Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

TEKNIK PARADOXICAL INTENTION

(Tugas Kelompok 5)

Lokal A2

Anggota Kelompok :

1. Sofia Nurul Izza (1940606041)


2. Stefani Junita (1940606043)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat-Nya, sehingga “Makalah tentang Menggali Sumber Historis,
Sosiologis, dan Politis Integrasi Nasional di Indonesia” dapat kami selesaikan. Tidak
lupa pula kami panjatkan shalawat serta salam kepada junjungan dan penuntun kita
Nabi Muhammad SAW.
Dalam penyusunan makalah ini, disadari bahwa masih terdapat kekurangan
karena. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat saya
harapkan. Walaupun demikian, saya tetap berharap makalah ini dapat memberikan
manfaat.

Tarakan, 08 Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................1
C. Tujuan.........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Asal Muasal Teknik Paradoxical Intention...............................................2
B. Cara Mengimplementasikan Teknik Paradoxical Intention......................3
C. Variasi-variasi Teknik Paradoxical Intention...........................................4
D. Contoh-contoh Teknik Paradoxical Intention...........................................4
E. Kegunaan dan Evaluasi Teknik Paradoxical Intention.............................5

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan................................................................................................6
B. Saran..........................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Paradoxical intention merupakan salah satu teknik yang digunakan dalam
psikoterasi logoteraphy. Terapi ini diinisiasi oleh seorang praktisi kesehatan jiwa dan
juga penyintas holocaust Viktor Frankl.
Teknik paradoxical intention dipopulerkan oleh Viktor Frankl yang
dilatarbelakangi oleh pencarian makna hidup. Frankl (1984) mengatakan bahwa teknik
ini dilakukan dengan meminta klien untuk melakukan sesuatu yang tidak dinginkannya.
Erford (2014) mempertegas bahawa teknik ini mengarahkan konseli untuk melakukan
sesuatu yang tidak sesuai dengan tindakan yang dilakukan konseli.
Paradoxical intention dilakukan dengan cara menekankan emosi (tidak nyaman)
yang dialami oleh klien, agar klien tersebut sadar bahwa reaksi yang ditimbulkan oleh
emosinya tersebut tidak rasional. Jadi paradoxical intention justru dapat menguatkan
emosi tersebut bukan malah menghilangkannya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana asal muasal teknik paradoxical intention?
2. Bagaimana cara mengimplementasikan teknik paradoxical intention?
3. Apa saja variasi-variasi teknik paradoxical intention?
4. Bagaimana contoh-contoh dari teknik paradoxical intention?
5. Bagaimana kegunaan dan evaluasi teknik paradoxical intention?

C. TUJUAN
1. Mengetahui dan memahami asal muasal teknik paradoxical intention
2. Mengetahui dan memahami cara mengimplementasikan teknik paradoxical
intention
3. Mengetahui dan memahami variasi-variasi teknik paradoxical intention
4. Mengatahui dan memahami teknik paradoxical intention
5. Mengetahui dan memahami teknik paradoxical intention

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. ASAL MUASAL TEKNIK PARADOXICAL INTENTION


Viktor Frankl (2006) yang dihargai untuk mengembangkan teknik
ini,mengungkapkan Paradoxical intention merupakan sebagai pendorong klien untuk
mengikhtiarkan apa yang mereka hindari, menganut apa yang mereka lawan, dan
mengganti ketakutannya dengan harapan. Milton Erickson dan Jay Haley juga dihargai
secara luas untuk pengembangan dan aplikasi teknik paradoxical intention, khususnya
ketika digunakan dalam terapi keluarga strategis. Dengan teknik ini, klien
diperintahkan untuk melebih-lebihkan gejalanya.
Paradoxical intention benar-benar suatu teknik elektik karena tidak terikat dengan
salah satu pendekatan teoretis apapun. Teknik ini digunakan oleh beragam orientasi
teoretis, termasuk terapi keluarga sistematik, terapi eksistensial, terapi realitas, analisi
transaksional, dan psikologi individual atau Adlerian (M.E. Young, 2013). Ada
beberapa tipe Paradoxical intention yang berbeda, termasuk symplom prescription
(preskripsi gejala atau penjadwalan gejala), restraining, dan reframing. symplom
prescription melibatkan suatu arahan terapeutik bagi klien untuk meneruskan perilaku
simtomatisnya.
Latar belakang pemikiran dibalik Paradoxical intention adalah kebanyakan
masalah lebih bersifat emosional daripada logis (Hackney & Cormier, 2012). Klien
menjadi terlibat dalam siklus dengan ketakutann yang memicu gejala-gejala yang pada
gilirannya menambah ketakutan (Seligman & Reichenberg, 2013). Dengan mendorong
klien untuk melakukan atau menginginkan sesuatu yang paling mereka takutkan, klien
akan mengalami perubahan sikap terhadap gejala.
Paradoxical intention membantu klien menyadari bagaimana mereka berperilaku
dalam situasi tertentu dan tanggung jawab mereka atas perilaku itu (Corey, 2015).
Teknik-teknik paradoksikal ini sering kali menempatkan klien dalam situasi dilematis
ketika diminta melebih-lebihkan perilaku problematisnya. Jika klien menerima arahan
konselor profesional, berarti dia menunjukan kontrol atas gejalanya. Dilain pihak, jika
klien memilih untuk menolak arahan itu dan mengurangi perilaku simtomatisnya, hal
itu bukan sekadar dibawah kendali tetapi dihilangkan sama sekali.
Tujuan dari Paradoxical intention ini adalah untuk membantu klien mencapai titik
dimana mereka tidak lagi melawan gejala-gejalanya, namun sebaliknya justru melebih-
2
lebihkan, akhirnya gejala-gejalanya akan terus menurun sampai klien tidak lagi
terganggu olehnya.

