DISUSUN OLEH :
HELMALIA PUTRI (2040606074)
TASYA NURLAILI (2040606115)
SURIYANTI (2040606113)
MUHAMMAD ALDI (2040606083)
SIHOL MARTUA PASARIBU (2040606111)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Allah SWT, karena kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusunan Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
Pengantar Pengantar Konseling & Psikoterapi mengenai Perbedaan dan Persamaan Pendekatan
pada Konseling dan Psikoterapi. Selain itu tujuan dari penyusunan makalah ini juga untuk
menambah wawasan kami tentang Pengantar Konseling & Psikoterapi secara meluas.
Kami juga mengucapkan terima kasi kepada Ibu Nazwa Manurung, S.Psi., M.Psi
selaku dosen mata kuliah Pengantar Konseling & Psikoterapi kami yang telah membimbing
kami agar dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa Makalah ini sangan jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu,dengan segala kerendahan hati, kami menerima kritik dan
saran agar penyusuan Makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu kami mengucapkan
banyak terima kasih dan semoga karya tulis ini bermanfaat bagi para pembaca.
Kelompok 2
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pada zaman yang semakin berkembang ini, sering dihadapkan kepada individu dengan
persoalan-persoalan rumit dan sukar untuk dipecahkan. Seorang individu dalam proses
perkembangannya akan melewati tahap-tahap baik itu dari ukuran fisik atau non-fisik. Masa
melewati tahap-tahap ini terkadang menjadi sebuah problem untuk sebagian individu. Oleh
karenanya mereka membutuhkan bantuan agar dapat lebih memahami dan memecahkan problem
tersebut. Maka muncul sebuah solusi yang kemudian akan sedikit memberikan bantuan berupa
Dalam dunia psikologi, dikenal istilah "konseling" dan "psikoterapi" sebagai bentuk
aktifitas pemberian bantuan psikologis kepada seorang individu yang memerlukannya. Dalam
prakteknya, istilah "konseling" sendiri tidak bisa dilepaskan dengan istilah "psikoterapi". Jika
dilihat eksistensinya, konseling merupakan salah satu bantuan profesional yang sejajar dengan,
Terdapat banyak persamaan dan perbedaan antara konseling dan psikoterapi. Sehingga,
konseling dan psikoterapi tidak dapat dibedakan secara jelas. Konselor sering kali mempraktikan
sesuatu yang dipandang sebagai psikoterapi oleh psikoterapis. Demikian juga, psikoterapis sering
sekali mempraktikan sesuatu yang dipandang sebagai konseling oleh konselor. Meskipun
Dengan demikian, walaupun pada dasarnya antara konseling dan psikoterapi tentunya
memiliki karakteristik, intensitas dan teknik yang berbeda dalam menangani problem-problem
individu tetapi antara konseling dan psikoterapi memiliki kesamaan dan keterkaitan yang sangat
erat sebagai bagian dari aktifitas pemberian bantuan psikologis kepada seorang klien (individu).
B. Rumusan Masalah
D. Manfaat
psikoterapi.
A. KONSELING
a. Definisi Konseling
Konseling secara etimologi, berasal dari bahasa latin, yaitu consilium (dengan atau
bersama), yang dirangkai dengan menerima atau memahami. Dalam bahasa Anglo saxon, istilah
konseling berasal dari sellan, yang berarti menyerahkan atau menyampaikan. Selain itu,
Konseling memiliki banyak definisi yang dijumpai dalam berbagai literatur, antara lain :
1. Tolbert, (dalam Prayitno 2004 : 101) : Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan
secara tatap muka antara dua orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan
kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar. Dalam
hal ini konseli dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan
kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan
potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih
lanjut konseli dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan
kebutuhan-kebutuhan yang akan datang.
