Anda di halaman 1dari 3

BAB X Pengaruh Budaya Kerja terhadap Kinerja

Kondisi lingkungan kerja yang baik adalah salah satu faktor penunjang
produktivitas karyawan yang pada akhirnya berdampak pada kenaikan tingkat
kinerja karyawan. Kondisi ingkungan kerja dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu
lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja non-fisik. Contoh lingkungan kerja
fisik adalah penerangan, warna dinding, sirkulasi udara, musik, kebersihan, dan
keamanan. Sedangkan lingkungan kerja non-fisik contohnya adalah struktur tugas,
desain pekerjaan, pola kerja sama, pola kepemimpinan, dan budaya organisasi.

Adanya pembagian mengenai lingkungan kerja tersebut tidak dapat


dipisahkan satu sama lain. Antara keduanya harus saling seimbang, karena baik
lingkungan kerja fisik maupun non-fisik sama-sama memengaruhi kinerja
karyawan. Untuk menyeimbangkan keduanya diperlukan kesadaran pihak
manajemen dari perusahaan tersebut. Oleh sebab itu, diperlukan lingkungan kerja
yang kondusif untuk menunjang kinerja karyawan dalam melaksanakan
pekerjaannya, agar hasil kerja yang diperoleh dapat tercapai secara optimal.

1. Lingkungan Kerja Fisik

Lingkungan kerja fisik contohnya adalah penerangan, warna dinding,


sirkulasi udara, musik, kebersihan dan keamanan. Salah satu contoh perusahaan
yang mengutamakan lingkungan kerja fisik yang nyaman untuk mendukung
aktivitas dan meningkatkan kinerja karyawan adalah Google. Perusahaan ini
memiliki kantor pusat di AS, di mana tempat kerja dibuat seperti lingkungan
kampus dan tempat bermain. Hal ini dilakukan berdasarkan riset bahwa
lingkungan kantor yang seperti lingkungan bermain didukung dengan beberapa
fasilitas dan dekorasi yang cerah ini dapat meningkatkan kreativitas para
karyawan Google dalam membuat produk dan inovasi baru dari Google.
Hal ini yang menjadi perhatian khusus bagi Anda para pemimpin perusahaan
untuk meningkatkan fasilitas yang ada untuk meningkatkan kinerja para
karyawan. Karena tempat kerja yang merupakan hal primer memberikan stimulus
langsung bagi psikologi karyawan dan berpengaruh terhadap kinerja yang akan
memengaruhi produktivitas perusahaan.

2. Lingkungan Kerja Non-Fisik

Struktur tugas, desain pekerjaan, pola kerja sama, pola kepemimpinan, dan
budaya organisasi. Selain lingkungan fisik, lingkungan non-fisik juga sangat
memengaruhi kinerja karyawan. Lingkungan non-fisik ini bisa berupa budaya
yang diciptakan oleh perusahaan. Budaya ini bisa diukur dengan kebiasaan yang
ada, karakter para pemimpin, maupun bagaimana struktur organisasi perusahaan.
Mengapa hal ini dapat memengaruhi kinerja karyawan? Tentu saja iya,
dikarenakan karyawan akan berinteraksi langsung dengan atasan dan karyawan
lainnya. Meskipun setiap orang memiliki karakter masing-masing dalam dirinya
sendiri, namun biasanya SDM akan mengikuti bagaimana pola interaksi dan
kebiasaan-kebiasaan yang diberlakukan oleh perusahaan.

3. Pengaruh Terhadap Kinerja Karyawan

Suatu kondisi lingkungan kerja dikatakan baik atau sesuai apabila manusia
yang berada didalamnya dapat melaksanakan kegiatannya secara optimal, sehat,
aman, dan nyaman. Kesesuaian lingkungan kerja dapat berdampak dalam waktu
yang lama, demikian juga dengan lingkungan kerja yang buruk akan
mengakibatkan sulitnya memperoleh sistem kerja yang efektif dan efisien Ardana
(2012:208) mengemukakan bahwa “lingkungan kerja yang aman dan sehat
terbukti berpengaruh terhadap produktivitas”. Selain itu dikemukakan juga bahwa
“kondisi kerja yang menyenangkan dapat mencakup tempat kerja, dan fasilitas-
fasilitas bantu yang mempercepat penyelesaian pekerjaan”.

Peters dan Waterman dalam In Search of Excelence telah melakukan penelitian


tentang hubungan budaya organisasi dengan kinerja organisasi dan menemukan
delapan karakteristik umum yang dimiliki oleh perusahaan - perusahaan yang baik
dan sangat efektif. Artinya terdapat pengaruh kuat budaya organisasi terhadap
kinerja organisasi.
Apa sebenarnya yang dimaksud budaya perusahaan? Menurut Robbins, budaya
organisasi dapat didefinisikan sebagai persepsi umum yang dibentuk oleh anggota
organisasi untuk membedakan organisasi tersebut dengan organisasi lain. Secara
mendasar , budaya organisasi adalah ‘aturan main’ dalam organisasi tersebut.
Kreitner dan Kinicki menyatakan terdapat empat fungsi budaya organisasi yaitu:

 Memberikan identitas organisasi kepada karyawan


 Memudahkan komitmen kolektif.
 Mempromosikan stabilitas sistem sosial.
 Membentuk perilaku dengan membantu manajer merasakan
keberadaannya.

Sedangkan Kreitner dan Kinicki berpendapat bahwa ada tiga tipe budaya yang
mampu meningkatkan kinerja finansial organisasi:

 Perspektif Kekuatan, mengasumsikan bahwa kekuatan budaya perusahaan


berhubungan dengan prestasi finansial. Gagasannya ialah budaya yang
kuat menciptakan kesamaan tujuan, motivasi karyawan, dan struktur
pengendalian yang dibutuhkan untuk meningkatkan prestasi organisasi.
 Perspektif kesesuaian, berdasarkan pada premis bahwa budaya organisasi
harus sejajar dengan konteks strategi atau bisnis.
 Perspektif adaptasi, mengasumsikan bahwa budaya organisasi yang paling
efektif membantu organisasi mengantisipasi dan beradaptasi dengan
perubahan lingkungan.

Budaya organisasi dapat lemah atau kuat, tergantung pada variabel-variabel


seperti keterpaduan, konsensus nilai, dan komitmen individual terhadap tujuan
bersama. Budaya yang kuat tidak selalu baik. Keberadaan nilai budaya yang
sentral lebih penting dari pada kekuatannya. Budaya yang kuat dan bertahan akan
kurang mendukung terjadinya perubahan dalam organisasi. Oleh karena itu seperti
pendapat tersebut di atas, selain kuat budaya organisasi harus sesuai dengan
strategi yang dipilih dan mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan
lingkungan eksternal. (Kotter dan Heskett, 1992:16-28).

Anda mungkin juga menyukai