Anda di halaman 1dari 152

CV.

IQRA’LANA
SOLUTION-FOCUSED BRIEF COUNSELING
(KONSELING SINGKAT BERFOKUS SOLUSI):
PANDUAN MENINGKATKAN SELF-REGULATED LEARNING SISWA

Penulis:

Suciani Latif, M Ramli dan Nur Hidayah

CV. IQRA’LANA
i

SOLUTION-FOCUSED BRIEF COUNSELING


(KONSELING SINGKAT BERFOKUS SOLUSI) :
PANDUAN MENINGKATKAN SELF-REGULATED LEARNING SISWA

Penulis: Suciani Latif, M Ramli dan Nur Hidayah

ISBN : 978-602-53880-2-6

Editor : Ummah Karimah

Desain Cover dan Layout: Asmi dan Sadari

Penerbit : CV. Iqra’Lana

Pencetak : Excel Offset

Redaksi :

Jl. Cabe V Kubis 4, No. B. 52

Pondok Cabe Ilir Rt. 06 / Rw. 05

Tangerang Selatan 15418

Hp/Wa : 081284184376/181310808657

Email : cv_iqralana@yahoo.com

Cetakan Pertama, 04 April 2019

© HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

Dilarang keras mengkopi sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara
apapun, termasuk dengan penggunaan mesin fotokopi, serta
memperjualbelikannya tanpa mendapat izin sah tertulis dari penerbit
CV. Iqralana.

i
ii

Kata Pengantar

Puji Syukur Kehadirat Allah SWT, atas segala anugerah-Nya sehingga Buku
Solution-Focused Brief Counseling (Konseling Singkat Berfokus Solusi): Panduan
meningkatkan Self-Regulated Learning (SRL) Siswa dapat diselesaikan sebagaimana
mestinya. Tujuan penulisan panduan ini adalah memandu konselor dalam
melaksanakan Solution- Focused Brief Counseling

dalam meningkatkan SRL siswa di sekolah.

Dalam kesempatan ini tim penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan masukan terhadap
pengembangan buku ini.

Kami menyadari, bahwa isi buku ini masih jauh dari memadai/sempurna. Oleh
karena itu, masukan dari para pembaca buku ini sangat penulis harapkan demi
perbaikan berikutnya.

Makassar, 2019

Tim Penulis

ii
iii

Petunjuk Penggunaan

Buku ini merupakan buku panduan Solution Focused Brief Counseling (SFBC).
Tujuan Solution Focused Brief Counseling (SFBC) adalah membantu konseli membangun,
merancang dan mengkonstruksikan solusi-solusi atas masalah yang dihadapinya dengan
melakukan langkah-langkah yang lebih positif, konkret, spesifik, dalam kontrol konseli
serta dalam bahasa konseli.
Buku panduan ini dirancang bagi para konselor Sekolah sebagai pedoman dalam
menggunakan Solution Focused Brief Counseling guna membantu meningkatkan Self-
Regulated Learning (SRL) siswa di sekolah.
Konten dari buku terdiri dari tiga bagian:
Bagian I : Tinjauan Solution Focused Brief Counseling dan Self-
Regulated Learning
Bagian II : Teknik-Teknik Solution Focused Brief Counseling
Bagian III : Praktik menggunakan Solution Focused Brief Counseling
Bagian I menjelaskan secara ringkas tentang Solution Focused
Brief Counseling (SFBC) yaitu konseling yang menggunakan pendekatan
postmodern yang berasumsi bahwa setiap individu itu sehat, mampu (kompeten),
memiliki kapasitas untuk membangun, merancang ataupun mengkonstruksikan solusi-
solusi, sehingga individu tersebut tidak terus menerus memusatkan perhatiannya pada
problem-problem yang sedang ia hadapi, namun ia lebih berfokus pada solusi, bertindak
dan mewujudkan solusi yang ia inginkan. Sementara Self-regulated learning adalah
partisipasi aktif siswa dalam mengontrol secara efisien pengalaman belajarnya dengan
cara yang berbeda, mencakup kemampauan membuat planning yakni tujuan dan
strategi belajar yang akan dilakukan, memiliki keyakinan diri dalam belajar, mampu
membuat strategi tugas yang efektif, memantau hasil belajarnya, menilai kepuasan diri
serta kemampuan merefleksikan diri untuk meningkatkan cara belajarnya. Siswa seperti
ini disebut dengan self-regulation learner.
Bagian II menjelaskan tentang teknik Solution Focused Brief
Counseling. Teknik-tekniknya mencakup pertanyaan eksepsi (exception question),
pertanyaan keajaiban (miracle questions), pertanyaan berskala (scaling question), pujian
(compliment), pertanyaan perubahan pra-sesi (presession change questions) dan tugas
formula sesi pertama(formula first session task). Bagian III konselor akan diajak untuk
praktik menggunakan Solution Focused Brief Counseling yang dibahas secara per sesi
untuk memudahkan konselor menguasai konseling ini. Pada sesi pertama di mulai

iii
iv

dengan klarifikasi peran (role clarification) dilanjutkan dengan deskripsi masalah


(problem description), merumuskan tujuan (goal formulation), bergerak menuju solusi
(moving toward a solution) dan Penutup (ending).
Untuk sesi kedua dan sesi-sesi berikutnya tahapannya hampir sama yakni fokus
untuk mempertahankan dan meningkatkan kemajuan siswa ke arah tujuan yang telah
mereka rencanakan. Sesi ini menggunakan teknik EAR (akronim dari Eliciting, Amplifying,
dan Reinforcing). Eliciting adalah memunculkan eksepsi/pengecualian. Amplifying
mengacu pada memperkuat eksepsi tersebut yakni pertama dengan meminta siswa
untuk menggambarkan apa yang berbeda antara waktu eksepsi dan waktu masalah dan
kedua mengeksplorasi bagaimana eksepsi terjadi. Reinforcing merupakan peneguhan
keberhasilan dan kekuatan bahwa eksepsi telah terjadi secara signifikan serta
menggunakan scalling progress untuk melihat kemajuan dan tingkat kepercayaan diri
siswa atas keberhasilan yang telah dicapainya. Dalam sesi ini pula konselor perlu
mengambil langkah jika keadaan siswa tidak menjadi lebih baik serta mengidentifikasi
keberhasilan siswa sebelum kemundurans terjadi dari masalahnya.
Langkah terakhir dalam proses Solution Focused Brief Counseling adalah dengan
melakukan terminasi. Terminasi ini sudah dapat dilakukan ketika tujuan telah
tercapai, mengevaluasi tujuan dan menilai kesiapan untuk terminasi dan inisiasi
terminasi. Dalam melaksanakan KSBS mungkin saja konselor menemukan siswayang
tidak mengalami kemajuan meski sudah beberapakali pertemuan. Oleh karena itu
sebagai penutup dari panduan ini, penulis menyajikan beberapa langkah yang bisa
ditempuh jika kegagalan dalam konseling terjadi.
Buku ini dilengkapi lampiran-lampiran berupa skala SRL, lembar kesediaan
konseli dan lembar kerja siswa untuk memudahkan konselor dalam menerapkan
teknik–teknik KSBS ini.Namun perlu dipahami bahwa panduan ini hanya menjelaskan
langkah-langkah dasar dalam menerapkan KSBS yang diadaptasi dari teori konseling
postmodern yang dibuat oleh Insoo Kim Berg dan Steve de Shazer. Mungkin saja ada
teknik-teknik yang terasa asing/aneh bagi konseli, misalnya saja pertanyaan keajaiban
(miracle questions), pertanyaan ini mungkin aneh bagi konseli. Oleh karena itu, konselor
perlu memodifikasi pertanyaan ini agar mudah dipahami oleh konseli. Pada intinya
harapan penulis, konselor bisa mengembangkan KSBS ini sesuai dengan kebutuhan dan
budaya yang ada berlaku di sekolah.

iv
v

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................. ii


Petunjuk Penggunaan ...................................................................................................... iii
Daftar Isi ........................................................................................................................... v
BAB I Solution-Focused Brief Counselling dan Self-Regulated Learning ........................ 21
A. Pendahuluan ...................................................................................................... 21
B. Solution-Focused Brief Counseling (SFBC) ......................................................... 22
D. Meningkatkan Self-Regulated Learning (SRL) Siswa Melalui Solution-Focused
Brief Counseling (SFBC ).................................................................................... 39
BAB II Teknik Solution-Focused Brief Counselling .......................................................... 41
A. Pertanyaan Keajaiban (Miracle Questions) ........................................................ 41
B. Pertanyaan Eksepsi (Exception Questions) ......................................................... 42
C. Pertanyaan Coping (Coping Questions) .............................................................. 44
D. Pujian (Compliment) .......................................................................................... 45
E. Pertanyaan Perubahan Prasesi (Presession Change Questions) ........................ 45
F. Tugas Formula Sesi Pertama (Formula First Session Task) ................................. 46
BAB III Praktik Pelaksanaan Solution-Focused Brief Counseling ..................................... 27
A. Petunjuk Umum ................................................................................................. 27
B. Pelaksanaan Solution-Focused Brief Counseling ................................................ 57
Daftar Rujukan ............................................................................................................. 112
Glosarium .................................................................................................................... 113
Indeks .......................................................................................................................... 116
Lampiran ...................................................................................................................... 119
Biodata Penulis ............................................................................................................ 142

v
21

BAB I
SOLUTION-FOCUSED BRIEF COUNSELLING DAN SELF-
REGULATED LEARNING

A. PENDAHULUAN

Bimbingan dan konseling sebagai bagian dari pendidikan memiliki peran penting
dalam membantu perkembangan siswa dalam belajar.Tuntutan belajar di sekolah
mengharuskan siswa untuk belajar lebih mandiri, disiplin dalam mengatur waktu, dan
melaksanakan kegiatan belajar yang lebih terarah dan intensif, sehingga memungkinkan
siswa produktif, kreatif, dan inovatif. Bekal utama yang dibutuhkan siswa untuk
menyesuaikan diri dengan tuntutan tersebut adalah memiliki kemampuan dan
keterampilan untuk mengatur kegiatan belajar, mengontrol perilaku belajar, dan
mengetahui tujuan, arah, serta sumber-sumber yang mendukung untuk belajarnya.
Namun di sekolah siswa sering melakukan penundaan terhadap tugas-tugasnya (PR),
mengerjakan tugas ‘asal jadi’, belajar hanya saat akan menghadapi ujian, bolos untuk
menghindari tugas atau mata pelajaran tertentu, tidak fokus di kelas, kurang motivasi
dan sebagainya merupakan gambaran siswa yang masih belum menghayati budaya
belajar di sekolah. Banyak ditemui di sekolah berdasarkan hasil tes intelegensi
siswamenunjukkan kemampuan akademik yang baik namun prestasi belajarnya rendah.
Siswa seperti ini adalah siswa underachieveryaitusiswayangberprestasi rendah meski
memiliki potensi yang baik. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah kurangnya
pengaturan diri siswa dalam belajar atau disebut dengan self-regulated learning (SRL).
Layanan konseling Individual merupakan layanan yang dapat digunakan oleh
konselor dalam membantu siswa meningkatkan SRL. Pendekatan konseling yang sering
digunakan oleh konselor di sekolah adalah pendekatan konseling modern seperti
konseling realita, konseling rationalemotifbehavior (REBT), konseling perilaku
(behavioral) dan beberapa pendekatan konseling lainnya. Meski pendekatan ini efektif
dalam mengubah perilaku siswa namun kelemahan yang sering dirasakan oleh konselor
adalah waktu yang digunakan cukup lama yakni minimal 8 kali pertemuan sementara

21
22

siswa yang harus mendapatkan layanan bimbingan dan konseling melebihi rasio idealnya
yaitu 1 konselor melayani maksimal 150 orang.Kenyataan di lapangan konselor memiliki
siswa asuh lebih dari 150 orang sehingga yang dibutuhkan konselor dalam memberikan
layanan konseling pada siswa adalah sebuah layanan konseling yang bersifat praktis,
singkat namun efektif.
Pada tahun 1980-an Insoo Kim Berg dan suaminya de Shazer mengembangkan
sebuah pendekatan konseling postmodern yang disebut dengan Solution-Focused Brief
Counseling. SFBC pada awalnya diterapkan pada terapi/konseling keluarga dan
selanjutnya digunakan untuk masalah alkohol dan narkoba. SFBC merupakan konseling
berbasis kompetensi yang berfokus pada sumber daya dan kekuatan daripada kegagalan
konseli. Disebut singkat karena eksplorasi masalah tidak begitu mendalam sehingga
hanya membutuhkan beberapa kali pertemuan saja. Jika konseling modern berlangsung
minimal 8 kali pertemuan maka SFBC hanya membutuhkan waktu rata-rata tidak lebih
dari 5-6 kali pertemuan(Prochaska & Norcross, 2003; Kelly dkk, 2008 ).Tentu hal ini
sangat membantu para konselor jika diterapkan di sekolah mengingat kendala utama
konselor adalah minimnya waktu dalam melaksanakan konseling,permasalahan siswa
yang semakin kompleks dan beragam yang perlu segera mendapat bantuan.
Beberapa tempat di Indonesia SFBC mungkin bukanlah hal baru dalam dunia
bimbingan dan konseling. Namun untuk beberapa tempat lainnya SFBC ini merupakan
hal yang baru sama sekali. Oleh karena itu, berikut akan dipaparkan tentang SFBC lebih
rinci dan peranannya dalam membantu meningkatkan SRL siswa di sekolah.

B. SOLUTION-FOCUSED BRIEF COUNSELING (SFBC)


Sejarah Perkembangan SFBC
Secara umum pendekatan konseling dan psikoterapi modern berfokus pada
patologi dan masalah konseli. Konselor merupakan ahli dalam mengobati masalah
konseli. Sekitar tahun 1950-1970an terjadi pergeseran dalam psikologi yakni berfokus
pada saat ini dan tantangan konselor dalam perannya sebagai ahli. Solution-Focused
Brief Counseling (SFBC) merupakan pendekatan konseling postmodern yang
dikembangkan pada tahun 1982 oleh Insoo Kim Berg dan de Shazer. Pada awalnya Berg
melihat bahwa konseli yang datang padanya selain menceritakan masalah yang
dihadapinya, konseli juga menceritakan eksepsi atau pengecualian saat-saat masalah
tidak muncul atau berkurang. Pada titik inilah, Berg dan de Shazer mengembangkan
konseling dari berfokus masalah berubah menjadi konseling yang berfokus solusi.
Awal perkembangannya SFBC diterapkan pada terapi keluarga dan selanjutnya
digunakan untuk mengatasi masalah alkohol dan narkoba. Kemudian dikembangkan
23

untuk mengatasi masalah pernikahan, kekerasan dalam rumah tangga, masalah


kesehatan mental , masalah pengasuhan , layanan sosial dan kesejahteraan, remaja dan
anak-anak serta konflik orang tua dan anak.
Secara filosofis, pendektan SFBC didasari oleh suatu pandangan bahwa
sejatinya kebenaran dan realitas bukanlah suatu yang bersifat absolut namun realitas
dan kebenaran itu dapat dikonstruksikan. Pada dasarnya semua pengetahuan bersifat
relatif karena ia selalu ditentukan oleh konstruk, budaya, bahasa atau teori yang kita
terapkan pada suatu fenomen tertentu. Dengan demikian, realitas dan kebenaran yang
kita bangun (realitas yang kita konstruksikan) adalah hasil dari budaya dan bahasa kita
(Corey, 2009). Dengan kata lain, postmodern adalah suatu kondisi dimana terjadi
penolakan/ketidak percayaan terhadap segala hal yang mengarah kepada kebenaran
tunggal, keuniversalan, keobjektifan (sesuatu apapun yang hendak dijadikan dasar untuk
menilai benar-salahnya sebuah konsep/ pengetahuan) atas suatu objek dan realita yang
terjadi. Pendekatan konseling postmodern meyakini bahwa apa yang dianggap benar
oleh seseorang belum tentu benar bagi orang lain, sehingga setiap orang memiliki cara
yang unik untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya.

Pengertian
Solution-focused brief counselling (SFBC ) merupakan pendekatan yang berbasis
pada potensi dan kekuatan konseli yang berfokus pada solusi dan masa depan. Disebut
singkat karena pada tahap identifikasi masalah eksplorasinya menjadi lebih pendek dan
mengabaikan deskripsi masalah secara lengkap. Dengan kata lain SFBC tidak berpusat
pada penyebab terjadinya masalah tapi lebih kepada solusi atas masalah tersebut.
Dalamkonseling modern konselor sering mengajukan pertanyaan kepada konselinya
“mengapa masalah ini bisa menimpamu?” maka konselor SFBC akan mengajukan
pertanyaan kepada konselinya “apa yang bisa kita lakukan yang dapat membantumu
keluar dari masalahmu saat ini?. Pertanyaan pertama menggunakan kata ‘mengapa’
mengindikasikan untuk mengeksplorasi penyebab dari munculnya masalah secara
mendalam. Hal ini bisanya memerlukan waktu lebih lama karena berusaha memahami
masalah hingga ke akarnya untuk bisa menentukan intervensi terbaik yang dapat
diberikan. Sementara pertanyaan kedua menggunakan kata ‘apa” lebih mengindikasikan
pada tindakan atau perilaku yang mengarah pada solusi.Artinya, bahwa tujuan utama
dari SFBC adalah bukan untuk mengetahui penyebab terjadinya masalah secara
mendalam namun masalah hanya diperlukan untuk memahami situasi yang sedang
dihadapi konseli sehingga konseli dapat segera dibantu.
SFBC senantiasa menekankan pada kejadian-kejadian eksepsi yaitu saat-saat tidak
terjadinya masalah dalam kehidupan konseli. Para konselor SFBC akan lebih
24

mengeksplorasi eksepsi-eksepsi tersebut dan mengajak konseli untuk mendiskusikan hal-


hal apa yang berbeda ketika masalah tidak muncul. Jika eksepsi ini dapat diidentifikasi
oleh konseli maka konselor SFBC kemudian akan menggunakan konsep sistemik yang
oleh Molnar dan de shazer (Quick, 2008:7) menyebutnya sebagai deviation amplifying.
Tujuannya adalah untuk memperluas danmemperpanjang bagian-bagian
ketidakhadirannya masalah yang dapat membawa perbedaan atau perubahan dalam
kehidupan konseli.
Adapun asumsi utama dari SFBC tentang hakikat perubahan (Turnell & Edward,
1993) yaitu:
a. Konseli memiliki sumber daya dan kekuatan untuk menyelesaikan masalahnya.
Tugas konselor adalah mengumpulkan informasi tentang sumber daya dan kelebihan
konseli yang bisa digunakan untuk mengembalikan kepercayaan diri konseli. Karena
dalam situasi bermasalah, konseli sering kehilangan rasa percaya diri tentang
kemampuannya dalam memecahkan masalah.
b. Perubahan itu pasti terjadi (konstan).
Konselor SFBC berkeyakinan bahwa dalam kehidupan sehari-hari selalu terjadi
perubahan. Begitu pula dunia konseli pasti terjadi perubahan, tidak selamanya
menghadapi hari-hari yang buruk pasti ada hari atau saat-saat konseli merasa lebih
baik.
c. Peran konselor adalah mengidentifikasi dan mempertahankan perubahan.
Konselor perlu mengidentifikasi apa yang menjadi tujuan yang dipilih oleh konseli.
Penting bagi konselor untuk fokus pada apa yang telah berhasil dilakukan oleh konseli,
betapapun kecilnya, hal tersebut sangat berharga dan memperbesar peluang
terciptanya solusi.
d. Konselor tidak perlu mendalami masalah untuk mengatasi keluhan konseli.
SFBC berorientasi pada masa depan. Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan
waktu seminimal mungkin untuk mendalami keluhan atau masalah. Masalah dapat
dijabarkan dalam rangka membantu konseli mengidentifikasi pola-pola dan siklus
yang berulang. Namun bukan berarti harus menggali informasi yang lebih luas tentang
masalah konseli, sedikit informasi seringkali menjadi jalan untuk memulai
menyelesaikan masalah. Yang terpenting adalah berfokus pada identifikasi solusi,
eksepsi danperbedaan yang akan membuat perbedaan yaitu apa yang telah berhasil
dilakukan oleh konseli dalam mengatasi masalahnya.
e. Perubahan kecil mutlak diperlukan.
SFBC meyakini bahwa perubahan kecil akan membawa dampak menuju perubahan
yang lebih besar. Artinya bahwa konselor perlu membantu menemukan perubahan-
perubahan kecil dalam hidup konseli yang dapat digunakan untuk membangun solusi.
25

f. Konseli sebagai ahli dalam menetapkan tujuannya.


Konselor SFBC meyakini bahwa setiap orang memiliki cara yang unik dalam
menemukan solusi atas masalah yang tengah dihadapinya. Oleh karena itu, bukan
konselor tapi konseli yang perlu mengidentifikasi tujuan yang hendak dicapainya.
g. Selalu ada kemungkinan masalah dapat terselesaikan atau terjadinya perubahan
yang cepat.
SFBC senantiasa berfokus pada sesuatu yang mungkin terjadi dan dapat berubah.
Dalam proses konseling, konselor perlu memusatkan perhatiannya tentang
perubahan dan apa yang berubah dalam kehidupan konseli. Bukan berpusat pada
situasi konseli yang tidak menerima perubahan yang terjadi dalam hidupnya.
Pada dasarnya, SFBC membantu konseli untuk membangun solusi daripada
memikirkan penyebab dari masalah mereka. Pendekatan ini membantu konseli untuk
mengenali sumber daya dan kekuatan dirinya yang unik. SFBC adalah proses yang
melibatkan pertanyaan spesifik, pertanyaan yang berfokus solusi untuk merumuskan
tujuan berorientasi masa depan, mengidentifikasi eksepsi dan memperkuat kekuatan
konseli.

Perbedaan SFBC dengan Konseling Modern


Pendekatan konseling modern berfokus pada eksplorasi masalah, emosi dan
perilaku berdasarkan asesmen, interpretasi dan edukasi. Sebaliknya, SFBC lebih berfokus
pada solusi, sumber daya dan kekuatan konseli. Konseli adalah ahli dalam menetapkan
tujuan dan mengidentifikasi kekuatannya. SFBC lebih berfokus pada bagaimana konseli
berubah daripada mendiagnosis dan menyelesaikan masalah. Pada tabel berikut
dipaparkan perbedaan SFBC dengan konseling modern yaitu:

Solution-Focused Brief Counseling Konseling Modern


 Langkah kecil apa yang bisa kamu  Apa yang kamu rasakan ketika terjadi
lakukan untuk mencapai tujuanmu? masalah?
 Hal baik apa yang telah terjadi dalam  Kapan masalah itu terjadi dalam
hidup kamu? hidup kamu?
 Apa yang akan kamu lakukan secara  Pikiran apa yang kamu miliki ketika
berbeda ketika masalah tidak lagi kamu ada masalah ?
muncul atau berkurang?
 Bagaiman kamu tahu kalau hal  Bagaimana reaksi orang lain ketika
tersebut hal baik untuk dilakukan? kamu berperilaku seperti itu?
26

Peran Konselor
Pendekatan SFBC sangat berbeda dengan model pendekatan konseling modern
yang berfokus pada patologi konseli atau analisis masalah. SFBC senantiasa berfokus
pada solusi yang memanfaatkan sumber daya dan kekuatan yang sudah ada dalam diri
konseli. Oleh karena itu, konselor perlu latihan untuk mengubah persepsinya dari
berfokus masalah ke arah membangun solusi dan berorientasi masa depan. Seorang
konselor SFBC perlubersikap fleksibel, menahan diri memberikan saran atau interpretasi
karena pada hakikatnya konseli adalah ahli dalam kehidupannya, memiliki kemampuan
mengendalikan setiap kejadian dalam kehidupannya sehingga konselilah yang berperan
aktif dalam penetapan tujuan dan masa depan yang mereka inginkan.
Adapun tugas dari konselor SFBC yaitu:
1. Bersikap positif: Konselor memiliki sikap yang hormat terhadap apa yang dialami dan
diyakini konseli tentang dirinya. Bersikap positif dan penuh harapanbahwa setiap
orang memiliki ketangguhan, kekuatan dan sumber daya untuk berubah.
2. Menemukan eksepsi: Konselor mencari saat-saat ketika masalahbisa saja terjadi tapi
tidak terjadi. Karena konselor meyakini bahwa dalam kehidupan sehari-hari
perubahan itu pasti terjadi. Tidak selamanya dalam kehidupan konseli selalu
mengalami masalah, pasti ada saat-saat tertentu konseli merasa lebih baik.
3. Bertanya: Pertanyaan memainkan peran penting dalam SFBC . Dalam hal ini,konselor
tidak dianjurkan untukmenafsirkan, menantang atau mengkonfrontasikonseli.
4. Fokus pada masa depan: Konselor berusaha untuk mengarahkan konseli berorientasi
tujuan menuju masa depan dan apa yang berhasil saat ini daripada berfokus
padamasa lalu dan bagaimana masalah terjadi.
5. Kolaboratif: Konselor perlu membentuk hubungan yang kolaboratif dan menciptakan
suatu iklim yang respek, saling menghargai dan membangun suatu dialog yang bisa
menggali konseli untuk mengembangkan kisah-kisah yang mereka pahami dan hayati
dalam kehidupan mereka.
6. Pujian: Mendorong konseli untuk terus melakukan apa yang sudah berhasil dan fokus
pada kekuatan mereka. Konsisten dalam membantu konseli berimajinasi bagaimana
mereka menginginkan hal yang berbeda dan apa yang akan dilakukan agar perubahan
tersebut terjadi .
Bagi konselor pemula, teknik SFBC bisa menjadi sesuatu yang agak sulit untuk
diterapkan mengingat konselor terbiasa untuk berfokus pada masalah yang dihadapi
konseli. Oleh karena itu, konselor perlu mendengarkan dengan hati-hati dan kesadaran
diri untuk mengarahkan konseli berfokus pada solusi dan berorientasi masa depan. Agar
konselor lebih mahir dalam menerapkan SFBC , penilaian oleh pengawas atau teman
27

sejawat akan dapat membantu dalam mengidentifikasi bagaimana menerapkan teknik


ini dengan tepat.
Hubungan Konseling
Dalam proses konseling hubungan terbaik adalah hubungan yang kolaboratif yaitu
konselor sebagai ahli dalam proses konseling dan dalam posisi tidak tahu atas diri konseli
sementara konseli adalah ahli dari kehidupannya. Dengan ketidaktahuan seorang
konselor akan memberi kesempatan kepada konseli untuk membangun solusi. Dengan
asumsi ini, SFBC memungkinkan hanya diperlukan beberapa sesi saja untuk membangun
momentum perubahan.

Jenis-Jenis Hubungan antara Konselor dan konseli


Dalam proses konseling,hasil treatment sangat bergantung pada kerjasama tim
antara konselor dengan konseli. Hubungan kolaboratif belum mencukupi terjadinya
perubahan pada diri konseli. Oleh karena itu, konselor perlumengidentifikasi jenis
hubungannya dengan konseli sehingga konselor dapat menentukan jenis intervensi
konseling yang paling memungkinkan kerja sama dan partisipasi siswa. Selain itu,
identifikasi jenis hubungan ini juga menentukan jenis tugas yang akan diberikan kepada
konseli pada setiap akhir pertemuan atau sesi.SFBC membedakan tiga tipe hubungan
antara konselor dan konseli yaitu:
1. Tipe pelanggan(customer).
Tipe pelanggan ini merupakan tipekonseli yang ideal yaitu konseli yang memahami
masalah yang tengah dihadapinya dan memiliki tujuan yang jelas. Mereka memahami
tanggungjawabnya dan termotivasi untuk berubah. Intervensi terbaik yang perlu
konselor lakukan adalah memberikan banyak umpan balik positif tentang apa yang
telah konseli lakukan dengan benar. Mendukung konseli tentang perlunya melakukan
sesuatu untuk menemukan solusi untuk masalahnya.
2. Tipe pengeluh(complainant).
Tipe pengeluh menyadari bahwa dirinya bermasalah. Mereka biasanya dapat
mengidentifikasi tujuan tetapi tidak memiliki motivasi untuk bertindak. Mereka dapat
menggambarkan keluhan atau tujuan dengan rinci namun seringkali tidak dapat
melihat diri mereka sebagai bagian dari solusi dan lebih meyakini bahwa orang lain
yang harus bertindak untuk menciptakan perubahan. Konseli seperti ini juga biasanya
mampu menjelaskan pola dan urutan masalah dengan baik dan sering melihat diri
mereka sebagai korban. Biasanya mereka tidak berkomitmen untuk mengambil
langkah-langkah untuk memecahkan masalah atau tidak memahami bahwa mereka
harus mengambil langkah. Dalam situasi ini konselor perlu memuji tentang semua
informasi yang berguna yang telah konseli berikan dan hal-hal baik yang mereka
28

lakukan bagi diri mereka. Konseli tidak melihat diri mereka sebagai bagian aktif dari
solusi, tetapi pandai memikirkan dan mengamati. Karena itu, konselor perlu meminta
siswa untuk berpikir tentang/mengamati sesuatu yang positif .
3. Tipe pengunjung(visitor).
Tipe Pengunjung adalah tipe konseli yang tidak jelas masalah dan tujuannya datang
ke konselor. Dengan kata lain konseli merasa dirinya tidak memiliki masalah. Konseli
seperti ini biasanya datang atas rekomedasi orang lain yakni guru maupun orang tua.
Cara terbaik adalah hanya mengeksplorasi mengapa mereka mencari bantuan dan
berempati dengan kesulitan mereka. Menawarkan suasana yang aman dan
mengundang mereka untuk kembali jika mereka ingin bantuan lebih lanjut.
Tipe-tipe hubungan di atas juga mempengaruhi konselor dalam memberikan
tugas. Tipe pelanggan adalah konseli yang sepenuhnya mengambil tanggung jawab atas
masalahnya dan berkeinginan kuat untuk melakukan perubahan. Oleh karena itu, tipe
pelanggan diberi compliment, observetask dan atau ‘do’task.Tipe pengeluh diberi
compliment dan observetask.Observetask ini dimaksudkan agar konseli mengamati hal-
hal positif yang terjadi pada dirinya yang membawa perubahan yang lebih baik. Dengan
observetaskini konseli akan menyadari bahwa mereka perlu berperan aktif dalam
melakukan perubahan atas masalah yang dihadapinya dan tidak menyalahkan orang lain
atas masalah yang menimpanya. sementara tipe pengunjung cukupdiberikan
compliment. Berikut jenis tugas yang dimaksud:
1. Tugas Observasi(Observe Task)
a. Tugas formula sesi pertama (Formulafirstsessiontask) : “Antara sekarang dan
berikutnya kita bertemu, saya ingin kamu mengamati tentang apa yang terjadi
dengan cara belajar kamu yang ingin kamu lanjutkan agar terus terjadi? dan
ceritakan hal tersebut pada saya saat kita bertemu minggu depan”
b. Observasi spesifik (SpesificObservation): “Coba amati apa yang kamu lakukan
minggu ini yang membuat kamu merasa lebih baik meski itu sedikit"."Perhatikan
bagaimana kamu melakukannya sehingga itu terjadi". Pada umumnya tugas
observasi spesifik ini terkait dengan eksepsi (exception)/ bagian dari skenario
keajaiban (miraclescenario).
c. Tugas lain untuk tipe pengeluh. Bagi konseli yang menunda-nunda suatu
tindakan tertentu (misalnya sering menunda menyelesaikan tugas sekolah)
mereka akan diberikan tugas mengamati dan memikirkan tentang apa yang perlu
terjadi pada dirinya yang membuatnya termotivasi untuk menyelesaikan tugas-
tugasnya. Contoh pernyataan: "Antarasekarang dan waktu berikutnya kita
bertemu, saya ingin kamu untuk berpikir tentang tugas-tugas kamu, sehingga
29

kamu dapat memberitahukan pada saya, apa yang perlu terjadi yang membuat
kamu bisa mengerjakan tugas-tugasmu dengan baik.
2. Tugas ‘Lakukan’ (‘Do’ Task).
Perlu diingat bahwa tugas ini hanya untuk tipe pelanggan.
a. Berpura-pura terjadi keajaiban (pretend miracle) : "Antara sekarang dan waktu
berikutnya kita bertemu, saya ingin kamu memilih satu hari dan pada hari itu
kamu bertindak seolah-olah telah terjadi keajaiban. Ketika kita bertemu kembali,
saya ingin kamu menceritakan apa yang berbeda saat keajaiban itu terjadi".
Tugas ini digunakan bila konselor memiliki skenario keajaiban yang dijelaskan
dengan baik dan rinci dan konseli termotivasi (skala motivasi) untuk melakukan
sesuatu.
b. Lakukan sesuatu melebihi solusi yang ada: tugas ini diberikan berdasarkan apa
pun yang konseli telah identifikasi sebagai eksepsi atau bagian dari keajaiban.
“Antara sekarang dan waktu berikutnya kita bertemu saya ingin kamu lakukan. . .
(menyebutkan apa yang telah konseli identifikasi sebagai eksepsi atau bagian dari
keajaiban) ".
c. Tugas generik atau melakukan sesuatu yang umum: Tugas ini digunakan saat
tujuan konseli tidak jelas tetapi mereka ingin melakukan sesuatu. "Antara
sekarang dan waktu berikutnya kita bertemu, saya ingin kamu melakukan segala
sesuatu yang perlu kamu lakukan untuk menjadi lebih baik atau tidak merasa
tertekan dengan tugas-tugasmu".
d. Undi dan lakukan: Tugas ini diberikan kepada tipe pelanggan yang bimbang
terhadap dua tindakannya yang berbeda. Misalnya konseli bingung mana yang
akan menjadi prioritas utamanya. Apakah akan menyelesaikan tugasnya atau
mengikuti les gitar. "Seminggu kedepan, setiap malam sebelum tidur saya ingin
kamu mengambil uang logam Rp.500 kemudian lemparkan seolah-olah kamu
mengundi sesuatu. Jika kamu mendapatkan gambar garuda saya ingin kamu
bertindak sepanjang hari seolah-olah kamu telah memutuskan untuk
menyelesaikan tugasmu. Di sisi lain, jika mendapatkan angka saya ingin kamu
bertindak sepanjang hari seolah-olah kamu pasti sudah memutuskan tidak akan
melakukan hal itu. Perhatikan apa yang berbeda setiap hari sehingga kamu dapat
memberitahupada saya waktu berikutnya”.

