Anda di halaman 1dari 27

Makalah

TEORI KEPRIBADIAN
ERIC BERNE

Disusun Oleh : KELOMPOK 12

SITTI RAHAYU SRISANTI AM. Keb

NURHAYATI ODE AM. Keb.

PROGRAM STUDI D-IV BIDAN PENDIDIK

FAKULTAS KEBIDANAN

UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR

MAKASAR

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, taufik serta hidayatnya dan tentu nikmat sehat

sehingga dalam penyusunan makalah ini selesai sesuai dengan apa yang

di harapkan. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan

kita nabi besar Muhammad SAW,dan tak lupa kami ucapkan terima kasih

atas semua pihak yang ikut membantu peyusunan makalah ini.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memberi penjelasan

tentang Pengelolaan Kelas.Semoga apa yang penulis sampaikan melalui

makalah ini dapat menambah wawasan baik itu untuk pribadi sebagai

penulis maupun dunia pendidikan pada umumnya.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak

terlepas dari kesalahan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab

itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi

sempurnanya makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat

digunakan sebagai mestinya dan biasa memberikan manfaat bagi kita

semua. Semoga Allah SWT mencurahkan rahmat dan karunia-Nya

kepada kita. Amin ya rabbal alamin.

Makassar 19 September 2021

Penyusun, ( Kelompok 12)

Sitti Rahayu Am.Keb dan Nurhayati ode Am. Keb

2
DAFTAR ISI

Kata pengantar ……………………………………………… 2

Daftar isi ……………………………………………… 3

Bab I Pendahuluan ………………………………………………

A. Latar belakang ……………………………………………… 6

B. Rumusan masalah ……………………………………………… 8

C. Tujuan ……………………………………………… 8

Bab II Pembahasan ……………………………………………… 5

A. Sekilas tentang Eric Berne ……………………………………………… 9

B. Konsep dasar anaslisis ……………………………………………… 12

kontraksional

C. Proses konseling ……………………………………………… 13

D. Analisis kritis konseling ………………………………………………… 20


kelompok analisis
Transaksional

3
Bab III Kesimpulan dan Saran ……………………………………………… 28

A. Kesimpulan ……………………………………………… 28

B. Saran ……………………………………………… 29

Daftar pustaka ……………………………………………… 31

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bimbingan dan konseling dewasa ini tidak lagi terbatas hanya

pada lingkungan pendidikan sekolah,melainkan juga dalam seting luar

sekolah dan kemasyarakatan. Bimbingan dan konseling saat ini pun

tidak lagi hanya terpaku pada konteks bimbingan secara individual saja

melainkan juga cukup efektif dilakukan dalam seting kelompok.

Kehidupan global dan kemajuan teknologi informasi yang

menghadapkan manusia kepada perubahan pesat dan ragam

informasi yang amat banyak, menghendaki manusia untuk selalu

memperbaiki kemampuan dan kecakapan di dalam memilih dan

mengolah informasi agar dapat mengambil keputusan secara tepat

(ABKIN, 2004 :1)

Didasarkan dari anggapan tersebut, perlu kiranya seorang

konselor untuk terus memperbaiki kemampuannya dalam

mengembangkan profesinya. Ragam cara, praktek serta teori dalam

lingkup bimbingan dan konseling sudah harus dikuasai, sehingga akan

terciptalah konselor profesional. Teori konseling Analisis Transaksional

dari Eric Berne salah satu teori yang perlu dikuasai, selain konselor

dapat menggali permasalahan konseli secara mendalam, konseli dapat

berkatarsis dengan leluasa pada konselor. Selain itu, dalam seting

kelompok, konseling tidak hanya dapat berinteraksi dengan konselor

5
saja, tetapi juga melalui permainan peran dan teknik-teknik konseling

dalam AT khususnya dalam seting kelompok, konseli dapat

menuntaskan masalahnya bahkan mengembangkan dirinya melalui

interkasi dengan teman sebayanya dalam kelompok tersebut. Akhirnya

konseling dengan sendirinya akan menghasilkan problem solving

secara efektif dan membuat keputusan-keputusan baru dalam

hidupnya.

Mengingat pentingnya hal di atas, maka kami mencoba untuk

mencermati serta melakukan pengakajian secara intensif. Dengan cara

mengidentifikasi aspek-aspek terpenting dalam teori konseling

individual, konseling ini juga dapat dipraktekkan dalam konseling

kelompok.

Maka dari itu, makalah yang berjudul “teori kepribadian Eric

Bernec yang kami buat, berusaha untuk menyajikan sejauhmana

kontribusi teori konseling yang berupa transaksi ini dalam

pengembangan bimbingan konseling terutama interaksi konselor

dengan konseling dan interkasi konseli dengan kelompoknya.

