Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“PENGANTAR KONSELING”

MODEL DAN PENDEKATAN LAYANAN KONSELING DI


KONSELING REHABILITASI KLINIS

DOSEN PENGAMPU : Yudhi Purwa Nugraha, M.Pd., Kons

Oleh:

Ali Husni : 2003402021069

Muhtadi : 2003402021052

Progam Studi Bimbingan dan Konseling

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Islam Jember

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul
“Model dan Pendekatan Layanan Konseling di Konseling Rehabilitasi Klinis” Pada makalah
ini kami banyak mengambil dari berbagai sumber dan refrensi dan pengarahan dari berbagai
pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih sebesar-
sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna,
untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk semua pihak yang membaca.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................................

KATA PENGANTAR............................................................................................................

DAFTAR ISI...........................................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................................

1.1.............................................................................................................................................L
atar Belakang......................................................................................................................
1.2.............................................................................................................................................R
umusan Masalah.................................................................................................................
1.3.............................................................................................................................................T
ujuan...................................................................................................................................

BAB 2 PEMBAHASAN.........................................................................................................

A. Pengertian Model, Strategi, dan Konseling Rehabilitasi..............................................


B. Model dan Strategi Klinis Konseling Rehabilitasi.......................................................
C. Contoh Kasus Untuk Gangguan Emosional.................................................................

BAB 3 PENUTUP...................................................................................................................

a. Kesimpulan...................................................................................................................
b. Saran.............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Para penyandang cacat  sering sekali digambarkan sebagai tak berdaya, tidak mandiri dan
menyedihkan, sehingga terbentuk persepsi di kalangan masyarakat  bahwa seorang
penyandang cacat  itu patut dikasihani, selalu butuh perlindungan dan bantuan. Persepsi
negatif tentang penyandang cacat  tersebut sering sengaja dipertahankan dan diperkuat
oleh badan-badan amal demi menggugah hati banyak orang untuk berderma.
Konseling yang dirancang khusus untuk membantu penyandang cacat disebut konseling
rehabilitasi. Untuk beberapa kasus cacat mental/psikis konselor memiliki peran ketika
individu tersebut sudah dianggap sembuh oleh ahli yang menanganinya yaitu psikiater
dan psikolog.
Pemahaman yag harus dipahami seorang konselor yaitu model-model dan strategi yang
digunakan untuk membantu para peyandang gangguan yang ada pada dirinya, Sehingga ia
mampu untuk dapat menerima keadaannya sendiri. Oleh karna itu setiap konselor di
embankan untuk bisa menempatkan model konseling dan strategi yang digunakan sesuai
dengan kebutuhan klien.

1.2. RUMUSAN MASALAH


Apakah yang dimaksud dengan model, strategi, dan konseling rehabilitasi?
Apasajakah yang menjadi model-model dan strategi klinis konseling rehabilitasi?

1.3. TUJUAN
Untuk mengetahui secara lebih mendalam tentang konseling Rehabilitasi beserta dengan
pendekatan-pendekatan yang ada didalamnya.
BAB 2 PEMBAHASAN
A. DEFINISI MODEL, STRATEGI, DAN KONSELING REHABIITASI