Tahap-tahap SFBC
Proses konseling melibatkan membangun rapport, mengidentifikasi pola masalah,
menetapkan tujuan, mengeksplorasi kekuatan dan solusi, menekankan pemecahan
positif dan dapat diprediksi, serta menyiapkan hal-hal yang perlu dilakukan ketika
30

masalah itu muncul kembali. Dari awal, intervensi secara khusus terfokus pada solusi dan
masa depan. Konseli diperlakukan sebagai ahli dalam kehidupan mereka, pertanyaan
digunakan untuk menetapkan tujuan atau tanda-tanda perubahan, yang kecil, relevan,
dapat dicapai, dan dideskripsikan secara positif dalam bentuk perilaku. Di sesi awal,
tujuan umum seperti 'merasa lebih percaya diri' atau 'akan lebih bersemangat'
selanjutnya disempurnakan dengan menanyakan 'Apa lagi yang akan terjadi karena Anda
sedang merasa lebih percaya diri saat ini? 'Atau' Bagaimana orang akan tahu bahwa Anda
sedang merasa bersemangat? '
Penilaian skala digunakan di seluruh proses konseling dan memberikan penilaian
objektif pada perubahan, sementara itu perlu penekanan pada pembentukan tujuan
konkrit berupa perilaku yang spesifik. Mencari tahu apa yang sudah berhasil dan
melakukan lebih dari apa yang telah dicapai. Beralih dari apa yang salah ke apa yang
terjadi dengan baik - dan apa lagi, dan apa lagi, dan apa lagi?. Berikut adalah tahapan
SFBC :
Sesi pertama:
a. Klarifikasi peran (role clarification): Membina hubungan baik dan mengklarifikasi
peran konselor dan konseli.
b. Deskripsimasalah (problemdescription) : Karena SFBC tidak berfokus pada masalah
maka konselor tidak perlu menggali masalah lebih dalam. Deskripsi masalah
dilakukan agar konselor memiliki gambaran tentang situasi yang dihadapi konseli.
c. Merumuskan tujuan (Goalformulation):SFBC selalu mengasumsikan bahwa suatu
tujuan atau perubahan kecil menjadi langkah awal menuju tujuan yang lebih besar.
Oleh karena itu , tujuan perlu dirancang menjadi langkah-langkah kecil, spesifik,
dapat diamati dan realistis.
d. Bergerakmenujusolusi (moving toward a solution): Konselor perlu mengantar
konseli bergerak menuju solusi. Tahap ini akan memperjelas tujuan spesifik yang
telah dibuat konseli ke dalam bentuk skala. Melalui skala konseli dapat
mengevaluasi situasi yang dihadapinya dan melihat kemungkinan-kemungkinan
solusi yang telah dilakukannya sehingga merasa lebih percaya diri bahwa mereka
memiliki sumberdaya dan kekuatan untuk menyelesaikan masalahnya.
e. Penutup (ending): Sebelum menutup pertemuan pertama, konselor break3-5 menit
untuk mengevaluasi tentang jenis hubungannya dengan konseli dan memahami apa
yang telah konseli kemukakan. Selanjutnya memberikan compliment atau pujian
secara tulus pada konseli, bridge sebagai penghubung antara compliment dan tugas
yang akan diberikan konselor kepada konseli dengan memperhatikan tipe konseli
apakah sebagai pelanggan, pengadu atau pengunjung.
31

Sesi kedua dan sesi-sesi berikutnya:


Pada sesi kedua dan sesi-sesi berikutnya, tugas konselor adalah mengidentifikasi
apa yang telah menjadi lebih baik dan bagaiman tindakan konseli untuk
mempertahankan keadaan yang lebih baik tersebut. Para konselor SFBC sering
menggunakan teknik EAR (Eliciting, Amplifying dan Reinforcing)pada sesi kedua dan
berikutnya.
a. Eliciting: mengidentifikasi eksepsi/pengecualian yang telah membuat konseli
merasa lebih baik dari pertemuan sebelumnya.
b. Amplifying: konselor menguatkan eksepsi dengan meminta konseli untuk
menggambarkan apa yang berbeda antara saattidak munculnya masalah dan saat
munculnya masalah. Selanjutnya konselor mengeksplorasi bagaimana eksepsi itu
terjadi.
c. Reinforcing: meneguhkan keberhasilan dan kekuatan konseli bahwa eksepsi telah
terjadi secara signifikan.
d. Scalingprogress: Memeriksa kemajuan yang telah dicapai oleh konseli dengan
menggunakan pertanyaan berskala. Selain itu juga scalingprogress juga dilakukan
untuk melihat tingkat kepercayaan diri konseli terhadap masalahnya.
e. Ending : Seperti sesi pertama, sebelum sesi diakhiri konselor perlu melakukan break
dan homework berupa pujian dan bridge dan pemberian tugas.
Tidak terjadi perubahan dalam diri konseli setelah pertemuan pertama
Proses konseling yang dilakukan tidak selamanya berjalan sesuai harapan.
Terkadang konseli datang melaporkan kepada konselor bahwa tidak terjadi perubahan
sejak pertemuan pertama bahkan ada yang melaporkan masalah semakin memburuk.
Hal ini terjadi karena mereka mungkin melihat bahwa perubahan tidak dramatis dan
cepat untuk memenuhi harapan mereka yakni terjadinya perubahan besar atau
perubahan terjadi namun mereka melihatnya tidak berkaitan dengan tujuan mereka.
Perasaan frustrasi bisa saja muncul dalam situasi ini dan konselor perlu mengakui dan
menghargai perasaan konseli tersebut, pada saat yang sama perhatian siswa dapat
ditarik untuk melihat kemungkinan adanya perubahan kecil namun signifikan. Perlu
diIngat bahwa jika konseli telah memiliki hari yang tidak menyenangkan sesaat sebelum
sesi konseling, hal ini mungkin berdampak sepanjang minggu dalam persepsinya. Jadi,
konselor perlu menerima persepsi konseli sebagai hal yang wajar dan kemudian
meninjau ulang minggu yang dilaluinya secara rinci. Dalam proses ini, biasanya konselor
dapat menemukan beberapa situasi meskipun kecil, di mana konseli berperilaku berbeda
yang menciptakan beberapa perubahan yang berkaitan dengan tujuan mereka.
Ketika konseli menghadapi kemunduran dalam mencapai tujuan, sering mereka
kehilangan perspektif dan menjadi kewalahan dengan berbagai perasaan. Pada titik ini
32

peran konselor sangat penting dalam membantu konseli untuk melihat keberhasilan
yang dia miliki sebelum kemunduran dan yang terpenting lagi adalah kembali ke tujuan
awal sesegera mungkin.
Terminasi
Mengakhiri sesi konseling seorang konselor harus memperhatikan beberapa hal
yaitu:
1. Memastikan bahwa tujuan telah tercapai.
2. Memastikan bahwa konseli telah memahami apa yang telah dilakukannya untuk
menemukan solusi atas masalahnya
3. Memastikan bahwa konseli memiliki perasaan yang jelas tentang apa yang telah
mereka lakukan untuk membantu diri mereka sendiri.
4. Memastikan bahwa konseli bisa menerapkan langkah-langkah ini pada situasi lain.
5. Memastikan bahwa konseli dapat mengenali tanda-tanda awal munculnya masalah
bagi dirinya.
6. Memastikan bahwa konseli memiliki ide-ide yang jelas untuk mengatasi masalah
tersebut.
Jika hal tersebut di atas telah tercapai maka sesi konseli sudah dapat diakhiri.

Teknik-Teknik SFBC
Seperti pada konseling pada umumnya, SFBC memiliki beberapa teknik yang dapat
digunakan untuk membantu konseli mengidentifikasi tujuannya yang berfokus solusi dan
berorientasi masa depan. Teknik yang sering digunakan yaitu miracle question,exception
question, scaling question, coping question, compliment, pre-session change question
dan formula first session task.
a. Pertanyaankeajaiban (miracle question):Pertanyaan keajaiban merupakan teknik
terkemuka dari SFBC . Terkadang beberapa konseli tidak dapat mengungkapkan
tujuannya. Pertanyaan keajaiban adalah cara untuk menanyakan tujuan yang
datangnya dari konseli sendiri berdasarkan pertimbangan masa depan yang mereka
inginkan. Pertanyaan ini membantu konseli untuk berpikir luas tentang kemungkinan-
kemungkinan baru untuk masa yang akan datang dan membayangkan bagaiman
hidup mereka akan berubah ketika permasalahan yang dihadapinya selesai.
b. Pertanyaaneksepsi (exceptionquestion): Pertanyaan menemukan eksepsi atau
pengecualian ini bertujuan untuk memberdayakan konseli dalam menemukan solusi
atas permasalahan yang dihadapinya. Dengan menggunakan pertanyaan yang spesifik
konselor membantu konseli mengidentifikasi saat-saat masalah mestinya terjadi tapi
tidak terjadi. Konselor perlu mendengarkan dengan penuh perhatian agar dapat
mengidentifikasi perilaku solusi yang pernah dilakukan konseli.
33

c. Pertanyaanberskala (scaling question): Pertanyaan berskala membantu konseli untuk


melihat masalah mereka pada sebuah skala dan mengevaluasi kemajuan mereka
menuju tujuannya. Pertanyaan berskala meminta konseli untuk menilai posisi mereka
pada skala 1 sampai 10. Skala 1 menunjukkan mereka dalam situasi yang paling tidak
diinginkan dan skala 10 adalah situasi yang sangat mereka inginkan.
d. Pertanyaan coping (copingquestion): Pertanyaan coping digunakan untuk
mengantarkan konseli pada perilaku yang mengarah pada solusi ketika konseli
melaporkan bahwa keadaannya tidak lebih baik. Strategi ini merupakan cara terbaik
ketika konselor merasa terjebak dengan konseli yang tidak menunjukkan kemajuan.
Pertanyaan coping dapat menunjukkan kepada konseli bahwa meskipun keadaan
tidak lebih baik tapi juga tidak terlalu buruk. Hal ini berarti bahwa ada sumber daya
dan kekuatan yang bekerja di siniuntuk mencegah masalah semakin memburuk.
e. Pujian (compilment): pujian adalah salah satu teknik yang penting dalam SFBC . Pujian
dilakukan hampir selama proses konseling berlangsung. Hal ini dimaksudkan agar
konseli merasa dihargai dan menghargai setiap usaha yang dilakukannya. Pujian yang
diberikan kepada konseli harus tulus dan jujur dengan tujuan memuji kemajuan
konseli sekecil apapun itu.
f. Pertanyaanperubahanprassesi (presessionchangequestion): SFBC melihat bahwa
konseli yang datang seringkali melaporkan bahwa telah terjadi perubahan antara saat
mereka melakukan janji untuk sesi konseing dan saat ketika percakapan dengan
konselor dimulai. Pertanyaan perubahan prasesi ini biasanya diajukan kepada konseli
yang telah membuat janji sebelumnya untuk bertemu dengan konselor untuk
meminta bantuan konseling. Pertanyaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi
perubahan yang terjadi pada diri konseli sebelum bertemu dengan konselor untuk
melakukan sesi konseling pertama kalinya.
g. Tugasformulasesipertama (formulafirstsessiontask):Memberikan tugas pada sesi
pertama bertujuan untuk membantu konseli agar memantau tindakan dan lingkungan
mereka yang membuat konseli menjadi lebih baik dan ingin terus ia pertahankan.

Tantangan bagi konselor


Tantangan pertama yang sering dihadapi oleh konselor pemula dalam
menerapkan SFBC adalah diri sendiri. Selama ini konselor selalu berfokus pada masalah
sehingga pada saat menggunakan SFBC sebagai treatment, konselor sering terjebak
untuk mengetahui lebih dalam masalah yang tengah dihadapi konseli. Akibatnya
konselor tidak berfokuspada solusi dan masa depan. Cara terbaik yang dapat konselor
lakukan pada situasi seperti ini adalah menahan diri untuktidak bertanya lebih banyak
tentang masalah yang dihadapi konseli. Tidak memberikan penilaian atau pelabelan
34

terhadap tapi lebih memusatkan perhatian pada apa yang telah dilakukan konseli untuk
menghadapi masalahnya.
Tantangan berikutnya adalah masalah krisis selama proses konseli, khususnya
resistensi konseli pada perubahan, masalah lebih kritis dan kambuhnya kembali masalah.
Dalam pendekatan SFBC tidakmelihat konseli kekurangan motivasi untuk keluar dari
masalahnya, melainkan konselor mungkintelah salah menafsirkan tingkat mana konseli
dalam proses perubahannya. Itulah sebabnya mengapa tujuan pada SFBC haruslah kecil
dan dapat dicapai serta sesuatu yang telah konseli capai di masa lalu.
Ketika konseli melaporkan bahwa dia telah mengalami krisis atau keadaan semakin
memburuk. Konselor harus berfokus pada cara konseli menghadapi situasi bukan
berfokus pada masalah atau seberapa buruk situasi tersebut bagi konseli. Strategi seperti
ini dapat membantu reorientasi konseli kembali pada sumber daya dan kekuatannya
dalam mengelola situasi buruk.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, salah satu asumsi dasar dari SFBC
bahwa perubahan itu bersifat konstan atau sudah pasti terjadi dalam kehidupan sehari-
hari. SFBC melihat bahwa tidak ada keadaan atau situasi yang semakin memburuk,
sesungguhnya konseli tengah bergerak ke pengalaman yang baru dan berbeda. Jika
keadaan atau masalah menjadi lebih buruk atau muncul kembali, SFBC melihatnya
sebagai suatu tantangan baru dalam proses konseling. Apapunkemunduran atau krisis
yang dialami konseli, konselor SFBC perlu melihat kembali pada apa yang telah berhasil
dilakukan oleh konseli untuk mencapai tujuannya dan mendorong konseli untuk
melakukan lebih dari yang sudah ada sekali lagi. Konselor SFBC haruslah bisa
memanfaatkan teknik-teknik SFBC untuk menjaga agar konseli tetap berada dijalurnya
yaitu mencapai tujuan mereka.

C. SELF-REGULATEDLEARNING (SRL)
Pengertian
Di sekolah banyak ditemui siswa berkemampuan akademik rata-rata, di atas rata-
rata bahkan berbakat namun kurang berprestasi. Hal ini disebabkan karena siswa kurang
memahami dan memanfaatkan setiap potensi yang dimilikinya untuk mencapai
tujuannya dalam belajar. Masih banyak siswa menganggap bahwa sekolah hanyalah
merupakan kewajiban, berprestasi di sekolah bukanlah tujuan mereka tapi melihat
prestasi merupakan tujuan dan ambisi orang tua dan guru. Akibatnya banyak dari mereka
menyelesaikan tugas belajar hanyalah untuk menggugurkan kewajiban. Mereka
cenderung tidak teratur, mengabaikan pekerjaan rumah, menghindari tugas, menyimpan
buku secara sembarangan, sering melamun, tidak mendengarkan, atau banyak berbicara
dengan siswa lain di kelas. Mereka memiliki kemampuan belajar yang rendah.
35

Menganggap dirinya sudah belajar jika sudah membaca sebentar bahan pelajaran sambil
tiduran dan menonton TV. Beberapa diantara mereka tidak memiliki tujuan belajar yang
jelas, mengerjakan tugas asal-asalan, memiliki keyakinan diri rendah atas kemapuan
belajarnya,punya banyak ide yang luar biasa namun jarang sampai pada tindakan-
tindakan nyata. Selain itu, mereka juga sering memanipulasi keadaannya. Sakit untuk
menghindari tugas sekolah, meminta orang tua mengerjakan tugas-tugasnya, atau
meminta guru untuk memperpanjang batas waktu pengumpulan tugas.
Contoh-contoh perilaku di atas mencirikan siswa yang tidak mampu mengatur
dirinya dalam belajar sehingga menjadikan mereka kurang berprestasi di sekolah.
Sebaliknya seorang siswa yang mampu mengatur dirinya adalah siswa yang bisa
memanfaatkan waktu dan semua yang ada disekitarnya secara efesien agar dapat
mencapai tujuan belajarnya. Siswa seperti ini adalah siswa yang berketerampilanself-
regulated learning. Zimmerman (1989)mendefinisikan self-regulated learning sebagai
suatu proses dimana seorang siswa mengaktifkan dan mendorong kognisi (cognition),
perasaan (affect) dan perilakunya (behaviours) secara sistematis dan berorientasi pada
pencapaian tujuan belajar. Dengan kata lain siswa yang SRL adalah siswa yang mampu
belajar secara terorganisir menetapkan tujuan belajar yang ingin dicapainya, mampu
memotivasi dirinya dan memiliki keyakinan diri atas kemampuannya, memiliki strategi
belajar yang efektif , mengevaluasi atas hasil yang dicapainya serta mengontrol segala
perilakunya dalam mencapai tujuan-tujuan belajar.

Fase-fase dan proses self-regulated learning


Self-regulated learning bukanlah suatu kemampuan mental tapi merupakan
sekumpulan keterampilan yang melibatkan proses metakognisi, afeksi dan perilaku siswa
untuk mencapai tujuan belajarnya. Menurut Zimmerman (2000) ada 3 fase dan
subproses dari self-regulated learning yaitu fase berfikir (forethought phase)mengacu
pada proses dan keyakinan yang terjadi sebelum terjadi upaya untuk belajar; fase
performa (performance phase) mengacu pada proses yang terjadi selama implementasi
perilaku, dan fase refleksi diri (self-reflection phase) mengacu pada proses yang terjadi
setelah terjadinya usaha belajar. Pada gambar 1 berikut digambarkan fase dan subproses
dari self-regulated learning:
36

Fase II: Performa


3. Membuat strategi tugas
4. Observasi diri

Fase I: Berfikir Fase III: Refleksi


1. Membuat perencanaan 5. Evaluasi diri
2. Self-efficacy academic 6. Reaksi diri/kepuasan diri

Gambar 1: Fase dan subproses self-regulated learning

1. Fase Berfikir
Pada fase ini siswa akan melalui 2 langkah yaitu membuat perencanaan belajar dan
keyakinan diri akademik. Dalam membuat perencanaan belajar siswa harus mampu
menetapkan tujuan yang akan dicapainya dalam belajar baik jangka pendek maupun
panjang. Selanjutnya siswa akan menyusun strategi untuk mencapai tujuan yang telah
dibuatnya dan langkah-langkah yang spesifik untuk melakukannya.
Langkah selanjutnya yaitu keyakinan diri akademik (self-efficacy academic) siswa.
Seorang pebelajar yang mandiri akan memiliki motivasi dan keyakinan diri yang tinggi
terhadap kemampuannya dalam belajar serta memilki keyakinan bahwa belajar itu
penting bagi masa depannya. Dengan keyakinan dan motivasi yang tinggi inilah yang akan
menjadi penggerak utama siswa untuk mencapai performa akademik yang optimal.
2. Fase performa
Fase performa ini melalui 2 langkah yaitu siswa mampu membuat strategi tugas dan
mampu mengobservasi dirinya dalam belajar. Pada strategi tugas seorang pebelajar yang
mandiri akan membuat langkah-langkah yang spesifik dalam mencapai tujuan belajar
yang telah ditetapkannya. Seorang pebelajar mandiri mampu mengontrol diri dan
lingkungannya dalam menjalankan strategi belajar yang telah dibuatnya. Mematuhi
jadwal belajar, menghindari hal-hal yang bisa mengganggu konsentrasi dalam belajar
serta memberikan penghargaan kepada diri sendiri jika berhasil mencapai target yang
telah ditetapkan merupakan suatu bentuk pengontrolan diri dan lingkungannya.
Seorang pebelajar yang mandiri senantiasa mengamati dan bereksperimen tentang
efektivitas belajar yang telah dilakukannya. Hal ini mereka lakukan untuk melihat sejauh
mana keberhasilan dari strategi yang telah ia tetapkan untuk mencapai tujuannya.
37

Melalui pengamatan diri mereka akan mengetahui seberapa lama waktu yang dapat
mereka gunakan untuk menyelesaikan suatu tugas tertentu. Selain itu, mereka juga
memperhatikan dirinya seberapa efektif mereka jika belajar secara individual atau
berkelompok. Saat kapan mereka membutuhkan bantuan orang lain dan sumber-sumber
lain yang dapat menunjang belajar mereka.
3. Fase refleksi diri
Fase refleksidiri melalui 2 langkah yaitu evaluasi diri dan reaksi diri. Pada proses
evaluasi diri seorang pebelajar yang mandiri akan menilai hasil-hasil yang telah ia capai
dengan membandingkan standar yang telah ia tetapkan maupun membandingkan
capaiannya dengan pencapaian orang lain. Selain itu, mereka juga akan menilai
kegagalan atau keberhasilan yang mereka peroleh sebagai acuan untuk memperbaiki dan
meningkatkan performa belajarnya.
Salah satu bentuk dari reaksi diri adalah adanya kepuasan diri terhadap hasil yang
dicapai. Jika pebelajar merasa puas atas hasil yang dicapai maka akan dapat
meningkatkan motivasinya, sebaliknya ketidakpuasan akan menurunkan motivasi dan
tindak lanjut untuk belajar.

Karakteristik self-regulated learner


Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik siswa yang belajar dengan self-regulate
adalah (Corno, 2001; Weinstein, Husman and Dierking, 2000; Winne, 1995;
Zimmerman, 1998, 2002, 2008):
1. Mereka terbiasadengan dan mengetahui bagaimana menggunakan suatu strategi
kognitif (repetisi, elaborasi, dan organisasi), yang membantu mereka menyelesaikan,
mengubah (transform), mengatur (organize), memperluas (elaborate), dan
memperoleh kembali informasi (recover information).
2. Mereka mengetahui bagaimana merencanakan, mengontrol dan mengatur proses
mental mereka terhadap pencapaian tujuan-tujuan personal (metacognition).
3. Mereka memiliki kepercayaan motivasi (motivational beliefs), yakni perasaan efikasi
diri akademik, menggunakan tujuan-tujuan belajar, mengembangan emosi positif
terhadap tugas-tugas (seperti kegembiraan, kepuasan, dan semangat besar).
4. Mereka merencanakan dan mengontrol waktu dan upaya yang digunakan untuk
tugas-tugas, dan mereka mengetahui bagaimana membuat dan membangun
lingkungan belajar yang baik, seperti menemukan tempat belajar yang cocok, dan
pencarian bantuan (help-seeking) dari guru/teman sekelas ketika menemui
kesulitan.
38

5. Untuk perluasan konteks yang diberikan, mereka terlibat dalam upaya-upaya yang
lebih besar yaitu mengatur dan mengontrol tugas-tugas akademik, suasana dan
struktur kelas, desain tugas-tugas kelas serta kelompok kerja.
Pada akhirnya, karakteristik siswa self-regulated learner adalah mereka melihat
diri mereka sebagai agen perilaku mereka sendiri, mereka percaya belajar adalah proses
proaktif, mereka memotivasi diri dan menggunakan strategi-strategi yang
memungkinkan mereka meningkatkan hasil akademik yang diinginkan.

Strategi self-regulated learning


Penelitian yang dilakukan oleh Zimmerman & Schunk (1989: 336-337) menemukan
bahwa para siswa menggunakan setidaknya 11 tipe strategi Self-Regulated Learning.
Berikut adalah strategi-strategi self-regulated learning :
1. Evaluasi diri (self evaluating).
Siswa melakukan evaluasi terhadap pekerjaannya untuk memastikan kalau ia sudah
mengerjakan dengan benar.
2. Organisasidantransformasi (organizing and transforming).
Siswa mulai melakukan menata dan mengubah beberapa dari materi-materi
pembelajaran untuk meningkatkan belajar mereka, misalnya membuat garis-garis
besar sebelum menulis.
3. Penetapan tujuan dan perencanaan (goal-setting and planning).
Siswa menetapkan tujuan pendidikan atau sub tujuan dan perencanaan untuk
pengurutan, pemilihan waktu, dan kegiatan yang berkaitan dengan pencapaian
tujuan tersebut, misalnya belajar dua minggu sebelum ujiandan memotivasi diri
sendiri. "
4. Mencari informasi (seeking information).
Siswa berusaha untuk mendapatkan informasi lanjut dari sumber nonsosial ketika
melakukan tugas; misalnya ke perpustakaan untuk mendapatkan informasi
sebanyak mungkin mengenai suatu topik atau materi.
5. Membuat catatan dan memantau hasil belajarnya (keeping records and monitorin).
Siswa membuat catatan mencatat tentang materi yang dianggapnya penting dan
memantau hasil belajarnya; misalnya, membuat catatan dari diskusi kelas dan
menyimpan hasil pekerjaannya yang salah ."
6. Penataan lingkungan (environmental structuring).
Siswa memilih atau merencanakan pengaturan terhadap lingkungannya untuk
membuat belajar lebih mudah, misalnya, mengisolasi diri dari segala sesuatu yang
mengalihkan perhatian dan mematikan TV sehingga bisa berkonsentrasi belajar.
39

7. Konsekuensi diri (self-consequating).


Siswa mengatur atau membayangkan imbalan atau hukuman atas keberhasilan atau
kegagalannya, misalnya mengijinkan dirinya nonton film jika berhasil mengerjakan
ujiannya dengan baik."
8. Berlatih dan menghafal (rehearsing and memorizing).
Siswa dapat mengatur materi yang membutuhkan latihan seperti matematika dan
fisika dan menghafal materi seperti pelajaran sosial.
9. Mencari bantuan sosial dari teman, guru dan orang dewasa (seeking social
assistance from peer, teachers and adults ).
Siswa berinisiatif untuk meminta bantuan dari teman-teman, guru, dan dewasa jika
menemui kesulitan
10. Memeriksa catatan dari buku catatan(reviewing records from note).
Siswa membaca catatan, buku teks, atau persiapan belajar di kelas atau ujian yang
akan datang untuk mempersiapkan kelas atau pengujian lebih.
11. Orang lain (other ).
Perilaku belajar yang dimulai oleh orang lain seperti guru atau orang tua, dan semua
respon verbal tidak jelas, misalnya hanya melakukan apa yang guru katakan.
Para psikolog pendidikan dan pendidik semakin menganjurkan pentingnya
menekankan self-regulation di kelas baik untuk meningkatkan pembelajaran siswa dan
sebagai bekal untuk mendidik diri mereka sendiri sepanjang hidup (Moreno, 2010:293).
Oleh karena itu guru dan konselor memiliki tanggung jawab dalam mengembangkan self-
regulated learning siswa.

D. MENINGKATKAN SELF-REGULATED LEARNING (SRL) SISWA MELALUI SOLUTION-


FOCUSED BRIEF COUNSELING (SFBC )

Di sekolah sering ditemui siswa yang memiliki kemampuan akademik yang baik
namun kurang berprestasi. Meski para siswa ini memiliki pengetahuan keterampilan
yang dibutuhkan dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik tapi mereka masih
menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Dalam belajar beberapa siswa memiliki
tujuan dan perencanaan yang kurang jelas dalam belajar, memiliki keyakinan diri
akademik rendah, tidak memiliki strategi yang efektif dalam menyelesaikan tugas, kurang
melakukan pengontrolan dan evaluasi terhadap cara dan hasil belajar serta tidak mampu
mengubah dan menyesuaikan cara belajarnya untuk meningkatkan performa
akademiknya. Siswa seperti inilah yang dicirikan sebagai siswa yang memiliki SRL rendah.
Oleh karena itu, tugas konselor adalah membantu meningkatkan SRL siswa.
40

Banyak intervensi yang efektif yang dapat diterapkan untuk menangani masalah
SRL ini namun bagi sekolah yang memiliki tingkat permasalahan akademik siswa yang
cukup tinggi, sekolah perlu memberikan intervensi yang memberikan efek yang cepat
dan bermakna bagi perilaku siswa. Salah satu intervensi yang terbukti efektif dan cepat
adalah Solution-Focused Brief Counseling . Dibeberapa penelitian seperti yang telah
disebutkan sebelumnya dalam panduan ini, SFBC terbukti cukup efektif untuk diterapkan
di sekolah terutama menangani siswa-siswa yang mengalami masalah akademik. SFBC
cocok diterapkan bagi siswa yang memiliki kemampuan akademik yang baik tapi tidak
memiliki motivasi, keyakinan diri dan ketekunan dalam belajar.
Pendekatan konseling paling mutakhir saat ini adalah Solution-focused brief
counselling (SFBC ). Sesuai dengan namanya,SFBC menawarkan sebuah proses konseling
yang singkat namun efektif. Hal ini terjadi karena dalam SFBC pendalaman masalah lebih
dipersingkat dan lebih memusatkan perhatian pada penemuan solusi dan berorientasi
masa depan. SFBC selalu memanfaatkan kekuatan dan sumber daya positif, menetapkan
tujuan yang spesifik dan konkrit,sehingga siswa dapat bergerak pada perubahan yang
lebih efektif dan dalam kendalinya. Melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan
pada penetapan tujuan dan penemuan eksepsi akan membantu siswa lebih melihat
dirinya sebagai sesorang individu yang memiliki sumber daya dan kekuatan untuk
menjadi pebelajar yang mandiri (self-regulated learner).
Gambar 2 menunjukkan teknik-teknik intervensi SFBC untuk meningkatkan SRL
siswa:

Fase II: Performa


3. Membuat strategi tugas
4. Observasi diri

Intervensi:
Pertanyaan keajaiban,
pertanyaan coping,
pertanyaan skala dan tugas
observasi

Fase I: Berfikir Fase III: Refleksi


1. Membuat perencanaan 5. Evaluasi diri
2. Self-efficacy academic 6. Reaksi diri/kepuasan
diri
Intervensi:
Pertanyaan keajaiban, Intervensi:
Teknik EAR (Eliciting,
pertanyaan eksepsi dan
Amplifying, Reinforce) dan
pertanyaan coping
scaling progress

Gambar 2: Teknik-teknik intervensi SFBC untuk meningkatkan SRL siswa


41

BAB II
TEKNIK SOLUTION-FOCUSED BRIEF COUNSELING

A. PERTANYAAN KEAJAIBAN (MIRACLE QUESTIONS)


Pengertian
Ketika konselor bertanya kepada konseli tentang apa tujuan mereka datang pada
konselor, konseli lebih sering memberikan jawaban yang kabur atau tidak spesifik
sehingga memerlukan penyelidikan lebih mendalam. Sebagai contoh konselor bertanya”
apa yang kamu inginkan sehingga datang ke mari? konseli menjawab “ Saya ingin
masalah saya terpecahkan”. Jawaban seperti ini merupakan jawaban yang umum dan
masih bermakna luas, belum menunjukkan adanya perilaku spesifik yang dapat dilakukan
sebagai tanda munculnya solusi. Agar tujuan konseli dapat lebih dispesifikkan maka
konselor perlu menggunakan pertanyaan keajaiban. Pertanyaan Keajaiban adalah teknik
bertanya yang dirancang untuk memunculkan informasi mengenai solusi. Ini
memberikan konseli ruang untuk berpikir tentang berbagai kemungkinan tak terbatas
untuk berubah. Selain itu, konseli akan lebihmengfokuskan diri dari masalah saat ini dan
masa lalumereka menuju kehidupan yang lebih memuaskan. Dengan kata lain, meminta
konseli untuk mengabaikan masalah mereka saat ini dan sejenak membayangkan seperti
apa hidup mereka yang sukses di masa depan. Melalui pertanyaan ini konseli akan
mendapatkan gambaran akan seperti apa hidup mereka ketika masalahnya selesai dan
memberikan harapan bahwa kehidupan bisa berbeda.
Tujuan
Pertanyaan keajaiban bertujuan untuk memunculkan informasi-informasi yang
mengarah pada solusi. Informasi ini akan menjadi tujuan berupa perilaku-perilaku yang
spesifik, sederhana dan konkrit sebagai tanda bagi konseli bahwa masalah mereka telah
menemukan solusi.
Contoh pertanyaan keajaiban:
"Sekarang, saya ingin mengajukan pertanyaan. Misalkan saat kamu tidur malam
ini dan seluruh rumah tenang, keajaiban terjadi. Keajaibannya adalah bahwa tugas-tugas
dari guru kamu dapat terselesaikan dengan baik. Namun, karena kamu tidur, kamu tidak
tahu bahwa keajaiban telah terjadi. Jadi, ketika kamu bangun besok pagi, apa yang akan
berbeda yang akan memberitahu kamu bahwa keajaiban telah terjadi dan tugas-tugas
dari guru yang selama ini membuatmu tertekan dapat terselesaikan dengan baik?".
42

B. PERTANYAAN EKSEPSI (EXCEPTION QUESTIONS)


Pengertian
Konseli sering datang kepada konselor dengan cerita-cerita yang memandang
dirinya penuh dengan masalah. Tak satu pun dari keseharian konseli tidak merasa
tertekan. Dalam pandangan SFBC bahwa tidak ada masalah yang bersifat konstan, selalu
ada saat-saat dimana masalah itu tidak terjadi. Tugas konselor dalam hal ini adalah
mengajukan pertanyaan-pertanyaan eksepsi. Eksepsi adalah waktu dimana masalah bisa
terjadi tapi tidak terjadi. Biasanya pertanyaan ini diajukan setelah pertanyaan keajaiban
dengan maksud untuk mengidentifikasi apakah bagian-bagian dari keajaiban itu sudah
terjadi. Penempatan pertanyaan eksepsi ini setelah pertanyaan keajaiban juga
memungkinkan konseli menyadari bahwa beberapa rincian tujuan yang telah mereka
buat sudah terjadi. Hal ini juga mengindikasikan bahwa menunggu “keajaiban penuh”
tidak diperlukan.
Tujuan
Pertanyaan eksepsi bertujuan untukmengidentifikasi hal-hal yang berindikasi
solusi yang pernah dilakukan konseli (secara sadar ataupun tidak) yang terjadi sebelum
datang ke konselor. Hal ini dimaksudkan menyadarkan konseli bahwa ada saat-saat
masalah tidak terjadi sepanjang waktu. Ada jeda dimana keadaan menjadi lebih baik.
Contoh Pernyataan
“Saya bisa melihat bahwa kamu memiliki alasan untuk merasa tertekan dengan
tugas-tugas dari guru.Kapan kamu merasa kurang tertekan meski kamu memiliki banyak
tugas?”
 Kapan terakhir kali kamu merasakan hal tersebut?
 Bagaimana kamu melakukannya?

A. PERTANYAAN BERSKALA (SCALING QUESTIONS)


Pengertian
Pertanyaan berskala membantu konseli untuk memahami masalah mereka pada
sebuah pengukuran. Pertanyaan berskala meminta konseli untuk mempertimbangkan
posisi mereka pada suatu skala (biasanya dari 1 sampai 10, dengan satu menjadi situasi
yang paling tidak diinginkan dan 10 yang paling diinginkan). Mengajukan pertanyaan
berskala biasanya dilakukan dengan mengikuti beberapa langkah dasar. Langkah-langkah
dasar terdiri dari serangkaian pertanyaan yang diajukan dengan cara ingin tahu dan
memberi semangat. Berikut langkah-langkah dasarnya:
43

Langkah-Langkah Dasar Scaling Contoh pertanyaan


Questions
Introduction of the scale “Bayangkan sebuah skala 1-10. Angka 10
(Pengenalan Skala): Menjelaskan menggambarkan keadaan menjadi sangat baik,
skala dimana kamu sangat menginginkan keadaan
tersebut. 1 menggambarkan keadaan terburuk
dari situasi yang kamu hadapi sekarang”.
Current Position (Posisi saat ini): Dimana posisi kamu sekarang dalam skala 1-10
Konselor bertanya tentang tersebut?
dimana posisi konseli saat ini di
dalam skala
Platform: Konselor fokus pada Apa yang kamu telah lakukan untuk keluar dari 1
apa yang tersedia dan apa yang menuju posisi kamu yang sekarang? Apa yang
sudah siap untuk dilakukan bisa membantumu? Apa yang dapat berhasil
kamu lakukan dengan baik? Bagaimana kamu
bisa menyelesaikan hal tersebut? Apa ada hal
lain lagi yang dapat membantu?
Earlier success (Keberhasilan Posisi tertinggi mana yang baru saja kamu raih
awal): Konselor akan bertanya dalam skala tersebut? Apa yang berbeda dari
tentang situasi yang sudah sebelumnya? Apa yang membuatmu merasa
menjadi lebih baik berbeda? Apa yang bekerja dengan baik dari apa
yang sudah konselor lakukan?
Visualize a hingher position Bagaimana hal-hal yang akan terlihat
(Memvisualisasikan keadaaan di....?(menyebutkan posisi skala), Bagaimana
yang lebih tinggi): Ajak konseli kamu melihat kamu akan berada di....pada
untuk mendeskripsikan hal-hal skala? Apa yang akan berbeda di....? Apa yang
apa yang terlihat pada posisi dapat kamu lakukan selanjutnya? Bagaimana hal
yang tinggi pada skala tersebut tersebut dapat membantu?
Step forward (Langkah maju): Apa yang kita miliki dari pembicaraan kita yang
Konselor mengajak konseli dapat berhasil? Apa yang berguna khususnya?
menyebutkan langkah maju yang Bagaimana kamu menggunakannya untuk bisa
kecil yang dapat dia ambil dalam melangkah maju? Langkah-langkah apa yang
skala akan terlihat?
(Diadaptasi dari Coert Visser,2009 : http://articlescoertvisser.blogspot.com/2009/02/solution-focused-
scaling-questions.html)
44

Tujuan
Pertanyaan berskala dapat menjadi cara yang berguna untuk melacak kemajuan
menuju tujuan yang sebenarnya dan memantau perubahan secara bertahap. Pada jenis
pertanyaan ini, konseli mulai dengan menggambarkan skala dari satu sampai sepuluh di
mana setiap angka mewakili peringkat keluhan konseli.

C. PERTANYAAN COPING (COPING QUESTIONS)


Pengertian
Konselor SFBC menggunakan pertanyaan jenis tertentu yang bekerja dengan baik
ketika konseli melalui masa sulit dan nyaris tidak dapat menemukan energi untuk
melakukan sesuatu mengenai masalah mereka. Jenis pertanyaan ini disebut pertanyaan
copin'. Bila strategi yang normal dalam memecahkan masalah tampaknya tidak bekerja
lagi konselor dapat mencoba pertanyaan ini. Sebuah contoh dari situasi di mana konselor
dapat menggunakan pertanyaan coping ketika konseli mengatakan dia sekarang pada
angka satu pada skala.
Tujuan
Pertanyaan coping membantu konseli yang dalam situasi sulit untuk menemukan energi
baru agar dapat terus menangani masalah mereka. Dengan menggunakan pertanyaan
coping konseli dibantu untuk menyadari bahwa mereka sebenarnya sedang mengelola,
setidaknya sampai batas tertentu. Hal ini membantu mereka untuk melihat bahwa
mereka masih mampu melakukan beberapa hal dengan baik dan bahwa energi mereka
belum pudar sepenuhnya. Dengan mengeksplorasi bagaimana mereka mengatasi
masalahnya, mereka dapat menjadi lebih sadar tepatnya apa yang membuat mereka
keluar dari masalahnya.
Contoh Pertanyaan Coping
Bentuk dasar dari pertanyaan ini adalah: "Bagaimana mengelolahnya agar kamu
dapat terus bertahan?" Tapi ada banyak kalimat lain untuk pertanyaan ini. Berikut adalah
beberapa contoh pertanyaan Coping:
 Apa yang membuat kamu bisa keluar dalam keadaan sulit seperti itu?
 Bagaimana kamu mengelolahnya untuk menghadapi situasi sulit seperti itu setiap
hari?
 Apa yang membantu kamu untuk terus berjalan meskipun keseharian kamu penuh
dengan masalah?
 Bagaimana kamu bisa menjelaskan kepada diri sendiri bagaimana kamu telah berhasil
melewatinya dengan baik sementara keadaan begitu sulit?
 Ini sangat mengagumkan karena kamu mampu terus bertahan dalam keadaan sesulit
ini. Bagaimana kau melakukannya?
45

 Bagaimana kamu bisa mengatasi masalahmu sebelum kamu menyerah?