B. Rumusan Masalah

Dari Uraian yang dipaparkan di atas, kami berusaha merumuskan

kajian makalah ini pada hal-hal berikut :

a) Sekilas tentang Eric Berne


b) Konsep dasar konseling analisis transaksional
c) Proses konseling
d) Analisis kritis konseling kelompok analisis Transaksional

6
C. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah ingin

mengetahui tentang teori konseling yang bersifat transaksi secara

komprehensif terutama dalam seting kelompok. Sehingga diharapkan

dapat berkontribusi positif terhadap pengembangan keilmuan

Bimbingan dan Konseling.

Adapun Manfaat pembuatan makalah ini :

a. Memberi gambaran secara komprehensif konsep dasar teori


konseling Analisis Transaksional dalam kelompok.
b. Bagaimanakah pola-pola pengembangan konseling menurut
teori konseling Analisis Transaksional dari Eric Berne.
c. Dapat mengetahui bagaimana implikasi teori konseling Analisis
Transaksional memberi kontribusi dalam pengembangan
bimbingan konseling terutama interaksi konselor dengan konseli
serta interaksi konseli dengan kelompoknya.

7
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sekilas Tentang Eric Berne

Eric Leonard Bernstein, lebih dikenal sebagai Eric Berne, adalah

bapak Analisis Transaksional. Ia lahir di Kanada pada tahun 1910 dan

meninggal pada tahun 1970. Ia adalah putra seorang dokter Polandia

yang meninggal karena TBC ketika Eric masih kecil. Berne memutuskan

untuk mengikuti jejak ayahnya dan, setelah menerima gelar doktor di

bidang Kedokteran pada tahun 1935, pada tahun 1936 ia memulai

karirnya sebagai psikiater di Klinik Psikiatri di Fakultas Kedokteran

Universitas Yale, tempat ia bekerja selama dua tahun..Berne

mendapatkan gelar M.D. dari McGill University Montreal pada tahun 1935,

dan menyelesaikan pendidikan spesialisasi psikiater di Yale University

beberapa saat kemudian. Pada saat masuk dinas militer AD Amerika

(1943-1946) ia memasuki eksperimennya dalam terapi kelompok.Setelah

perang, Berne memulai lagi studi psikoanalitiknya dengan Erik Erikson.

Penyelidikannya menghasilkan suatu ide-ide yang bertentangan dengan

sebagian besar dari sebagian besar psikiatris pada pertengahan tahun

1950-an.

Pada Usia 46 tahun ia dipecat dari keanggotaan di Institut

Psikoanalitik. Dia menantang asumsi dasar dari terapi psikoanalitik

tradisionalnya dan mulai mempraktekan apa yang disebutnya analisis

8
transaksional. Berne mulai mengembangkan analisis transaksional pada

tahun 1950-an. Seorang dokter ahli jiwa Eric Berne berpendapat secara

tidak sadar setiap manusia sebenarnya sudah memilih lakon hidupnya

sendiri. Eric Berne menciptakan sebuah metode yang dinamakan Analisis

Transaksional, yakni sebuah sistem psikoterapi atas dasar analisis

transaksi yang terjadi dalam proses psikoterapi. Teori kepribadian dan

psikonalisis sistematis ini dimaksudkan untuk perkembangan dan

perubahan kepribadian.

Eric Berne mengembangkan dan memperkenalkan AT pertama kali

pada tahun 1950. AT dirancang untuk terapi kelompok (Corsini, 1977;

Goldenberg1983). Diberbagai literature psikologi (misalnya Hall, 1983;

Huffman, Williams & Vernoy, 1991) memasukan AT kedalam bahasan

terapi kelompok secara tersendiri. AT diyakini lebih efisien dalam terapi

kelompok dari pada terapi individual. Karena AT menekankan pada

interaksi individu sebagai suatu simptom dan penyebab problem

psikologis (George & Cristiani, 1981), dan pemahaman yang diperoleh

oleh anggota tentang kesalahan transaksi dengan orang lain (Goldenberg,

1983).

Gladding (1995) mengemukakan tiga bentuk kelompok AT, yaitu :

keputusan ulang (redecision), klasik (classic) dan kateksis (cathexis).

Pada keputusan ulang menekankan pada proses-proses intrapsikis

anggota. Dalam kelompok ini tiap anggota mengalami kembali

pengalaman hidup mereka dan kemudian mengubah skenario yang tidak

tepat.

9
Kelompok klasik menekankan pada interaksi pada saat sekarang;

dan kelompok kateksis menekankan pada pengasuhan ulang atau

reparenting. Jadi, kelompok-kelompk AT menekankan pada hubungan

interpersonal (model klasik) dan intrapersonal (model keputusan ulang

dan kateksis).