Pertama, Kata ”model” diturunkan dari bahasa latin yang berarti mold (cetakan) atau
pettern (pola), sedangkan menurut istilah Model adalah representasi dari suatu objek,
benda, atau ide-ide dalam bentuk yang disederhanakan dari kondisi atau fenomena alam.
Model berisi informasi- informasi tentang suatu fenomena yang dibuat dengan tujuan
untuk mempelajari fenomena sistem yang sebenarnya. Model dapat merupakan tiruan dari
suatu benda, sistem atau kejadian yang sesungguhnya yang hanya berisi informasi-
informasi yang dianggap penting untuk ditelaah.
Kedua,Strategi adalah tahapan-tahapan yang harus dilalui menuju target yang
diinginkan. Ketiga,Konseling Rehabilitasi adalah suatu proses sistematis yang membantu
seseorang dengan kecacatan fisik, mental, perkembangan kognitif, dan emosi untuk
mencapai tujuan personal, karier, dan hidup mandiri di dalam setting yang seintegrasi
mungkin melalui aplikasi dari proses konseling. Untuk itu, seorang konselor rehabilitasi
perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus serta sikap yang dibutuhkan untuk
berkolaborasi dalam hubungan profesional dengan penyandang cacat.
Prinsip dasar profesi konseling rehabilitasi adalah membantu individu penyandang
kecacatan fisik, mental, kognitif dan/atau sensori agar menjadi atau tetap menjadi warga
masyarakat yang mandiri dan produktif dalam lingkungan masyarakat pilihannya sendiri.
Konselor membantu penyandang cacat merespon secara konstruktif terhadap berbagai
tantangan masyarakat, merencanakan karir, dan mendapatkan atau mempertahankan
pekerjaan yang memberi.
Sebelum mengetahui bagaimana model dan strategi dalam konseling rehabilitasi akan
lebih baik untuk memahami Sasaran Konseling Rehabilitasi itu sendiri, diantaranya
sebaga berikut;
 Physical disabilities yaitu Orang yang mengalami hambatan/ kecacatan fisik
(Tuna daksa) sehingga mengalami gangguan pada koordinasi gerak. Contoh :
cerebral Palsy
 Sensory disabilities yaitu Orang yang mengalami hambatan/ kecacatan sensori
seperti pengelihatan atau pendengaran.
 Developmental disabilities yaitu Orang yang mengalami hambatan/ kecacatan
dalam perkembangannya, contoh: Retardasi MentaL
 Cognitive disabilities yaitu Orang yang mengalami hambatan/ kecacatan pada
kognitifnya.
 Emotional disabilities yaitu Orang yang mengalami hambatan, gangguan/
kecacatan pada emosinya.
 Chronic illness yaitu Penderita / mantan penderita penyakit kronis
B. MODEL DAN STRATEGI KLINIS KONSELING REHABILITASI

Dalam melaksanakan praktekkonseling rehabilitasi seorang konselor harus memiliki


beberapa model untuk memandu pekerjaan mereka, diantaranya sebagai berikut;