D. PUJIAN (COMPLIMENT)
Pengertian
Pujian adalah salah satu bagian penting dari SFBC . Memvalidasi apa yang konseli
sudah lakukan dengan baik dan mengakui betapa sulitnya masalah mereka mendorong
konseli untuk berubah sambil memberikan pesan bahwa konselor telah mendengarkan
(yaitu, memahami) dan peduli (Berg & Dolan, 2001).
Tujuan
Pujian dalam sesi konseling dapat membantu untuk menekankan bahwa apa yang
konseli lakukan telah berhasil dan meningkatkan percaya diri konseli bahwa mereka
masih memiliki kemampuan untuk mengatasi masalahnya.
Contoh pernyataan
 “Wahhh...ternyata kamu begitu banyak ide cemerlang untuk menjadi lebih teratur
dalam belajar”.
 “Wow...bagaimana kamu mengaturnya, sehingga bisa menyelesaikan tugasmu
dengan cepat”.

E. PERTANYAAN PERUBAHAN PRASESI (PRESESSION CHANGE QUESTIONS)


Pengertian
Ketika konseli fokus pada perubahan aspek negatif (atau masalah) dalam hidup
mereka, perubahan positif sering terabaikan, berkurang atau terpotong karena sedang
berlangsungnya masalah. SFBC menantang konselor untuk memperhatikan perubahan
positif (meski kecil) yang terjadi dalam kehidupan konseli. Pertanyaan-pertanyaan yang
mengandaikan perubahan dapat berguna dalam membantu konseli untuk mengenali
perubahan tersebut. Melalui pertanyaan tersebut konseli akan mempertimbangkan
kemungkinan bahwa perubahan (mungkin perubahan positif) baru-baru ini terjadi dalam
kehidupan mereka. Contoh pertanyaan, "Apa yang berbeda, atau lebih baik sejak kita
bertemu terakhir kali?"
Jika bukti perubahan positif tidak tersedia, konselor dapat mengejar alur
pertanyaan yang berhubungan dengan kemampuan konseli untuk mengatasi berbagai
masalah.
Pertanyaan seperti:
 Bagaimana bisa hal-hal yang tidak buruk terjadi pada kamu?
 Bagaiaman kamu bisa menyelesaikan tugas fisika kamu kemarin?
 Bagaimana kamu menghindari rasa malas ?
46

Pertanyaan-pertanyaan ini dapat ditindaklanjuti oleh konselor penegasan positif


konseli berkenaan dengan setiap tindakan yang mereka ambil untuk mengatasinya.

F. TUGAS FORMULA SESI PERTAMA (FORMULA FIRST SESSION TASK)


Dalam rangka untuk membantu konseli memantau tindakan dan lingkungan
mereka, konselor akan menetapkan formula tugas sesi pertama. Seorang konselor
mungkin berkata, "Antara sekarang dan saat kita bertemu minggu depan, saya ingin
kamu mengamati kejadian dalam keseharian kamu, sehingga kamu dapat menjelaskan
kepada saya pada waktu berikutnya, apa yang terjadi dengan cara belajar kamu yang
ingin kamu lanjutkan agar terus terjadi"(de Shazer, 1988:137).
Tujuan
Tujuan dari penugasan ini adalah untuk membantu konseli menjadi lebih optimis
dengan menawarkan harapan bahwa perubahan pasti akan terjadi. Tugas ini juga
menawarkan kesempatan kepada konseli untuk memahami hubungan antara tindakan
dan konsekuensi serta bagaimana mereka bisa menggunakan informasi ini untuk
memperoleh hasil yang diinginkan di masa yang akan datang.
27

BAB III
PRAKTIK PELAKSANAAN SOLUTION-FOCUSED BRIEF
COUNSELING

A. PETUNJUK UMUM
Panduan Solution-Focused Brief Counseling (SFBC ) merupakan panduan yang
digunakan oleh konselor untuk membantu meningkatkan self-regulatedlearning (SRL)
konseli. Dalam panduan ini terdapat langkah-langkah praktis dan sistematis yang akan
memudahkan konselor dalam melakukan intervensi dari SFBC .

1. Tujuan
Secara umum tujuan SFBC ini adalah membantu para konseli yang memilki self-
regulated learning (SRL) rendah. Adapun tujuan khusus dari konseling ini adalah:
a. Membantu konseli membuat perencanaan dalam belajar.
b. Meningkatkan efikasi diri akademik (self-efficacy academic) konseli.
c. Membantu konseli membuat strategi untuk mencapai tujuan belajarnya.
d. Membantu konseli agar mampu mengamati (self-observation) cara belajarnya yang
dapat meneningkatkan performa belajarnya.
e. Membantu konseli agar mampu mengevaluasi hasil performa belajarnya untuk
perbaikan di masa yang akan datang.
f. Membantu konseli agar mampu menilai kepuasan yang ia capai dalam belajar yang
dapat meningkatkan motivasi belajarnya.

2. Sasaran
Sasaran SFBC ini adalah konseli yang teridentifikasi memiliki self-regulated
learning rendah berdasarkan hasil skor dari rekomendasi wali kelas dan guru mata
pelajaran serta skala SRL.
3. Peran Konselor dan Konseli
a. Peran Konselor
1) Sikap positif: Konselor memiliki sikap hormat, positif dan penuh harapan.
Meyakini bahwa orang yang tangguh dan memiliki kekuatan serta sumber daya
untuk berubah.

27
28

2) Mencari solusi: Konselor mencari saat-saat ketika masalah tidak muncul.


3) Mencari eksepsi : Konselor mencari saat-saat ketika masalah bisa saja terjadi tapi
tidak terjadi.
4) Bertanya: Pertanyaan memainkan peran penting dalam SFBC dan konselor
jarang menafsirkan, menantang atau mengkonfrontasi konseli.
5) Berfokus masa depan: Konselor berusaha untuk mengarahkan konseli menuju
masa depan, berorientasi pada tujuan dan apa yang berhasil saat ini daripada
berfokus pada masa lalu dan bagaimana masalah terjadi.
6) Pujian: Memotivasi konseli untuk terus melakukan apa yang sudah berhasil
untuk mereka dan menyoroti kekuatan mereka.
b. Peran Konseli
Konseli mampu berkolaborasi dengan konselor, berpartisipasi secara aktif,
mempunyai motivasi dan keterlibatannya dalam konseling.

4. Alokasi Waktu
Waktu yang digunakan melaksanakan SFBC dalam panduan ini selama 60 menit
setiap sesinya. Berikut adalah alokasi waktu dari SFBC :
Sesi ke- Durasi Kegiatan
I 1-10 menit Membangun rapport dan mengklarifikasi peran
Membuat konselor.
perencanaan 11-15 menit Deskripsi masalah belajar konseli dan menilai
belajar kepuasan diri (self-satisfaction) konseli dalam
belajar.
16-25 menit Menetepakan tujuan yaitu perencanaan strategi
belajar.
25-30 menit Eksepsi masalah.
31-37 menit Pertanyaan skala untuk melihat tingkat kesulitan
masalah.
38-40 menit Menyimpulkan hasil pertemuan.
41-45 menit Break
46-57 menit Homework
58-60 menit Menutup sesi pertama.

II 1-5 menit Menyambut hangat konseli.


Observasi 6-10 menit Memeriksa homework yaitu apa yang telah
kemajuan menjadi lebih baik dari sesi I.
keterampilan 11-15 menit Memperkuat perubahan yang telah dicapai
belajar. konseli
16-20 menit Memberikan reinforce pada keberhasilan konseli
29

21-35 menit Menilai kemajuan dan tingkat keyakinan dan


kepuasan diri konseli melalui scalingprogress.
36-40 menit Menyimpulkan hasil pertemuan.
41-45 menit Break
46-57 menit Homework
58-60 menit Menutup sesi kedua.

III 1-5 menit Menyambut hangat konseli.


Evaluasi 6-10 menit Memeriksa homework yaitu apa lagi yang lebih
kemajuan baik dari sesi II.
keterampilan 11-15 menit Lebih memperkuat perubahan yang telah dicapai
belajar. konseli.
16-20 menit Memberikan reinforce pada keberhasilan konseli.
21-35 menit Menilai kemajuan dan tingkat keyakinan dan
kepuasan diri konseli melalui scalingprogress.
36-40 menit Menyimpulkan hasil pertemuan.
41-45 menit Break
46-57 menit Homework
58-60 menit Menutup sesi ketiga.

IV 1-5 menit Menyambut konseli dengan hangat.


Terminasi 6-10 menit Memeriksa homework yaitu apa lagi yang lebih
konseling. baik dari sesi III.
11-15 menit Lebih memperkuat perubahan yang telah dicapai
konseli.
16-20 menit Memberikan reinforce pada keberhasilan konseli.
21-35 menit Menilai kemajuan dan tingkat keyakinan dan
kepuasan diri konseli melalui scalingprogress.
36-40 menit Mengidentifikasi kemampuan konseli membuat
strategi yang sama yang dapat digunakan jika
menghadapi masalah baru.
41-50 menit Mengidentifikasi ide-ide yang dapat dilakukan
konseli jika keadaan menjadi lebih buruk
dikemudian hari.
51-57 menit Menyimpulkan hasil pertemuan.
58-60 menit Menutup sesi konseling.
30

5. Prosedur Pelaksanaan

a. Sesi I: Membuat Perencanaan Belajar


1) Klarifikasi Peran.
Sesi pertama, konselor perlu membangun rapport dan hubungan kolaboratif
dengan konseli untuk tercapainya perubahan yang diharapkan. Seperti konseling pada
umumnya konselor harus menerima konseli dengan menunjukkan perhatian,
penerimaan, penghargaan dan empati. Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam
membina keakraban dengan konseli adalah membicarakan topik-topik netral yang dapat
menjadi informasi mengenai potensi konseli. Mendengarkan secara aktif dapat
memberikan konselor banyak informasi tentang potensi, sumber daya dan kompetensi
serta menunjukkan kepada konseli bahwa konselor tertarik pada mereka sebagai pribadi,
misalnya "Saya hanya tahu sedikit tentang masalahmu, tetapi sebelum kita membahas
lebih jauh, saya ingin mengetahui lebih banyak tentang kamu sebagai pribadi. Apa
minatmu,hobimu, ceritakan tentang keluargamu, dll". Dengan mendengarkan secara
hati-hati konselor akan dapat mengidentifikasi hal-hal yang sudah berjalan dengan baik
atau saat-saat di masa lalu ketika segalanya berjalan baik. Konselor dalam hal ini
mencoba untuk tidak berkonsentrasi terlalu banyak pada masalah. Konselor perlu
memikirkan tentang kekuatan dan keberhasilan dan mencatat hal ini untuk digunakan
nanti.
Tahap ini konselor perlu mengklarifikasi atau menjelaskan peran dan fungsinya
dalam proses konseling kepada konseli. Konselor SFBC senantiasa berasumsi bahwa
konselilah yang paling memahami diri dan permasalahan yang dihadapinya sehingga
nantinya konseli yang akan menemukan sendiri solusi-solusi sesuai dengan kompetensi
yang dimilikinya. Hal ini perlu dilakukan agar konseli memahami bahwa orang yang paling
berkompeten dalam membangun solusi atas permasalahan yang tengah dihadapinya
adalah dirinya sendiri.
Berikut contoh percakapan dalam membina hubungan baik:

K’or / K’li Pernyataan Tahap/Teknik


K’li Assalamu Alaikum Pak....
K’or Waalaikum Salam....Eh Randy mari masuk nak!
K’li Iya Pak....Kata pak Rama Bapak memanggil saya ya?
K’or Iya...silahkan duduk nak. Menyambut
Apa kabar? (sambil berjabat tangan dengan konseli) konseli dengan
hangat
K’li Alhamdulillah sehat Pak...
31

K’or Saya dengar kamu dan tim futsalmu masuk babak semi Membicarakan
final ya? topik netral
K’li Iya Pak Alhamdulillah...
K’or Wah...selamat ya kamu dan tim mu memang yang Memberi pujian
terbaik di sekolah kita... dengan tulus
K’li Terima kasih Pak....
K’or Kapan rencananya kamu akan bertanding lagi?
K’li Insya Allah Minggu depan untuk semi finalnya
K’or Pertandingan ini sangat penting bagimu ya?
K’li Iya Pak...Futsal sudah menjadi bagian diriku
K’or Bagus sekali, diusiamu yang sekarang kamu ternyata
sudah memiliki hobi yang menghasilkan prestasi. Pasti
sangat membanggakan dirimu. Siapa yang menjadi
idola kamu dalam sepak bola?
K’li Kalau di Indonesia ya Andik Firmansyah Pak...
K’or Oh yaa...Andik kan yang dijuluki Messinya Indonesia
oleh FIFA ya?
K’li Betul sekali Pak....saya sangat suka permainannya Pak.
Apa lagi dia sudah pernah berlatih di luar negeri. Saya
berharap suatu saat bisa seperti dia Pak...
K’or Pasti...Itu pasti Randy. Melihat prestasimu di Futsal
Bapak tidak meragukan kamu bakal bisa seperti Andik
bahkan bisa jadi kamu bisa mengalahkan kehebatan
Andik di Lapangan....
K’li Waah Bapak bisa aja...
K’or Pastilah, selama kamu berusaha apapun yang kamu
impikan akan tercapai....
K’li Iya Pak...Semoga saja.
K’or Amin. Bapak doakan kamu sukses deh....
K’li Amin..
K’or Randy....kamu pasti bertanya-tanya ya kenapa Bapak
memanggilmu ke ruang BK?
K’li Iya Pak saya bingung...saya punya salah apa ya Pak?
K’or Nggak, kamu nggak punya salah apa-apa kok. Bapak
tadi menerima beberapa informasi dari guru mata
pelajaran katanya semester ini kamu beberapa kali
terlambat mengumpulkan tugas, selain itu nilai-nilaimu
32

ada yang tidak memenuhi standar KKM. Apa benar


begitu nak?
K’li Benar Pak
K’or Nah karena itu Bapak ingin bincang-bincang denganmu
tentang hal ini...
K’li (Diam)
K’or Apa kamu mau membicarakannya?
K’li Hmmm...sebenarnya sudah lama saya ingin bertemu
dengan Bapak ingin curhat tentang masalah ini...Cuma
saya ragu-ragu Pak...
K’or Baik Randy...saya mengerti maksud kamu. Bapak Mengklarifikasi
senang kamu mau membicarakannya. Namun sebelum peran konselor
kita berdiskusi lebih lanjut, ada hal yang perlu Bapak
sampaikan bahwa pertemuan ini memiliki prosedur
dan tujuan yakni membantu kamu dalam menemukan
solusi dari permasalahan atau keluhan yang sedang
kamu hadapi. Bapak percaya bahwa kamu memiliki
solusi untuk masalahmu tersebut. Hanya saja perlu
diperjelas agar solusi itu benar-benar dapat kamu
terapkan dalam keseharian kamu. Oleh karena itu
peran Bapak di sini adalah membantumu memperjelas
solusi-solusi yang akan kamu tempuh untuk
menyelesaikan masalahmu. Bagaimana?
K’li Iya Pak....tapi terus terang Pak saya tidak percaya diri
atas masalah yang saya hadapi ini.
K’or Iya, Bapak memahami kondisimu, yang terpenting kita
bisa bekerja sama menemukan solusi atas
permasalahanmu tersebut.
K’li Iya Pak semoga saja ada solusi atas permasalahanku ini
K’or Amin...jika kamu aktif dalam proses konseling ini Mendorong
tentunya kamu akan dapat menemukan sendiri solusi konseli untuk
terbaik yang bisa kamu lakukan atas masalah yang involve
kamu hadapi. Bahkan hal-hal kecil pun yang terjadi dalamkonseling
dalam kehidupannmu bisa menjadi sebuah petunjuk
adanya sebuah solusi. Jadi nak Randy santai saja. Setiap
masalah pasti ada jalan keluarnya.
K’li Iya Pak...saya sangat mengharapkan itu....
33

K’or Oh iya nak Randy...sebagai sebuah prosedur, layanan Kontrak waktu


ini memerlukan sekitar 3-4 kali pertemuan yang setiap
pertemuannya memerlukan waktu sekitar 60 menit.
Namun semua sangat bergantung padamu jika kamu
aktif dalam melakukan perubahan menuju solusi maka
konseling ini bisa segera diakhiri namun jika kamu tidak
berperan aktif maka waktu yang akan kita gunakan
pasti lebih lama lagi.
K’li Iya Pak, saya akan berusaha.
K’or Bagus sekali Randy....Bapak sangat senang
mendengarnya. Kamu memang anak yang baik.

2) Mendeskripsikan Masalah.
Setelah tercipta hubungan baik dengan konseli, konselor akan mengajukan
pertanyaan misalnya “Apa yang membuatmu datang menemui Bapak hari ini?” Hal ini
biasanya akan diperoleh beberapa bentuk deskripsi masalah. Pengungkapan masalah
yang dilakukan oleh konseli merupakan langkah awal dimulainya proses konseling dan
membantu konselor untuk memahami situasi yang sedang konseli hadapi, sehingga
konseli dapat segera dibantu. Rasa hormat perlu ditunjukkan pada konseli, sehingga
konseli bisa menjelaskan permasalahan yang dihadapinya. Namun konselor tidak perlu
menggali lebih dalam permasalahan dari konseli ataupun membuat sebuah tanggapan
tertentu.
Dalam dekripsi masalah oleh konseli, kata 'Mengapa' harus dihindari. 'Mengapa'
menyebabkan spekulatif dan jawaban umum yang biasanya tidak memperjelas tujuan
atau perilaku. Jika keterangan lebih lanjut diperlukan untuk proses yang mengarah pada
solusi, maka kata 'Mengapa', diganti menjadi 'Bagaimana bisa ...?' adalah alternatif yang
baik, karena lebih cenderung mengarah pada deskripsi perilaku. Biasanya beberapa
konseli mengungkapkan lebih dari satu masalah maka konselor perlu meminta konseli
untuk memilih salah satu masalah yang dianggap paling penting dan mendesak untuk
segera diselesaikan. Jika terlalu banyak masalah yang harus diselesaikan, ini akan
menyulitkan konseli dan konselor membuat kemajuan.
Setelah konseli mendeskripsikan masalahnya, konselor mengajak konseli untuk
menilai kepuasan dirinya dalam belajar. Hal ini diperlukan agar konseli dapat
merefleksikan usaha belajarnya selama ini. Kepuasan diri tinggi dalam belajar akan
meningkatkan motivasi diri agar usaha belajarnya lebih giat lagi sedangkan kepuasan diri
yang rendah akan menurunkan motivasi dalam usaha belajar konseli. Dalam menilai
kepuasan diri ini, konselor dapat menggunakan pertanyaan berskala.
34

K’or / K’li Pernyataan Tahap/Teknik


K’or Baik Randy.... Apa yang ingin kamu ceritakan pada
Bapak hari ini?
K’li Seperti yang Bapak tahu dari pak Rama....Belakangan
ini saya merasa beberapa mata pelajaran sulit aku
pahami, sehingga membuatku terkadang malas belajar
dan mengerjakan tugas.
K’or Dengan kata lain pelajaran yang sulit sudah Merespon isi
membuatmu kehilangan motivasi dalam belajar
K’li Betul sekali Pak....
K’or Mata pelajaran apa yang sulit buatmu?
K’li Fisika dan matematika Pak...padahal di kelas VII saya
senang mata pelajaran ini tapi setelah naik kelas VIII
saya merasa mata pelajaran ini makin sulit saja. Saya
tidak tahu apa yang terjadi dengan diri saya.
K’or Jadi kamu merasa bingung dengan keadaan kamu
sekarang
K’li Iya Pak
K’or Bapak mengerti posisimu dan itu pasti mengganggumu
K’li Benar sekali Pak. Setiap mata pelajaran ini saya merasa
tidak bersemangat di kelas, tugas-tugas saya banyak
yang tidak selesai. Saya sering gelisah jika memikirkan
banyak tugas saya yang belum selesai tapi jika
membayangkan sulitnya mata pelajaran itu rasanya
sangat malas mengerjakannya
K’or Lalu bagaimana jadwal belajarmu selama ini?
K’li Seperti biasa sih Pak. Sehabis makan malam saya selalu
mengerjakan PR. Kalau mata pelajaran lain sih saya
tidak ada masalah Pak. Saya bisa mengerjakannya
cukup mudah tapi...kalau 2 mata pelajaran ini saya
sangat kesulitan.
K’or Apa yang sudah kamu lakukan untuk mengatasi
masalahmu dengan mata pelajaran itu?
K’li Saya sudah berusaha menyelesaikannya Pak tapi tetap
saja saya mendapat nilai dibawah KKM.
K’or Berapa nilai yang biasa kamu dapatkan untuk kedua
mata pelajaran ini?
K’li Untuk pelajaran fisika saya dapat nilai 6,5
35

K’or Untuk matematika?


K’li Sama Pak. Ditugas terakhir saya dapat 7. Padahal nilai
KKM 2 mata pelajaran ini minimal 7,8. Rasanya susah
mencapai nilai itu Pak. Saya sudah berusaha keras.
K’or Jadi kamu merasa bahwa usahamu telah maksimal
namun hasilnya tetap dibawah standar?
K’li Iya Pak. Entah apa lagi yang bisa saya lakukan. Saya
bena-benar bingung.
K’or Kamu merasa putus asa dengan usaha yang kamu Merespon isi
lakukan?
K’li Iya Pak... saya benar-benar telah putus asa.
K’or Bapak memahami perasaanmu. Pasti masalah ini
sangat mengganggumu. Bagaimana hal ini bisa terjadi?
K’li Belakangan ini saya merasa bahwa kedua mata
pelajaran ini semakin sulit saja. Saya jadi malas
menyelesaikannya pak.
K’or Dengan kata lain karena kamu merasa mata pelajaran
ini sulit jadi kamu kehilangan motivasi
menyelesaikannya. Begitu?
K’li Benar Pak...
K’or Baik Randy. Tadi kamu sudah menggambarkan Menilai
bagaiman usaha belajarmu selama ini. Nah apakah kepuasan diri
kamu puas dengan apa yang sudah kamu capai selama konseli dalam
ini? belajar
K’li Belum Pak. Saya belum puas...
K’or OK...sekarang mari kita mengukur ketidakpuasanmu
tersebut dalam sebuah skala. Ukuran skalanya dari 1
hingga 10. Skala 1 menunjukkan kamu sangat tidak
puas dengan usaha belajarmu dan skala 10 merasa
sangat. Nah sekarang kamu berada di posisi mana?
K’li Saya kira di 3 Pak.
K’or OK...posisimu di 3 sekarang. Sekarang Bapak ingin
kamu jelaskan seperti apa kamu di posisi 3 ini?
K’li Saya merasa tidak maksimal dalam belajar, nilai saya
rendah pak.
K’or Baik. Bapak sangat memahami keadaanmu. Pasti Mengarahkan
sangat sulit rasanya kita menyelesaikan sesuatu yang konseli pada
tujuan.
36

kita rasa berat untuk menyelesaikannya. Lalu, apa


yang kamu inginkan dari masalahmu ini?

3) Merumuskan Tujuan.
Tujuan yang ingin dicapai dalam SFBC ini adalah membantu meningkatkan self-
regulated learning pada konseli. Tujuan ini masih terlihat sangat umum dan belum
menunjukkan perilaku yang spesifik dan konkrit. Oleh karena itu, peran konselor adalah
mengarahkan siswa membuat tujuan yang spesifik, jelas dan konkrit. Konselor perlu
mengupayakan agar menetapkan tujuan yang lebih rinci namun dapat dilakukan oleh
konseli. Lebih penting lagi, konseli didorong untuk membingkai tujuan mereka sebagai
sebuah solusi. Sebagai contoh sebuah tujuan, "Aku ingin terbebas dari tugas sekolah yang
menumpuk" - yang perlu dijelaskan lebih detail yakni, "Aku akan mengerjakan tugas
matematika terlebih dahulu. " Jika tujuan dijelaskan dalam bentuk solusi, hal ini akan
dapat lebih mudah ditingkatkan.
Selain itu, tujuan yang ingin dicapai konseli sebaiknya positif; menjelaskan
keberadaan (seseorang melakukan sesuatu) daripada ketiadaan (seseorang tidak
melakukan sesuatu); diuraikan menjadi langkah-langkah yang rinci dan dapat dicapai;
spesifik, interaksional, dapat diamati dan realistis; serta membutuhkan pemikiran dan
usaha. Konselor perlu menekankan bahwa tujuan itu membutuhkan kesungguhan dan
kerja keras untuk mencapainya.
Beberapa konseli kesulitan mengutarakan tujuan yang ingin dicapai, apalagi tujuan
yang mengarah pada solusi. Pertanyaan keajaiban adalah cara untuk menanyakan tujuan
konseli sekaligus menunjukkan penghormatan terhadap besarnya masalah yang dihadapi
konseli, dan pada saat yang sama mengarahkan konseli pada tujuan yang lebih kecil dan
lebih mudah dikelola.
Bahasa yang tepat dari intervensi mungkin berbeda-beda, tetapi kata-kata
dasarnya adalah, "Saya akan mengajukan pertanyaan yang agak aneh [jeda] . Pertanyaan
aneh ini adalah: [jeda] Setelah kita berbicara , kamu akan kembali ke rumah Dalam
perjalanan pulang kamu menemukan sebuah tongkat ajaib. Saat kamu menyentuh
tongkat tersebut sebuah keajaiban terjadi dan masalah yang tengah kamu hadapi
sekarang ini terpecahkan! Karena terjadi secara tiba-tiba, kamu tidak menyadari bahwa
terjadi keajaiban pada dirimu. Agar kamu mengetahui bahwa keajaiban terjadi, apa yang
kamu rasa berbeda dalam dirimu yang menjadi pertanda bahwa masalahmu ini telah
terpecahkan?"
Konseli mungkin memiliki sejumlah reaksi atas pertanyaan ini. Mereka mungkin
tampak bingung. Dan mengatakan mereka tidak mengerti pertanyaan tersebut atau
mereka menjawab "saya tidak tahu" bahkan mereka mungkin hanya tersenyum. Oleh
37

karena itu diperlukan ketekunan dari konselor, mereka akan mulai memunculkan
beberapa hal yang akan berbeda ketika masalah mereka dipecahkan.
Agar tujuan yang telah dirancang melalui pertanyaan keajaiban dapat menjadi
arah menuju solusi maka konselor perlu menggunakan bahasa yang positif seperti:
 "Bagaimana kamu akan melakukannya", daripada "Kenapa kamu akan
melakukannya?"
 "Ketika ini terjadi....", daripada "Jika ini terjadi ..."
 "Apa yang akan konseli lakukan", bukan "Apa yang ingin konselor lakukan"
 "Apa yang akan terjadi", bukan "Apa yang tidak akan terjadi?"
Setelah merumuskan tujuan yang ingin dicapai melalui pertanyaan keajaiban maka
langkah selanjutnya adalah mengajukan pertanyaan eksepsi kepada konseli. Hal ini
dimaksudkan untuk melihat apakah bagian-bagian dari keajaiban yang dirumuskan
dalam sebuah tujuan-tujuan kongkrit sudah terjadi atau pernah terjadi. Misalnya
”Apakah bagian-bagian dari keajaiban itu sudah pernah terjadi pada dirimu?´ Atau
“Ceritakan pada saya saat-saat bagian-bagian dari keajaiban itu terjadi di waktu lalu?
Pertanyaan seperti ini biasanya diajukan ketika konselor meyakini bahwa sebenarnya
bagian-bagian keajaiban tersebut telah terjadi namun konseli sering mengabaikannya
atau bahkan menolaknya.
Melalui pertanyaan eksepsi ini, konselor menyadarkan konseli bahwa masih ada
harapan mereka untuk keluar dari masalah. Sebab umumnya dalam memaparkan
masalah, konseli menunjukkan rasa tertekan dan mengarah pada pikiran-pikiran negatif
sehingga sulit bagi dirinya untuk melihat sisi positif yang dia miliki. Misalnya “tadi kamu
mengatakan bahwa kamu sangat tertekan dengan tugas-tugas yang diberikan oleh guru
sehingga tidak tahu harus berbuat apa lagi...coba katakan kepada Bapak apa ada saat-
saat dimana masalah yang kamu hadapi ini menjadi lebih baik?”; lalu kapan waktu
terakhir hal tersebut terjadi? Bagaimana kamu melakukannya?”; Apa yang kamu lakukan
secara berbeda saat-saat ketika masalahmu sedikit lebih baik?. Dengan pertanyaan
seperti ini konseli akan menyadari bahwa ada jeda dalam hidupnya tidak diliputi masalah.
Dengan menyadari hal tersebut akan memberikan harapan dan kepercayaan diri pada
konseli bahwa ia memiliki kekuatan dan kemampuan untuk keluar dari masalahnya
tersebut.
Berikut adalah contoh percakapan menetapkan tujuan melalui pertanyaan
keajaiban dan pertanyaan eksepsi:
K’or / Pernyataan Tahap/Teknik
K’li
K’or Baik. Bapak sangat memahami keadaanmu. Pasti Mengarahkan
sangat sulit rasanya kita menyelesaikan sesuatu konseli pada
tujuan.
38

yang kita rasa berat untuk menyelesaikannya. Lalu,


apa yang kamu inginkan dari masalahmu ini?
K’li Saya ingin agar tugas-tugas saya tidak lagi
membebani saya pak..
K’or Baik. Tadi kamu mengatakan kamu kesulitan dalam
belajar matematika dan fisika sehingga tugas-tugas
untuk mata pelajaran tersebut ada yang belum
kamu kumpulkan ke guru dan nilai yang kamu
dapatkan di bawah standar KKM. Nah melalui
konseling ini apa yang ingin kamu perbaiki dari
masalah ini?
K’li Yang jelas saya ingin mendapat nilai yang bagus dan
terlepas dari tugas yang menumpuk Pak.
K’or OK.... Sekarang Bapak akan mengajukan pertanyaan Pertanyaan
yang agak aneh [jeda]. Kita akan berimajinasi keajaiban
sejenak tentang sebuah keajaiban. Pertanyaan aneh
ini adalah : [jeda] Setelah kita berbicara, kamu akan
kembali ke rumah. Dalam perjalanan pulang kamu
menemukan sebuah tongkat ajaib. Saat kamu
menyentuh tongkat tersebut sebuah keajaiban
terjadi dan masalah yang tengah kamu hadapi
sekarang ini terpecahkan! Karena terjadi secara
tiba-tiba, kamu tidak menyadari bahwa terjadi
keajaiban pada dirimu. Agar kamu mengetahui
bahwa keajaiban terjadi, apa yang kamu rasa
berbeda dalam dirimu yang menjadi pertanda
bahwa masalahmu ini telah terpecahkan?
K’li Apa ya Pak? Saya tidak tahu. Yang jelas jika
keajaiban itu datang saya pasti akan merasa lega.
Tidak lagi terbebani oleh tugas-tugas yang sulit dan
menumpuk. Saya ingin bisa mendapat nilai yang
tinggi untuk pelajaran fisika dan matematika.
K’or Ok...jadi ada 2 hal yang kamu inginkan jika terjadi
keajaiban adalah terbebas dari tugas yang
menumpuk dan mendapat nilai tinggi pada
pelajaran fisika dan matematika.
K’li Benar Pak.
39

K’or Kamu sudah menyebutkan 2 keajaiban yang ingin ExceptionsQuestion


kamu capai dalam konseling ini. Sekarang coba
kamu ceritakan saat-saat di bagian-bagian dari
keajaiban ini pernah terjadi yaitu saat-saat dimana
kamu bisa mengerjakan tugasmu lebih baik?
K’li Hhhmmm....pernah sih Pak
K’or Kapan terakhir kali kamu merasa bisa mengerjakan
tugas lebih baik?
K’li Sebulan yang lalu Pak
K’or Apa yang kamu lakukan secara berbeda sehingga
bisa menjadi lebih baik?
K’li Ketika mendapat bantuan dari Arman Pak.
K’or Arman yang teman kelasmu itu ya?
K’li Iya Pak. Dia kan juara kelas. Jadi saya minta tolong
mengajari saya rumus-rumus fisika yang tidak saya
mengerti.
K’or Bagus sekali Randy...kamu ternyata punya inisiatif
yang bagus untuk bisa mengatasi kesulitanmu. Dari
usahamu itu menghasilkan perubahan yang cukup
baik.
K’li Meskipun begitu tetap saja saya belum bisa
mencapai nilai KKM Pak.
K’or Iya.... Bapak paham. Tapi itu bisa menjadi pertanda
baik bagimu bahwa kamu hanya perlu melakukan
sesuatu yang berbeda dari biasanya untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik. Kalau hari ini
kamu dapat nilai 6,5 dengan berusaha besok lusa
kamu bisa dapat nilai sesuai yang kamu harapkan.
Tak perlu besar tapi itu sudah cukup bagi kita untuk
bisa terus berusaha melakukan perubahan dan
kemajuan.
K’li Iya ya Pak...setidaknya ada kemajuan dari nilai
saya.....

