individu bisa
berfokus untuk mengungkapkan dan menyebarkan “critical languange” untuk
mengingatkan anggota team pada situasi yang tidak aman (Leonard, 2004).
Data yang didapatkan dari hasil berdikusi dari beberapa Rumah Sakit di kawasan
Kabupaten Wonososbo dan beberapa RS ibu kota serta RS luar pulau jawa, kecenderungan
komunikasi antar antar tenaga pelayanan kurang efektif. Disampaiakan bahwa terkadang
terjadi salah faham antara perawat dan dokter dalam pemberian asuhan. Salah faham pada
saat pendelegasian pemberian asuhan keperawatan pihak manajer dan atau dokter kepada
perawat pelaksana. Manajer juga beraggapan bahwa perawat kurang faham dengan apa
yang diharapkan pihak manajer kepada perawat dalam hal pemberian asuhan keperawatan
pada pasien. Sedangkan di pihak lain perawat merasa selalu disalahkan oleh pihak
manajer, manajer selalu ingin dimengerti tanpa melihat beban kerja perawat. Perawat
merasa instruksi yang diberikan dari atasan kurang jelas dan tidak ada aturan yang
mengatur tentang hal yang berkaitan. Menurut Pace and Faules tahun 2011 menyatakan
bahwa Organisasi harus selalu memberikan informasi kepada karyawan tentang program-
program perusahaan, masalah yang dihadapi perusahaan, perubahan-perubahan yang
dilakukan serta alasan atau segala hal yang menarik minat karyawan. Bila karyawan selalu
5
diberi informasi, maka karyawan akan merasa lebih dihargai, dipercaya dan akan lebih
kooperatif mencurahkan usaha dan tujuan organisasi
Penelitian yang dilakukan oleh Yvonne Brubetto pada tahun 2011 menyebutkan
bahwa komunikasi yang kurang efektif antara supervisor dan perawat menujukan
ketidakjelasan peran supervisor, perawat juga cenderung enggan untuk berkomunikasi
dengan supervisor mereka. Beberapa susrvei juga menunjukan kurang evektifnya
komunikasi antara dokter dengan perawat komunikasi tersebut hanya terjadi komunikasi
satu arah. Hal ini menyebabkan kurangnya otonomi perawat-supervisor yang akan
berdampak terhadap komitmen mereka terhadap rumah sakit. Beberapa hasil penelitian
mengidentifikassi berbagai faktor yang akan berpengaruh terhadap komitmen perawat
terhadap rumah sakit yaitu meminimalisir ambivalensi peran dengan meningkatkan
kualitas perawat dan komunikasi yang efektif. Dengan adanya komitmen perawat terhadap
rumah sakit akan menekan angka turn over rumah sakit yang akan berpengaruh terhadap
mutu dan pencapaian hasil akreditassi rumah sakit tersebut.
Dari pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa komunkasi yang terjalin
dalam hubungan interpersonal kurang efektif, terdapat hubungan kerjasama atau
kolaborari yang belum profesional antara perawat-dokter selain itu juga kurang adanya
6
koordinasi dalam meberikan asuhan kepada pasien. Darai alasan tersebut dibutuhkan suatu
sistem yang dapat meningkatkan hubungan interpersonal yang baiak salah satunya dalam
berkomunikasi. Salah satu teknik yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunkan SIBR
Communication Structure.
B. Tujuan Penulisan
1. Sesuai dengan masalah yang di angkat, maka makalah ini penulis kemukakan tujuan
yang ingin dicapai yaitu untuk memberi informasi mengenai cara meningkatkan
komunikasi antara : manajer dengan staf (perawat), perawat dengan dokter serta
manajer dengan dokter.
2. Dapat meningkatkan komunikasi efektif dalam hubungan interdisiplin
3. Menegtahai teknik komunikasi yang tepat dalam hubungan interdisiplin
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Organisasi
1. Organisasi Rumah Sakit
Organisasi di rumah sakit adalah sebuah struktur yang di bangun oleh suatu
elemen perusahaan atau dari rumah sakit sendiri tersebut yang memiliki tingkatan-
tingkatan dan juga memiliki tugas masing-masing dan mereka saling membutuhkan
satu sama lain. Organisasi rumah sakit mempunyai bentuk yang unik, yang berbeda
dengan organisasi lain pada umumnya. Rumah sakit mempunyai kekhususan yang
lahir dari adanya hubungan yang terjadi antara Medical Staff ( kelompok dokter),
Perawat dan CEO ( manajemen).
Perawat dan Dokter dalam kaitannya sebagai profesional tidak tepat jika
ditempatkan secara hirarki piramidal dalam struktur organisasi rumah sakit. Rumah
sakit memang merupakan sebuah organisasi yang memiliki tingkat kompleksitas tinggi
akibat adanya hubungan-hubungan tersebut, dimana otoritas formal yang
direpresentasikan oleh Administrator atau CEO ( manajemen) harus mengakomodasi
otoritas keilmuan dan keahlian yang dimiliki oleh kelompok perawat dan dokter,
dimana secara historis mereka memegang peran yang sangat besar dalam organisasi
rumah sakit dan mendapatkan otoritasnya. Untuk menjaga agar hubungan ketiganya
berjalan harmonis maka dipelukan komunikasi interpersonal dalam setiap melakukan
aktifitas dalam organisasi rumah sakit tersebut.
b. Pesan.
c. Saluran.
d. Komunikan (organisasi/publik)
e. Efek
B. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi sangat berperan dalam mendukung pencapaian efektivitas organisasi.
