Anda di halaman 1dari 23

PERKEMBANGAN ANAK

DAN IMPLIKASINYA DALAM KONSELING


KONSEP UMUM
Pada bagian ini akan dibahas (1) Klasifikasi Teori Konseling, (2)
Pendekatan Konseling yang Efektif, (3) Faktor yang
Mempengaruhi Efektivitas Konseling; (4) Menciptakan Hubungan
Konseling yang Efektif; (5) Perkembangan Anak – Kognitif,
Bahasa, Sosial, dan Moral; dan (6) Area Masalah dalam Konseling
Klasifikasi Teori Konseling
Teori konseling diklasifikasikan dalam 3 kelompok berdasarkan pada fokus layanan yang
diberikan konselor. Pemahaman terhadap 3 kelompok teori konseling akan membantu konselor
dalam memberikan layanan konseling kepada anak menggunakan metode konseling yang
tepat.

01 02 03
Cognitive (Thinking)
Afektif (Feeling) Behavior (Behaving) Rational-Emotive Behavior
Therapy, Cognitive Behavior
Person Centered Behavior Counseling, Therapy, Psycoanalitic
Counseling, Gestalt Reality Therapy, Brief Counseling, Transactional
Therapy Counseling, Individual Analysis, Family Therapy,
Psychologi Consultation, Colaboration,
dan Teamwork
Pendekatan Konseling yang Efektif

 Pendekatan konseling secara garis besar


dibedakan menjadi 4, yaitu: kognitif, perilaku,
afektif, dan kombinasi dari ketiganya yang
kemudian lebih dikenal dengan istilah eklektif
atau integratif.
 Berdasarkan pada studi komparasi yang telah
dilakukan, tidak ada pendekatan yang lebih
efektif dibandingkan dengan yang lain.
 Semua memiliki tingkat efektivitas berdasarkan
pada konseli yang dilayani dan masalahnya.
 Faktanya, Sexton (2011) menjelaskan bahwa
banyak faktor yang mempengaruhi keefektifan
pelaksanaan layanan konseling.
Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Konseling

01 02 03
Faktor Dukungan Faktor Faktor Tindakan
Pembelajaran

Meliputi hubungan Meliputi


yang positif dengan pengalaman mimik wajah,
konselor, terkait emosi, bahasa tubuh,
kehangatan, empati, afektif, dan komunikasi
dan kepercayaan masalah nonverbal

Dengan memahami ketiga faktor yang dapat mempengaruhi keefektifan konseling


tersebut, konselor dapat meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan dan
menggunakan pengetahuan mengenai teori/pendekatan konseling secara bijak
Menciptakan Hubungan
Konseling yang Efektif

01 Pemahaman terhadap 03 Penggunaan contoh 05 Pengetahuan


tahap perkembangan konkret, interpretasi mengenai ingatan
kognitif dan emosi peran yang jelas, dan dan harapan dari
anak penjelasan mengenai anak mungkin
konsekuensi terdistorsi

02 Pemahaman terhadap 04 Kejelasan anak 06


pemberian informasi tentang waktu, Kenyataan bahwa
yang sesuai untuk jumlah, dan frekuensi anak sering
anak kehilangan kontrol
pada banyak aspek
Perkembangan Kognitif Anak

