Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

Psikologi Kepribadian (Psychology of Personality) termasuk kayian klasik d larmbd ng


psikologi, Bahkan semua pembahasan psikologi selalu diawali dari konsep kepribadian,
Baik berupa teori kepribadian, maupun yang lebih dini yaitu fi safat kepribadian, Filsafat
kepribadian sudah lama ada sejak zaman Yunani Kuno ketika mereka mendebat para
Nabi dan murid-muridnya mengenai siapa manusia.

Pertanyaan tentang manusia termasuk “ultimate question” mengenai “ada’ beriringan


dengan pertanyaan tentang alam dan kehidupan. Para Nabi punya murid, demikian juga
para filsuf. Mungkin saja ada di antara para filsuf yang pemikirannya berdekatan dengan
pandangan para Nabi. Sebagiannya tentu bertentangan, terutama hampir mayoritas filsuf
Yunani. Pendekatan filsafat yang spekulatif akan melahirkan banyak spekulasi tentang
manusia. Mulai dari pertanyaan: (1) apakah atau siapakah manusia itu?; (2) dari apakah
manusia terbentuk, ada dengan sendirinyakah atau diciptakankah?; (3) apakah bedanya
dengan hewan, tumbuhan dan benda lainnya?; (4) kapankah manusia itu ada dan kapan ia
berakhir?; (5) apakah manusia hanya ada di bumi, bagaimana dengan dunia yang lain?;
(6) mengapa manusia ada dan bagaimana kedudukannya dalam relasi antara manusia
dengan alam lainnya?

Pertanyaan-pertanyaan lainnya yang filosofis memang radikal, bahkan bagi kaum


agamawan mungkin pertanyaan itu kurang ajar. Dapatkah dijawab pertanyaan-pertanyaan
tersebut oleh para filsuf? Jawabannya tentu spekulatif, ada yang terjawab dengan
meyakinkan karena fakta-faktanya kasat mata, ada juga yang diyakin-yakinkan dengan
argumentasi “jelimet” karena terjebak di alam paralogis, dan ada yang difakta-faktakan
untuk memenuhi logika induktif-deduktif. Setelah jutaan jawaban dibuat tetap saja masih
kebingungan. Mengapa? Karena “sisi lain” keberadaan manusia tidak dapat dijangkau
oleh pikiran manusia, yaitu “sisi gaib.” Itulah “misteri” yang digagas oleh Alexis Carrell
(1967) dengan memberi judul bukunya Man The Unknown." Faktanya, manusia
memerlukan sumber lain di Sam pllrannya untuk menjawab pertanyaan mendalam dan
sulit, yaitu "berita day, gaib, wahyu. Sayang mayoritas aliran filsafat cenderung menolak
keberadaap \ satu. ~ sebab ketika bersedia menerima keberadaan wahyu maka filsafat
mens band.

Pendekatan lain yang digunakan selain filosofis adalah pendekatan en, tetaps apa bedanya
dengan filsafat? Keduanya berada dalam jalur benang a yang sama, yaitu sama-sama anti
wahyu, karena pendekatan empiris tidak mem, 4 lankan untuk melibatkan jawaban dari
wahyu. Mereka lebih takut digelari*; Wmiah" daripada “tidak beriman’ Alih-alih
beriman dengan wahyu malah me, mereka-reka teori tentang manusia yang lemah seperti
behavirosme dan darwin; yang berbasis materialisme. Alhasil, gambaran tentang manusia
menjadi by manusia. Misalnya teori-teori tentang kepribadian manusia justru
menggambar, kepribadian bukan manusia.