4) Bergerak Menuju Solusi


Setelah konseli menetapkan tujuannya secara spesifik maka konselor dapat
menggunakan pertanyaan berskala untuk mengukur situasi atau kondisi masalah yang
dihadapi konseli saat ini. Misalnya “Tadi kamu mengatakan bahwa Ada 2 tujuan yang
40

ingin kamu capai dalam konseling ini. Yang pertama kamu ingin terbebas dari tugas yang
menumpuk dan yang kedua kamu ingin mendapat nilai minimal 8 pada mata pelajaran
fisika dan matematika. Nah.....sekarang agar lebih memudahkan kamu mencapai tujuan
yang ingin kamu capai bagaimana kalau kita membuatnya dalam bentuk skala. Misalnya
kita membuat skala antara 1-10 dimana angka 1 menunjukkan bahwa kamu tidak dapat
menyelesaikan tugas fisika dan matematika dengan benar dan 10 menunjukkan bahwa
kamu bisa menyelesaikan tugas fisika dan matematika dengan benar. Dari 1-10 ini
menurutmu kamu berada di posisi mana?”. Jika konseli dapat menyebutkan berada pada
posisi 4 misalnya maka Konselor perlu memperjelas apa saja yang konseli sudah lakukan
sehingga bisa mencapai posisi 4. Contoh misalanya “ Apa yang sudah kamu lakukan
sehingga kamu keluar dari 1 menuju ke posisi 4?”; “Apa yang bisa membantumu?”;
Bagaimana kamu melakukannya sehingga bisa melakukan hal tersebut?”; Apa ada hal
lain lagi yang dapat kamu lakukan yang dapat membantu?”. Hal ini dimaksudkan untuk
melihat apa yang tersedia dan apa yang sudah siap untuk dilakukan.
Setelah konseli jelas mengenai kondisi dan tujuan yang ingin dicapainya maka
Konselor perlu meyakinkan kembali konseli apakah tidak ada lagi yang lain yang perlu ia
sampaikan sebelum “break” beberapa menit. Misalnya “Apakah ada hal lain yang kamu
rasa perlu saya ketahui sebelum kita break?.
Contoh percakapan pertanyaan berskala yaitu:
K’or / K’li Pernyataan Tahap/Teknik
K’or Ada 2 tujuan yang ingin kamu capai dalam konseling ini.
Yang pertama kamu ingin terbebas dari tugas yang
menumpuk dan yang kedua kamu ingin mendapat nilai
minimal 8 pada mata pelajaran fisika dan matematika.
Benar begitu?
K’li Benar Pak.
K’or Nah.....sekarang agar lebih memudahkan kamu Scaling
mencapai tujuan yang ingin kamu capai bagaimana Question
kalo kita membuatnya dalam bentuk skala. Misalnya
kita membuat skala antara 1-10 dimana angka 1
menunjukkan bahwa kamu tidak dapat menyelesaikan
tugas fisika dan matematika dengan benar dan 10
menunjukkan bahwa kamu bisa menyelesaikan tugas
fisika dan matematika dengan benar. Dari 1-10 ini
menurutmu kamu berada di posisi mana?
K’li Hhmmm....saya kira saya berada di posisi 4 Pak.
41

K’or Baik. Andaikan di awal semester kamu berada di skala


1 dan sekarang posisi kamu meningkat di skala 4. Apa
yang sudah kamu lakukan sehingga berada di 4 itu?
K’li Saya terkadang mengulang pelajaran di rumah yang
sudah saya pelajari di sekolah.
K’or Apa lagi?
K’li Seperti yang saya katakan tadi Pak, saya meminta
bantuan Arman mengajari saya. Selain itu saya juga
meminta bantuan kakak. Makanya nilai saya sedikit
lebih baik Pak.
K’or Bagus sekali Randy. Kamu sudah membuat kemajuan
dengan kemauanmu sendiri. Bapak senang
mendengarnya. Kita kembali pada skala tadi. Dengan
kemajuan yang kamu alami ini apakah kamu akan terus
berada di posisi 4?
K’li Tidak Pak....saya ingin lebih tinggi lagi
K’or Bagus. Kamu ingin di posisi berapa?
K’li Saya ingin di 7 Pak....
K’or Ok....angka yang bagus. Bisa kamu gambarkan seperti
apa kamu di angka 7 tersebut?
K’li Saya ingin menyelesaikan tugas saya yang tertunda
K’or Ok.....lalu bagaimana kamu akan menyelesaikannya?
K’li Itu dia Pak. Saya jadi patah semangat jika mengingat
betapa sulitnya menyelesaikan tugas-tugas itu?
K’or Tadi kamu mengatakan bahwa di tugasmu yang Coping
terakhir kamu meminta bantuan kakakmu? Sejauh Question
mana bantuan itu berhasil?
K’li Hhmmmm.....(berpikir sejenak)
Saya lebih mengerti setelah kakak saya menjelaskan
rumus-rumusnya Pak.
K’or Apa mungkin bantuan kakakmu bisa berhasil lagi?
K’li Iya ya Pak mungkin akan lebih baik saya meminta
bantuan kakak saya sekali lagi...
K’or Bagus. Kapan kamu ingin meminta bantuan dari
kakakmu?
K’li Biasanya kakak saya punya waktu lowong di hari sabtu
dan minggu. Jadi saya bisa meminta bantuannya pada
hari sabtu untuk membantu saya.
42

K’or Ok...bagus sekali. Lebih tepatnya jam berapa di hari


sabtu itu kamu meminta bantuan pada kakakmu?
K’li Biasanya sehabis makan malam kami sekeluarga sering
berkumpul di depan TV. Saya bisa meminta
bantuannya saat itu Pak.
K’or Tadi kan ada 2 mata pelajaran yang tugasnya belum
tuntas. Kira-kira mana yang paling utama yang harus
kamu selesaikan.
K’li Kalau bisa sih kedua-duanya Pak.
K’or Bagus kamu punya semangat lagi untuk menyelesaikan
tugasmu Randy. Tapi alangkah baiknya kita
merencanakannya lebih rinci agar tujuan yang kita
ingin capai dapat berhasil. Bagaimana?
K’li Mungkin saya akan menyelesaikan tugas Fisika saya
dulu Pak. Karena ini paling sulit bagi saya.
K’or Baik. Kalau tidak salah pak Rama tadi mengatakan
bahwa masih ada 3 tugas yang belum masuk ditambah
1 tugas untuk memperbaiki nilaimu yang dibawah
standar KKM. Berarti ada 4 tugas yang harus kamu
selesaikan. Bukan begitu Randy?
K’li Benar Pak. Ada 4 tugas fisika yang harus saya
selesaikan
K’or Berapa lama waktu yang kamu butuhkan untuk
menyelesaikan tugas Fisika mu itu?
K’li Hhhmmmm...hari selasa ada pelajaran fisika Pak. Saya
akan mengumpulkan tugas saya pada saat itu
K’or Apakah keempat tugas itu ingin kamu kumpulkan
sekaligus pada hari selasa nanti?
K’li Iya Pak.
K’or Apa yang akan kamu lakukan agar kamu bisa
mengumpulkan tugas itu sekaligus?
K’li Hari sabtu minggu kan saya tidak ada kegiatan lain. Jadi
saya bisa menggunakannya untuk menyelesaikan tugas
tersebut.
K’or Jadi pada hari sabtu kamu ingin mengerjakan 2 tugas
dan sisanya pada hari minggu. Begitu maksud kamu?
K’li Iya Pak. Lebih baik begitu.
43

K’or Lalu bagaimana dengan tugas matematika? Kapan


kamu akan menyelesaikannya?
K’li Saya kira hari jum’at Pak...saat pelajaran matematika.
K’or Bagus. Bagaimana kamu membagi waktu antara
mengerjakan tugas fisika dan tugas matematika?
K’li Kalau fisika kan saya akan selesaikan sabtu dan minggu
Pak. Kalau Matematika saya bisa menyelesaikannya
pada hari senin dan selasa setelah jam makan malam
Pak.
K’or Bagus sekali Randy. Tujuan pertama telah kita buat.
Bagaimana dengan tujuan kedua, kamu ingin
mendapat nilai minimal 8? Bagaimana kamu
melakukannya?
K’li Saya akan belajar lebih giat Pak....
K’or Bagaimana caranya?
K’li Saya akan lebih giat berlatih soal rumus-rumus fisika
dan matematika Pak
K’or Kapan kamu bisa mulai berlatih soal-soal fisika dan
matematika?
K’li Setiap malam setelah saya mengerjakan PR Pak.
K’or Kira-kira berapa lama waktu yang kamu butuhkan
setiap malam untuk berlatih soal-soal?
K’li Saya kira 1 jam Pak.
K’or Satu jam untuk 2 mata pelajaran?
K’li Hhhmmm...sepertinya tidak Pak. Mungkin saya akan
lakukan secara bergantian. Kalau hari ini saya belajar
fisika maka besoknya saya bisa belajar matematika.
K’or Bagus sekali Randy. Kamu bisa mengatur jadwal
belajarmu dengan sangat baik. Bapak bangga padamu.
Lalu kapan kamu bisa memulai berlatih soal-soal?
K’li Saya kira malam ini juga Pak. Saya akan belajar fisika.
K’or Bagus Bapak suka dengan semangatmu. Jadi Randy Menyimpulkan
dari pertemuan kita hari ini Bapak dapat hasil pertemuan
menyimpulkan ada 2 hal yang ingin kamu capai yatu
yang pertama Ingin segera menyelesaikan tugas fisika
dan matematikamu yang tertunda dan yang kedua
mendapat nilai minimal 8. Untuk tugas yang tertunda
kamu ingin mengumpulkannya pada hari selasa depan
44

untuk pelajaran fisika dan hari Jum’at untuk pelajaran


matematika. Sedangkan untuk mencapai nilai minimal
8 pada kedua mata pelajaran ini kamu akan berlatih
soal-soal fisika dan matematika secara bergantian
setiap malam setelah menyelesaikan PR yang lain.
Benar begitu Randy?
K’li Iya Pak. Benar sekali.
K’or Rencana yang sempurna. Bapak yakin kamu bisa
melakukan semuanya dengan baik karena kamu sendiri
yang menyusunnya dengan sangat baik.
K’li Insya Allah Pak.
K’or Nah nak Randy sebelum kita jeda sejenak untuk sesi ini.
Apa masih ada yang perlu Bapak ketahui dari kamu?
K’li Hhhmmmm...Apa ya Pak? Sepertinya sudah cukup Pak.

5) Penutup
Sebelum konselor menutup sesi pertama dari proses konseling ini, Konselor perlu
melakukan “break”. Konselor perlu meninggalkan ruangan 3-5 menit untuk meninjau
tujuan konseli, jenis hubungan antara konselor dan konseli serta mengembangkan pujian
untuk konseli. Jeda singkat ini memungkinkan konselor mempertimbangkan tugas yang
segera akan diberikan sesuai kebutuhan konseli. Selain itu, jeda singkat ini juga
memberikan kesempatan kepada konseli untuk memikirkan tentang apa yang akan
konselor katakan padanya setelah konselor kembali. Setelah jeda singkat ini konselor
akan memberikan homework kepada konseli. Salah satunya adalah memberikan pujian
tentang apa yang telah meningkatkan harga diri dan kompetensi konseli. Pujian yang
konselor berikan haruslah tulus dan jujur dalam rangka melahirkan kepercayaan konseli
kepada konselor. Konselor perlu menghargai setiap upaya yang positif, sukses atau
berguna yang telah konseli buat untuk bergerak ke arah tujuannya. Bila memungkinkan
, konselor perlu menggunakan kata-kata konseli untuk meningkatkan kerjasama.
Penggunakan kata-kata istimewa dapat membuat konseli merasa dipahami dan dianggap
penting oleh konselor sehingga mengurangi resistensi konseli.
Selanjutnya konselor perlu memberikan tugas observasional kepada konseli
tentang apa yang berbeda yang terjadi untuk beberapa hari ke depan. Konselor bisa
menggunakan pertanyaan formula first session task. Misalnya “Antara saat ini dan hari-
hari berikutnya kita bertemu, saya ingin kamu mengamati kejadian dalam keseharian
kamu, sehingga kamu dapat menjelaskan kepada saya pada waktu yang akan datang, apa
yang terjadi dengan cara belajar kamu yang ingin kamu lanjutkan agar terus terjadi".
Contoh percakapan menutup sesi:
45

K’or / Pernyataan Tahap/Teknik


K’li
K’or Ok Randy....karena tidak ada lagi kamu
sampaikan pada bapak...Ada baiknya kita jeda
sejenak. Kita akan bertemu di sini kembali
sekitar 5 menit lagi ya?
K’li Baik Pak...
K’or (“Break” 5menit)
Selama jeda konselor melakukan refleksi
mengenai pertemuannya dengan Randy.
Refleksi tersebut mengenai tujuan konseli
apakah relevan dengan masalah yang
dikemukakannya serta jenis hubungan seperti
apa antara konselor dan Randy. Berdasarkan
percakapan tersebut dapat disimpulkan bahwa
tujuan konseli sudah relevan dengan masalah
yang dikeluhkan. Tujuan pun telah diurai secara
spesifik sehingga mudah dilakukan oleh Randy.
Untuk jenis hubungan dengan Randy...konselor
menyimpulkan Randy tergolong konseli tipe
Costumer/pelanggan karena Randy memahami
masalah yang tengah dihadapinya dan memiliki
tujuan yang jelas. Randy mengambil inisiatif dan
termotivasi untuk berubah. Oleh karena itu
sudah tepat konselor memberikan banyak
umpan balik positif tentang apa yang telah
Randy lakukan dengan benar. Setuju bahwa
Randy benar tentang perlunya melakukan
sesuatu untuk menemukan solusi dari
masalahnya dan karena Randy bersedia untuk
mengambil langkah-langkah, maka konselor pun
memutuskan akan memberikan tugas
behaviorial dalam kombinasi dengan tugas
observasional, yakni meminta Randy untuk
melihat perubahan yang terjadi ketika Randy
mulai melakukan sesuatu yang berbeda.
K’li Kembali dari Break
46

K’or OK Randy . Bapak sangat senang dengan Homework


perbincangan kita tadi. Sudah jelas bahwa kamu Compliment,
telah melalui banyak hal belakangan ini dan Bridge and
Bapak sangat terkesan bahwa kamu datang ke Task
sini hari ini meskipun bukan keinginan kamu.
Kamu bisa saja tidak datang menemui bapak.
Kesediaan kamu untuk berada di sini hari ini
menunjukkan bahwa kamu adalah tipe anak
yang ingin melakukanhal yang benar. Ini tidak
mudah bagi kamu untuk berada di sini hari ini,
mengorbankan waktu pribadi, berbicara tentang
hal-hal yang sulit kamu bicarakan. Tapi Bapak
terkesan dengan kesediaan kamu untuk bekerja
sama dengan Bapak hari ini. . . . "
K’li Terima kasih Pak...saya juga sangat senang dan
lega akhirnya saya bisa menemukan titik terang
dari masalah saya ini.
K’or Baik Randy. Karena Beberapa tujuan telah kita formula first
rumuskan bersama dan agar kita bisa melihat session task
hasilnya untuk beberapa hari ke depan, antara
saat ini dan hari-hari berikutnya kita bertemu,
Bapak ingin kamu mengamati cara belajar kamu
yang telah kita susun tadi, sehingga kamu dapat
menjelaskan kepada Bapak pada waktu
berikutnya, apa yang terjadi dengan cara belajar
kamu yang ingin kamu lanjutkan agar terus
terjadi?
K’li Jadi saya harus mengamati apa saja yang terjadi
ketika saya meminta bantuan kakak saya dalam
belajar dan ketika saya belajar berlatih soal-soal
saat belajar malam. Begitu maksudnya Pak?
K’or Benar sekali Randy. Kamu memang anak yang
cerdas.
K’li Terima kasih Pak. Saya akan melakukannya.
K’or Bagus. Kapan bisa kita bertemu dan mendengar Menetapkan
kemajuan kamu? waktu untuk
pertemuan
selanjutnya
47

K’li Bisa hari Jumat depan Pak.


K’or Baik. Jam berapa?
K’li Saya kira jam istirahat Pak.
K’or Baik jadi kita akan bertemu hari jumat jam 10.30
jam istirahat. OK...
Senang berdiskusi denganmu hari ini Randy.
Bapak sangat terkesan dengan solusi yang kamu
buat untuk dirimu.
K’li Iya Pak saya juga senang curhat dengan Bapak.
Terima kasih Pak bantuannya
K’or Tidak masalah Randy kamulah yang membantu
dirimu sendiri. Baik sampai ketemu hari jum’at
depan ya!
K’li Baik Pak. Assalamu Alaikum
K’or Waalaikum salam.

b. Sesi Kedua dan Sesi Berikutnya


Pada sesi kedua dan sesi berikutnya konselor akan menghadapi dua kemungkinan
yakni keadaan konseli yang sudah menjadi lebih baik atau keadaan tidak menjadi lebih
buruk. Jika keadaan lebih baik maka konselor perlu memeriksa apakah perubahan
tersebut berhubungan dengan tujuan pada pertemuan pertama dan apakah perubahan
tersebut cukup untuk membantu konseli menjadi self-regulatedlearning. Jika “YA” maka
hal itu menandakan bahwa konselor sudah bisa masuk pada tahap terminasi atau
mengakhiri sesi konseling. Namun jika jawabannya “TIDAK” maka konseli perlu
melakukan sesuatu yang lebih berbeda dari yang sebelumnya. Selanjutnya jika konseli
mengaku keadaan tidak menjadi lebih baik maka tugas konselor adalah memeriksa
apakah ada perubahan meski itu tidak dramatis dan cepat sesuai harapan konseli. Jika
“YA” konselor bisa lebih lanjut memeriksa apakah keberhasilan tersebut sesuai tujuan.
Namun jika tidak terjadi perubahan maka konseli perlu melakukan sesuatu yang berbeda
dari sebelumnya. Untuk lebih jelasnya berikut gambaran tahap-tahap pada pertemuan
kedua dan pertemuan berikutnya:
48

Keadaan konseli
menjadi lebih
Ya baik?
Tidak

Apakah perubahan terjadi


Ya Apakah ada perubahan?
berkaitan dengan tujuan?

Ya Tidak Tidak

Lakukan sesuatu yang berbeda


Apakah perubahan tersebut
cukup? dari sebelumnya

Ya Tidak

Terminasi Apa ada hal lain yang dibutuhkan agar terjadi


perubahan?

Sumber: Diadaptasi dari Introduction To Solution Focused Brief Therapy For School Psychologists Ministry Of
Education WA By Andrew Turned And Steve Edward, 1993:21

Pada sesi kedua dan sesi berikutnya konselor perlu fokus untuk mempertahankan
dan meningkatkan kemajuan konseli ke arah tujuan yang telah mereka rencanakan. Sesi
ini bertujuan memunculkan, memperkuat dan meneguhkan kemajuan yang sudah
dicapai konseli. Oleh karena itu, konselor perlu mengklarifikasi apa lagi yang harus
dilakukan agar konseli dapat terus bergerak menuju solusi. Hal ini dapat diwujudkan
melalui dialog yang meneguhkan keberhasilan sekecil apa pun itu, memeriksa kemajuan
skala untuk menilai dimana perasaan konseli sekarang, rencana langkah-langkah
berikutnya dan homework.
49

Pada sesi kedua dan sesi-sesi berikutnya para konselor SFBC sering menggunakan
teknik EAR (akronim dari Eliciting, Amplifying, dan Reinforcing). Eliciting adalah
memunculkan eksepsi-eksepsi. Amplifying mengacu pada meneguhkan pengecualian
tersebut dengan meminta konseli untuk menggambarkan apa yang berbeda antara
waktu terjadinya eksepsi dengan waktu terjadinya masalah serta mengeksplorasi
bagaimana eksepsi terjadi. Reinforcing adalah memperkuat keberhasilan dan kekuatan
bahwa eksepsi telah terjadi secara signifikan (Turnell, A and Hopwood, L: 1994)
1) Eliciting
Pada sesi kedua ini konselor bersama konseli mengidentifikasi apa saja yang telah
berhasil konseli lakukan dengan cara belajarnya setelah sesi pertama. Memunculkan
keberhasilan pada awal sesi akan mendorong sesi ini ke arah yang berfokus solusi dan
menfasilitasi pembicaraan untuk tidak terlalu berpusat pada masalah secara berlebihan.
Mengarahkan konseli pada cara-cara belajarnya yang sukses akan memudahkan pada
tercapainya tujuan konseling yang telah dikembangkan pada sesi pertama. Konseli
mungkin sejenak bingung karena mereka masih mengharapkan konselor fokus pada
masalah mereka. Namun dengan berfokus pada keberhasilan yang terjadi antar sesi akan
memungkinkan konseli benar-benar melihat bahwa mereka sudah mengalami kemajuan
dalam meningkatkan strategi belajarnya.
Untuk memperoleh keberhasilan yang telah dicapai selama beberapa hari terakhir,
konselor akan memulai sesi kedua dengan salah satu pertanyaan-pertanyaan berikut:
"Apa yang lebih baik sejak terakhir kali Bapak melihatmu?"
"Apa yang telah berjalan dengan baik sejak terakhir kali Bapak melihatmu?"
"Apa lagi?"?”
2) Amplifying
Menguatkan perubahan kecil namun signifikan yang telah konseli lakukan dapat
dicapai dengan mengajukan pertanyaan rinci tentang keberhasilan yang telah konseli
jelaskan.
Misalnya:
Kapan : “Kapan saat kamu dapat menyelesaikan tugasmu dengan baik?"
Kemudian bertanya lebih lanjut - "lalu apa lagi yang terjadi? lalu apa lagi".
Siapa : “Siapa lagi yang melihat perubahan kamu? Bagaimana mereka
merespon? Apa yang mereka katakan?”
Dimana : “Dimana hal tersebut terjadi?”
Bagaimana : “Bagaimana kamu melakukan itu? Bagaimana kamu tahu kalau hal
tersebut sudah benar kamu lakukan? Bagaimana perubahan ini bisa
membantu belajar lebih baik?
50

3) Reinforcing
Konselor perlu meneguhkan keberhasilan dan kekuatan eksepsi pada cara belajar konseli
yang signifikan meskipun kecil dan memberikan pujian jika itu diperlukan. Dengan
memberikan reinforcing, konseli akan merasa percaya diri bahwa mereka telah membuat
perubahan yang berguna dalam membantu mereka memperbaiki cara belajarnya.
4) Scaling Progress
Agar konseli mampu merefleksikan perubahannya secara konkrit maka konselor
dapat menggunakan kembali pertanyaan berskala. Pertanyaan berskala berguna dalam
banyak cara, tetapi dalam sesi kedua dan selanjutnya kita fokus pada dua jenis
pertanyaan berskala, yaitu mengenai kemajuan dan kepercayaan diri. Kemajuan
pertanyaan skala ini memberi kita suatu ukuran apakah kemajuan telah benar-benar
terjadi pada konseli.Misalnya "Pada skala satu sampai sepuluh mana hal-hal yang ingin
kamu capai-di mana posisimu sekarang?".
Selanjutnya konselor membantu konseli agar dapat meningkatkan posisinya pada
skala tersebut. Konseli perlu didorong untuk membuat rencana sebagai langkah kecil
selanjutnya dalam memecahkan masalah mereka dengan bertanya, "Jika keadaan
menjadi lebih baik, katakanlah kamu berada di skala 6, hal apa yang akan terjadi yang
membedakan dengan posisi kamu saat ini?”. Pertanyaan ini penting agar konseli benar-
benar dapat mencapai tujuannya secara komprehensif. Hal ini juga memberi ruang
kepada konseli untuk memikirkan ide-ide baru yang dapat dia lakukan dalam mencapai
tujuannya. Selain itu, jawaban yang diberikan konseli akan menuntun konselor dalam
memberikan tugas selanjutnya.
Setelah melihat adanya perubahan yang signifikan, konselor perlu mengetahui
tingkat kepercayaan diri konseli tentang bagaimana kemajuan dapat dipertahankan. Hal
ini dapat dilakukan dengan menggunakan pertanyaan berskala kepercayaan diri.
Misalnya pada skala 1 hingga 10, dimana 10 adalah kamu memiliki kepercayaan bahwa
kamu dapat melanjutkan kemajuan ini, dan 1 dimana kamu benar-benar tidak memiliki
kepercayaan diri, seberapa percayakah kamu?".Pertanyaan ini juga membantu Konselor
untuk merenungkan apakahperubahan benar-benar membuat perbedaan untuk konseli
dan dapat terus dilanjutkan.
5) Break and Homework
Seperti pada sesi pertama, konselor perlu istirahat sejenak untuk berpikir tentang
apa yang telah terjadi dalam sesi ini. Dalam hal ini penting untuk memberikan pujian
kepada konseli tentang kemajuan yang dicapainya, bridge sebagai penghubung dalam
memberikan tugas.
K’or / K’li Pernyataan Tahap/Teknik
K’li Assalamu Alaikum Pak....
K’or Waalaikum Salam...Mari masuk nak Randy
51

K’li Terima kasih Pak


K’or Apa kabar? Sepertinya hari ini kamu begitu ceria. Bagi- Membangun
bagi dong!!! Rapport
K’li Iya Pak Alhamdulillah. Kemarin tim kami masuk final
Pak.
K’or Oh ya...Alhamdulillah selamat ya. Kalian semakin hebat
saja. Bapak bangga pada tim kalian.
K’li Iya Pak terima kasih.
K’or Bagaimana? Sudah siap untuk sesi konseling kali ini?
K’li Iya Pak. Saya siap.
K’or Bagus. Apa yang telah berjalan dengan baik sejak
pertemuan kita minggu lalu?
K’li Alhamdulillah Pak. Lebih baik dari minggu lalu Pak
meski belum sesuai yang saya targetkan.
K’or Apanya yang lebih baik?
K’li Saya sudah bisa mengerjakan soal-soal fisika dan
matematika Pak.
K’or Oh ya. Berarti tugas-tugasmu sudah kamu kumpulkan
ke guru?
K’li Sudah Pak. Tapi saya baru bisa mengumpulkan 2 tugas
fisika dan 1 tugas matematika Pak.
K’or Oh ya...kapan kamu mengumpulkan tugas-tugasmu?
K’li Kalau tugas fisika waktu hari selasa kemarin Pak dan
tugas matematika baru tadi pagi saya kumpulkan Pak.
K’or Bagaimana kamu menyelesaikan tugas-tugasmu?
K’li Saya melakukan seperti rencana minggu lalu Pak.
K’or Apa itu?
K’li Saya meminta bantuan kakak saya untuk mengajari
saya mengerjakan tugas fisika saya Pak. Awalnya sih dia
tidak mau Pak. Lalu saya minta tolong ke mama agar
membujuk kakak untuk membantu saya akhirnya dia
mau juga Pak.
K’or Kamu memang anak yang tidak kehabisan ide Randy.
Lalu apa lagi yang terjadi?
K’li Setiap malam saya selalu berlatih soal-soal fisika dan
matematika Pak.
K’or Kamu melakukannya sendiri?
K’li Kadang-kadang dibantu oleh kakak Pak.
52

K’or Lalu apa lagi?


K’li Hari rabu kemarin Pak Rama mengembalikan tugas-
tugas saya dan Alhamdulillah saya sudah bisa mencapai
KKM Pak.
K’or Alhamdulillah...Bapak senang mendengarnya.
Bagaimana tanggapan pak Rama?
K’li Beliau senang Pak dan mengatakan pada saya kalau
saya terus berusaha saya bisa mencapai nilai melebihi
standar KKM. Beliau juga memberi saya kesempatan
untuk mengumpulkan sisa tugas-tugas saya hari senin.
K’or Saya setuju dengan pak Rama bahwa kamu telah
melakukan perubahan yang berarti. Minggu lalu kamu
mengatakan bahwa kepuasan dirimu dalam belajar
berada dalam skala 3. Dengan usaha yang telah kamu
capai seminggu belakangan ini, sekarang kamu berada
di skala berapa?. Di mana skala 10 menunjukkan sangat
puas dengan usaha belajarmu dan skala 1 sangat tidak
puas.
Saya kira saya di skala 7 pak.
Wow...kamu naik 4 level Randy. Bagus sekali. Berarti Mengukur skala
kamu cukup puas dengan usahamu selami ini. Sekarang kepuasan diri
mari kita lihat skala kepercayaan diri kamu. Seperti
skala kepuasan diri tadi skala 10 menunjukkan
keyakinan kamu untuk melanjutkan kemajuan yang
telah kamu lakukan dan skala 1 menunjukkan kamu
tidak percaya diri. Kira-kira seberapa percayakah kamu
akan dirimu?
K’li Saya pikir saya ada di skala 8 Pak.
K’or Bagus sekali. Itu artinya kamu menganggap kemajuan
yang kamu lakukan dalam seminggu ini sangat berarti
buatmu?
K’li Iya Pak...Ternyata tidak sesulit yang saya bayangkan...
Meski nilai 8 belum saya capai tapi saya yakin Pak saya
hanya perlu berusaha lebih keras lagi.
K’or Dengan kata lain kamu sudah mulai yakin bahwa
dengan melakukan hal yang sedikit berbeda kamu bisa
melakukan perubahan besar dalam menyelesaikan
masalahmu ini?
53

K’li Iya Pak. Tadinya saya begitu berputus asa tapi sekarang
saya sudah sedikit yakin akan diri saya.
K’or Bagus sekali Randy. Seminggu ini kamu sudah Scaling progress
membuat kemajuan yang signifikan meski target kita
belum tercapai semuanya namun dengan melanjutkan
apa yang sudah berhasil kamu lakukan. Insya Allah
dalam waktu dekat target itu akan tercapai. Agar kita
dapat melihat kemajuan ini secara jelas mari kita
melihatnya dalam sebuah skala. Dari skala 1 sampai 10
minggu lalu kamu mengatakan berada pada skala 4 dan
ingin meningkat ke skala 7. Dengan kemajuan yang
telah kamu lakukan hingga saat ini. Sekarang kamu
berada di skala berapa?
K’li Saya rasa saya telah mencapai skala 7 Pak.
K’or Ok...sekarang kamu berada di skala 7. Jika saja keadaan
menjadi lebih baik, katakanlah kamu berada di posisi 8.
Hal berbeda apa yang akan terjadi?
K’li Tidak ada lagi tugas yang menumpuk dan saya bisa
meraih nilai 8 Pak.
K’or Ok ini akan menjadi tujuan kita selanjutnya. Lalu apa
yang akan kamu lakukan untuk dapat bergerak ke
angka 8?
K’li Saya ingin ikut les fisika dan matematika Pak. Saya rasa
itu akan membantu saya.
K’or Bagaimana kamu melakukannya?
K’li Saya akan meminta pada orang tua saya Pak agar saya
diijinkan ikut les fisika dan matematika.
K’or Kapan kamu ingin melakukakannya?
K’li Sepertinya saya akan memulainya pada hari minggu ini.
K’or Siapa yang akan membantumu dalam les ini?
K’li Saya akan meminta bantuan kakak saya untuk
mencarikan guru les Pak. Katanya sih dia punya banyak
teman yang sering memberikan les fisika dan
matematika sekaligus.
K’or Jadi kamu akan meminta bantuan teman kakakmu?
K’li Iya Pak.
K’or Jadi dapat Bapak katakan bahwa untuk bergerak ke
skala 8 kamu akan les fisika dan matematika dengan
54

meminta bantuan teman kakakmu. Berapa kali dalam


seminggu kamu ingin lakukan?
K’li Saya akan mencobanya 2 kali seminggu Pak.
K’or Hari apa saja itu?
K’li Kalau fisika hari minggu dan kamis matematika Pak.
K’or Saya rasa itu ide yang bagus. Dengan melihat
keberhasilan yang kamu capai minggu ini Bapak yakin
kamu akan benar-benar bisa mencapai target yang
telah kamu buat.
OK randy....seperti minggu lalu sebelum kita break
sekitar 10 menit. Apa masih ada hal yang perlu Bapak
ketahui dari kamu?
K’li Hhmmm apa ya Pak....yang jelas saya merasa bahwa
kalau saja saya bisa terus memiliki waktu belajar yang
teratur seperti sekarang ini saya bisa mencapai nilai
yang lebih baik.
K’or Itu sudah pasti Randy. Perubahan kecil yang kita
lakukan akan bisa berdampak besar dalam kehidupan
kita. Saya senang dengan semangatmu.
K’li Iya Pak saya juga lega dengan diri saya.
K’or Ok Randy. Saatnya kita jeda sejenak.
K’li Baik Pak.
K’or Break (5 menit) Break
Konselor akan merefleksi hasil konseling dengan
konseli. Dari 2 pertanyaan skala yang diberikan yaitu
mengukur tingkat kepercayaan diri konseli tentang
keinginannya untuk melanjutkan perubahan. Randy
memposisikan dirinya pada angka 8. Ini berarti
kepercayaan diri Randy menjadi lebih baik dengan kata
lain Randy merasa optimis bahwa ia bisa melanjutkan
kemajuan yang telah dicapainya. Pada pertanyaan
tentang skala kemajuaanya Randy menempatkan
dirinya pada skala 7 dan ingin bergerak ke skala 8. Ia
sudah bisa mengambil inisiatif baru agar bisa terus
bergerak maju. Dengan kesimpulan seperti ini maka
konselor akan tetap memberikan tugas behaviorial
dalam kombinasi dengan tugas observasional. Yakni
55

meminta Randy untuk melihat perubahan yang terjadi


ketika Randy mulai melakukan sesuatu yang berbeda.
K’li OK Randy kita sudah berada di akhir sesi untuk hari ini. Homework:
Namun sebelumnya Bapak ingin sampaikan bahwa Compliment,
Seminggu ini kamu sudah mengalami kemajuan yang Bridge and Task
cukup berarti tugas-tugasmu sudah bisa kamu
selesaikan dan kamu juga sudah mulai percaya diri
tentang kemajuan yang telah kamu lakukan. Bapak
sangat bangga padamu. Sesuai dengan rencana kamu
tadi bahwa akan melanjutkan kemajuannmu ke skala 8
dengan mengikuti les fisika dan matematika maka
untuk pertemuan selanjutnya Bapak ingin kamu
mengamati apa saja yang perubahan yang terjadi
ketika kamu mulai menyelesaikan tugasmu yang tersisa
serta kemajuan apa yang terjadi saat kamu mengikuti
les fisika dan matematika. Dengan mencatat
perubahan yang terjadi kita akan bisa melihat
kemajuan-kemajuan apa lagi yang akan kamu capai.
K’or Baik Pak. Saya akan melakukannya.
K’li Baik Randy, sampai ketemu minggu depan.
K’or Iya Pak. Assalamu Alaikum.
K’or WaalaikumSalam

6) Jika keadaan tidak menjadi lebih baik


Ketika konseli melaporkan bahwa situasi "tidak lebih baik", mereka bisa saja
melihat bahwa perubahan tidak dramatis dan cukup cepat untuk memenuhi harapan
mereka yaitu terjadinya perubahan besar, atau perubahan tidak secara langsung diakui
sebagai berkaitan dengan tujuan mereka. Perasaan seperti frustrasi harus diakui
sementara, pada saat yang sama perhatian konseli dapat ditarik untuk melihat
"perubahan kecil yang dapat disorot dan dibuat signifikan. Perlu diingat bahwa jika
konseli telah memiliki hari yang tidak menyenangkan sesaat sebelum sesi, ini mungkin
berdampak sepanjang minggu dalam persepsinya. Jadi, Konselor perlu menerima
persepsi konseli sebagai hal yang wajar dan kemudian meninjau minggu yang dilaluinya
secara rinci. Dalam proses ini, biasanya konselor dapat menemukan beberapa kasus
meskipun kecil, di mana mereka berperilaku berbeda menciptakan beberapa perubahan
yang berkaitan dengan tujuan mereka.
56

7) Memanfaatkan Kemunduran
Ketika konseli menghadapi kemunduran dalam mencapai tujuan mereka, sering
mereka kehilangan perspektif dan menjadi kewalahan dengan berbagai perasaan. Peran
Konselor sangat penting pada titik ini dalam membantu konseli untuk melihat
keberhasilan yang dia miliki sebelum kemunduran dan yang terpenting lagi adalah
kembali ke tujuan awal sesegera mungkin.
"Bagaimana kemunduran ini berbeda dari yang terakhir?"
"Apa yang kamu lakukan berbeda kali ini?"
"Apa yang telah kamu pelajari tentang dirimu dari pengalaman ini?"
''Apa yang akan kamu lakukan secara berbeda sebagai hasil dari semua ini? "
"Apa yang kamu butuhkan agar dapat berbuat lebih banyak lagi?"
"Apa yang membuatmu yakin kalau kamu melakukan itu?"
"Bagaimana hal itu mempengaruhi cara belajar kamu?"

c. Terminasi
Berikut adalah indikasi bahwa konseling sudah layak untuk diakhiri yaitu:
1) Pencapaian Tujuan Menjadi Kriteria Keberhasilan
Dalam SFBC sinyal pencapaian tujuan bagi konseli dan konselor telah sama jika
solusi telah berkembang atau dikembangkan. Ini berarti konseling sudah dapat diakhiri.
Sudah menjadi tanggung jawab konseli untuk menyampaikan kepada konselor tentang
perubahan yang mereka inginkan terjadi, konselor perlu mengambil peran yang sangat
aktif untuk memastikan bahwa tujuan dapat dicapai dan cukup konkrit sehingga Konselor
akan tahu kapan Konselor sampai pada tujuan. Penentuan tujuan merupakan proses
negosiasi kooperatif.
2) Mengevaluasi Tujuan dan Menilai Kesiapan untuk terminasi
Dalam melakukan tahap terminasi dalam konseling ada dua poin yang perlu
dilakukan yaitu kontinuitas dan evaluasi yang berkesinambungan selama konseling untuk
melihat seberapa dekat konselor pada tujuan. Dengan berjalannya waktu, konselor perlu
menjaga perkembangan dan mengevaluasi tujuan awal yang disepakati dengan konseli.
Evaluasi ini dilakukan dengan menggunakan pertanyaan berskala. Pertanyaan ini tidak
hanya penting untuk konseli tetapi juga diri sendiri, tentang seberapa dekat konselor
mencapai tujuannya.
a) Mengevaluasi tujuan
"Melihat ke belakang, ketika kita pertama melakukan sesi konseling kamu berada di
posisi 1 dan kamu ingin berada di posisi 10, katakan di posisi mana kamu sekarang?"
b) Menilai Kesiapan
K’or: "Kamu telah membuat banyak perubahan sejak kita konseling ini. Pada
skala kepercayaan 1-10, 10 adalah kamu yakin pada dirimu bahwa masalah
57

ini akan selesai dan 1 kamu tidak memiliki keyakinan sama sekali, di mana
posisi kamu sekarang? "
K’li: "Saya rasa saya di posisi 7"
K’or: "Saya pikir itu posisi yang bagus pada perubahan yang telah kamu buat.
Apa lagi yang kira-kira kamu akan butuhkan untuk tetap di 7 pada bulan
depan?”
Menilai kepercayaan diri konseli penting untuk melihat sejauhmana tingkat
kepercayaan konseli dalam menjaga perubahan positif yang terjadi pada dirinya.
Semakin baik kepercayaan diri konseli akan semakin memungkinkan menentukan apa
yang mereka akan lakukan untuk mempertahankan atau melanjutkan perubahan
positif tersebut di masa yang akan datang.
3) Inisiasi terminasi
Saat melakukan terminasi, seorang konselor perlu mempertimbangkan pertanyaan
berikut :
1. Apakah konseli memahami apa yang mereka lakukan untuk menemukan solusi
pada masalahnya? Apakah mereka memiliki perasaan yang jelas tentang apa
yang mereka lakukan untuk membantu diri mereka sendiri?
2. Apakah ini sesuatu yang dapat diterapkan pada situasi lain?
3. Apakah mereka memiliki ide yang jelas tentang apa yang mungkin menjadi
tanda-tanda awal bahwa keadaan mulai memburuk? Apakah mereka tahu apa
yang harus dilakukan jika hal ini terjadi? (Berg, 1991:135 )
Setelah konseli yakin bahwa tujuan telah dicapai dan bahwa perubahan kemungkinan
akan terus berlanjut, maka Konselor dan konseli dapat mengetahui bahwa pertemuan
sudah dapat diakhiri.

B. PELAKSANAAN SOLUTION-FOCUSED BRIEF COUNSELING


Pelaksanaan SFBC untuk meningkatkan SRL konseli dilakukan sebanyak 4 sesi
pertemuan. Setiap sesinya memerlukan waktu selama 60 menit. Berikut adalah tahap-
tahap pelaksanaan SFBC untuk meningkatkan SRL konseli:

PRAKTEK SESI 1
MEMBUAT PERENCANAAN BELAJAR

Tujuan

Secara khusus sesi pertama ini bertujuan:

1. Konseli mampu membina hubungan kolaboratif dengan konselor


58

2. Konseli mampu menilai kemandirian dirinya dalam belajar pada lembar skala
kemandirian belajar.
3. Konseli mampu mendeskripsikan masalahnya dengan jelas.
4. Konseli mampu menilai kepuasan dirinya dalam belajar.
5. Konseli mampu menilai tingkat keyakinan dirinya dalam menyelesaikan masalah
melalui sebuah skala.
6. Konseli mampu menetapkan tujuannya yaitu membuat perencanaan belajar yang
efektif bagi dirinya.
7. Konseli mampu menjabarkan tujuannya menjadi sebuah langkah-langkah kecil,
konkrit dan mudah dicapai yang mengarah pada solusi.
8. Konseli mampu menemukan eksepsi dari masalahnya yang dapat meningkatkan
efikasi dirinya dalam belajar.
9. Konseli mampu memberikan penilaian awal mengenai kemajuan yang telah dicapai
siswa melalui sebuah skala.
10.Konseli bersedia menerima tugas dari konselor yang akan membantunya mencapai
tujuan belajarnya.

