Ikim organisasi tentu tidak selalu sama antara organisasi satu dengan yang
lain, karena tiap organisasi mempunyai karakteristik yang berbeda. Demikian pula
dengan iklim organisasi pada PT. Kimia Farma Apotek yang telah melakukan
berbagai perubahan guna mendukung kemampuan untuk memenangkan persaingan
dari apotek-apotek lain. Perubahan tersebut meliputi kepemimpinan, tanggung
jawab, dan sistem penghargaan yang merupakan faktor iklim di PT. Kimia Farma
Apotek. Apakah faktor-faktor iklim organisasi PT. Kimia Farma Apotek
berpengaruh terhadap komitmen organisasi? Hal ini menimbulkan minat penulis untuk menguji bagaimana
pengaruh faktor-faktor iklim organisasi terhadap
komitmen organisasi di PT. Kimia Farma Apotek?
1. Iklim Organisasi
Iklim organisasi (organizational climate) merupakan persepsi anggota
organisasi tentang norma yang berkaitan dengan aktivitas kerja organisasi
(Armansyah, 1997). Persepsi dan perilaku individu masing-masing anggota
organisasi akan dipengaruhi oleh persepsi dan perilaku anggota lain dalam sistem
organisasi tersebut. Ketika pihak manajemen memandang bahwa kualitas
merupakan suatu hal yang harus dilakukan dalam aktivitas kerja organisasi, maka
persepsi dan perilaku anggota organisasi akan didorong oleh nilai kualitas dalam
aktivitas kerja mereka. Pola kepemimpinan manajer akan menciptakan iklim sosial
yang berbeda dalam organisasi. Adakalanya karyawan merasa nyaman bekerja
dalam pola kepemimpinan yang bersifat demokratis, namun ada juga yang merasa
produktif bila dipimpin oleh manajer otoriter.
Berbagai studi empiris yang telah menguji pengaruh iklim organisasi terhadap
komitmen karyawan telah dilakukan. Hasil studi Kusjainah (1998), menyimpulkan
bahwa iklim organisasi berpengaruh secara positif terhadap pembentukan komitmen
karyawan. Semakin baik iklim organisasi, maka semakin tinggi komitmen karyawan
pada organisasi, atau semakin buruk iklim organisasinya, maka akan semakin
rendah komitmen karyawan pada organisasi. Martini (2003) juga menguji hal serupa
dengan bukti empiris terdapat hubungan positif dan signifikan antara iklim
organisasi dengan komitmen karyawan. Adapun pengukuran iklim organisasi terdiri
beberapa faktor antara lain: (1) struktur, (2) tantangan dan tanggung jawab, (3)
kebanggaan dan dukungan, (4) penghargaan dan hukuman, (5) konflik, (6) standar
penampilan kerja, (7) identitas organisasi dan pengambilan resiko (Pujiastuti,1994).
yaitu apabila terjadi seorang pemasar atau penjual tidak bisa mencapai realisasi
dari target penjualan seperti yang ditentukan oleh perusahaan maka penjual atau
pemasar tidak akan mendapat insentive dan hanya mendapat gaji pokok
perbulan saja. Dan belum lagi ditambah dengan rasa khawatir dan was-was jika
nanti menghadapi amarah pimpinan atau menajer apabila mengetahui bahwa
realisasi penjualan yang masuk atau yang diperoleh tidak sesuai dan jauh dari
target penjualan yang telah ditentukan.
Permasalahan – permasalahan seperti itulah yang bisa menimbulkan atau mengakibatkan adanya stres.
Stres adalah suatu keadaan atau tanggapan yang kapasitasnya diluar kemampuan seseorang yang dipengaruhi
oleh faktor-faktor baik didalam maupun diluar pekerjaannya.
Dalam kondisi dunia usaha semacam ini, maka banyak tekanan dari dalam maupun dari luar perusahaan,
dimana kondisi karyawan cenderung rentan terhadap stres. Di lain pihak, perusahaan sangat membutuhkan
sumber daya manusia yang berkualitas untuk tetap bertahan dalam persaingan yang semakin
ketat. Hal-hal seperti itulah yang seringkali menyebabkan karyawan-karyawan merasa malas atau jenu
dengan keadaan yang ada sehingga karyawan tersebut sering absen dengan berbagai alasan.
Dari observasi yang telah dilakukan, diketahui tingkat absensi karyawan yang naik turun. Hal ini dikarenakan
adanya tekanan-tekanan yang menuntut karyawan untuk merealisasikan target penjualan yang telah
ditentukan oleh perusahaan, sedangkan imbalan – imbalan baik dalam bentuk kompensasi ataupun kebijakan
yang mereka peroleh dari perusahaan dianggap belum sesuai dengan kerja keras yang mereka lakukan.