B. Konsep Dasar Konseling Analisis Transaksional

Konsep dasar TA (Transactional Analysis) disebut skrip hidup atau

life script. Skrip ini menggambarkan corak hidup khas seseorang.

Seseorang yang senang atau tidak senang dengan tingkah laku skrip ini,

namun menurut Eric Berne, kita mampu mengubahnya apabila kita

sungguh-sungguh ingin melakukannya.

Menurut Eric Berne seorang pakar dalam bidang analisis

transaksional (transactional analysis) dalam diri setiap orang dewasa ada

kompone kehidupan sebagai orangtua, sebagai orang dewasa, dan

sebagai anak (Berne, 1964). Komponen diri sebagai orangtua diwujudkan

dalam perilaku menasehati orang lain. Komponen pribadi sebagai orang

dewasa ditunjukkan pada saat seseorang berdialog dengan akal sehat

dengan orang lain. Sedang komponen anak-anak terlihat dari perilaku

minta perhatian, kasih sayang, dan perilaku bermain seperti anak-anak.

Pada dasarnya banyak tujuan yang bisa dicapai dengan penggunaan

outbond training. Dalam aplikasinya di perusahaan, secara garis besar

ada dua pe penggunaannya, yaitu pengembangan kemampuan di bidang

manajemen organisasi dan yang kedua di bidang pengembangan diri

10
(personal development). Penerapan tujuan ini antara lain, yaitu

pengembangan tim (team building), pengembangan kepemimpinan

(leadership), pengembangan budaya organisasi ( culture development),

pengelolaan perubahan (managing change), perencanaan strategic

(strategic plan), dan lain-lain.

Analisis Transaksional terpisah dari pendekatan terapeutik paling lain

dalam kontrak itu dan putusan. Kontrak, yang dikembangkan oleh klien,

dengan jelas menyatakan tujuan dan arah dari proses terapeutik. Klien

dalam membangun Analisis Transaksional dan arah tujuan mereka dan

menjelaskan bagaimana mereka akan berbeda saat mereka

menyelesaikan kontrak mereka. Kontraktual aspek dari proses terapi

cenderung menyamakan kekuatan terapis dan klien. Ini adalah tanggung

jawab klien untuk memutuskan apa yang mereka akan berubah. Untuk

mengubah keinginan mereka menjadi kenyataan, klien diperlukan untuk

secara aktif mengubah perilaku mereka.

Tujuan dari analisis transaksional adalah otonomi, yang didefinisikan

sebagai kesadaran, spontanitas, dan kapasitas untuk keintiman. Dalam

mencapai otonomi orang mempunyai kapasitas untuk membuat keputusan

baru (redecide), sehingga memberdayakan diri mereka sendiri dan

mengubah arah hidup mereka. Sebagai bagian dari proses terapi Analisis

Transaksional, klien belajar bagaimana mengenali tiga status ego Parent,

Dewasa, dan Anak di mana mereka berfungsi. Klien juga belajar

bagaimana perilaku mereka saat ini sedang dipengaruhi oleh aturan-

aturan yang mereka terima dan dimasukkan sebagai anak-anak dan

11
bagaimana mereka dapat mengidentifikasi “lifescript” yang menentukan

tindakan mereka. Pendekatan ini berfokus pada keputusan awal bahwa

setiap orang telah dibuat, dan menekankan kemampuan klien untuk

membuat kep

Akhirnya meskipun hidup lebih dari yang kita bayangkan bahkan bila

hidup lebih daripada hidup itu sendiri kehadiran outbond training rasanya

bisa dijadikan sesuatu yang menyenangkan dalam mengisi kehidupan ini.

Outbond training dapat memberikan waran dalam kehidupan manusia.

Tetapi sebetulnya outbond training akan mampu memberikan labih dari

sekedar memberikan warna bagi kehidupan apabila kita semua menyadari

bahwa outbond training hendaknya dilandasi oleh suatu keinginan untuk

menjadikan manusia menjadi lebih di dalam segi kehidupan, tidak hanya

semata-mata menjadi peluang semata bagi provider-provider untuk

mencari pasar. Dan nilai-nilai yang didapatkan dari outbond training ini

dapat kita aplikasikan dalam kehidupan nyata menjadi lebih berarti.

Secara teori dan praktek AT berpusat pada beberapa konsep dasar

seperti ego (ego state), stroke (stroke), dan skenario (script), dengan tidak

mengabaikan masa lalu dan masa sekarang serta dari kedua hal tersebut

dalam proses konseling (Corsini, 1977; Gladding, 1995).