Alokasi Waktu 60 Menit

Kegiatan

1. Konselor menyambut konseli dengan hangat, penuh penerimaan, penghargaan dan


penghormatan.
2. Konselor membangun rapport dengan siswa melalui topik netral. Melalui topik
netral ini juga konselor mengidentifikasi potensi dan kekuatan konseli yang dapat
digunakan nanti dalam memberikan intervensi.
3. Konselor membina hubungan yang kolaboratif dengan konseli dan mengklarifikasi
perannya dalam konseling.
4. Konseling mendorong konseli untuk involve dalam konseling.
5. Konselor meminta kesedian konseli melalui lembar kesediaan yang telah disediakan
untuk mengikuti konseling serta membuat kontrak waktu.
6. Konselor meminta konseli untuk mendeskripsikan masalahnya dengan jelas pada
lembar kerja 1.
7. Konselor meminta konseli menilai tingkat kepuasan dirinya dalam belajar dengan
menggunakan pertanyaan berskala kepuasan diri pada lembar kerja 2.
8. Konselor meminta konseli menilai tingkat keyakinan dirinya dalam menyelesaikan
masalah dengan menggunakan pertanyaan berskala keyakinan diri pada lembar
kerja 3.
59

9. Konselor membantu konseli menetapkan tujuan belajar yang ingin dicapai dalam
konseling ini melalui pertanyaan keajaiban pada lembar kerja 4.
10. Konselor membantu konseli menjabarkan tujuannya kedalam langkah-langkah
kecil, konkrit dan mudah dicapai pada lembar kerja 5.
11. Konselor menggunakan pertanyaan eksepsi untuk membantu konseli melihat
bahwa ada saat-saat dalam kehidupan konseli di mana ia dapat belajar dengan
sukses, mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik serta mendapat nilai yang
optimal pada lembar kerja 6.
12. Konselor meminta konseli menilai kemajuan awal yang telah dicapai konseli selama
ini hingga konseli mengikuti konseling pada lembar kerja 7.
13. Sebelum break, konselor menanyakan apakah masih ada hal yang perlu konselor
ketahui mengenai diri konseli berkaitan dengan masalahnya.
14. Konselor membuat kesimpulan hasil pertemuan dengan konseli.
15. Konselor break3-5 menit dan meninggalkan konseli sesaat untuk meninjau kembali
hasil pertemuannya dengan konseli termasuk meninjau hubungannya dengan
konseli apakah pada tipe pelanggan, pengadu atau pengunjung. Setelah menetukan
jenis hubungan ini maka konselor perlu memilih tugas yang akan diberikan kepada
konseli sebagai homework.
16. Konselor kembali menemui konseli setelah break. Konselor membuka pembicaraan
dengan memberikan pujian kepada konseli atas apa yang telah dicapainya selama
ini dan selama sesi konseling.
17. Konselor menunjukkan empati dan penghormatannya atas apa yang konseli alami
dan lakukan untuk tetap bertahan dari masalah yang dihadapinya. Hal ini bertujuan
sebagai penghubung (bridge) agar konselor dapat memberikan homework kepada
konseli.
18. Konselor memberikan homework berupa tugas observasi yakni konseli diminta
untuk mengamati cara-cara belajarnya yang sukses yang dapat meningkatkan
performa belajarnya. Tugas ini diminta oleh konselor saat sesi kedua. Agar konseli
mudah mengidentifikasi pengamatannya maka konselor memberikan lembar
observasi diri (lembar kerja 8).
19. Konselor bersama dengan konseli menetapkan waktu untuk pertemuan selanjutnya.
20. Konselor menutup sesi pertama.
60

Lembar Kerja untuk Konselor

SESI 1
Untuk Konselor

Nama Konseli : Tanggal:

Masalah :

NO. TEKNIK KONSELING COMPLIMENT/PUJIAN


1. Pertanyaan Berskala
a. Pertanyaan berskala kepuasaan diri:

b. Pertanyaan berskala kepercayaan diri:

2. Pertanyaan keajaiban

3. Eksepsi

4. Pertanyaan skala (Baseline problem)

5. Kesimpulan hasil pertemuan:

6. Break

7. Homework :
Pujian :

Penghubung (Bridge) :

Tugas :
61

Refleksi Diri Konselor

Setelah konselor melaksanakan sesi konseling, konselor perlu melakukan


evaluasi proses konseling yang telah dilakukannya. Hal ini dimaksudkan agar konselor
dapat melihat kekurangannya untuk dikoreksi dan kelebihannya untuk ditingkatkan
dalam melakukan SFBC .

Petunjuk:

Berikut ini adalah skala penilaian keterampilan SFBC yang dilengkapi dengan rubrik.

1. Lingkarilah angka skala yang anda rasa sesuai dengan yang telah anda lakukan pada
sesi konseling tadi. Skala 1 menunjukkan tidak anda lakukan dan skala 10 Anda telah
melakukannya dengan sangat baik.
2. Buatlah kesimpulan hasil refleksi diri Anda pada kolom yang telah disediakan.

NO. KETERAMPILAN KONSELOR SKALA


SFBC
1. a. Membangun rapport 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
b. Klarifikasi peran konselor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2. Deskripsi masalah konseli 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
3. Penetapan tujuan yang ingin 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
dicapai konseli.
4. Penggunaan pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
eksepsi
5. Penggunaan pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
berskala sebagai baseline dari
tujuan konseli
6. Kesimpulan hasil pertemuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
7. Break 3-5 menit 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
8. Homework 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
9. Penutup 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1. a. Membangun Rapport

SKALA DESKRIPSI
1 Sama sekali tidak menjaga sikap attending (perhatian, penerimaan,
penghargaan dan empati), tidak menyambut hangat konseli,
membicarakan topik netral tapi tidak menggali potensi siswa
62

2 Tidak menjaga sikap attending (perhatian, penerimaan, penghargaan dan


empati), tidak menyambut hangat konseli, membicarakan topik netral tapi
tidak menggali potensi siswa
3 Kurang menjaga sikap attending (perhatian, penerimaan, penghargaan dan
empati), tidak menyambut hangat konseli, membicarakan topik netral tapi
tidak menggali potensi siswa.
4 Kurang menjaga sikap attending (perhatian, penerimaan, penghargaan dan
empati), kurang cukup menyambut hangat konseli, membicarakan topik
netral tapi tidak menggali potensi siswa.
5 Kurang menjaga sikap attending (perhatian, penerimaan, penghargaan dan
empati), kurang cukup menyambut hangat konseli, membicarakan topik
netral kurang menggali potensi siswa.
6 Cukup menjaga sikap attending (perhatian, penerimaan, penghargaan dan
empati), kurang cukup menyambut hangat konseli, membicarakan topik
netral kurang menggali potensi siswa.
7 Cukup menjaga sikap attending (perhatian, penerimaan, penghargaan dan
empati), cukup menyambut hangat konseli, membicarakan topik netral
kurang menggali potensi siswa.
8 Selalu menjaga sikap attending (perhatian, penerimaan, penghargaan dan
empati), cukup menyambut hangat konseli, membicarakan topik netral
kurang menggali potensi siswa.
9 Selalu menjaga sikap attending (perhatian, penerimaan, penghargaan dan
empati), cukup menyambut hangat konseli, membicarakan topik netral
cukup menggali potensi siswa.
10 Selalu menjaga sikap attending (perhatian, penerimaan, penghargaan dan
empati), menyambut hangat konseli, membicarakan topik netral sangat
banyak menggali potensi siswa.

b. Klarifikasi peran konselor

SKALA DESKRIPSI
1 Tidak mengemukakan peran dan fungsi konselor, tidak mengemukakan
peran konseli cukup jelas, mengemukakan tujuan konseling tidak jelas,
kontrak waktu konseling tidak jelas.
2 Mengemukakan peran dan fungsi konselor tidak jelas, mengemukakan peran
konseli kurang jelas, mengemukakan tujuan konseling kurang jelas, kontrak
waktu konseling kurang jelas.
63

3 Mengemukakan peran dan fungsi konselor cukup jelas, mengemukakan


peran konseli cukup jelas, mengemukakan tujuan konseling kurang jelas,
kontrak waktu konseling kurang jelas.
4 Mengemukakan peran dan fungsi konselor cukup jelas, mengemukakan
peran konseli cukup jelas, mengemukakan tujuan konseling cukup jelas,
kontrak waktu konseling kurang jelas.
5 Mengemukakan peran dan fungsi konselor jelas, mengemukakan peran
konseli cukup jelas mengemukakan tujuan konseling cukup jelas, kontrak
waktu konseling cukup jelas.
6 Mengemukakan peran dan fungsi konselor jelas, mengemukakan peran
konseli jelas, mengemukakan tujuan konseling jelas, kontrak waktu konseling
cukup jelas.
7 Mengemukakan peran dan fungsi konselor jelas, mengemukakan peran
konseli jelas, mengemukakan tujuan konseling jelas, kontrak waktu konseling
jelas.
8 Mengemukakan peran dan fungsi konselor sangat jelas, mengemukakan
peran konseli jelas, mengemukakan tujuan konseling jelas, kontrak waktu
konseling jelas.
9 Mengemukakan peran dan fungsi konselor sangat jelas, mengemukakan
peran konseli sangat jelas, mengemukakan tujuan konseling sangat jelas,
kontrak waktu konseling jelas.
10 Mengemukakan peran dan fungsi konselor sangat jelas, mengemukakan
peran konseli sangat jelas, mengemukakan tujuan konseling sangat jelas,
kontrak waktu konseling sangat jelas.

2. Deskripsi masalah konseli

SKALA DESKRIPSI
1 Tidak menggunakan teknik parafrase, pertanyaan terbuka dan
perangkuman, mendengarkan cerita konseli tidak respek dan perhatian,
mengkaji masalah terlalu dalam, tidak jelas dalam memberikan
pertanyaan berskala untuk mengukur kepuasan diri konseli, tidak jelas
dalam memberikan pertanyaan berskala untuk mengukur keyakinan diri
konseli.
2 Kurang tepat menempatkan penggunaan teknik parafrase, pertanyaan
terbuka dan perangkuman, mendengarkan cerita konseli kurang respek
dan perhatian, mengkaji masalah terlalu dalam, tidak jelas dalam
memberikan pertanyaan berskala untuk mengukur kepuasan diri konseli,
64

tidak jelas dalam memberikan pertanyaan berskala untuk mengukur


keyakinan diri konseli.
3 Cukup tepat menempatkan penggunaan teknik parafrase, pertanyaan
terbuka dan perangkuman, mendengarkan cerita konseli kurang respek
dan perhatian, mengkaji masalah cukup dalam, kurang jelas dalam
memberikan pertanyaan berskala untuk mengukur kepuasan diri konseli,
kurang jelas dalam memberikan pertanyaan berskala untuk mengukur
keyakinan diri konseli.
4 Cukup tepat menempatkan penggunaan teknik parafrase, pertanyaan
terbuka dan perangkuman, mendengarkan cerita konseli dengan respek
dan cukup perhatian, mengkaji masalah cukup dalam, kurang jelas dalam
memberikan pertanyaan berskala untuk mengukur kepuasan diri konseli,
kurang jelas dalam memberikan pertanyaan berskala untuk mengukur
keyakinan diri konseli.
5 Tepat menempatkan penggunaan teknik parafrase, pertanyaan terbuka
dan perangkuman, mendengarkan cerita konseli dengan respek dan cukup
perhatian, mengkaji masalah cukup dalam, kurang jelas dalam
memberikan pertanyaan berskala untuk mengukur kepuasan diri konseli,
kurang jelas dalam memberikan pertanyaan berskala untuk mengukur
keyakinan diri konseli.
6 Tepat menempatkan penggunaan teknik parafrase, pertanyaan terbuka
dan perangkuman, mendengarkan cerita konseli dengan respek dan cukup
perhatian, mengkaji masalah cukup dalam, kurang jelas dalam
memberikan pertanyaan berskala untuk mengukur kepuasan diri konseli,
kurang jelas dalam memberikan pertanyaan berskala untuk mengukur
keyakinan diri konseli.
7 Tepat menempatkan penggunaan teknik parafrase, pertanyaan terbuka
dan perangkuman, mendengarkan cerita konseli dengan respek dan
penuh perhatian, mengkaji masalah cukup dalam, cukup jelas dalam
memberikan pertanyaan berskala untuk mengukur kepuasan diri konseli,
cukup jelas dalam memberikan pertanyaan berskala untuk mengukur
keyakinan diri konseli.
8 Sangat tepat menempatkan penggunaan teknik parafrase, pertanyaan
terbuka dan perangkuman, mendengarkan cerita konseli dengan respek
dan penuh perhatian, tidak mengkaji masalah terlalu dalam, jelas dalam
memberikan pertanyaan berskala untuk mengukur kepuasan diri konseli,
jelas dalam memberikan pertanyaan berskala untuk mengukur keyakinan
diri konseli.
65

9 Sangat tepat menempatkan penggunaan teknik parafrase, pertanyaan


terbuka dan perangkuman, mendengarkan cerita konseli dengan sangat
respek dan penuh perhatian, tidak mengkaji masalah terlalu dalam, jelas
dalam memberikan pertanyaan berskala untuk mengukur kepuasan diri
konseli, jelas dalam memberikan pertanyaan berskala untuk mengukur
keyakinan diri konseli.
10 Sangat tepat menempatkan penggunaan teknik parafrase, pertanyaan
terbuka dan perangkuman, mendengarkan cerita konseli dengan sangat
respek dan penuh perhatian, tidak mengkaji masalah terlalu dalam,
Mengajak konseli untuk memilih masalah yang paling mendesak untuk
diselesaikan, sangat jelas dalam memberikan pertanyaan berskala untuk
mengukur kepuasan diri konseli, sangat jelas dalam memberikan
pertanyaan berskala untuk mengukur keyakinan diri konseli.

3. Penetapan tujuan yang ingin dicapai konseli

SKALA DESKRIPSI
1 Penggunaan kalimat pengandaian keajaiban sangat tidak jelas, membantu
konseli membuat tujuan tidak rinci, tidak spesifik, sulit dicapai, tidak dapat
diamati dan tidak realistis.
2 Penggunaan kalimat pengandaian keajaiban tidak jelas, membantu konseli
membuat tujuan tidak rinci, tidak spesifik, sulit dicapai, tidak dapat diamati
dan tidak realistis.
3 Penggunaan kalimat pengandaian keajaiban kurang jelas, membantu
konseli membuat tujuan yang kurang rinci, kurang spesifik, agak sulit
dicapai, agak sulit diamati dan kurang realistis.
4 Penggunaan kalimat pengandaian keajaiban cukup jelas, membantu
konseli membuat tujuan yang kurang rinci, kurang spesifik, mudah dicapai,
dapat diamati dan kurang realistis.
5 Penggunaan kalimat pengandaian keajaiban cukup jelas, membantu
konseli membuat tujuan yang kurang rinci, kurang spesifik, mudah dicapai,
dapat diamati dan cukup realistis.
6 Penggunaan kalimat pengandaian keajaiban cukup jelas, membantu
konseli membuat tujuan yang cukup rinci, cukup spesifik, mudah dicapai,
dapat diamati dan cukup realistis.
66

7 Penggunaan kalimat pengandaian keajaiban jelas, membantu konseli


membuat tujuan yang cukup rinci, cukup spesifik, mudah dicapai, dapat
diamati dan cukup realistis.
8 Penggunaan kalimat pengandaian keajaiban jelas, membantu konseli
membuat tujuan dengan rinci, spesifik, mudah dicapai, dapat diamati dan
realistis.
9 Penggunaan kalimat pengandaian keajaiban sangat jelas, membantu
konseli membuat tujuan dengan rinci, spesifik, mudah dicapai, bisa
diamati dan realistis.
10 Penggunaan kalimat pengandaian keajaiban sangat jelas, membantu
konseli membuat tujuan dengan sangat rinci, sangat spesifik, mudah
dicapai, bisa diamati dan sangat realistis.

4. Penggunaan pertanyaan eksepsi masalah

SKALA DESKRIPSI
1 Pertanyaan eksepsi tidak jelas, tidak tepat menggunakan potensi positif
konseli sebagai aset dalam menyelesaikan masalah, tidak memberikan
pujian atas keberhasilan konseli pada prakonseling.
2 Pertanyaan eksepsi kurang jelas, tidak tepat menggunakan potensi positif
konseli sebagai aset dalam menyelesaikan masalah, memberikan pujian
seadanya atas keberhasilan konseli pada prakonseling.
3 Pertanyaan eksepsi kurang jelas, kurang tepat menggunakan potensi
positif konseli sebagai aset dalam menyelesaikan masalah, memberikan
pujian tidak tulus atas keberhasilan konseli pada prakonseling.
4 Pertanyaan eksepsi cukup jelas, kurang tepat menggunakan potensi
positif konseli sebagai aset dalam menyelesaikan masalah, memberikan
pujian kurang tulus atas keberhasilan konseli pada prakonseling.
5 Pertanyaan eksepsi cukup jelas, cukup tepat menggunakan potensi positif
konseli sebagai aset dalam menyelesaikan masalah, memberikan pujian
kurang tulus atas keberhasilan konseli pada prakonseling.
6 Pertanyaan eksepsi cukup jelas, cukup tepat menggunakan potensi positif
konseli sebagai aset dalam menyelesaikan masalah, memberikan pujian
cukup tulus atas keberhasilan konseli pada prakonseling.
7 Pertanyaan eksepsi jelas, tepat menggunakan potensi positif konseli
sebagai aset dalam menyelesaikan masalah, memberikan pujian cukup
tulus atas keberhasilan konseli prakonseling.
67

8 Pertanyaan eksepsi jelas, tepat menggunakan potensi positif konseli


sebagai aset dalam menyelesaikan masalah, memberikan pujian tulus
atas keberhasilan konseli pada prakonseling.
9 Pertanyaan eksepsi sangat jelas, sangat tepat menggunakan potensi
positif konseli sebagai aset dalam menyelesaikan masalah, memberikan
pujian tulus atas keberhasilan konseli pada prakonseling.
10 Pertanyaan eksepsi sangat jelas, sangat tepat menggunakan potensi
positif konseli sebagai aset dalam menyelesaikan masalah, memberikan
pujian sangat tulus atas keberhasilan konseli pada prakonseling.

5. Penggunaan pertanyaan berskala sebagai baseline dari tujuan konseli

SKALA DESKRIPSI
1 Penjelasan makna skala tidak jelas, identifikasi potensi konseli tidak
jelas untuk mencapai tujuan, identifikasi keberhasilan awal konseli
tidak jelas, identifikasi langkah-langkah maju yang akan dilakukan
konseli tidak jelas menuju posisi yang lebih tinggi dalam skala.
2 Penjelasan makna skala kurang jelas, identifikasi potensi konseli kurang
jelas untuk mencapai tujuan, identifikasi keberhasilan awal konseli
tidak jelas, identifikasi langkah-langkah maju yang akan dilakukan
konseli tidak jelas menuju posisi yang lebih tinggi dalam skala.
3 Penjelasan makna skala kurang jelas, identifikasi potensi konseli kurang
jelas untuk mencapai tujuan, identifikasi keberhasilan awal konseli
kurang jelas, identifikasi langkah-langkah maju yang akan dilakukan
konseli kurang jelas menuju posisi yang lebih tinggi dalam skala.
4 Penjelasan makna skala cukup jelas, identifikasi potensi konseli cukup
jelas untuk mencapai tujuan, identifikasi keberhasilan awal konseli
kurang jelas, identifikasi langkah-langkah maju yang akan dilakukan
konseli kurang jelas menuju posisi yang lebih tinggi dalam skala.
5 Penjelasan makna skala cukup jelas, identifikasi potensi konseli cukup
jelas untuk mencapai tujuan, identifikasi keberhasilan awal konseli
cukup jelas, identifikasi langkah-langkah maju yang akan dilakukan
konseli cukup jelas menuju posisi yang lebih tinggi dalam skala.
6 Penjelasan makna skala jelas, identifikasi potensi konseli cukup jelas
untuk mencapai tujuan, identifikasi keberhasilan awal konseli cukup
jelas, identifikasi langkah-langkah maju yang akan dilakukan konseli
cukup jelas menuju posisi yang lebih tinggi dalam skala.
68

7 Penjelasan makna skala jelas, identifikasi potensi konseli jelas untuk


mencapai tujuan, identifikasi keberhasilan awal konseli cukup jelas,
identifikasi langkah-langkah maju yang akan dilakukan konseli cukup
jelas menuju posisi yang lebih tinggi dalam skala.
8 Penjelasan makna skala sangat jelas, identifikasi potensi konseli jelas
untuk mencapai tujuan, identifikasi keberhasilan awal konseli jelas,
identifikasi langkah-langkah maju yang akan dilakukan konseli jelas
menuju posisi yang lebih tinggi dalam skala.
9 Penjelasan makna skala sangat jelas, identifikasi potensi konseli sangat
jelas untuk mencapai tujuan, identifikasi keberhasilan awal konseli
jelas, identifikasi langkah-langkah maju yang akan dilakukan konseli
jelas menuju posisi yang lebih tinggi dalam skala.
10 Penjelasan makna skala sangat jelas, identifikasi potensi konseli sangat
jelas untuk mencapai tujuan, identifikasi keberhasilan awal konseli
sangat jelas, identifikasi langkah-langkah maju yang akan dilakukan
konseli sangat jelas menuju posisi yang lebih tinggi dalam skala.

6. Menyimpulkan hasil pertemuan

SKALA DESKRIPSI
1 Kesimpulan tujuan yang ingin dicapai konseli tidak tepat, kesimpulan
skala posisi pencapaian tujuan, kepuasan dan kepercayaan diri konseli
tidak tepat, kesimpulan langkah-langkah yang akan dicapai konseli tidak
tepat
2 Kesimpulan tujuan yang ingin dicapai konseli kurang tepat, kesimpulan
skala posisi pencapaian tujuan, kepuasan dan kepercayaan diri konseli
kurang tepat, kesimpulan langkah-langkah yang akan dicapai konseli
kurang tepat
3 Kesimpulan tujuan yang ingin dicapai konseli tepat, kesimpulan skala
posisi pencapaian tujuan, kepuasan dan kepercayaan diri konseli kurang
tepat, kesimpulan langkah-langkah yang akan dicapai konseli kurang
tepat
4 Kesimpulan tujuan yang ingin dicapai konseli cukup tepat, kesimpulan
skala posisi pencapaian tujuan, kepuasan dan kepercayaan diri konseli
cukup tepat, kesimpulan langkah-langkah yang akan dicapai konseli
cukup tepat
5 Kesimpulan tujuan yang ingin dicapai konseli tepat, kesimpulan skala
posisi pencapaian tujuan, kepuasan dan kepercayaan diri konseli cukup
69

tepat, kesimpulan langkah-langkah yang akan dicapai konseli cukup


tepat
6 Kesimpulan tujuan yang ingin dicapai konseli tepat, kesimpulan skala
posisi pencapaian tujuan, kepuasan dan kepercayaan diri konseli tepat,
kesimpulan langkah-langkah yang akan dicapai konseli cukup tepat
7 Kesimpulan tujuan yang ingin dicapai konseli tepat, kesimpulan skala
posisi pencapaian tujuan, kepuasan dan kepercayaan diri konseli tepat,
kesimpulan langkah-langkah yang akan dicapai konseli tepat
8 Kesimpulan tujuan yang ingin dicapai konseli sangat tepat, kesimpulan
skala posisi pencapaian tujuan, kepuasan dan kepercayaan diri konseli
tepat, kesimpulan langkah-langkah yang akan dicapai konseli tepat
9 Kesimpulan tujuan yang ingin dicapai konseli sangat tepat, kesimpulan
skala posisi pencapaian tujuan, kepuasan dan kepercayaan diri konseli
sangat tepat, kesimpulan langkah-langkah yang akan dicapai konseli
tepat
10 Kesimpulan tujuan yang ingin dicapai konseli sangat tepat, kesimpulan
skala posisi pencapaian tujuan, kepuasan dan kepercayaan diri konseli
sangat tepat, kesimpulan langkah-langkah yang akan dicapai konseli
sangat tepat

7. Break 3-5 menit

SKALA DESKRIPSI
1 Tidak tepat membuat tinjauan relevansi tujuan dengan masalah konseli,
tidak tepat menentukan jenis hubungan dengan konseli, pemilihan tugas
untuk konseli tidak tepat.
2 Kurang tepat membuat tinjauan relevansi tujuan dengan masalah konseli,
kurang tepat menentukan jenis hubungan dengan konseli, pemilihan tugas
untuk konseli kurang tepat.
3 Cukup tepat membuat tinjauan relevansi tujuan dengan masalah konseli,
cukup tepat menentukan jenis hubungan dengan konseli, pemilihan tugas
untuk konseli kurang tepat.
4 Cukup tepat membuat tinjauan relevansi tujuan dengan masalah konseli,
cukup tepat menentukan jenis hubungan dengan konseli, pemilihan tugas
untuk konseli cukup tepat.
5 Tepat membuat tinjauan relevansi tujuan dengan masalah konseli, cukup
tepat menentukan jenis hubungan dengan konseli, pemilihan tugas untuk
konseli cukup tepat.
70

6 Tepat membuat tinjauan relevansi tujuan dengan masalah konseli, tepat


menentukan jenis hubungan dengan konseli, pemilihan tugas untuk
konseli cukuptepat.
7 Tepat membuat tinjauan relevansi tujuan dengan masalah konseli, tepat
menentukan jenis hubungan dengan konseli, pemilihan tugas untuk
konseli tepat.
8 Sangat tepat membuat tinjauan relevansi tujuan dengan masalah konseli,
tepat menentukan jenis hubungan dengan konseli, pemilihan tugas untuk
konseli tepat.
9 Sangat tepat membuat tinjauan relevansi tujuan dengan masalah konseli,
sangat tepat menentukan jenis hubungan dengan konseli, pemilihan tugas
untuk konseli tepat.
10 Sangat tepat membuat tinjauan relevansi tujuan dengan masalah konseli,
sangat tepat menentukan jenis hubungan dengan konseli, pemilihan tugas
untuk konseli sangat tepat.

8. Homework

SKALA DESKRIPSI
1 Tidak tulus memberikan pujian atas usaha konseli, tidak tepat memberikan
pernyataan penghubung, tidak tepat memberikan tugas sesuai tipe konseli.
2 Kurang tulus memberikan pujian atas usaha konseli, kurang tepat
memberikan pernyataan penghubung, kurang tepat memberikan tugas
sesuai tipe konseli.
3 Cukup tulus memberikan pujian atas usaha konseli, cukup tepat
memberikan pernyataan penghubung, kurang tepat memberikan tugas
sesuai tipe konseli.
4 Cukup tulus memberikan pujian atas usaha konseli, cukup tepat
memberikan pernyataan penghubung, cukup tepat memberikan tugas
sesuai tipe konseli.
5 Tulus memberikan pujian atas usaha konseli, cukup tepat memberikan
pernyataan penghubung, cukup tepat memberikan tugas sesuai tipe
konseli.
6 Tulus memberikan pujian atas usaha konseli, tepat memberikan
pernyataan penghubung, cukup tepat memberikan tugas sesuai tipe
konseli.
7 Tulus dalam memberikan pujian atas usaha konseli, tepat memberikan
pernyataan penghubung, tepat memberikan tugas sesuai tipe konseli.
71

8 Sangat tulus memberikan pujian atas usaha konseli, tepat memberikan


pernyataan penghubung, tepat memberikan tugas sesuai tipe konseli.
9 Sangat tulus memberikan pujian atas usaha konseli, sangat tepat
memberikan pernyataan penghubung, tepat memberikan tugas sesuai tipe
konseli.
10 Sangat tulus memberikan pujian atas usaha konseli, sangat tepat
memberikan pernyataan penghubung, sangat tepat memberikan tugas
sesuai tipe konseli.

9. Penutup

SKALA DESKRIPSI
1 Pertemuan sesi berikutnya mutlak dari konselor, tidak tepat menutup sesi
konseling.
2 Pertemuan sesi berikutnya saran dari konselor, tidak tepat menutup sesi
konseling.
3 Pertemuan sesi berikutnya saran dari konselor, kurang tepat menutup sesi
konseling.
4 Pertemuan sesi berikutnya saran dari konselor, cukup tepat menutup sesi
konseling.
5 Pertemuan sesi berikutnya saran dari konselor, tepat menutup sesi
konseling.
6 Pertemuan sesi berikutnya inisiatif dari konseli, kurang tepat menutup sesi
konseling.
7 Pertemuan sesi berikutnya inisiatif dari konseli, cukup tepat menutup sesi
konseling.
8 Pertemuan sesi berikutnya inisiatif dari konseli, tepat menutup sesi
konseling.
9 Pertemuan sesi berikutnya sepenuhnya inisiatif dari konseli, tepat
menutup sesi konseling.
10 Pertemuan sesi berikutnya sepenuhnya inisiatif dari konseli, sangat tepat
menutup sesi konseling.
72

Kesimpulan Hasil Refleksi Diri


Kelebihan saya:

Kekurangan saya:

Hal yang perlu saya tingkatkan pada sesi berikutnya:


73

PRAKTEK SESI 2
IDENTIFIKASI KEMAJUAN KETERAMPILAN BELAJAR

Tujuan

1. Konseli mampu menjelaskan apa yang telah ia lakukan dengan sukses untuk
mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkannya.
2. Meningkatkan percaya diri konseli atas kemampuan yang dimilikinya dan semakin
termotivasi dalam mencapai tujuan belajarnya.
3. Konseli mampu menilai tingkat kemajuan, kepercayaandan kepuasan dirinya
menggunakan skala.
4. Konseli mampu membuat langkah-langkah konkrit untuk mencapai posisi yang lebih
tinggi dalam skala.

Alokasi waktu 60 menit

Kegiatan

1. Konselor menyambut konseli dengan hangat, penuh penerimaan, penghargaan dan


penghormatan.
2. Konselor menggunakan eliciting untuk memeriksa homework yaitu memunculkan
eksepsi tentang apa yang telah lebih baik dari sesi I.
3. Konselor menggunakan amplifying untuk memperkuat perubahan yang dialami
konseli.
4. Konselor memberikan reinforcing kepada siswa atas keberhasilan dan kekuatan
eksespsi yang telah dilalui konseli.
5. Konselor meminta konseli menilai kepuasan dirinya terhadap hasil belajar yang
telah ia capai menggunakan lembar kerja 2.
6. Konselor meminta konseli untuk menilai tingkat kepercayaan dirinya kembali
menggunakan lembar kerja 3.
7. Konselor meminta konseli menilai kemajuan belajar yang telah dicapai konseli.
8. Konselor meminta konseli menyebutkan pada posisi berapa ia akan bergerak maju
dengan menggunakan lembar kerja 7.
9. Konselormeminta konseli untuk membuat langkah-langkah konkrit untuk mencapai
posisi yang lebih tinggi pada lembar kerja 7.
10. Konselor menyimpulkan hasil pertemuan.
74

11. Konselor break3-5 menit untuk meninjau hasil pertemuan serta menyiapkan
homework berikutnya untuk konseli.
12. Konselor kembali menemui konseli setelah break. Konselor membuka pembicaraan
dengan memberikan pujian kepada konseli atas apa yang telah dicapainya selama
ini dan selama sesi konseling.
13. Konselor menunjukkan empati dan penghormatannya atas apa yang konseli alami
dan lakukan untuk tetap bertahan dari masalah yang dihadapinya. Hal ini bertujuan
sebagai penghubung (bridge) agar konselor dapat memberikan homework kepada
konseli.
14. Konselor memberikan homework berupa tugas observasi yakni konseli diminta
untuk mengamati cara-cara belajarnya yang sukses yang dapat membawanya
menuju posisi yang telah ia tentukan sebelum break. Tugas ini diminta oleh konselor
saat sesi kedua. Agar konseli mudah mengedentifikasi pengamatannya maka
konselor memberikan lembar observasi diri (lembar kerja 8).
15. Konselor bersama dengan konseli menetapkan waktu untuk pertemuan selanjutnya.
16. Konselor menutup sesi II.

Lembar Kerja Konselor

SESI 2
Untuk Konselor

Nama Konseli : Tanggal:

NO. TEKNIK KONSELING COMPLIMENT/PUJIAN


1. Eliciting the exceptions (Apa yang lebih baik?) :

2. Amplifying (Apa yang dapat kamu lakukan agar


hal ini bisa terjadi? Bagaimana kamu akan
melakukakan?) :

3. Reinforce
75

4. Kemajuan dari skala :


Skala keyakinan diri:

Skala progres :

Skala kepuasan diri:

5. Kesimpulan:

6. Homework:
Pujian:

Penghubung:

Tugas:

Refleksi Diri Konselor

Setelah konselor melaksanakan sesi konseling, konselor perlu melakukan evaluasi proses
konseling yang telah dilakukannya. Hal ini dimaksudkan agar konselor dapat melihat
kekurangannya untuk dikoreksi dan kelebihannya untuk ditingkatkan dalam melakukan
SFBC .

Petunjuk:

Berikut ini adalah skala penilaian keterampilan SFBC yang dilengkapi dengan rubrik.

1. Lingkarilah angka skala yang anda rasa sesuai dengan yang telah anda lakukan pada
sesi konseling tadi. Skala 1 menunjukkan tidak anda lakukan dan skala 10 Anda telah
melakukannya.
2. Buatlah kesimpulan hasil refleksi diri Anda pada kolom yang telah disediakan

NO. KETERAMPILAN KONSELOR SKALA


SFBC
1. Membangun rapport. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
76

2. Penggunaan teknik eliciting 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10


untuk mengidentifikasi
kemajuan konseli
3. Pengunaan teknik amplifying 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
dalam merinci
kemajuan/perubahan konseli
4. Pemberian reinforce terhadap 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
perubahan yang telah dicapai
siswa
5. Penelusuran tingkat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
pencapaian tujuan konseli
6. Kesimpulan hasil pertemuan. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
7. Break 3-5 menit 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
8. Homework 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
9. Penutup 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1. Membangun Rapport

SKALA DESKRIPSI
1 Sama sekali tidak menjaga sikap attending (perhatian, penerimaan,
penghargaan dan empati), tidak menyambut hangat konseli,
membicarakan topik netral tapi tidak menggali potensi siswa
2 Tidak menjaga sikap attending (perhatian, penerimaan, penghargaan dan
empati), tidak menyambut hangat konseli, membicarakan topik netral tapi
tidak menggali potensi siswa
3 Kurang menjaga sikap attending (perhatian, penerimaan, penghargaan
dan empati), tidak menyambut hangat konseli, membicarakan topik netral
tapi tidak menggali potensi siswa.
4 Kurang menjaga sikap attending (perhatian, penerimaan, penghargaan
dan empati), kurang cukup menyambut hangat konseli, membicarakan
topik netral tapi tidak menggali potensi siswa.
5 Kurang menjaga sikap attending (perhatian, penerimaan, penghargaan
dan empati), kurang cukup menyambut hangat konseli, membicarakan
topik netral kurang menggali potensi siswa.
6 Cukup menjaga sikap attending (perhatian, penerimaan, penghargaan dan
empati), kurang cukup menyambut hangat konseli, membicarakan topik
netral kurang menggali potensi siswa.
77

7 Cukup menjaga sikap attending (perhatian, penerimaan, penghargaan dan


empati), cukup menyambut hangat konseli, membicarakan topik netral
kurang menggali potensi siswa.
8 Selalu menjaga sikap attending (perhatian, penerimaan, penghargaan dan
empati), cukup menyambut hangat konseli, membicarakan topik netral
kurang menggali potensi siswa.
9 Selalu menjaga sikap attending (perhatian, penerimaan, penghargaan dan
empati), cukup menyambut hangat konseli, membicarakan topik netral
cukup menggali potensi siswa.
10 Selalu menjaga sikap attending (perhatian, penerimaan, penghargaan dan
empati), menyambut hangat konseli, membicarakan topik netral sangat
banyak menggali potensi siswa.