1. Model konseptual atau paradigma


Model konseptual yang diusulkan oleh Hershenson (1990), yang memberikan alasan
bahwa konseling rehabilitasi mempunyai perbedaan dalam melaksanakan praktiknya
seperti medis atau pemberian obat dan psikologi maupun proses lainnya yang terlibat
dalam proses Rehabilitasi. Ada beberapa model yang telah diusulkan dalam buku
Hand Book Of Rehabilitation Counseling yang ditulis olehRiggar Denis
Malki,konselor dalam melaksanakan rehabilitasi konseling setidaknya memiliki tiga
orientasi dalam konsep mereka mengajar, riset dan praktik.
2. The Psychomedical Model
Model ini dilkukan untuk diagnosis masalahnya yang ditangani oleh orang yang ahli
seperti dokter atau psikiater. Dari perspektif ini orang yang cacat dianggab sebagai
pasien. Model medis psiko mewakili biomedis orientasi representasi ilmiah dari
kondisi seseorang dan menggunakan diagnostik kategori untuk mengklasifikasikan
administratif dan kemudian mengobati penyebab yang mendasari seseorang
kecacatan. Pendekatan ini berharga untuk memahami medis dan sekutu profesional
kesehatan kontribusi kepada tim rehabilitasi. Ini mendasari
3. Model system
Cottone dan Cottone mengatakan bahwa disediakan perspektif lain untuk
konseptualisasi rehabilitasi konseling praktek yaitu pendekatan system. Perspektif ini
menunjukkan bahwa orang maupun lingkungan adalah suatu hal yang memiliki
hubungan yang terkait Antara keduanya. Berfokus pada dan pemahaman hubungan ini
dengan orang lain di lingkungan mereka di mana orang dengan cacat hidup, belajar,
bekerja, dan menciptakan sangat penting untuk pandang ini. Perspektif ini
berpendapat untuk dimasukkannya keluarga konseling dan pelatihan dalam kurikulum
untuk pengembangan kompetensi dalam konselor rehabilitasi sistem.
4. Model ekologi konseling rehabilitasi
Model Ekologi dari rehabilitasi konseling mencerminkan model tersier pencegahan,
dengan pertimbangan yang sama yang diberikan kepada orang dan lingkungan.
Cottone dan Emener, menyarankan bahwa pendekatan seperti itu mewakili alternatif
model psiko medis dan model system.Evaluasi kemudian dibuat untuk menentukan
tingkat pencocokan atau harmoni antara sifat-sifat dan faktor. Model ini didasarkan
pada sebuah filosofi eksistensial. Diberdayakan klien membuat makna dari
pengalaman mereka. Mereka mengambil tanggung jawab dan kepemilikan untuk
keputusan mereka, memberikan mereka peningkatan kesadaran tentang kekuatan
mereka dan tuntutan mereka mempertimbangkan pilihan.
Maka dapat disimpulkan bahwa konseling ekologi adalah pada dasarnya berlandaskan
dari lingkungan belajar yang membantu dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi
individu harus dianalisis dan perspektif keseluruhan sistem sehingga perkembangan
yang terjadi pada individu pada hakekatnya bagian perkembangan dari keseluruhan
sistem.
5. Rehabilitasi Medis
Jika yang disebut dengan pengobatan medis secara umum adalah pengobatan yang
dilakukan oleh dokter di rumah sakit, puskesmas atau klinik, dengan
menggunakanobat-obatan produksi pabrik atau alat-alat yang menggunakan teknologi
canggih, atau secara lebih singkat lagi Amin Syukur mendefinisikannya sebagai
segala sistem pengobatan yang menggunakan alat dan bahan secara bendawi, baik itu
dokter, atau sebutan-sebutan lainnya. Maka yang dimaksud dengan rehabilitasi medis
juga kurang lebih sama dengan definisi pengobatan medis.
Di mana pelayanan yangdiberikan adalah untuk mencegah terjadinya kecacatan yang
mungkin terjadi akibat penyakit yang diderita serta mengembalikan kemampuan
penderita seoptimal mungkin sesuai kemampuan yang ada pada penderita. Dokter
yang bekerja dalam ruang lingkup Rehabilitasi Medik ini adalah seorang Spesialis
Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik. Dalam menjalankan tugasnya, seorang
dokter akan bekerja di dalam tim bersama dengan fisioterapis, ahli terapi wicara, ahli
terapi okupasi (untuk aktivitas sehari-hari), ahli dalam bidang Orthose (alat untuk
menguatkan tubuh yang lemah) dan Prothese (alat untuk mengganti anggota tubuh
yang hilang), psikolog, dan pekerja sosial medik.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Rehabilitasi medis ini menitikberatkan pada
pembaharuan dan pemulihan fungsional pasien dari sisi jasmani atau medis yang
diprogram untuk menunjang pencapaian kondisi psikososial, karya, dan rekreasi yang
normal.
6. Rehabilitasi keluarga
Rehabilitasi dalam Keluarga Rehabilitasi dalam keluarga merupakan model layanan
rehabilitasi yang dilakukan olehorang tua terhadap anaknya yang mengalami
gangguan. Orang tua dimaksud terlebih dahulu diberikan latihan bagaimana cara
memberikan layanan kepada anaknya atau keluarga yang membutuhkan layanan
khusus. Orang tua yang sudah dilatih oleh tenaga profesional tertentu di lembaga
formal, melakukan praktik layanan terhadap anaknya di bawah bimbingan tenaga
profesional. Dengan demikian, diharapkan para orang tua mampu memberikan
layanan di rumah. Secara berkala diadakan evaluasi bersama dan tindak lanjut layanan
yang harus diberikan.
7. Rehabilitasi Vokasional
Rehabilitasi vokasional dimasudkan untuk memberikan layanan khusus dalam bidang
vokasional atau keterampilan. Keterampilan yang ditawarkan kepada mereka sifatnya
individu, sesuai dengan kemampuan yang masih dimilikinya dan disesuaikan dengan
kondisi lingkungan sekitar individu tersebut.
8. Rehabilitasi sosial
Didalam konseling rehabilitasi sosial terdapat beberapa model dan strategi yang
digunakan sebagai proses penyumbuhan bagi individu yang terdapat gangguan dalam
dirinya baik dari segi kecacatan fisik, mental, perkembangan, kognitif, dan emosi
dengan harapan untuk mencapai tujuan personal, karier, dan hidup mandiri.
Model- model dalam konseling rehabilitasi sosial
Secara umum model–model dalam rehabilitasi sosial mencakup hal sebagai berikut;
 Pertama, Rehabilitasi sosial dipandang sebagai segenap upaya ditujukan untuk
mengintegrasikan penyandang masalah ke dalam kehidupan masyarakatarakat
dengam cara membantunya menyesuaikan diri dengan keluarga, komunitas
dan pekerjaan.
 Kedua, Penyandang masalah dapat berintegrasi dengan masyarakat apabila ia
memiliki kemampuan fisik, mental dan sosial serta diberikan kesempatan
unttuk berperan dan berpartisipasi.
 Ketiga, Rehabilitasi sosial merupakan kegiatan pelayanan sosial secara utuh
dan terpadu melalui pendekatan fisik, mental, dan sosial agar penyandang
masalah dapt melaksanakan fungsi sosialnya secara optimal.
Sedangkan untuk model pelayanan dalam rehabilitasi social adalah sebagai berikut:
o Institutional Based Rehabilitation (IBR), suatu sistem pelayanan rehabilitasi
sosial dengan menempatkan penyandang masalah dalam suatu institusi
tertentu.
o Extra-institusional Based Rehabilitation, suatu sistem pelayanan dengan
menempatkan penyandang masalah pada keluarga dan masyarakat.
o Community Based Rehabilitation (CBR), suatu model tindakan yang
dilakukan pada tingkatan masyarakat dengan membangkitkan kesadaran
masyarakat dengan menggunakan sumber daya dan potensi yang dimilikinya.