Sensorimotorik (0 – 2 Tahun)
Pengetahuan bayi tentang dunia
terbatas pada persepsi yang diperoleh
dari indera dan kegiatan motoriknya
01 Operasional Formal (12+ Tahun)
Mampu berfikir abstrak, idealis, dan
logis. Pemikiran ini tampak lebih jelas
Praoperasional (2 – 7 Tahun) dalam pemecahan problem verbal.
Pemikiran pada tahap ini terbagi 02 04 Pemikiran ini mendorong anak untuk
menjadi dua sub-tahap, yaitu simbolik berfikir spekulatif dan memiliki fantasi
dan intuitif. Sub-tahap simbolik anak
mulai mampu mempresentasikan
objek yang tidak nampak (muncul
egoisme dan animisme). Sub-tahap
03
intuitif anak mengetahui tanpa
Operasional Konkret (7 – 11 Tahun)
menggunakan pemikiran rasional
(menggunakan penalaran primitif) Mampu bernalar secara logis tapi masih dalam
bentuk benda konkret, sudah tidak berfikir intuitif
namun belum dapat memecahkan masalah abstrak
Perkembangan Bahasa Anak
Pralinguistik (0,3 – 1 Tahun) Perkembangan Tata Bahasa (2 – 5 Tahun)
01 Disebut juga tahap meraban, anak 04 Anak mulai mengembangkan sejumlah
mulai mengeluarkan ocehan tipe kata, ucapan semakin kompleks

Halofrastik (1 – 1,8 Tahun) Tata Bahasa Menjelang Dewasa (5 – 10 Tahun)


02 Atau disebut tahap kalimat satu kata. Satu 05 Anak mengembangkan struktur bahasa yang lebih
kata dianggap sebagai kalimat penuh rumit, mampu menggabungkan kalimat sederhana

Kalimat Dua Kata (1,8 – 2 Tahun) Kompetensi Lengkap (11+ Tahun)


03 Anak mulai dapat menggabungkan 06 Perbendaharaan kata terus meningkat,
dua kata untuk berkomunikasi keterampilan dan perfomansi tata bahasa terus
berkembang
TAHAP PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL

Bayi (Tahun Pertama)


Kepercayaan vs Ketidakpercaya Membutuhkan pengasuhan yan
an g hangat dan bersahabat

Masa Bayi (Tahun Kedua)


Otonomi vs Malu dan Ragu-rag Bayi mulai menyadari kehendaknya sendiri,
u menegaskan independensi

Kanak2 Awal (3-5 Tahun)


Inisiatif vs Rasa Bersalah Anak mulai memiliki perasaan bersala
h tatkala ia tidak bertanggungjawab

Usia 6-11 Tahun


Masa penuh energi dan semanga
Upaya vs Inferioritas t untuk berkembang
PERKEMBANGAN MORAL

Jean Piaget
• Tahap perkembangan moral dimulai saat individ
u
berusia 6 tahun, yaitu masa transisi dari berpikir
praoperasional menuju operasional konkret.
• Sebelum berusia 6 tahun, individu belum
memahami tentang aturan, nilai, norma, dll.
• Pada usia antara 6-10 tahun, individu sudah mul
ai
mengetahui adanya aturan, namun belum secar
a
konsisten mengikutinya.
Area Masalah dalam Konseling Anak

BASIC - ID HELPING

• B – Behavior (berkelahi, prokrastinasi, mencuri, • H – Health (sakit yang berkaitan


dst) dengan fisik)
• A – Affect (ekspresi kemarahan, kecemasan, pobia, • E – Emotion (kecemasan,
depresi, dst) kemarahan, terpukul)
• S – Sensation/School (sakit kepala, sakit perut, • L – Learning (kegagalan,
dst) kedangkalan)
• I – Imagery (mimpi buruk, rendah diri, perasaan • P – Personal Relationship
selalu ditolak, dst) (hubungan remaja dan sebaya)
• C – Cognition (pikiran irasional, kesulitan • I – Imagery (rendah diri dan kesulitan
menentukan tujuan, masalah pengambilan melakukan coping)
keputusan, kesulitan memecahkan masalah, dst) • N – Need to Know (kekurangan
• I – Interpersonal Relationship (ada konflik dengan informasi, selalu merasa bersalah)
teman, masalah keluarga, dst) • G – Guidance (masalah perilaku dan
• D – Drugs/Diet (hiperaktif, kesulitan mengontrol motivasi)
berat badan, kecanduan obat, dst)
WAWANCARA
Wawancara dalam konseling anak perlu memperhatikan dan
mempertimbangkan beberapa hal, meliputi: : (1) Menyiapkan
Wawancara; (2) Menyampaikan Tujuan dan Membangun
Keterlibatan; (3) Sikap Resisten Anak dalam Konseling; (4) Indikator
Sikap Resisten Anak; dan (5) Cara Menghadapi Resisten Anak
Menyiapkan Wawancara
Konselor efektif dapat menciptakan suasana konseling yang nyaman dengan
01 membangun hubungan baik (mengkondisikan tampilan dan lingkungan)