2. Penggunaan teknik eliciting untuk mengidentifikasi kemajuan konseli

SKALA DESKRIPSI
1 Informasi kemajuan konseli sangat tidak jelas, sangat fokus pada
masalah.
2 Informasi kemajuan konseli sangat tidak jelas, fokus pada masalah.
3 Informasi kemajuan konseli tidak jelas, fokus pada masalah.
4 Informasi kemajuan konseli kurang jelas, kurang fokus pada terciptanya
solusi.
5 Informasi kemajuan konseli cukup jelas, kurang fokus pada terciptanya
solusi.
6 Informasi kemajuan konseli cukup jelas, cukup fokus pada terciptanya
solusi.
7 Informasi kemajuan konseli jelas, cukup fokus pada terciptanya solusi.
8 Informasi kemajuan konseli jelas, fokus pada terciptanya solusi.
9 Informasi kemajuan konseli sangat jelas, fokus pada terciptanya solusi.
10 Informasi kemajuan konseli sangat jelas, sangat fokus pada terciptanya
solusi.
78

3. Pengunaan teknik amplifying dalam merinci kemajuan/perubahan konseli

SKALA DESKRIPSI
1 Informasi rincian waktu dan tempat terjadinya perubahan konseli tidak
jelas, informasi rincian orang lain yang terlibat atau merespon perubahan
konseli tidak jelas, informasi rincian cara konseli melakukan perubahan
yang menunjukkan solusi tidak jelas.
2 Informasi rincian waktu dan tempat terjadinya perubahan konseli kurang
jelas, informasi rincian orang lain yang terlibat atau merespon perubahan
konseli kurang jelas, informasi rincian cara konseli melakukan perubahan
yang menunjukkan solusi kurang jelas.
3 Informasi rincian waktu dan tempat terjadinya perubahan konseli cukup
jelas, informasi rincian orang lain yang terlibat atau merespon perubahan
konseli cukup jelas, informasi rincian cara konseli melakukan perubahan
yang menunjukkan solusi kurang jelas.
4 Informasi rincian waktu dan tempat terjadinya perubahan konseli cukup
jelas, informasi rincian orang lain yang terlibat atau merespon perubahan
konseli cukup jelas, informasi rincian cara konseli melakukan perubahan
yang menunjukkan solusi cukup jelas.
5 Informasi rincian waktu dan tempat terjadinya perubahan konseli jelas,
informasi rincian orang lain yang terlibat atau merespon perubahan
konseli cukup jelas, informasi rincian cara konseli melakukan perubahan
yang menunjukkan solusi cukup jelas.
6 Informasi rincian waktu dan tempat terjadinya perubahan konseli jelas,
informasi rincian orang lain yang terlibat atau merespon perubahan
konseli jelas, informasi rincian cara konseli melakukan perubahan yang
menunjukkan solusi cukup jelas.
7 Informasi rincian waktu dan tempat terjadinya perubahan konseli jelas,
informasi rincian orang lain yang terlibat atau merespon perubahan
konseli jelas, informasi rincian cara konseli melakukan perubahan yang
menunjukkan solusi jelas.
8 Informasi rincian waktu dan tempat terjadinya perubahan konseli sangat
jelas, informasi rincian orang lain yang terlibat atau merespon perubahan
konseli jelas, informasi rincian cara konseli melakukan perubahan yang
menunjukkan solusi jelas.
9 Informasi rincian waktu dan tempat terjadinya perubahan konseli sangat
jelas, informasi rincian orang lain yang terlibat atau merespon perubahan
79

konseli sangat jelas, informasi rincian cara konseli melakukan perubahan


yang menunjukkan solusi jelas.
10 Informasi rincian waktu dan tempat terjadinya perubahan konseli sangat
jelas, informasi rincian orang lain yang terlibat atau merespon perubahan
konseli sangat jelas, informasi rincian cara konseli melakukan perubahan
yang menunjukkan solusi sangat jelas.

4. Penggunaan teknik reinforce untuk meneguhkan kemajuan/ perubahan konseli

SKALA DESKRIPSI
1 Tidak tulus memberikan pujian, tidak menghargai usaha konseli, tidak
menghargai kemajuan konseli.
2 Kurang tulus memberikan pujian, kurang menghargai usaha konseli,
kurang menghargai kemajuan konseli.
3 Cukup tulus memberikan pujian, cukup menghargai usaha konseli, kurang
menghargai kemajuan konseli.
4 Cukup tulus memberikan pujian, cukup menghargai usaha konseli, cukup
menghargai kemajuan konseli.
5 Tulus memberikan pujian, cukup menghargai usaha konseli, cukup
menghargai kemajuan konseli.
6 Tulus memberikan pujian, menghargai usaha konseli, cukup menghargai
kemajuan konseli.
7 Tulus memberikan pujian, menghargai usaha konseli, menghargai
kemajuan konseli.
8 Sangat tulus memberikan pujian, menghargai usaha konseli, menghargai
kemajuan konseli.
9 Sangat tulus memberikan pujian, sangat menghargai usaha konseli,
menghargai kemajuan konseli.
10 Sangat tulus memberikan pujian, sangat menghargai usaha konseli, sangat
menghargai kemajuan konseli.

5. Penelusuran tingkat pencapaian tujuan konseli

SKALA DESKRIPSI
1 Refleksi posisi sebelumnya pada skala kepuasan dan kepercayaan diri
tidak jelas, refleksi posisi sebelumnya pada skala kemajuan tidak jelas,
identifikasi posisi saat ini pada skala kepuasan dan kepercayaan diri tidak
80

jelas, identifikasi posisi saat ini pada skala kemajuan tidak jelas,
identifikasi langkah-langkah kemajuan yang akan dicapai antar sesi tidak
jelas.
2 Refleksi posisi sebelumnya pada skala kepuasan dan kepercayaan diri
kurang jelas, refleksi posisi sebelumnya pada skala kemajuan kurang jelas,
identifikasi posisi saat ini pada skala kepuasan dan kepercayaan diri
kurang jelas, identifikasi posisi saat ini pada skala kemajuan kurang jelas,
identifikasi langkah-langkah kemajuan yang akan dicapai antar sesi kurang
jelas.
3 Refleksi posisi sebelumnya pada skala kepuasan dan kepercayaan diri
cukup jelas, refleksi posisi sebelumnya pada skala kemajuan cukup jelas,
identifikasi posisi saat ini pada skala kepuasan dan kepercayaan diri
kurang jelas, identifikasi posisi saat ini pada skala kemajuan kurang jelas,
identifikasi langkah-langkah kemajuan yang akan dicapai antar sesi kurang
jelas.
4 Refleksi posisi sebelumnya pada skala kepuasan dan kepercayaan diri
cukup jelas, refleksi posisi sebelumnya pada skala kemajuan cukup jelas,
identifikasi posisi saat ini pada skala kepuasan dan kepercayaan diri cukup
jelas, identifikasi posisi saat ini pada skala kemajuan cukup jelas,
identifikasi langkah-langkah kemajuan yang akan dicapai antar sesi cukup
jelas.
5 Refleksi posisi sebelumnya pada skala kepuasan dan kepercayaan diri
jelas, refleksi posisi sebelumnya pada skala kemajuan cukup jelas,
identifikasi posisi saat ini pada skala kepuasan dan kepercayaan diri cukup
jelas, identifikasi posisi saat ini pada skala kemajuan cukup jelas,
identifikasi langkah-langkah kemajuan yang akan dicapai antar sesi cukup
jelas.
6 Refleksi posisi sebelumnya pada skala kepuasan dan kepercayaan diri
jelas, refleksi posisi sebelumnya pada skala kemajuan jelas, identifikasi
posisi saat ini pada skala kepuasan dan kepercayaan diri jelas, identifikasi
posisi saat ini pada skala kemajuan cukup jelas, identifikasi langkah-
langkah kemajuan yang akan dicapai antar sesi cukup jelas.
7 Refleksi posisi sebelumnya pada skala kepuasan dan kepercayaan diri
jelas, refleksi posisi sebelumnya pada skala kemajuan jelas, identifikasi
posisi saat ini pada skala kepuasan dan kepercayaan diri jelas, identifikasi
posisi saat ini pada skala kemajuan jelas, identifikasi langkah-langkah
kemajuan yang akan dicapai antar sesi jelas.
81

8 Refleksi posisi sebelumnya pada skala kepuasan dan kepercayaan diri


sangat jelas, refleksi posisi sebelumnya pada skala kemajuan jelas,
identifikasi posisi saat ini pada skala kepuasan dan kepercayaan diri jelas,
identifikasi posisi saat ini pada skala kemajuan jelas, identifikasi langkah-
langkah kemajuan yang akan dicapai antar sesi jelas.
9 Refleksi posisi sebelumnya pada skala kepuasan dan kepercayaan diri
sangat jelas, refleksi posisi sebelumnya pada skala kemajuan sangat jelas,
identifikasi posisi saat ini pada skala kepuasan dan kepercayaan diri
sangat jelas, identifikasi posisi saat ini pada skala kemajuan jelas,
identifikasi langkah-langkah kemajuan yang akan dicapai antar sesi jelas.
10 Refleksi posisi sebelumnya pada skala kepuasan dan kepercayaan diri
sangat jelas, refleksi posisi sebelumnya pada skala kemajuan sangat jelas,
identifikasi posisi saat ini pada skala kepuasan dan kepercayaan diri
sangat jelas, identifikasi posisi saat ini pada skala kemajuan sangat jelas,
identifikasi langkah-langkah kemajuan yang akan dicapai antar sesi sangat
jelas.

6. Kesimpulan hasil pertemuan

SKALA DESKRIPSI
1 Kesimpulan tujuan yang ingin dicapai konseli tidak tepat, kesimpulan skala
posisi pencapaian tujuan, kepuasan dan kepercayaan diri konseli tidak
tepat, kesimpulan langkah-langkah yang akan dicapai konseli tidak tepat
2 Kesimpulan tujuan yang ingin dicapai konseli kurang tepat, kesimpulan
skala posisi pencapaian tujuan, kepuasan dan kepercayaan diri konseli
kurang tepat, kesimpulan langkah-langkah yang akan dicapai konseli
kurang tepat
3 Kesimpulan tujuan yang ingin dicapai konseli tepat, kesimpulan skala posisi
pencapaian tujuan, kepuasan dan kepercayaan diri konseli kurang tepat,
kesimpulan langkah-langkah yang akan dicapai konseli kurang tepat
4 Kesimpulan tujuan yang ingin dicapai konseli cukup tepat, kesimpulan
skala posisi pencapaian tujuan, kepuasan dan kepercayaan diri konseli
cukup tepat, kesimpulan langkah-langkah yang akan dicapai konseli cukup
tepat
5 Kesimpulan tujuan yang ingin dicapai konseli tepat, kesimpulan skala posisi
pencapaian tujuan, kepuasan dan kepercayaan diri konseli cukup tepat,
kesimpulan langkah-langkah yang akan dicapai konseli cukup tepat
82

6 Kesimpulan tujuan yang ingin dicapai konseli tepat, kesimpulan skala posisi
pencapaian tujuan, kepuasan dan kepercayaan diri konseli tepat,
kesimpulan langkah-langkah yang akan dicapai konseli cukup tepat
7 Kesimpulan tujuan yang ingin dicapai konseli tepat, kesimpulan skala posisi
pencapaian tujuan, kepuasan dan kepercayaan diri konseli tepat,
kesimpulan langkah-langkah yang akan dicapai konseli tepat
8 Kesimpulan tujuan yang ingin dicapai konseli sangat tepat, kesimpulan
skala posisi pencapaian tujuan, kepuasan dan kepercayaan diri konseli
tepat, kesimpulan langkah-langkah yang akan dicapai konseli tepat
9 Kesimpulan tujuan yang ingin dicapai konseli sangat tepat, kesimpulan
skala posisi pencapaian tujuan, kepuasan dan kepercayaan diri konseli
sangat tepat, kesimpulan langkah-langkah yang akan dicapai konseli tepat
10 Kesimpulan tujuan yang ingin dicapai konseli sangat tepat, kesimpulan
skala posisi pencapaian tujuan, kepuasan dan kepercayaan diri konseli
sangat tepat, kesimpulan langkah-langkah yang akan dicapai konseli
sangat tepat

7. Break 3-5 menit

SKALA DESKRIPSI
1 Tidak tepat membuat tinjauan relevansi tujuan dengan masalah konseli,
tidak tepat menentukan jenis hubungan dengan konseli, pemilihan tugas
untuk konseli tidak tepat.
2 Kurang tepat membuat tinjauan relevansi tujuan dengan masalah konseli,
kurang tepat menentukan jenis hubungan dengan konseli, pemilihan tugas
untuk konseli kurang tepat.
3 Cukup tepat membuat tinjauan relevansi tujuan dengan masalah konseli,
cukup tepat menentukan jenis hubungan dengan konseli, pemilihan tugas
untuk konseli kurang tepat.
4 Cukup tepat membuat tinjauan relevansi tujuan dengan masalah konseli,
cukup tepat menentukan jenis hubungan dengan konseli, pemilihan tugas
untuk konseli cukup tepat.
5 Tepat membuat tinjauan relevansi tujuan dengan masalah konseli, cukup
tepat menentukan jenis hubungan dengan konseli, pemilihan tugas untuk
konseli cukup tepat.
83

6 Tepat membuat tinjauan relevansi tujuan dengan masalah konseli, tepat


menentukan jenis hubungan dengan konseli, pemilihan tugas untuk
konseli cukuptepat.
7 Tepat membuat tinjauan relevansi tujuan dengan masalah konseli, tepat
menentukan jenis hubungan dengan konseli, pemilihan tugas untuk
konseli tepat.
8 Sangat tepat membuat tinjauan relevansi tujuan dengan masalah konseli,
tepat menentukan jenis hubungan dengan konseli, pemilihan tugas untuk
konseli tepat.
9 Sangat tepat membuat tinjauan relevansi tujuan dengan masalah konseli,
sangat tepat menentukan jenis hubungan dengan konseli, pemilihan tugas
untuk konseli tepat.
10 Sangat tepat membuat tinjauan relevansi tujuan dengan masalah konseli,
sangat tepat menentukan jenis hubungan dengan konseli, pemilihan tugas
untuk konseli sangat tepat.

8. Homework

SKALA DESKRIPSI
1 Tidak tulus memberikan pujian atas usaha konseli, tidak tepat memberikan
pernyataan penghubung, tidak tepat memberikan tugas sesuai tipe konseli.
2 Kurang tulus memberikan pujian atas usaha konseli, kurang tepat
memberikan pernyataan penghubung, kurang tepat memberikan tugas
sesuai tipe konseli.
3 Cukup tulus memberikan pujian atas usaha konseli, cukup tepat memberikan
pernyataan penghubung, kurang tepat memberikan tugas sesuai tipe konseli.
4 Cukup tulus memberikan pujian atas usaha konseli, cukup tepat memberikan
pernyataan penghubung, cukup tepat memberikan tugas sesuai tipe konseli.
5 Tulus memberikan pujian atas usaha konseli, cukup tepat memberikan
pernyataan penghubung, cukup tepat memberikan tugas sesuai tipe konseli.
6 Tulus memberikan pujian atas usaha konseli, tepat memberikan pernyataan
penghubung, cukup tepat memberikan tugas sesuai tipe konseli.
7 Tulus dalam memberikan pujian atas usaha konseli, tepat memberikan
pernyataan penghubung, tepat memberikan tugas sesuai tipe konseli.
8 Sangat tulus memberikan pujian atas usaha konseli, tepat memberikan
pernyataan penghubung, tepat memberikan tugas sesuai tipe konseli.
84

9 Sangat tulus memberikan pujian atas usaha konseli, sangat tepat


memberikan pernyataan penghubung, tepat memberikan tugas sesuai tipe
konseli.
10 Sangat tulus memberikan pujian atas usaha konseli, sangat tepat
memberikan pernyataan penghubung, sangat tepat memberikan tugas
sesuai tipe konseli.

9. Penutup

SKALA DESKRIPSI
1 Pertemuan sesi berikutnya mutlak dari konselor, penggunaan kalimat
dalam menutup sesi konseling tidak tepat.
2 Pertemuan sesi berikutnya saran dari konselor, penggunaan kalimat
dalam menutup sesi konseling tidak tepat.
3 Pertemuan sesi berikutnya saran dari konselor, penggunaan kalimat dalam
menutup sesi konseling kurang tepat.
4 Pertemuan sesi berikutnya saran dari konselor, penggunaan kalimat dalam
menutup sesi konseling cukup tepat.
5 Pertemuan sesi berikutnya saran dari konselor, penggunaan kalimat
dalam menutup sesi konseling tepat.
6 Pertemuan sesi berikutnya inisiatif dari konseli, penggunaan kalimat dalam
menutup sesi konseling kurang tepat.
7 Pertemuan sesi berikutnya inisiatif dari konseli, penggunaan kalimat dalam
menutup sesi konseling cukup tepat.
8 Pertemuan sesi berikutnya inisiatif dari konseli, penggunaan kalimat dalam
menutup sesi konseling tepat.
9 Pertemuan sesi berikutnya sepenuhnya inisiatif dari konseli, penggunaan
kalimat dalam menutup sesi konseling tepat.
10 Pertemuan sesi berikutnya sepenuhnya inisiatif dari konseli, penggunaan
kalimat dalam menutup sesi konseling sangat tepat.

Kesimpulan Hasil Refleksi Diri


Kelebihan saya:

Kekurangan saya:

Hal yang perlu saya tingkatkan pada sesi berikutnya:


85

PRAKTEK SESI 3

EVALUASI KEMAJUAN KETERAMPILAN BELAJAR SISWA

Tujuan

1. Konseli mampu menjelaskan apa lagi yang telah ia lakukan dengan sukses untuk
mencapai tujuan belajar yang telah ia tetapkan.
2. Meningkatkan percaya diri konseli atas kemampuan yang dimilikinya dan semakin
termotivasi dalam mencapai tujuan belajarnya.
3. Konseli mampu menilai tingkat kemajuan dan percaya dirinya menggunakan skala.
4. Konseli mampu membuat langkah-langkah konkrit untuk mencapai posisi yang lebih
tinggi dalam skala.

Alokasi waktu 60 menit

Kegiatan

Pada dasarnya langkah-langkah untuk sesi III ini adalah sama dengan langkah pada sesi
II. Pada sesi III ini konselor akan lebih memperkuat lagi apa yang sudah dicapai pada
sesi II

1. Konselor menyambut konseli dengan hangat, penuh penerimaan, penghargaan dan


penghormatan.
2. Konselor menggunakan eliciting untuk memeriksa homework yaitu memunculkan
eksepsi tentang apa yang telah lebih baik dari sesi II.
3. Konselor menggunakan amplifying untuk lebih memperkuat perubahan yang
dialami konseli.
4. Konselor memberikan reinforcing kepada siswa atas keberhasilan dan kekuatan
eksespsi yang telah dilalui konseli.
5. Konselor menggunakan scaling progress untuk menilai kepercayaan diri konseli
menggunakan lembar kerja 2.
6. Konselor meminta konseli menyebutkan pada posisi berapa ia akan bergerak maju
pada lembar kerja 6.
7. Konselormeminta konseli untuk membuat langkah-langkah konkrit untuk
mencapai posis yang lebih tinggi pada lembar kerja 6.
8. Konselor menyimpulkan hasil pertemuan.
9. Konselor break 3-5 menit untuk meninjau hasil pertemuan serta menyiapkan
homework berikutnya untuk konseli.
86

10. Konselor kembali menemui konseli setelah break. Konselor membuka pembicaraan
dengan memberikan pujian kepada konseli atas apa yang telah dicapainya selama
ini dan selama sesi konseling.
11. Konselor menunjukkan empati dan penghormatannya atas apa yang konseli alami
dan lakukan untuk tetap bertahan dari masalah yang dihadapinya. Hal ini bertujuan
sebagai penghubung (bridge) agar konselor dapat memberikan homework kepada
konseli.
12. Konselor memberikan homework berupa tugas observasi yakni konseli diminta
untuk mengamati cara-cara belajarnya yang sukses yang dapat membawanya
menuju posisi yang telah ia tentukan sebelum break. Tugas ini diminta oleh konselor
saat sesi kedua. Agar konseli mudah mengedentifikasi pengamatannya maka
konselor memberikan lebar observasi diri (lembar kerja 7).
13. Konselor bersama dengan konseli menetapkan waktu untuk pertemuan selanjutnya.
14. Konselor menutup sesi III.

Lembar Kerja Konselor

SESI 3
Untuk Konselor

Nama Konseli : Tanggal:

NO. TEKNIK KONSELING COMPLIMENT/PUJIAN


1. Eliciting the exceptions (Apa lagi yang
jauh lebih baik?) :

2. Amplifying (Apa lagi yang dapat kamu


lakukan agar hal ini bisa terjadi?
Bagaimana kamu akan melakukakan?) :

3. Reinforce

4. Kemajuan dari skala :


87

Skala keyakinan diri:

Skala progres :

Skala Kepuasan diri:

5. Kesimpulan:

6. Homework:
Pujian:

Penghubung:

Tugas:

Ketika Tidak terjadi hal yang lebih baik

NO. TEKNIK KONSELING COMPLIMENT/PUJIAN


1. Eksepsi:
Apakah ada saat dimana masalah mestinya
terjadi tapi tidak terjadi?

Bagaimana kamu mengatasi semuanya sehingga


bisa tetap berjalan dengan baik?

Bagaimana saya dapat membantu hari ini?

2. Kemajuan yang lain:

3. Homework:
Pujian:
Penghubung:
Tugas:
Refleksi Diri Konselor
88

Setelah konselor melaksanakan sesi konseling, konselor perlu melakukan evaluasi proses
konseling yang telah dilakukannya. Hal ini dimaksudkan agar konselor dapat melihat
kekurangannya untuk dikoreksi dan kelebihannya untuk ditingkatkan dalam melakukan
SFBC .

Petunjuk:

Berikut ini adalah skala penilaian keterampilan SFBC yang dilengkapi dengan rubrik.

1. Lingkarilah angka skala yang anda rasa sesuai dengan yang telah anda lakukan pada
sesi konseling tadi. Skala 1 menunjukkan tidak anda lakukan dan skala 10 Anda telah
melakukannya.
2. Buatlah kesimpulan hasil refleksi diri Anda pada kolom yang telah disediakan

NO. KETERAMPILAN KONSELOR SKALA


SFBC
1. Membangun rapport.
2. Penggunaan teknik eliciting 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
untuk mengevaluasi
kemajuan konseli
3. Pengunaan teknik amplifying 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
dalam merinci
kemajuan/perubahan konseli
4. Pemberian reinforce terhadap 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
perubahan yang telah dicapai
siswa
5. Penelusuran tingkat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
pencapaian tujuan konseli
6. Kesimpulan hasil pertemuan. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
7. Break 3-5 menit 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
8. Homework 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
9. Penutup 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1. Membangun Rapport

SKALA DESKRIPSI
1 Sama sekali tidak menjaga sikap attending (perhatian, penerimaan,
penghargaan dan empati), tidak menyambut hangat konseli,
membicarakan topik netral tapi tidak menggali potensi siswa
89

2 Tidak menjaga sikap attending (perhatian, penerimaan, penghargaan dan


empati), tidak menyambut hangat konseli, membicarakan topik netral
tapi tidak menggali potensi siswa
3 Kurang menjaga sikap attending (perhatian, penerimaan, penghargaan
dan empati), tidak menyambut hangat konseli, membicarakan topik
netral tapi tidak menggali potensi siswa.
4 Kurang menjaga sikap attending (perhatian, penerimaan, penghargaan
dan empati), kurang cukup menyambut hangat konseli, membicarakan
topik netral tapi tidak menggali potensi siswa.
5 Kurang menjaga sikap attending (perhatian, penerimaan, penghargaan
dan empati), kurang cukup menyambut hangat konseli, membicarakan
topik netral kurang menggali potensi siswa.
6 Cukup menjaga sikap attending (perhatian, penerimaan, penghargaan
dan empati), kurang cukup menyambut hangat konseli, membicarakan
topik netral kurang menggali potensi siswa.
7 Cukup menjaga sikap attending (perhatian, penerimaan, penghargaan
dan empati), cukup menyambut hangat konseli, membicarakan topik
netral kurang menggali potensi siswa.
8 Selalu menjaga sikap attending (perhatian, penerimaan, penghargaan dan
empati), cukup menyambut hangat konseli, membicarakan topik netral
kurang menggali potensi siswa.
9 Selalu menjaga sikap attending (perhatian, penerimaan, penghargaan dan
empati), cukup menyambut hangat konseli, membicarakan topik netral
cukup menggali potensi siswa.
10 Selalu menjaga sikap attending (perhatian, penerimaan, penghargaan dan
empati), menyambut hangat konseli, membicarakan topik netral sangat
menggali potensi siswa.

2. Penggunaan teknik eliciting untuk mengevaluasi kemajuan konseli

SKALA DESKRIPSI
1 Informasi kemajuan konseli sangat tidak jelas, sangat fokus pada
masalah.
2 Informasi kemajuan konseli sangat tidak jelas, fokus pada masalah.
3 Informasi kemajuan konseli tidak jelas, fokus pada masalah.
90

4 Informasi kemajuan konseli kurang jelas, kurang fokus pada terciptanya


solusi.
5 Informasi kemajuan konseli cukup jelas, kurang fokus pada terciptanya
solusi.
6 Informasi kemajuan konseli cukup jelas, cukup fokus pada terciptanya
solusi.
7 Informasi kemajuan konseli jelas, cukup fokus pada terciptanya solusi.
8 Informasi kemajuan konseli jelas, fokus pada terciptanya solusi.
9 Informasi kemajuan konseli sangat jelas, fokus pada terciptanya solusi.
10 Informasi kemajuan konseli sangat jelas, sangat fokus pada terciptanya
solusi.

3. Pengunaan teknik amplifying untuk lebih merinci kemajuan/perubahan konseli

SKALA DESKRIPSI
1 Informasi rincian waktu dan tempat terjadinya perubahan konseli tidak
jelas, informasi rincian orang lain yang terlibat atau merespon perubahan
konseli tidak jelas, informasi rincian cara konseli melakukan perubahan
yang menunjukkan solusi tidak jelas.
2 Informasi rincian waktu dan tempat terjadinya perubahan konseli kurang
jelas, informasi rincian orang lain yang terlibat atau merespon perubahan
konseli kurang jelas, informasi rincian cara konseli melakukan perubahan
yang menunjukkan solusi kurang jelas.
3 Informasi rincian waktu dan tempat terjadinya perubahan konseli cukup
jelas, informasi rincian orang lain yang terlibat atau merespon perubahan
konseli cukup jelas, informasi rincian cara konseli melakukan perubahan
yang menunjukkan solusi kurang jelas.
4 Informasi rincian waktu dan tempat terjadinya perubahan konseli cukup
jelas, informasi rincian orang lain yang terlibat atau merespon perubahan
konseli cukup jelas, informasi rincian cara konseli melakukan perubahan
yang menunjukkan solusi cukup jelas.
5 Informasi rincian waktu dan tempat terjadinya perubahan konseli jelas,
informasi rincian orang lain yang terlibat atau merespon perubahan
konseli cukup jelas, informasi rincian cara konseli melakukan perubahan
yang menunjukkan solusi cukup jelas.
91

6 Informasi rincian waktu dan tempat terjadinya perubahan konseli jelas,


informasi rincian orang lain yang terlibat atau merespon perubahan
konseli jelas, informasi rincian cara konseli melakukan perubahan yang
menunjukkan solusi cukup jelas.
7 Informasi rincian waktu dan tempat terjadinya perubahan konseli jelas,
informasi rincian orang lain yang terlibat atau merespon perubahan
konseli jelas, informasi rincian cara konseli melakukan perubahan yang
menunjukkan solusi jelas.
8 Informasi rincian waktu dan tempat terjadinya perubahan konseli sangat
jelas, informasi rincian orang lain yang terlibat atau merespon perubahan
konseli jelas, informasi rincian cara konseli melakukan perubahan yang
menunjukkan solusi jelas.
9 Informasi rincian waktu dan tempat terjadinya perubahan konseli sangat
jelas, informasi rincian orang lain yang terlibat atau merespon perubahan
konseli sangat jelas, informasi rincian cara konseli melakukan perubahan
yang menunjukkan solusi jelas.
10 Informasi rincian waktu dan tempat terjadinya perubahan konseli sangat
jelas, informasi rincian orang lain yang terlibat atau merespon perubahan
konseli sangat jelas, informasi rincian cara konseli melakukan perubahan
yang menunjukkan solusi sangat jelas.

4. Penggunaan teknik reinforce untuk meneguhkan kemajuan/ perubahan konseli

SKALA DESKRIPSI
1 Tidak tulus memberikan pujian, tidak menghargai usaha konseli, tidak
menghargai kemajuan konseli.
2 Kurang tulus memberikan pujian, kurang menghargai usaha konseli,
kurang menghargai kemajuan konseli.
3 Cukup tulus memberikan pujian, cukup menghargai usaha konseli, kurang
menghargai kemajuan konseli.
4 Cukup tulus memberikan pujian, cukup menghargai usaha konseli, cukup
menghargai kemajuan konseli.
5 Tulus memberikan pujian, cukup menghargai usaha konseli, cukup
menghargai kemajuan konseli.
6 Tulus memberikan pujian, menghargai usaha konseli, cukup menghargai
kemajuan konseli.
92

7 Tulus memberikan pujian, menghargai usaha konseli, menghargai


kemajuan konseli.
8 Sangat tulus memberikan pujian, menghargai usaha konseli, menghargai
kemajuan konseli.
9 Sangat tulus memberikan pujian, sangat menghargai usaha konseli,
menghargai kemajuan konseli.
10 Sangat tulus memberikan pujian, sangat menghargai usaha konseli,
sangat menghargai kemajuan konseli.

5. Penelusuran tingkat pencapaian tujuan konseli

SKALA DESKRIPSI
1 Refleksi posisi sebelumnya pada skala kepuasan dan kepercayaan diri
tidak jelas, refleksi posisi sebelumnya pada skala kemajuan tidak jelas,
identifikasi posisi saat ini pada skala kepuasan dan kepercayaan diri tidak
jelas, identifikasi posisi saat ini pada skala kemajuan tidak jelas,
identifikasi langkah-langkah kemajuan yang akan dicapai antar sesi tidak
jelas.
2 Refleksi posisi sebelumnya pada skala kepuasan dan kepercayaan diri
kurang jelas, refleksi posisi sebelumnya pada skala kemajuan kurang jelas,
identifikasi posisi saat ini pada skala kepuasan dan kepercayaan diri
kurang jelas, identifikasi posisi saat ini pada skala kemajuan kurang jelas,
identifikasi langkah-langkah kemajuan yang akan dicapai antar sesi kurang
jelas.
3 Refleksi posisi sebelumnya pada skala kepuasan dan kepercayaan diri
cukup jelas, refleksi posisi sebelumnya pada skala kemajuan cukup jelas,
identifikasi posisi saat ini pada skala kepuasan dan kepercayaan diri
kurang jelas, identifikasi posisi saat ini pada skala kemajuan kurang jelas,
identifikasi langkah-langkah kemajuan yang akan dicapai antar sesi kurang
jelas.
4 Refleksi posisi sebelumnya pada skala kepuasan dan kepercayaan diri
cukup jelas, refleksi posisi sebelumnya pada skala kemajuan cukup jelas,
identifikasi posisi saat ini pada skala kepuasan dan kepercayaan diri cukup
jelas, identifikasi posisi saat ini pada skala kemajuan cukup jelas,
identifikasi langkah-langkah kemajuan yang akan dicapai antar sesi cukup
jelas.
5 Refleksi posisi sebelumnya pada skala kepuasan dan kepercayaan diri
jelas, refleksi posisi sebelumnya pada skala kemajuan cukup jelas,
93

identifikasi posisi saat ini pada skala kepuasan dan kepercayaan diri cukup
jelas, identifikasi posisi saat ini pada skala kemajuan cukup jelas,
identifikasi langkah-langkah kemajuan yang akan dicapai antar sesi cukup
jelas.
6 Refleksi posisi sebelumnya pada skala kepuasan dan kepercayaan diri
jelas, refleksi posisi sebelumnya pada skala kemajuan jelas, identifikasi
posisi saat ini pada skala kepuasan dan kepercayaan diri jelas, identifikasi
posisi saat ini pada skala kemajuan cukup jelas, identifikasi langkah-
langkah kemajuan yang akan dicapai antar sesi cukup jelas.
7 Refleksi posisi sebelumnya pada skala kepuasan dan kepercayaan diri
jelas, refleksi posisi sebelumnya pada skala kemajuan jelas, identifikasi
posisi saat ini pada skala kepuasan dan kepercayaan diri jelas, identifikasi
posisi saat ini pada skala kemajuan jelas, identifikasi langkah-langkah
kemajuan yang akan dicapai antar sesi jelas.
8 Refleksi posisi sebelumnya pada skala kepuasan dan kepercayaan diri
sangat jelas, refleksi posisi sebelumnya pada skala kemajuan jelas,
identifikasi posisi saat ini pada skala kepuasan dan kepercayaan diri jelas,
identifikasi posisi saat ini pada skala kemajuan jelas, identifikasi langkah-
langkah kemajuan yang akan dicapai antar sesi jelas.
9 Refleksi posisi sebelumnya pada skala kepuasan dan kepercayaan diri
sangat jelas, refleksi posisi sebelumnya pada skala kemajuan sangat jelas,
identifikasi posisi saat ini pada skala kepuasan dan kepercayaan diri
sangat jelas, identifikasi posisi saat ini pada skala kemajuan jelas,
identifikasi langkah-langkah kemajuan yang akan dicapai antar sesi jelas.
10 Refleksi posisi sebelumnya pada skala kepuasan dan kepercayaan diri
sangat jelas, refleksi posisi sebelumnya pada skala kemajuan sangat jelas,
identifikasi posisi saat ini pada skala kepuasan dan kepercayaan diri
sangat jelas, identifikasi posisi saat ini pada skala kemajuan sangat jelas,
identifikasi langkah-langkah kemajuan yang akan dicapai antar sesi sangat
jelas.

6. Kesimpulan hasil pertemuan

SKALA DESKRIPSI
1 Kesimpulan tujuan yang ingin dicapai konseli tidak tepat, kesimpulan skala
posisi pencapaian tujuan, kepuasan dan kepercayaan diri konseli tidak
tepat, kesimpulan langkah-langkah yang akan dicapai konseli tidak tepat
94

2 Kesimpulan tujuan yang ingin dicapai konseli kurang tepat, kesimpulan


skala posisi pencapaian tujuan, kepuasan dan kepercayaan diri konseli
kurang tepat, kesimpulan langkah-langkah yang akan dicapai konseli
kurang tepat
3 Kesimpulan tujuan yang ingin dicapai konseli tepat, kesimpulan skala posisi
pencapaian tujuan, kepuasan dan kepercayaan diri konseli kurang tepat,
kesimpulan langkah-langkah yang akan dicapai konseli kurang tepat
4 Kesimpulan tujuan yang ingin dicapai konseli cukup tepat, kesimpulan
skala posisi pencapaian tujuan, kepuasan dan kepercayaan diri konseli
cukup tepat, kesimpulan langkah-langkah yang akan dicapai konseli cukup
tepat
5 Kesimpulan tujuan yang ingin dicapai konseli tepat, kesimpulan skala posisi
pencapaian tujuan, kepuasan dan kepercayaan diri konseli cukup tepat,
kesimpulan langkah-langkah yang akan dicapai konseli cukup tepat
6 Kesimpulan tujuan yang ingin dicapai konseli tepat, kesimpulan skala posisi
pencapaian tujuan, kepuasan dan kepercayaan diri konseli tepat,
kesimpulan langkah-langkah yang akan dicapai konseli cukup tepat
7 Kesimpulan tujuan yang ingin dicapai konseli tepat, kesimpulan skala posisi
pencapaian tujuan, kepuasan dan kepercayaan diri konseli tepat,
kesimpulan langkah-langkah yang akan dicapai konseli tepat
8 Kesimpulan tujuan yang ingin dicapai konseli sangat tepat, kesimpulan
skala posisi pencapaian tujuan, kepuasan dan kepercayaan diri konseli
tepat, kesimpulan langkah-langkah yang akan dicapai konseli tepat
9 Kesimpulan tujuan yang ingin dicapai konseli sangat tepat, kesimpulan
skala posisi pencapaian tujuan, kepuasan dan kepercayaan diri konseli
sangat tepat, kesimpulan langkah-langkah yang akan dicapai konseli tepat
10 Kesimpulan tujuan yang ingin dicapai konseli sangat tepat, kesimpulan
skala posisi pencapaian tujuan, kepuasan dan kepercayaan diri konseli
sangat tepat, kesimpulan langkah-langkah yang akan dicapai konseli
sangat tepat

7. Break 3-5 menit

SKALA DESKRIPSI
1 Tidak tepat membuat tinjauan relevansi tujuan dengan masalah konseli,
tidak tepat menentukan jenis hubungan dengan konseli, pemilihan tugas
untuk konseli tidak tepat.
95

2 Kurang tepat membuat tinjauan relevansi tujuan dengan masalah konseli,


kurang tepat menentukan jenis hubungan dengan konseli, pemilihan
tugas untuk konseli kurang tepat.
3 Cukup tepat membuat tinjauan relevansi tujuan dengan masalah konseli,
cukup tepat menentukan jenis hubungan dengan konseli, pemilihan tugas
untuk konseli kurang tepat.
4 Cukup tepat membuat tinjauan relevansi tujuan dengan masalah konseli,
cukup tepat menentukan jenis hubungan dengan konseli, pemilihan tugas
untuk konseli cukup tepat.
5 Tepat membuat tinjauan relevansi tujuan dengan masalah konseli, cukup
tepat menentukan jenis hubungan dengan konseli, pemilihan tugas untuk
konseli cukup tepat.
6 Tepat membuat tinjauan relevansi tujuan dengan masalah konseli, tepat
menentukan jenis hubungan dengan konseli, pemilihan tugas untuk
konseli cukuptepat.
7 Tepat membuat tinjauan relevansi tujuan dengan masalah konseli, tepat
menentukan jenis hubungan dengan konseli, pemilihan tugas untuk
konseli tepat.
8 Sangat tepat membuat tinjauan relevansi tujuan dengan masalah konseli,
tepat menentukan jenis hubungan dengan konseli, pemilihan tugas untuk
konseli tepat.
9 Sangat tepat membuat tinjauan relevansi tujuan dengan masalah konseli,
sangat tepat menentukan jenis hubungan dengan konseli, pemilihan tugas
untuk konseli tepat.
10 Sangat tepat membuat tinjauan relevansi tujuan dengan masalah konseli,
sangat tepat menentukan jenis hubungan dengan konseli, pemilihan tugas
untuk konseli sangat tepat.