Sehingga pada akhirnya para karyawan tersebut menjadi sering absen atau tidak hadir, dan kebanyakan
karyawan tersebut mempunyai kegiatan lain sebagai pekerjaan sampingan dan mendapat pendapat tambahan.
Dalam keadaan stres banyak orang yang tidak mampu membuat prioritas
dan mengambil keputusan, mereka mengerjakan tugas atau pekerjaan dengan
tidak yakin dan banyak membuat kesalahan, bahkan beban stres yang
berlebihan dapat mengganggu kondisi tubuh seperti sakit kepala, tekanan darah
tinggi dan lain-lain.Oleh karena itu masalah stres kerja dan kesehatan mental
karyawan perlu mendapat perhatian yang cukup serius dari pihak perusahaan,
selain itu juga dengan disadari adanya perbedaan kepribadian, persepsi, dan
tujuan dari masing – masing individu yang menjadi karyawan dalam sebuah
perusahaan tersebut sehingga reaksi yang timbul apabila terjadi masalah stres
juga akan berbeda. Dengan adanya latar belakang atau fenomena yang telah
dijelaskan diatas maka peneliti ingin megulas mengenai apa yang sebenarnya
menyebabkan atau mengakibatkan timbulnya stres kerja, yaitu mengulasnya
dalam judul
“ PENGARUH STRESS KERJA DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA
KARYAWAN MARKETING PT. JUNGER FARMA DISTRIBUSI DI
SURABAYA”.
Gaji
Gaji merupakan imbalan finansial yang
diberikan kepada karyawan secara teratur,
seperti tahunan, caturwulan, bulanan, atau
mingguan (Panggabean 2006). Menurut Hariandja
(2005), gaji merupakan bayaran tetap
yang diterima seseorang dari keanggotaannya
dalam sebuah organisasi. Gaji juga
merupakan suatu bentuk balas jasa atau
penghargaan kepada karyawan atas hasil
kerjanya. Gaji maupun upah merupakan bentuk
kompensasi langsung yang diberikan
secara teratur berdasarkan ikatan kerja
antara perusahaan dengan karyawannya
(Mathis dan Jackson 2006). Gaji yang
diberikan kepada karyawan mempengaruhi
perasaan dan persepi yang akan menimbulkan
kepuasan, hal ini sesuai dengan konsep
teori equity. Teori equity menekankan bahwa
kepuasan gaji disebabkan oleh perasaan dan
persepsi yang berhubungan dengan rasa
keadilan atas gaji yang dibayarkan. Persepsi
merupakan hasil dari proses terus-menerus
dan timbul setelah membandingkan dengan
outcome yang lain (Mondy & Noe 2005).
Motivasi Kerja
George dan Jones (2005) mengatakan bahwa
motivasi kerja dapat diartikan sebagai suatu
dorongan secara psikologis kepada seseorang
yang menentukan arah dari perilaku
seseorang, tingkat usaha dan tingkat kegigihan
dalam menghadapi suatu masalah
(dalam Sutanto dan Wijanto 2013). Nawawi
(2011) mengatakan bahwa motivasi kerja
merupakan suatu kondisi yang mendorong
atau menjadi sebab seseorang melakukan
suatu perbuatan. Ernest (dalam Mangkunegara
2009) mengemukakan bahwa motivasi
kerja merupakan suatu kondisi yang berpengaruh
dalam membangkitkan, mengarahkan
dan memelihara perilaku yang berhubungan
dengan lingkungan kerja. Penelitian ini sependapat
dengan definisi motivasi kerja
yang dikemukakan oleh George dan Jones
(2005), yang menunjukkan adanya tiga hal
yang terdapat dalam motivasi kerja, yaitu arah perilaku, tingkat usaha dan tingkat
kegigihan.
Kinerja Karyawan
Hariandja (2005) berpendapat bahwa kinerja
merupakan hasilkerja yang dihasilkan oleh
pegawai atau perilaku nyata yang ditampilkan
sesuai peranannya dalam organisasi. Kinerja
juga berarti hasil yang dicapai seseorangbaik
kualitas maupun kuantitas sesuai dengan
tanggungjawab yang diberian kepadanya.