Efektivitas organisasi dapat dicapai tentunya melalui pelaksanaan komunikasi yang
terbuka dengan semua anggota organisasi yang terlibat. Dengan komunikasi yang baik,
manajemen dapat menyampaikan maksud dan tujuan yang ingin dicapai organisasi. Dalam
hal ini peran komunikasi interpersonal sangat penting, agar tidak terjadi salah persepsi
diantara pegawai, sehingga masing-masing dari mereka mengerti akan tugas-tugas dan
9
kewajibannya, sehingga setiap kegiatan organisasi dapat berjalan dengan efektif dan
memudahkan organisasi dalam mencapai sasaran yang ada.
Ketemapilan berkomunikasi sangat, terasuk kesadaran diri, manajemen konflik,
negosiasi, advokasi dan mendengarkan. Dalam Joint Commission on the Accreditation of
Healthcare Organizations (2009) mengakui pentingnya komunikasi unuk keselamatan
pasien dengan menetapkan tujuan keselamatan pasien dengan meningkatkan efektifitas
komunikasi anatar pemberi layanan kesehatan/perawat (Ruth Mc Caffey, Rose Marie
Hayes at all, 2012)
1. Teknik Komunikasi Intrepersonal
Korelasi antara ilmu komunikasi dengan organisasi terletak pada peninjauannya
yang terfokus kepada manusia-manusia yang terlibat dalam mencapai tujuan
organisasi itu. Ilmu komunikasi mempertanyakan bentuk komunikasi apa yang
berlangsung dalam organisasi, metode dan teknik apa yang dipergunakan, media apa
yang dipakai, bagaimana prosesnya, faktor-faktor apa yang menjadi penghambat, dan
sebagainya. Jawaban-jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah untuk
bahan telaah untuk selanjutnya menyajikan suatu konsepsi komunikasi bagi suatu
organisasi tertentu berdasarkan jenis organisasi, sifat organisasi, dan lingkup
organisasi dengan memperhitungkan situasi tertentu pada saat komunikasi dilakukan.
pada sat berinteraksi. Inti sesungguhnya dari konflik perawat dengan dokter terletak
pada perbedaan sikap profesional mereka terhadap pasien dan cara berkomunikasi
diantara keduanya. Dari hasil observasi di rumah sakit terlihat perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan belum dapat melaksanakan fungsi kolaborasi
khususnya dengan dokter.
Perawat bekerja memberikan pelayanan kepada pasien berdasarkan instruksi
medis yang juga didokumentasikan secara baik, sementara dokumentasi asuhan
keperawatan meliputi proses keperawatan tidak ada. Disamping itu hasil wawancara
peneliti dengan beberapa perawat rumah sakit pemerintah dan swasta, mereka
menyatakan bahwa banyak kendala yang dihadapi dalam melaksanakan kolaborasi,
diantaranya pandangan dokter yang selalu menganggap bahwa perawat merupakan
tenaga vokasional, perawat sebagai asistennya, tidak adanya komunikasi yang fektif
antara dokter dengan perawat serta kebijakan rumah sakit yang kurang mendukung.
Isu-isu tersebut jika tidak ditanggapi dengan benar dan proporsional dikhawatirkan
dapat menghambat upaya melindungi kepentingan pasien dan masyarakat yang
membutuhkan jasa pelayanan kesehatan, serta menghambat upaya pengembangan dari
keperawatan sebagai profesi.
Pentingnya komunikasi yang efektif dalam kolaborasi sehingga komunikasi
yang efektif harus diterapkan dalam dalam kolaborasi perawat dengan dokter. Stategi
yang tepat dalam komunikasi dalam kolaorasi harus dirancang dengan tepat pula
sehingga proses pemberian pelanan kesehatan kepada pasien dapat berjalan dengan
baik.
Pertemuan profesional dokter dengan perawat dalam situasi klinik dirumah
sakit merupakan salah satu strategi yang dapat dikembangkan dalam meningkatkan
kemampuan komunikasi interpersonal sehingga kolaborasi dapat berjalan dengan
efektif. Dalam hal ini pihak manajemen rumah sakit menjadi fasilitator. Salah satu
tindakan yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan ronde bersama antar dokter-
perawat yang diikuti oleh mahasiswa keperawatan dan mahasiswa kedokteran
harapannya hal ini akan menjadi role model untuk mahasiswa sehingga kedepannya
kolaborasi antara perawat-dokter lebih efektif.
