Anda di halaman 1dari 36

TEORI KONSELING SUMBER DAYA ( RESOURCE THERAPY)

(EGO STATE THERAPY)


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Konseling dan Psikoterapi II
Dosen Pengampu : Muhammad Muhajirin, M.Pd

Oleh kelompok 9 :
Mita Febriani C1986201101
Wafda Wardah Aulia C1986201022
Nadzira Al-Mahira Zahra C1986201027

BK4A
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat serta
karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, yang berjudul “Resource
Therapy”. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah “Teori Konseling & Psikoterapi”.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan akhir


zaman, nabi Muhammad SAW. Semoga Allah SWT, melimpahkan rahmat kepada
beliau, keluarga, sahabat, dan orang-orang yang mengikuti sunnahnya.,

Kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dan
memberi masukan serta mendukung dalam penulisan makalah ini sehingga selesai
tepat pada waktunya. Semoga dibalas oleh Allah SWT, dengan ganjaran yang
berlimpah.

Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-


kekurangan, mengingat akan kemampuan yang dimiiki penulis. Untuk itu kritik dan
saran sangat diharapkan dem penyempurnaan pembuatan makalah ini. Akhir kata
kami ucapkan terima kasih, semoga Allah SWT selalu melipahkan rahmatnya kepada
kita semua.

Tasikmalaya, 8 Mei 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………….. i

DAFTAR ISI ………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………..…………………………… 1

B. Ruang Lingkup Pembahasan …………………. 1

C. Tujuan Penulisan …………………………………. 1

BAB II TEORI KONSELING SUMBER DAYA

A. Pengantar …………………………………………. 2

B. Konsep Dasar …………………………………. 5

C. Proses Konseling …………………………………. 6

D. Teknik Konseling …………………………………. 13

E. Prosedur Konseling …………………. 15

BAB III APLIKASI KASUS

A. Kasus Jeni ................................................................. 30

B. Analisis Kasus Jeni dalam Perspektif Teori Konseling

Sumber Daya ……………………………. 30

C. Rancangan Penanganan Kasus Jeni ………………….. 31

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan …………………………………. 32

B. Implikasi …………………………………………. 32

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Resource therapy adalah teknik pengembangan ego state therapy dari Gordon
Emmerson dan menjadikan resource therapy. Resource adalah sebuah sumber sama
seperti dalam diri kita sumber ini adalah personality part. Teknik ini membedakan
dengan terapi ego state lainnya yang memakai proses induksi hipnosis. Teknik ini
dapat berdiri sendiri tanpa hypnotherapy. Ini merupakan terapi psikodinamik
bedasarkan asumsi personality terdiri dari bagian-bagian (part). Satu resource di
dalam diri kita atau yang disebut ego state adalah kombinasi dari axon dan dendrite
yang tumbuh dan menciptakan fisiologi resource state yang menjadi personality part.
Dalam proses melakukan bantuan terhadap siswa, guru atau konselor dapat
melakukan bimbingan klasikal, konseling individu, konseling kelompok, dan
bimbingan kelompok. Dalam konseling kelompok, konseling individu, maupun
bimbingan kelompok bisa dilakukan dengan brbagai macam pendekatan teori. Di
antaranya adalah dengan menggunakan teori konseling Sumber Daya (resource) atau
yang lebih dikenal dengan tori konseling Ego State.
Ego state therapy ini merupakan teori konseling yang bertujuan untuk
melepaskan dan mengatasi konflik ego state yang terjadi.
B. Ruang Lingkup Pembahasan
Adapun Ruang Lingkup yang dikaji dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Sejarah Teori Konseling Sumber Daya
2. Definisi
3. Konsep Dasar
4. Proses Konseling
5. Prosedur dan Teknik Konseling
C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui sejarah Teori Konseling Sumber Daya


2. Untuk mengetahui apa itu ego state
3. Untuk mengetahui Konsep Dasar
4. Untuk mengetahui Proses Konseling
5. Untuk mengetahui Prosedur dan Teknik Konseling
1
BAB II
TEORI KONSELING SUMBER DAYA (EGO STATE THERAPY)

A. Pengantar Teori Konseling Resource therapy (Ego State)

1. Sejarah Ego State


Istilah ego state bukanlah yang pertama kali, karena istilah ego state pertama
kali muncul dan diprkenalkan oleh pakar psikoanalisis yaitu Sigmund Freud. Konsep
psikoanalisis menjelaskan bahwa dinamika kepribadian individu terdiri dari tiga
komponen yakni id (dorongan biologis), ego (dorongan sosial), super ego (dorongan
moral). Tetapi konsep ego state berbeda dengan ego dan super ego dalam
psikoanalisis. Menurut Barabasz, Barabasz & Watkins, mengungkapkan bahwa orang
yang pertama kali memperkenalkan istilah ego state adalah Paul Federn, seorang
psikoterapis yang belajar psikoanalisis langsung pada Sigmund Freud (Sugara, 2014:
26). Federn berpendapat bahwa kepribadian seseorang trdiri dari bagian-bagian
(parts) dan disebut ego state. Ketika individu melakukan dan merasakannya, maka
imi disebut dengan ego identity (Arif dalam Sugara 2014: 26).
Edoardo Weiss yang mrupakan murid dari Federn mendalami konsep ego sate
dalam kepribadian. Tetapi baik Fdern maupun Weiss tidak menggunakan konsep ego
state dalam proses terapinya dan masih menggunakan psikoanalisis dalam melakukan
konseling dan terapi. Seorang psikolog berkebangsaan Amerika yang bernama Jhohn
G.Watkins yang belajar psikoanalisis dari Weiss mengembangkan konsep ego state
menajdi lebih mudah dipahami. Watkins menggunakan konsep ego state dalam terapi
dan melakukan eksperimen engan menggunakan kondisi trans, berbicara langsung
pada bagian kepribadian (subpersonality) yang bermasalah dan berhasil membantu
korban-korban trauma perang dunia kedua. Pada tahun 1970, Jhon. G. Watkins dan
istrinya Helen H. Watkins menerbitkan istilah Ego State Therapy di beberapa
makalah, jurnal, dan menulis buku Ego State: Theory and Therapy pada tahun 1997
(Sugara, 2014: 27).
Konsep ego state juga digunakan dalam pendekatan Transactional Analysis
Therapy akan tetapi istilah ego state yang dipaparkan Eric Berne (1961) berbeda
dengan ego state yang dipaparkan oleh Jhon. G. Watkins dan Helen H. Watkins. Ego
state dalam transactional analysis merupakan konsepkomunikasi interaksional bagian
diri yang terdiri dari tiga yaitu ego state anak, ego state dewasa, dan ego state orang

2
tua. Sementara dalam konsep konseling ego state, jumlah ego state tidak terhitung
karena ego state merupakan bagian dari kepribadian yang memiliki kondisi perasaan
yang setara, logika, keterampilan dan terus berkembang (Hartman &ZImberoff dalam
Sugara, 2014L 27).
2. Definisi Ego State
Ego state merupakan kesadaran kita akan “aku” di dalam diri kita. Kita
masing-masing mengalami ego kita dari keadaan special kita sendiri yang telah
terbentuk melalui pengalaman kita. Pikiran tentang apa yang dirasakan sekarang
juga. Kita memilih lebih dari satu keadaan ego yang terdiri dari keluarga atau bagian-
bagian dari ego state.
Terapi ego state adalah terapi psikodinamik yang didasarkan pada asumsi
bahwa kepribadian terdiri dari bagian-bagiannya. Dalam bagian kepribadian terapi
ego state disebut Resources. Resources adalah sebuah sumber sama seperti dalam diri
kita, sumber ini adalah personality part (Sugara, 2018: 01).
Konsep dari terapi ego state adalah di dalam diri manusia terdapat bagian-
bagiannya dan bagian tersebut mempunyai fungsi dan tanggung jawabnya masing-
msing. Maka dari itu di dalam konsep resource state kita bisa memberdayakan setiap
bagian sehingga dapat merubah prilaku dengan cepat. (Sugara, 2018: 01).
Konseling Ego State merupakan teknik terapi singkat yang berdasar pada
premis kepribadian yang terdiri dari bagian-bagian (parts) terpisah dan ini disebut
ego state (Emmerson, 2003). Ego state seringkali disebut bagian kecil dari
kepribadian seseorang. Watkins & Watkins (1997) mendefinisikan Konseling ego
state sebagai sebuah pendekatan konseling yang menggunakan pendekatan individu,
keluarga, dan terapi keompok dalam mengakses dan berhubungan dengan ego state
yang bertujuan untuk melepaskan dan mengatasi konflik ego state yang terjadi
(Sugara, 2014: 25).
Menurut Gian Sugiana Sugara (2014), mengungkapkan bahwa setiap kali kita
berbicara “saya seperti ini orangnya” atau “ada bagian saya yang membuat saya tidak
tenang” maka itulah ego state. Sebuah ego state merupakan satu bagian dari
sekumpulan kelompok yang mempunyai keadaan atau kondisi emosi yang setara,
yang dibedakan berdasarkan tugas khusus, perasaan (mood), dan fungsi mental, di
mana kesadaran diasumsikan sebagai identitas dari orang tersebut (Hartman &
Ziberoff, 2003, Emmerson, 2010), Kumpulan dari ego state membentuk kepribadian
utuh dari seseorang dan jumlanya tidak dapat dihitung akan tetapi dalam satu minggu
3
ego state seseorang yang muncul berjumlah sekitar 5 hingga 15 ego sate (Emmerson,
2010). Ego state mulai berkembang ketika masa kanak-kanak di mana otak mulai
berkembang. Semua ego state berkembang untuk memuaskan beberapa kebutuhan
(Arif, 2011). Awal munculnya ego state diawali dengan penanaman nilai (imprint)
yang diberikan oleh orang tua kepada anak serta semakin berkembang dan menjadi
ego state yang matang (Watkins & Watkins, 1997; Emmerson 2010).
Setiap ego state memiliki potensi untuk konflik dan melakukan sabotase diri.
Fenomena ini dapat kita lihat pada seseorang yang mengalami trauma. Misalkan
korban trauma akibat kekerasan seksual. Ada bagian diri yang berkata “saya ingin
terbebas dari rasa bersalah dan menjalani hidup lebih baik”. Tetapi bagian diri yang
lain meraskan bahwa “saya sudah tiak suci lagi. Saya bedosa dan jijik”. Di sini terjadi
konflik ego state di mana ego state yang merasa bersalah tumbuh dan berkembang
diakibatkan dari perasaan luka yang dalam karena trauma. Van der Kolk (1994)
menjelaskan bahwa ketika seseorang mengalami trauma, memori yang berkaitan
dengan peristiwa trauma akan menempel di dalam otak pada bagian non verbal, tidak
sadar dan sangat sulit untuk diakses. Ego state yang tumbuh akibat pengalaman
traumatis kadangkala melakukan manipulasi dengan cara menekan memori
menyakitkan tersebut. Hartman & Zimber konseling dengan menggunakan ego state
adalah dengan cara menemukan ego state yang terbuka (vaded) akibat trauma
kemudian mencari ego state yang lain yang dapat menenangkan atau membantunya
sehingga menjadi lebih produktif dan saling melindungi (Emmerson, 2010 dalam
Sugara 2014, 26).
1. Perkembangan Ego State
Ego state tercipta karena terjadinya suatu pengalaman yang berulang-ulang dari
sebuah tindakan yang menjadikan sebagai ego state. Contoh ada seorang anak
yang ditegur dikelasnya dan guru mengatakannya bodoh, kemudian peristiwa
yang seperti itu diulang dan menajdi bagian dirinya. Ego state terbentuk oleh
umpan balik yang positif dan pengalaman yang berulang-ulang (repetition) serta
mengandung sifat fisiologis.
Ego state menjadi eksekutif ketika individu mengalami situasi sebagai respon
terhadap situasi. Seorang individu dalam kondisi intelektual mungkin
menunjukkan sedikit emosi, sementara individu dalam state anak yang rapuh
dapat menunjukkan banyak emosi.Ego state mngmbangkan strategi dengan
berbagai cara (Sugara, 2018: 03).
4
2. Sensory Experience Memory
Sensory Experience Memory adalah pemahaman yang dihasilkan ketika sebuah
Resource State berbicara dari identitas state lain atau introject dan kemudian
mereflksikan pengalaman itu. Misalnya, seorang pasien mungkin berbicara dengan
introject orang lain di kursi kosong, pindah ke kursi itu dan balas sebagai introject.
Ketika individu kembali ke kursi mereka sendiri, mereka membawa pengalaman
sensoris yang mereka miliki saat berbicara dari identitas introject. Memory
pengalaman sensorik ini memungkinkan tingkat pemahaman bahwa penyelidikan
intelektual tidak dapat dicapai.
3. Inner Strength
Inner strength mempunyai nama yang berbeda untuk setiap orang. Ada yang
menamakan sebagai higher self, inner self, spiritual self, dan lain sebagainya.
Konselor tidak diprkenankan memberi nama kepada semua ego state khususnya
inner self. Biarkan resource state tersebut yang menyebut dirinya sendiri. Untuk
memunculkan inner strength menjadi excecutive adalah dengan bertanya “saya
ingin berbicara kepada bagian yang lebih dekat dengan sang pencipta atau
hubungannya dekat dengan sang pencipta (sifatnya bijaksana)’ (Arief, dalam
Sugara, 2018: 04).
Menurut Emmerson (Arief, 2014: 31), sifat alami inner strength adalah:
a. Inner Strength dilahirkan saat bersamaan saat manusia tersebut lahir
b. Inner Strength berbicara dengan suara jelas. Jernih, dan perhatian.
c. Inner Strength tidak dapat dimusnahkan atau diganti sifat alaminya, walau
tugas dan peranannya bisa diprbesar. Dan juga dapat digunakan untuk
membantu state lain yang bermasalah.
d. Inner Strength mempunyai kebijaksanaan khususnya mengenai tujuan dari
individu tersebut
e. Inner Strength mempunyai level energy baik rendah maupun tinggi. Ketika
mempunyai level energy yang tinggi maka inner strength mempunyai
peran yang sangat besar.

B. Konsep Dasar
1. Karakteristik
1) Resource state tidak dapat dihilangkan atau disingkirkan, tetapi dapat kita
ganti tugasnya.
5
2) Resource state normalnya bisa mengekspresikan beberapa tua umur peserta
tersebut
3) Resource state dapat memilih bersembunyi atau tidak aktif dan mereka
dapat berubah. Saat mereka berubah biasanya mereka memilih nama baru
misalkan dari was-was menjadi pelindung.
4) Resource state pastilah bagian dari orang tersebut,
5) Resource state mempunyai identitas. Ketika resource state menjadi
executive (muncul secara sadar) maka dia berbicara seperti orang pertama
dan membicarakan state yang lain sebagai sesuatu yang lain.
6) Resource state mempunyai perasaan dan mereka tidak suka dengan
komentar yang kasar terhadap mereka, baik secara langsung atau melalui
state yang lain. Bila itu terjadi, maka mereka menolak untuk berbicara dan
bekerja sama.
7) Setiap orang pasti mempunyai resource state walau jumlah resource state
dan bentuknya bisa berbeda antara orang yang satu dengan orang yang
lain.
C. Proses Konseling
1. Tujuan Konseling Sumber Daya
Tujuan inti dari konsling ego state adalah membuat ego state yang vaded, retro
dan konflik menjadi ego state normal sehingga individu terbebas dari sabotase diri
dan mendapatkan kebahagiaan dalam hidupnya (Watkins & Watkins, 1997;
Brabasz, Brabasz & Watkins, 2011). Secara garis besar, Emmerson (2010)
merumuskan tujuan konseling ego state meliputi (Sugara, 2014: 29):
1. Mengalokasikan dimana adanya kesakitan, trauma, kemarahan atau
frustasi dalam ego state dan memfasilitasi ekspresi, melepaskan emosi
negatif, memberikan rasa nyaman serta memberdayakan diri.
2. Memfasilitasi fungsi komunikasi di antara ego state
3. Menolong klien mengenal ego state mereka sehingga klien dapat memetik
kuntungan yang lebih
4. Mengatasi konflik diri atau konflik ego state
2. Fungsi dan Peran Terapis
Konselor juga harus memahami kondisi alami ego state berdasarkan pada
fungsinya. Emmerson (2010) menjelaskan ada empat kondisi ego state dalam diri
kita (Sugara, 2014: 28):
6
1. Normal ego state yaitu ego state yang berperan positif. Tujuan inti dari
konseling ego state adalah untuk membantu semua state berfungsi menjadi
normal kembali.
2. Vaded ego state yaitu ego state yang bersifat mengganggu sehingga membuat
orang tersebut sering melakukan yang tidak ingin dilakukan. Vaded ego state
muncul karena trauma dan penolakan di masa lalu dan tidak terselesaikan. Bila
vaded ego state ini menjadi executive akan membuat perasaan orang tersebut
menjadi buruk bahkan menjadi di luar kendali dan tidak apa melakukan
sesuatu yang diinginkannya.

a. Vaded with Fear


Karakteristik Vaded with Fear:
Vaded fear (takut) muncul dari adanya perasaan takut atau khawatir yang tidak
diinginkan. Gangguan yang terkait dengan Vaded with Fear adalah sleep teror dan
nightmares, specific phobia, panic attack, DID, addiction work a holism.
Gordon Emmerson (2014:19), kondisi patologis resource vaded with fear:

Ketika vaded with The normal state


fear menjadi
eksekutif
Sebuah resource Normal state
vaded dengan menikmati berada
dengan ketakutan dalam sadar. Mereka
merasa ada sesuatu fokus pada apa yang
yang memiliki ada disekitar mereka,
kekuatan lebih dari bukan pada perasaan
yang bisa negatif
menyakitinya. Ini
mencegah pasien
untuk hidup bebas.
b. Vaded with rejection
Karakteristik Vaded with Rejection
Vaded Rejection (penolakan): terjadi karna merasa ditolak oleh lingkungan atau
perasaan tidak layak, tidak dicintai, dan tidak diterima. Gangguan yang

7
ditimbulkan adalah social phobia and business phobia, narcissism, anorexia
nervosa, bulimia nervosa, anti social, feeling unlovable, compulsive shopping,
over competitivess.
Gordon Emmerson (2014:20), kondisi patologis resource vaded with rejection:

The resource vaded The normal state


with rejection
Sebuah resource Normal state memiliki
vaded with perasaan positif
rejection merasa tentang diri mereka
tidak dicintai, atau sendiri. Mereka
tidak cukup baik. menikmati waktu yang
Hal ini dapat mereka miliki di
mencegah agar conscious/sadar dan
pasien tidak merasa memiliki
terlibat, dan dapat sesuatu untuk
menyebabkan ditawarkan.
pasien
mempertanyakan
nilai pribadi
c. Vaded with disappointment
Karakteristik Vaded with Dissapointment
Vaded with Dissapointment (kecewa): state ini begitu kecewa terhadap kondisi
yang dialami, sehingga secara tidak langsung membuat menghalangi state lain
untuk muncul atau membuat menjadi hidup positif. Gangguan yang muncul
adalah depresi, menyalahkan kondisi hubungan, perasaan kehilangan.

8
Gordon Emmerson (2014:22), kondisi patologis resource vaded with disappointment:

The resource vaded The normal state


with disappointment
Sebuah resource Normal state
vaded with menikmati saat
disappointment mereka berada diluar
merasa energi dan mereka
rendah, kesal, dan bersyukur atas state
tidak mau bagian lain lain yang dapat
dari kepribadian membantu dalam
menjadi bahagia. berbagai cara.
Mereka merayakan
kebahagiaan state
lain.

d.
Karakteristik vaded with confusion
Vaded confusion (bingung): adalah orang yang selalu berpikir terus menerus
bahkan otaknya tidak bisa tenang, selalu berpikir terus menerus dan mengganggu
otaknya. Energinya rendah sehingga dia memilih untuk tidak menikmati
kehidupan. Gangguan yang ditimbulkan adalah pikiran yang ruwet, bengong
karna eventtertentu seperti kematian, rasa bersalah atau malu, kegelisahan, dan
kebingungan yang dalam berkaitan dengan hubungan.
Gordon Emmerson (2014:23):, kondisi patologis resource vaded with confusion:

The resource The nomal state


vaded with
confusion
Sebuah resource Normal state bisa
vaded with membiarkan
confusion tidak masalalu berlalu.
bisa membiarkan Mereka memiliki
sesuatu berjalan. kemampuan untuk

9
Ada ruminasi mengalami saat
tentang ini. Mereka
kebingungan, memiliki
kesalahan, rasa ketenangan dan
bersalah atau rasa pandangan
malu. Seringkali kedepan.
ada ketidak
mampuan untuk
tidur
a. Retro ego state yaitu ego state yang muncul dan berkembang dimasa lalu,
ego state ini tercipta sejak kita masih kecil dan dulu state ini berguna atau
digunakan tetapi sekarang sudah tidak berguna lagi. Tetapi kadang suka
muncul dan mengganggu atau menguntukan seseorang.
a. Retro original state
Karakteristik Retro Original state
Retro original state: state yang dimulai dari masa kecil dan terlatih terus menerus
atau muncul terus menerus tetapi resource state ini tidak disukai oleh part
lainnya. Gangguan yang muncul adalah anti sosial, menyerah, kekerasan,
personality disorder, dan passive aggresive behaviour.
Gordon Emmerson (2014:24), kondisi patologis retro original resource states:

Retro original The normal state


resource states
Retro original Normal state
resource states melaksanakan
merasa mereka perilaku yang
memiliki peran mereka rasa penting
penting dalam dan state lain juga
bermain. Mereka menghargai.
melakukan apa
yang mereka
ketahui, dan mereka
benar-benar tidak
peduli jika state lain

10
tidak menyukai apa
yang mereka
lakukan.

b. Retro avoiding state


Karakteristik Retro Avoiding state
Retro avoiding state (menghindar): perilaku ysng tercipta di masa dewasa
bersamaan dengan vaded fear (rasa takut) atau dengan rejection (penolakan). Dan
ini menjadi sebuah kebiasaan buruk yang tidak bisa dihentikan dan menjadi
prilaku yang menganggu. Gangguan yang muncul adalah addiction, OCD, self
harming, obsessive behaviour, drug taking, rage, eating disorder.
Gordon Emmerson (2014:26): kondisi patologis retro original resource states:

Retro avoiding The normal state


resource states
Retro avoiding state Normal state
merasa memiliki melakukan prilaku
peran penting dalam yang mereka rasa
bermain. Mereka penting dan state lain
senang melakukan juga menghargai.
apa yang tidak Mereka berdamai
disukai state lain dengan states lain,
jika hal itu dan akan merubah
menghemat prilaku mereka untuk
kepribadian karna mewujudkannya
memiliki perasaan sesuai dengan nilai-
negatif. nilai bagian
kepribadian lainnya.
b. Conflicted ego state yaitu beberapa ego state yang saling berkonflik dan
kadang menjadi masalah bagi orang tersebut. Sebenarnya, conflicted ego
satte mempunyai maksud positif tetapi kadang mereka bertengkar atau
berbeda pendapat secara internal. Contoh: “saya ingin lepas dari rasa takut
naik motor setelah kecelakaan tapi bila naik, saya khawatir terjadi
kecelakaan lagi”.

11
Karakteristik Conflicted State
Menurut Antonius Arief (2014:24): conflicted resource state adalah beberapa state
yang saling berkonflik dan kadang menjadi masalah buat orang tersebut. State ini
terjadi karna konflik kepentingan di dalam diri. Seperti hati nurani saling tidak setuju
satu sama lain. Pada dasarnya conflict resource state mempunyai maksud positif tetapi
kadang mereka bertengkar atau berbeda pendapat secara internal. Gangguan yang
dihadapi antara lain menunda-nunda pekerjaan, gangguan tidur, chronic fatigue,
gangguan pikiran.
Gordon Emmerson (2014;27), kondisi patologis conflicted resource states:

Confliceted resource The normal state


states
Conflicted resource Normal states
states tidak mengerti menghormati state
pentingnya state lain. lain dan
Mereka bertarung mempertimbangkan
untuk menjadi sadar, apa yang harus
atau bertarung untuk mereka katakan.
memenangkan Mereka bekerja
sebuah keputusan. dengan cara
berkompromi dengan
waktu sehingga
semua state
mendapatkan waktu
yang mereka
butuhkan.
c. Dissonant State
Karakteristik Dissonant State:
Antonius Arief (2014:25) mengemukakan dissonant merupakan sebuah state yang
salah muncul. State ini tidak menyukai bahwa dia harus muncul kepermukaan,
dan dia merasa bukan tugasnya. Dia sangat suka digantikan dengan bagian
lainnya. Seperti ketika mau persentasi depan umum tiba-tiba menjadi tidak pede,
atau saat mau menulis tiba-tiba menjadi malas. Gangguan yang dihadapi antara

12
lain frustasi, tidak mempunyai kamampuan menunjukan diri, mental yang
menghalangi untuk menulis, buruk dan berolahraga.
Gordon Emmeson (2014:28), kondisi patologis dissonant resource states:

Disonnant The normal


resource states state
Dissonant Normal state
resource states menikmati
tidak merasa waktu mereka
nyaman saat keluar. Saat
sadar. Mereka sadar, mereka
tidak menyukai merasakan
apa yang harus bagian
mereka lakukan kepribadian
saat berada di mereka adalah
sadar, dan yang Mereka
frustasi dengan mungkin ingin
kemampuan memperbaiki,
mereka. tapi mereka
merasa bisa
melakukan itu.

D. Teknik-teknik teori konseling ego state


Konseling ego state menekankan pada analisis komunikasi terhadap fungsi dan
peranan ego state terhadap individu. Tedapat dua teknik yang sering digunakan
dalam konseling ego state (Emmerson, 2003; Arif, 2011; Watkins & Watkins 1997)
di antaranya adalah:
1. Konseling Ego State tanpa menggunakan kondisi trans
a. Teknik Kursi Kosong (Empty Chair Technique)
Teknik kursi kosong yaitu teknik konseling ego state dengan menggunakan
kursi sebagai media dalam memfasilitasi komuniaksi antar ego state. Teknik
ini sangat cocok bagi individu yang kurang bisa melakukan imajinasi karena
dengan menggunakan kursi kosong seseorang akan terbantu dengan lebih
mudah untuk mengakses ego state atau perasaannya. Merupakan

13
pengembangan dari gestalt therapy, yang membedakannnya adalah selama
sesi konseling ego state, kursi yang dibutuhkan sekitar 5 sampai 10 kursi.
Tujuan dari kursi kosong ini adalah sebagai manifestasi dari ego state
individu agar dapat berkomunikasi dan mengubah vaded, retro atau
conflicted ego state menjadi normal ego state.
b. Teknik Percakapan (Conversational Technique)
Teknik yaitu terapi ego state yang dilakukan selayaknya percakapan biasa.
Teknik ini sangat membantu sebagai persiapan melukan resintece bridging
yakni teknik untuk mencari akar masalah. Teknik pecakapan hampir sama
dengan teknik kursi kosong, yang membedakannya adalah di sini tidak
mencari akar masalah dalam konselingnya akan tetapi focus pada komunikasi
antara ego state yang terluka (vaded) dan mencari ego state pelindung
(protector).
2. Konseling Ego State dengan menggunakan kondisi trans
Trans adalah suatu keadaan focus, tenang, dan relaks sehingga dapat mencerna
informasi atau sugesti yang masuk ke dalam pikiran. Korban yang mengalami
gangguan stress pasca trauma (Post Traumatic Stress Disorder) dan gangguan
stress akut (Acute Stress Disorder) memiliki kemampuan masuk kondisi trans
yang sangat tinggi dibanding dengan orang biasa 9Yard, DuHamel, & Galynker,
2008). Pendapat lain dikemukakan oleh Hilgard (Watkins, 1993) yang
menjelaskan trans berkaitan dengan focus yang tinggi dan proses pemisahan diri
(dissosiative). Melalui trans, konselor dapat secara efektif memanggil dan
memisahkan ego state yang terluka serta melakukan proses pelepasan emosi.
Kondisi trans merupakan bagian terpenting dalam satu sesi kosneling ego state
(Emmrson dan Barabas, dalam Sugara, 2014: 31).
Konisi trans digunakan untuk encari akar masalah (root cause) yang menjadi
permasalahan klien. Emmerson (2010) menjelaskan dalam kasus kemarahan,
kondisi trans digunakan untuk mencari ego yang terluka (vaded) kemudian
melakukan plpasan emosi melalui ekspresi terhadap ego state yang negative
(maladaptive ego state) yaitu dengan cara melakukan regresi atau kembali kepada
memori masa lalu yang menjadi pemicu kemarahan kemudian melakukan
rekonstruksi yang positif terhadap peristiwa itu. (Sugara, 2014: 31).
Barabasz et all (2011) memaparkan langkah-langkah satu sesi konseling ego
state dengan menggunakan trans yang bisa dilakukan oleh konselor diantaranya:
14
a. Melakukan induksi secara tidak langsung kepada konseli untuk memasuki
kondisi trans. Setelah itu konseli dibantu untuk mengingat kembali memori
masa lalu yang menjadi pemicu marah dengan melakukan proses regresi.
Emmerson (2010) menjelaskan untuk menghindari konseli yang akit trans,
konselor dapat menggunakan teknik induksi secara tidak langsung dan
teknik resistence bridging sebagai teknik regresi permisif dimana konseli
tidak tahu sedang dalam kondisi trans.
b. Selanjutnya konselor melakukan proses ekspresi terhadap ego state yang
negative (maladaptive ego state). Ketika proses ekspresi dilakukan
konselor membantu konseli untuk melepaskan dan meluapkan seluruh
emosi yang tersimpan di dalam pikiran bawah sadar konseli.
c. Tahapan akhir adalah melakukan penanganan (reliefe) yakni proses
komunikasi antara ego state dimana ego state yang terluka dibantu oleh
ego state yang lebih dewasa (nurturance).

E. Prosedur Konseling Ego State

15
Klasifikasi Prosedur Konseling Ego State
Vaded with Action 2: Action 6: Action
fear Vivify Removal 12:
Spesific Action 7: Imagery
Action 3: Relief check
Bridging Action 8:
action Find
Action 4: resource
expressio
n
Vaded with Action 2: Action 6: Action 8:
rejection Vivify Introject Find
Spesific speak resource
Action 3: Action 7: Action
Briging Removal 12:
action Action 8: Imagery
Action 4: Relief chech
Expressi
on
Vaded with Action 2: Action 9: Action
confusion Vivify Changing 12:
Spesific chairs Imagry
introject check
action
Vaded with Action 8: Action 8: Action
dissapointme Find Find 10: Retro
nt resource resource state
negotiati
on
Retro Action 2: Action Action
original Vivify 10: Retro 12:
specific state Imagery
Action 8: negotiati check
Find on
resource
Retro Action 2: Action Action
avoiding Vivify 11: 12:
specific 16 Conflicte Imagery
Action 3: d state check
Bridging negotiati
1. Prosedur Konseling Ego State 1 : Diagnosis Patologi Ego State
Tujuan dari RT Diagnosis adalah untuk mengklasifikasikan isu yang disajikan ke
salah satu dari delapan kategori, lihat tabel 4, meja dan tabel 6.
2. Prosedur Konseling Ego State 2 :Vivify Spesifik
The vivify specific action adalah saah satu tindakan yang paling sering digunakan
dalam resource therapy. The vivify spesifik action adalah action yang memastikan
bahwa kesalahan yang tepat digunakan untuk pekerjaan terapeutik. Pasien harus
menggambarkan satu kejadian spesifik, bila pasien mampu menggambarkan stu
kejadian spesifik ketika dalam keadaan sadar, terapis harus meminta pasien untuk,
“biarkan saja mata Anda ditutup sehingga Anda bisa lebih focus pada hal ini dengan
lebih baik.”
3. Prosedur Knseling Ego State 3 : Bridging Action
Bridging action atau proses mencari akar permasalahan, hal-hal yang dapat
ditanyakan pada klien sebagai berikut (Arif, 2014:109)
Apakah perasaannya seperti tua atau muda? Atau perasaan ini lebih dewasa atau
lebih muda?
Maksud pertanyaan ini adalah membimbing klien anda agar bisa mulai merasakan
atau mengidentifikasi umur ego state yang dipanggil tersebut.
Sekitar umur berapa perasaan ini muncul pertama kali?
Ini fungsinya untuk mencari kejadian peratama kali peristiwa itu muncul pertama kali
di dalam hidup klien.
Silahkan menjadi umur (sebutkan umur berapa yang muncul dari jawaban b). ini
untuk melihat peristiwa di kejadian pertama kali dan untuk mencari akar masalah.
Peristiwa ini seperti di dalam atau di luar ruangan?
Ini untuk membantu mengidentifikasi kejadian pertama kali dengan cara perlahan-
lahan. Karena gambaran peristiwa mungkin tidak langsung secara jelas.
Sendiri atau bersama orang lain?
Ini untuk membantu mengidentifikasi apakah dia sendiri saat kejadian atau ada orang
lain.
Ceritakan yang terjadi disana.
Setelah mengidentifikasi di dalam atau di luar ruangan serta ada orang lain atau tidak
maka kita bisa menanyakan apakah yang terjadi di sana khusunya peristiwanya, dan
dilanjutkan melepaskan masalah tersebut.
4. Prosedur Konseling Ego state 4: Ekspresi
17
a. mengekspresikan permasalahan yang terpendam dan diungkapkan dari
resource state yang terluka akibat dari introject yang membuat
permasalahan kepada klien (Arif, 2014:116)
b. klien dapat berbicara secara langsung kepada intoject bila tidak berani
konselor dapat memfasilitasinya.
c. jika klien masih tetap tidak berani mengatakannya, lalu :“buat bapak mu
sebesar 1-2 inchi, hati-hati jangan sampai terinjak.” Tujuannya agar klien
mempunyai keberanian untuk mengatakan perasaannya secraa langsung.
5. Prosedur Konseling Ego State 5 :Introject Speak
Menurut Antonius Arif (2014: 82-83) ada 2 hal dalam resource terapi dengan
menggunakan intoject, yaitu :
a. Berbicara langsung ke introject
Cara melakukannya adalah bebricara seperti kepada sebuah kursi dan langsung
berbicara di kursi tersebut seakan-akan introject berdiri di kursi itu. Bila ternyata
klien tidak berani mengatakannya secara langsung perasaannya, maka konselor
dapat membantu klien.Contoh : “Saya tidak berani mengatakannya pak. Karena
ayah saya (Introject yang menjadi permasalahannya) galak sekali.”Maka konselor
meminta klien mengatakan semua unek-uneknya kepada konselor terlebih
dahulu.
Klien : “iya bapak saya galak sekali dan suka memukul saya. Saya tiak suka.”
Konselor : “Bapak tidak boleh begitu, anak bapak tidak suka dengan bapak.
Karena bapak galak dan suka mmeukul” (ini dikatakan dengan nada keras).
b. Berbicara sebagai introject.
Cara melakukannya adalah kita meminta klien seakan-akan menjadi diri interject,
dan introject itu bisa berfungsi untukmembantu mendamaikan jadi mereka sendiri
yang mengetahui isi pikiran introject yang positif atau menjadi introject yang
selama ini menjadi masalah dengan klien kita.
6. Prosedur Konseling Ego State 6: Removal
Setelah diekspresikan perasaan resource state yang terluka tadi maka introjectnya
haris kita removal (dilepaskan). Ada 2 proses yang dapat dianjurkan oleh konselor,
yaitu :
Bila itu adalah orang lain atau sesuatu, cara melepaskannya kita tanyakan pada klien,
“apakah mau ditendang atau ditiup? Atau mungkin mau diambil pakai tangan lalu
dibuang?” (Arif, 2014:119)
18
Bila itu orang tua kita dapat menggunakan teknik forgiveness atau teknik memaafkan
dengan caraego state therapy.
7. Prosedur Konseling Ego State 7 : Relief
Cara mealkukan relief adalah dengan memangil ego satte lain yang lebih dewasa
(mature) atau lebih mau mengasuh (nurturing) kepada resource state yang
bermasalah. Jika resource state yang dewasa tidak muncul sama sekali, maka kita
dapat memanggil inner strength. Setelah selesai, resource state vaded yang sudah
menjadi lebih positif tersebut diganti namanya.
8. Prosedur Konseling Ego State 8 :Finde Resource
Temukan sumber daya yang digunakan untuk menemukan sumber daya terbaik yang
dimiliki konseli untuk waktu atau aktivitas.Ini adalah tindakan langsung, terdiri dari
hanya dua bagian.
Sebuah pertanyaan diajukan untuk menentukan bagaimana konseli menginginkan
pengalaman saat in atau aktivitas yang baik secara internal maupun eksternal.
Tindakan vivify specific digunakan untuk mencari dan memberi nama resource yang
dapat diberikan kepada konseli.
Misalnya, jika konseli ingin menemukan sumber yang bisa berbicara dengan dirinya
ketika remaja, pertanyaan pertama adalah :
“Saat anda berbicara dengannya bagaimana percakapan yang dialami? Bagaimana
anda bertindak secara eksternal, dan bagaimana anda ingin merasakannya secara
internal?”
Anda perlu memastikan bahwa anda mendapat respon untuk kedua pertanyaan ini.
Kemudian tanyakan kepada konseli kapan dia bisabertindak seperti ini dan rasakan
dengan siapa saja, kapan saja dalam hidupnya. Setelaha mendapat tanggapan atas
pertanyaan itu, gunakan tindakan Vivify sesific untuk menemukan dan memberi
nama sumber daya yang bermanfaat. Kemudian, panggil nama itu berdasarkan nama,
dan tanyakan apakah itu akan membantu konseli di masa depan pada saat yang
dibutuhkan.
Ketika resource diminta untuk membantu, jika mereka merasa dapat membantu,
mereka bahagia.Jika resource itu suka melakukannya.Resource cinta untuk
penyadaran dan mereka suka membantu. Hal ini lebih sering terjadi bahwa dua
resource inin keluar pada saat yang sama, daripada tidak ada resource yang ingin
keluar.
“kapan konseli tidak memiliki resource yang dibutuhkan?”
19
Jika konseli tidak dapat mengingat saat ketika dia dapat bertindak dan merasakan
dengan cara yang diinginkan, perlu untuk menemukan resource state yang dapat
berlatih dan memanfaatkan kemampuan itu. Konselor membantu klien menemukan
state yang memiliki kemampuan untuk mengendalikan karakteristik yang
dibutuhkan. Untukmenemukan state yang dapat memanfaatkan karakteristik yang
dibutuhkan, mintalah konseli untuk menggambarkan bagaimana rasanya bertindak
dan merasakan dengan cara yang diinginkan. State sumber saya yang bisa menjawab
pertanyaan ini akan bisa berlatih, dan melakukan aktivitas yang diinginkan. Misalnya
: (klien belum bisa mengingat bahwa ia pernah bersikap tegas).
Amy, bagaimana rasanya bersikap tegas seperti yang diinginkan? Hanya
menggambarkan bagaimana ia akan berbicara, bagaimana perasaan anda, dan
bagaimana rasanya bagi anda? (sambil mendapat deskripsi)
Apa yang bisa saya sebut pada bagian ini ketika sedang berbicara saat ini? Apa yang
bisa saya tentukan pada bagian ini anda yang benar-benar memiliki sikap ketegasan?
(Katakanlah nama yang diberikan “kuat”)
Kuat, terima kasih telah berbicara dengan saya. Kedengarannya seperti anda memiliki
pemahaman yang benar-benar baik tentang perilaku asertif. Saya membutuhkan
bagian tegas saat ini, dan sepertinya anda adalah bagian terbaik untuk membantu Amy
untuk melakukan perilaku ini. Semakin anda mempraktikannya, semakin baik anda
akan mendapatkannya.”kuat, bersediakah anda. Saat Amy membutuhkan anda, untuk
menjadi bagian asertifnya?”.
Bagian yang rapuh tidak akan pernah bisa bersikap asertif, tapi tidak akan menjadi
bagian rapuh yang menggambarka bagaimana rasanya bersikap tegas. Bagian yang
menggambarkan bagaiman rasanya bersikap asertif memahami kemampuan itu
dengan cukup baik untuk dapat menerimanya.
9. Prosedur Konseling Ego State 9 :Changing Chairs Introject Action
The changing charge introject action membantu Resource states untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih baik mengenai dinamika yang ada diantara mereka dan
oranglain. Dengan mengalami duduk di kursi orang lain dan kembali ke kursi mereka
sendiri, pasien dapat memiliki pengalaman katarsis yang dapat memabntu mereka
mengatasi kebingungan, rasa bersalah, atau kesalahan. Pasien membawa kembali ke
kursi mereka Sensory Experience Memory dari perasaan yang mereka miliki sebagai
introject.
Delapan langkah di bawah ini diadaptasi dari keadaan resource:
20
1. Vivify specific : Pastikan keadaan patologis sadar, dan diberi nama, mis., si sakit
hati
2. Tentukan apa yang perlu dikatakan dan tanyakan : berbicaralah secara langsung
dengan sumber daya, memangginya dengan nama, dan cari tahu apa yang ingin
dikatakannya pada introject jika memiliki perubahan, dan pertanyaan apa yang
ingin diajukan.
3. Buat pemahaman tentang introject di kursi lain : iya, saya sakit hati, bayangkan
saja kehadiran adikmu duduk di kursi yang berhadapan denganmu saat ini juga.
Kaakan padaku saat kau melakukan ini.”
4. Pastikan ungkapan dan pertanyaan yang lengkap : katakana pada sumbernya
bahwa karena kita tahu intoject benar-benar tidak berada dalamposisi yang lain,
inilah saat dimana benar-benar sesuatu dapat dikataan sepenuhnya dan aman, dan
mengarahkan sumber daya utnuk mengekspresikan dirinya sepenuhnya secara
langsung ke intoject, jika konseli mengatakan sesuatu seperti, “saya ingin dia
tahu…”
Hentikan dia dan katakana, langsung ceritakan padanya. Katakana namanya
kemudian lanjutkan dengan apa yang anda ingin dia ketahui. “Sumber daya juga
dapat mengajukan pertanyaan apapun yang mungkin bisa dipilih atau diuntungkan
olehnya. Konselor harus mendorong ekspresi yang lengkap dan harus mencatat
dengan baik segala sesuatu yang dikatakan kemudian ketika introject sedang
berbicara semua isyarat tepat bisa dilakukan.
5. Konseli langsung pindah ke kursi introject: setelah sumber daya didorong
sepenuhnya mengungkapkan, dan untuk mempertanyakan sepenuhnya, konseli
harus diminta untuk berdiri, pindah ke kursi yang lain, dan saat konseli sedang
dalam proses duduk.bawah, nama introject harus dipanggil dengan jelas.
1) Anthony, terimakasih sudah disini “saat konseli selesai duduk, introject harus
ditanya bagaimana rasanya tentang apa yang baru saja dikatakan,
2) Anthony, dia mengatakan banyak hal padamu sekarang. Bagaimana yang kamu
rsakan mengenai hal tersebut?” ini membantu konseli menetap di luar introject.
6. Berbicara langsung dnegan introject : ajukan pertanyaan introject sehubungan
dengan kebutuhan sumber daya. Mintalah hal-hal yang akan mencerahkan sumber
daya tentang kemampuan, perasaan dan tingkat kedamaian dari introject. Lihat
catatan yang telah anda ambil dan pastikan introject menanggapi semua komentar
dan pertanyaan yang diajukan oleh sumber daya.
21
7. Langsung konseli kemblai ke kursi asli: panggil konseli dengan nama (buka nama
resource), dan mintalah dia untuk berdiri dan bergerak ke kursi yang lain, dan saat
kosneli duduk berbicara dengan jelas. Nama resource untuk kembali terlibat
dengan bagian kepribadian itu, misalnya “sakit, kata Anthony apa yang menarik,
katanya…”
8. Berdiskusi dengan sumber : mintalah perasaan pada resource tentang apa yang
baru saja didengarnay, dan lihat apakah ada hal lain yang ingin dia katakana pada
introject. (tanya jawab)
10. Prosedur Konseling Ego State 10 :Retro State Negotiation
Retro state melakukan perilaku yang tidak disukai state lain. Ada dua tipe Retro state,
Retro asli (original) dan Retro Avoiding. Negosiasi Retro state dapat dilakukan
segera dengan retro state original, namun sebelum menggunakan kegiatan ini dengan
Retro Avoiding.
Retro Avoiding states adalah orang-orang yang melakukan semua perilaku
menghindari, seperti kecanduan, OCD, belanja kompulsif, dan lain-lain. Penjelasan
lebih rinci tentang langkah-langkah sebagai berikut:
a. Gunakan Vivify specific action untuk membawa retro state ke sadar (conscious)
b. Bicarakan dengan state ini untuk menentukan bagaimana hal itu telah membantu
pasien di masa lalu agar menjadi jelas mengenai tujuannya. Misalnya, keadaan
yang menunjukkan perilaku anti-sosial mungkin telah melindungi orang tersebut
dari serangan, atau state yang menyalahgunakan alcohol mungkin telah
melindungi pasien dari perasaan negative state vaded.
c. Dapatkan nama retro states yang merupakan indikasi tujuannya, tidak perannya.
Misalnya, jangan menerima nama perokok, melainkan menerima nama seperti
pelindung. Kau bisa menyarankan nama dengan tujuan jelas, dan anda dapat
meminta keadaan khusus apa yang menjadi tujuannya yakni memungkinkan State
Retro memiliki masukan pada namanya.
d. Menunjukkan penghargaan bagaimana ia telah membantu dimasa lalu, jiak
perilaku itu negative. Anda tidak perlu memuji perilaku, hanya upaya untuk
membantu. Memuji state yang telah bersedia untuk disukai state lain sehingga ia
bisa mencapai perannya yang penting.
e. Sejajarkan resource yang sesuai. Jika sumber daya lain yang dibutuhkan untuk
menangani situasi yang retro telah di masa lalu, menggunakan tindakan find
resource (#9).
22
f. Sarankan peran alternative atau lebih kecil yang memungkinkannya terus
mencapai tujuannya peran dapat yang dapat dihargai sumber daya lainnya. Saat ini
jangan tanya Negara retro apakah akan mengambil peran baru ini. Katakan “mari
kita lihat apa yang dipikirkan state lain tentang peran baru anda (atatu kurang
menggunakan peran ini. Yang umum bagi retro states pada awalnya percaya
bahwa mereka tidak akan pernah disukai, atau percaya bahwa apa yang telah
mereka lakukan di amsa lalu yang bisa mereka lakukan. Mereka akan mengatakan
hal-hal seperti “Mereka tidak akan pernah menyukai saya”, atau “inilah yang saya
lakukan, saya tidak dapat melakukan hal lain”. Sungguh menakjubkan betapa
cepatnya sikap ini berubah begitu mereka mengalami keadaan lain yang
menghargai peran barunya. Anda bisa mengatakan hal-hal seperti “saya tahu,
sepertinya mereka tidak akan menyukai anda, tapi saya yakin mereka akan
melakukannya jika anda menggunakan cara baru untuk membantu ini. Mari kita
lihat saja.”
g. Bicaralah langsung dengan resource yang telah mempresentasikan perilaku Retro
sebagai sebuah isu. Dapatkan nama untuk itu anjurkan bahwa ia akan menyukai
Retro State jika berubah. Misalnya, anda menginginkan protector jika protector
hanya muncul saat tubuh berada dalam bahaya fisik yang nyata, dan jika bagian
asertif menangani hal-hal dilain waktu. Itu akan sangat bagus untuk memiliki
bagian pelindung yang kuat jika anjing liar berada menyerang, bukan? Kemudian
pada saat lain asertif bisa menangani hal-hal. Tidak apa-apa denganmu bukan?
h. Berbicaralah lagi dengan Retro states untuk memastikan sekarang bersedia
melakukan perilaku baru atau mengurangi peran, misalnya, “pelindung, apakah
anda pernah mendengarnya. Negara bagian lain akan menyukai anda dengan
peran baru anda. Apakah anda bersedia mengizinkan asertif untuk menangani
banyak hal saat anda berada di sana seandainya tubuh beradadalam bahaya
nyata?”
11. Prosedur Konseling Ego State11: Conflicted State Negotiation
Dua resource state dapat tidak setuju untuk mana yang akan keluar (mis., state kerja
atau state istirahat, state tidur atau state berpikir), atau dua resource state dapat tidak
menyetujui keputusan utama. Ada sepuluh langkah untuk Negosiasi Konflik :
1. Mulailah dengan dua kursi saling berhadapan, bersama pasien di salah satu dari
kursi.

23
2. Gunakan Tindakan Khusus Vivify untuk memastikan bahwa salah satu state
dalam konflik berada dalam Sadar (conscious)
3. Gunakan nama Resource State yang diterima dari Vivify specific the Action, dan
tanyakan bagaimana rasanya tentang keadann yang berada dalam konteks negara.
4. Tunjukkan pengertian atas perasaannya, tapi buatlah sebuah kasus untuk itu
seberapa penting dan berguna negara lain.
5. Minta klien untuk berdiri dan berganti kursi lalu berbicara langsung dengan
negara yang berkonflik lainnya, pastikan Anda mendapatkan sebuah nama darinya
untuk dirinya sendiri.
6. Sebut nama dan tanyakan bagaimana rasanya tentang keadaan lain yang telah
terjadi konfliknya. Dengan di kursi yang lain. Buat catatan yang merinci apa
yang tertulis di dalamnya.
7. Menunjukkan pemahaman untuk perasaan mereka, tetapi membuat kasus itu mana
vang penting dan berguna bagi state lainnya.
8. Terus membuat kasus sampai state berkonflik mulai memahami utilitas state
lainnva. Ketika itu, menimbulkan kompromi dimana kedua state mungkin
dihargai dan mendapatkan sesuatu yang diinginkan masing-masingnya.
9. Sekali lagi, konseli beralih kursi dan memastikan state lainnya mampu menjawab
dengan cara yang sama, mengatakan bagaimana memahami pentingnya dan
bagaimana mereka kerja sama dengan itu di masa depan dengan rencana tertentu
pada bagian kompromi.
10. Tampilkan Penghargaan untuk kedua state yang bekerja sama dan menyarankan
bahwa di masa depan sebagai perubahan keadaan mereka akan dapat terus bekerja
sama dan kompromi.
Ketika Reseource menyatakan tidak setuju atas keputusan utama, hal itu sering
mencerahkan, baik untuk terapis maupun pasien, untuk merenungkan suara setiap
negara saat menyampaikan pendapatnya. Terkadang suatu keadaan bisa menjadi
emosional, menunjukkan bahwa sebuah state yang dinyatakan hadir dan Bridging
perlu terjadi. Terkadang sebuah negara dapat berbicara dengan penuh scmangat,
sementara negara lain mungkin berbicara dengan kewajiban. Merefleksikan jenis
pengamatan ini dapat membantu pasien menyelesaikan konflik antara resource states.
12. Prosedur Konseling Ego State12: Imagery Check
Tahapan imagery check adalah cara terbaik untuk memeriksa keefektifan intervensi
terapeutik, dan untuk memungkinkan pasien mendapatkan latihan, dan untuk
24
mendapatkan keyakinan bahwa intervensi tersebu telah efektif. RT 2 adalah tindakan
umum terhadap semua intervensi resource Terapi.Oleh karena itu, terapis sudah
memiliki citra (imagery), dan mencatat tentang imagery yang berkaitan dengan
masalah bahwa pasien siap untuk berubah.Tahapan Imagery Check adalah dengan
membawa konseli kembali ke situasi bermasalah dalam RT Action 2 untuk melihat
apakah telah terjadi perubahan dalam pengalaman pasien dalam citra itu. Jenis
pertanyaan dan teknik yang sama dalam RT Action 2 dapat digunakan selama
Pemeriksaan Citra untuk membantu pasien kembali ke citra asli. Hal ini biasanya
terjadi cukup cepat karena pasien sudah memiliki pengalaman dalam mencapai citra,
dan karena pasien biasanya lebih fokus pada bagian selanjutnya dari sesi tersebut.
Masing-masing dari 12 Resource Therapy (RT) Actions di atas digunakan paling
sedikit satu intervensi yang berkaitan dengan delapan klasifikasi patologis.Tiga
tindakan RT yang saling melengkapi di bawah ini bisa sangat berguna, namun hanya
digunakan jika diperlukan.Resistance Alliancing berguna bila pasien memiliki tingkat
resistensi yang mengganggu Kemajuan terapeutik.Resistance Alliancing berguna
untuk membantu pasien melepaskan sesuatu saat pasien siap bergerak
maju.Anchoring adalah teknik yang berguna untuk membantu pasien masuk ke Sadar
(consciou) sebagai Resource state yang diinginkan.

13. Prosedur Konseling Ego State13: Resistance Alliancing


Resistensi dalam terapi merupakan indikasi bahwa terapis mendekati resource state
emosional.Ini berarti bahwa terapi telah berjalan dengan baik.Ketika seorang terapis
menyaksikan terapis sedang menyaksikan perlindungan yang melindungi Resource
state.
Ada dua teknik yang bekerja baik dengan kondisi melindungi :
a. Ketika Anda menghadapi keadaan melindungi dalam terapi, berhenti sejenak dan
katakanlah kepada kondisi itu sesuatu seperti.
“Aku bisa melihat sekarang ada melindungi disini sekarang. Saya ingin mengatakan
kepada Anda, melindungi bagian, terima kasih untuk melindungi.Saya yakin Anda
telah melakukan ini untuk waktu yang lama dan itu adalah hal yang penting untuk
Saya ingin berbicara dengan.Saya ingin membantu bagian itu juga.Sekarang
sementara aku di sini, ini mungkin waktu yang baik bagi Anda untuk mengambil sisa
pantas baik.Anda telah bekerja sangat keras tapi saya ingin anda untuk menjaga mata
terbuka hanya untuk memastikan semua sudah baik-haik saja.Siap untuk melindungi
25
jika Anda diperlukan.Sementara itu saya sangat menghargai anda membiarkan saya
melanjutkan pekerjaan untuk membantu negara yang anda telah dilindungi untuk
begitu lama.”
Saya menemukan ini teknik karya-karya ini untuk perlawanan.Saya tidak secara lisan
terlibat dengan melindungi kondisi dengan meminta itu menjawab. Aku hanya
menunjukkan rasa hormat untuk itu, dan untuk apa yang dilakukan.Kadang-kadang
ada perdebatan intelektual yang tidak menanggapi demonstrasi ini rasa hormat.
Kadang-kadang konseli akan terus mencerdaskan dan tinggal di kepala. Isu
terapeutik adalah masalah - masalah emosional.Itu adalah emosi yang membawa
konseli kepada konselor.
b. Kedua teknik untuk berurusan dengan resistensi ini khusus untuk kondisi - kondisi
intelektual yang ingin menjaga keselamatan dengan tinggal di kepala. Sebagai
contoh :
“Aku bisa melihat sebagian ada intelektual sangat kuat.Saya ingin berbicara dengan
bagian rapuh. Saya asumsikan Anda tahu itu ada, karena orang ini datang ke konseli
karena perasaan yang Sekarang, Bagian intelektual, suya hanya akan memanggil
Anda, ‘Intelek’, jika tidak apa-apa. Kecerdasan, Anda akan mengetahui bahwa
bagian rapuh yang ada, tidak Anda?”(‘Intelek’ merespon afirmatif).
“Apa pendapat Anda tentang bagian rapuh, intelek ?Apakah Anda suka?Apakah
Anda ingin itu tiddak ada?Apa pendapat Anda tentang itu?”
(‘Intelek’ menanggapi bahwa hal itu tidak disukai dan keinginan itu hanya akan pergi
dan berhenti menjadi dalam cara).
“Terima kasih untuk memberitahu saya. Saya hanya ingin melihat apa yang rasanya
tentang apa yang Anda katakan hanya bagian yang rapuh. Bagian rapuh, intelek
hanya mengatakan bahwa dia tidak seperti Anda, dan dia hanya keinginan Anda akan
pergi. Yang tidak harus merasa sangat baik untuk Anda, Bagian rapuh.Bagaimana
Anda rasakan ketika Anda mendengar dia mengatakan bahwa?”
Pada titik ini yang rapuh mampu merespon, karena bagian intelektual tertarik
mendengar respon. Bagian intelektual aneh, telah membuat komentar tentang bagian
rapuh, dan ingin tahu apa bagian rapuh akan katakan tentang komentar sendiri.
Segera, ketika bagian rapuh merespon, itu baik untuk terima untuk berbicara, dan
mendapatkan nama untuk itu. Setelah Anda memiliki nama untuk terus menyebutnya
dengan nama itu, sering, dan yang akan membantu tetap sadar. Ketika saya

26
mengatakan sering, maksudku mengganggu jadi.Menggunakan Namanya dalam
setiap kalimat.
14. Prosedur Konseling Ego State14: The Separation Sieve
The Separation Sieve adalah teknik yang memungkinkan Resource State
memisahkan diri dari sesuatu yang siap dilepaskan.Sebagai contoh, sebuah Resource
State mungkin siap untuk melepaskan rasa bersalah, mungkin siap untuk melepaskan
hubungan masa lalu, atau mungkin Siap melepaskan perasaan trauma.
Sementara saya lebih memilih teknik RT Actions 2 sampai 7 untuk menyelesaikan
trauma, Resistance alliancing juga dapat digunakan untuk mengatasi trauma.Ini tidak
memaksa, dan tidak memerlukan ISE untuk ditinjau kembali.
The separation sieve melibatkan proses 10 langkah, yaitu:
a. Pastikan resource yang benar ada di Sadar. Buat Kecuali sudah jelas,
gunakan Tindakan RT Khusus Vivify untuk memastikan bahwa resource
yang tepat ada di bawah sadar.
b. Periksa untuk melihat apakah konseli siap untuk melepaskan. Berbicara
langsung dengan sumber daya tentang apakah atau tidak itu siap untuk
melepaskan. Hal ini baik untuk mengatakan bahwa permisahan saringan
hanya percobaan, dan setelah digunakan akan mampu membuat pikiran
sendiri jika ingin kembali jalan itu, atau jika perubahan yang diinginkan
c. Jelaskan saringan. Memberitahu konseli bahwa sekarang oke untuk
menutup mata. Menggambarkan saringan sehagni jauh lebih kuat daripada
perlu. Memberitahu konseli bahwa dia akan mudah datang melalui
saringan tetapi bahwa saringan tidak mungkin membiarkan apa-apa berat
melalui kemarahan, rasa bersalah, kemarahan, negatif.
d. Menggambarkan datang melalui saringan meninggalkan segala sesuatu di
belakang. Menyarankan untuk konseli yang baik-baik saja sekarang dia
mudah jatuh melalui saringan, “ke suara, hanya sebagai pereobaan untuk
melihat apa rasanya.”
e. Tanyakan hal bagaimana perasaan itu. Meminta sesuatu seperti, “Apa yang
merasa seperti sekarang, dengan hal-hal yang berat yang terperangkap
dalam ayakan?
f. Minta resource untuk melihat ke belakang ke saringan dan jelaskan benda-
benda itu seperti yang tertinggal. Katakan sesuatu seperti, “Lihat kembali

27
ke saringan dan simbolis beritahu saya seperti apa benda itu disaringan.”
(Biasanya digambarkan lengket dan gelap).
g. Minta resource jika menginginkan barang itu kembali. Katakan sesuatu
seperti, “Anda ingin barang-barang itu kembali?”
h. Minta Sumber Daya apa warna cahaya, atau cairan, akan mendesis barang
itu sama sekali. Katakan sesuatu seperti, “Warna terang atau cairan apa,
akan mendesis hal-hal itu ke dalam ketiadaan?”
i. Berikan gambar barang di saringan yang mendesis dengan cahaya atau
cairan. Katakan sesuatu seperti, kay kemudian, mari kita biarkan cahaya
ungu itu jauh lebih kuat dari pada yang dibutuhkan, untuk hanya mendesis
barang itu dengan segala cara “(Ya, saya membuat suara)
j. Tanyakan resource bagaimana rasanya sekarang. Katakan sesuatu seperti,
“Bagaimana perasaan Anda sekarang?”
The separation sieve adalah metafora yang memungkinkan pasien untuk
mendapatkan focus pada apa yang diinginkan, dan apa yang tidak diinginkan.Pasien
menjadi peserta yang bersedia melakukan aktivitas yang secara jelas menunjuk apa
yang ingin mereka lepaskan.
15. Prosedur Konseling Ego State15:Anchoring
Anchoring adalah alat yang berguna untuk membantu memberdayakan pasien untuk
membawa ke Sadar sebagai resource yang dinginkan. Pasien akan dapat membawa
ke dalam sadar yang mereka inginkan resource state selama satate tidak dilibatkan.
Vaded state sering memegang emosi yang kuat dan sampai akhirnya mereka dapat
mencegah pasien untuk tidak membawa keadaan yang diinginkan. Misalnya, pasien
dengan Vaded state yang takut pada anjing tidak akanmelakukannya. Dapat dengan
mudah mengatur keadaan itu agar merasa nyaman dengan anjing.
Tiga Tindakan lainnya digunakan dalam anchoring :
1. Tindakan Khusus Vivify digunakan untuk menghidupkan saat pasien ingin
membawa keadaan yang diinginkan.
2. Selanjutnya, Find ResourceAction digunakan untuk menemukan keadaan pilihan.
Setelah yang disukai ditemukan, dan dinamai, negara itu ditanya negara jenis
hewan apa yang paling diasosiasikan dengan dirinya sendiri. Hal ini diminta untuk
menggambarkan hewan itu secara rinci, untuk menggambarkan pernapasannya,
untuk menggambarkan latarbelakangsituasinya, dan untuk menggambarkan
bagaimana rasanya menjadi hewan ini. Hewan itu menjadi jangkar.
28
3. Akhirnya, gambar tindakan imagery check digunakan untuk memungkinkan
pasien berlatih mengingat perasaan hewan di dalam gambar kapanpun resource
state yang terkait diinginkan.

BAB III

APLIKASI KASUS

A. Kasus Jeni
Jeni adalah seorang laki-laki berusia 24 tahun. Dia pengangguran dan mengikuti
sesi konseling karena memiliki beberapa permasalahan yang menggangunya. Masalah

29
pertama adalah dia merasa depresi dan frustrasi dengan hidupnya karena dia tida
mempunyai pekerjaan. Pernah dia kuliah, akan tetapi tidak tamat karena tidak serius
dan banyak bolos sehingga dia Drop Out (DO) oleh kampusnya. Dia merasa hidupnya
sudah tidak berarti dan tidak memiliki tujuan hidup yang jelas. Ia mengatakan dalam
dirinya bahwa dia tidak layak untuk hidup bahagia seperti orang lain. Ada keinginan
dalam hatinya untuk menikah dan hidup bahagia bersama wanita pilihannya akan
tetapi melihat kondisinya sekarang, dia merasa frustrasi terhadap dirinya. Ia
mengatakan setiap kali mendekati perempuan, dia merasa cemas dan dalam
pikirannya seringkali muncul pikiran bahwa perempuan itu pasti berpikir jelek tentang
kondisinya yang buruk dan tidak punya pekerjaan. Ketika dihadapkan pada pemikiran
terhadap masalah yang ia hadapi, ia langsung mabuk dengan meminum alcohol
dengan tujuan supaya menghilangkan pikirannya yang stres. Akan tetapi kadangkala
ia berpikir untuk bunuh diri agar terbebas dari tekanan yang ia rasakan. Ia merasa
hidupnya tidak berarti. Satu-satunya yang ia rasakan berarti adalah ia memiliki ibu
yang baik hati. Akan tetapi, setiap kali melihat ibunya, seringkali muncul pikiran
bahwa dirinya tidak berguna dan tidak bisa membahagiakan ibunya.
B. Analisis Kasus Jeni dengan teknik Ego State Therapy
Untuk kasus jeni ini didiagnosis termasuk kedalam state vaded with Rejection,
dimana ia merasa memiliki penolakan dari berbagai hal. Salahsatunya drop Out dari
kampusnya, ia mulai merasa tidak memiliki harga diri dalam kasus jeni, ia merasa
tidak layak hidup bahagia, namun ia menginginkan untuk menikah dengan wanita
pilihannya, namun di sisi lain dalam diri jeni, ia merasa takut jika yang ada dipikiran
wanita pilihannya adalah buruk mengenai dirinya sehingga dia brpikiran aka nada
penolakan yang sama dari orang yang dicintainya. Ketika jeni dihadapkan pada
pemikiran tersebut ia mengalihkan pemikirannya (introject) dengan mabuk mabukan
dan minum alkohol untuk menghilangkan stress yang ada dipikirannya. Dan
terkadang jeni berpikir untuk bunuh diri. Selain itu, jeni merasakan berarti ketika
mengingat ia memiliki ibu satu satunya yang baik. Namun, muncul perasaan juga
bahwa dia tidak akan mampu membahagiakan ibunya. Vaded Rejection (penolakan):
terjadi karna merasa ditolak oleh lingkungan atau perasaan tidak layak, tidak dicintai,
dan tidak diterima. Gangguan yang ditimbulkan adalah social phobia and business
phobia, narcissism, anorexia nervosa, bulimia nervosa, anti social, feeling unlovable,
compulsive shopping, over competitivess. Sebuah resource vaded with rejection

30
merasa tidak dicintai, atau tidak cukup baik. Hal ini dapat mencegah agar pasien tidak
terlibat, dan dapat menyebabkan pasien mempertanyakan nilai pribadi.
C. Rancangan Penanganan Kasus Jeni
Langkah pertama lakukan building rapport dengan baik, karena ini hal yang
patut diprhatikan. vivify spesific dengan bertanya “ Jeni, apa yang pertama kali kamu
lihat persis dikampus saat itu ? bagaimana dosen jeni memperthatikan jeni ?
Bagaimana tepatnya situasi pada saat itu?, pertanyaan tersebut berlangsung sampai
jeni melontarkan respon terhadap vivify spesific yang diajukan.
Setelah itu dimulai bridging action dimana dimunculkan emosi ketika ia
dihadapkan kembali pada situasi yang sama.setelah itu adanya expression bisa dengan
pernyataan,”jeni bagaimana persisnya perasaan kamu saat mengalami kejadian itu ?”.
Jeni diarahkan untuk mengkspresikan perasaan-perasaan yang dia rasakan. Sehingga
perasaannegatif dalam hatinya dapat dimunculkan. Kemudian dilanjut dengan
introject speak yaitu dengan memainkan peran bahwa ia melibatkan ibunya karena
rasa bersalah, dan dosennya karena membuat ia drop out . disana bermain peran
sampai jeni membuat nama yang kuat untuk dirinya. Setelah itu Removal
penghapusan atau proses melakukan bimbingan dengan mengarahkan konseli untuk
meyaknini bahwa dirinya mampu, dan keadaan atau lingkungan sekitarnya yang
menjatuhkannya adlah hal yang kecil.. Kemudian Reliefe untuk membantu jeni di
keadaan tidak berdaya oleh jeni yang memiliki potensi yang amat baik, atau
pengarahaan ego state negative dengan cara mencari ego state yang lebih dewasa.
Kemudian find Resource yaitu menemukan resource state jeni dan terakhir imagery
check untuk mengecek resource state jeni agar tidak kembali ke masa yang ia
dikatakan tak berdaya atau depresi.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

31
Ego state merupakan kesadaran kita sebagai aku, atau saya. Sebagai manusia kita
memiliki ego lebih dari satu, dalam kondisi lain kita juga memilih ego leih dari satu
keadaan ego yang terdiri dari bagian-bagian. Konsep dari terapi ego state, adalah di
dalam diri manusia terdapat bagian-bagiannya dan bagian tersebut mempunyai fungsi
dan tanggung jawabnya masing-masing. Dan setiap ego state memiliki potensi untuk
konflik dan melakukan sabotase diri, hal ini dapat kita amati pada korban trauma. Ego
state memiliki 5 kondisi alami, yaitu normal ego state, vaded ego state, retro ego state,
conflicted ego state, dissonant state. Tujuan teori konseling ego state adalah membuat
ego state vaded, retro dan konflik menjadi ego state yang normal sehingga individu
menjadi terbebas dari sabotase diri agar mendapat kebahagiaan dalam hidupnya dan
dapat menatap masa depan dengan pribadi yang lebih baik. Selin itu, teknik konseling
konseling dalam ego state diantaranya adalah teknik konseling kursi kosong, yaitu
teknik kursi sebagai medianya. Teknik percakapan adalah teknik yang digunakan
seperti percakapan biasa. Ada 15 prosedur yang digunakan dalam konseling ego state.
B. Implikasi

DAFTAR PUSTAKA

Sugara, Gian Sugiana. (2018). Modul Konseling dengan Pendekatan Ego State Itervensi
Efektif untuk Perubahan diri.

32
Sugara, Gian Sugiana. (2014). Penggunaan Konseling Ego State untuk Mengelola
Kemarahan (Penelitian Single Subject pada siswa Kelas XI SMK Profita Bandung Tahun
ajaran 2013/2014). Tesis. Program Studi Bimbingan dan Konseling. Universitas Penidikan
Indonesia.

33

Anda mungkin juga menyukai