Selain itu kinerja seseorang dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan,inisiatif, pengalaman
kerja, dan motivasi kerja karyawan. Hasil
kerja seseorang akanmemberikan umpan
balik bagi orang itu sendiri untuk selalu aktif
melakukan pekerjaannya secara baik dan diharapkan
akan menghasilkan mutu pekerjaan
yangbaik pula. Pendidikan mempengaruhi
kinerja seseorang karena dapat memberikan
wawasan yang lebih luas untuk berinisiatif
dan berinovasi dan selanjutnya berpengaruh
terhadap kinerjanya. Sopiah (2008) menyatakan
lingkungan juga bisa mempengaruhi
kinerja seseorang. Situasi lingkungan yang
kondusif, misalnya dukungan dari atasan,
teman kerja, sarana dan prasarana yang
memadai akan menciptaka kenyamanantersendiri
dan akan memacu kinerja yang baik.
Sebaliknya, suasana kerja yangtidak nyaman
karena sarana dan prasarana yang tidak memadai,
tidak adanyadukungan dari atasan,
dan banyak terjadi konflik akan memberi
dampak negatif yang mengakibatkan kemerosotan
pada kinerja seseorang.
PENDAHULUAN
Perkembangan dunia usaha di era
globalisasi ditandai dengan terbukanya
persaingan yang semakin lama semakin cepat,
semakin ketat dan semakin kompleks dalam lingkungan yang berubah dengan sangat
cepat dan cenderung turbulen, mendorong
perusahaan untuk senantiasa meningkatkan
kinerjanya supaya dapat tetap mampu bersaing,
bertahan dan berkembang (sustainable). Salah
satu strategi yang dapat diaplikasikan adalah
dengan pengembangan sumber daya manusia
secara optimal yang memilki kompetensi dan
komitmen yang tinggi terhadap peningkatan
kinerja individu dan kinerja perusahaan
(Hasibuan, 2009).
KESIMPULAN
Ada pengaruh positif dan signifikan antara
desain organisasi dengan kinerja karyawan
dengan sumbangan efektif sebesar 8,2%. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa semakin
efektif desain organisasi maka semakin tinggi
kinerja karyawan. Ada pengaruh positif dan
signifikan antara gaya kepemimpinan dengan
kinerja karyawan dengan sumbangan efektifnya
sebesar 6,1%. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa semakin efektif gaya kepemimpinan
maka semakin tinggi kinerja karyawan. Ada
pengaruh positif dan sangat signifikan antara
iklim kerja dengan kinerja karyawan dengan
sumbangan efektifnya sebesar 19,9%. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa semakin
kondusif iklim kerja maka semakin tinggi kinerja
karyawan. Ada pengaruh positif dan signifikan
antara desain organisasi, gaya kepemimpinan,
dan iklim kerja dengan kinerja karyawan dengan
sumbangan efektif 26,9%. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa desain organisasi,
gaya kepemimpinan, dan iklim organisasi secara
bersama-sama memberikan pengaruh terhadap
kinerja karyawan.
Perkembangan dunia usaha di era globalisasi ditandai dengan terbukanya persaingan yang semakin lama
semakin cepat, semakin ketat dan semakin kompleks dalam lingkungan yang berubah dengan sangat cepat
dan cenderung turbulen, mendorong perusahaan untuk senantiasa meningkatkan kinerjanya supaya dapat
tetap mampu bersaing, bertahan dan berkembang (sustainable). Salah satu strategi yang dapat diaplikasikan
adalah dengan pengembangan sumber daya manusia secara optimal yang memilki kompetensi dan komitmen
yang tinggi terhadap peningkatan kinerja individu dan kinerja perusahaan (Hasibuan, 2009).
Kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau program atau
kebijakan dalam rangka untuk mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi (Bastian, 2001). Kinerja
individu adalah dasar kinerja organisasi karena kinerja organisasi tergantung dari kinerja kelompok yang
merupakan hasil kontribusi dari masingmasing kinerja individu. Kinerja individu dapat dipengaruhi oleh
kemampuan, keterampilan, pengetahuan, sikap, motivasi, dan stres. Kinerja kelompok dapat dipengaruhi oleh
keterpaduan, kepemimpinan, struktur, status, peran, dan norma-norma. Sedangkan kinerja organisasi dapat
dipengaruhi oleh lingkungan, teknologi, pilihan strategi, struktur, proses, dan kultur (Gibson dkk., 2010).
Menurut Gibson dkk. (2010), ada 3 kelompok variabel yang mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja
individu. Kelompok variabel individu terdiri dari variabel kemampuan dan keterampilan individu, latar
belakang keluarga, pengalaman kerja, tingkat sosial dan demografis seperti ras, jenis kelamin, dan usia.
Kelompok variabel psikologis terdiri dari variabel persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi, dan kepuasan
kerja. Kelompok variabel organisasional terdiri dari variabel struktur organisasi, sumber daya,
kepemimpinan, imbalan, kebijakan dan aturan, serta desain pekerjaan.