Pembahasan seputar kepribadian dalam perspektif psikologi Barat yang libery memang
telah beragam tetapi tidak beragama. Hal ini dapat dimaklumi karena filsafy paradigma,
dan epistemologi yang mendasarinya memang dibangun oleh py, schooler yang kebetulan
juga sekuler. Rumusan-rumusan kepribadiannya terkesy canggih tetapi terjadi
pembonsaian manusia menjadi manusia yang berputarg seputar istilah sapiens, homo
faber, homo laquens, homo economicus, homo socialicus, ay politicon, homo religiousus,
homo creator, homo delegans, homo legatus, dan istilah sejenisna

Penulis memaksudkan istilah-istilah tersebut menggambarkan bahwa: (}j Konsep dasar


kepribadian kontemporer merupakan refleksi pemahaman manus yang kadaluarsa, ia
hanya menjelaskan fenomena perilaku manusia tetapi juga menciptakan gambaran
manusia yang bukan lagi manusia. Seringkali manusa digambarkan sebagai materi,
binatang atau homo hasil evolusi. (2) Penggambara manusia yang didasari oleh
keyakinan ideologi dan filsafat yang salah dan bertentangan dengan Islam bukanlah
isapan jempol melainkan kesengajaan ideologs dan politis dari kaum pemikir pada zaman
Renaisance hingga hari ini. Ketidaklurusa motif ini sudah ada sejak zaman permusuhan
antara para Nabi dan kaum filsuf. (3 Meskipun mendeklarasikan kejujuran pikir di balik
jargon universalisme, objektivits . iimiah dan neutral ethic tetapi tetap saja mengandung
bias ideologis dan bis paradigmatik yang problematis.

istilah Psikologi Kepribadian sendiri dalam khasanah pemikiran Barat merujy kepada
literatur mitologi Yunani Kuno. Istilah ini diambil dari kebiasaan drama mitolog di
stadion Yunani Kuno.Para pemain kawakan selalu memakai topeng (persona) ketika
memerankan seorang tokoh dalam suatu drama untuk membedakan tokoh satu dari
lainnya. Saat itu belum dikenal teknik make up model sekarang, maka penggunaan
topeng adalah alternatif kreatif pada zaman itu. Tujuan pemakaian topeng selain untuk
menyembunyikan identitas, juga untuk keleluasaan dalam memerankan sosok pribadi
lain. Teknik drama ini kemudian diambil alih oleh bangsa Roma dengan istilah
personality. Bagi bangsa Roma, persona semula diartikan dengan“bagaimana seseorang
tampak pada orang lain tetapi bukan pribadi yang sesungguhnya.” Para aktor berusaha
menciptakan dalam pikiran penonton suatu kesan (impression) dari tokoh yang
diperankan di atas panggung, bukan kesan dari pribadi aktor sendiri. Berdasarkan
pemahaman ini maka maksud personality bukanlah suatu atribut yang pasti dan spesifik,
melainkan suatu kualitas perilaku total seseorang yang tampil dalam konteks sosial.
Istilah personality kemudian dipakai untuk menamakan para aktor sendiri, bukan pribadi
orang lain yang diperankan. Yang tadinya sekedar topeng ternyata menjadi ikon atau
nama beken pemerannya. Jadi persona adalah sesuatu yang dianggap sebagai konstitusi
manusia bentukan.? Persona adalah pribadi yang berperan tertentu dalam konteks
tertentu. _

Telah banyak teori psikologi Barat yang membahas kepribadian, namun perspektif yang
hegemonik kurang mampu menggambarkan kompleksitas manusia hanya dengan
perspektif yang apriori terhadap agama. Psikologi memerlukan alternatif perspektif lain.
Kini usaha ilmuwan muslim turut menyuburkan pandangan indigenous psychology.

Teori Kepribadian memang dibangun berdasarkan cara pandang (worldview) terhadap


berbagai konsep, setidaknya konsep mendasar tentang alam, manusia dan kehidupan.
Penjelasan rinci mengenai jejak pencarian manusia tentang dirinya telah penulis uraikan
dalam buku Epistemologi Psikologi Islami: Dialektika Pendahuluan Psikologi Barat dan
Psikologi Islami (Bandung: Refika Aditama, 2006).

