KATA PENGANTAR
Pada Penyusunan Buku Konseling Individual ini
ditujukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas
bagi mahasiswa / mahasiswi Bimbingan Konseling, Fakultas
Tarbiyah Keguruan, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry
Banda Aceh.
Puji serta syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa yang mana telah memberikan beribu nikmat
dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan buku
ini tepat pada waktunya. Buku ini berhasil tersusun atas
bantuan dari pihak – pihak tertentu yang senantiasa
membantu kami. Buku ini kami buat ditujukan untuk
memberikan wawasan tambahan kepada para pembaca
tentang Konseling Individual serta teori -teori yang terdapat
dalam ilmu Konseling Individual.
Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada
Bpk. Reza Muttaqin di bidang studi yang telah memberikan
arahan kepada kami sehingga buku ini dapat terselesaikan
dengan baik dan tepat pada waktunya. Kami ucapkan pula
terima kasih kepada teman – teman yang sudah ikut serta
berpartisipasi meluangkan waktunya untuk sekedar
membantu kami dalam penyelesaian ini. Dan ucapan terima
kasih kami untuk semua yang tak bisa kami sebutkan satu
per satu namanya.
Penyusun menyadari jika masih terdapat kekurangan
ataupun suatu kesalahan dalam penyusunan buku ini
sehingga penyusun mengharapkan kritik ataupun saran yang
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I
KONSEP DASAR KONSELING
A. Pengertian dan Prinsip Dasar Konseling.......7
B. Sejarah Konseling.......................................19
C. Urgensi Konseling......................................26
BAB II
KONSEP DASAR KONSELING INDIVIDUAL
A. Pengertian Konseling Individual.................30
B. Tujuan dan Fungsi.......................................31
C. Tipe-Tipe ....................................................33
BAB III
MENGANALISIS KONSEP DAN KARAKTERISTIK
KONSELOR
A. Profil Kepribadian Konselor.......................35
B. Karakteristik Konselor................................37
C. Peran Konselor............................................40
BAB IV
PENDEKATAN KONSELING PSIKOANALISA
A. Riwayat Hidup Sigmund Freud..................43
B. Pentingnya Karya Freud Bagi Konselor.....44
C. Konsep Dasar Teori Freud..........................48
4
D. Konsep Konseling.......................................48
BAB V
PENDEKATAN KONSELING ADLERIAN
A. Riwayat Hidup Adler..................................50
B. Teori Alfred Adler......................................51
C. Asumsi Tentang Hakikat Manusia..............60
D. Konsep Dasar Teori Kepribadian................61
E. Perbandingan Teori Freud dan Adler..........63
BAB VI
TEORI PENDEKATAN CARL ROGERS
A. Biografi Carl Rogers...................................67
B. Asumsi Dasar Carl Rogers..........................72
C. Hambatan Kesehatan Psikologis.................73
BAB VII
TEORI PENDEKATAN KONSELING GESTALT
A. Biografi Fritz Perls......................................76
B. Konsep Dasar Teori Gestalt........................80
C. Pandangan Konseling Gestalt.....................84
D. Tujuan.........................................................85
BAB VIII
KONSELING RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR
A. Riwayat Hidup Albert Ellis.........................91
B. Penemuan Teori..............................................
C. Hakikat Manusia.........................................93
5
D. Perkembangan Perilaku..............................94
BAB IX
TEORI KONSELING ELEKTRIK DAN INTEGRATIF
(KONSELING MULTIMODAL)
A. Sejarah Singkat.........................................106
B. Asumsi Teoritik........................................108
C. Perkembangan Kepribadian......................109
D. Tujuan da Teknik......................................110
BAB X
KONSELING REALITAS
A. Tokoh........................................................120
B. Hakikat Manusia.......................................121
C. Karakteristik Konseling Realitas..............122