8. Homework

SKALA DESKRIPSI
1 Tidak tulus memberikan pujian atas usaha konseli, tidak tepat memberikan
pernyataan penghubung, tidak tepat memberikan tugas sesuai tipe konseli.
2 Kurang tulus memberikan pujian atas usaha konseli, kurang tepat
memberikan pernyataan penghubung, kurang tepat memberikan tugas
sesuai tipe konseli.
3 Cukup tulus memberikan pujian atas usaha konseli, cukup tepat memberikan
pernyataan penghubung, kurang tepat memberikan tugas sesuai tipe konseli.
96

4 Cukup tulus memberikan pujian atas usaha konseli, cukup tepat memberikan
pernyataan penghubung, cukup tepat memberikan tugas sesuai tipe konseli.
5 Tulus memberikan pujian atas usaha konseli, cukup tepat memberikan
pernyataan penghubung, cukup tepat memberikan tugas sesuai tipe konseli.
6 Tulus memberikan pujian atas usaha konseli, tepat memberikan pernyataan
penghubung, cukup tepat memberikan tugas sesuai tipe konseli.
7 Tulus dalam memberikan pujian atas usaha konseli, tepat memberikan
pernyataan penghubung, tepat memberikan tugas sesuai tipe konseli.
8 Sangat tulus memberikan pujian atas usaha konseli, tepat memberikan
pernyataan penghubung, tepat memberikan tugas sesuai tipe konseli.
9 Sangat tulus memberikan pujian atas usaha konseli, sangat tepat
memberikan pernyataan penghubung, tepat memberikan tugas sesuai tipe
konseli.
10 Sangat tulus memberikan pujian atas usaha konseli, sangat tepat
memberikan pernyataan penghubung, sangat tepat memberikan tugas
sesuai tipe konseli.

9. Penutup

SKALA DESKRIPSI
1 Pertemuan sesi berikutnya mutlak dari konselor, penggunaan kalimat
dalam menutup sesi konseling tidak tepat.
2 Pertemuan sesi berikutnya saran dari konselor, penggunaan kalimat
dalam menutup sesi konseling tidak tepat.
3 Pertemuan sesi berikutnya saran dari konselor, penggunaan kalimat dalam
menutup sesi konseling kurang tepat.
4 Pertemuan sesi berikutnya saran dari konselor, penggunaan kalimat dalam
menutup sesi konseling cukup tepat.
5 Pertemuan sesi berikutnya saran dari konselor, penggunaan kalimat
dalam menutup sesi konseling tepat.
6 Pertemuan sesi berikutnya inisiatif dari konseli, penggunaan kalimat dalam
menutup sesi konseling kurang tepat.
7 Pertemuan sesi berikutnya inisiatif dari konseli, penggunaan kalimat dalam
menutup sesi konseling cukup tepat.
8 Pertemuan sesi berikutnya inisiatif dari konseli, penggunaan kalimat dalam
menutup sesi konseling tepat.
97

9 Pertemuan sesi berikutnya sepenuhnya inisiatif dari konseli, penggunaan


kalimat dalam menutup sesi konseling tepat.
10 Pertemuan sesi berikutnya sepenuhnya inisiatif dari konseli, penggunaan
kalimat dalam menutup sesi konseling sangat tepat.

Kesimpulan Hasil Refleksi Diri

Kelebihan saya:

Kekurangan saya:

Hal yang perlu saya tingkatkan pada sesi berikutnya:


98

PRAKTEK SESI 4
TERMINASI

Tujuan

1. Konseli mampu menjelaskan apa lagi yang telah ia lakukan dengan sukses untuk
mencapai tujuan belajar yang telah ia tetapkan.
2. Konseli mampu membuat strategi yang sama yang dapat digunakan ketika ia
menghadapi masalah baru.
3. Konseli mampu merancang ide-ide yang dapat ia lakukan jika keadaan menjadi lebih
buruk dikemudian hari.

Alokasi Waktu 60 Menit

Kegiatan

1. Konselor menyambut konseli dengan hangat, penuh penerimaan, penghargaan dan


penghormatan.
2. Konselor menggunakan eliciting untuk memeriksa homework yaitu memunculkan
eksepsi tentang apa yang telah lebih baik dari sesi III.
3. Konselor menggunakan amplifying untuk lebih memperkuat perubahan yang
dialami konseli.
4. Konselor memberikan reinforcing kepada siswa atas keberhasilan dan kekuatan
eksespsi yang telah dilalui konseli.
5. Konselor mengevaluasi tujuan yang telah dicapai konseli selama sesi konseling
melalui pertanyaan berskala menggunakan lembar kerja 6.
6. Konselor mengidentifikasi kesiapan konseli untukterminasi konseling melalui skala
kepuasan dan keyakinan diri pada lembar kerja 2 dan 3.
7. Konselor mengidentifiasi apakah konseli memahami apa yang telah mereka lakukan
untuk menemukan solusi pada masalahnya.
8. Konselor meminta konseli untuk menyimpulkan apa yang telah ia capai selama sesi
konseling melalui lembar kerja 8.
9. Konselor mengidentifikasi kemampuan konseli mengenai strategi ini jika ia
menghadapi situasi lain melalui lembar kerja 9.
10. Konselor mengidentifikasi ide-ide yang jelas dari konseli tentang apa yang mungkin
menjadi tanda-tanda awal bahwa keadaan mulai memburuk melalui lembar kerja
10.
11. Konselor mengidentifikasi hal-hal yang masih perlu dicapai dalam konseling yang
belum diungkapkan oleh konseli.
99

12. Konselor merefleksikan seluruh hasil yang dicapai selama sesi konseling.
13. Konselor menutup sesi konseling.

Lembar Kerja Konselor

SESI 4
Untuk Konselor

Nama Konseli : Tanggal:

NO. TEKNIK KONSELING COMPLIMENT/PUJIAN


1. Eliciting the exceptions (Apa lagi yang jauh
lebih baik?) :

2. Amplifying (Apa lagi yang dapat kamu lakukan


agar hal ini bisa terjadi? Bagaimana kamu akan
melakukakan?) :

3. Reinforce

4. Kemajuan siswa :

Skala keyakinan diri:

Skala progres :

Skala Kepuasan Diri:

5. Inisiasi terminasi:
Pemahaman siswa tentang apa yang sudah
dilakukannya dalam menemukan solusi:

Kemampuan siswa membuat strategi yang


sama yang dapat digunakan jika menghadapi
masalah baru:
100

Ide-ide yang dapat dilakukan siswa jika


keadaan menjadi lebih buruk dikemudian hari
6. Kesimpulan:

Refleksi Diri Konselor

Setelah konselor melaksanakan sesi konseling, konselor perlu melakukan evaluasi proses
konseling yang telah dilakukannya. Hal ini dimaksudkan agar konselor dapat melihat
kekurangannya untuk dikoreksi dan kelebihannya untuk ditingkatkan dalam melakukan
SFBC .

Petunjuk:

Berikut ini adalah skala penilaian keterampilan SFBC yang dilengkapi dengan rubrik.

1. Lingkarilah angka skala yang anda rasa sesuai dengan yang telah anda lakukan pada
sesi konseling tadi. Skala 1 menunjukkan tidak anda lakukan dan skala 10 Anda telah
melakukannya.
2. Buatlah kesimpulan hasil refleksi diri Anda pada kolom yang telah disediakan

NO. KETERAMPILAN KONSELOR SKALA


SFBC
1. Membangun rapport 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2. Penggunaan teknik eliciting 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
untuk mengidentifikasi
kemajuan konseli
3. Pengunaan teknik 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
amplifying dalam merinci
kemajuan/perubahan
konseli
4. Pemberian reinforce 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
terhadap perubahan yang
telah dicapai siswa
5. Penelusuran tingkat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
pencapaian tujuan konseli
101

6. Inisiasi terminasi
7. Kesimpulan hasil 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
pertemuan.
8. Penutup 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1. Membangun Rapport

SKALA DESKRIPSI
1 Sama sekali tidak menjaga sikap attending (perhatian, penerimaan,
penghargaan dan empati), tidak menyambut hangat konseli,
membicarakan topik netral tapi tidak menggali potensi siswa
2 Tidak menjaga sikap attending (perhatian, penerimaan, penghargaan dan
empati), tidak menyambut hangat konseli, membicarakan topik netral tapi
tidak menggali potensi siswa
3 Kurang menjaga sikap attending (perhatian, penerimaan, penghargaan
dan empati), tidak menyambut hangat konseli, membicarakan topik netral
tapi tidak menggali potensi siswa.
4 Kurang menjaga sikap attending (perhatian, penerimaan, penghargaan
dan empati), kurang cukup menyambut hangat konseli, membicarakan
topik netral tapi tidak menggali potensi siswa.
5 Kurang menjaga sikap attending (perhatian, penerimaan, penghargaan
dan empati), kurang cukup menyambut hangat konseli, membicarakan
topik netral kurang menggali potensi siswa.
6 Cukup menjaga sikap attending (perhatian, penerimaan, penghargaan dan
empati), kurang cukup menyambut hangat konseli, membicarakan topik
netral kurang menggali potensi siswa.
7 Cukup menjaga sikap attending (perhatian, penerimaan, penghargaan dan
empati), cukup menyambut hangat konseli, membicarakan topik netral
kurang menggali potensi siswa.
8 Selalu menjaga sikap attending (perhatian, penerimaan, penghargaan dan
empati), cukup menyambut hangat konseli, membicarakan topik netral
kurang menggali potensi siswa.
9 Selalu menjaga sikap attending (perhatian, penerimaan, penghargaan dan
empati), cukup menyambut hangat konseli, membicarakan topik netral
cukup menggali potensi siswa.
102

10 Selalu menjaga sikap attending (perhatian, penerimaan, penghargaan dan


empati), menyambut hangat konseli, membicarakan topik netral sangat
banyak menggali potensi siswa.

2. Penggunaan teknik eliciting untuk mengidentifikasi kemajuan konseli

SKALA DESKRIPSI
1 Informasi kemajuan konseli sangat tidak jelas, sangat fokus pada masalah.
2 Informasi kemajuan konseli sangat tidak jelas, fokus pada masalah.
3 Informasi kemajuan konseli tidak jelas, fokus pada masalah.
4 Informasi kemajuan konseli kurang jelas, kurang fokus pada terciptanya
solusi.
5 Informasi kemajuan konseli cukup jelas, kurang fokus pada terciptanya
solusi.
6 Informasi kemajuan konseli cukup jelas, cukup fokus pada terciptanya
solusi.
7 Informasi kemajuan konseli jelas, cukup fokus pada terciptanya solusi.
8 Informasi kemajuan konseli jelas, fokus pada terciptanya solusi.
9 Informasi kemajuan konseli sangat jelas, fokus pada terciptanya solusi.
10 Informasi kemajuan konseli sangat jelas, sangat fokus pada terciptanya
solusi.

3. Pengunaan teknik amplifying dalam merinci kemajuan/perubahan konseli

SKALA DESKRIPSI
1 Informasi rincian waktu dan tempat terjadinya perubahan konseli tidak
jelas, informasi rincian orang lain yang terlibat atau merespon perubahan
konseli tidak jelas, informasi rincian cara konseli melakukan perubahan
yang menunjukkan solusi tidak jelas.
2 Informasi rincian waktu dan tempat terjadinya perubahan konseli kurang
jelas, informasi rincian orang lain yang terlibat atau merespon perubahan
konseli kurang jelas, informasi rincian cara konseli melakukan perubahan
yang menunjukkan solusi kurang jelas.
3 Informasi rincian waktu dan tempat terjadinya perubahan konseli cukup
jelas, informasi rincian orang lain yang terlibat atau merespon perubahan
103

konseli cukup jelas, informasi rincian cara konseli melakukan perubahan


yang menunjukkan solusi kurang jelas.
4 Informasi rincian waktu dan tempat terjadinya perubahan konseli cukup
jelas, informasi rincian orang lain yang terlibat atau merespon perubahan
konseli cukup jelas, informasi rincian cara konseli melakukan perubahan
yang menunjukkan solusi cukup jelas.
5 Informasi rincian waktu dan tempat terjadinya perubahan konseli jelas,
informasi rincian orang lain yang terlibat atau merespon perubahan
konseli cukup jelas, informasi rincian cara konseli melakukan perubahan
yang menunjukkan solusi cukup jelas.
6 Informasi rincian waktu dan tempat terjadinya perubahan konseli jelas,
informasi rincian orang lain yang terlibat atau merespon perubahan
konseli jelas, informasi rincian cara konseli melakukan perubahan yang
menunjukkan solusi cukup jelas.
7 Informasi rincian waktu dan tempat terjadinya perubahan konseli jelas,
informasi rincian orang lain yang terlibat atau merespon perubahan
konseli jelas, informasi rincian cara konseli melakukan perubahan yang
menunjukkan solusi jelas.
8 Informasi rincian waktu dan tempat terjadinya perubahan konseli sangat
jelas, informasi rincian orang lain yang terlibat atau merespon perubahan
konseli jelas, informasi rincian cara konseli melakukan perubahan yang
menunjukkan solusi jelas.
9 Informasi rincian waktu dan tempat terjadinya perubahan konseli sangat
jelas, informasi rincian orang lain yang terlibat atau merespon perubahan
konseli sangat jelas, informasi rincian cara konseli melakukan perubahan
yang menunjukkan solusi jelas.
10 Informasi rincian waktu dan tempat terjadinya perubahan konseli sangat
jelas, informasi rincian orang lain yang terlibat atau merespon perubahan
konseli sangat jelas, informasi rincian cara konseli melakukan perubahan
yang menunjukkan solusi sangat jelas.

4. Penggunaan teknik reinforce untuk meneguhkan kemajuan/ perubahan konseli

SKALA DESKRIPSI
1 Tidak tulus memberikan pujian, tidak menghargai usaha konseli, tidak
menghargai kemajuan konseli.
2 Kurang tulus memberikan pujian, kurang menghargai usaha konseli,
kurang menghargai kemajuan konseli.
104

3 Cukup tulus memberikan pujian, cukup menghargai usaha konseli, kurang


menghargai kemajuan konseli.
4 Cukup tulus memberikan pujian, cukup menghargai usaha konseli, cukup
menghargai kemajuan konseli.
5 Tulus memberikan pujian, cukup menghargai usaha konseli, cukup
menghargai kemajuan konseli.
6 Tulus memberikan pujian, menghargai usaha konseli, cukup menghargai
kemajuan konseli.
7 Tulus memberikan pujian, menghargai usaha konseli, menghargai
kemajuan konseli.
8 Sangat tulus memberikan pujian, menghargai usaha konseli, menghargai
kemajuan konseli.
9 Sangat tulus memberikan pujian, sangat menghargai usaha konseli,
menghargai kemajuan konseli.
10 Sangat tulus memberikan pujian, sangat menghargai usaha konseli, sangat
menghargai kemajuan konseli.

5. Penelusuran tingkat pencapaian tujuan konseli

SKALA DESKRIPSI
1 Refleksi posisi sebelumnya pada skala kepuasan dan kepercayaan diri
tidak jelas, refleksi posisi sebelumnya pada skala kemajuan tidak jelas,
identifikasi posisi saat ini pada skala kepuasan dan kepercayaan diri tidak
jelas, identifikasi posisi saat ini pada skala kemajuan tidak jelas,
identifikasi langkah-langkah kemajuan yang akan dicapai antar sesi tidak
jelas.
2 Refleksi posisi sebelumnya pada skala kepuasan dan kepercayaan diri
kurang jelas, refleksi posisi sebelumnya pada skala kemajuan kurang jelas,
identifikasi posisi saat ini pada skala kepuasan dan kepercayaan diri
kurang jelas, identifikasi posisi saat ini pada skala kemajuan kurang jelas,
identifikasi langkah-langkah kemajuan yang akan dicapai antar sesi kurang
jelas.
3 Refleksi posisi sebelumnya pada skala kepuasan dan kepercayaan diri
cukup jelas, refleksi posisi sebelumnya pada skala kemajuan cukup jelas,
identifikasi posisi saat ini pada skala kepuasan dan kepercayaan diri
kurang jelas, identifikasi posisi saat ini pada skala kemajuan kurang jelas,
105

identifikasi langkah-langkah kemajuan yang akan dicapai antar sesi kurang


jelas.
4 Refleksi posisi sebelumnya pada skala kepuasan dan kepercayaan diri
cukup jelas, refleksi posisi sebelumnya pada skala kemajuan cukup jelas,
identifikasi posisi saat ini pada skala kepuasan dan kepercayaan diri cukup
jelas, identifikasi posisi saat ini pada skala kemajuan cukup jelas,
identifikasi langkah-langkah kemajuan yang akan dicapai antar sesi cukup
jelas.
5 Refleksi posisi sebelumnya pada skala kepuasan dan kepercayaan diri
jelas, refleksi posisi sebelumnya pada skala kemajuan cukup jelas,
identifikasi posisi saat ini pada skala kepuasan dan kepercayaan diri cukup
jelas, identifikasi posisi saat ini pada skala kemajuan cukup jelas,
identifikasi langkah-langkah kemajuan yang akan dicapai antar sesi cukup
jelas.
6 Refleksi posisi sebelumnya pada skala kepuasan dan kepercayaan diri
jelas, refleksi posisi sebelumnya pada skala kemajuan jelas, identifikasi
posisi saat ini pada skala kepuasan dan kepercayaan diri jelas, identifikasi
posisi saat ini pada skala kemajuan cukup jelas, identifikasi langkah-
langkah kemajuan yang akan dicapai antar sesi cukup jelas.
7 Refleksi posisi sebelumnya pada skala kepuasan dan kepercayaan diri
jelas, refleksi posisi sebelumnya pada skala kemajuan jelas, identifikasi
posisi saat ini pada skala kepuasan dan kepercayaan diri jelas, identifikasi
posisi saat ini pada skala kemajuan jelas, identifikasi langkah-langkah
kemajuan yang akan dicapai antar sesi jelas.
8 Refleksi posisi sebelumnya pada skala kepuasan dan kepercayaan diri
sangat jelas, refleksi posisi sebelumnya pada skala kemajuan jelas,
identifikasi posisi saat ini pada skala kepuasan dan kepercayaan diri jelas,
identifikasi posisi saat ini pada skala kemajuan jelas, identifikasi langkah-
langkah kemajuan yang akan dicapai antar sesi jelas.
9 Refleksi posisi sebelumnya pada skala kepuasan dan kepercayaan diri
sangat jelas, refleksi posisi sebelumnya pada skala kemajuan sangat jelas,
identifikasi posisi saat ini pada skala kepuasan dan kepercayaan diri
sangat jelas, identifikasi posisi saat ini pada skala kemajuan jelas,
identifikasi langkah-langkah kemajuan yang akan dicapai antar sesi jelas.
10 Refleksi posisi sebelumnya pada skala kepuasan dan kepercayaan diri
sangat jelas, refleksi posisi sebelumnya pada skala kemajuan sangat jelas,
identifikasi posisi saat ini pada skala kepuasan dan kepercayaan diri
sangat jelas, identifikasi posisi saat ini pada skala kemajuan sangat jelas,
106

identifikasi langkah-langkah kemajuan yang akan dicapai antar sesi sangat


jelas.

6. Inisiasi terminasi

SKALA DESKRIPSI
1 Pemahaman konseli tidak jelas tentang peran aktif konseli dalam
menemukan solusi, konseli tidak cakap membuat strategi yang sama
yang dapat digunakan jika menghadapi masalah baru, konseli tidak cakap
membuat ide-ide yang dapat dilakukan jika keadaan lebih buruk
dikemudian hari.
2 Pemahaman konseli kurang jelas tentang peran aktif konseli dalam
menemukan solusi, konseli kurang cakap membuat strategi yang sama
yang dapat digunakan jika menghadapi masalah baru, konseli kurang
cakap membuat ide-ide yang dapat dilakukan jika keadaan lebih buruk
dikemudian hari.
3 Pemahaman konseli cukup jelas tentang peran aktif konseli dalam
menemukan solusi, konseli cukup cakap membuat strategi yang sama
yang dapat digunakan jika menghadapi masalah baru, konseli kurang
cakap membuat ide-ide yang dapat dilakukan jika keadaan lebih buruk
dikemudian hari.
4 Pemahaman konseli cukup jelas tentang peran aktif konseli dalam
menemukan solusi, konseli cukup cakap membuat strategi yang sama
yang dapat digunakan jika menghadapi masalah baru, konseli cukup
cakap membuat ide-ide yang dapat dilakukan jika keadaan lebih buruk
dikemudian hari.
5 Pemahaman konseli jelas tentang peran aktif konseli dalam menemukan
solusi, konseli cukup cakap membuat strategi yang sama yang dapat
digunakan jika menghadapi masalah baru, konseli cukup cakap membuat
ide-ide yang dapat dilakukan jika keadaan lebih buruk dikemudian hari.
6 Pemahaman konseli jelas tentang peran aktif konseli dalam menemukan
solusi, konseli cakap membuat strategi yang sama yang dapat digunakan
jika menghadapi masalah baru, konseli cukup cakap membuat ide-ide
yang dapat dilakukan jika keadaan lebih buruk dikemudian hari.
7 Pemahaman konseli jelas tentang peran aktif konseli dalam menemukan
solusi, konseli cakap membuat strategi yang sama yang dapat digunakan
jika menghadapi masalah baru, konseli cakap membuat ide-ide yang
dapat dilakukan jika keadaan lebih buruk dikemudian hari.
107

8 Pemahaman konseli sangat jelas tentang peran aktif konseli dalam


menemukan solusi, konseli cakap membuat strategi yang sama yang
dapat digunakan jika menghadapi masalah baru, konseli cakap membuat
ide-ide yang dapat dilakukan jika keadaan lebih buruk dikemudian hari.
9 Pemahaman konseli sangat jelas tentang peran aktif konseli dalam
menemukan solusi, konseli sangat cakap membuat strategi yang sama
yang dapat digunakan jika menghadapi masalah baru, konseli cakap
membuat ide-ide yang dapat dilakukan jika keadaan lebih buruk
dikemudian hari.
10 Pemahaman konseli sangat jelas tentang peran aktif konseli dalam
menemukan solusi, konseli sangat cakap membuat strategi yang sama
yang dapat digunakan jika menghadapi masalah baru, konseli sangat cakap
membuat ide-ide yang dapat dilakukan jika keadaan lebih buruk
dikemudian hari.

7. Kesimpulan hasil pertemuan

SKALA DESKRIPSI
1 Kesimpulan tujuan yang telah dicapai konseli tidak tepat, refleksi seluruh
proses konseling tidak jelas, identifikasi keinginan konseli yang belum
terungkapkan pada sesi-sesi sebelumnya tidak jelas.
2 Kesimpulan tujuan yang telah dicapai konseli kurang tepat, refleksi
seluruh proses konseling kurang jelas, identifikasi keinginan konseli yang
belum terungkapkan pada sesi-sesi sebelumnya kurang jelas.
3 Kesimpulan tujuan yang telah dicapai konseli cukup tepat, refleksi
seluruh proses konseling kurang jelas, identifikasi keinginan konseli yang
belum terungkapkan pada sesi-sesi sebelumnya kurang jelas.
4 Kesimpulan tujuan yang telah dicapai konseli cukup tepat, refleksi
seluruh proses konseling cukup jelas, identifikasi keinginan konseli yang
belum terungkapkan pada sesi-sesi sebelumnya cukup jelas.
5 Kesimpulan tujuan yang telah dicapai konseli tepat, refleksi seluruh
proses konseling cukup jelas, identifikasi keinginan konseli yang belum
terungkapkan pada sesi-sesi sebelumnya cukup jelas.
6 Kesimpulan tujuan yang telah dicapai konseli tepat, refleksi seluruh
proses konseling jelas, identifikasi keinginan konseli yang belum
terungkapkan pada sesi-sesi sebelumnya cukup jelas.
108

7 Kesimpulan tujuan yang telah dicapai konseli tepat, refleksi seluruh


proses konseling jelas, identifikasi keinginan konseli yang belum
terungkapkan pada sesi-sesi sebelumnya jelas.
8 Kesimpulan tujuan yang telah dicapai konseli sangat tepat, refleksi
seluruh proses konseling jelas, identifikasi keinginan konseli yang belum
terungkapkan pada sesi-sesi sebelumnya jelas.
9 Kesimpulan tujuan yang telah dicapai konseli sangat tepat, refleksi
seluruh proses konseling sangat jelas, identifikasi keinginan konseli yang
belum terungkapkan pada sesi-sesi sebelumnya jelas.
10 Kesimpulan tujuan yang telah dicapai konseli sangat tepat, refleksi
seluruh proses konseling sangat jelas, identifikasi keinginan konseli yang
belum terungkapkan pada sesi-sesi sebelumnya sangat jelas.

8. Penutup

SKALA DESKRIPSI
1 Tidak memberikan, penggunaan kalimat dalam menutup sesi konseling
sangat tepat.
2 Tidak tulus memberikan pujian, penggunaan kalimat dalam menutup
sesi konseling sangat tidak tepat.
3 Tidak tulus memberikan pujian, penggunaan kalimat dalam menutup
sesi konseling tidak tepat.
4 Kurang tulus memberikan pujian, penggunaan kalimat dalam menutup
sesi konseling tidak tepat.
5 Cukup tulus memberikan pujian, penggunaan kalimat dalam menutup
sesi konseling kurang tepat.
6 Cukup tulus memberikan pujian, penggunaan kalimat dalam menutup
sesi konseling kurang tepat.
7 Tulus memberikan pujian, penggunaan kalimat dalam menutup sesi
konseling cukup tepat.
8 Tulus memberikan pujian, penggunaan kalimat dalam menutup sesi
konseling tepat.
9 Sangat tulus memberikan pujian, penggunaan kalimat dalam menutup
sesi konseling tepat.
10 Sangat tulus memberikan pujian, penggunaan kalimat dalam menutup
sesi konseling sangat tepat.
109

Kesimpulan Hasil Refleksi Diri

Kelebihan saya:

Kekurangan saya:

Hal yang perlu saya tingkatkan pada sesi berikutnya:

TIPS

KELUAR DARI KEGAGALAN KONSELI YANG TIDAK MENGALAMI KEMAJUAN


Jika Konselor terjebak dengan konseli, berikut adalah hal yang perlu
dipertimbangkan:
1) Goal, Goal, Goal.
Apa tujuan dari konseli ? Jika Konselor tidak tahu, Konselor dapat meninjau
kembali dengan bertanya:
 Pertanyaan skala: menggunakan angka 10 "di mana konseli ingin hidup mereka
menjadi lebih baik".
 Membuat variasi dari Pertanyaan Keajaiban (misalnya "Mari kita membayangkan jika
konseling ini berhasil dan dalam waktu 2 bulan kamu mengabarkan kepada Bapak
melalui SMS dan mengatakan kamu sudah berhasil keluar dari masalahmu dan
menceritakan hal-hal baik terjadi dalam hidup kamu? ")
 "Apa lagi yang perlu terjadi saat ini sehingga kamu dapat menganggap konseling ini
berhasil "? -
 "Bagaimana saya bisa membantu kamu?" atau "Menurutmu kita harus bicara tentang
apa hari ini? "
110

 Mengakui kepada konseli kalau konseling ini tidak berjalan dengan baik: "Saya punya
perasaan bahwa konseling ini tidak membantu kamu, jadi saya bertanya-tanya apa
yang kamu pikirkan perlu terjadi saat ini untuk membantu kamu memecahkan
masalah kamu? "
 Jika konseli telah mengikuti konseling sebelumnya: "Apakah konseling yang kamu
terima bermanfaat? "Jika “ya” Konselor perlu bertanya" Bagaimana hal itu terjadi?
2) Mempertimbangkan kembali tipe konseli apakan Visitor, Complainant atau
Costumer.
Apakah Konselor mencoba untuk membuat konseli tipe visitor atau complainant
menjadi tipe costumer? Keyakinan seperti ini menjadi tanda konselor ingin konseli
melakukan sesuatu dan konseli tidak tertarik. Tanyakan pada diri sendiri apa tujuan
Konselor untuk konseli ini. Apakah tujuan Konselor sama seperti tujuan konseli.

3) Jika Konselor merasa perlu konseli melakukan sesuatu.


Jika Konselor yakin bahwa konseli harus melakukan sesuatu, misalnya: membuat
jadual belajar yang teratur, mengikuti pelajaran tambahan, menghadapi orang tua
mereka atau guru mereka dll dan konselor merasa ini harus dibahas, di sinilah konselor
akan melakukannya: "Bapak sudah berpikir banyak tentang situasi kamu dan Bapak tidak
bisa berpikir bahwa melakukan _____________ akan sangat membantu kamu. Apa
pendapat kamu jika melakukan hal itu? " "Menurut kamu bagaimana melakukan
___________ akan membantu kamu?
4) Lakukan sesuatu yang berbeda (untuk konseli).
Komentar bahwa "Apa yang telah kamu lakukan sampai sekarang tampaknya tidak
akan membuat hal-hal lebih baik. Jadi hal-hal lain apa yang kamu anggap penting untuk
dilakukan? "Atau" Apa ada hal-hal lain yang bisa dilakukan? "atau" Apa ada hal-hal lain
yang akan dilakukan oleh ______(seseorang dihormati oleh konseli misalnya guru atau
orang tuanya) dalam situasi kamu?”
5) Lakukan sesuatu yang berbeda (untuk konselor)
Jika konselor sudah mencoba semua hal di atas dan tidak ada yang berubah
saatnya untuk melakukan sesuatu yang berbeda. Jika belum ada perbaikan pada
pertengahan sesi ketiga konselor bisa memulai proses ini:
 Tanyakan pada konseli "Apakah ada sesuatu yang kamu rasa perlu saya tahu tentang
situasi kamu yang belum kita bicarakan? ". Tenang dan dengarkan bahasa dan tujuan
mereka. Konselor mungkin harus menarik keluar cerita mereka lebih dari 10, 20, 30
menit sebelum konselor mendapatkan beberapa hal tentang apa yang mereka
inginkan. Setelah konselor mendapatkan sesuatu, pertegas hal tersebut dengan
konseli: " Menurut Bapak apa yang kamu inginkan adalah _________. Apakah itu
benar ?" Jika ya: "Bagaimana hal tersebut berbeda buat kamu?"
111

 Jika konselor melihat lebih dari satu orang yang terlibat lihatlah mereka secara
terpisah.
 Jika ada orang lain yang terlibat, tanyakan apakah mereka akan masuk dalam sesi
konseling
 Mengganti konselor: Setelah konselor mengakui kalau konselor merasa tidak
membantu terjadinya perubahan pada konseli, maka mintalah konselor lain dari tim
untuk mengambil alih. Atau, konselor bisa meminta konselor lain untuk bergabung
sebagai observer.
 Mengubah waktu, dan suasana ruang konseling: Mengubah ruangan yang lebih baik
dan mengubah waktu konselor bertemu dengan konseli.
 Jika tidak berhasil dengan hal di atas: Saatnya Konselor mengubah model konseling/
intervensi.
112

DAFTAR RUJUKAN
Berg, I. K., & Dolan, Y. (2001). Tales of solutions: A collection of hope-inspiring stories.
New York: Norton.

Corey, G. (2009). Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy. Belmont, CA:
Brooks/Cole.

Chen, Caattheriine S. (2002). Self-regulated Learning Strategies and Achievement in an


Introduction to Information Systems Course. Information Technology, Learning,
and Performance Journal, 20 (1): 11-25.

Coert Visser. (2009). Solution-Focused Scaling Questions.


(http://articlescoertvisser.blogspot.com/2009/02/solution-focused-scaling-
questions.html), diakses 23 Nopember 2016

de Shazer, S. (1988). Clues: Investigating solutions in brief therapy. New York, NY: W.W.
Norton & Company.

Jonker, L, Marije T. Elferink-Gemser dkk. (2010). Academic Performance and Self-


Regulatory Skills in Elite Youth Soccer Players. Journal of Sports Sciences, (Online),
28 (14): 1605–1614, (http://www.tandfonline.com/loi/rjsp20), diakses 22
Nopember 2016.

Pintrich, P. R., & De Groot E. V. (1990). Motivational and self-regulated learning


components of classroom academic performance. Journal of Educational
Psychology, 82 (1): 33-40. (Online), (doi.apa.org/journals/edu/82/1/33. Pdf),
diakses 15 Oktober 2016.

Santrock, J.W. (2007). Remaja Edisi 11 Jilid 1(terjemahan). Jakarta: Erlangga.

Turnell, A and Hopwood, L. (1994). Solution-Focused Brief Therapy II. An outline for
second and subsequent sessions. Case Studies Brief and Family Theraphy, 8(2):
52-64

Turnell and Edward. (1993). Introduction to Solution Focused Brief Therapy for School
Psychologists Ministry of Education WA : Centrecare Brief Therapy Service and
Michelle Wilson and Andrew Turned

Zimmerman, B. J. (1989). Models of self-regulated learning and academic achievement.


In Self-regulated learning and academic achievement (pp. 1-25). Springer New
York.
113

GLOSARIUM

Amplifying : teknik dalam konseling singkat Homework: tugas rumah atau pekerjaan yang
berfokus solusi untuk menguatkan eksepsi harus dilakukan dan diselesaikan oleh konseli
(pengecualian/ketiadaan munculnya) masalah selama rentan waktu antar sesi konseling

Attending: salah satu keterampilan dasar Intervensi: upaya pemberian layanan konseling
konseling berupa perhatian, penerimaan,
Kolaboratif: upaya kerjasama yang dilakukan
penghargaan empati, dll, agar terbangun
oleh konselor dengan konseli untuk
hubungan yang kondusif antara konselor dan
mengoptimalkan proses konseling
konseli dalam proses konseling.

Konseling modern: pendekatan konseling baru


Break: jeda dalam proses konseling
yang mengembangkan teori-teori dasar
Complainant: tipe pengeluh dalam hubungan konseling dengan berfokus pada eksplorasi
konseling SFBC, yaitu tipe konseli yang masalah, emosi dan perilaku berdasarkan
menyadari bahwa dirinya memiliki asesmen, serta interpretasi dan edukasi
permasalahan namun tidak memiliki motivasi
Konseling postmodern: pendekatan konseling
untuk bertindak.
yang memiliki asumsi dasar bahwa setiap
Compliment: pemberian pujian yang tulus individu memiliki kapasitas untuk merancang
kepada konseli dalam proses konseling solusi, serta bertindak dan mewujudkan solusi
yang ia inginkan.
Costumer: Tipe pelanggan dalam hubungan
konseling SFBC, yaitu tipe konseli memahami Terminasi: proses akhir untuk mengakhiri suatu
masalah yang dihadapinya, memiliki tujuan yang sesi konseling
jelas dalam proses konseling, memahami
Konseling realita: salah satu pendekatan
tanggungjawabnya dan termotivasi untuk
konseling modern yang
berubah.

Konseling rational emotif behavior (REBT):


Diagnosis: penentuan jenis masalah yang
salah satu pendekatan konseling untuk
dialami oleh konseli.
membantu individu meminimalisir gangguan
Deskripsi: pemaparan atau penggambaran proses emosi dan perilaku merusak diri, serta
konseling dengan kata-kata secara jelas dan mendorong mereka untuk hidup secara lebih
terperinci. bermakna dan bahagia.

