Disusun Oleh :
Kelompok 1
2021
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 1
C. Tujuan....................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 4
ii
BAB III PENUTUPAN................................................................................... 17
A. Kesimpulan............................................................................... 17
B. Saran.......................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 19
HASIL PENELITIAN.................................................................................... 21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1
4. Apa Tujuan konseling konseling Terpusat pada Pribadi ?
5. Apa Fungsi dan peran konselor dalam konseling Terpusat pada Pribadi ?
8. Apa saja Kelebihan & Keterbatasan dan kritik terhadap konseling Terpusat
pada Pribadi ?
C. Tujuan
5. Untuk Mengetahui Fungsi dan peran konselor dalam konseling Terpusat pada
Pribadi
2
8. Untuk Mengetahui Kelebihan & Keterbatasan dan kritik terhadap konseling
Terpusat pada Pribadi
3
BAB II
PEMBAHASAN
a. Periode pertama: tahun 1940-an. Pada periode ini pendekatan ini bernama
konseling nondirektif: alternatif bagi pendekatan direktif dan interpretif.
Pendekatan ini lebih menekankan penciptaan suasana permisif dan nondirektif
dalam proses konseling.
c. Periode Ketiga: 1950-an s.d 1970-an, pendekatan ini menekankan pada kondisi-
kondisi konseling yang diperlukan dan mencukupi bagi perubahan konseli.
1
Yulia Ramitha, 2019, Pengaruh Pendekatan Client Centered Terhadap Kepercayaan Diri Siswa
Kelas Viii-1 Di Smp Negeri 7 Kisaran, Skripsi, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Medan. hal.
8
4
d. Periode keempat: 1980-an dan 1990-an merupakan pengembangan pendekatan
ini secara meluas dalam bidang pendidikan, industri, kelompok, resolusi
konflik, dan pencarian perdamaian dunia. Pendekatan ini memiliki
pengaruh/aplikasi yang sangat luas dalam berbagai bidang kehidupan. Maka
pendekatan ini menjadi Person-Centered Approach (Corey,2013)2
5
berkecenderungan merusak terhadap dirinya sendiri maupun orang lain kecuali
jika telah menjalani sosialisasi. Rogers menunjukkan kepercayaan yang mendalam
pada manusia. Ia memandang manusia terisolasi dan bergerak ke muka, berjuang
untuk berfungsi penuh, serta memiliki kebaikan yang positif pada intinya yang
terdalam. Pendekatan manusia dipercayai karena pada dasanya kooperatif dan
konstruktif, tidak perlu diadakan pengendalian terhadap dorongan – dorongan
agresifnya.
6
semua pengalamannya, baik yang menyenangkan maupun tidak
menyenangkan.
7
konflik yang terjadi secara terus-menerus antara pengalaman dan pandangan
terhadap diri dapat menyebabkan individu mengalami gangguan psikologis.
(1) Memusatkan pada tanggung jawab dan kemampuan konseli untuk menemukan
cara-cara yang lebih tepat dalam menghadapi kenyataan,
(4) Konseling dan psikoterapi hanyalah salah satu contoh hubungan yang
konstruktif,
(6) teori KBP berkembang melalui penelitian tentang proses dan hasil konseling,
dan
(7) menekankan pada kekuatan dari dalam diri individu dan dampak revolusioner
dari kekuatan tersebut.4
4
M. Ramli dkk, Op.cit. hal 7-8
8
Konseling terpusat pada pribadi bertujuan untuk membina kepribadian konseli
secara integral, berdiri sendiri, dan mempunyai kemampuan untuk memecahkan
masalah sendiri. Kepribadian yang integral adalah struktur kepribadiannya tidak
terpecah artinya sesuai antara gambaran tentang diri yang ideal (ideal-self)
dengan kenyataan diri sebenarnya (actual-self). Kepribadian yang berdiri sendiri
adalah yabg mampu menetukan pilihansendiri atas dasar tanggung jawab dan
kemampuan. Tidak tergantung pada orang lain.
(3) Konselor menerima klien dengan sepenuhnya dalam keadaan seperti apapun.
9
1) Memberikan penghargaan yang positif yang tidak terkondisi bagi klien
3) Mendengarkan dan mengobservasi lebih jauh untuk mendapat aspek verbal dan
emosional.
4) Peduli dan ramah karna tugas utama terapis yakni memahami dunia klien sebaik
mungkin dan mendorong klien untuk bertanggung jawab terhadapperbuatan dan
keputusan yang diambilnya.
Ada beberapa fungsi yang perlu dimiliki oleh seorang konselor dalam konseling
adalah sebagai berikut :
7
Yulia Ramitha, Op.cit, hal. 12-13
10
Hanya saja, mengingat konselor diasumsikan sebagai pribadi yang akan
membimbing konseli dalam mencapai tujuan tertentu, maka dalam relasi ini sangat
dibutuhkan adanya kapasitas tertentu yang harus dimiliki oleh seorang konselor.
1. Teknik-teknik
11
hubungan konseling ketimbang perkataan dan perbuatan konselor.
Implementasi teknik konseling didasari oleh paham filsafat dan sikap konselor
tersebut. Karena itu teknik konseling Rogers berkisar antara lain pada caracara
penerimaan pernyataan dan komunikasi, menghargai orang lain dan
memahaminya (klien). Karena itu dalam teknik dapat digunakan sifatsifat
konselor berikut:
1) Klien datang kepada konselor atas kemauan sendiri. Apabila klien datang
atassuruhan orang lain, maka konselor harus mampu menciptakan situasi
yangsangat bebas dan permisif dengan tujuan klien memilih apakah ia akan
terusminta bantuan atau akan membatalkannya.
2) Situasi konseling sejak awal harus menjadi tanggung jawab klien, untuk
itukonselor menyadarkan klien.
12
3) Konselor memberanikan klien agar ia mampu mengemukakan
perasaannya.Konselor harus bersikap ramah, bersahabat, dan menerima
klien sebagaimanaadanya
1. Kelebihan
9
Ibid, 65-66
13
f. Konseli memiliki pengalaman positif dalam terapi ketika mereka focus dalam
menyelesaiakan masalahnya.
2. Keterbatasan
c. konseling client centered yang beraliran ortodok akan sulit diterapkan siswa
dan mahasiswa, serta jarang dilaksanakan dalam institusi pendidikan di
Indonesia.11
14
Judul: “PELAKSANAAN KONSELING KELOMPOK DENAGAN
PENDEKATAN PERSON-CENTERD THERAPY DALAM MENANGANI
KASUS DIRI RENDAH EMPATMAHASISWA ANGKATAN 2014 PRODI
BIMBINGAN KONSELING FAKULTAS PENDIDIKAN DAN BAHASA
UNIKAATMAJAYA”
Abstrak
Regulasi diri adalah perubahan yang dilakukan oleh diri sendiri dengan cara
mengubah beberapa aspek dari diri sesuai dengan konsep standar yang dipilih oleh
diri sendiri atau ditentukan oleh lingkungan social. Penelitian ini adalah penelitian
tindakan bimbingan dan konseling yang bertujuan untukmengetahui mengenai
penanganan mahasiswa yang mempunyai regulasi diri rendah melalui konseling
kelompok dengan pendekatan Person-Centered Therapy. Pengukuran tingkat
regulasi diri diukur dengan menggunakan skala penilaian yang diberikan sebelum
dan sesudah tindakan berupa konseling kelompok. Pendekatan Person-Centered
Therapy dalamkonseling kelompok dapat membantu menangani masalah (1)
pencegahan, pengembangan pribadi dan pengentasan masalah, (2) ajang latihan
untuk mengubah perilaku yang kurang memuaskan menjadi lebih memuaskan, (3)
tempat para anggota kelompok belajar keterampilan sosial, (4) tempat anggota
akan menjalin hubungan pribadi lebih dalam, dan (5) meningkatkan motif individu
untuk berkarya melalui interaksi yang intensif dan dinamis dalam kelompok.
Dalam masalah regulasi diri, pendekatan PersonCentered Therapy dalam
konseling kelompok berhasil meningkatkan motif para anggota kelompok untuk
memperbaiki prestasi belajar dan kinerja dalam proses belajar, tetapi pendekatan
ini kurang berhasil mengubah perilaku subjek penelitian untuk melakukan regulasi
diri dalam waktu yang singkat. Dibutuhkan dua siklus untuk dilakukan tindakan
lebih lanjut yaitu siklus pertama untuk menyembuhkan luka batin dan siklus yang
kedua untuk membantu subyek memperbaiki regulasi dirinya.
15
Kata kunci: regulasi diri, konseling kelompok
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
16
seorang psikolog klinis yang sangat menekuni bidang konseling dan
psikoterapi.
3. Konseli menjadi pusat dalam Konseling, Aspek perasaan menjadi saran dalam
konseling.
B. Saran
17
Kami sebagai penulis berharap agar para pembaca dapat memahami makalh
kami dengan baik dan dapat merelisasikan apa yang telah dipahami dalam
prakteknya.
DAFTAR PUSTAKA
S. Willis. Sofyan, 2014, Konseling Individual Teori dan Praktek (Bandung: Alfabeta)
Ulfa Dani Rosada, 2016, Jurnal, Model Pendekatan Konseling Client Centered dan
Penerapan Dalam Praktiknya, (Yogyakarta : Universitas Ahmad Dahlan,)
18
Ramli. M, Nur Hidayah dkk, 2017, Sumber Belajar Penunjang Plpg 2017 Mata
Pelajaran/Paket Keahlian Bimbingan Dan Konseling, Kementerian
Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru Dan Tenaga
Kependidikan.
19
1-5, Hasil
Penelitian
dan Mencari
Video
2. Saiful 190101060703 Mencari
Materi Poin 8
dan Hasil
Penelitian
HASIL PENELITIAN
Abstrak
20
Penggunaan konseling client centered untuk meningkatkan kemandirian
belajar pada siswa. Masalah dalam penelitianini kemandirian belajar siswa
rendah.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan
kemandirian belajar dengan menggunakan konseling client centered pada
siswa kelas XI SMA Negeri 14 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2017/2018.
Penelitian ini menggunakan metode pre-eksperimental group pretest-
posttest design kemudian dianalisis dengan menggunakan uji Wilcoxon.
Subjek penelitian sebanyak 4 siswa yang memiliki kemandirian belajar
rendah. Teknik pengumpulan data menggunakan skala kemandirian belajar.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kemandirian belajar mengalami
peningkatan setelah diberikan konseling Client Centered. Hasil analisis
dengan membandingkan data posttest dan pretest, diperoleh harga z hitung =
-1,826 dan ztabel = 1.645 dengan taraf signifikanp = 0,068 maka Ho ditolak
dan Ha diterima. Artinya terdapat peningkatan pada kemandirian belajar
setelah diberikan layanan konseling client centered pada siswa.
Kesimpulan penelitian ini adalah konseling client centered dapat
dipergunakan untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa pada siswa
kelas XI SMA Negeri 14 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2017/2018.
2. Saipul
Abstrak
21
Artikel ini membahas Person centered therapy dibidang konseling, untuk
membantu dalam proses hubungan, empathy, congruence, unconditional
positive regard, sebagai konsep penting pendekatan tersebut dan sebagai
saran terhadap manajemen kelas. Merupakan hal yang penting jika proses
belajar-mengajar berpusat pada siswa, sehingga pertimbangan siswa akan
berpusat pada segala hal yang berhubungan dengan pendidikan. Ketika
siswa menjadi bagian dari suatu keputusan maka siswa akan merasa ikut
berperan dan bertanggung jawab. Dalam person centered therapy
mungkin tidak menawarkan solusi yang siap jadi atau mengarahkan klien
untuk mengikuti strategi mengatasi masalah tertentu. Apa yang terapis
lakukan adalah menggunakan kesempatan dalam hubungan kepercayaan
melalui penghargaan terhadap klien sehingga masalah yang dihadapi
dapat diselesaikan. Secara keseluruhan, klien diasumsikan dapat memiliki
kemampuan untuk membuat solusi atas permasalahannya, dan terapis
hanya bertindak sebagai teman dalam proses penyembuhan.
Abstrak
22
Penggunaan Konseling Client Centered untuk Meningkatkan Konsep Diri
Siswa Kelas XII IPS 1. Permasalahan dalam penelitian ini adalah konsep
diri negative siswa. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penggunaan
konseling client centered untuk meningkatkan konsep diri pada siswa
kelas XII IPS 1 Tahun Ajaran 2019. Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimen one group design pre test dan post test, dengan teknik analisis
data menggunakan uji Wilcoxon. Subjk penelitian ini sebanyak 5 siswa
kelas XII IPS 1. Teknik pengumpulan data menggunakan skala konsep
diri dan wawancara. Hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan
konsep diri terhadap siswa yang diberi layanan konseling client centered.
Dapat disimpulkan bahwa penggunaan konseling cliet centered dapat
meningkatkan konsep diri pada siswa kelas XII IPS 1 SMA Teladan
WayJepara Lampung Timur Tahun Ajaran 2018/2019.
4. Nikken Karmila
Abstrak
Percaya diri adalah sikap positif seorang individu yang kemampuan dirinya
untuk mengembangkan nilai positif baik terhadap diri sendiri maupun
terhadap lingkungan atau situasi yaang dihadapinya. Dimana individu
merasa memiliki kopetensi, yakni, mampu dan percaya ia bisa karena
23
didukung oleh pengalaman, potensi actual, prestasi, serta harapan yang
realistik terhadap diri sendiri. Konseling kelompok adalah sebagai salah
satu upaya pemberian bantuan kepada individu yang mengalami masalah-
masalah pribadi melalui kegiatan kelompok agar tercapai perkembagan
yang optimal. Client centered theraphy adalah klien diberi kesempatan
mengemukakan persoalan, perasaan dan pikiran- pikirannya secara bebas.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dalam bentuk quasi experimental
design dengan desain yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
nonequivalent control group design. Pada dua kelompok tersebut sama-
sama dilakukan pretest dan posttest. Dalam penelitian ini berfokus pada
keefektifan layanan konseling kelompokdengan teknik Client Centered
untuk meningkatkan percaya diri peserta didik dengan teknik pengumpulan
data yang digunakan yaitu angket. Adapun hasil dapat diketahui bahwa
nilai z hitung eksperimen z tabel kontrol (2.384 2.375), hal ini
menunjukkan bahwa ditolak dan diterima. Selain itu didapat nilai rata-rata
posttest kelas pada kelas eksperimen lebih besar dari kelas kontrol (96,86
84,00). Jika dilihat dari hasil yang telah didapat maka peningkatan pada
kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Dengan
demikian dapat dapat dinyatakan bahwa konseling kelompok dengan teknik
client centered dapat meningkatkan percaya diri peserta didik kelas X di
SMK Negeri 5 Bandar Lampung
24