Model-Model Konseling
Dosen pengampu :
Oleh :
Kelompok 2
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu
tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
COVER................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG ...................................................................................... 4
1.2 RUMUSAN MASALAH .................................................................................. 7
1.3 TUJUAN ........................................................................................................... 7
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN KONSELING BEHAVIOR..................................................... 8
2.2 KARAKTERISRIK KONSELING BEHAVIOR.............................................9
2.3 TUJUAN KONSELING BEHAVIOR..............................................................10
2.4 TEKNIK KONSELING BEHAVIOR...............................................................11
2.5 LANGKAH LANGKAH KONSELING BEHAVIOR.....................................13
BAB 3 PENUTUP
A. KESIMPULAN ....................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN
laku manusia?
behavior?
behavior
konseling behaviour
BAB II
PEMBAHASAN
Manusia pada dasarnya tidak berakhlak baik atau buruk, bagus atau jelek.
Manusia mempunyai potensi untuk bertingkah laku baik atau buruk, tepat atau salah
berdasarkan bekal keturunan dan lingkungan (nativisme dan empirisme), terbentuk
pola-pola bertingkah laku yang menjadi ciri-ciri khas kepribadiannya.
1. Manusia mampu untuk berefleksi atas tingkah lakunya sendiri, menangkap apa
yang dilakukannya dan mengatur serta mengontrol perilakunya sendiri.
2. Manusia mampu untuk memperoleh dan membentuk sendiri pola-pola tingkah
laku yang baru melalui suatu proses belajar. Kalau pola-pola lama dahulu
dibentuk melalui belajar, pola-pola itu dapat diganti melalui usaha belajar yang
baru.
3. Manusia dapat mempengaruhi perilaku orang lain dan dirinya dipengaruhi oleh
perilaku orang lain.
2.3 Tujuan Konseling Behavior
Menurut Surya (2003), untuk mencapai tujuan dalam konseling behavior, karakteristik
konselor adalah sebagai berikut:
1. Konselor harus mengutamakan keseluruhan individual yang bertanggung jawab,
yang dapat memenuhi kebutuhannya.
2. Konselor harus kuat, yakin, dia harus dapat menahan tekanan dari permintaan klien
untuk simpati atau membenarkan perilakunya tidak pernah menerima alasan-alasan
dari perilaku irrasional klien.
3. Konselor harus sensitif terhadap kemampuan untuk memahami perilaku orang
lain.
4. Konselor harus dapat bertukar pikiran dengan klien tentang perjuangannya dapat
melihat bahwa seluruh individu dapat melakukan secara bertanggung jawab
termasuk pada saat yang sulit.
Menurut Latipun (2008), teknik yang digunakan dalam konseling behavior adalah
sebagai berikut:
a. Teknik tingkah laku umum
1. Skedul penguatan adalah suatu teknik pemberian penguatan pada klien ketika
tingkah baru selesai dipelajari dimunculkan oleh klien. Penguatan harus
dilakukan secara terus-menerus sampai tingkah laku tersebut terbentuk dalam
diri klien.
2. Shaping adalah teknik terapi yang dilakukan dengan mempelajari tingkah laku
baru secara bertahap. Konselor dapat membagi-bagi tingkah laku yang ingin
dicapai dalam beberapa unit, kemudian mempelajarinya dalam unit-unit kecil.
3. Ekstingsi adalah teknik terapi berupa penghapusan penguatan agar tingkah laku
meladaptif tidak berulang. Ini didasarkan pada pandangan bahwa individu tidak
akan bersedia melakukan sesuatu apabila tidak mendapatkan keuntungan.
b. Teknik-teknik spesifik
Tingkah laku yang bermasalah dalam konseling behavior adalah tingkah laku
yang berlebih (excessive) dan tingkah laku yang kurang (deficit). Contoh tingkah
laku yang berlebihan seperti merokok, terlalu banyak main game dan sering memberi
komentar di kelas. Adapun tingkah laku yang deficit adalah terlambat masuk
sekolah, tidak mengerjakan tugas dan bolos sekolah.
1. Analisis tingkah laku yang bermasalah yang dialami konseli saat ini. Tingkah
laku yang dianalisis adalah tingkah laku yang khusus.
2. Analisis tingkah laku yang didalamnya terjadi masalah konseli. Analisis ini
mencoba untuk mengidentifikasi peristiwa yang mengawali tingkah laku dan
mengikutinya sehubungan dengan masalah konseli.
3. Analisis motivasional.
4. Analisis self kontrol, yaitu tingkatan kontrol diri konseli terhadap tingkah laku
bermasalah ditelusuri atas dasar bagaimana kontrol itu dilatih atas dasar
kejadian-kejadian yang menentukan keberhasilan self kontrol.
5. Analisis hubungan sosial, yaitu orang lain yang dekat dengan kehidupan konseli
diidentifikasi juga hubungannya orang tersebut dengan konseli. Metode yang
digunakan untuk mempertahankan hubungan ini dianalisis juga.
6. Analisis lingkungan fisik-sosial budaya. Analisis ini atas dasar norma-norma dan
keterbatasan lingkungan.
Behavioristik merupakan salah satu pendekatan teoritis dan praktis mengenai model
pengubahan perilaku konseli dalam proses konseling dan psikoterapi. Pendekatan
behavioristik yang memiliki ciri khas pada makna belajar, conditioning yang dirangkai
dengan reinforcement menjadi pola efektif dalam mengubah perilaku konseli. Pandangan
deterministik behavioristik merupakan elemen yang tidak dapat di hilangkan. Namun pada
perkembangan behavioristik kontemporer, pengakuan pada manusia berada pada tingkat yang
lebih tinggi jika dibandingkan dengan awal-awal munculnya teori ini.
Pendekatan behavioristik menekankan pentingnya lingkungan dalam proses
pembentukan perilaku. Pendekatan ini bertujua n untuk menghilangkan tingkah laku salah
suai, tidak sekedar mengganti simptom yang dimanifestasikan dalam tingkah laku tertentu.
Dengan pendekatan behavior, diharapkan konseli memiliki tingkah laku baru yang terbentuk
melalui proses conditioning, hilangnya simptom dan mampu merespon terhadap stimulus
yang dihadapi tanpa menimbulkan masalah baru.
Sesuai dengan namanya maka tujuan konseling behavioral yaitu membantu
menciptakan kondisi dan lingkungan baru agar klien mampu belajar merubah perilakunya
dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapi. Tujuan konseling behavioral berorientasi
pada pengubahan atau modifikasi perilaku konseli
Daftar Pustaka
Corey, Gerald. 1999. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Terjemahan oleh
Hansen, James C. Richard R. Stevic, dan Richard W. Warner, Jr. 1982. Counseling:
Chaplin, J.P. 2002. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafika Persada.
Surya, Mohammad. 2003. Teori Teori Konseling. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.