Untuk mencapai hal – hal diatas, maka seorang konselor dalam praktik pelaksanaan
akan membutuhkan metode intervensi dalam layanan. Adapun model – model
intervensi dalam konseling dapat menggunakan model – model sebagai berikut:
9. Behavior Therapy
Behaviour therapy adalah sebuah pendekatan secara klinis yang dapat dipakai untuk
mengobati bermacam-macam gangguan, dalam berbagai tempat dan berbagai macam
kelompok populasi sosial seperti Gangguan kecemasan, depresi, penyalahgunaan zat,
gangguan makan, kekerasan dalam rumah tangga, penyimpangan seksual, manajemen
penderitaan, dan hipertensi. Semuanya telah berhasil diobati dengan memakai
pendekatan ini.
Terapi tingkahlaku mencoba mengubah tingkah laku yang termasuk abnormal
(neurotik, psikotik), maupun tingkah laku yang tergolong normal. Prinsip utama
terapi ini ialah penggunaan reinforcement sebagai alat pengatur pembentukan
tingkah laku baru, melalui pendekatan yang berdasarkan prinsip-prinsip belajar.
Prinsip lainnya adalah ikatan antara stimulus tertentu dengan respon cemas,
dapat diperlemah dengan usaha yang simultan, sehingga respon cemasnya
hilang. Maka klien dapat dikatakan sembuh apabila sudah mampu merespon
terhadap stimulus yang dihadapinya tanpa menimbulkan masalah baru, atau
apabila terbentuk pola baru yang serasi dengan lingkungan hidupnya.
Berisikanpenarapan secara sistematis prinsip-prinsip teori belajar untuk tujuan
perubahan tingkah laku yg sifatnya menyembuhkan. Unsur-unsur tersebut yaitu:
 Inventarisasi permasalahan klien
 Penciptaan kontrak
 Perincian masalah
 Penentuan data
 Penguatan
 Penentuan tujuan perubahan
 Penyembuhan