B. CARA MENGIMPLEMENTASIKAN TEKNIK PARADOXICAL INTENTION


Paradoxical intention biasanya tidak digunakan sampai metode-metode yang lebih
konvensional telah dicobakan (Corey, 2015). Prosedur ini harusnya digunakan dengan
hati-hati dan dibawah pengawasan sampai konselor benar-benar menjadi mahir dalam
penggunaannya. Sifat tidak logis dan kebaruan teknik Paradoxical intention dapat
digunakan untuk menciptakan motivasi pada seseorang klien yang kehilangan semangat
(M.E. Young, 2013). Sebelum menggunakan sebuah arahan paradoksikal, konselor
professional seharusnya menanyakan pertanyaan-pertanyaan berikut kepada dirinya
sendiri untuk menentukan apakah teknik ini tepat untuk digunakan:
1. Sudahkah saya membangun hubungan kepercayaan yang kuat antara diri saya
sendiri dan klien?
2. Akankah penggunaan paradox mempunyai efek boomerang dimana klien merasa
diperdayakan sehingga semakin resisten?
3. Bagaimana klien merespon penggunaan teknik-teknik lain yang pernah
dicobakan?
4. Apakah saya merasa jelas tentang apa yang saya harapkan untuk dicapai dan
apakah saya akan beraksi terhadap prosedur ini (Corey, 2015, hlm. 386)

Setelah menentukan bahwa Paradoxical intention dapat digunakan, konselor


professional seharusnya memastikan bahwa perilaku tertentu yang tidak semestinya
teridentifikasi. Kemudian konselor professional harus meyakinkan klien untuk
menghasilkan perilaku itu degan cara yang dilebih-lebihkan. Terakhir, konselor
profesional dapat menyuntikkan humor kedalam situasinya selama klien terlibat dalam
perilaku tersebut. Teknik ini memungkinkan klien untuk melepaskan diri dari
masalahnya dengan menertawakannya. Langkah-langkah ini seharusnya diulangi
sampai perilaku tidak semestinya itu diminimalkan. Disamping itu, kadang-kadang
membantu untuk menahan ekspresi gejala selama beberapa hari, waktu, atau situasi
tertentu.

Jay Haley, yang menggunakan paradox dalam pendekatan terapi keluarga


strategisnya yang termasyur, menggariskan delapan faset spesifik Paradoxical
intention:
3
1. Membangun hubungan dengan klien
2. Mendefinisikan masalah
3. Menetapkan tujuan
4. Menawarakan suatu rencana
5. Mendiskualifikasi otoritas atas masalahnya saat ini
6. Memberikan pengarahan Paradoxical intention
7. Mengamati respons klien terhadap pengarahan dan dorongan terus-menerus yang
diberikan kepadanya
8. Menghindari mengakui kemajuan yang terjadi

C. VARIASI-VARIASI TEKNIK PARADOXICAL INTENTION


Relapse technique serupa dengan Paradoxical intention yang lainnya, yaitu
symptom prescription. Dalam variasi teknik ini, konselor professional memerintahkan
klien untuk kembali ke perilaku sebelumnya setelah masalahnya diatasi (Corsini, 1982).
Teknik relaps (kambuh) dapat membantu klien menyadari ketidakefisiensienan atau
ketololan perilaku mereka sebelumnya. Teknik ini juga mencegah kambuh diluar
kehendak karena klien sering kali tidak dapat menciptakan-ulang perilaku lamanya
tanpa tertawa atau merasa tolol.

D. CONTOH-CONTOH TEKNIK PARADOXICAL INTENTION


1. Kesulitan untuk tidur
Pada masalah ini, dibandingkan berusaha keras untuk tidur atau menutup mata,
maka berdasarkan teknik paradoxical intention, klien dapat merubah niatnya
menjadi ingin begadang dan meniatkan untuk terus membuka mata. Hasilnya, klien
akan semakin mengantuk dan kemudian tidur lebih awal dari biasanya.

2. Fobia hewan
Laras merupakan remaja berusia 17 tahun yang mempunyai fobia terhadap laba-
laba. Awal mula fobia laras adalah ketika ia berusia 6 tahun, ia sedang duduk
dibawah pohon rindang dan setelah itu seekor laba-laba yang berada dipohon jatuh
tepat diatas tangannya. Ia kaget dan langsung menghampiri ibunya sambil menangis
histeris. Setelah kejadian itu, setiap kali ia melihat laba-laba, ia akan menjerit
histeris dan menghindari tempat laba-laba tersebut berada.

4
Pada teknik paradoxical intention, konselor bertugas membuat sikap laras dari takut
menjadi akrab pada hal yang ia takuti. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah,
laras bisa mengajak laba-laba tersebut bercanda untuk menurunkan kadar
kecemasannya. Tahap ini harus dilakukan bertahap dan rutin hingga kecemasan
pada laras dapat berkurang ataupun dapat hilang.

E. KEGUNAAN DAN EVALUASI TEKNIK PARADOXICAL INTENTION


Paradoxical Intention dapat digunakan dalam beragam presenting problem, tetapi
seharusnya digunakan dengan hati-hati dan dibawah konselor profesional sehingga
mahir dalam penggunaanya. Teknik ini terutama berguna untuk klien-klien yang
terlibat dalam pola perilaku repetitif yang tampak diluar kesengajaan atau otomatis
(M.E. Young, 2013). Paradoxical intention mungkin juga berguna untuk klien yang
perilaku problematiknya adalah sarana untuk mendapatkan perhatian dari orang lain
(Doyle, 1998). Paradoxical intention telah digunakan untuk menangani gangguan
kecemasan, agorafobia, insomnia, kenakalan remaja, stres, depresi, suka menunda-
nunda, perilaku disruptif, temper tantrum, obsesi, kompulsi, reaksi fobia, tics, menahan
buang air kecil, dan terbata-bata (Corey, 2015; DeBord, 1989; Lamb, 1980; Kraft et al.,
1985). Paradoxical intention telah banyak diteliti sebagai aplikasi untuk penanganan
insomnia dan telah berulang kali diverifikasi sebagai suatu pendekatan penanganan
yang efektif.
Paradoxical intention dihargai karena memungkinkan pengurangan dengan cepat
dan menghilangkan gejala (Lamb,1989). Kebanyakan klien merespons dalam 4-12 sesi.
Berdasarkan tinjauan DeBord mengenai penelitian paradoxical intention, terdapat 92%
penelitian yang menghasilkan hasil-hasil positif. Selain itu sebuah tinjauan yang
dilaksanakan oleh Fabry (2010) menemukan hasil-hasil positif pada 18 dari 19
penelitian yang melibatkan paradoxical intention, semuanya tanpa efek negatif yang
dilaporkan oleh partisipan penelitian.

5
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Paradoxical intention merupakan salah satu teknik yang digunakan dalam
psikoterasi logoteraphy. Terapi ini diinisiasi oleh seorang praktisi kesehatan jiwa dan
juga penyintas holocaust Viktor Frankl.
Teknik paradoxical intention dipopulerkan oleh Viktor Frankl yang
dilatarbelakangi oleh pencarian makna hidup. Frankl (1984) mengatakan bahwa teknik
ini dilakukan dengan meminta klien untuk melakukan sesuatu yang tidak dinginkannya.
Erford (2014) mempertegas bahawa teknik ini mengarahkan konseli untuk melakukan
sesuatu yang tidak sesuai dengan tindakan yang dilakukan konseli.
Relapse technique serupa dengan Paradoxical intention yang lainnya, yaitu
symptom prescription. Dalam variasi teknik ini, konselor professional memerintahkan
klien untuk kembali ke perilaku sebelumnya setelah masalahnya diatasi (Corsini, 1982).
Paradoxical intention dihargai karena memungkinkan pengurangan dengan cepat
dan menghilangkan gejala (Lamb,1989). Kebanyakan klien merespons dalam 4-12 sesi.
Berdasarkan tinjauan DeBord mengenai penelitian paradoxical intention, terdapat 92%
penelitian yang menghasilkan hasil-hasil positif. Selain itu sebuah tinjauan yang
dilaksanakan oleh Fabry (2010) menemukan hasil-hasil positif pada 18 dari 19
penelitian yang melibatkan paradoxical intention, semuanya tanpa efek negatif yang
dilaporkan oleh partisipan penelitian.

B. SARAN
Dalam hal ini, saran dari penulis mengenai teknik paradoxical intention,
diharapkan teknik ini dapat digunakan, dan juga dikembangkan lebih baik lagi. Dan
apabila ada permasalahan yang dapat ditangani dengan teknik ini, maka sebaiknya
dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ada agar tujuan konseling tercapai.

6
DAFTAR PUSTAKA

Erford, B. T. (2017). 40 Teknik yang Harus Diketahui Setiap Konselor Edisi Kedua.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Maba, A. P. (2017). Paradoxical Intervention dalam Bimbingan dan Konseling untuk


Mengatasi Kecemasan. Jurnal Ilmiah Counselia, Vol. 7 No. 2

Anda mungkin juga menyukai