Tulisan ini diilhami oleh pembahasan konsep kepribadian Taqiyyudin anNabhani,


seorang aktivis gerakan dakwah dalam khasanah pemikiran Islam mutakhir. Satu sisi ia
sangat mumpuni dalam bidang ilmu-ilmu salaf tetapi tidak ragu untuk menyusun
formulasi baru dalam rentang dan ragam persoalan keumatan secara ideologis dan
sistemik. Tidak segan ia menyerang pemikiran yang dianggapnya salah tetapi juga elegan
saat diserang oleh kawan maupun lawan. la kadang dianggap seorang fundamentalis,
karena sering menghantam pikiran Mu'tazilah dan liberal tapi sekaligus ia dituduh
seorang yang Mu'tazilah. la bahkan secara vulgar menyerang psikologi sebagai science.
Tentu serangan tersebut perlu diperhatikan dan dipahami paradigma pandangannya.
Kritik adalah bagian dari yang tidak akan pernah hilang di dunia ilmu pengetahuan.

Namun karena an-Nabhani bukan seorang psikolog (apalagi dalam ang hya, psikologi
bukan sains tapi Saqdfah sesat), maka pembahasannya tent, epistemologis dan
metodologis sebagaimana menjadi kebiasaan Psikolog; karenanya, tidak mudah bagi
masyarakat luas, juga kaum psikolog dan Psikologi Islami untuk memahami buah
karyanya. Masih diperlukan kritik dan, serta resources fakta ilmiah (manat) yang luas
untuk memformulasi hingga Mey konsep Psikologi Islam. An-Nabhani sendiri tidak
setuju menggunakan istilah sonality dalam term psikologi modern, karena kata psikologi
sendiri sudah tem bagian dari peradaban Yunani yang amat dibencinya. Maka ia
menggunakan; syakhsiyah, bahkan salah satu buku masterpiece-nya adalah buku asy-
Syakhsiva, Isl@miyah.

Kekhasan pembahasan an-Nabhani tentu tidak dimaksudkan menjadi se; sains perilaku,
karena baginya sains hanyalah hal-hal yang bersifat eksperimey empiris. Sebagai seorang
Doktor di bidang Saqdfah pada zamannya di saat diy Islam tengah mengalami penjajahan
dalam seluruh sektor kehidupan, tulig tulisannya dapat dikategorikan unik, karena: (1)
Sangat ideologis, radikal dan fenomenal. Pembahasan konsep manusia yang disajikannya
Mampu menjay keraguan atas kritik iimuwan yang beral-kapitalis, maupun ilmuwan
yang materialis-sosialis.

Istilah kepribadian sering digunakan untuk menerjemahkan kata syakhsiyah ataupun


personality.Berikut penjelasan beberapa istilah padanan kepribadian sepertl nafsiyah,
huwlyah, iniyah, zatlyah, dan akhlaq (Mujib, 2006: 19-24),

a. Huwiyahdaniniyah

Huwiyah berasal dari kata huwa (kata ganti orang ketiga tunggal) yang berarti “dia’Kata
huwiyah disalin ke dalam bahasa Inggris dengan term “identity atau person ality”. Kata
identity (identitas) menunjukkan maksud al-Fardiyah (individuality).|\dentitas adalah diri
atau aku-nya individu, kepribadian; atau suatu kondisi kesamaan dalam sifat-sifat
karakteristik yang pokok.‘ Sedang individuality adalah segala sesuatu yang membedakan
individu dengan individu yang lain, kualitas unik individual, dan integrasi dari sifat-sifat
individu.