10. Reality therapy


Focus terapi realitas ini adalah tingkah aku sekarang yang ditamilkan individu, Tujuan
dari terapi ini yaitu membantu orang untuk menghadapi kenyataan dan memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dasar dalam cara yang dapat diterima secara sosial.
Penyembuhan kenyataan memberikan suatu sarana seseorang dapat belajar hal
sebagai berikut:
Menghadapi kenyataan dan menerima tanggung jawab sehubungan tingkah lakunya.
Tanggung jawab diartikan sebagai kemampuan memenuhi kebutuhan sendiri tanpa
mengganggu orang lain.
Membedakan diantara yang benar dan yang salah.
Adapun yang menjadi teknik dalam terapi ini yaitu terlibat dalam permainan peran
dengan klien, menggunkan humor, mengonfrontasikan klien dan menolak alasan
apapun dari klien dan membantu klien untuk merumuskan rencana tindakan secara
spesifik.
11. Terapi gestalt
Timbulnya perilaku bermasalah menurut pandangan gestalt adalah karena ketidak
mampuan individu untuk megatasi suatu permasalahan sehingga senderung
melakukan penghindaran. Hal inilah yang menyebababkan terhambatnya
pertumbuhan pribadi individu.
Dalam terapi gestalt ada istilah yang dikenal sebagai “urusan yang tidak selesai”. Hal
ini mencakup perasaan yang tidak terungkap seperti dendam, kemarahan, kebencian,
sakit hati, kecemasan, rasa berdosa, dan rasa diabaikan. Karena tidak diungkapkan
secara sadar, perasaan-perasaan ini terus tersimpan dan terbawa sampai dikehidupan
sekarang.

12. Rehabilitasi sufistik atau Rehabilitasi Agama


Rehabilitasi yang bertujuan untuk mengembalikan keseimbangan, keutuhan dan
kesatuan antara dunia fisik dan metafisik yang mengintegrasikan dimensi fisik,
mental, emosional dan spiritual.Rehabilitasi sufistik (al-thibb al-shufi) bukan sekedar
teori, tetapi juga bersifat praktis. Para sufi telah membuat rumusan tata cara menerapi
penyakit jiwa bagi para pasien mereka yaitu dengan cara menjelaskan kepada para
pasien tersebut jalan menuju kesempurnaan jiwa dengan membangkitkan ruh
keimanan dalam jiwa yang lemah, mengajak mereka untuk membersihkan niat,
memperkuat tekat, menyerahkan segala urusan kepada Allah Swt dan takwa kepada-
Nya.

Adapun bentuk-bentuk rehabilitasi sufistik secara umum menurut Amin Syukur


sebagaimana cara-cara yang sama dilakukan oleh para sufi yaitu
 Dzikir
Dzikir dalam pengertian mengingat Allah, sebaiknya dilakukan setiap saat,
baik secara lisan maupun dalam hati. Artinya kegiatan apapun yang dilakukan
oleh seorang Muslim sebaiknya jangan sampai melupakan Allah
SWT.Manfaat utama energi dzikir pada tubuh adalah untuk menjaga
keseimbangan suhu tubuh, agar tercipta suasana kejiwaan yang tenang, damai,
dan terkendali.
 Doa
Do’a merupakan refleksi atas pengakuan hamba terhadap ketergantungannya
kepada sang pencipta, dengan berdo’a berarti seseorang merasa butuh terhadap
pertolongan Tuhannya. terapi do’a merupakan sebuah terapi yang luar biasa
dan dengan do’a banyak sekali orang sakit yang disembuhkan dari
penyakitnya.
 Sholat
Shalat adalah perpaduan antara aktivitas fisik dan psikis. Ketika tubuh
bergerak maka otak memegang kendali, ingatan seseorang tertuju pada bacaan
dan jenis gerakan. Pada saat yang bersamaan hati mengikuti dan
membenarkan setiap tindakan. Dengan berpadunya aktivitas fisik dan psikis
tersebut, maka shalat dapat memberikan pengaruh yang baik bagi kesehatan.
13. Music
Maulana Jalaluddin Rumi telah mempopulerkan cara bersufi melalui musik dan
gerakan tari. Musik merupakan media yang sangat ampuh untuk mengurangi stress
dan menenangkan hati karena pada dasarnya musik adalah nada-nada yang indah.
Dalam bukunya The Healing Sound Of Music, Kate dan Richard Mucci
mengemukakan bahwa melalui proses mendengarkan dan memainkan alat musik
aktivitas otak akan terangsang kearah positif, dan perasaan akan menjadi tenang.
Ketenangan dan semangathidup yang kuat akan menentukan kesembuhan penyakit
lebih cepat.