Perabotan dalam ruang konseling harus membuat konseli nyaman, seperti pemilihan
02 jenis tempat duduk, penyediaan karpet, boneka, bantal lantai, dan permainan lainnya

Tampilan konselor perlu diperhatikan agar tidak terlalu mencolok dan menyebabkan
03 anak alih fokus, seperti warna pakaian, perhiasan, dan atribut lain yang digunakan

Perhatian anak akan sering teralihkan/fokusnya terganggu dengan beberapa hal


04 seperti warna yang mencolok, lalu lalang, suara detik jam, kebisingan, dst

Konselor menjadi model yang tepat waktu. Keterlambatan akan memicu munculnya
05 kegelisahan, amarah, dan kelelahan karena anak tidak suka menunggu

Konselor “PRIMA”, konselor tidak dibenarkan melakukan konseling ketika dirinya


06 tidak mampu mengelola emosi dan/atau pikiran atau sedang mengalami kecemasan
Tugas utama konselor pada awal sesi konseling adalah membangun
1 keterlibatan, salah satunya dengan menunjukkan sikap ramah dan PD

Menyampaikan Tuj 2
Konselor dapat memulai dengan suasana yang santai, misalnya
menanyakan nama panggilan. Anak dapat didampingi oleh orang tua

uan dan Membang Konselor juga dapat menyediakan camilan, membacakan cerita favorit,
3
un Keterlibatan bermain, dan berbagai hal yang disukai untuk masuk ke dunia anak

Konselor juga dapat memberikan informasi tentang apa dan bagaimana


4 konseling dengan bahasa sederhana dan mudah dipahami

Semua yang dilakukan konselor pada tahap awal adalah untuk


5 membangun kepercayaan konseli, agar merasa aman dan dapat terbuka
Sikap Resisten
Anak dalam
Konseling
Konselor yang efektif memahami tentang
ketakutan, kekhawatiran, dan pertanyaan-
pertanyaan anak yang mungkin akan
muncul ketika mereka datang ke ruang
konseling pertama kali. Pada situasi ini,
anak mungkin akan merasa bahwa mereka
telah kehilangan otonomi dan kebebasan
untuk melakukan apa yang disukai dan
ingin dikatakan. Ketika anak tidak dapat
melakukan sesuatu yang mereka inginkan,
kecenderungan respon yang muncul
adalah rasa marah dan perlawanan yang
sulit dikontrol. Anak juga mungkin akan
merasa marah karena jalan yang ditempuh
untuk bertemu dengan konselor dirasa
tidak adil baginya. Sangat mungkin bagi
mereka berpikir bahwa dirinya disalahkan
atas konflik atau masalah yang terjadi di
keluarganya.
Indikator Sikap Resisten Anak

Menolak untuk berbicara, anak tidak mau menceritakan apapun yang penting
Indikator Resisten 01 atau justru berbicara mengenai topik yang tidak relevan

Indikator Resisten 02 Menghindari kontak mata

Indikator Resisten 03 Datang terlambat atau bahkan tidak datang sama sekali

Menunjukkan bahasa tubuh yang negatif atau memberikan komentar


Indikator Resisten 04
yang bermusuhan

Indikator Resisten 05 Menolak untuk bekerjasama, misalnya dengan sembunyi di balik perabot
Cara Menghadapi Resisten Anak