1. Status Ego

Analisis Transaksional adalah suatu sistem terapi atau konseling

kelompok yang berlandaskan teori kepribadian yang menggunakan

tiga status ego yang terpisah yaitu yang terpisah atau status ego :

Orang Tua, Orang Dewasa, dan Anak-anak. Analisis transaksional

12
sebagai suatu sistem terapi yang didasarkan pada suatu teori

kepribadian yang memusatkan perhatiannya pada tiga pola perilaku

yang berbeda sesuai status egonya :

a) Status ego orang tua (SEO) Adalah bagian dari kepribadian yang
menunujukkan sifat-sifat orang tua. Orang tua dalam pandangan
kita selalu akan memperlihatkan sebagai nurturing parent (orang
tua yang mengasuh) dan critical parent (orang tua yangkritis).
b) Status ego dewasa (SED) Adalah bagian dari kepribadian yang
menunjuk pada berbagai gambaran sebagai bagian objektif dari
kepribadian. Status egonya memperlihatkan kestabilan, tidak
emosional, rasional, bekerja dengan fakta dan kenyataan-
kenyataan, selalu berusaha untuk menggunakan informasi yang
tersedia untuk menghasilkan pemecahan yang terbaik dalam
pemecahan berbagai masalah.
c) Status ego anak (SEA) Adalah bagian dari kepribadian yang
menunujukkan ketidakstabilan, masih dalam perkembangan,
berubah-ubah, ingin tahu. Status egonya berisi perasaan-
perasaan, dorongan-dorongan, dan tindakan-tindakan yang
spontan.

Ada dua perilaku atau sikap anak, yang pertama adalah natural child

yaitu yang ditunjukkan dalam sikap impulsive, riang gembira tak social,

dan ekspresi secara emosional. Yang kedua adapted child yaitu bagian

dari status ego anak yang telah disosialisasikan orang tua dan yang

mengatur serta mendorong perilaku natural child.

Penggakuan (Stroke)

Gladding (1995) menyatakan bahwa Analisis Transaksional

didasarkan pada keyakinan bahwa setiap individu menstruktur waktu

merekauntuk memperoleh ”stroke” atau pengakuan verbal dan non verbal.

13
Stroke itu dapat dilakukan dengan cara menarik diri, bermain, melakukan

pekerjaan dan persahabatan.

Dalam rangka meningkatkan skenario kehidupan dan pola

kebiasaan perilakunya, Eric Berne (1966) mengemukakan ada empat

posisi hidup dalam setiap diri individu yaitu:

1. Saya OK--Kamu OK
2. Saya OK--Kamu tidak OK
3. Saya tidak OK--Kamu OK
4. Saya tidak OK--Kamu tidak OK

Pada posisi hidup yang pertama Saya OK--Kamu OK,

menggambarkan adanya penerimaan terhadap diri dan orang lain. Pada

posisi yamg kedua yaitu saya OK dan kamu tidak OK memiliki gambaran

bahwa seseorang yang selalu memiliki kecurigaan terhadap orang lain

sehingga bertingkah paranoid. Pada posisi yang ketiga saya tidak OK dan

kamu OK ia dihadapkan pada situasi depresi dan tertekan pada pilihan

hidupnya. Dan posisi kempat saya tidak OK dan kamu tidak OK

merefleksikan orang schizophrenics serta menolak diri dari keberadaan

orang lain

.(Gladding, 1983) Posisi yang sehat adalah posisi dengan perasaan

sebagai pemenang atau posisi "Saya OK -- Kamu OK". Dalam posisi

tersebut dua orang merasa seperti pemenang dan bisa menjalin

hubungan langsung yang terbuka. Saya OK -- Kamu tidak OK adalah

posisi orang yang memproyeksikan masalah - masalahnya kepada orang

lain. Ini adalah posisi arogan yang menjauhkan seseorang dari orang lain

14
dan mempertahankan seseorang dalam penyingkiran diri. Saya tidak OK

-- Kamu OK adalah posisi orang yang mengalami depresi, yang merasa

tidak kuasa dibandingkan dengan orang lain, dan cenderung menarik diri

atau lebih suka memenuhi keinginan orang lain daripada keinginan

sendiri. Saya tidak OK - Kamu tidak OK adalah posisi orang yang

menyingkirkan semua harapan, kehilangan minat hidup, dan melihat hidup

sebagai sesuatu yang tidak mengandung harapan.

Dalam peristilahan analisis transaksional stroke adalah semacam

pengakuan. Istilah ini digunakan untuk menjelaskan hubungansaling

berkomunikasi antara yang satu dengan yang lain. Stroke positif berisi

pesan "saya menyukai anda" ucapan itu bisa diungkapkan dengan bentuk

kata-kata menyejukan, sentuhan fisik, dan syarat-isyarat persahabatan.

Stroke negatif berisi pesan "saya tidak menyukai anda"bisa diungkapkan

secara verbal maupun non-vebal.Stroke bersyarat berisi pesan "saya akan

menyukai anda apabila dan manakala anda bertindak tertentu", mereka

diterima atas perbuatan yang dilakukannya. Sedangkan sroke tak

bersyarat berisi pesan "saya bersedia menerima anda tanpa

menghiraukan siapa dan seperti apa anda itu, dan kita nanti bisa

merundingkan perbedaan diantara kita. Teori analisis Transaksional

menaruh perhatian pada rencana hidupindividu untuk menentukan jenis

pengakuan (stroke) apa yang diberikan dan didapatkan.

15
Skenario (Script)
Menurut Gladding (1995), skenario (script) berisikan tiga bentuk
transaksi yaitu :
a. Transaksi Komplementer (dua orang beroperasi dari ego yang sama)
Transaksi ini merupakan transaksi yang jelas dan tidak
menyembunyikan sutau maksud tertentu. Transaksi ini terjadi
manakala pesan yang dikirim dari status ego yang spesifik
mendapatkan tanggapan seperti yang telah diramalkan sebelumya
dari status ego
b. Transaksi Lintas / Silang (antara ego yang tidak tepat) transaksi ini
terjadi apabila suatu respon yang diberikan berasal dari suaru
ego yang tidak tepat atau tidak diharapkan.Terjadi manakala suatu
tanggapan yang tidak diramalkan diberikan terhadap pesan yang
dikirimkan seseorang
c. Transaksi Lepas / Terselubung (dua ego beroperasi
secarasimultan;yang satu menyamarkan yang lain) transaksi ini
dapat terjadi apabila pesan nampaknya dikirimkan pada status ego
tetapi ditransmisikan pada status ego lain. Transaksi lepas adalah
kompleks, transaksi ini menyangkut lebih dari dua status ego dan
sebuah pesan terselubung dikirimkan.

Tujuan utama dari terapi analisis transaksional adalah;

1. Membantu klien untuk membuat keputusan-keputusan baru dalam


mengarahkan atau mengubah tingkah laku dalam kehidupannya.
2. Memberikan kepada klien suatu kesadaran serta kebebasan untuk
memilih cara-cara serta keputusan-keputusan mengenai posisi
kehidupannya serta menghindarkan klien dari cara-cara yang bersifat
deterministic.
3. Memberikan bantuan kepada klien berupa kemungkinan-kemungkinan
yang dapat dipilih untuk memantapkan dan mematangkan status
egonya. apabila perasaan ini mengandung permusuhan dan
kecemburuan.

16
C. Proses Konseling Analisis Transaksional

Sama seperti yang dikemukakan Berne yaitu melihat pencapaian

otonomi sebagai tujuan utama analisis transaksional yang bagi mereka

berarti "mengatur diri, menentukan nasib sendiri, memikul tanggung

jawabatas tindakan-tindakan dan perasaan-perasaan sendiri serta

membuatPola-pola yang tidak relevan dan tidak pantas untuk kehidupan

seseorang".

Tujuan konseling kelompok AT menurut Berne adalah untuk

membantu anggota kelompok memerangi masa lampau pada saat

sekarangdalamrangka menjamin masa depan yang lebih baik (Gladding,

1995). Diartikan atau digambarkan sebagai peran EOT ( EgoOrangTua )

dan EA( EgoAnak ), sedangkan masa sekarang diartikan sebagai ED

( Ego Dewasa ). Proses yang terjadi dalam kelompok diharapkan dapat

membantu individu untuk belajar tentang diri sendiri melalui analisis

structural,transaksi,game,dan script. Proses Konseling Kelompok Analisis

Transaksional Kelompok AT didasarkan pada kontrak terapeutik yang

dirumuskandan disetujui oleh pemimpin dan anggota kelompok. Kontrak

iniberisitentang pernyataan yang ingin dicapai, bagaimana cara

mencapainya dan kapan dilaksanakannya.

Menurut Gladding (1995), empat komponen utama dalam kontrak

yaitu:

1. mutual assent, pernyataan atau penetapan tujuan khusus dari


perspektif orang dewasa dan menggabungkannya dengan
kedewasaan terapis sebagai suatu sekutu.

17
2. competency, persetujuan tentang apa yang dapat diharapkan secara
realistic.
3. legal object, suatu tujuan.
4. consideration, suatu biaya pelayanan. Dalam prakteknya, kelompok
AT mengenal adanya kontrak klasik dan kontrak keputusan ulang
(Gladding, 1995).

D. Analisis Kritis Konseling Kelompok Analisis Transaksional

Kontrak klasik dilaksanakan dengan suatu penekanan pada satu

atau lebih hal yaitu analisis structural, analisis transaksional, analisis

permainan/gamedan analisis skenario kehidupan.

Beberapa teknik dari kontrak klasik yang dapat diaplikasikan

dalampada konseling kelompok. Teknik-teknik tersebut adalah :

1. Analisis Struktural

Dalam analisis struktural, semua anggota kelompok menjadi lebih

sadar tentang ego mereka dan bagaimana ego tersebut berfungsi.

Analisis ini adalah alat yang bisa membantu konseli agar menjadi

sadarakan isi dan fungsi ego orang tua, ego orang dewasa, dan ego

anaky ang ada pada dirinya. Konseli Analisis Transaksional belajar

cara mengidentifikasi status ego mereka sendiri. Analisis strktural

menolong konseli untuk menyesuaikan pola yang dirasakan telah

menjeratnya. Analisis ini juga menjadikan konseli dapat menemukan

pada status ego yang mana dia berpijak. Dengan mengetahui itu

konseli bisa menentukan pilihan yang akan diambil. Dua problema

yang berhubungan dengan struktur kepribadian dapat dijadikan

18
pertimbangan oleh analisis struktural: kontaminasi dan eksklusi

(tidak termasuk). Kontaminasi ada manakala isi dari sebuah statusego

bercampur dengan yang lain.

2. Analisis Transaksional

Berisikan kegiatan mendiagnosa interaksi di antara anggota kelompok

untuk menentukan apakah interaksi yang muncul mewakili transaksi

komplementer, silang atau terselubung. Pada dasarnya adalah suatu

deskripsi tentang apa yang dikerjakandan dikatakan konseli tentang

dirinya sendiri dan tentang orang lain.Apapaun yang terjadi antar

manusia akan melibatkan transaksi antara status ego konseli,

manakala pesan disampaikan diharapkan adanya tanggapan.

3. Analisis Game

Analisis Game berisikan suatu pemeriksaan pola perilaku yang

berulangkali atau destruktif dan analisis ego state serta berbagai

transaksi yang terlibat. Karena permainan dapat mengahmbat

keakraban, maka game harus dihilangkan

4. Analisis Skenario

Analisis skenario menunjuk pada pemeriksaan rencana kehidupan

sebagaimana tampak dalam transaksi dan game. Skenario tersebut

dibangun secara tidak sadar ketika individu masih anak-anak.

Skenario dalam kehidupan berlandaskan pada serangkaian keputusan

dan adaptasi. Orang mengalami peristiwa hidup tertentu,

menerima,dan mempelajari peran-peran tertentu, mengulang-ulang

dan menampilkan peran tersebut sesuai dengan skenario. Aspek

19
penting yang terdapat dalam scenario kehidupan itu adalah sifat

menggerakannya yang mendorong seseorang untuk memainkannya.

Pembuatan skenario mulai terjadi secara nonverbal pada

masakanak-kanak melalui pesan dari orang tua. Selama tahun pertama

perkembangan,seseorang belajar tentang nilai dirinya sebagai pribadi dan

tempat dirinya dalam kehidupan. Analisis skenario adalah bagian dari

proses terapeutikyang memungkinkan pola hidup yang diikuti oleh individu

bisa dikenali. Analisis skenario dilaksanakan dengan menggunakan suatu

daftar scenario yangberisi item-item yang berkaitan dengan posisi hidup,

penipuan-penipuan, permainan-permainan yang kesemuanya itu

merupakan komponen fungsional utama pada skenario kehidupan

individu. Holland (1973) menyatakan bahwa otonomi dan keakraban bisa

menggantikan skenario dan permainan. Goulding dan goulding (1976)

menyatakan bahwa para konseli tidaklah "diskenariokan" dan bahwa

"perintah" tidak ditempatkan pada kepala orang seperti elektrode. Menurut

mereka "setiap anak membuat keputusan-keputusan dalam merespon

perintah - perintah yang nyata maupun yang dibayangkan, oleh karena itu

mereka menskenariokan dirinya sendiri.

Melalui penggabungan Analisis Transakional, terapi Gestalt, dan

Modifikasi Tingkah laku, Goulding dan Goulding menemukan bahwa pada

konsel ibisa berubah tanpa memerlukan analisis bertahun-tahun.Mereka

menekankan konsep konsep keputusan ulang dengan menantang para

konseli untuk menyadari anggapan bahwa skenario-skenario itu

20
ditanamkan kedalam kepala mereka adalah suatu mitos. Goulding dan

Goulding menunjukkan, apabila para konseli mempersepsi bahwa diri

mereka adalah pembuat keputusan tertentu, maka mereka juga akan

menggunakan kekuatan mereka sendiri untuk mengubah keputusan

awalnya. Kontrak keputusan ulang dilaksanakan pada kelompok AT

keputusan ulang tentang rencana kehidupannya, para anggota mula-

mula membuat kontrak berkenaan dengan hal-hal penting yang ingin

mereka ubah. Selanjutnya, mereka melakukan suatu tindakan yang

dipusatkan pada racket dan game yang telah mereka alami. Anggota

kelompok kemudian mengeksplorasi sumber-sumber yang dapat

membimbing mereka untuk membuat suatu keputusan hidup tertentu.

Tanggung jawab ditekankan sebagai suatu kekuatan untuk berubah, dan

ketidak berdayaan yang diekspresikan melalui kata-kata “tidak dapat”

tidak dapat diterima. Anggota kelompok yang sudah dapat membuat

keputusan ulang dengan membuat suatu perubahan, maka anggota

kelompok yang lain perlu membuat penguatan atau dorongan untuk

melanjutkan. Pemimpin kelompok membantu anggota memusatkan

perhatian pada bagaimana mereka akan mengarahkan dirinya dalam

cara-cara baru diluar kelompok dan mengembangkan suatu system

dukungan yang dibutuhkan untuk melanjutkan perubahan yang telah

mereka buat.

Karakteristik Konseli Karakteristik konseli dalam analisis

transaksional adalah :

1. Memiliki kesanggupan dan kesediaan untuk memahami dan


menerima suatu kontrak, terapi.

21
2. Konseli bersifat aktif dalam melaksanakan kegiatan konseling/
terapi.
Aktif disini adalah konseli menjelaskan dan menyatakan tujuan-
tujuan
terapinya sendiri dalam formulir kontrak. Untuk mencapai tujuan
tersebut
konseli dan terapis/konselor bisa merancang "tugas-tugas" yang
akan
dilaksanakan selama pertemuan terapi dan dalamkehidupan
konseli sehari-hari.
3. Konseli bereksperimen dengan cara-cara baru dalam bertingkah
laku, oleh karena itu mereka bisa menentukan apakah mereka akan
memilih tingkah laku lama atau baru. Jika konseli menentukan
untuk berubah, para konseli kemudian menyusun rencana-rencana
tingkah laku baru untuk perubahan yang diinginkannya.
4. Konseli tidak bergantungpada kebijaksanaan terapis, para konseli
memperlihatkan kesediaan untuk berubah dengan benar-benar
berbuat bukan dengan mencoba atau dengan mengeksplorasi
masa lampau dan berbicara mengenai pemahaman-pemahaman
yang tidak ada habis-habisnya.
5. Untuk kelanjutan terapi/konseling konseli melakukan tindakan-
tindakan yang membawa pengaruh pada perubahan-perubahan
yang diinginkan. Aktivitas Konselor

Dalam melaksanakan kegiatan konseling/terapi, banyak hal yang

harus dilakukan oleh konselor antara lain :

1. Memberikan perhatian pada masalah-masalah didaktik dan masalah


emosional.
2. Konselor berperan sebagai guru, pelatih, dan nara sumber dengan
penekanan kuat pada keterlibatan. Sebagai guru, konselor
menerangkan konsep-konsep seperti analisis struktural, analisis
transaksional, analisis skenario, dan analisis permainan.

22
3. Konselor membantu konseli dalam menemukan kondisi-kondisi masa
lampau yang merugikan yang menyebabkan konseli membuat
keputusan
awal tertentu, memungut rencana hidup dan mengembangkan
strategi-strategi yang telah digunakan dalam menghadapi orang lain
yang sekarang ingin dipertimbangkannya.
4. Konselor membantu konseli memperoleh kesadaran yang lebih
realistis dan mencari alternatif-alternatif untuk menjalani kehidupan
yang lebih otonom.
5. Dengan pengetahuan keahlian analisis struktural, analisis
transaksional, dan analisis skenario yang dimiliki, bukan berarti
konselor memerankan seorang ahli yang tidak memihak,
menyingkirkan diri, dan superior yang tampil untuk menyebuhkan
"pasien yang sakit", melainkan harus menekankan pentingnya
hubungan yang setaraf antara konselor dengan konseli sebagai
pasangan dalam proses terapi.
6. Konselor menggunakan pengetahuannya untuk menunjang konseli
dalam hubungannya dengan suatu kontrak spesifik yang jelas yang
diprakarsai oleh konseli.

Kelebihan Teori Konseling Analisis Transaksional

Teori konseling Analisis Transaksional memberikan kelebihan dalam hal :

a. Kelompok membantu anggota untuk memahami bagaimana mereka


berfungsi secara interpersonal dan intrapersonal dan bagaimana
mereka akhirnya bisa membuat keputusan tentang hidupnya.
Kejelasan dalam konsep AT bermanfaat untuk membantu anggota
membuat perubahan.
b. AT merupakan pendekatan yang sederhana sehingga sangat mudah
dilakukan oleh para pemimpin kelompok yang menginginkan
anggotanya mencapai suatu pemahaman intelektual dengan segera.