C. CONTOH KASUS UNTUK GANGUAN EMOSIONAL


KEBENCIAN PADA WANITA
Andi adalah seorang mahasiswa yang mengalami masalah terhadap perempuan. Ia
menganggab bahwa semua perempuan itu tidak baik. Hal ini membuatnya cenderung
untuk menjauhi perempuan. Setelah dilakukan sesi konseling, maka diketahui bahwa
sikap andi dipengaruhi oleh prilaku yang buruk dari ibunya sewaktu berusia sekolah
dasar. Karena mengalami hal yang menyakitkan semasa kecilnya, andi menyimpan
perasaan dendam pada ibunya yang akhirnya membuatnya tidak mau menjalin
keakraban dengan perempuan.
Melalui terapi gestalt dapatkah kita ketahui bahwa andi memiliki urusan yang
tidak selesai dimasa lalu yang dapat dimanifestasikan dengan munculnya kemarahan,
amukan, kebencian, rasa sakit, cemas, duka cita dan rasa bersalah. Urusan yang tidak
selesai ini aka membuat orang lai asik dengan dirinya sendiri, memaksa orang lain
untuk menuruti kehendaknya bentu-bentuk prilaku yang menempatkan dirinya
sebagai orang kalah, bahkan sering muncul penyakit fisik.
Dengan terapi ini seorang konselor akan berupaya untuk membantunya merasakan
apa yang terjadi saat ini. Konselor akan menfasilitasi andi untuk menunjukkan situasi
yang terjadi saat ini. Ia dibantu untuk menyadari bahwa prilakunya tidak produktif
dan kemudian mencari prilaku yang produktif.
Melalui terapi ini urusan yang tidak selesai yang dimiliki andi menjadi fokus
terapi. Kesadarannya menjadi kunci utama sehingga andi mampu mengembangkan
fungsi dirinya dan meningkatkan kemampuan untuk memikul tanggung jawab pribadi
atas kehidupannya sendiri tanpa dipengaruhi oehorang lain.
Untuk terapi agama yang digunakan yaitu Dzikir, Sholat, dan Doa. Agar hatinya
menjadi lebih tenang dan menimbulkan energi yang poitif bagi dirinya.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Seorang konselor rehabilitasi perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus serta
sikap yang dibutuhkan untuk berkolaborasi dalam hubungan profesional dengan
penyandang cacat.
Konseling Rehabilitasi memiliki bidang garapan yang cukup luas yaitu, Bidang karir dan
pekerjaan, bidang pendidikan, Hidup Bermasyarakat, pemberian Hak menurut Hukum
dan Layanan Kesehatan.
Yang paling penting adalah bagaimana membantu orang-orang yang mengalami
hambatan mengurangi kesulitan emosional dan meningkatkan penyesuaian diri dalam
satu kondisi. Sehingga dalam hal ini kita melihat bebagai model danStrategi yaitu
rehabilasi medis, rehabilitasi keluarga, dan rehabilitasisosial diantaranya sperti
Behaviorostik Terapi, Terapi Realita, Terapi Ret dan Intervensi Psychodynamic, Coping
Skill Training, dan Treatment Kelompok. Meskipun ketiga ini menggunakan pendekatan
dari teori yang berbeda, mereka tetap bertujuan sama.

b. Saran
Makalah yang telah kami siapkan ini masih jauh dari kata kesempurnaan, baik itu dari
segi penulisan, isi dan kesopanan dalam kata-kata. Oleh karna itu kami meminta kepada
teman-teman semuanya untuk mengkritik kesalahan yang terdapat pada makalah kami
dan kami berharap teman-teman juga mencari referensi lain selain pembahsan yang kami
berikan ini.
DAFTAR PUSTAKA

Lumonga Lubis, Namora,2011. Memahami Dasar-dasar Konseling Dalam Teori dan


Praktik.Jakarta:Kencana
T.F. Riggar Dennis R. Maki. 2004. Handbook of Rehabilitation counseling. New York:
Springer Publishing Company.
file:///C:/Users/ASUS/Documents/folder%20pak
%20dedy/T_PKKH_1104495_Chapter2.pdf
file:///C:/Users/ASUS/Documents/folder%20pak%20dedy/bab%202.pdf
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/konseling_rehabilitasi_Izman.pdf
http://animenekoi.blogspot.co.id/2012/06/konsep-konseling-rehabilitasi-2.html
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/BAH_PRESENTASI_8.pdf
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/konseling_rehabilitasi_Izman.pdf
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/104411004_bab2.pdf

Anda mungkin juga menyukai