2. Edwin C. Lewis (1970) (dalam Abimanyu dan Manrihu, 1996:9) : Konseling adalah suatu
proses dimana orang yang bermasalah (klien) dibantu secara pribadi untuk merasa dan
berperilaku yang lebih memuaskan melalui interaksi dengan seseorang yang tidak terlibat
(konselor) yang menyediakan informasi dan reaksi-reaksi yang merangsang klien untuk
mengembangkan perilaku-perilaku yang memungkinkannya berhubungan secara lebih
efektif dengan dirinya dan lingkungannya.
3. Palmer dan McMahon (2000) yang dikutip oleh Mc leod (2004) : Konseling bukan hanya
proses pembelajaran individu akan tetapi juga merupakan aktifitas sosial yang memiliki
makna sosial. Orang sering kali menggunakan jasa konseling ketika berada di titik transisi,
seperti dari anak menjadi orang dewasa, menikah ke perceraian, keinginan untuk berobat
dan lain-lain. Konseling juga merupakan persetujuan kultural dalam artian cara untuk
menumbuhkan kemampuan beradaptasi dengan institusi sosial.
4. Pietrofesa, Leonard dan Hoose (1978) yang dikutip oleh Mappiare (2004) : Konseling
merupakan suatu proses dengan adanya seseorang yang dipersiapkan secara profesional
untuk membantu orang lain dalam pemahaman diri pembuatan keputusan dan pemecahan
masalah dari hati ke hati antar manusia dan hasilnya tergantung pada kualitas hubungan.
c. Tujuan Konseling
Selain tujuan konseling yang tercantum dalam prinsip konseling diatas, ada beberapa ahli
yang mengemukakan tujuan konseling, antara lain :
1. Menurut Willis, konseling adalah upaya bantuan yang diberikan seorang pembimbing
yang terlatih dan berpengalaman, terhadap individu-individu yang membutuhkannya, agar
berkembang potensinya secara optimal, mampu mengatasi masalahnya, dan mampu
menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang selalu berubah. Menurutnya, dalam era
global dan pembangunan saat ini, konseling bukan saja bersifat klinis-psikologis, tapi
harus lebih menekankan pada pengembangan potensi individu yang terkandung didalam
dirinya, baik intelektual, afektif, sosial, emosional, dan religius; menjadikannya sebagai
individu yang akan berkembang dengan nuansa yang lebih bermakna, harmonis, sosial,
dan bermanfaat. Dengan demikian, ada perubahan konsepsional antara pengertian
konseling lama dengan konseling baru, dimana konseling bukan saja bersifat klinis, tapi
juga bersifat preventif dan pengembangan individu.
2. Menurut Prof. Rosjidan, ada tiga kategori yang bisa dicatat dalam hubungannya dengan
tujuan-tujuan sebuah konseling. Tujuan khusus ini meliputi :
• Merubah tingkah laku yang terganggu
• Mempelajari tingkah laku yang terganggu,
• Mencegah problem-problem.
3. Corey (dalam Abimanyu dan Manrihu, 1996) mengelompokan tujuan-tujuan konseling
menjadi :
• Reorganisasi kepribadian
• Menemukan makna dalam hidup
• Penyembuhan ganguan emosional
• Penyesuaian terhadap masyarakat
• Pencapaian aktualisasi (perwujudan) diri
• Peredaan kecemasan
• Penghapusan perilaku maladaptif (sulit untuk menyesuaikan diri)
• Belajar pola-pola perilaku adaptif
d. Tahap-Tahap Konseling
Keberhasilan konseling banyak ditentukan oleh keefektifan konselor dalam menggunakan
berbagai teknik. Dalam pelaksanaannya, secara umum, teknik konseling meliputi :
• Penggunaan hubungan intim (rapport);
• Memperbaiki pemahaman diri;
• Pemberian nasehat dan perencanaan program kegiatan;
• Menunjukkan kepada petugas lain atau referal bila dirasa tidak mampu menangani
masalah klien .
Sedangkan menurut Willis, teknik konseling meliputi :
• Perilaku attending : mencakup kontak mata, bahasa badan, dan bahasa lisan.