D. Prosedur Konseling...................................125
E. Teknik Konseling......................................127
F. Fungsi dan Peran Konselor.......................128
G. Hubungan Antara Konselor dan Konseli. .130
BAB XI
TEORI GESTALT
A. Sejarah Teori Gestalt.................................131
B. Konsep Dasar............................................132
C. Pandangan Teori Gestalt...........................136
D. Tujuan Konseling......................................137
E. Proses Konseling.......................................139
F. Teknik Konseling......................................142
6
PETA KONSEP..................................................148
PROFIL PENULIS.............................................149
DAFTAR PUSTAKA..........................................150
7
BAB I
Konsep Dasar Konseling
2. Komponen Konseling
1. Konselor
Konselor adalah seseorang yang karena kewenangan
dan keahliannya memberi bantuan kepada klien. Dalam
konseling perorangan, konselor menjadi aktor yang secara
aktif mengembangkan proses konseling untuk mencapai
tujuan konseling sesuai dengan prinsip- prinsip dasar
konseling. Dalam proses konseling, selain menggunakan
media verbal, konselor dapat juga menggunakan media
tulisan, gambar, media elektronik, dan media
pengembangan tingkah laku lainnya. Semua itu
diupayakan konselor dengan cara-cara yang cermat dan
tepat, demi terentaskannya masalah yang dialami klien.
12
e. Dorongan
Dalam hubungan konseling, konselor memberikan
dorongan kepada klien untuk meningkatkan kemampuan
dirinya dan berkembang sesuai dengan kemampuannya.
Memberikan dorongan kepada klien untuk meningkatkan
efektivitas perilakunya dan memotivasi untuk bertanggung
jawab terhadap keputusannya.
f. Kejujuran
Hubungan konselor dengan klien didasari atas
kejujuran dan keterbukaan. Dalam hubungan konseling
tidak ada sandiwara dengan jalan menutupi kelemahan, atau
mengatakan yang bukan sejatinya.Konseolor dan klien
harus membangun hubungan secara jujur dan terbuka.
4. Proses Konseling
Secara menyeluruh dan umum, proses konseling
perorangan dari kegiatan paling awal sampai kegiatan
akhir, terentang dalam lima tahap, yaitu : (1) tahap
pengantaran (introduction), (2) tahap penjajagan
(insvestigation), (3) tahap penafsiran (interpretation)` (4)
tahap pembinaan (intervention), dan (5) tahap penilaian
(inspection). Di antara kelima tahap itu tidak ada batas
yang jelas, bahkan kelimanya cenderung tumpang tindih.
Dalam keseluruhan proses layanan konseling perorangan,
konselor harus menyadari posisi dan peran yang sedang
dilakukannya.
17
1. Pengantaran
Proses pengantaran mengantarkan klien memasuki
kegiatan konseling dengan segenap pengertian, tujuan, dan
prinsip dasar yang menyertainya. Proses pengantaran ini
ditempuh melalui kegiatan penerimaan yang bersuasana
hangat, permisif, tidak menyalahkan, penuh pemahaman,
dan penstrukran yang jelas. Apabila proses awal ini efektif,
klien akan termotivasi untuk menjalani proses konseling
selanjutnya dengan hasil yang lebih menjanjikan.
2. Penjajagan
Proses penjajagan dapat diibaratkan sebagai
membuka dan memasuki ruang sumpek atau hutan
belantara yang berisi hal-hal yang bersangkut paut
dengan permasalahan dan perkembangan klien.Sasaran
penjajagan adalah hal-hal yang dikemukakan klien dan hal-
hal lain perlu dipahami tentang diri klien.Seluruh sasaran
penjajagan ini adalah berbagai hal yang selama ini
terpendam, tersalahartikan dan/atau terhambat
perkembangannya pada diri klien.
3. Penafsiran
Apa yang terungkap melalui panjajagan merupakan
berbagai hal yang perlu diartikan atau dimaknai
keterkaitannya dengan masalah klien. Hasil proses
penafsiran ini pada umumnya adalah aspek-aspek realita
dan harapan klien dengan bebagai variasi dinamika
psikisnya. Dalam rangka penafsiran ini, upaya diagnosis
dan prognosis, dapat memberikan manfaat yang berarti.
18
4. Pembinaan (intervensi)
Proses pembinaan ini secara langsung mengacu
kepada pengentasan masalah dan pengembangan diri klien.
Dalam tahap ini disepakati strategi dan intervensi yang
dapat memudahkan terjadinya perubahan. Sasaran dan
strategi terutama ditentukan oleh sifat masalah, gaya dan
teori yang dianut konselor, serta keinginan klien. Dalam
langkah ini konselor dan klien mendiskusikan alternatif
pengentasan masalah dengan berbagai konsekuensinya,
serta menetapkan rencana tindakannya.
5. Penialaian
Upaya pembinaan melalui konseling diharapkan
menghasilkan terentaskannya masalah klien.Ada tiga jenis
penilaian yang perlu dilakukan dalam konseling
perorangan, yaitu penialaian segera, penilaian jangka
pendek, dan penialaian jangka panjang.
Penialian segera dilaksanakan pada setiap akhir sesi
layanan, sedang
5. Waktu dan Tempat
Layanan konseling perorangan hakikatnya dapat
dilaksanakan kapan saja dan di mana saja, atas
kesepakatan konselor-klien, dengan memperhatikan (1)
kenyamanan klien dan (2) terjaminnya asas
kerahasiaan.Kondisi tempat layanan perlu mendapat
perhatian tersendiri dari konselor. Selain kursi dan meja
secukupnya, ruangan konseling dapat dilengkapi dengan
tempat penyimpanan bahan-bahan seperti dokumen,
19
BAB II
Konsep Dasar
Konseling Individual
BAB III
MENGANALISIS KONSEP
DAN KARAKTERISTIK
KONSELOR
A. Profil Kepribadian Konselor
Secara bahasa, menurut Pius A Partanto dan M Dahlan Al B
arry di dalam kamus ilmiah populer profil berarti : tampang,
muka, raut muka, dan wujud barang.Secara makna profildap
at diartikan sebagai gambaran dari pribadi atau menggambar
kan diri pribadi seorangyang detail sebagai tokoh atau figure
. Konselor adalah seorang terapis sehingga dia menjadimode
l terhadapkepedulian dan membantu pertumbuhan klien
kliennya.
Dowson (1948)melihat bahwa konselor perlu memilik
i ciriciri objektif, meghormati anak, memahamidirinya sendi
ri, matang dalam menilai dan memperkirakan, mampu mend
engar danmenyimpan rahasia.Kepribadian konselor merupa
kan intervensi utama, karena seorang tidak akan dapatmemb
36
erikan bantuan tanpa memiliki kepribadian yang membantu.
Konselor menciptakandan mengembangkan interaksi yang
membantu klien untuk mengaktualisasikan potensisecara opt
imal, mengembangkan pribadi yang utuh dan sehat, serta me
nampilkan perilakuefektif, kreatif dan produktif.Kualitas ke
pribadian seorang konselor mencakup beberapa aspek, yaitu
:
a.Aspek spritual
b.Aspek moral
Kompetensi yang harus dimikiki seorang konselor dapat dir
umuskan ke dalamkompetensi pedagogis, kepribadian, socia
l, dan professional sebagai berikut:
a. Kompetensi Pedagogis
1) Menguasai teori dan praksis pendidikan.
2) Mengaplikasikan perkembangan fisiologis da
n psikologis serta perilaku konseli
3) Menguasai esensi pelayanan bimbingan dan
konseling dalam jalur, jenis dan jnjang satuan
pendidikan.
b. Kompetensi Kepribadian
1) Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
2) Menghargai dan menjunjung tinggi niai
nilai kemanusiaan,individualitas dan kebebas
an memilih.
3) Menunjukkan integritas dan stabilitas kepriba
dian yang kuat.
4) Manampilkan kinerja berkualitas tinggi.
37
c. Kompetensi Sosial
1) Mengimplementasikan kolaborasi intern di te
mpat kerja.
2) Berperan dalam organisasi dan kegiatan prof
esi bimbingan dankonseling.
3) Mengimplementasikan kolaborasi antarprofes
i..
d. Kompetensi Profesional
1) Menguasai konsep dan praksis penilitian untu
k memahami kondisi,kebutuhan, dan masalah
konseli
2) Mengusai kerangka teoritis dan praktis bimbi
ngan dan konseling.
3) Merancang program bimbingan dan konselin
g.
4) Mengimplementasikan program bimbingan d
an konseling yangkomprehensif.
5) Menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan
dan konseling.
6) Memiliki kesadaran dan komitmen terhadap
etika professional
7) Menguasai konsep dan praksis penelitian dal
am bimbingan dankonseling.
B. Karakteristik Konselor Sebagai Seorang Pribadi
dan Profesional
Menurut Wilis (2014:8687) ada 13 karakteristik kepr
ibadian yang harus ada padaseorang konselor. Karakteristik
kepribadian tersebut, yakni beriman dan bertakwa kepadaTu
38
han Yang Maha Esa, Menyenangi manusia, menjadi komuni
kator yang terampil dan pendengar yang baik, memilih ilmu
dan wawasan tentang manusia, sosial budaya,fleksibel, tena
ng dan sabar; menguasai keterampilan teknikdan memiliki i
nstuisi,memahami etika profesi, sikap hormat, menghargai,
konsisten dan bertanggung jawab.Karakteristik kepribadian
ideal calon konselor di Indonesia berasal dari teks Permedik
nas Nomor 27 Tahun 2008.
Sosok utuh kompetensi konselor mencakup kompete
nsi akademik dan profesionalsebagai satu keutuhan. Kompet
ensi akademik merupakan landasan ilmiah dari kiat pelaksan
aan pelayanan profesional bimbingan dan konseling. Kompe
tensi akademikmerupakan landasan bagi pengembangan ko
mpetensi profesional, yang meliputi : (1)Memahami secara
mendalam konseli yang dilayani, (2) Menguasai landasan da
n kerangkateoritik bimbingan dan konseling, (3) Menyeleng
garakan pelayanan bimbingan dankonseling yang mendirika
n, dan (4) Mengembangkan pribadi dan profesionalitas kons
elorsecara berkelanjutan. Unjuk kerja konselor sangat dipen
garuhi oleh kualitas penguasaan keempat kompetensi terseb
ut yang dilandasi oleh sikap, nilai, dan kecenderungan priba
diyang mendukung.
Selain hal tersebut karakteristik konselor juga meliputi : (1)
Pembimbing yang tulus,(2) Melakukan interaksi dengan kon
seli, tanpa ada rasa terintimidasi atau rasa terintrograsi,
(3)Bijaksana dalam menanggapi fenomena, (4) Profesional
dana sabar dalam dalammelayani klien, (5) Menjunjung ting
gi kejujuran, (6) Memiliki pandangan bahwa setiapindividu
39
memiliki kekurangan, (7) Memiliki kemampuan melihat sua
tu perbedaan nilai, (8)Memeberi kebebasan individu untuk
mandiri memlih keputusan.
Bagaimana sikap Konselor yang professional menghadapi kl
ien dalam perbedaan nilaidan kebudayaan, Bishop dalam M
oh. Sholeh (2005 : 56) memberikan petunjuk sebagai berikut
:
1. Bantulah klien untuk merasakan ba
hwa nilainilai keagamaannya merup
akan bagian yang diterima dalam pr
oses terapeutik.
2. Pandanglah nilainilai agama sebagai
bagian dari pemecahan problem klie
n, bahkan sebagai bagian dari probl
emnya.
3. Tingkatkan pemahaman terhadap bu
daya, nilai-nilai keagamaan, keyaki
nan, praktek-praktek dan usahakan i
su-isu tersebut secara tak terpisahka
n denganteori psikologi dan praktek
konseling
4. Libatkan diri kedalam masyarakat a
tau kegiatan-kegiatan professional y
angdapat meningkatkan interaksi de
ngan orang-orang yang berasal dari
budayayang berbeda-beda yang me
mpunyai nilai agama yang bervarias
i.
40
5. Kembangkan bahasa dalam berkom
unikasi agar tidak menyinggung.
C. Peran Konselor
Menurut Baruth dan Robinson, peran adalah apa
yang diharapkan dari posisi yang dijalani seorang konselor
dan persepsi dari orang lain terhadap posisi konselor
tersebut. Sedangkan peran konselor menurut Baruth dan
Robinson adalah peran yang inheren ada dan disandang oleh
seseorang yang berfungsi sebagai konselor.Ada banyak teori
mengenai peran konselor, teori tersebut bermacam-macam
sesuai dengan asumsi tingkah laku serta tujuan yang akan
dicapai oleh seorang konselor.Dalam pandangan Rogers,
koselor lebih banyak berperan sebagai partner klien dalam
memecahkan masalahnya. Dalam hubungan konseling,
konselor ini lebih banyak memberikan kesempatan pada
klien untuk mengungkapkan segala permasalahan, perasaan,
dan persepsinya, dan konselor merefleksikan segala yang
diungkapkan oleh klien. Selain itu peran konselor menurut
Rogers adalah fasilitator dan reflektor. Disebut fasilitator
karena konselor memfasilitasi atau mengakomodasi konseli
mencapai pemahaman diri. Disebut reflektor karena
konselor mengklarifikasi dan memantulkan kembali kepada
klien perasaan dan sikap yang diekspresikannya terhadap
konselor sebagai representasi orang lain. Agar peran ini
dapat dipertahankan dan tujuan konseling dapat dicapai,
maka konselor perlu menciptakan iklim atau kondisi yang
mampu menumbuhkan hubungan konseling. Kondisi
konseling ini menurut Rogers satu keharusan dan cukup
memadai untuk pertumbuhan, sehingga dia menyebutnya
41
BAB IV
TEORI PENDEKATAN
KONSELING PSIKOANALISA
BAB V
PENDEKATAN KONSELING
ADLERIAN
b. Subjective Perception
d.Social Interest
BAB VI
TEORI PENDEKATAN
KONSELING CARL RONGERS
BAB VII
TEORI PENDEKATAN
KONSELING GESTALT
4. Lapisan neurosis
Terapi Gestalt bertujuan untuk membuat seseorang
itu menjadi matang. Hanya saja, ada beberapa lapisan yang
dapat membuat seseorang itu terhambat untuk mencapai
kematangan. Lapisan-lapisan itu antara lain:
1) Kebohongan
90
2) Ketakutan
3) Jalan buntu
4) Implosive
5) Meledak-ledak
BAB VIII
Teori Pendekatan Konseling
Rational Emotive Behavior
Counseling
92
C. Hakikat Manusia
D. Perkembangan Perilaku
A. Struktur Kepribadian
b. Pribadi Bermasalah
Rumusan pribadi tidak sehat dalam pendekatan
konseling rasional emotif adalah merupakan
tingkah laku yang didasarkan pada cara berpikir
yang irrasional. Ciri-ciri berpikir irasional :
Tidak dapat dibuktikan, menimbulkan perasaan
tidak enak (kecemasan, kekhawatiran,
prasangka) yang sebenarnya tidak perlu dan
menghalangi individu untuk berkembang dalam
kehidupan sehari-hari yang efektif.
E.Hakikat Konseling
Konseling rasional emotif dilakukan dengan
menggunakan prosedur yang bervariasi dan sistematis yang
secara khusus dimaksudkan untuk mengubah tingkah laku
dalam batas-batas tujuan yang disusun secara bersama-sama
oleh konselor dan klien. Karakteristik Proses Konseling
Rasional-Emotif :
E. Aktif-direktif, artinya bahwa dalam hubungan
konseling konselor lebih aktif membantu
mengarahkan klien dalam menghadapi dan
memecahkan masalahnya.
F. Kognitif-eksperiensial, artinya bahwa hubungan
yang dibentuk berfokus pada aspek kognitif dari
klien dan berintikan pemecahan masalah yang
rasional.
G. Emotif-ekspreriensial, artinya bahwa hubungan
konseling yang dikembangkan juga memfokuskan
99
F. Kondisi Pengubahan
1. Tujuan
Therapy menurut Ellis (dalam Corey, 2009: 279)
adalah a) membantu konseli dalam proses mencapai
unconditional self-acceptance dan unconditional other
acceptance, dan b) melihat bagaimana kedua hal itu saling
berkaitan.
Sedangkan menurut Ellis (dalam Sharf, 2012: 339)
tujuan umum Rational Emotive Behavior Therapy adalah
membantu konseli dalam meminimalisir gangguang emosi,
menurunkan self-defeating self-behaviors, dan membantu
konseli lebih mengaktualisasikan diri sehingga mereka bisa
menuju ke kehidupan yang bahagia. Sedangkan tujuan
khususnya adalah membantu konseli berpikir lebih bersih
dan rasional, memiliki perasaan yang lebih layak, dan
bertindak efisien dan efektif dalam mencapai tujuan hidup
yang bahagia.
2. Sikap, Peran, dan Tugas Konselor
100
4. Situasi Hubungan
Hubungan konseling yang ditandai dengan
ketulusan, pemahaman, dan penghargaan positif penting
101
G. Mekanisme Pengubahan
1. Tahap-Tahap Konseling
a. Tahap pembinaan hubungan/ Relation Building
Hubungan baik-good rapport antara konselor dan konseli
memang merupakan suatu prasyarat dalam konseling. Untuk
dapat menciptakan hubungan baik, konselor perlu:
menerapkan sikap dasar, menciptakan suasana pendukung,
membuka sesi pertama atau perbincangan awal.
b. Tahap Kognitif / pengelolaan pemikiran dan pandangan
Tahap ini secara konsekuensial peran konselor adalah: 1.
mengidentifikasi, menerangkan, dan menunjukkan masalah
(A-B-C) yang dihadapi konseli dengan keyakinan
irasionalnya, 2. Mengajar dan memberikan informasi
(tentang teori A-B-C), 3. Mendiskusikan masalah
(menunjukkan arah perubahan, dari Bir ke Br yang hendak
dicapai dalam konseling), 4. Menerapkan berbagai teknik
debate dan dispute.
c. Tahap pengelolaan emotif dan afektif
102
2. Teknik-Teknik Konseling
a. Teknik Kognitif
1) Diskusi
103
4. Pemberian model
5. Pelatihan keterampilan
6. Pelatihan asertivitas
(latihan kelugasan apa adanya tanpa
agresifitas)*
H. Hasil-Hasil Penelitian
Beberapa hasil penelitian mengenai penerapan pendekatan
Rasional Emotif Behavior Terapi ini adalah sebagai berikut :
1.Yuniarti, Yesi dan Indah P, Titin. (2009), Pada
Konseling kelompok Rasional emotif untuk
meningkatkan percaya diri siswa, Siswa diajarkan
untuk memahami bahwa masalah-masalah mengenal
dan menghentikan pikiran tersebut dengan pikiran
yang positif. Hal ini berarti bahwa Konseling
rasional emotif memiliki pengaruh terhadap rasa
kurang percaya diri siswa.
2. Rokhyani, Esty. (2009). Berdasarkan teori
konseling rasional emotif, kecemasan ditimbulkan
oleh pikiran-pikiran irrasional atau dengan kata lain
merupakan akibat yang bersumber atau berakar dari
sistem kenyakinan yang salah atau irrasional.. Dari
hasil penelitian ini terbukti bahwa konseling rasional
emotif dengan teknik relaksasi efektif mengatasi
kecemasan.
105
2. Kelebihan
A. Dapat mengubah keyakinan irasional (irrational
beliefs) dengan cara menentang (dispute) pola
pemikiran yang salah dan negatif
B. Berfokus pada bagaimana individu menafsirkan dan
bereaksi terhadap peristiwa yang terjadi pada
dirinya.
106
BAB IX
107
2. BASIC ID
Dalam terapi multimodal, masalah-masalah
emosional dan psikologis dikonseptualisasikan sebagai
multidimensional dan multi-ditentukan. Untuk melakukan
perubahan-perubahan pada klien, konselor melakukan
konseling di dalam sebuah penilaian multidimensional dan
pendekatan perawatan/perlakuan. Lazarus
menghipotesiskan bahwa fungsi manusia tersusun dari
tujuh dimensi atau modalitas utama: behaviour / perilaku
(B); affect / mempengaruhi (A); sensasi (S); imagery /
imajinasi (I); cognition / kognisi (C); interpersonal
relationship / hubungan interpersonal (I); dan
drugs/biological functions / fungsi-fungsi obat-
obatan/biologis (D).
Modalitas-modalitas tersebut dapat dengan mudah
diingat dengan mengambil huruf pertama dari setiap
modalitas untuk membentuk akronim BASIC ID.
“Behaviour” menunjuk pada perilaku, tindakan, dan
kebiasaan yang dapat diobservasi. “Affect” menunjuk pada
emosi dan perasaan. “Sensasi” menunjuk pada lima panca
indera – visual, auditori, penciuman, rasa, dan kinestetik.
”Imagery” menunjuk pada memori, mimpi, dan fantasi-
fantasi. “Kognisi” menunjuk pada proses-proses berpikir,
keyakinan, nilai, dan gagasan- gagasan. “Hubungan-
hubungan interpersonal” menunjuk pada interaksi-
115
3.Firing Order
Dalam contoh kasus sebelumnya, analisis
BASIC ID memberikan sebuah gambaran deskriptif
mengenai tekanan studi sang klien. Ketika kita
mempertimbangkan itu bersama-sama dengan faktor-
faktor antiseden, presipitasi dan pemeliharaan keluhan
yang diajukannya, kita mampu untuk menentukan “firing
order” dari modalitas-modalitas tersebut. Firing order
menunjuk pada interaksi diantara modalitas-modalitas
tersebut dan membentuk informasi yang berguna untuk
tujuan intervensi.Reaksi stres klien dimulai dengan
modalitas kognitif yang diikuti dengan modalitas-modalitas
imagery, affect, dan sensasi.
116
1. Hipnose / Hipnotis
Teknik Hipnotis dapat dilakukan pada terapi
individual maupun terapi kelompok.Terapi ini diberikan
118
3. Teknik Meditasi
Merupakan teknik relaksasi yang melibatkan
pelepasan pikiran dari semua hal yang menarik,
membebani, maupun mencemaskan dalam hidup kita
sehari- hari.
4. Tahap Perencanaan
Setelah klien menetapkan pilihan dari sejumlah
alternative, selajutnya menyusun rencana tindakan.
Rencana yang baik jika realistic, bertahap, tujuan setiap
tahap juga jelas dan dapat dipahami klien (Rencana bersifat
tentatif sekaligus pragmatif.
BAB X
KONSELING REALITAS
A. Biografi Tokoh
B. Hakikat Manusia
D. Prosedur Konseling
Konseling realita dapat menjadi pandangan hidup
(way of life) bagi beberapa orang. Ivey, mengatakan bahwa
setiap sesi konseling dan terjadi dimana saja. Ivey juga
membagi konseling menjadi 4 fase, yaitu:
Fase 4 : Evaluasi
Tiada kata Ampunan (No-Excuse), Karena tidak
semua rencana dapat berhasil, maka konselor tidak perlu
mengeksplorasi alasan-alasan mengapa konseli gagal dalam
melakukan rencana yang dibuatnya. Oleh karena
itu, konselor memusatkan perhatian pada pengembangan
rencana baru yang lebih cocok pada konseli untuk mencapai
tujuan.
Membatasi Hukuman (Eliminate Punishment),
Konselor yang berorientasi konseling realita tidak akan
memberikan hukuman pada konseli yang gagal
melaksanakan rencananya sebab hukuman tidak akan
mengubah tingkah laku melainkan akan memperkuat
129
BAB XI
TEORI GESTAL
B. Konsep Dasar
Di Sini dan Sekarang (Here and Now)
Perls mengatakan bahwa “kekuatan ada pada masa
kini” (power is in the present). Pendekatan gestalt
mengutamakan masa sekarang, segala sesuatu tidak ada
kecuali yang ada pada masa sekarang, karena masa lalu
134
C. Pandangan tentang Manusia
Pendekatan konseling ini berpandangan bahwa
manusia dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu
keseluruhan. Manusia aktif terdorong kearah keseluruhan
dan integrasi pemikiran, perasaan, dan tingkah
lakunya. Setiap individu memiliki kemampuan untuk
menerima tanggung jawab pribadi, memiliki dorongan
untuk mengembangkan kesadaran yang akan mengarahkan
menuju terbentuknya integritas atau keutuhan pribadi.
Jadi hakikat manusia menurut pendekatan konseling
ini adalah :
a) Tidak dapat dipahami, kecuali dalam keseluruhan
konteksnya.
b) Merupakan bagian dari lingkungannya dan hanya
dapat dipahami dalam kaitannya dengan lingkungannya itu.
c) Aktor bukan reaktor
d) Berpotensi untuk menyadari sepenuhnya sensasi,
emosi, persepsi, dan pemikirannya.
e) Dapat memilih secara sadar dan bertanggung jawab.
139
D. Tujuan Konseling
Tujuan utama konseling Gestalt adalah membantu
konseli agar berani mengahadapi berbagai macam tantangan
maupun kenyataan yang harus dihadapi. Tujuan ini
mengandung makna bahwa konseli haruslah dapat berubah
dari ketergantungan terhadap lingkungan/orang lain menjadi
percaya pada diri, dapat berbuat lebih banyak untuk
meingkatkan kebermaknaan hidupnya.
a) Individu yang bermasalah pada umumnya belum
memanfaatkan potensinya secara penuh, melainkan baru
memanfaatkan sebagaian dari potensinya yang dimilikinya.
Melalui konseling konselor membantu klien agar potensi
yang baru dimanfaatkan sebagian ini dimanfaatkan dan
dikembangkan secara optimal. Secara lebih spesifik tujuan
konseling Gestalt adalah sebagai berikut: Membantu konseli
agar dapat memperoleh kesadaran pribadi, memahami
kenyataan atau realitas, serta mendapatkan insight secara
penuh.
b) Membantu konseli menuju pencapaian integritas
kepribadiannya
c) Mengentaskan konseli dari kondisinya yang
tergantung pada pertimbangan orang lain ke mengatur diri
sendiri (to be true to himself)
d) Meningkatkan kesadaran individual agar konseli dapat
beringkah laku menurut prinsip-prinsip Gestalt, semua
140
E. Proses Konseling
a) Fokus utama konseling gestalt adalah terletak pada
bagaimana keadaan konseli sekarang serta hambatan-
hambatan apa yang muncul dalam kesadarannya. Oleh
karena itu tugas konselor adalah mendorong konseli untuk
dapat melihat kenyataan yang ada pada dirinya serta mau
mencoba menghadapinya. Dalam hal ini perlu diarahkan
agar konseli mau belajar menggunakan perasaannya secara
penuh. Untuk itu konseli bisa diajak untuk memilih dua
alternatif, ia akan menolak kenyataan yang ada pada dirinya
atau membuka diri untuk melihat apa yang sebenarnya
terjadi pada dirinya sekarang.
142
F. Teknik Konseling
Hubungan personal antara konselor dengan konseli
merupakan inti yang perlu diciptakan dan dikembangkan
dalam proses konseling. Dalam kaitan itu, teknik-teknik
yang dilaksanakan selama proses konseling berlangsung
adalah merupakan alat yang penting untuk membantu
konseli memperoleh kesadaran secara penuh.
1) Prinsip Kerja Teknik Konseling Gestalt
a) Penekanan Tanggung Jawab Klien, konselor
menekankan bahwa konselor bersedia membantu konseli
tetapi tidak akan bisa mengubah konseli, konselor
menekankan agar klien mengambil tanggung jawab atas
tingkah lakunya.
b) Orientasi Sekarang dan Di Sini, dalam proses
konseling konselor tidak merekonstruksi masa lalu atau
motif-motif tidak sadar, tetapi memfokuskan keadaan
145
PETA KONSEP
KONSELING INDIVIDUAL
Konseling Multimodal
Konseling Realitas
Konseling Gestalt
TENTANG PENULIS
Wanda merupakan nama panggilan yang dimiliki
oleh seorang penulis bernama lengkap Irwanda. Bisa
dibilang bahwa Wanda merupakan salah satu penulis
pemula yang mulai tertarik dengan dunia jurnalistik.
DAFTAR PUSTAKA
Alfabeta. Hellen. 2005. Bimbingan Dan Konseling.
Jakarta: Quantum Teaching.
Alwisol. Psikologi Individual. 2004. Malang. UMM Press
152