Al-Farabi, seorang filsuf muslim, mengemukakan bahwa huwiyah berarti eksistensi


individu yang menunjukkan keadaan, kepribadian dan keunikannya yang dapat
membedakan individu tersebut dengan individu yang lain.® Pengertian di atas
menunjukkan bahwa kata huwiyah memiliki ekuivalen makna dengan personality. Jika
disebut istilah huwiyah dalam literatur keislaman maka salah satu maknanya
menunjukkan arti kepribadian.

b. Zatiyah

Term Zat lazimnya dipakai oleh para teolog (mutakallimin) untuk menunjukkan zat Allah
yang sunyi dari segala sifat.’2 Term zdt kemudian dipergunakan untuk menunjukkan
substansi sesuatu, baik substansi yang berupa pribadi (syakhs) maupun bukan.”* Batu,
air,tanah, dan udara memiliki substansi. Tumbuhan dan hewan memiliki substansi.
Malaikat dan syetan juga memiliki substansi. Demikian juga manusia memiliki substansi.
Meskipun semua mahluk memiliki substansi, namun hanya manusia yang memiliki
pribadi (syakhs) yang dinamik, karena pribadi inilah makanan kekhalifahan dilimpahkan
kepadanya.

c. Wnafsiyah

Term nafsiyah berasal dari kata nafs yang berarti pribadi atau kepribadian. Or. Ang Arab
sering menyesali dirinya dengan sebutan nafsiy (oh, diriku atau oh, pribadiku!). Syafi’I
menerjemahkan kata nafs sebagai “…personality, self or level of per. Sonality
developmental’ (kepribadian, diri pribadi, atau tingkat suatu perkembangan kepribadian).

Term nafsiyah lebih banyak dipakai dalam leksikologi al-Qur’an dan Sunnah, dan tak
satupun al-Qur’an menyebut term syakhsiyah. Berdasarkan studi qur’ani ini, maka term
nafsiyah lebih memungkinkan dijadikan padanan term personality. Hanya saja term nafs
memiliki multimakna. Istilah nafs, dengan menggunakan pendekatan makna nasabi,””
dapat berarti nyawa (al-hayah), hawa nafsu (al-hawa), daya konasi yang memiliki sifat
gadab (defense) dan syahwah (appetite); dan struktur kepribadian yang terdiri atas
gabungan antara jasmani dan ruhani, atau juga kepribadian. Oleh karena multifitas makna
ini maka term nafs jarang dipergunakan dalam diskursus psikologi Islam. Istilah ‘im an-
nafs yang sering digunakan dalam literatur psikologi Islam diterjemahkan dengan Ilmu
Jiwa (psychology), bukan Iilmu Kepribadian.

d. Akhiaq

Term lain yang tidak kalah populernya adalah term akhlaq’® (bentuk jamak dari kata
khulq).Secara etimologis, akhlaq berarti character,disposition dan moral constititution.
Al-Gazali berpendapat bahwa manusia memiliki citra lahiriah yang disebut dengan khalq,
dan citra batiniah yang disebut dengan khulg.'® Khalq merupakan citra fisik manusia,
sedang khulq merupakan citra psikis manusia. Berdasarkan kategori ini maka khulq
secara etimologi memiliki arti gambaran atau kondisi kejiwaan seseorang tanpa
melibatkan unsur lahirnya.

Al-Gazali lebih lanjut menjelaskan bahwa khulg adalah “suatu kondisi (hai‘ ah) dalam
jiwa (nafs) yang suci (rasikhah), dan dari kondisi itu tumbuh suatu aktivitas yang mudah
dan gampang tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu.”?°
Sedangkan Ibnu Maskawaih mendefinisikan khulg dengan “suatu kondisi (hdl) jiwa
(nafs) yang menyebabkan suatu aktivitas dengan tanpa dipikirkan atau dipertimbangkan
terlebih dahulu

e. Pemilihan Istilah untuk Kepribadian Islam

Dalam khazanah Islam, term khulg lebih dikenal daripada term syakhsiyah. D’ samping
menunjukkan kedalaman maknanya, term khulq secara khusus d’ungkap dalam al-Qur’dn
(QS. Al-Qalam 68:4; asy-Syu’ara 26:137) dan hadis, sedangkan syakhsiyah tidak pernah
disebutkan. Karena alasan ini khazanah Islam klasik leb’h tertarik menggunakan term
khulg daripada syakhsiyah.
Ilmu Akhlak dalam wacana keislaman telah berkembang pada abad klasik 6501250).?”
Para pemikir muslim abad ini telah banyak mencurahkan perhatiannya da am memahami
hakikat manusia. Dalam kesimpulannya mereka berpendapat bahwa hakikat manusia itu
ditentukan oleh jiwa (an-Nafs) yang memiliki daya-daya khas.* Teori jiwa {bnu Sina
(890-1037) barangkali yang lebih mewakili dari kesekian teori filsuf yang ada, sebab
materinya lengkap, hanya saja teorinya itu belum teraplikasikan dalam konsep
kepribadian. .

Konsep akhlak kemudian muncul dengan kemunculan dua tokoh kenamaan. Tokoh itu
adalah Ibnu Maskawaih (932-1030) melalui karya monumentalnya “Tahzib al-Akhldq”
(Pembinaan Kepribadian) atau disebut juga “Tathir al-A’rdq* (Kesucian Karakter), dan
Imam al-Gazali (1059-1111) dengan karyanya “/hya ‘Ulam ad-Din” (Menghidupkan
Iimu-ilmu Agama). Kedua tokoh ini boleh dikatakan sebagai penyempurna konsep nafs
bagi filsuf-filsuf sebelumnya, karena mereka berdua telah mengapresiasikan teori jiwanya
ke dalam diskursus al-Akhidq. Kehadiran kedua tokoh

Lautan Kepribadian

Kita sering mendengar kalimat simbolik “dalamnya laut dapat diduga, dalamnya hati
siapa yang tahu?” Kalimat tersebut dapat menggambarkan bahwa: (1) Hati bukanlah
seperti barang fisik (laut) yang dapat diukur tiga dimensi, panjang, lebar dan tinggi. (2)
Hati sebuah kata yang merepresentasikan non materi, yang tidak dapat diketahui oleh
seorangpun, pengetahuan tentangnya seolah seperti mustahil. (3) Adanya keterbatasan
manusia untuk mengetahui realitas“hati’Suatu kali hati dapat dipahami secara terang
benderang tetapi tiba-tiba tidak dapat dipahami. Hati memancarkan multiwajah,
multipenampakan dan multitafsir. Meskipun tampak diketahui tetapi tetap tidak
diketahui. Mungkin seseorang nampak tertawa tetapi ternyata hatinya menangis. (4) Hati
seakan mewakili totalitas diri manusia. Manusia seakan terfokus pada persoalan hati,
perspektif sempit ini digambarkan dengan istilah seperti Manajemen Qalbu, ataupun
sejenisnya. Perspektif sempit tersebut tetap saja diakui kehebatannya karena ia membidik
persoalan yang penuh rahasia, yaitu lautan hati. Lautan hati identik dengan lautan
manusia.
Mengapa istilah hati (qa/lb) menjadi unik dalam khasanah bahasa Arab dan terutama
dalam bahasa Indonesia, dan hal yang sama terjadi silang pendapat yang seru di kalangan
kelompok Islam sejak zaman dulu.

Di Indonesia sendiri telah terjadi kerancuan pengertian tentang hati. Setidaknya ada tiga:
(1) Hati adalah pusat rasa yang memiliki hukum-hukum sendiri, seperti marah, sebel,
mangkel, suka, cinta, benci, rindu, kecewa, cemburu, senang, bahagia, bangga, iri,
dengki, ria, sombong, dan sebagainya yang representasi fisiknya adalah hevar. Orang
Indonesia biasa menggambarkan hati dengan bentuk fisik “jeroan” berupa “Ati Ayam”
sebagai pembanding untuk membedakan dari jantung Ayam. (2) Hati sebagai pusat darah
atau jantung yang representasi fisiknya adalah berada di bagian dada, yang digambarkan
dengan perilaku “deg-degan’ berdegup, dan berdetak. Kata-kata “hatiku sakit
sekali;”hatiku cemas; dimaksudkan adalah jantung, karena itu ada juga yang mengatakan,
“jantungku berdegup kencang; “Jantungku hampir copot* (3) Hati adalah sesuatu organ
(fisik atau non-fisik) yang memiliki pengetahuan bijak, lurus sering orang mengatakan
“tanyakan pada hatimu; “hati selalu berkata jujur” Kata-kata “hati kecilmu tidak dapat
berbohong” dimaksudkan adalah “hatimu yang terdalam tidak dapat berbohong’

Pendekatan

Pendekatan dalam bidang Psikolog! Islami dan Psikologi Islam jika ditilik dari pegiatnya
memang berbeda Psikolog! Islami mendasarl pada semangat Islamisasi Psikologi yang
diyakini memiliki muatan yang Islami dan tidak Islami. Maka gerakan Islamisasi
gsemacam antivirus terhadap bahaya psikologi, dia semacam menscan virus pemikiran
dal m bidang psikolog!, kemudian mengkarantina mana yang negatif bagi manusia.
Gerakan Ini lebih bersifat kuratif,

P ikologi Islam lebih bersifat paragdimatik dan lebih mendasar. Asumsinya bahwa ayaran
Islam sudah lengkap dan final, pasti telah memberikan prinsip-prinsip bahkan rincian
ketika berbicara tentang manusia. Psikologi Islam hanya istilah baru dari istilah yang
telah lama ada seperti ‘imu an-Nafs, ‘iimual-Akhléq, dan at-Tasawwof. Yang
membedakan adalah tantangan antara zaman dulu dengan sekarang, maka d perlukan
perubahan pada tataran metodologi dan aplikasi. Jadi semacam menghadirkan ilmu-ilmu
tersebut dengan pembahasan yang lebih aktual, penggunaan term-term yang dapat
dipahami oleh dunia ilmiah sekarang ini.

Berkembangnya kedua ilmu baik Psikologi Islami maupun Psikologi Islam tetap
mengharuskan paduan dua kemampuan dalam bidang psikologi dan bidang keislaman.
Mencari iimuwan yang demikian, khususnya di Indonesia terbilang langka. Kelangkaan
tersebut sebagai akibat separatization dan secularization yang parah di perguruan tinggi
kita selama setengah abad.

Dalam bidang Usd/ al-Figh telah dikenal pendekatan1) Tafhim ad-Dalil, adalah
memahami dalil al-Qur’an dan as-Sunnah secara benar; (2) Tafhim al-Manat, yaitu
pemahaman fakta secara objektif. Kedua pendekatan ini melahirkan /Istinbat a-Hukmi
dalam rangka melahirkan berbagai keputusan hukum. Salah satu ilmu terpenting untuk
memahami dalil adalah ‘mu at-Tafsir. Sedangkan salah satu untuk memahami fakta
perilaku manusia dapat dipakai metode yang diterapkan psikologi.

Sekarang ini selain berkembang metode saintifik terutama dalam bidang matematika-
statistika, juga telah berkembang metode penafsiran di kalangan imuwan muslim, lebih
tepatnya adopsi metode penafsiran. Sejauh ini dikenal metode Penafsiran baydni,
burhdnl, irfani, dan hermeneutik. Tafsir Bayani dianggap tafsir paling otor tatif karena
hasil pewarisan pengajaran yang dilakukan Rasulullah saw, sahdbat, dan tabifn hingga
hari ini. Ketiga yang terakhir masih kontroversi, setidaknya di kalangan ahli tafsir yang
merujuk pada kitab-kitab salafu as-sdlih. Tafsir Burhdni yang d perkenalkan berbeda
dengan maksud tafsir bi ar-Ra’yi yang dikenal oleh generasi pertama dan kedua, di mana
akal mereka masih dibimbing oleh wahyu (ma‘qui), sedangkan Tafsir Burhdni yang
digagas oleh kaum Mu’tazilah gaya baru adalah berdasarkan pemikiran filsafati yang
mengandalkan pada kebebasan berpikir, tafsir yang tunduk terhadap konsep-konsep
liberalisme.