02 Perlu diingat oleh konselor bahwa sikap


resisten merupakan suatu hal yang normal
dan wajar apabila anak bertemu dengan
Selama awal pertemuan, konselor
05
orang baru dan akan mengubah mereka
menjelaskan tentang apa dan bagaiman
a konseling itu dan apa manfaat yang
04 akan diperoleh jika mereka mengikutinya
Waktu yang telah disepakati ditaati dan minimalisir adanya
kemungkinan gangguan dalam bentuk apapun, perhatian k
onselor terpusat pada anak
Ketika anak resisten, konselor membutuhkan
01
kesabaran ekstra dan harus memiliki
tingkat toleransi terhadap frustasi yang tinggi
06
Konselor dapat memiliki kata yang tepat
sesuai dengan tahap perkembangan anak,
yakni: sederhana, mudah dipahami, tidak
03
Memberi anak pilihan dan memberi
menyudutkan, dst ruang atau kebebasan bagi mereka,
seperti memilih tempat duduk,
memilih mainan yang disukai, dst
Tahapan Konseling Anak

Mengakhiri Konseling Mendefinisikan Masalah


0
Konselor mengajak anak meringkas sesi
selama 2 sampai 4 menit, dilanjutkan
1 Konselor perlu memperhatikan 3 poin dasar,
yaitu: masalah, perasaan anak terhadap
dengan menyepakati pertemuan berikutnya
0 0 masalah, dan harapan anak atas masalahnya

6 2
Memperoleh Komitmen Klarifikasi Harapan
Tahapan
Konselor memberi pekerjaan rumah dan Konselor memberi informed concern,
memotivasi anak untuk mencapai Konseling kesepakatan juga dapat diperoleh secara
perubahan. Anak diminta melaporkan hasil kolaboratif. Harapan anak dan orang tua
tindakan mereka kepada konselor 0 0 Perlu diperhitungkan

Eksplorasi Rencana Baru


5 3 Eksplorasi Usaha yang Dilakukan

Secara kolaboratif konselor dan anak 0 Konselor menggunakan pertanyaan terbuka,


mengembangkan alternatif pemecahan
masalah sebanyak mungkin. Setelahnya,
4 mengarahkan anak untuk membuat daftar
usaha yang telah dilakukan, mengevaluasi
masing-masing alternatif dinilai bersama setiap usaha untuk menilai efektivitasnya
Pertanyaan Konselor #1

Etika Rekaman Konseling


Peraturan mengenai proses perekaman telah diatur dan memiliki kekuatan hukum. Rekaman akan sangat membantu proses
konseling dan evaluasinya. Proses perekaman tidak boleh dipaksakan atau dilakukan secara sembunyi-sembunyi, semua atas izin
dan pengetahuan anak. Konselor juga perlu menjelaskan tentang apa dan bagaimana hasil rekaman tersebut nanti akan digunakan

Keterbukaan Diri Konselor


Bahasan tentang keterbukaan diri konselor memang kontroversial. Konselor dapat melakukan pengungkapan diri jika dapat
membantu dan bermanfaat untuk layanan konseling yang diberikan. Melalui keterbukaan diri konselor, harapannya konseli
terstimulus untuk berbagi. Selama pengungkapan diri, konselor juga tidak boleh terlalu larut, artinya harus tetap netral.

Jenis Pertanyaan Konselor


Konselor sebaiknya tidak mudah tergoda untuk sering mengajukan pertanyaan. Konselor dapat menggunakan pertanyaan
terbuka, memberikan restatement atau merefleksikan perasaan anak, kalimat pertanyaan tidak terlalu panjang, sebut nama,
gunakan bahasa yang mudah dipahami anak, susun ulang kalimat yang tidak dipahami anak, hindari pertanyaan urutan
waktu, dan minta anak untuk mengulang pesan untuk klarifikasi pemahaman
Pertanyaan Konselor #2

Penggunaan Teknik Silent


Silent dapat digunakan ketika: (1) anak selepas menceritakan peristiwa yang sangat emosional; (2) memberikan jeda atau istirahat
bagi anak untuk berpikir; (3) kehabisan topik atau isu pembicaraan. Konselor dapat menerapkan teknik silent dalam beberapa
waktu sampai anak siap untuk melanjutkan proses konseling.