• Empati : merasakan apa yang dirasakan klien.
• Refleksi : memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan, pikiran dan
pengalaman klien sebagai hasil pengamatan.
• Eksplorasi : menggali perasaan, pengalaman, dan pikiran klien.
• Menangkap pesan utama tentang perasaan, pengalaman, atau pikiran klien dan
disampaikan kembali kepada klien.
• Bertanya untuk membuka percakapan
• Bertanya tertutup melalui sebuah pernyataan yang membutuhkan tanggapan.
• Dorongan minimal : upaya konselor secara halus agar klien tetap terlibat dalam
hubungan yang komunikatif.
• Interpretasi perasaan, pengalaman, atau pikiran klien berdasarkan teori-teori yang ada.
• Mengarahkan agar klien tetap dalam situasi dan hubungan komunikasi yang ideal.
• Menyimpulkan sementara secara periodik agar tahapan-tahapan bisa
berkesinambungan.
• Memimpin arah pembicaraan.
• Fokus pada permasalahan.
• Konfrontasi : kemampuan konselor untuk bisa mengungkapkan adanya inkonsistensi
dalam diri klien.
• Menjernihkan ucapan klien yang samar-samar.
• Memudahkan berkomunikasi dan mengungkapkan perasaan dengan baik.
• Diam sebagai variasi komunikasi guna menumbuhkan pemusatan perhatian dan
penekanan.
• Mengambil inisiatif untuk bisa membuka, mencairkan, mendorong terciptanya
komunikasi yang mandeg.
4. Teknik Mendengarkan
Mendengarkan secara aktif dan tepat sangat penting dan merupakan dasar bagi selama
wawancara berlangsung, lebih-lebih pada saat permulaan ketika konselor biasanya mengambil
bagian secara verbal. Kegiatan ini menghendaki agar konselor lebih banyak diam dan
menggunakan semua indranya untuk menangkap semua pesan. Dengan telinganya konselor
mendengarkan kata-kata yang diucapkan dan tekanan suara dari klien. Dengan pikirannnya
konselor menanghkap isi pesan yang disampaikan, dan dengan matanya konselor mengamati
bahasa badani dalam sikap duduk, gerak gerik, isyarat dan sebaginya yang ditampilkan oleh klien.
Konselor berusaha secara benar-benar tepat penyesuaian dirinya dengan diri orang lain,
memusatkan diri pada orang lain, dan menjadikan pesan-pesan yang datang dari orang lain itu
sebagai suatau yang sangat penting.
5. Teknik Mengarahkan
Di sini konselor lebih berinisiatif dari pada klien. Dengan memberikan pengarahan, secara
tidak langsung konselor mengetahui apa yang harus dilakukan. Pemberian pengarahan hanya
dilakukan bila mana konselor benar-benar telah memahami keadaan dan kebutuhan klien. Nilai
dari upaya pemberian pengarahan tidaklah mudah, konselor harus menentukan kapan cara ini
tepat dilakukan, dan cara mana yang sebaiknya dipakai.
Penggunaan pengarahan yang terlalu cepat atau terlalu sering terhadap klien yang enggan
malah dapat mengakibatkan timbulnya suasana tidak tenang atau menjengkelkan pada diri klien
karena konselor tampak kurang peka terhadap suasana kejiwaan klien.
B. PSIKOTERAPI
a. Definisi Psikoterapi
Psikoterapi (Psychotherapy) berasal dari dua kata, yaitu "Psyche" yang artinya jiwa,
pikiran atau mental dan "Therapy" yang artinya penyembuhan, pengobatan atau perawatan. Oleh
karena itu, psikoterapi disebut juga dengan istilah terapi kejiwaan, terapi mental, atau terapi
pikiran.