Istinbat dalam Psikologi

Fakta dan dalil merupakan dua hal yang memungkinkan terjadinya Istinbat-al-Hukmi
(pengambilan hukum). Metoda ini telah berlangsung seribu tahun lebih. Metode ini lalu
disebarkan oleh ilmuwan muslimin ke wilayah futuhdt (pembebasan dari jahiliyah) dan
menjadi berkembang di dunia meskipun dalam bentuk adopsi yang berbeda. Ilmuwan
Barat mengadopsinya menjadi bentuk yang bebas nilai-nilai Islam, kKemudian
mengistilahkan dengan pengertian hubungan antara fakta dan teori, dikembangkan lebih
jauh lagi yaitu proposisi, dalil, teori dan fakta.

Proposisi adalah pernyataan tentang sifat dari realita. Proposisi tersebut dapat diuji
kebenarannya melalui pengujian hipotesa. Hipotesa yang telah teruji dan didukung oleh
data empiris dinamai dalil (scientific law). Dari berbagai dali murat muncul berbagai
susunarrteori. Jadi teori merupakan konsep atau konstruk yang menyatakan hubungan
sistematik fenomena, gejala sosial atau alam. Kebenaran suatu teori amat ditentukan oleh
adanya fakta. Sementara sesuatu dikatakan fakta apabila mampu menggambarkan realitas
(baik sosial atau alam) yang apabila pengamatan terhadapnya dilakukan secara empiris
dan sistematis diperoleh datadata. Setelah melalui serangkaian proses sistematisasi
terhadap data-data, maka gambaran objektif fenomena dinyatakan sebagai hasil
penelitian. Inilah salah satu syarat terjadinya penerapan metode ilmiah.

Hubungan antara teori dan fakta dalam metode ilmlah saling simultan dan hubungan
timbal balik. Suatu saat teorl menjadi pemandu untuk mengetahui bagaimana suatu fakta,
sebaliknya bisa jadi dari fakta itulah teori dibangun.

BAB 2
Mafahim Pertama: Status Manusia adalah Makhluk

Manusia sejatinya memang diciptakan oleh Allah al-Khdalig. Kesimpulan ini bukan
karena ada teori yang menyatakannya semisal Creation Theory, ataupun Intelligent
Design, melainkan argumentasi ini sudah inheren menyatu ada dalam pengetahuan dasar
manusia. Cuma dalam kancah ilmiah pertarungan antara kaum agamawan dan kaum
mulhid (ateis) menjadi seru karena masing-masing digerakkan oleh suatu pasukan kaum
intelektual dan gerakan politik internasional. Di satu sisi pernyataanpernyataan pemikir
ateis, terutama pemuja materialisme-evolusionis mendeklarasikan bahwa manusia ada
dengan sendirinya begitu saja sebagai akibat ledakan besar, atau manusia adalah hasil
evolusi. Perlawanan ilmiah terhadap pandangan simplistis tersebut dilakukan Harun
Yahya dengan meluncurkan ratusan karya ilmiah untuk mengangkat kembali harkat
martabat manusia kepada tingkat yang seharusnya. Berbagai penemuan ilmiah semakin
memperkuat paradigma sains qur’dni, bahwa manusia adalah makhluk yang diciptakan
dengan kadar dan karakteristik tertentu.

Kaum materialis tidak henti-hentinya menteror iman dengan bualan saintifik semu dan
palsu. Usaha teror tersebut lebih kasar bila dibandingkan dengan kelakuan Iblis.
Arqumentasi Iblis sangat menyakitkan para Malaikat bahkan mendatangkan murka Allah.
Iblis menolak perintah sujud dengan argumentasi subjektif:“aku lebih baik dari Adam’
dan “api lebih baik dari tanah? Namun jika dibandingkan, teror kaum materialis justru
lebih kasar, mereka bukan saja tidak mau tunduk kepada perintah Allah, malah menolak
keberadaan Allah Pencipta, padahal Iblis saja masih mengatakan: “Engkau ciptakan
Adam dari tanah sedangkan Engkau ciptakan aku dari api” Iblis masih mengakui siapa
penciptanya walau dia menafsirkan kehendak Pencipta berdasarkan pendapatnya sendiri.
Iblis merasa punya standar nilai sendiri, bahwa api lebih baik dari tanah” dan “manusia
lebih berhak hormat sujud kepadanya dan bukan sebaliknya. Dengan kata lain iblis
merasa bahwa pendapat, standar dan hukumnya lebih dari syari'at Allah.

Cara pandang kaum materialis tentang keberadaan Tuhan jauh lebih radikal. Komentar
Harun Yahya dalam Buku Keruntuhan Teori Evolusi tentang Materialisme.

“Paham ini mengandung sejumlah pemikiran penuh kepalsuan tent, mengapa dan
bagaimana manusia muncul di muka bumi. Materialisme me any jarkan bahwa tidak ada
sesuatu pun selain materl dan materl adalah eseng, ke segala sesuatu, baik yang hidup
maupun tak hidup. Berawal dari pernik’rap, materialisme mengingkari keberadaan Sang
Maha Pencipta, yaitu a, Dengan mereduksi segala sesuatu ke tingkat materi, teori ini
mengy manusia menjadi organ yang hanya berorientasi kepada materi dan berpaing dari
nilai-nilai moral. Ini adalah awal dari bencana besar yang akan men hidup manusia.
Kerusakan ajaran materialisme tidak hanya terbatas pada tingkat indivg, Ajaran ini juga
mengarah untuk meruntuhkan nilai-nilai dasar suatu nega, dan masyarakat dan
menciptakan sebuah masyarakat tanpa jiwa dan ray sensitif. yang hanya memperhatikan
aspek materi. Anggota masyarakat yang demikian tidak akan pernah memiliki idealisme
seperti patriotisme, cinta bangg keadilan, loyalitas, kejujuran, pengorbanan, kehormatan
atau moral yang bak sehingga tatanan sosial yang dibangunnya pasti akan hancur dalam
wakty singkat. Karena itulah, materialisme menjadi salah satu ancaman paling bera
terhadap nilai-nilai yang mendasari tatanan politik dan sosial suatu bangsa

Satu lagi kejahatan materialisme adalah dukungannya terhadap ideologideologi anarkis


dan bersifat memecah-belah, yang mengancam kelangsung an kehidupan negara dan
bangsa. Komunisme, ajaran terdepan di antan ideologi-ideologi ini, merupakan
konsekuensi politis alami dari filsafat matenals me. Karena komunisme berusaha
menghancurkan tatanan sakral sepet keluarga dan negara, ia menjadi ideologi
fundamental bagi segala bentd gerakan separatis yang menolak struktur kesatuan suatu
negara.

Teori evolusi menjadi semacam landasan ilmiah bagi materialisme, dasar pijakt* ideologi
komunisme. Dengan merujuk teori evolusi, komunisme berusa” membenarkan diri dan
menampilkan ideologinya sebagai sesuatu yang oF dan benar. Karena itulah Karl Marx,
pencetus Komunisme, menuliskan The gin of Species, buku Darwin yang mendasari teori
evolusi dengan “Inilah buku yang berisi landasan sejarah alam bagi pandangan kami”.

Anda mungkin juga menyukai