Eksplorasi: kegiatan penyelidikan untuk Konseling perilaku (behavioral) : salah satu


memperoleh informasi, pengetahuan atau pendekatan konseling yang merupakan adaptasi
penggambaran situasi secara lebih jelas. dari aliran psikologi behavioristik, yang
menekankan perhatiannya pada perilaku yang
Eliciting: adalah memunculkan tampak.
eksepsi/pengecualian situasi yang tidak
bermasalah sehingga konseli merasa lebih baik. Eksepsi: kondisi, situasi, atau keadaan tidak
terjadinya masalah dalam kehidupan konseli.
114

Deviation amplifying: proses sistemik yang Organisasi: salah satu strategi kognitif untuk
dilakukan dalam proses identifikasi dan memperbesar kinerja memori (daya ingat).
eksplorasi terhadap kondisi-kondisi eksepsi
untuk memperluas bagian-bagian eksepsi Motivational beliefs: perasaan efikasi diri
masalah (ketidakhadiran masalah) pada akademik, menggunakan tujuan-tujuan belajar
konseli. mengembangan emosi positif terhadap tugas-
tugas seperti kegembiraan, kepuasan, dan
Konselor: ahli yang memiliki kemampuan semangat besar.
dalam melaksanakan proses konseling.
Recover information: memperoleh kembali
Konseli: klien yang mendapatkan/ diberikan informasi.
layanan konseling.
Help- seeking: pencarian bantuan dari orang
Rapport: keterampilan dasar konseling untuk lain ketika menemui kesulitan
membangun kepercayaan dan hubungan awal
yang baik oleh konseli terhadap konselor Evaluasi diri (self evaluating): proses penilaian
terhadap pencapaian yang telah dilakukan
Klarifikiasi peran: Membina hubungan baik dengan membandingkan standar yang telah
dan mengklarifikasi peran konselor dan konseli ditetapkan maupun membandingkan capaian
diri dengan dengan pencapaian orang lain.
Reinforcing: proses penguatan dan peneguhan
keberhasilan bahwa eksepsi telah terjadi Mencari informasi (seeking information): usaha
secara signifikan atau proses untuk mendapatkan informasi
lanjut dari sumber nonsosial ketika melakukan
Kognisi (cognition): proses atau kegiatan tugas; misalnya ke perpustakaan untuk
memperoleh, mengenali, mengolah, atau mendapatkan informasi sebanyak mungkin
menafsirkan informasi menjadi suatu mengenai suatu topik atau materi.
pengetahuan
Observasi: peninjauan secara cermat
Forethought phase: disebut juga fase berpikir,
yang merupakan satu fase (subproses) dari self- Observer: subjek yang melakukan peninjauan.
regulated learning, dan mengacu pada proses
dan keyakinan yang terjadi sebelum terjadi Psikoterapi: penggunaan teknik-teknik
upaya untuk belajar. psikologis untuk melakukan penyembuhan/
perbaikan
Performance phase: disebut juga fase
performa, yang merupakan salah satu fase Patologi: ilmu tentang penyakit.
(subproses) dari dari self-regulated learning,
Peer: Sebaya, seumuran,
dan mengacu pada proses yang terjadi selama
implementasi perilaku.
Pertanyaan coping: Pertanyaan yang digunakan
untuk mengantarkan konseli pada perilaku
Repetisi: salah satu strategi kognitif berupa
yang mengarah pada solusi ketika konseli
pengulangan.
melaporkan bahwa keadaannya tidak lebih baik.
Elaborasi: salah satu strategi kognitif berupa
Pertanyaan eksepsi (exception question):
penggarapan secara cermat dan tekun.
Pertanyaan untuk menemukan eksepsi atau
pengecualian yang bertujuan memberdayakan
115

konseli dalam menemukan solusi atas Self-reflection phase: fase refleksi diri, yang
permasalahan yang dihadapinya. merupakan salah satu fase(subproses) dari
dari self-regulated learning, dan mengacu pada
Pertanyaan keajaiban (miracle questions): proses yang terjadi setelah terjadinya usaha
Pertanyaan untuk menanyakan tujuan yang belajar.
datangnya dari konseli sendiri berdasarkan
pertimbangan masa depan yang mereka Self-Regulated Learning (SRL): kemampauan
inginkan. membuat perencanaan belajar, strategi belajar
yang efektif, memantau hasil belajar, menilai
Pertanyaan berskala (scaling question): kepuasan diri, serta merefleksikan diri untuk
Pertanyaan yang diberikan kepada konseli untuk meningkatkan cara belajar.
melihat masalah mereka pada sebuah skala,
dengan rentan angka 1 sampai 10, dan Self-regulation learner: individu yang memiliki
mengevaluasi kemajuan mereka untuk kemampuan mengatur dirinya dalam belajar.
menggapai tujuannya.
Self-satisfaction: merasa puas dengan diri sendiri
Pertanyaan perubahan pra-sesi (presession
change questions) : Pertanyaan yang bertujuan Solution Focused Brief Counseling (SFBC) :
untuk mengidentifikasi perubahan yang terjadi merupakan pendekatan yang berbasis pada
pada diri konseli sebelum bertemu dengan potensi dan kekuatan konseli yang berfokus
konselor untuk melakukan sesi konseling pada solusi dan masa depan
pertama kalinya. Biasanya diajukan kepada
Treatment : perlakuan atau pemberian teknik
konseli yang telah membuat janji sebelumnya
konseling tertentu dalam proses konseling
dengan konselor.
Under achiever: yaitu siswa yang berprestasi
Skala: lajur yang digunakan untuk menentukan
rendah meski memiliki potensi yang baik.
tingkatan permasalahan atau sebagai evaluasi
dalam proses konseling.
Visitor: disebut juga tipe pengunjung dalam
hubungan konseling, yaitu tipe konseli yang
Self-efficacy academic: persepsi dan keyakinan
tidak jelas masalah dan tujuannya datang ke
diri seseorang terhadap kemampuan akademik
konselor karena merasa dirinya tidak memiliki
yang dimiliki.
masalah. Konseli seperti ini biasanya datang
Self-esteem: penilaian terkait harga diri. atas rekomedasi orang lain yakni guru maupun
orang tua.
Self-observation: pengamatan terhadap diri
sendiri.
116

INDEKS

60, 61, 65, 70, 71, 76, 90, inovatif, 1


A
105 intensif, 1
absolut, 2 eksperimen, 9, 17 intervensi, 3, 7, 10, 11, 21,
adults, 21 eksplorasi, 2, 5 22, 23, 30, 39, 60, 118
akademik, 1, 10, 15, 16, 18, elaborasi, 19
19, 20, 21, 22, 30 elaborate, 19 J
Amplifying, 3, 12, 23, 51, 78, Eliciting, 3, 12, 23, 51, 78, 92,
92, 106 106 janji, 14
analisis, 5, 10, 17 ending, 3, 11 jawaban, 24, 36, 52, 120
environmental structuring,
B 20 K
evaluasi diri, 18, 20, 23
bahasa, 3, 39, 118, 150 exception question, 3, 13 kecemasan, 9
behavioral, 1 keeping records, 20
bergerak menuju solusi, 3 kekuatan, 3, 2, 3, 4, 5, 6, 11,
F
Bimbingan dan konseling, 1, 12, 14, 22, 30, 31, 33, 40,
148 fenomena, 3 51, 60, 76, 90, 105
budaya, 3, 1, 3, 147 Formula, 4, 8 keluarga, 2, 9
formula first session task, 3, kemajuan, 3, 12, 14, 26, 31,
13 32, 36, 42, 43, 49, 50, 51,
C
52, 54, 55, 56, 57, 60, 61,
complainant, 7, 117 G 76, 80, 81, 82, 83, 84, 85,
compliment, 3, 8, 11, 12, 13 90, 95, 96, 97, 98, 99, 100,
coping, 27 goal formulation, 3 108, 109, 110, 111, 112,
coping question, 13 goal-setting, 20 113
costumer, 117 guru, 7, 9, 15, 16, 20, 21, 24, kepercayaan diri, 3, 12, 40,
25, 30, 34, 40, 53, 55, 118 52, 54, 56, 59, 63, 72, 73,
D 84, 85, 86, 90, 99, 100,
H 101, 112, 113
depresi, 9 kesehatan mental, 2
deskripsi masalah, 3, 36 harga diri, 10, 47, 142 keyakinan diri, 3, 16, 18, 21,
deviation amplifying, 3 help- seeking, 20 22, 61, 67, 68, 69, 78, 92,
105, 106, 121
E I Klarifikasi, 11, 32, 65, 66
klarifikasi peran, 3
EAR, 3, 12, 23, 51 identifikasi masalah, 3 klinis, 9
efektivitas, 9, 10, 19 Indonesia, 2, 10, 17, 34 kognitif, 19, 148
efikasi diri, 10, 19, 30 informasi, 4, 7, 19, 20, 24, Kolaboratif, 6
eksepsi, 3, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 29, 32, 33, 34, 82, 83, 97, Konsekuensi diri, 21
12, 13, 22, 25, 30, 40, 51, 98, 110, 111 konseling Individual, 1
117

konseling kelompok, 10 observe task, 8 pujian, 3, 11, 12, 14, 33, 47,
konseling modern, 1, 2, 3, 5 Observe Task, 8 52, 61, 70, 71, 74, 77, 83,
konseling rational emotif organizing, 20 84, 87, 88, 91, 98, 99, 102,
behavior, 1 103, 111, 112, 116
konseling realita, 1 P
konstan, 4, 15, 25 R
konteks, 20 partisipasi, 3, 7
rapport, 11, 31, 32, 60, 65,
Kontrak, 35 patologi, 2, 5
108
kontrak waktu, 67 peer, 21
rasio, 1
Penataan lingkungan, 20
realitas, 2, 3, 148
L Pendekatan konseling, 1, 3,
REBT, 1
5, 22
recover information, 19
layanan sosial, 2 pendekatan postmodern, 3
refleksi diri, 17, 19, 65, 80,
layanan bimbingan, 1 pendidikan, 1, 9, 20, 21
95, 108
layanan konseling, 1 pengaturan diri, 1, 16
rehearsing, 21
penyakit mental, 9
Reinforcing, 3, 12, 51
M peran aktif, 113, 114
remaja, 2, 9
perilaku, 1, 3, 5, 9, 10, 11,
repetisi, 19
medis, 9 14, 16, 17, 20, 22, 24, 36,
respon verbal, 21
memorizing, 21 38
role clarification, 3
mengisolasi diri, 21 perkembangan, 1, 58
merumuskan tujuan, 3, 5, 39 permasalahan, 2, 3, 13, 22,
metacognition, 19 33, 35, 36 S
miracle questions, 3 pertanyaan perubahan pra- scaling question, 3
miracle scenario, 8 sesi, 3 seeking information, 20
modern, 2, 147, 148 pertanyaan berskala, 3, 10, seeking social assistance, 21
monitoring, 20 12, 25, 36, 42, 43, 52, 58, sekolah, 2, 3, 1, 2, 8, 9, 15,
motivasi, 1, 7, 8, 10, 15, 17, 61, 65, 67, 68, 69, 71, 105 16, 21, 22, 33, 38, 43, 150
18, 19, 22, 30, 31, 36, 38, pertanyaan eksepsi, 3, 23, self evaluating, 20
121, 125 25, 39, 40, 70 self-consequating, 21
Motivasi belajar, 121, 122 pertanyaan keajaiban, 3, 10, self-efficacy, 30
motivasi berprestasi, 10 24, 25, 39, 40, 61 self-esteem, 10, 142
motivasi diri, 36 planning, 3, 20 self-observation, 30
motivational beliefs, 19 postmodern, 3, 2, 3 Self-Regulated Learning, 3
moving toward a solution, potensi, 1, 3, 15, 32, 33, 60, self-regulation learner, 3
3 66, 70, 71, 72, 81, 96, 109 SFBC, 2, 3, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9,
praktis, 1, 30 10, 11, 12, 13, 14, 15, 21,
N presession change questions, 22, 23, 24, 27, 28, 30, 31,
3 33, 38, 51, 58, 59, 65, 80,
narkoba, 2, 9 prestasi, 1, 10, 15, 16, 17, 34 95, 108, 150
nasional, 148, 149 prestasi belajar, 10, 16, 17 signifikan, 3, 10, 12, 16, 17,
problem description, 3 51, 52, 55, 57
O psikologis, 9 skizofrenia, 9
psikoterapi, 2, 9 solusi, 3, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9,
Observasi, 8, 18, 23, 31 10, 11, 13, 14, 22, 24, 25,
118

30, 33, 35, 36, 38, 39, 48, sumber daya, 2, 4, 5, 6, 14,
U
49, 50, 51, 58, 59, 60, 82, 15, 22, 30, 33
universitas, 9
83, 97, 98, 105, 107, 110,
utilitas, 9
111, 113, 114, 150 T
Solution Focused Brief
tanggung jawab, 8
Counseling, 3, 4, 150 V
teachers, 21
Spesific Observation, 8
terapi, 2 visitor, 7, 117
SRL, 2, 3, 4, 1, 2, 15, 16, 17,
transformasi, 20 Visualize a hingher position,
21, 22, 23, 30, 59, 150
transforming, 20 26
Step forward, 26
tugas formula, 3
strategi belajar, 3, 16, 18, 31,
120, 121, 124, 125, 126
119

LAMPIRAN LEMBAR KERJA SISWA


120

SKALA PENGATURAN DIRI DALAM BELAJAR


Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama

OLEH :

-------------------------------------
121

SKALA PENGATURAN DIRI DALAM BELAJAR

1. Berikut ini terdapat sejumlah pernyataan yang menggambarkan kemampuan


mengatur diri anda dalam belajar.
2. Tidak ada pernyataan yang paling benar, setiap orang bisa berbeda-beda, untuk itu
berikan jawaban Anda sesuai dengan apa yang sesuai dengan keadaan diri Anda.
3. Pilihan jawaban dari pernyataan ini adalah skala 1 sampai dengan 10. Skala 1
menunjukkan tidak sesuai dengan diri Anda dan skala 10 sangat sesuai dengan diri
Anda.
4. Lingkarilah pilihan jawaban Anda pada kolom SKALA.
5. Periksalah kembali jawaban anda, jangan sampai ada kolom yang belum diisi.
Atas perhatian dan partisipasinya, saya ucapkan terima kasih.

1. Kemampuan membuat rencana dan menyusun strategi belajar.

SKALA DESKRIPSI
1 Tidak ada target belajar, tidak memiliki strategi untuk mencapai target
belajar, tidak menjabarkan strategi belajar menjadi langkah-langkah konkrit.
2 Target belajar tidak jelas, tidak dapat membuat strategi untuk mencapai
target, tidak dapat menjabarkan strategi belajar menjadi langkah-langkah
konkrit.
3 Target belajar kurang jelas, kurang dapat membuat strategi untuk mencapai
target, tidak dapat menjabarkan strategi belajar menjadi langkah-langkah
konkrit.
4 Target belajar kurang jelas, kurang jelas membuat strategi untuk mencapai
target, menjabarkan strategi belajar menjadi langkah-langkah konkrit tidak
jelas dan tidak dapat dicapai.
5 Target belajar tidak cukup jelas, membuat strategi untuk mencapai target
tidak cukup jelas, menjabarkan strategi belajar menjadi langkah-langkah
konkrit tidak jelas dan cukup dapat dicapai.
6 Target belajar cukup jelas, membuat strategi yang cukup jelas untuk
mencapai target, menjabarkan strategi belajar menjadi langkah-langkah
konkrit kurang jelas dan cukup dapat dicapai.
7 Target belajar jelas, membuat strategi untuk mencapai target cukup jelas,
menjabarkan strategi belajar menjadi langkah-langkah konkrit kurang jelas
dan cukup dapat dicapai.
8 Target belajar jelas, membuat strategi untuk mencapai target cukup jelas,
menjabarkan strategi belajar menjadi langkah-langkah konkrit cukup jelas
dan dapat dicapai.
122

9 Target belajar sangat jelas, membuat strategi yang jelas untuk mencapai
target, menjabarkan strategi belajar jelas menjadi langkah-langkah konkrit
dan dapat dicapai.
10 Target belajar sangat jelas, membuat strategi untuk mencapai target sangat
jelas, menjabarkan strategi belajar menjadi langkah-langkah konkrit sangat
jelas dan dapat dicapai.

2. Memiliki motivasi dan keyakinan diri dalam belajar.

SKALA DESKRIPSI
1 Motivasi belajar tidak ada, sangat tidak yakin atas kemampuan yang dimiliki,
sangat tidak meyakini bahwa belajar berguna bagi masa depan.
2 Motivasi belajar sangat rendah, sangat tidak yakin atas kemampuan yang
dimiliki, sangat tidak meyakini bahwa belajar berguna bagi masa depan
3 Motivasi belajar cukup rendah, tidak yakin atas kemampuan yang dimiliki,
tidak meyakini bahwa belajar berguna bagi masa depan
4 Motivasi belajar rendah, kurang yakin atas kemampuan yang dimiliki, kurang
meyakini bahwa belajar berguna bagi masa depan
5 Motivasi belajar cukup tinggi, cukup yakin atas kemampuan yang dimiliki,
kurang cukup meyakini bahwa belajar berguna bagi masa depan.
6 Motivasi belajar cukup tinggi, cukup yakin atas kemampuan yang dimiliki,
meyakini bahwa belajar berguna bagi masa depan.
7 Motivasi belajar tinggi, cukup yakin atas kemampuan yang dimiliki, cukup
yakinibahwa belajar berguna bagi masa depan.
8 Motivasi belajar tinggi, yakin atas kemampuan yang dimiliki, meyakini bahwa
belajar berguna bagi masa depan.
9 Motivasi belajar sangat tinggi, sangat yakin atas kemampuan yang dimiliki,
meyakini bahwa belajar berguna bagi masa depan.
10 Motivasi belajar sangat tinggi, sangat yakin atas kemampuan yang dimiliki,
sangat yakin bahwa belajar berguna bagi masa depan

3. Konsisten menyelesaikan tugas-tugas belajar.

SKALA DESKRIPSI
1 Tidak memiliki jadwal belajar, tidak pernah menyelesaikan tugas/PR tepat
waktu, sangat tidak mampu mengontrol gangguan yang dapat menghambat
kegiatan belajar, tidak pernah memberikan penghargaan/hadiah kepada diri
sendiri ketika berhasil mencapai target belajar yang telah ditetapkan.
2 Tidak memiliki jadwal belajar, menyelesaikan tugas/PR tidak tepat waktu,
tidak mampu mengontrol gangguan yang dapat menghambat kegiatan
123

belajar, tidak pernah memberikan penghargaan/hadiah kepada diri sendiri


ketika berhasil mencapai target belajar yang telah ditetapkan.
3 Kurang disiplin menjalankan jadwal belajar, menyelesaikan tugas/PR tidak
tepat waktu, kurang mampu mengontrol gangguan yang dapat menghambat
kegiatan belajar, tidak pernah memberikan penghargaan/hadiah kepada diri
sendiri ketika berhasil mencapai target belajar yang telah ditetapkan.
4 Kurang disiplin menjalankan jadwal belajar, menyelesaikan tugas/PR kurang
tepat waktu, kurang mampu mengontrol gangguan yang dapat menghambat
kegiatan belajar, jarang memberikan penghargaan/hadiah kepada diri
sendiri ketika berhasil mencapai target belajar yang telah ditetapkan
5 Cukup Disiplin menjalankan jadwal belajar, menyelesaikan tugas/PR kurang
tepat waktu, kurang mampu mengontrol gangguan yang dapat menghambat
kegiatan belajar, jarang memberikan penghargaan/hadiah kepada diri
sendiri ketika berhasil mencapai target belajar yang telah ditetapkan.
6 Disiplin menjalankan jadwal belajar, menyelesaikan tugas/PR sering tidak
tepat waktu, cukup mampu mengontrol gangguan yang dapat menghambat
kegiatan belajar, jarang memberikan penghargaan/hadiah kepada diri
sendiri ketika berhasil mencapai target belajar yang telah ditetapkan.
7 Disiplin menjalankan jadwal belajar, menyelesaikan tugas/PR sering tepat
waktu, cukup mampu mengontrol gangguan yang dapat menghambat
kegiatan belajar, sering memberikan penghargaan/hadiah kepada diri sendiri
ketika berhasil mencapai target belajar yang telah ditetapkan.
8 Sangat disiplin menjalankan jadwal belajar, menyelesaikan tugas/PR sering
tepat waktu, cukup mampu mengontrol gangguan yang dapat menghambat
kegiatan belajar, sering memberikan penghargaan/hadiah kepada diri sendiri
ketika berhasil mencapai target belajar yang telah ditetapkan
9 Sangat disiplin menjalankan jadwal belajar, menyelesaikan tugas/PR sering
tepat waktu, mampu mengontrol gangguan yang dapat menghambat
kegiatan belajar, sering memberikan penghargaan/hadiah kepada diri sendiri
ketika berhasil mencapai target belajar yang telah ditetapkan.
10 Sangat disiplin menjalankan jadwal belajar, menyelesaikan tugas/PR selalu
tepat waktu, sangat mampu mengontrol gangguan yang dapat menghambat
kegiatan belajar, selalu memberikan penghargaan/hadiah kepada diri sendiri
ketika berhasil mencapai target belajar yang telah ditetapkan.

4. Kemampuan mengamati cara-cara belajar yang dapat meningkatkan hasil belajar.

SKALA DESKRIPSI
1 Tidak pernah memantau cara-cara belajar diri sendiri yang dapat
meningkatkan hasil belajar, tidak pernah memantau kekurangan diri dalam
124

belajar, tidak pernah memantau waktu-waktu efektif yang dapat


meningkatkan semangat dan kemampuan belajar.
2 Kadang-kadang memantau cara-cara belajar diri sendiri yang dapat
meningkatkan hasil belajar, tidak pernah memantau kekurangan diri dalam
belajar, tidak pernah memantau waktu-waktu efektif yang dapat
meningkatkan semangat dan kemampuan belajar.
3 Kadang-kadang memantau cara-cara belajar diri sendiri yang dapat
meningkatkan hasil belajar, kadang-kadang memantau kekurangan diri
dalam belajar, tidak pernah memantau waktu-waktu efektif yang dapat
meningkatkan semangat dan kemampuan belajar.
4 Kadang-kadang memantau cara-cara belajar diri sendiri yang dapat
meningkatkan hasil belajar, kadang-kadang memantau kekurangan diri
dalam belajar, kadang-kadang memantau waktu-waktu efektif yang dapat
meningkatkan semangat dan kemampuan belajar.
5 Sering memantau cara-cara belajar diri sendiri yang dapat meningkatkan hasil
belajar, kadang-kadang memantau kekurangan diri dalam belajar, kadang-
kadang memantau waktu-waktu efektif yang dapat meningkatkan semangat
dan kemampuan belajar.
6 Sering memantau cara-cara belajar diri sendiri yang dapat meningkatkan hasil
belajar, sering memantau kekurangan diri dalam belajar, kadang-kadang
memantau waktu-waktu efektif yang dapat meningkatkan semangat dan
kemampuan belajar.
7 Sering memantau cara-cara belajar diri sendiri yang dapat meningkatkan hasil
belajar, sering memantau kekurangan diri dalam belajar, sering memantau
waktu-waktu efektif yang dapat meningkatkan semangat dan kemampuan
belajar.
8 Selalu memantau cara-cara belajar diri sendiri yang dapat meningkatkan hasil
belajar, sering memantau kekurangan diri dalam belajar, sering memantau
waktu-waktu efektif yang dapat meningkatkan semangat dan kemampuan
belajar.
9 Selalu memantau cara-cara belajar diri sendiri yang dapat meningkatkan hasil
belajar, selalu memantau kekurangan diri dalam belajar, sering memantau
waktu-waktu efektif yang dapat meningkatkan semangat dan kemampuan
belajar.
10 Selalu memantau cara-cara belajar diri sendiri yang dapat meningkatkan hasil
belajar, selalu memantau kekurangan diri dalam belajar, selalu memantau
waktu-waktu efektif yang dapat meningkatkan semangat dan kemampuan
belajar.
125

5. Kemampuan menilai hasil belajar diri sendiri.

SKALA DESKRIPSI
1 Tidak pernah menilai kelebihan dan kekurangan terhadap hasil belajar yang
telah dicapai, tidak mampu mengenali penyebab dari kekurangan dan
keberhasil dalam belajar, tidak pernah mengubah strategi belajar yang tidak
efektif
2 Kadang-kadang menilai kelebihan dan kekurangan terhadap hasil belajar
yang telah dicapai, tidak mampu mengenali penyebab dari kekurangan dan
keberhasil dalam belajar, tidak pernah mengubah strategi belajar yang tidak
efektif.
3 Kadang-kadang menilai kelebihan dan kekurangan terhadap hasil belajar
yang telah dicapai, kurang mampu mengenali penyebab dari kekurangan dan
keberhasil dalam belajar, tidak pernah mengubah strategi belajar yang tidak
efektif.
4 Kadang-kadang menilai kelebihan dan kekurangan terhadap hasil belajar
yang telah dicapai, kurang mampu mengenali penyebab dari kekurangan dan
keberhasil dalam belajar, kadang-kadang mengubah strategi belajar yang
tidak efektif.
5 Sering menilai kelebihan dan kekurangan terhadap hasil belajar yang telah
dicapai, cukup mampu mengenali penyebab dari kekurangan dan keberhasil
dalam belajar, kadang-kadang mengubah strategi belajar yang tidak efektif.
6 Sering menilai kelebihan dan kekurangan terhadap hasil belajar yang telah
dicapai, mampu mengenali penyebab dari kekurangan dan keberhasil dalam
belajar, kadang-kadang mengubah strategi belajar yang tidak efektif.
7 Sering menilai kelebihan dan kekurangan terhadap hasil belajar yang telah
dicapai, mampu mengenali penyebab dari kekurangan dan keberhasil dalam
belajar, sering mengubah strategi belajar yang tidak efektif.
8 Selalu menilai kelebihan dan kekurangan terhadap hasil belajar yang telah
dicapai, mampu mengenali penyebab dari kekurangan dan keberhasil dalam
belajar, sering mengubah strategi belajar yang tidak efektif.
9 Selalu menilai kelebihan dan kekurangan terhadap hasil belajar yang telah
dicapai, sangat mampu mengenali penyebab dari kekurangan dan keberhasil
dalam belajar, sering mengubah strategi belajar yang tidak efektif.
10 Selalu menilai kelebihan dan kekurangan terhadap hasil belajar yang telah
dicapai, sangat mampu mengenali penyebab dari kekurangan dan keberhasil
dalam belajar, selalu mengubah strategi belajar yang tidak efektif.
126

6. Kemamampuan menilai kepuasan diri dalam belajar agar bisa meningkatkan


motivasi belajar.

SKALA DESKRIPSI
1 Biasa saja ketika hasil belajar memenuhi target awal, tidak pernah
meningkatkan target hasil belajar untuk waktu yang akan datang, tidak
pernah merancang strategi belajar untuk waktu yang akan datang.
2 Cukup puas ketika hasil belajar memenuhi target awal, tidak pernah
meningkatkan target hasil belajar untuk waktu yang akan datang, tidak
pernah merancang strategi belajar untuk waktu yang akan datang.
3 Cukup puas ketika hasil belajar memenuhi target awal, tidak pernah
meningkatkan target hasil belajar untuk waktu yang akan datang, tidak
pernah merancang strategi belajar untuk waktu yang akan datang.
4 Cukup puas ketika hasil belajar memenuhi target awal, jarang meningkatkan
target hasil belajar untuk waktu yang akan datang, tidak pernah merancang
strategi belajar untuk waktu yang akan datang.
5 Puas ketika hasil belajar memenuhi target awal, jarang meningkatkan target
hasil belajar untuk waktu yang akan datang, jarang merancang strategi
belajar untuk waktu yang akan datang.
6 Puas ketika hasil belajar memenuhi target awal, cukup sering meningkatkan
target hasil belajar untuk waktu yang akan datang, cukup sering merancang
strategi belajar untuk waktu yang akan datang.
7 Puas ketika hasil belajar memenuhi target awal, sering meningkatkan target
hasil belajar untuk waktu yang akan datang, sering merancang strategi
belajar untuk waktu yang akan datang.
8 Sangat puas ketika hasil belajar memenuhi target awal, sering meningkatkan
target hasil belajar untuk waktu yang akan datang, sering merancang strategi
belajar untuk waktu yang akan datang.
9 Sangat puas ketika hasil belajar memenuhi target awal, selalu meningkatkan
target hasil belajar untuk waktu yang akan datang, sering merancang strategi
belajar untuk waktu yang akan datang.
10 Sangat puas ketika hasil belajar memenuhi target awal, selalu meningkatkan
target hasil belajar untuk waktu yang akan datang, selalu merancang strategi
belajar untuk waktu yang akan datang.
127

LEMBAR KESEDIAAN KONSELI

INFORM CONSENT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : ...............................................................................................
NIS : ................................................................................................
Kelas : ................................................................................................
Sekolah : ................................................................................................

Menyatakan dengan KESUNGGUHAN HATI bersedia mengikuti dan terlibat penuh


dalam kegiatan Konseling Singkat Berfokus Solusi (KSBS), mulai dari awal hingga
akhir dari sesi konseling ini. Kegiatan konseling ini akan saya ikuti mulai hari ini
.................... tanggal ......................... sampai dengan hari ................... tanggal
.............................

Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa paksaan dari siapa pun.

..........................., ...........20....
Saya yang menyatakan,

____________________
128

LEMBAR KERJA
KONSELING SINGKAT BERFOKUS SOLUSI
Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama

MY SOLUTION PROBLEM

OLEH :
129

LEMBAR KERJA 1

Akhir-akhir ini saya sedang mengalami masalah yang berhubungan dengan belajar dan
saya ingin segera menyelesaikan masalahku ini. Masalahku ini adalah:

Masalahku adalah:

....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
130

LEMBAR KERJA 2

Pada skala 1-10, 1 menunjukkan bahwa saya tidak puas dengan cara belajar saya dan 10
saya merasa sangat puas dengan cara belajar saya. Maka posisi saya saat ini adalah:

10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
131

LEMBAR KERJA 3

Pada skala 1-10, 1 menunjukkan bahwa saya tidak yakin pada diri sendiri dan 10 saya
merasa sangat yakni bisa menyelesaikan masalahku ini. Maka posisi saya saat ini
adalah:

10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
132

LEMBAR KERJA 4

Suatu malam, ketika saya tertidur, terjadi sebuah keajaiban dan masalah saya bisa
terselesaikan. Karena saya tertidur lelap saya tidak tahu jika telah terjadi sebuah
keajaiban. Ketika saya bagun di pagi hari, Saya merasa ada yang berbeda. Beberapa hal
yang bisa saya lihat bahwa keajaiban telah terjadi adalah:

_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
__________________________________________
133

LEMBAR KERJA 5

Saya akan membuat tujuan kecil untuk diriku. Tujuan tersebut adalah:

_________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________

Langkah-langkah konkrit yang dapat saya lakukan untuk mencapai tujuan saya ini
adalah:

_________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________
__________

_________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________
____________________

_________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________
____________________
134

LEMBAR KERJA 6

Jika dipikir-pikir, tidak selamanya saya mengalami kesulitan dalam belajar. Ada saat-
saat dimana saya bisa belajar dengan baik. Saat-saat di mana saya bisa belajar dengan
baik ketika..........................

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

_________________________________________________
135

LEMBAR KERJA 7

Pada skala 1-10, 1 menunjukkan masalah besar dan 10 tidak ada masalah, hari ini
masalah saya berada pada skala:

10
9
8
7
6
5
4
3
2
1

Sesi I

Usaha yang telah saya lakukan hingga berada pada posisi saya sekarang ini adalah:

1. ________________________________________________________________________
2. ________________________________________________________________________
3. ________________________________________________________________________
4. ________________________________________________________________________
5. ________________________________________________________________________
136

Beberapa hari kedepan saya ingin berada di posisi ____. Agar posisi ini dapat saya capai maka
langkah-langkah konkrit yang akan saya lakukan adalah:

1. __________________________________________________________________________
2. __________________________________________________________________________
3. __________________________________________________________________________
4. __________________________________________________________________________
5. __________________________________________________________________________

Sesi II

Hari ini saya telah berada di posisi ____. Posisi ini lebih baik dari beberapa hari yang lalu.
Agar saya bisa benar-benar dapat mencapai posisi 10 maka hal yang akan saya lakukan
adalah:
1. ________________________________________________________________________
2. ________________________________________________________________________
3. ________________________________________________________________________
4. ________________________________________________________________________
5. ________________________________________________________________________

Sesi III

Hari ini saya telah berada di posisi ____. Posisi ini jauh lebih baik dari beberapa hari yang lalu.
Agar saya bisa benar-benar dapat mencapai posisi 10 maka hal yang akan saya lakukan adalah:

1. __________________________________________________________________________
2. __________________________________________________________________________
3. __________________________________________________________________________
4. __________________________________________________________________________
5. __________________________________________________________________________
137

Sesi IV

Hari ini saya telah berada di posisi ____. Posisi ini jauh lebih baik dari beberapa hari yang lalu.
Agar saya bisa benar-benar dapat mencapai posisi 10 maka hal yang akan saya lakukan adalah:

1. ___________________________________________________________________________
2. ___________________________________________________________________________
3. ___________________________________________________________________________
4. ___________________________________________________________________________
5. ___________________________________________________________________________
138

LEMBAR KERJA 8

Saya telah membuat tujuan yang ingin saya capai. Beberapa hari ke depan saya akan
mencatat beberapa tindakan saya yang dapat membuat saya mencapai tujuan tersebut.

___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
139

LEMBAR KERJA 9

Setelah saya mengikuti seluruh proses konseling ini saya telah banyak mengalami
perubahan. Perubahan itu adalah:

____________________________________________________________
____________________________________________________________
____________________________________________________________
____________________________________________________________
____________________________________________________________
____________________________________________________________
____________________________________________________________
____________________________________________________________
____________________________________________________________
____________________________________________________________
____________________________________________________________
____________________________________________________________
____________________________________________________________
____________________________________________________________
____________________________________________________________
____________________________________________________________
____________________________________________________________
____________________________________________________________
____________________________________________________________
____________________________________________________________
____________________________________________________________
____________________________________
140

LEMBAR KERJA 10

Jika saya menemui masalah lagi dalam belajar maka saya akan menggunakan beberapa
strategi yang telah saya dapatkan dalam konseling ini. Strategi tersebut adalah:

________________________________________________________
________________________________________________________
________________________________________________________
________________________________________________________
________________________________________________________
________________________________________________________
________________________________________________________
________________________________________________________
________________________________________________________
________________________________________________________
________________________________________________________
________________________________________________________
________________________________________________________
________________________________________________________
________________________________________________________
________________________________________________________
________________________________________________________
________________________________________________________
________________________________________________________
________________________________________________________
________________________________________________________
________________________________________________________
________________________________________________________
________
141

LEMBAR KERJA 11

Ketika keadaan kembali mulai memburuk maka saya dapat melihat tanda-tandanya dan
akan menggunakan strategi yang pernah saya lakukan dalam konseling ini. Tanda-tanda
bahwa keadaan mulai memburuk yaitu:

__________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________
142

BIODATA PENULIS

Suciani Latif, S.Pd, M.Pd bekerja sebagai dosen Program Studi


Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB) jurusan Bimbingan dan
Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri
Makassar (UNM) pada Desember tahun 2008. Penulis lahir di salah
satu kota kecil di Sul-Sel yaitu Sidrap pada tanggal 24 April 1982.
Sebelumnya penulis pernah bekerja sebagai konselor selama
3,5 tahun pada tingkat SMP dan SMA di Sekolah Islam Athirah.
Penulis pernah menjabat sebagai Kepala Laboratorium tahun 2015
dan terlibat dalam proyek kerjasama International Labour Organization (ILO-EAST)-PPB
FIP UNM sebagai Assistant Manager dalam rangka program Supporting the Access
of in- school and out-of-school Youth to Work World by Improving the Quality of Career
and Education Counselling Services. Penulis tertarik pada bidang konseling post-modern,
konseling multibudaya, kecerdasan budaya. Selain itu, Penulis juga masuk dalam ABKIN
Daerah Sul-Sel sebagai Anggota.

Untuk memberikan umpan balik dari panduan ini, hubungi penulis di email
suciani.latif@unm.ac.id atau suci.bkunm@gmail.com
143

BIODATA PENULIS

Dr. M. Ramli, M.A. bekerja sebagai dosen Psikologi Pendidikan dan


Bimbingan (PPB) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) di Universitas Negeri
Malang (UM Malang) sejak 1987. Penulis lahir Sumenep, 10 Maret
1962. Penulis tertarik di bidang konseling post-modern, konseling
humanistik dan konseling realitas. Penulis telah banyak menghasilkan
karya tulis baik pada tingkat nasional maupun internasional dalam
bidang Bimbingan dan konseling terutama pada Konseling Singkat
Berfokus Solusi. Penulis juga memiliki karya yang telah mendapatkan HKI dengan judul
Cybercounseling kognitif Behavioral: Panduan Bagi Helper Profesional. Selain itu,
penulis telah mendapatkan penghargaan Satyalancana Karya Satya XXX Tahun dari
presiden RI pada tahun 2017.

Untuk memberikan umpan balik dari panduan ini, hubungi penulis di email
m.ramli25@yahoo.com atau m.ramli.fip@um.ac.id
146

BIODATA PENULIS
Prof. Dr. Nur Hidayah, M.Pd bekerja sebagai dosen dan Guru Besar
Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB) Fakultas Ilmu Pendidikan
(FIP) di Universitas Negeri Malang (UM Malang) sejak 1983.
Jabatan sebagai Koordinator Prodi S2 BK dan S3 BK Pascasarjana
UM. Penulis lahir di Gresik, 17 Agustus 1959. Penulis tertarik di
bidang konseling dan asesmen. Penulis telah memiliki banyak
karya tulis di bidang bimbingan dan konseling baik pada
tingkat nasional maupun internasional. Penulis telah memiliki HKI
dengan judul Cybercounseling Cognitive-Behavioral: Panduan Bagi Helper Profesional
dan Siberkonseling Realita Berbasis Android Untuk Meningkatkan Kejujuran Akademik
Siswa SMA pada tahun 2017. Selain itu, Penulis juga telah menerima penghargaan
berupa Satyalancana Karya Satya XX Tahun dan Satyalancana Karya Satya XXX Tahun
dari Presiden RI pada tahun 2010 dan 2015, Award FIP-JIP 2017 sebagai dosen
produktif dalam penelitian dan pembelajaran, Dosen berprestasi II Universitas Negeri
Malang 2017.

Untuk memberikan umpan balik dari panduan ini, hubungi penulis di email
nur.hidayah.fip@um.ac.id
147

SINOPSIS
Buku ini merupakan panduan Konseling Singkat Berfokus Solusi (KSBS) atau
biasa dikenal dengan Solution Focused Brief Counseling (SFBC). Tujuan
Konseling Singkat Berfokus Solusi adalah membantu konseli membangun,
merancang dan mengkonstruksikan solusi-solusi atas masalah yang
dihadapinya dengan melakukan langkah-langkah yang lebih positif, kongret,
spesifik, dalam kontrol konseli serta dalam bahasa konseli.

Konten dari buku terdiri dari tiga bagian:

 Bagian I: Tinjauan Konseling Singkat Berfokus Solusi dan Self-Regulated


Learning
 Bagian II: Teknik-Teknik Konseling Singkat Berfokus Solusi
 Bagian III: Praktik menggunakan Konseling Singkat Berfokus Solusi
Buku ini dirancang bagi para konselor sebagai pedoman dalam
menggunakan konseling singkat berfokus solusi guna membantu
meningkatkan Self-Regulated Learning (SRL) siswa di sekolah.

Anda mungkin juga menyukai