Pemberian Saran
Konseling bertujuan untuk membantu anak membuat pilihan yang bertanggungjawab dan menjadi pribadi yang mandiri. Saat
ditekan untuk memberi nasehat, konselor dapat merefleksikan perasaan bahwa anak tidak yakin tentang apa yang harus
dilakukan dan ingin mendapatkan penguatan, kemudian konselor mengajak anak untuk mengeksplorasi alternatif penyelesaiannya

Pemberian Informasi
Informasi berbeda dengan saran atau nasihat. Nasihat seringkali berbantuk sugersti untuk melakukan perilaku atau mengambil
tindakan tertentu. Lain halnya dengan informasi yang berupa fakta atau pengetahuan umum. Dua penyebab utama masalah
adalah kurangnya informasi tentang diri sendiri dan lingkungan. Maka, peran konselor adalah membantu anak menemukan
informasi yang mereka butuhkan untuk menyelesaikan masalah.
Pertanyaan Konselor #3

Fokus Anak selama Konseling


Konselor dapat mengarahkan fokus anak pada sesi konseling dengan menunjukkan sikap attending, memberikan pemahaman
tentang apa dan bagaimana konseling akan berjalan, serta tujuan dan harapan apa yang ingin dicapai melalui kegiatan konseling.
Beberapa keterampilan seperti meringkas (summary), memfokuskan (focusing), dan klarifikasi (clarification) akan membantu

Pembatasan dalam Konseling


Konselor berusaha untuk menahan diri dari menyalahkan, menuduh, dan mengkritik, tetapi tetap berusaha untuk mengajarkan
perilaku yang bertanggung jawab. Tugas konselor adalah membantu anak mengeksplorasi konsekuensi, keuntungan, dan
kerugian dari pilihan mereka dan menemukan metode yang lebih baik untuk menyelesaikan konflik

Kerahasiaan dalam Konseling


Kebanyakan konselor telah diajarkan apa pun yang dikatakan dalam wawancara konseling harus tetap dirahasiakan kecuali
jika ada bahaya bagi anak atau orang lain. Namun demikian, jika konselor terpaksa membagikan data pribadi atau hasil
konseling dengan pihak lain maka harus dikomunikasikan dan atas persetujuan anak
Pertanyaan Konselor #4

Kebenaran Informasi yang Disampaikan Anak


Anak memiliki imajinasi yang tinggi, terkadang mereka berpikir bahwa harus menceritakan kejadian luar biasa untuk menarik
perhatian konselor. Untuk memastikan cerita tersebut imajinasi atau fakta, konselor dapat menanyakan detail lebih lanjut tentang
kejadian yang diceritakan anak. Konselor tidak dibenarkan untuk memberikan pelabelan kepada anak sebagai seorang pembohong
.

Terjadi Pemblokiran oleh Anak


Ketika terjadi pemblokiran selama proses konseling, maka konselor perlu untuk meninjau kembali (evaluasi) catatan dari sesi
sebelumnya guna mengembangkan rencana tentatif untuk proses konseling selanjutnya. Jika anak sama sekali tidak mau
berbicara, teknik terapi bermain (menggambar, game, bermain pasir, dst) dapat digunakan.

Pengakhiran Konseling
Konseling dapat diakhiri jika konselor menemukan beberapa indikator pada anak, yaitu: lebih terbuka, menerima tanggung
jawab atas perasaan dan tindakannya, lebih toleran terhadap diri sendiri dan orang lain, dan lebih mandiri. Konselor dapat
melakukan sounding beberapa waktu sebelum konseling diakhiri. Konselor juga dapat menyampaikan kepada anak tentang
rencana tindak lanjut, misalnya melakukan monitoring melalui telepon atau kunjungan singkat
Terima Kasih
Semoga Bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai