Anda di halaman 1dari 28

Tugas Terstruktur DosenPembimbing

Teori dan Teknik Konseling Mufida Istati, S.Pd, M.Pd.

“Konseling Berpusat Pada Pribadi”

Disusun Oleh :

Kelompok 1

Nikken Karmila 190101060762


Reta Ilham Azizi 190101060938
Saiful 190101060703
Seruni Sekar Arum 190101060874

BIMBINGAN DAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena berkat


izinnyalah kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul
“Konseling Berpusat Pada Pribadi”.

Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad


Saw.dan para sahabat karena berkat perjuangan merekalah kita semua
dapat menikmati manisnya iman sampai sekarang.

Kami selaku penulis mengucapakan terima kasih banyak kepada


teman-teman dan kepada ibu Dosen khususnya yang telah membimbing
kami dalam pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah
kami tidak dapat dikatakan sempurna, namun kami berusaha semaksimal
mungkin agar makalah ini sesuai dengan yang diharapkan.

Permohonan maaf kami tuturkan kepada para pembaca apabila


didalam makalah ini terdapat kata atau kalimat yang kurang berkenan.
Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang
baru kepada para pembaca. Terima Kasih/

Penulis

Banjarmasin 20 Februari 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

A. Latar Belakang.......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah..................................................................... 1

C. Tujuan....................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 4

A. Sejarah Pendekatan Konseling.................................................. 4

B.Pandangan Pendekatan Konseling terhadap hakikat manusia.

Konsep tentang pribadi sehat dan tidak sehat........................... 5

C. Karakteristik Pendekatan Konseling......................................... 8

D. Tujuan Pendekatan Konseling.................................................. 9

E. Fungsi dan peran konselor......................................................... 9

F. Hubungan konselor dengan konseli........................................... 11

G. Teknik-teknik dan prosedur konseling...................................... 12

H. Kelebihan & Keterbatasan/kritik terhadap Konseling.............. 13

I. Hasil-hasil penelitian tentang pendekatan Konseling................. 15

ii
BAB III PENUTUPAN................................................................................... 17

A. Kesimpulan............................................................................... 17

B. Saran.......................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 19

LEMBAR KERJA ANGGOTA KELOMPOK............................................ 20

HASIL PENELITIAN.................................................................................... 21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konseling merupakan uapaya pemberian bantuan pada konseli secara


pribadi maupun kelompok agar konseli mampu membuat keputusan dalam
menyelesaikan masalahnya. Konseling diberikan kepada yang memiliki masalah
maupun tidak. Karena konseling tidak hanya membantu dalam mengatasi
permasalahn pribadi namun juga masalah karir, bakat dan sosial.

Didalam layanan bimbingan dan konseling terdapat banyak pendekatan-


pendekatan konseling. Dan pendekatan-pendekatan ini haeus dipahami dan
dilaksanakn dengan baik agar proses konseling dapat berjalan dengan lancar dan
efektif. Pendekatan-pendekatan ini dipakai sesuai dengan permasalahan yang sedang
di alami oleh siswa.

Pendekatan-pendekatan ini seperti pendekatan terpusat pada pribadi,


behavioral, psikoanalisa, transaksional, REBT, dan masih banyak lagi. Nah pada
makalah ini akan membahas tentang konseling pendekatan terpusat pada pribadi.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah tentang konseling terpusat pada pribadi ?

2. Bagaimana Pandangan Konseling Terpusat pada Pribadi terhadap hakikat


manusia. Dan bagaimana Konsep tentang pribadi sehat dan tidak sehat ?

3.Apa saja Karakteristik konseling Terpusat pada Pribadi ?

1
4. Apa Tujuan konseling konseling Terpusat pada Pribadi ?

5. Apa Fungsi dan peran konselor dalam konseling Terpusat pada Pribadi ?

6. Bagaimana Hubungan konselor dengan konseli dalam konseling Terpusat


pada Pribadi ?

7. Teknik-teknik dan prosedur konseling

8. Apa saja Kelebihan & Keterbatasan dan kritik terhadap konseling Terpusat
pada Pribadi ?

9. Bagiamana Hasil penelitian tentang pendekatan konseling Terpusat pada


Pribadi ?

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Sejarah Konseling Terpusat pada Pribadi

2. Untuk Mengetahui Pandangan Konseling Terpusat pada Pribadi terhadap


hakikat manusia. Fan Konsep tentang pribadi sehat dan tidak sehat

3. Untuk Mengetahui Karakteristik konseling Terpusat pada Pribadi.

4. Untuk Mengetahui Tujuan konseling Terpusat pada Pribadi

5. Untuk Mengetahui Fungsi dan peran konselor dalam konseling Terpusat pada
Pribadi

6. Untuk Mengetahui Hubungan konselor dengan konseli dalam konseling


Terpusat pada Pribadi

7. Untuk Mengetahui Teknik-teknik dan prosedur konseling Terpusat pada


Pribadi

2
8. Untuk Mengetahui Kelebihan & Keterbatasan dan kritik terhadap konseling
Terpusat pada Pribadi

9. Untuk Mengetahui Hasil penelitian tentang pendekatan konseling Terpusat


pada Pribadi

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Konseling Terpusat pada Pribadi

Pendekatan konseling ini didirikan dan dikembangkan oleh Carl Ransom


Rogers pada tahun 1940-an. Carl Ransom Rogers, salah seorang psikolog klinis
yang sangat menekuni bidang konseling dan psikoterapi 1. Rogers adalah seorang
empirisme yang mendasarkan teoriteorinya pada data mentah, ia percaya
pentingnya pengamatan subyektif, ia percaya bahwa pemikiran yang teliti dan
validasi penelitian diperlukan untuk menolak kecurangan diri (self-deception).

Perkembangan pendekatan ini terbagi menjadi empat periode. Empat


periode perkembangan person-centered counseling (konseling berpusat pribadi),
yaitu

a. Periode pertama: tahun 1940-an. Pada periode ini pendekatan ini bernama
konseling nondirektif: alternatif bagi pendekatan direktif dan interpretif.
Pendekatan ini lebih menekankan penciptaan suasana permisif dan nondirektif
dalam proses konseling.

b. Periode kedua: Tahun 1950-an, pendekatan ini bernama Client-Centered


Therapy yang Merefleksikan penekanan pada konseli daripada metode
nondirektif. Pada periode ini, Rogers menekankan perubahan dari
klarifikasi/refleksi perasaan ke penekanan pada dunia fenomenologi konseli.

c. Periode Ketiga: 1950-an s.d 1970-an, pendekatan ini menekankan pada kondisi-
kondisi konseling yang diperlukan dan mencukupi bagi perubahan konseli.
1
Yulia Ramitha, 2019, Pengaruh Pendekatan Client Centered Terhadap Kepercayaan Diri Siswa
Kelas Viii-1 Di Smp Negeri 7 Kisaran, Skripsi, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Medan. hal.
8

4
d. Periode keempat: 1980-an dan 1990-an merupakan pengembangan pendekatan
ini secara meluas dalam bidang pendidikan, industri, kelompok, resolusi
konflik, dan pencarian perdamaian dunia. Pendekatan ini memiliki
pengaruh/aplikasi yang sangat luas dalam berbagai bidang kehidupan. Maka
pendekatan ini menjadi Person-Centered Approach (Corey,2013)2

B. Pandangan Konseling Terpusat pada Pribadi terhadap hakikat manusia. Dan


Konsep tentang pribadi sehat dan tidak sehat

Pendekatan konseling terpusat pribadi didasarkan pada pandangan bahwa


manusia adalah makhluk yang baik dan dapat dipercaya, lebih bijak dari
inteleknya , makhluk yang mengalami, makhluk yang bersifat subjektif, dan
manusia memiliki dorongan ke arah aktualisasi diri (Burk & Stefflre, 1979)

Menurut Sayekti (1997), dalam konsepsi Rogers tentang hakekat manusia


adalah: Manusia tumbuh melalui pengalamannya, baik melalui perasaan, berfikir,
kesadaran ataupun penemuan. Manusia adalah makhluk subyektif, secara esensial
manusia hidup dalam pribadinya sendiri, Manusia juga memiliki hubungan yang
akrab sebagai cara memenuhi kebutuhannya. Pada umumnya setiap manusia
memiliki kebutuhan-kebutuhan untuk bebas, spontan, bersama-sama dan saling
berkomunikasi. Selain itu, manusia juga memiliki kecenderungan ke arah
aktualisasi.3

Pandangan client – centered tentang sifat manusia menolak konsep tentang


kecenderungan – kecenderungan negative dasar. Sementara beberapa pendekatan
beranggapan bahwa manusia menurut kodratnya adalah irrasional dan
2
M. Ramli, Nur Hidayah dkk, 2017, Sumber Belajar Penunjang Plpg 2017 Mata
Pelajaran/Paket Keahlian Bimbingan Dan Konseling, Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Guru Dan Tenaga Kependidikan. hal. 7
3
Ulfa Danni Rosada, Model Pendekatan Konseling Client Centered Dan Penerapannya
Dalam Praktik, Courshelia Jurbal Bimbingan Dan Konseling. hal.16

5
berkecenderungan merusak terhadap dirinya sendiri maupun orang lain kecuali
jika telah menjalani sosialisasi. Rogers menunjukkan kepercayaan yang mendalam
pada manusia. Ia memandang manusia terisolasi dan bergerak ke muka, berjuang
untuk berfungsi penuh, serta memiliki kebaikan yang positif pada intinya yang
terdalam. Pendekatan manusia dipercayai karena pada dasanya kooperatif dan
konstruktif, tidak perlu diadakan pengendalian terhadap dorongan – dorongan
agresifnya.

Menurut Carl Roger menyebut bahwa client centered sebagai konseling


non-direktif, menyatakan bahwa client centeredcounseling adalah suatu teknik
dalam bimbingan dan konseling yang menjadi pusatnya adalah klien dan bukan
konselor.

1. Konsep Pribadi Sehat

Rogers (Corey, 2009; Sharf, 2012) menggambarkan individu yang sehat


atau individu yang memiliki pribadi sehat adalah mereka yang dapat
mengaktualisasikan dirinya. Rogers (Corey, 2009; Rykman; 2008; Sharf, 2012)
menyebut individu yang dapat mengaktualisasikan diri adalah mereka yang dapat
memberdayakan atau mewujudkan semua potensinya secara optimal, dan
menjadi pribadi yang berfungsi penuh (fully functioning person). Individu yang
dapat mengaktualisasikan diri dan menjadi pribadi sepenuhnya inilah yang
menjadi gambaran orang sehat. Rogers (Corey, 2009; Rykman, 2008; Sharf,
2012) menggambarkan beberapa ciri individu yang mengaktualisasikan diri,
diantaranya adalah:

a. Terbuka terhadap pengalaman. Individu yang mengaktualisasikan diri adalah


mereka yang tidak defensif - menggunakan mekanisme pertahanan diri untuk
membiaskan atau mengingkari pengalaman. Individu dapat menerima
(terbuka) terhadap semua bentuk perasaan yang dialaminya – takut, benci,
marah, kecewa, gelisah, bergairah – dan dapat menyadari dan menerima

6
semua pengalamannya, baik yang menyenangkan maupun tidak
menyenangkan.

b. Menampilkan hidup eksistensial. Individu yang mengaktualisasikan diri dapat


mengalami semua pengalaman dalam situasi sekarang, memiliki makna dan
tujuan hidup, yakni memiliki arahan yang jelas dalam kehidupannya dan
selalu berusaha untuk melakuan hal-hal yang bermakna baik bagi dirinya
sendiri maupun orang lain.

c. Mampu mempercayai dirinya. Individu yanng mengaktualisasikan diri dapat


mempercai kemampuan dirinya, yakni memiliki keyakinan bahwa dirinya
memiliki kecakapan dan hal-hal positif yang dikomunikasikan oleh orang lain.

2. Konsep Pribadi tidak Sehat

Individu yang tidak dapat mengaktualisasikan dirinya, atau tak dapat


menangani hambatan-hambatan untuk mengaktualisasikan dirinya, dan menjadi
individu yang tak terbuka terhadap pengalaman, berpotensi menjadi individu
atau mengembangkan kepribadian yang tidak sehat. Sebagaimana dikemukakan
Rogers (Corey, 2009; Sharf, 2012) individu akan mengembangkan pribadi tidak
sehat jika individu mendapatkan hambatan dalam perjuangannya untuk
mengaktualisasikan dirinya, atau jika individu tidak terbuka terhadap
pengalaman ketika terjadi kesenjangan yang lebar antara pengalaman pribadi
dan pandangan diri.

Dalam ajaran tentang konsep diri atau self, Rogers menyebut


pengalaman pribadi sebagai diri nyata (actual self) dan pandangan diri sebagai
diri ideal (self-ideal) (Corey, 2009; Sharf, 2012). Semakin besar atau lebar
ketidak selarasan antara pengalaman individu dengan konsep dirinya,
menyebabkan individu semakin tidak bisa mengontrol perilakunya. Adanya

7
konflik yang terjadi secara terus-menerus antara pengalaman dan pandangan
terhadap diri dapat menyebabkan individu mengalami gangguan psikologis.

C. Karakteristik konseling Terpusat pada Pribadi

Konseling antar pribadi memiliki karakteristik:

(1) Memusatkan pada tanggung jawab dan kemampuan konseli untuk menemukan
cara-cara yang lebih tepat dalam menghadapi kenyataan,

(2) Menekankan pada dunia pengalaman atau dunia subjektif konseli,

(3) Menerapkan prinsip-prinsip yang sama pada semua pribadi—normal, neurotik,


dan psikotik,

(4) Konseling dan psikoterapi hanyalah salah satu contoh hubungan yang
konstruktif,

(5) Sikap-sikap konselor—genuineness, nonpossessive acceptance, dan accurate


empathy– merupakan kondisi yang mutlak diperlukan dan mencukupi bagi
efektivitas konseling,

(6) teori KBP berkembang melalui penelitian tentang proses dan hasil konseling,
dan

(7) menekankan pada kekuatan dari dalam diri individu dan dampak revolusioner
dari kekuatan tersebut.4

D. Tujuan konseling konseling Terpusat pada Pribadi

4
M. Ramli dkk, Op.cit. hal 7-8

8
Konseling terpusat pada pribadi bertujuan untuk membina kepribadian konseli
secara integral, berdiri sendiri, dan mempunyai kemampuan untuk memecahkan
masalah sendiri. Kepribadian yang integral adalah struktur kepribadiannya tidak
terpecah artinya sesuai antara gambaran tentang diri yang ideal (ideal-self)
dengan kenyataan diri sebenarnya (actual-self). Kepribadian yang berdiri sendiri
adalah yabg mampu menetukan pilihansendiri atas dasar tanggung jawab dan
kemampuan. Tidak tergantung pada orang lain.

Sebelum Menentukan pilihan tentu individu harus memahami dirinya (kekuatan


dan kelemahan diri), dan kemudian keadaan diri tersebut harus ia terima. Selain
itu, tujuan Konseling terpusat pada pribadi adalah agar konseli memiliki
keterbukaan pada pengalaman, kepercayaan yang lebih besar kepada dirinya,
keinginan untuk menjadi pribadi, dan meningkatkan spontanitas hidup.5

E. Fungsi dan peran konselor dalam konseling Terpusat pada Pribadi

Peran konselor dalam model pendekatan konseling client centered adalah :

(1) Konselor tidak memimpin, mengatur atau menentukan proses perkembangan


konseling, tetapi hal tersebut dilakukan oleh klien itu sendiri.

(2) Konselor merefleksikan perasaan-perasaan klien, sedangkan arah pembicaraan


ditentukan oleh klien.

(3) Konselor menerima klien dengan sepenuhnya dalam keadaan seperti apapun.

(4) Konselor memberi kebebasan pada klien untuk mengeksperisikan perasaan-


perasaan sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya.6

Gerald corey menerangkan peran konselor yakni:


5
Sofyan S.Willis, 2019, Konseling Individual Teori dan Praktek, ALFABETA, Bandung. hal. 64
6
Rosada, Op.cit, hal. 17

9
1) Memberikan penghargaan yang positif yang tidak terkondisi bagi klien

2) Memberikan pemahaman empatik untuk melihat kekeliruan yang dialami klien

3) Mendengarkan dan mengobservasi lebih jauh untuk mendapat aspek verbal dan
emosional.

4) Peduli dan ramah karna tugas utama terapis yakni memahami dunia klien sebaik
mungkin dan mendorong klien untuk bertanggung jawab terhadapperbuatan dan
keputusan yang diambilnya.

Ada beberapa fungsi yang perlu dimiliki oleh seorang konselor dalam konseling
adalah sebagai berikut :

1) Menciptakan hubungn yang kondusif, terbuka, penuh pengertian,


danpenerimaan agar klien bebas menceritakan masalahnya

2) Mendorong kemampuan klien untuk melihat berbagai potensinya yang


dapatmenjadi acuan dalam pengambilan keputusan.

3) Mendorong klien agar ia yakin bahwa ia mampu mmenyelesaikan masalahyang


dihadapinya.

4) Mendorong klien agar dapat mengambil keputusan dan bertanggung


jawabsepenuhnya atas keputusan yang telah ditetapkan.7

F. Hubungan konselor dengan konseli dalam konseling Terpusat pada Pribadi

Aktivitas bimbingan dan konseling, pada dasarnya, merupakan interaksi


timbal-balik, yang di dalamnya terjadi hubungan saling mempengaruhi antara
konselor sebagai pihak yang membantu dan konseli sebagai pihak yang dibantu.

7
Yulia Ramitha, Op.cit, hal. 12-13

10
Hanya saja, mengingat konselor diasumsikan sebagai pribadi yang akan
membimbing konseli dalam mencapai tujuan tertentu, maka dalam relasi ini sangat
dibutuhkan adanya kapasitas tertentu yang harus dimiliki oleh seorang konselor.

Dalam konseling ini yang terpenting yaitu sebuah hubungan interpersonal


yang konstruktif, sehingga dalam prosesnya akan membangun teori dari
pengalaman. Keberhasilan dalam memecahkan masalah ditentukan oleh suasana,
kondisi, dan hubungan yang tepat yang diciptakan oleh konselor selama proses
konseling berlangsung. Dalam proses konseling, konselor harus bersikap ramah,
bersahabat, dan menerima konseli sebagaimana adanya, selain itu konselor harus
mampu menjadi pendengar yang baik. Karena hubungan konseling akan semakin
kuat jika konseli merasa didengarkan dan dipahami secara empatik, dan bukan
dinilai.

Konseli akan merasakan adanya penghargaan positif tanpa syarat dan


merasa didengarkan oleh konselor. Hubungan ini dapat disebut kongruen karena
konselor mampu menempatkan dirinya sebagai pendengar yang baik, mampu
memahami dan mengkomunikasikan pengalaman psikologis konseli. Seringkali
konseli mengalami ketidakselarasan dalam dirinya, misalnya tampak ketika
ekspresi wajah dan suaranya tak sesuai dengan apa yang dikatakannya. Konseli
diberi kebebasan untuk mengekspresikan diri dan emosinya serta dipercaya untuk
(sertanggung jawab) menyelesaikan masalah.8

G. Teknik-teknik dan prosedur konseling Terpusat pada Pribadi

1. Teknik-teknik

Client centered sebagai teknik, ia merupakan suatu cara yang penekanan


masalah ini adalah dalam hal filosofis dan sikap konselor, dan mengutamakan
8
Sofyan S.Willis, hal. 65

11
hubungan konseling ketimbang perkataan dan perbuatan konselor.
Implementasi teknik konseling didasari oleh paham filsafat dan sikap konselor
tersebut. Karena itu teknik konseling Rogers berkisar antara lain pada caracara
penerimaan pernyataan dan komunikasi, menghargai orang lain dan
memahaminya (klien). Karena itu dalam teknik dapat digunakan sifatsifat
konselor berikut:

a. Acceptance artinya konselor menerima klien sebagaimana adanya dengan


segala masalahnya. Jadi sikap konselor adalah menerima secara netral.

b. Congruence artinya karakteristik konselor adalah terpadu, sesuai kata dengan


perbuatan dan konsisten.

c. Understanding artinya konselor harus dapat secara akurat dan memahami


secara empati dunia klien sebagaimana dilihat dari dalam diri klien itu.

d. Non-judgemental artinya tidak memberi penilaian terhadap klien, akan tetapi


konselor selalu objektif

2. Prosedur Konseling Terpusat pada Pribadi

Menurut Gerald Corey, langkah-langkah pelaksanaan penerapan client centered


sebagai berikut :

1) Klien datang kepada konselor atas kemauan sendiri. Apabila klien datang
atassuruhan orang lain, maka konselor harus mampu menciptakan situasi
yangsangat bebas dan permisif dengan tujuan klien memilih apakah ia akan
terusminta bantuan atau akan membatalkannya.

2) Situasi konseling sejak awal harus menjadi tanggung jawab klien, untuk
itukonselor menyadarkan klien.

12
3) Konselor memberanikan klien agar ia mampu mengemukakan
perasaannya.Konselor harus bersikap ramah, bersahabat, dan menerima
klien sebagaimanaadanya

4) Konselor menerima perasaan klien serta memahaminya

5) Konselor berusaha agar klien dapat memahami dan menerima keadaan


dirinya

6) Klien menentukan pilihan sikap dan tindakan yang akan diambil


(perencanaan)

7) Klien merealisasikan pilihannya itu.9

H. Kelebihan & Keterbatasan dan kritik terhadap konseling Terpusat pada


Pribadi

Client centered sendiri merupakan model pendekatan konseling yang tentunya


memiliki kelebihan serta keterbatasan. Adapun kelebihan dan keterbatasan itu
adalah:

1. Kelebihan

a. Pemusatan pada konseli dan bukan pada konselor

b. Identifikasi dan hubungan terapi sebagai wahana utama dalam mengubah


kepribadian.

c. Lebih menekankan pada sikap terapi daripada teknik.

d. Penekanan emosi, perasaan, perasaan dan afektif dalam terapi.

e. Menawarkan perspektif yang lebih up-to-date dan optimis.

9
Ibid, 65-66

13
f. Konseli memiliki pengalaman positif dalam terapi ketika mereka focus dalam
menyelesaiakan masalahnya.

g. Klien merasa mereka dapat mengekpresikan dirinya secara penuh ketika


mereka mendengarkan dan tidak di justifikasi

h. menekankan bahwa konseli dapat menentukan keberhasilan atau kegagalan


proses konseling.

i. mengajarkan konseli diberi kebebasan untuk merubah dirinya sendiri.

j. menekankan pentingnya hubungan secara pribadi dalam proses konseling.

k. konselor berperan untuk mengarahkan dan menunjukan sikap penuh


pemahaman dan penerimaan.10

2. Keterbatasan

a. Terkadang konseli seolah-olah merasa tidak diarahkan dan merasa tidak


adanya tujuan yang jelas dari proses konseling, apalagi jika tidak adanya
pengarahan dan sasaran dari konselor.

b. Pendekatan ini dianggap terlalu terikat pada lingkungan kebudayaan Amerika


Serikat, yang sangat menghargai kemandirian seseorang dan pengembangan
potensi dalam kehidupan masyarakat.

c. konseling client centered yang beraliran ortodok akan sulit diterapkan siswa
dan mahasiswa, serta jarang dilaksanakan dalam institusi pendidikan di
Indonesia.11

I. Hasil Penelitian Tentang Konselig Terpusat Pada Pribadi


10
Rosada, hal.20
11
Yulia Ramitha, hal 15-16

14
Judul: “PELAKSANAAN KONSELING KELOMPOK DENAGAN
PENDEKATAN PERSON-CENTERD THERAPY DALAM MENANGANI
KASUS DIRI RENDAH EMPATMAHASISWA ANGKATAN 2014 PRODI
BIMBINGAN KONSELING FAKULTAS PENDIDIKAN DAN BAHASA
UNIKAATMAJAYA”

Abstrak

Regulasi diri adalah perubahan yang dilakukan oleh diri sendiri dengan cara
mengubah beberapa aspek dari diri sesuai dengan konsep standar yang dipilih oleh
diri sendiri atau ditentukan oleh lingkungan social. Penelitian ini adalah penelitian
tindakan bimbingan dan konseling yang bertujuan untukmengetahui mengenai
penanganan mahasiswa yang mempunyai regulasi diri rendah melalui konseling
kelompok dengan pendekatan Person-Centered Therapy. Pengukuran tingkat
regulasi diri diukur dengan menggunakan skala penilaian yang diberikan sebelum
dan sesudah tindakan berupa konseling kelompok. Pendekatan Person-Centered
Therapy dalamkonseling kelompok dapat membantu menangani masalah (1)
pencegahan, pengembangan pribadi dan pengentasan masalah, (2) ajang latihan
untuk mengubah perilaku yang kurang memuaskan menjadi lebih memuaskan, (3)
tempat para anggota kelompok belajar keterampilan sosial, (4) tempat anggota
akan menjalin hubungan pribadi lebih dalam, dan (5) meningkatkan motif individu
untuk berkarya melalui interaksi yang intensif dan dinamis dalam kelompok.
Dalam masalah regulasi diri, pendekatan PersonCentered Therapy dalam
konseling kelompok berhasil meningkatkan motif para anggota kelompok untuk
memperbaiki prestasi belajar dan kinerja dalam proses belajar, tetapi pendekatan
ini kurang berhasil mengubah perilaku subjek penelitian untuk melakukan regulasi
diri dalam waktu yang singkat. Dibutuhkan dua siklus untuk dilakukan tindakan
lebih lanjut yaitu siklus pertama untuk menyembuhkan luka batin dan siklus yang
kedua untuk membantu subyek memperbaiki regulasi dirinya.

15
Kata kunci: regulasi diri, konseling kelompok

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Konseling terpusat pada pribadi (Client Centerede Counseling) dikembangkan


oleh Carl Ransom Rogers pada tahun 1940-an. Carl Ransom Rogers, salah

16
seorang psikolog klinis yang sangat menekuni bidang konseling dan
psikoterapi.

2. Konseling terpusat pada pribadi didasarkan pada pandangan bahwa manusia


adalah makhluk yang baik dan dapat dipercaya, lebih bijak dari inteleknya ,
makhluk yang mengalami, makhluk yang bersifat subjektif, dan manusia
memiliki dorongan ke arah aktualisasi diri.

3. Konseli menjadi pusat dalam Konseling, Aspek perasaan menjadi saran dalam
konseling.

4. Konseling terpusat pada pribadi bertujuan untuk membina kepribadian konseli,


agar konseli mampu menentukan pilihanny sendiri, serta bertanggungjawab
dalam memecahkan masalahnya.

5. Konselor tidak mengatur konseli, konselor menerima konseli dengan


sepenuhnya, konselor memberikan penghargaan postif kepada konselir, serta
konselor merefleksikan perasaan konseli

6. Dalam konseling ini sangat penting membangun hubungan interpersonal.


Konselor mendengarkan konseli dan memberikan kebebasan kepda konseli
dalam mengekspresikan dirinya.

7. Teknik-teknik konseling ini yaitu Acceptance, Congruence, Understanding,


Non-judgemental.

8. Kelebihan Konseling ini yaitu konseling lebih menekankan pada perasaan


konseli, konseli dapat mengalami pengalaman positif. Keterbatasannya yaitu
terkadang konseli merasa tidak diarahkan.

B. Saran

17
Kami sebagai penulis berharap agar para pembaca dapat memahami makalh
kami dengan baik dan dapat merelisasikan apa yang telah dipahami dalam
prakteknya.

DAFTAR PUSTAKA

S. Willis. Sofyan, 2014, Konseling Individual Teori dan Praktek (Bandung: Alfabeta)

Ulfa Dani Rosada, 2016, Jurnal, Model Pendekatan Konseling Client Centered dan
Penerapan Dalam Praktiknya, (Yogyakarta : Universitas Ahmad Dahlan,)

18
Ramli. M, Nur Hidayah dkk, 2017, Sumber Belajar Penunjang Plpg 2017 Mata
Pelajaran/Paket Keahlian Bimbingan Dan Konseling, Kementerian
Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru Dan Tenaga
Kependidikan.

Ramitha, Yila. 2019, Pengaruh Pendekatan Client Centered Terhadap Kepercayaan


Diri Siswa Kelas Viii-1 Di Smp Negeri 7 Kisaran, Skripsi, Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara, Medan

LEMBAR KERJA ANGGOTA KELOMPOK

No Nama Nim Tugas Yang TTD


Dikerjakan

1. Seruni Sekar Arum 190101060874 Mencari


Materi Poin

19
1-5, Hasil
Penelitian
dan Mencari
Video
2. Saiful 190101060703 Mencari
Materi Poin 8
dan Hasil
Penelitian

3. Nikken Karmila 190101060762 Mencari


Materi Poin
6, Hasil
Penelitian
dan Membuat
PPT
4. Reta Ilham Azizi 190101060938 Mencari
Materi Poin 7

HASIL PENELITIAN

1. Seruni Sekar Arum

Judul: Penggunaan Konseling Client Centered untuk Meningkatkan


Kemandirian Belajar Siswa

Abstrak

20
Penggunaan konseling client centered untuk meningkatkan kemandirian
belajar pada siswa. Masalah dalam penelitianini kemandirian belajar siswa
rendah.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan
kemandirian belajar dengan menggunakan konseling client centered pada
siswa kelas XI SMA Negeri 14 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2017/2018.
Penelitian ini menggunakan metode pre-eksperimental group pretest-
posttest design kemudian dianalisis dengan menggunakan uji Wilcoxon.
Subjek penelitian sebanyak 4 siswa yang memiliki kemandirian belajar
rendah. Teknik pengumpulan data menggunakan skala kemandirian belajar.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kemandirian belajar mengalami
peningkatan setelah diberikan konseling Client Centered. Hasil analisis
dengan membandingkan data posttest dan pretest, diperoleh harga z hitung =
-1,826 dan ztabel = 1.645 dengan taraf signifikanp = 0,068 maka Ho ditolak
dan Ha diterima. Artinya terdapat peningkatan pada kemandirian belajar
setelah diberikan layanan konseling client centered pada siswa.
Kesimpulan penelitian ini adalah konseling client centered dapat
dipergunakan untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa pada siswa
kelas XI SMA Negeri 14 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2017/2018.

Kata kunci: bimbingan dan konseling, konseling client centered,


kemandirian belajar

2. Saipul

Judul : PENERAPAN PERSON CENTERED THERAPY DI SEKOLAH


(EMPATHY, CONGRUENCE, UNCONDITIONAL POSITIVE
REGARD) DALAM MANAJEMEN KELAS

Abstrak

21
Artikel ini membahas Person centered therapy dibidang konseling, untuk
membantu dalam proses hubungan, empathy, congruence, unconditional
positive regard, sebagai konsep penting pendekatan tersebut dan sebagai
saran terhadap manajemen kelas. Merupakan hal yang penting jika proses
belajar-mengajar berpusat pada siswa, sehingga pertimbangan siswa akan
berpusat pada segala hal yang berhubungan dengan pendidikan. Ketika
siswa menjadi bagian dari suatu keputusan maka siswa akan merasa ikut
berperan dan bertanggung jawab. Dalam person centered therapy
mungkin tidak menawarkan solusi yang siap jadi atau mengarahkan klien
untuk mengikuti strategi mengatasi masalah tertentu. Apa yang terapis
lakukan adalah menggunakan kesempatan dalam hubungan kepercayaan
melalui penghargaan terhadap klien sehingga masalah yang dihadapi
dapat diselesaikan. Secara keseluruhan, klien diasumsikan dapat memiliki
kemampuan untuk membuat solusi atas permasalahannya, dan terapis
hanya bertindak sebagai teman dalam proses penyembuhan.

Kata kunci : Person centered therapy, empathy, congruence,


unconditional positive regard

3. Reta Ilham Azizi

Judul : Penggunaan Pendekatan Konseling Client Centered untuk


Meningkatkan Konsep Diri Pada Siswa

Abstrak

22
Penggunaan Konseling Client Centered untuk Meningkatkan Konsep Diri
Siswa Kelas XII IPS 1. Permasalahan dalam penelitian ini adalah konsep
diri negative siswa. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penggunaan
konseling client centered untuk meningkatkan konsep diri pada siswa
kelas XII IPS 1 Tahun Ajaran 2019. Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimen one group design pre test dan post test, dengan teknik analisis
data menggunakan uji Wilcoxon. Subjk penelitian ini sebanyak 5 siswa
kelas XII IPS 1. Teknik pengumpulan data menggunakan skala konsep
diri dan wawancara. Hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan
konsep diri terhadap siswa yang diberi layanan konseling client centered.
Dapat disimpulkan bahwa penggunaan konseling cliet centered dapat
meningkatkan konsep diri pada siswa kelas XII IPS 1 SMA Teladan
WayJepara Lampung Timur Tahun Ajaran 2018/2019.

Kata kunci: konseling client centered, konsep diri siswa, meningkatkan

4. Nikken Karmila

Judul : EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK

CLIENT CENTERED UNTUK MENINGKATKAN

PERCAYA DIRI PESERTA DIDIK KELAS X

Abstrak

Percaya diri adalah sikap positif seorang individu yang kemampuan dirinya
untuk mengembangkan nilai positif baik terhadap diri sendiri maupun
terhadap lingkungan atau situasi yaang dihadapinya. Dimana individu
merasa memiliki kopetensi, yakni, mampu dan percaya ia bisa karena

23
didukung oleh pengalaman, potensi actual, prestasi, serta harapan yang
realistik terhadap diri sendiri. Konseling kelompok adalah sebagai salah
satu upaya pemberian bantuan kepada individu yang mengalami masalah-
masalah pribadi melalui kegiatan kelompok agar tercapai perkembagan
yang optimal. Client centered theraphy adalah klien diberi kesempatan
mengemukakan persoalan, perasaan dan pikiran- pikirannya secara bebas.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dalam bentuk quasi experimental
design dengan desain yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
nonequivalent control group design. Pada dua kelompok tersebut sama-
sama dilakukan pretest dan posttest. Dalam penelitian ini berfokus pada
keefektifan layanan konseling kelompokdengan teknik Client Centered
untuk meningkatkan percaya diri peserta didik dengan teknik pengumpulan
data yang digunakan yaitu angket. Adapun hasil dapat diketahui bahwa
nilai z hitung eksperimen z tabel kontrol (2.384 2.375), hal ini
menunjukkan bahwa ditolak dan diterima. Selain itu didapat nilai rata-rata
posttest kelas pada kelas eksperimen lebih besar dari kelas kontrol (96,86
84,00). Jika dilihat dari hasil yang telah didapat maka peningkatan pada
kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Dengan
demikian dapat dapat dinyatakan bahwa konseling kelompok dengan teknik
client centered dapat meningkatkan percaya diri peserta didik kelas X di
SMK Negeri 5 Bandar Lampung

24

Anda mungkin juga menyukai