Sedangkan definisi umum psikoterapi yaitu serangkaian metode berdasarkan ilmu-ilmu
psikologi yang digunakan untuk mengatasi gangguan kejiwaan atau mental seseorang. Psikoterapi
merupakan suatu interaksi sistematis antara pasien dengan terapis yang menggunakan prinsip-
prinsip psikologis untuk membantu menghasilkan perubahan dalam tingkah laku, pikiran dan
perasaan pasien agar membantu pasien mengatasi tingkah laku abnormal dan memecahkan
masalah-masalah dalam hidup atau berkembang sebagai seorang individu.
Selain definisi diatas, ada berbagai definisi psikoterapi yang dikemukakan oleh para ahli,
diantaranya :
1. Hariyanto (2010) : Psikoterapi adalah proses difokuskan untuk membantu Anda
menyembuhkan dan konstruktif belajar lebih banyak bagaimana cara untuk menangani
masalah atau isu-isu dalam kehidupan Anda. Hal ini juga dapat menjadi proses yang
mendukung ketika akan melalui periode yang sulit atau stres meningkat, seperti memulai
karier baru atau akan mengalami perceraian.
2. Wolberg (1954) : psikoterapi adalah suatu bentuk dari perawatan (treatment) terhadap
masalah-masalah yang dasarnya emosi, dimana seseorang yang terlatih dengan seksama
membentuk hubungan profesional dengan pasien dengan tujuan memindahkan, mengubah
atau mencegah munculnya gejala dan menjadi perantara untuk menghilangkan pola-pola
perilaku yang terhambat.
3. Whitaker dan Malone (1953) : psikoterapi adalah semua upaya untuk mempercepat
pertumbuhan manusia sebagai pribadi
4. Oxford English Dictionary : perkataan psychotherapy tidak tercantum, tetapi ada
perkataan "psychotherapeutic" yang diartikan sebagai perawatan terhadap sesuatu
penyakit dengan mempergunakan teknis psikologis untuk melakukan intervensi psikis.
Dengan demikian perawatan menggunakan teknik psikoterapi adalah perawatan yang
secara umum menggunakan intervensi psikis dengan pendekatan psikologis terhadap pasien yang
mengalami gangguan psikis atau hambatan kepribadian.
Selain itu, dari beberapa definisi yang ada dapat dikemukakan ciri-ciri psikoterapi, antara
lain:
1. Interaksi Sistematis
Psikoterapi adalah suatu proses yang menggunakan suatu interaksi antara kline dan
terapis. Kata sistematis di sini berarti terapis menyusun interaksi-interaksi dengan suatu rencana
dan tujuan khusus yang menggambarkan segi pandangan teoritis terapis.
2. Prinsip-prinsip Psikologis
Psikoterapis menggunakan prinsip-prinsip penelitian, dan teori-teori psikologis serta
menyusun interaksi teraupetik.
3. Tingkah Laku, Pikiran dan Perasaan
Psikoterapi memusatkan perhatian untuk membantu pasien mengadakan perubahan-
perubahan behavioral, kognitif dan emosional serta membantunya supaya menjalani kehidupan
yang lebih penuh perasaan. Psikoterapi mungkin diarahkan pada salah satu atau semua ciri dari
fungsi psikologis ini.
4. Tingkah Laku Abnormal, Memecahkan Masalah, dan Pertumbuhan Pribadi
Sekurang-kurangnya ada tiga kelompok klien yang dibantu oleh psikoterapi. Kelompok
pertama adalah orang-orang yang mengalami masalah-masalah tingkah laku yang abnormal,
seperti gangguan suasana hati, gangguan penyesuaian diri, gangguan kecemasan atau skizofrenia.
Kelompok kedua adalah orang-orang yang meminta bantuan untuk menangani hubungan-
hubungan yang bermasalah atau menangani masalah-masalah pribadi yang tidak cukup berat
dianggap abnormal, seperti perasaan malu atau bingung mengenai pilihan-pilihan karir.
Kelompok ketiga adalah orang-orang yang mencari psikoterapi karena psikoterapi dianggap
sebagai sarana untuk memperoleh petumbuhan pribadi. Bagi mereka, psikoterapi adalah sarana
untuk penemuan diri dan peningkatan kesadaran yang akan membantu mereka untuk mencapai
potensi yang penuh sebagai manusia.
5. Psikoterapi membutuhkan interaksi-interaksi verbal.
Bagaimanapun juga, psikoterapi adalah bentuk-bentuk interaksi antara klien yang
melibatkan pembicaraan. Terapis mendengar dengan teliti apa yang dialami dan diusahakan oleh
pasien untuk disampaikan oleh psikoterapis. Psikoterapi juga melibatkan komunikasi-komunikasi
nonverbal. Seorang terapis yang terampil, seharusnya peka terhadap isyarat-isyarat nonverbal dari
pasien dan peka terhadap gerak isyarat yang mungkin menunjukkan perasaan-perasaan atau
c. Tujuan Psikoterapi
1. Memperkuat motivasi untuk melakukan hal-hal yang benar. Tujuan ini biasanya dilakukan
melalui terapi yang sifatnya direktif (memimpin) dan suportif (memberikan dukungan
dan semangat). Persuasi (ajakan) dengan cara diberi nasehat sederhana sampai pada
hypnosis (keadaan seperti tidur karena sugesti) digunakan untuk menolong orang
bertindak dengan cara yang tepat.
2. Mengurangi tekanan emosi melalui kesempatan untuk mengekspresikan perasaan yang
mendalam. Fokus disini adalah adanya katarsis (penyucian diri yang membawa
pembaruan rohani dan pelepasan dari ketegangan).
3. Membantu klien mengembangkan potensinya. Klien diharapkan dapat Mengembangkan
potensinya. Ia akan mampu melepaskan diri dari fiksasi (perasaan terikat atau terpusat
pada sesuatu secara berlebihan) yang dialaminya. Klien akan menemukan bahwa dirinya
mampu untuk berkembang ke arah yang lebih positif.
4. Mengubah kebiasaan. Tugas terapis adalah menyiapkan situasi belajar baru yang dapat
digunakan untuk mengganti kebiasaan-kebiasaan yang kurang adaptif.
5. Mengubah struktur kognitif individu. Menggambarkan tentang dirinya sendiri maupun
dunia sekitarnya. Masalah muncul biasanya terjadi kesenjangan antara struktur kognitif
individu dengan kenyataan yang dihadapinya. Jadi, Struktur kognisi (kegiatan atau proses
untuk memperoleh pengetahuan) perlu diubah untuk menyesuaikan dengan kondisi yang
ada.
6. Meningkatkan pengetahuan dan kapasitas untuk mengambil keputusan dengan tepat.
7. Meningkatkan pengetahuan diri atau insight (pencerahan).
8. Meningkatkan hubungan antar pribadi.
Terapi kelompok merupakan dapat memberikan kesempatan bagi individu untuk
meningkatkan hubungan antar pribadi ini.
1. Mengubah lingkungan social individu. Terutama terapi yang diperuntukan untuk anak-
anak.
2. Mengubah proses somatic (fisik) supaya mengurangi rasa sakit dan meningkatkan
kesadaran tubuh. Latihan fisik dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran individu.
Seperti : Relaksasi untuk mengurangi kecemasan, yoga, senam, menari dll.
3. Mengubah status kesadaran untuk mengembangkan kesadaran, control, dan kreativitas
diri.
Psikoterapi didasarkan pada fakta bahwa aspek-aspek mental manusia seperti cara
berpikir, proses emosi, persepsi, believe system, kebiasaan dan pola perilaku bisa diubah dengan
pendekatan psikologis. Dengan demikian, dapat disimpulkan tujuan psikoterapi antara lain :
• Menghapus, mengubah atau mengurangi gejala gangguan psikologis.
• Mengatasi pola perilaku yang terganggu.
• Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian yang positif.
d. Tahap-Tahap Psikoterapi
Setelah mengatahui tujuan Psikoterapi perlu mengetahui tahapan-tahapan dalam Psikoterapi,
yaitu :
1. Wawancara
Terapis akan mengetahui keluhan atau permasalahan klien. Dalam tahap ini perlu
dikemukakan :
• Aturan-aturan apa saja yang perlu diketahui oleh klien.
• Apa yang akan dilakukan oleh terapis
• Apa yang diharapkan klien
• Adanya persekutuan antara klien dengan terapis untuk melawan masalah yang
dihadapi klien.
• Perlu dibina rapport, yaitu hubungan yang menimbulkan keyakinan dan kepercayaan
klien bahwa ia akan dapat ditolong. Tanpa ini klien akan lari sebelum mulai. Terapi
tidak akan berjalan seperti yang diharapkan.
• Perlu dikembangkan komitmen klien untuk menjalankan perannya sebagai klien.
• Kontrak terapeutik, perlu pula dikemukakan.
• Persetujuan antara tugas klien dan tugas terapis kapan dan dimana terapi dilakukan
dan berapa lama.
• Kemukakan tujuan yang akan dicapai oleh klien dalam terapi. Apa yang dapat
dijanjikan terapis dan apa yang dapat diharapkan oleh klien
• Untuk menyakinkan klien perlu dikemukakan keberhasilan yang telah dialami terapis
untuk kasus-kasus yang sama. Atau dapat dikemukakan hasil penelitian tentang
efektivitas pendekatan yang digunakan terapis.
Tugas terapis adalah memberikan perhatian penuh dan mendengarkan dengan seksama
apa yang diungkapkan oleh klien. Tugas klien adalah menceritakan semuanya pada terapis.
Jangan sampai terbalik bahwa terapis yang banyak bicara dan klien yang mendengarkan. Terapis
banyak memberikan nasehat dan klien hanya mendengarkan saja. Kalau sampai terjadi seperti ini
berarti bukan merupakan proses psikoterapi tetapi konsultasi.
3. Tindakan Psikoterapi
Tahap ini dilakukan pada saat menjelang terapi berakhir. Hal-hal yang perlu dilakukan
terapis dan klien, yaitu :
• Terapis mengkaji bersama klien tentang apa yang telah dipelajari klien selama terapi
berlangsung.
• Apa yang telah diketahui klien akan diterapkan dalam kehidupannya nanti.
4. Mengakhiri Terapi
Terapi dapat diakhiri kalau tujuan telah tercapai. Atau apabila klien tidak melanjutkan
terapi. Demikian juga terapis dapat mengakhiri terapi kalau ia tidak dapat lagi menolong kliennya,
ia mungkin dirujuk. Klien harus diberitahu beberapa waktu sebelum pengakhiran terapi, hal ini
penting karena klien akan menghadapi lingkungannya nanti sendiri tanpa bantuan terapis.
Ketergantungannya kepada terapis selama ini sedikit-sedikit harus dihilangkan dengan
menumbuhkan kemandirian klien
Psikoterapi
• Berpusat pandang pada masa yang lalu-melihat masa kini individu.
• Klien dianggap sebagai orang sakit mental dan ahli psikoterapi (terapis) tidak akan pernah
meminta orang yang ditolongnya itu untuk membantu merumuskan tujuan-tujuan,
• Terapis berusaha memaksakan nilai-nilai dan sebagainya itu kepada orang yang
ditolongnya.
• Psikoterapi lebih rekonstruktif, konfrontatif, berorientasi tak sadar, dan berjangka
panjang.
• Psikoterapi sengaja dibuat lebih ambigu dan memiliki tujuan yang berubah-ubah dan
berkembang terus.
Selain itu, banyak ahli yang mengemukakan perbedaan konseling dengan psikoterapi
ditinjau dari berbagai aspek, antara lain :
a. Dilihat dari problem-problemnya, Rosjidan membedakan bahwa konseling menyangkut
hal-hal seperti : reality-oriented, situasional, lingkungan, spesifik, non-embeded dan
kesadaran. Sedangkan psikoterapi menyangkut interpersonal, mendalam, umum, ganguan
kepribadian, embeded dan unconseious. Mowrer membedakan bahwa konseling bertujuan
membantu seeorang membebaskan diri dari konflik-konflik yang disadari. Sedangkan
psikoterapi menyangkut konflik-konflik unconseious dan kecemasan neurotik.
b. Dilihat dari proses pencapaiannya, Narayana Rao (dalam Hartosujono, 2004)
membedakan bahwa psikoterapi mencapainya dengan cara ‘pembedahan’ psikis dan
pembedahan otak. Proses konseling lebih mengarah pada identifikasi dan kekuatan-
kekuatan positif yang dimiliki klien, agar klien lebih maksimal dalam kehidupannya.
Listening (Mendengarkan) 20 60
Questioning (Menanyakan) 15 10
Evaluating (Mengevaluasi) 5 5
Interpreting (Menginterpretasikan) 1 3
Supporting (Mendukung) 5 10
Explaining (Menjelaskan) 15 5
Informing (Memberitahu) 20 3
Advising (Menyarankan) 10 3
ordering (Menyuruh) 9 1
psikoterapi yang dikutip oleh Thompson dan Rudolph (1983), sebagai berikut :
Klien Pasien
Gangguang yang kurang serius Gangguan yang serius
Masalah kepribadian dan pengambilan
Masalah: Jabatan, Pendidikan, dsb
keputusan
Berhubungan dengan pencegahan Berhubungan dengan penyembuhan
5. Lingkungan pendidikan dan non medis 5. Lingkungan medis
Jangka Pendek Jangka Panjang
Metode Pencegahan/preventif Metode penyembuhan/kuratif
Masalah kepribadian dan pengambilan
Masalah: Jabatan, Pendidikan, dsb
keputusan
Dari berbagai perbedaan dilihat dari berbagai aspek-aspeknya antara konseling dan psikoterapi,
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada dasarnya antara konseling dan psikoterapi memiliki pengertian yang sama, yaitu
memberikan bantuan kepada seseorang agar timbul perubahan pada diri individu tersebut ke arah
yang positif, keduanya saling berkaitan dalam proses pemberian bantuan. Dengan kata lain
Konseling dan Psikoterapi bertujuan memberikan bantuan kepada klien untuk suatu perubahan
tingkah (behavioral change), kesehatan mental positif (positive mental health), pemecahan
menggunakan landasan teori dari beberapa landasan filosofis tentang perilaku. Namun,
konseling. Sementara jika dilihat dari landasan operasionalnya, konseling lebih didasarkan pada
pelaksanaan bimbingan dan arahan melalui penanaman pengertian tentang falsafah hidup,
B. SARAN
Kami selaku penyusun makalah menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritikan dan saran agar membangun dan menambah
motivasi kami untuk lebih memperbaiki makalah selanjutnya. Atas kritikan dan saran pembaca
http://nashruddinhilmi.blogspot.com/2012/01/pengertian-bimbingan-psikologi.html
http://karunia-triutami.blogspot.com/2013/04/perbedaan-psikologi-konseling-dengan.html
http://counseling4human.blogspot.com/2012/07/perbedaan-bimbingan-konseling-dan.html
http://cikucikulucu.blogspot.com/2013/05/perbedaan-psikoterapi-dengan-konseling.html
http://meitadwi.blogspot.com/2013/03/perbedaan-antara-konseling-dengan.html
https://bukunnq.wordpress.com/konselingdefinisi-konselingkonseling-dan-psikoterapi-dan-
profesi-yang-berkaitan/
http://makalahkitasemua.blogspot.com/2009/10/pengertian-objek-persamaan-dan.html