2, 2020
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Pengaruh Iklim Organisasi, Pelatihan dan
Kompensasi terhadap Kepuasan Kerja dan Dampaknya terhadap Kinerja Pegawai
Yayasan Mantab Al Hamid. Model dianalisis dengan menggunakan Structural Equation
Model (SEM) dengan menggunakan software statistik AMOS 22, SPSS dan EXCEL
2016. Pengambilan data yang dilakukan pada Yayasan Al Hamid yaitu menggunakan
Kuesioner, data yang diperoleh sebanyak 120 responden. Hasil yang diperoleh dari
penilitian ini bahwa Iklim Organisasi, Pelatihan dan Kompensasi berpengaruh langsung
terhadap Kepuasan dan juga Kinerja Pegawai Yayasan Al Hamid dan bahwa Iklim
Organisasi, Pelatihan dan Kompensasi berpengaruh terhadap Kinerja Pegawai Yayasan
Al Hamid melalui Kepuasan Kerja.
Kata kunci: Iklim Organisasi, Pelatihan, Kompensasi, Kepuasan Kerja, Kinerja Pegawai
ABSTRACT
The purpose of this thesis is to analyze the effect of organizational climate, training and
compensation on job satisfaction and its impact on employee performance of the
Mantab Al Hamid Foundation. The model was analyzed using the Structural Equation
Model (SEM) using statistical software AMOS 22, SPSS and EXCEL 2016. Data was
collected at the Al Hamid Foundation using a questionnaire, the data obtained were
120 respondents. The results obtained from this study show that organizational climate,
training and compensation have a direct effect on the satisfaction and performance of
the Al Hamid Foundation employees and employee performance Yayasan Al Hamid and
that climate organization, training and compensation effect on employee performance
Yayasan Al Hamid through job satisfaction.
PENDAHULUAN
Indeks Pendidikan di Indonesia saat ini masih begitu rendah, persoalan Sumber
daya Manusia masih menjadi perhatian utama pada lingkungan lembaga pendidikan.
Kualitas dan keterampilan yang dimiliki tiap individu menjadi kunci utama dalam
penciptaan lapangan kerja dan inovasi. Berdasarkan Education Index yang dikeluarkan
oleh Human Develpoment Reportd, pada tahun 2017 Indonesia ada diposisi ke 7 di
negara negara ASEAN dengan skor 0,622 hal ini memperlihatkan masih lemahnya daya
saing pendidikan di Indonesia. Di negara-negara maju, riset tentang iklim kerja di
sebuah lembaga pendidikan telah berkembang dengan mapan dan memberikan
sumbangan yang cukup signifikan bagi pembentukan lembaga pendidikan yang efektif.
Kekondusifan iklim kerja sebuah lembaga pendidikan mempengaruhi sikap dan
tindakan seluruh komunitas lembaga tersebut.
Permasalahan sumber daya manusia pada lembaga pendidikan di Indonesia
berhubungan juga dengan Iklim Organisasinya. Di Indonesia masih banyaknya pegawai
pada sebuah lembaga pendidikan yang yang belum melaksanakan tupoksi dengan
professional serta kurang menunjukan kinerja kerja yang baik dalam melaksanakan
tugasnya juga dipengaruhi oleh Iklim Organisasi yang kurang mendukung dalam
pengembangan Kinerja pegawai. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam mempengaruhi
Kinerja pegawainya yaitu Pelatihan agar para pegawai dapat mengaktualisasikan diri
serta kompensasi pegawai untuk mencapai kepuasan dan meningkatkan Kinerja
pegawainya. Sebuah Iklim organisasi dapat mempengaruhi kepuasan kerja dan kinerja
para pegawainya, namun sebaliknya ada sistem organisasi yang menurunkan prestasi
maupun kinerja para pegawainya yang disebabkan Iklim organisasi yang kurang
mendukung. Iklim merupakan suatu keadaan yang menunjukkan suatu kehidupan yang
saling berinteraksi, sehingga menimbulkan rasa senang atau tidak senang terhadap
bidang pekerjaannya. Steers (1985) mengatakan bahwa iklim organisasi tertentu adalah
iklim yang dilihat pekerjanya, tidak selalu iklim yang sebenarnya dan iklim yang
muncul dalam organisasi merupakan faktor pokok yang menentukan perilaku pekerja
Burke (1994) berpendapat bahwa iklim organisasi yang kondusif erat kaitannya
dengan kepuasan kerja melalui persepsi terhadap pekerjaan itu sendiri. Penelitian lain
yang memperkuat pendapat mengenai hubungan iklim organisasi dan kepuasan kerja
adalah penelitian yang dilakukan oleh Friedlander dan Margulies (1969) yang
berpendapat bahwa iklim organisasi mempunyai hubungan yang langsung terhadap
kepuasan kerja. Penelitian serupa dilakukan oleh Downey dan John W. Slocum, Jr.
(1975) menjelaskan hasil penelitiannya bahwa iklim organisasi saling berhubungan
dengan keperibadian individu dalam mempengaruhi kepuasan kerja dan kinerja.
Penelitian yang lebih baru menemukan bahwa pada penelitian Asri Wahyuni et
al (2016), Iklim organisasi mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja pegawai,
penelitian lain menyebutkan dalam hubungannya dengan Kinerja, menurut , Evan Karno
Pasaribu et al (2016) Iklim organisasi memiliki pengaruh positif tetapi tidak signifikan
terhadap kinerja. Zijada Rahimic (2013), menyatakan Iklim organisasi secara signifikan
mempengaruhi kepuasan karyawan di perusahaan. Rongga et al. (2001) mengemukakan
bahwa ada hubungan yang positif antara iklim yang lebih berorientasi pada pekerja,
lebih terbuka dan lebih bersifat konsultatif dan pada umumnya dihubungkan dengan
sikap yang lebih positif. Meskipun banyak mendapatkan perhatian yang luas dari
peneliti dan akademisi, Isu penelitian iklim organisasi banyak juga diteliti di negara-
negara dunia khususnya di sektor pendidikan terutama Indonesia. Dari penelitian
penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan iklim organisasi, memiliki hasil yang
tidak konsisten, adanya perbedaan wilayah yang memberikan hasil berbeda, juga adanya
perbedaan nilai budaya. Penelitian yang mencoba menjelaskan perbedaan Iklim
Organisasi berdasarkan Kepuasan Kerja yang masih menjadi perdebatan.
Beberapa penelitian dan teori yang mendasari penelitian ini yaitu Brown dan
Leigh (1996) mengatakan bahwa iklim organisasi menjadi sangat penting karena
organisasi yang dapat menciptakan lingkungan dimana karyawannya merasa ramah
dapat mencapai potensi yang penuh dalam melihat dari kunci keunggulan bersaing.
Oleh karena itu Iklim organisasi dapat dilihat sebagai kunci kesuksesan Organisasi.
Sedangan Wotkin dan Hubard (2003) mengatakan bahwa kinerja organisasi yang tinggi
karena memiliki Iklim Organisasi yang yang diukur dengan karakteristik khusus. Iklim
Organisasi dapat membuat kinerja organisasi berbeda karena menunjukan indikasi
penuh semangat lingkungan pekerjaan karyawan. Bagaimanapun kinerja organisasi jelas
dilihat dari semangat para karyawannya atau kehadiran dalam organisasi dan
karakteristik kepemimpinan.
Konsep teori Iklim Organisasi Litwin dan Stringer (1968), menurut Litwin dan
String ada 6 dimensi Iklim Organisasi dalam konsep teorinya yang terdiri dari : Struktur,
Standar, tanggung jawab, pengakuan, dukungan dan komitmen. Konsep awal tentang
Iklim Organisasi dirilis oleh Kurt Lewin (1930) Studi Lewin memperkenalkan Istilah
Atmosfir, namun dalam perkembangan selanjutnya istilah tersebut ditinggalkan dan
digantikan dengan istilah Iklim Organisasi. Karena adanya perbedaan tersebut maka
penting karena iklim organisasi menunjukkan cara hidup suatu oragnisasi serta dapat
menimbulkan pengaruh yang sangat besar terhadap kepuasan kerja dan dampaknya
terhadap kinerja. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yaitu, Nuriasih (2016)
menyatakan terdapat pengaruh positif pada variable Iklim Organisasi terhadap Kinerja
Pegawai melalui Kepuasan Kerja.
Atas dasar teori dan hasil penelitian terdahulu maka dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut:
H7 : Kepuasan Kerja mampu memediasi pengaruh iklim organisasi terhadap kinerja
pegawai Yayasan Mantab AL Hamid.
1. Pelatihan melalui Kepuasan Kerja serta Dampaknya Terhadap Kinerja
Bagi pegawai yang mengikuti pelatihan merasa mendapatkan perhatian dan
kepercayaan diri dari lembaga, dimana pegawai merasa bahwa dengan dilaksanakan
pelatihan lembaga memandang bahwa pegawai merupakan aset bagi lembaga itu sendiri,
pelatihan juga dapat meningkatkan keterampilan pegawai, dapat disimpulkan bahwa
dengan diadakannya pelatihan, maka akan meningkatkan rasa percaya diri pegawai dan
meningkatkan produktifitas Pegawai. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Risha Faiq
(2015) yang menyatakan bahwa variable pelatihan berpengaruh positif terhadap Kinerja
Pegawai melalui Kepuasan Kerja.
Atas dasar teori dan hasil penelitian terdahulu maka dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut:
H8: Kepuasan Kerja mampu memediasi pengaruh pelatihan terhadap kinerja pegawai
Yayasan Mantab AL Hamid.
2. Kompensasi melalui Kepuasan Kerja serta Dampaknya Terhadap Kinerja
Mamik et al (2013) menyatakan Kompensasi berpengaruh positif signifikan
terhadap kepuasan kerja karyawan yang diartikan bahwa kompensasi berpengaruh
secara bermakna terhadap kepuasan kerja pegawai. Hubungan dua variabel ini juga
positif dimana semakin tinggi kompensasi yang diterima pegawai maka akan semakin
tinggi pula kepuasan kerja yang dirasakan pegawainya. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian Sulasmi (2017), yang menyatakan bahwa variable Kompensasi memiliki
pengaruh terhadap Kinerja Pegawai melalui Kepuasan Kerja.
Atas dasar teori dan hasil penelitian terdahulu maka dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut:
H9: Kepuasan Kerja mampu memediasi pengaruh kompensasi terhadap kinerja pegawai
Yayasan Mantab AL Hamid.
3. Kepuasan Kerja dan Kinerja Pegawai
Kepuasan kerja karyawan berhubungan erat dengan kinerja pegawai, seseorang
yang puas dengan pekerjaannya akan memiliki motivasi dan komitmen pada organisasi
dan partisipasi yang tinggi sehingga akan terus memperbaiki kinerja mereka. Tingkat
kepuasan kerja pegawai juga menjadi nyata oleh fakta bahwa ia mencoba untuk
mengikuti pekerjaan secara teratur, bekerja keras dan berniat tetap menjadi anggota
organisasi untuk waktu yang lama. Howel dan Dipboye (1986) memandang bahwa
Kepuasan kerja sebagai hasil keseluruhan dari derajat suka atau tidak sukanya tenaga
kerja terhadap berbagai aspek dari pekerjaanya. Dengan kata lain kepuasan kerja
mencerminkan sikap tenaga kerja terhadap pekerjaannya. Hal ini sejalan dengan
peneelitian Maryani dan Supomo (2016) menyatakan pengaruh kepuasan kerja terhadap
kinerja individual memiliki hubungan yang signifikan.
H10 : Kepuasan Kerja secara lansgung berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Kinerja Yayasan Mantab Al Hamid (Lihat Gambar 2)
METODE PENELITIAN
Prosedur Sample
Kuesioner yang disebar ke responden sebanyak 135 kuesioner. Dari total 135
kuesioner yang disebarkan, jumlah yang kembali sebanyak 125 (92,59%), jumlah
responden yang dibutuhkan sebanyak 120. dan digunakan sebagai data penelitian.
Responden terdiri dari 79 wanita (66%) dan 41 laki-laki (34%). Responden dengan
tingkat pendidikan S1 sebanyak 41 (92%) dan mayoritas usia responden antara 21-30
Tahun sebanyak 60 orang (50%)
Pengukuran
Sugiono (2010:93) Menyatakan bahwa skala likert digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosiall.
Untuk setiap pilihan jawaban diberi skor, maka responden harus menggambarkan,
mendukung pernyataan. Dalam penelitian ini pengukuran data dilakukan menggunakan
kuesioner dengan skala likert. Untuk menggunakan jawab yang dipilih. Dengan
menggunakan pengukuran skala likert maka variebel yang akan diukur dijelaskan
menjadi indikator variebel. Selanjutnya indikator tersebut dijadikan tolak ukur dalam
menyusun instrument dapat berupa pertanyaan dan pernyataan.
Teknik Analisis
Metode yang digunakan yaitu analisis Inferensial, dalam hal ini mencakup
semua metode yang berhubungan dengan analisis sebagian data atau juga sering disebut
dengan sample untuk kemudian sampai pada peramalan atau penarikan kesimpulam
mengenai keseluruhan data Induknya. uji mediasi diujikan dengan menggunakan Uji
Sobel. berfungsi untuk mengetahui ada atau tidak pengaruh tidak langsung dari variabel
independent terhadap variabel dependent melalui variabel intervening Selain itu, uji
sobel digunakan untuk menguji kemampuan variabel intervening menjadi mediator
dalam model kerangka penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian Validitas dan Reliabilitas
Tahap pertama dari analisis adalah melakukan pengujian validitas dan
reliabilitas skala yang digunakan. Pendekatan uji validitas menggunakan teknik
corrected item-total corellation. Pendekatan yang digunakan untuk mengukur
reliabilitas instrumen adalah menggunakan koefisien Cronbach Alpha. Parameter yang
digunakan didasarkan pada pendapat Nunnaly (1994) yang menyatakan suatu instrumen
penelitian memiliki reliabilitas yang memadai jika koefisien Cronbach Alpha lebih
besar atau sama dengan 0,70.
Hasil pengujian validitas pada dua skala menghasilkan kesimpulan bahwa
seluruh item yang digunakan telah memenuhi syarat validitas (loading factor > 0.50)
yang disyaratkan oleh analisis faktor (Hair, et al. 2006). Pengujian konsistensi internal
dengan Cronbach Alpha juga menghasilkan nilai 0.929 untuk Iklim Organisasi, 0,939
untuk Pelatihan, 0,916 untuk Kompensasi 0.964 dan 0,949 untuk Kinerja. Hasil ini
memperlihatkan dua konstrak yang digunakan sudah memenuhi syarat psikometri untuk
keandalan yang baik, yaitu di atas 0.70 (Nunnaly, 1994).(Lihat Tabel 1-5)
Hasil Uji Asumsi SEM
Asumsi-asumsi yang harus dipenuhi atau yang menjadi persyaratan dalam
analisis SEM, berupa normalitas data dan outlier.
Dari hasil analisis CFA menggunakan AMOS yang ditunjukkan pada Tabel 12,
maka hasil uji signifikansi dan validitas variabel laten kepuasan memiliki nilai yang
dipersyaratkan yaitu nilai C.R (critical ratio) > 1,96 dan signifikan dengan nilai p =
0,001 (ditunjukkan oleh tanda ***) yang memenuhi persyaratan dimana nilai
probabilitas (p) > 0,05. Selain itu, nilai estimate atau disebut juga factor loading
standard menunjukkan nilai yang valid untuk setiap variabel manifes karena memiliki
nilai > 0,50. (Lihat Tabel 11)
Variabel Konstruk Kinerja Pegawai
Dari hasil analisis CFA menggunakan AMOS yang ditunjukkan pada Tabel 13,
hasil uji signifikansi dan validitas variabel laten Kinerja memiliki nilai yang
dipersyaratkan yaitu nilai C.R (critical ratio) > 1,96 dan signifikan dengan nilai p =
0,001 (ditunjukkan oleh tanda ***) yang memenuhi persyaratan dimana nilai
probabilitas (p) > 0,05. Selain itu, nilai estimate atau disebut juga factor loading
standard menunjukkan nilai yang valid untuk setiap variabel manifes karena memiliki
nilai > 0,50. (Lihat Tabel 12)
Uji Keselarasan Model (Goodness-Of-Fit Test)
Prosedur analisis SEM bersifat penegasan (confirmatory) dibandingkan sebagai
prosedur eksploratori. Hal tersebut dikarenakan suatu model diuji dengan menggunakan
uji keselarasan model SEM (goodness-of-fit tests) untuk menentukan jika pola varians
dan kovarians dalam suatu data bersifat konsisten dengan jalur struktural yang dibuat
secara spesifik. Pengujian keselarasan (Goodness of fit tests) menentukan jika suatu
model sedang diuji harus diterima atau ditolak. Pengujian keselarasan total ini tidak
akan menetapkan jalur-jalur khusus tersebut dalam suatu model untuk dapat menjadi
signifikan. Berikut hasil dari uji Uji Keselarasan Model (Goodness-Of-Fit Test) (Lihat
Tabel 13-16)
Dari hasil pengolahan data pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa model
yang diteliti memiliki nilai RMSEA = 0,032; GFI = 0,850; AGFI = 0,812; CFI =
0,991; NFI = 0,921. Dengan melihat parameter model di atas, disimpulkan bahwa
model pengukuran penelitian ini tergolong fit.
Menghitung AVE dan Composite Reliability (CR)
Validitas indikator juga dapat dilihat dari nilai average variance extracted (AVE).
Nilai AVE digunakan untuk menguji akar kuadrat dari setiap AVE apakah korelasi lebih
besar dari setiap indikator (Grefen dan Straub, 2005). Selain itu, nilai AVE digunakan
sebagai syarat validitas diskriminan tercapai (Wijayanto, 2008) Nilai AVE minimum
untuk menyatakan bahwa keandalan telah tercapai adalah sebesar 0,50
(Wijayanto,2008). Nilai AVE dibawah 0,50 menunjukkan bahwa indikator memiliki
rata- rata tingkat eror yang lebih tinggi. (Lihat Tabel 17)
Dari perhitungan pada Tabel 17 diperoleh hasil bahwa semua variabel laten
memiliki nilai AVE ≥ 0,5. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setiap variabel
laten memiliki indikator yang valid dan dapat digunakan sebagai
pembentuk/pengukur masing-masing variabel latennya (Wijayanto,2008).
Pengujian Hipotesis
H1 : Iklim Organisasi secara langsung berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kepuasan kerja Yayasan Mantab AL Hamid. Nilai C.R (critical ratio) untuk mengetahui
pengaruh variabel Iklim Organisasi terhadap variabel kepuasan kerja sebesar 2,526
lebih besar dari persyaratan yaitu 1,96 dan nilai probabilitasnya sebesar 0,012 kurang
dari 0,05.
H2 : Pelatihan secara langsung berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kepuasan
Kerja Yayasan Mantab AL Hamid. Nilai C.R (critical ratio) untuk mengetahui
pengaruh variabel pelatihan terhadap variabel kepuasan kerja sebesar 2,841 lebih besar
dari persyaratan yaitu 1,96 dan nilai probabilitasnya sebesar 0,004 kurang dari 0,05.
H3 : Kompensasi secara langsung berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kepuasan
Kerja Pegawai Yayasan Mantab AL Hamid. Nilai C.R (critical ratio) untuk mengetahui
pengaruh variabel kompensasi terhadap variabel kepuasan kerja sebesar 3,171 lebih
besar dari persyaratan yaitu 1,96 dan nilai probabilitasnya sebesar 0,002 kurang dari
0,05.
H4 : Iklim organisasi secara langsung berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Kinerja Pegawai Yayasan Mantab AL Hamid. Nilai C.R (critical ratio) untuk
mengetahui pengaruh variabel Iklim Organisasi terhadap variabel kinerja sebesar 2,526
lebih besar dari persyaratan yaitu 1,96 dan nilai probabilitasnya sebesar 0,012 kurang
dari 0,05.
H5 : Pelatihan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Pegawai Yayasan
Mantab AL Hamid. Nilai C.R (critical ratio) untuk mengetahui pengaruh variabel
Pelatihan terhadap variabel Kinerja sebesar 2,505 lebih besar dari persyaratan yaitu 1,96
dan nilai probabilitasnya sebesar 0,012 kurang dari 0,05.
H6 : Kompensasi secara langsung berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja
Pegawai Yayasan Mantab AL Hamid. Nilai C.R (critical ratio) untuk mengetahui
pengaruh variabel kompensasi terhadap variabel Kinerja Pegawai sebesar 2,564 lebih
besar dari persyaratan yaitu 1,96 dan nilai probabilitasnya sebesar 0,010 kurang dari
0,05.
Untuk Pengujian Hipotesis 7, 8 dan 9 diujikan dengan menggunakan uji mediasi atau
disebut Uji Sobel. Uji sobel ini berfungsi untuk mengetahui ada atau tidak pengaruh
tidak langsung dari variabel independent terhadap variabel dependent melalui variabel
intervening Selain itu, uji sobel digunakan untuk menguji kemampuan variabel
intervening menjadi mediator dalam model kerangka penelitian. (Lihat Tabel 18)
H7 : Kepuasan Kerja mampu memediasi pengaruh iklim organisasi terhadap
kinerja pegawai Yayasan Mantab AL Hamid. Pengujian menunjukkan hasil signifikan
dengan nilai t hitung sebesar 2,4228 (lebih besar dari 1,97) dengan demikian hipotesa 7
dapat diterima.
H8 : Kepuasan Kerja mampu memediasi pengaruh pelatihan terhadap kinerja
pegawai Yayasan Mantab AL Hamid. Pengujian menunjukkan hasil signifikan dengan
nilai t hitung sebesar 2,7444 (lebih besar dari 1,97) dengan demikian hipotesa 8 dapat
diterima.
H9 : Kepuasan Kerja mampu memediasi pengaruh kompensasi terhadap kinerja
pegawai Yayasan Mantab AL Hamid. Pengujian menunjukkan hasil signifikan dengan
nilai t hitung sebesar 2,9867 (lebih besar dari 1,97) dengan demikian hipotesa 9 dapat
diterima.
H10 : Kepuasan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Pegawai
Yayasan Mantab AL Hamid. Nilai C.R (critical ratio) untuk mengetahui pengaruh
variabel kepuasan terhadap variabel kinerja sebesar 2,046 lebih dari persyaratan yaitu
1,96 dan nilai probabilitasnya sebesar 0,041 kurang dari dari 0,05.
Terdapat sejumlah keterbatasan dalam penelitian ini. Pertama adalah masalah
keterwakilan. Sampel penelitian ini sebagian besar terdiri dari karyawan yang berusia
muda (kurang dari 30 tahun), dan berstatus single (belum menikah), sehingga
kemungkinan tidak mewakili nilai dan persepsi untuk karyawan yang berusia lebih
senior (di atas 35 tahun). Penelitian ini hanya dilakukan di satu Lembaga Pendidikan
yang akreditasinya A, sehingga kemungkinan tidak mewakili Lembaga Pendidikan lain
yang masih terakreditasi B atau C yang kelas menengah atau bawah.
KESIMPULAN
Penelitian ini memperlihatkan bahwa pentingnya mempelajari suasana dan
budaya tempat kita bekerja, dan dampak potensial yang ditimbulkannya jika terjadinya
kelompok kelompok dalam lingkungan kerja yang mempengaruhi Iklim Organisasinya.
Temuan penelitian berhasil mengkonfirmasi hasil penelitian sebelumnya bahwa, Iklim
Organisasi yang kondusif dapat mempengaruhi psikologi dan kenyamanan pegawai
dalam bekerja, hal ini dapat meningkatkan kepuasan kerja pegawai dan berdampak pada
peningkatan Kinerja pegawai. Dalam penelitian ini Kompensasi sangat mempengaruhi
tingkat kepuasan pegawai dalam bekerja dan Kinerja nya. Begitu juga dengan pelatihan
yang memiliki pengaruh terhadap kepuasan kerja dan memiliki dampak hingga
meningkatnya Kinerja Pegawai.
Implikasi temuan ini adalah , Iklim Organisasi yang kondusif dapat
mempengaruhi psikologi dan kenyamanan pegawai dalam bekerja, hal ini dapat
meningkatkan kepuasan kerja pegawai dan berdampak pada peningkatan Kinerja
pegawai. Burke (1994) berpendapat bahwa iklim organisasi yang kondusif erat
kaitannya dengan kepuasan kerja melalui persepsi terhadap pekerjaan itu sendiri.
Walaupun beberapa alasan peningkatan iklim organisasi dipengaruhi oleh
pegawai itu sendiri namun bentuk dukungan dari Manajemen dan Organisasi dapat
memberikan suatu dorongan bagi pegawai untuk meningkatkan iklim organisasi yang
kondusif agar dapat mencapai kepuasan kerja dan kinerja.
DAFTAR PUSTAKA
Ahim Surachim, Taofik Firdaus. 2008. “Pengaruh Iklim Organisasi Terhadap Kepuasan
Kerja Karyawan Pada Divisi Pharmaserve di PT Combhipar Jakarta.” Jurnal
Pendidikan Manajemen Bisnis 58-76.
Ali. 2013. “Pengaruh Iklim Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai Biro Pusat
Administrasi Universitas Sumatra Utara .”
Ari Kunto, Suharsimi. 2006. “Manajemen Penelitian.” Dalam Perilaku Dalam
Organisasi. 2008 , oleh John Newstrom Davis Keith. Jakarta: Erlangga.
As'ad, Moch. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Galia Indonesia.
Asri Wahyuni Shafarila, et. al. 2017. “IKLIM ORGANISASI DAN MOTIVASI
KERJA SEBAGAI DITERMINAN KINERJA PEGAWAI.” Jurnal Pendidikan
Manajemen Perkantoran 124-136.
Lingkungan Eksternal
Iklim Organisasi
(X1)
Kompensasi
(X3)
Tabel 8. Hasil Uji Signifikansi dan Validitas Variabel Konstruk Iklim Organisasi
Tabel 10. Hasil Uji Signifikansi dan Validitas Variabel Konstruk Kompensasi
Tabel 11. Hasil Uji Signifikansi dan Validitas Variabel Konstruk Kepuasan Kerja
Tabel 12 Hasil Uji Signifikansi dan Validitas Variabel Konstruk Kinerja Pegawai
Tabel 13 CMIN
Tabel 16 RMSEA
LO HI
Model RMSEA PCLOSE
90 90
Default model ,032 ,000 ,051 ,941
Independence model ,310 ,300 ,319 ,000
Sumber: hasil pengolahan Amos