Anda di halaman 1dari 10

Tahapan konseling kelompok SFBC

Assalamualaikum wr.wb
Selamat siang anak-anak sekalian
Bagaimana kabarnya hari ini
Sebelumnya ibu mengucapkan terimakasih kepada rekan-rekan sekalian yang
sudah menyempatkan waktu, tenaga dan kuotanya untuk mengikuti kegiatan
pada hari ini
Alhamdulillah pada hari ini kita dapat melakukan kegiatan konseling kelompok ini
dalam keadaan sehat walafiat meski secara virtual kita harus tetap semangat
untuk mengikuti kegiatan pada hari ini sampai akhir
Nah sebelumnya ada yang tau tidak konseling kelompok itu apa?
Jadi konseling kelompok itu merupakan layanan bk yang memungkinkan peserta
didik memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan masalah
yang dialaminya melalui dinamika kelompok.
Dalam konseling kelompok ini terdapat Asas-Asas yang dipakai yaitu :
a. Asas Kerahasiaan yaitu segala sesuatu yang dibicarakan tidak boleh
disampaikan kepada orang lain, lebih-lebih hal atau keterangan yang tidak boleh
atau tidak layak diketahui orang lain.
b Asas Kesukarelaan yaitu suatu proses bimbingan dan konseling harus
berlangsung atas dasar kesukarelaan, baik dari pihak konseli maupun konselor.
c. Asas keterbukaan yaitu bukan hanya brsedia menerima saran-saran dari dari
anggota kelompok, tapi juga diharapkan masing-masing pihak yang bersangkutan
bersedia membuka diri untuk kepentingan pemecahan masalah individu yang
membutuhkan
d. Asas kegiatan yaitu asas yang merujuk pada pola konseling multi dimensional
yang tidak hanya mengandalkan transaksi verbal antara konseli dengan konseli,
artinya konseli berperan aktif menjalani proses konseling dan aktif pada
pelaksanaan/penerapan hasil-hasil konseling.
Nah maka dari itu rekan-rekan sekalian tidak usah khawatir ketika akan
mengemukakan permasalahan yang sedang dihadapi

Nah sebelum memulai kegiatan konseling kelompoknya kita perkenalan dulu yaa
Nah dimulai dari ibu dulu, perkenalannya seperti ini sebutkan nama dan hoby
Ibu contohkan ya Nama saya Ula Nurfauziah Hoby Membaca Novel
Boleh nih skrng giliran adik-adik dimulai dari siapa dulu nih
Oke semuanya sudah perkenalan ibu ada permainan dulu nih

Kalo yang salah nanti disuruh nyanyi yaa


Baik kita lanjutkan ke kegiatan berikutnya ya
Nah jadi anak-anak kita sebagai manusia pasti mempunyai masalah dan setiap
orang pasti berbeda jenis masalahnya maka dari itu ibu akan melaksanakan
layanan konseling kelompok dengan cara diskusi yang mana nantinya rekan-rekan
disini saling memberikan argumennya masing-masing yah
Nah sebelum kita menuju kegiatan ini kita sepakati terlebih dahulu berapa lama
kita akan melakukan konseling kelompok ini, nah mau berapa menit nih anak-
anak?
Baik sepakat yah semuanya 1x40 menit?
Oke sepertinya terlihat tegang yaa , yuu kita melakukan ice breaking terlebih dahulu

Baik sepertinya sudah bisa fokus yaa smuanya sudah rilex


Nah rekan-rekan sekalian disini kita akan membahas suatu permasalahan yang
memang sedang dihdapi oleh rekan-rekan, disini siapa yang mau memaparkan
mengenai permasalahan yang sedang dihadapinya coba boleh langsung
mengaktifkan microfonnya
Baik ada lagi yang ingin mengungkapkan? Jika tidak kita sepakati terlebih dahulu
apakah setuju dalam konseling kelompok kali ini tema yang kita bhas adalah
konsep diri akademik?
Baik yah kalo setuju , kirakira ada yang tau tidak konsep diri itu apa?
Nah betul apa yang dijelaskan oleh salah satu teman kalian bahwasannya konsep
diri menurut roger adalah konsep diri menggambarkan persepsi individu tentang
dirinya sendiri dan hubungannya dengan objek atau orang lain dalam
lingkungannya. Nah secara sederhananya konsep diri adalah cara pandang kita
terhadap diri sendiri.
Jika konsep diri ini kaitannya dengan masalah belajar kalian, bahwasannya konsep
diri tersebut merupakan konsep diri akademik yang mana Menurut Lent, Brown,
& Gore, sebagaimana dikutip oleh Cokley (2000:149) konsep diri akademik
didefinisikan sebagai sikap, perasaan dan persepsi relatif terhadap suatu
keterampilan intelektual atau akademik.
Nah ketika rekan-rekan sekalian memiliki Konsep diri akademik yang positif, maka
akan mendorong siswa/ rekan-rekan menjadi optimal pada masa belajarnya.
Menurut Shevelson dan Bolus, sebagaimana dikutip oleh Saifullah (2015:251)
siswa yang memiliki konsep diri positif akan mampu melakukan penerimaan diri,
kepercayaan diri, dan penghargaan diri yang berkaitan dengan bidang akademik
yang digeluti di sekolah.
Nah ada yang bisa memberi contoh maksudnya bagaimana?
Ya benar dari apa yang dikatakan oleh .....
Contoh lainnya adalah : dalam hal akademik ketika kita mempunyai konsep diri
yang positif maka ketika kita dalam suatu ulangan, misalkan ulangan matematika
nilai kita tidak memuaskan nah kita akan menerima itu semua dan akan belajar
lebih baik di kemudian harinya agar mendapatkan nilai yang diinginkan, namun
ketika konsep diri akademik kita negatif , nah biasanya akan prustasi dan merasa
sangat kecewa dan mempertanyakan terus kenapa jawaban saya di no sekian
salah padahal rumusnya sudah benar kenapa bisa begtu intinya tidak menerima
hal itu.
Maka dari itu, disini ibu memberikan layanan konseling kelompok menggunakan
pendekatan Solution Focussed Brief Therapy (SFBT) dalam meningkatkan konsep
diri akademik kalian agar ke arah yang positif.
Yang mana pendekatan Solution-Focused Brief Therapy (SFBT) ini berfokus pada
pencarian solusi untuk mengatasi masalah dan melakukan suatu perubahan untuk
bisa menjadi pribadi yang berkembang. Dalam hal ini agar peserta didik/rekan-
rekan memiliki konsep diri yang lebih positif.
Nah baik sekarang ibu akan bertanya kepada kalian semua harus jawab yaa setiap
individunya nah pertanyaan yang pertama yaitu :
1. (rekan-rekan disini ada yang merasa konsep diri akademiknya masih
rendah?)
2. “nah, nak mari kita bersama-sama untuk menemukan solusi sehingga kamu
bisa kembali semangat untuk belajar, nah untuk itu sekiranya hal kecil apa
yang bisa kamu lakukan ?”
3. (baik nah alasan kalian masih merasa konsep dirinya rendah itu apa saja,
atau penyebabnya apa saja ?) boleh dari ... untuk menjawab
4. .(“seandainya kamu memilki nilai yang baik apa yang kamu rasakan ?”)
5. (Nah kira-kira menurut.. apa sih solusi agar konsep diri akademik kita lebih
ke arah yang positif, karenakan ... ketika mendapatkan nikai ujian tidak
memuaskan suka jadi males malesan belajar untuk selanjutnya nah dari
hal itu apa solusinya nih dari diri kamu sendiri sebelum ibu juga
memberikan sedikit sarannya?)
6. (nah ketika kalian mengalami hal itu ada hal lain yang bisa dilakukkan
lagi?)
7. “ wah kamu hebat ternyata kamu sudah mau mencoba untuk mengerjakan
PR tepat pada waktunya”
8. (“Bagaimana perasaanmu bila disemester ini nilai mu meningkat ?”)
9. “pada sekala 0 berarati kamu merasa tidak yakin dengan kemampuanmu
meraih target belajarmu dan 10 kamu sangat yakin bisa mencapai target
belajarmu, sekiranya kamu berada pada angka skala ke berapa ?”)
10.5.(baik jadi setelah melakukan konseling kelompok ini apakah rekan-rekan
semua sudah paham mengenai konsep diri akademiknya? Ketika kita
mendapatkan nilai yang kurang memuaskan tidak akan merasa sangat
kecewa lagi?
Baik jika rekan-rekan sekalian sudah paham mengenai solusi yang akan
nantinya dijadikan patokan ketika konsep diri akademik kalian mulai menurun
dan mampu untuk berusaha meningkatkannya dan ibu meminta kesan pesan
ataupun harapan setelah melakukan konseling kelompok ini boleh dari siapa
dulu ?
Baik ibu berharap dengan kalian mengikuti konseling kelompok dengan
menggunakan pendekatan solution focussed brief therapy ini semoga dapat
meningkatkan konsep diri akademiknya dan mampu mengatasi masalah yang
muncul jika nantinya mengalami hal itu.
Baik dari ibu sudah cukup, Maka dari itu mari kita akhiri kegiatan pada kali ini,
jika masih dirasa ingin melakukan konseling kelompok lanjutan, nanti kita
sepakati kapan akan dilaksanakannya lagi ya.
Terimakasih atas partisipasi dan antensinya, mohon maaf apabila masih
banyak kekurangan ketika ibu menyampaikan, tetap jaga kesehatan dan tetap
mematuhi protokol kesehatannya jangan lupa 3M nya juga wassalamualaikum
wr.wb

Langkah-Langkah Pendekatan Solution-Focused Brief Therapy (SFBT) Tahapan


pendekatan Solution-Focused Brief Therapy (SFBT) agar bisa digunakan dengan
maksimal. Tahapan tersebut menurut Seligman (dalam Mulawarman, 2014:70)
sebagai berikut :
1. Establishing Relationship (Membangun Hubungan Baik), membina
hubungan baik antara konselor dengan konseli untuk berkolaborasi, dengan
menggunakan topik netral sehingga bias membangun kemungkinan-
kemungkinan dan kekuatan konseli untuk mebangun solusi.
1. (rekan-rekan disini ada yang merasa konsep diri akademiknya masih
rendah?)
2. Identifying a solvable complaint (Mengidentifikasi Permasalahan yang Bisa
Ditemukan Solusinya), memberikan pertanyaan kepada konseli sehingga
mengetahui penyebab konsep diri akademiknya menjadi negatif, dan
mengetahui latar belakang konseli sehingga bisa memberikan
kemungkinankemungkinan yang bisa digunakan sebagai solusi untuk
merubah konsep diri akademiknya menjadi positif.
2.(baik nah alasan kalian masih merasa konsep dirinya rendah itu apa saja,
atau penyebabnya apa saja ?) boleh dari ... untuk menjawab
3. Establishing goals (Menetapkan Tujuan), memberikan pertanyaan keajaiban
kepada konseli seperti 3.(“seandainya kamu memilki nilai yang baik apa
yang kamu rasakan ?”) sehingga untuk mengetahui tujuan konseli untuk
meningkatkan konsep diri akademiknya.
4. Designing and Implementing Intervention (Merancang dan Menetapkan
Intervensi), pada tahap ini konseli diberikan intervensi untuk meningkatkan
konsep diri akademiknya, seperti dengan pengecualian situasi apa yang bias
membuat dia bisa menemunkan solusi agar meningkatnya konsep diri
akademiknya dan dijadikan tugas untuk konseli.
4. (Nah kira-kira menurut.. apa sih solusi agar konsep diri akademik kita
lebih ke arah yang positif, karenakan ... ketika mendapatkan nikai ujian
tidak memuaskan suka jadi males malesan belajar untuk selanjutnya nah
dari hal itu apa solusinya nih dari diri kamu sendiri sebelum ibu juga
memberikan sedikit sarannya?)
5. Termination, Evaluation and Follow-up (Pengakhiran, Evaluasi, dan Tindak
Lanjut), pada tahapan ini konselor memberikan pertanyaan berskala untuk
mengetahui peningkatan konsep diri akademik siswa pada saat sebelum dan
setelah konseling. Melakukan perrjanjian konseling kebali jika tujuan
peningkatan konsep diri tersebut masih dirasa perlu.
5.(baik jadi setelah melakukan konseling kelompok ini apakah rekan-rekan
semua sudah paham mengenai konsep diri akademiknya? Ketika kita
mendapatkan nilai yang kurang memuaskan tidak akan merasa sangat
kecewa lagi?
Baik jika seperti itu dicukupkan sekian konseling kelompok pada kali ini,
jika masih dirasa ingin melakukan konseling kelompok lanjutan kita nanti
sepakati kapan akan dilaksanakannya lagi yaa)
Semoga dengan rekan-rekan semua mengikuti kegiatan pada kali ini sudah
mampu untuk menemukan solusi ketika mendapatkan suatu masalah dalam
konsep diri akademiknya dan bahkan sudah mampu meningkatkan konsep
diri akademik yang lebih positif.

Teknik-Teknik Pendekatan Solution-Focused Brief Counseling (SFBC)


Untuk lebih efektif dalam penggunaan pendekatan ini maka perlu suatu treament
untuk membatu konseli dalam mencari solusi atas masalahnya, menurut Corey,
Seligman dan Macdonald, sebagaimana dikutip oleh Mulawarman (2014: 70)
terdapat tiga teknik dasar yaitu Exception-finding questions (Questions discovery
exception), Miracle questions (Question miracle), and Scaling questions
(Questionscale).
1. Exception-finding questions (Questions discovery exception) (Kalimat
Pengecualian), pertanyaa tentang waktu atau keadaan yang yang bias
membuat konseli merasakan terbebas dari masalahnya, dengan demikian
bisa membangun pengecualian yang dilakukan konseli untuk melakukan
perubahan. Seperti pada saat-saat bagaimana konseli bisa untuk nyaman
dalam proses belajar, sehingga untuk meningkatkan konsep diri
akademiknya.
(nah ketika kalian mengalami hal itu ada hal lain yang bisa dilakukkan
lagi?)
2. Miracle questions (Question miracle) (Pertanyaan Keajaiban), pertanyaan
pengandaian pada konseli apabila masalahnya bisa terselesaikan dan apa
yang akan dia lakukan untuk mewujudkan hal tersebut, teknik ini
mendorong untuk mengetahui tujun konseling yang diinginkan oleh konseli.
Seperti (“Bagaimana perasaanmu bila disemester ini nilai mu meningkat ?”)
sehingga mengetuhui tujuan dan menemukan solusi untuk meningkatkan
konsep dirinya dengan memberikan target untuk melakukannya.
3. Scaling questions (Question-scale) (Pertanyaan Berskala), pertanyaan
berskala memungkinkan konseli untuk lebih memperhatikan apa yang
mereka telah lakukan dan bagaimana meraka dapat mengambil langkah yang
akan mengarahkan pada perubahan-perubahan yang mereka inginkan,
sehingga perubahannya bisa diamati. Seperti
( jika dalam ukuran skala misalnya “pada sekala 0 berarati kamu merasa
tidak yakin dengan kemampuanmu meraih target belajarmu dan 10 kamu
sangat yakin bisa mencapai target belajarmu, sekiranya kamu berada pada
angka skala ke berapa ?”)

Menurut Kelly, Kim, dan Franklin (2008:19) menjelaskan beberapa teknik yang
bisa digunakan
pada pendekatan SFBT, sebagai berikut :
1. Compliments Count ( Memberikan Pujian), Pada teknik ini konselor
memberikan suatu pujian kepada konseli tentang kemajuan dan
perubahanperubahan kecil yang telah dilakukan oleh konseli yang sesuai
dengan tujuan konseling, sehingga konseli akan bersemangat untuk
melakukan suatu perubahan-perubahan kembali. Seperti “ wah kamu hebat
ternyata kamu sudah mau mencoba untuk mengerjakan PR tepat pada
waktunya”
2. Coping Questions (Mengatasi Pertanyaan), Pada teknik ini konselor bisa
memberikan pertanyaanpertanyaan kepada konseli untuk berkolaborasi
sehingga konseli bisa mengeksplorasi sehingga bisa mengubah situasi
mereka. Dengan ini pula akan memberikan intensitas emosional pada
konseli dengan demikian bisa membantu konseli untuk menemukan
solusinya sendiri.Seperti “nah, nak mari kita bersama-sama untuk
menemukan solusi sehingga kamu bisa kembali semangat untuk belajar, nah
untuk itu sekiranya hal kecil apa yang bisa kamu lakukan ?”

Dalam pelaksanaan pendekatan ini tentunya ada beberapa tujuan, maka


demikian tujuan dari pendekatan ini. Menurut west, Bubenzer, Smith, dan
Hamm (dalam Glading, 2015:285) dan Palmer (2011:556) yaitu (1)
mengidentifikasi dan memanfaatkan sepenuhnya kekuatan dan kopetensi yang
dibawa oleh klien. Seperti menetahui tentang sebab konsep diri akademiknya
menjadi negatif, (2) Menyadari pengecualian di dalam dirinya pada saat ia
bermasalah, seperti menyadarkan bahwa dirinya memiliki suatu perbedaan
untuk merubah konsep dirinya yang negatif, (3) mengarahkan klien pada solusi
terhadap sitiasi pengecualian tersebut, sehingga konseli dalam situasi tertentu
bisa menemukan solusi untuk meningkatkan konsep dirinya, dan (4) menolong
klien berfokus pada hal-hal yang jelas dan spesifik untuk meningkatkan konsep
dirinya.

Anda mungkin juga menyukai