Tujuan dari kegiatan ronde ini adalah melakukan evealuasi pelayanan kesehatan
yang telah dilakukan kepada pasien baik itu pelayanan keperawatan maupun pelayanan
medis. Dokter dan perawat saling bertukar informasi untuk mengatasi permasalahan
secara efektif. Kegiatan ini juga merupakan suatu upaya untuk menanamkan sejak dini
12
Pasien perawat
BAB III
STRATEGI APLIKASI
Hasil penelitian yang dilakukan oleh ingela thylefors pada tahun 2012 yang
dilakukan pada 226 profesional dan 44 tim interpersonal menunjukan hasil bahwa
terdapat tiga cara dalam memperkuat kerjasama tim yaitu mengembangkan iklim dan
komunikasi, koordinasi antara manajer dan pengaturan diri. Hasil penelitian lain yang
menunjukan bahwa komunikassi interpersonal dan kolaborasi interprofesional
mempunyai dampak positif terhadap pelayanan kesehatan dan pembiayaan kesehatan
(Zwatentein, Gold Man man and Reeves cit Gorri Limb and James Sharaiki. 2012)
Dari beberapa hasil penelitian mengungkapkan bahwa bedside rounds ini salah satu
meoda yang paling efektif dalam mengatassi komunikasi interdisiplin yang belum
terlakssana dengan efektif. Menurut burn (2011) komunikasi ini akan meningkatkan
tingkat keselamatan dan kepusan pasien serta meningkatkan hubungan profesionalisme
antara perawat dan dokter karena disini mereka terjalin komunikasi langsung yang dapat
disaksikan oleh pasien. Sehingga tekning komunikassi ini merupakan teknik yang paling
tepat untuk meningkatkan komunikasi interpersonal dalam hubungan interdisplin.
17
BAB IV
APLIKASI
lingkungan, keselamatan passien, regulasi, kepuasan pasien dan kepuasan pemberi layanan
kesehatan.
Tim akan perlu menyepakati waktu mulai kegiatan ini (misal 5-7 hari per minggu
kemudian tentukan harinya). Kesepakatan eaktu juga terkait dengan jam mulai pelaksanaan
misal jam 09.00 atau jam 10.00 waktu yang dipilih harus selalu tetap setiap harinya. Durasi
harus tidak lebih dari 1 jam
Waktu mulai
Durasi
Dokter
Nurse
Partisipan Keluarga pasien
Tenaga kesehatan lain
20
1. Prosedur dalam berkomunikasi harus disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan dimana
pasien mendapatkan perawatan
2. Prosedur komunikasi dengan menggunakan format ISBAR dan harus harus konsisten
dalam mengisi format tersebut. Akan tetapi bisa disesuaikan sesuai dengan kondisi
paisen dan dimana pasien dilakukan perawatan
1. Menyedian satu item untuk perbarui status pasien dan item yang lain untuk keselamatan
pasien akan tetapi harus meperhatikan item yang lain.
2. Item ini tercermin dalam lembar catatan keperawatan
3. Item yang dipilih harus berkorelasi dengan protokolperawtan yang sudah ada
I Introduction ≤ 15 detik
1. Mebawa tim keruang pasien
2. Memperkenalkan anggita tim
21
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Sudiro. 2012. Pengaruh Komunikasi Efektif Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan.
Jurnal Aplikasi Manajer Vol 3.
Aliya Disa Putri, Devicitra Fatma Wijayanti dkk. 2012. Model Komunikasi Lasswell.
http://commsciproject.blogspot.com/2012/09/model-komunikasi-lasswell.html.
Diakses tanggal 7 April 2015
Cassandra Lee Flicek. 2012. Communication: A Dynamic Between Nurses and Physicians.
Medsurgery Nursing
Ingela Thylefors. 2012. Does time matter? Exploring the relationship between interdependent
teamwork and time allocation in Swedish interprofessional teams. Journal of
Interprofessional Care. Informa Healt Care: Informa Ltd.
Jason Stein, 2011. Improving hospital outcomes through Teamwork in an Accountable Care
Unit. Associate Vice Chair for Quality, Department of Medicine: Emory University
School of Medicine
23
Gerri Lamb and James Shraiky. 2013. Designing for competence: spaces that enhance
collaboration readiness in healthcare. Journal of Interprofessional Care. Informa Healt
Care: Informa Ltd.
Louise Rose. 2011. Interprofessional collaboration in the ICU: how to define?. Nursing in
Critical Care: British Association of Critical Care Nurses
Merrick Zwarenstein, Kathleen Rice att all. 2013. Disengaged: a qualitative study of
communication and collaboration between physicians and other professions on
general internal medicine wards. BMC Health Services Research
Ruth Mc Caffey, Rose Marie Hayes, Asenath Cassell, at all. 2011. The effect of an educational
programme on attitudes of nurses and medical residents towards the benefits of
positive communication and collaboration. Journal Of Advenced Nursing: Blackwell
Publishing Ltd.
C.J. Tang, S.W. Chan, W.T. Zhou, & S.Y. Liaw. 2013. Collaboration between hospital
physicians and nurses: An integrated literature review. International Nursing Review:
International Council of Nurses