23
c. Individu dapat dengan cepat berubah menjadi lebih baik dikarenakan
anggota kelompok yang membuat kemajuan dalam mencapai tujuan
dapat memperkuat anggota kelompok lainnya dalam melakukan hal
yang sama.
d. AT dalam digunakan dalam setting konseling maupun pendidikan
selain dapat dikombinasikan secara efektif dengan pendekatan lain
yang lebih berorientasi pada tindakan, misalnya Gestalt, untuk
memperoleh suatu metode perubahan yang dinamis.

Keterbatasan Teori Konseling Analisis Transaksional

a. AT membuat suatu interpretasi yang terbatas (restruktif) tentang


kompleksitas sifat manusia dengan cara mengelompokkan kedalam
suatu game yang terbatas: ego dan skenario. Karena kurang
kompleknya AT menggambarkan tentang manusia, maka anggota
kelompok mungkin menemukan dirinya secara terbatas dalam
menangani situasi yang kompleks.
b. AT terlalu menekankan pada pemahaman kognitif. Focus pada aspek
kognitif ini akan menjadi lebh kompleks karena beberapa pemimpin
AT menggunakan struktur dan kosakata analisis transaksional untuk
tujuan menghindari kontak langsung dengan konseli atau reaksi
mereka. Hal tersebut menyimpang dari konsep AT. Karena kelompok
terjebak dalam analisis interkasi dan ekspresi emosi, maka teori
tersebut akan menjadi sebuath latihan intelektual semata.
c. Kelompok mengabaikan (tidak menekankan) proses kelompok, lebih
berpusat pada hubungan pemimpin-anggota, dan tidak secara efektif
menggunakan dinamika kelompok, seperti belajar interpersonal,
kekohesifan, dan universalitas.
d. Kurang memiliki bukti empirik untuk mendukung kefektifannya .

24
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pemaparan diatas diketahui bahwa kesimpulan makalah ini

adalah sebagai berikut :

1. Analisis Transaksional adalah merupakan teori kepribadian dan


sistem yang terorganisir dari terapi interaksional.
2. Analisis transaksional didasarkan pada asumsi atau anggapan
bahwa orang mampu memahami keputusan-keputusannya pada
masa lalu dan kemudian dapat memilih untuk memutuskan kembali
atau menyesuaikan kembali keputusan yang telah pernah diambil.
3. Tujuan utama dari terapi analisis transaksional adalah;
a) Membantu klien untuk membuat keputusan-keputusan baru
dalam mengarahkan atau mengubah tingkah laku dalam
kehidupannya.
b) Memberikan kepada klien suatu kesadaran serta kebebasan
untuk memilih cara-cara serta keputusan-keputusan mengenai
posisi kehidupannya serta menghindarkan klien dari cara-cara
yang bersifat deterministic.
c) Memberikan bantuan kepada klien berupa kemungkinan-
kemungkinan yang dapat dipilih untuk memantapkan dan
mematangkan status egonya.
4. Dalam proses konseling, konselor dan klien bekerja sama untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama. Dalam kerjasama
tersebut, konselor dan klien melaksanakan tanggung jawab masing-
masing sebagaimana telah ditetapkan. Dan dalam analisis
transaksional ini, konselor dan klien sama-sama aktif berupaya untuk
mencapai tujuan konseling.

25
5. Dalam proses konseling analisis transaksional berfungsi untuk
memelihara arah konseling agar tetap terpusat pada tujuan yang
ingin dicapai, memberikan arah baik bagi konselor maupun klien,
mengukur kemajuan proses konseling, dan memperjelas hubungan
konselor dan klien.
6. Teknik dalam analisis transaksional adalah Permission (Pemberian
Kesempatan), proteksi dan potensi
7. Kelebihan pendekatan analisis transaksional adalah Sangat berguna
dan para konselor dapat dengan mudah menggunakannya
sedangkan kelemahannya adalah Banyak Terminologi atau istilah
yang digunakan dalam analisis  transaksional cukup
membingungkan.

B. Saran

Hendaknya setelah kita mempelajari makalah ini kita dapat lebih

terdorong atau termotifasi untuk memahami pembelajaran materi

bimbingan konseling ini agar setiap mahasiswa paham segala sesuatu

tentang analisis transaksional. Dan menyarankan untuk membaca

buku sebanyak mungkin mengenai hal tersebut, agar dalam proses

pemberian layanan dapat berjalan dengan baik dan dapat teratasinya

permasalahan klien secara maksimal.

26
DAFTAR PUSTAKA

akar Baraja, 2004. Psikologi Konseling dan Tehnik Konseling.Jakarta :


Penerbit Studio Press Jakarta.
Fauzan lutfi, 2001. Pendekatan-pendekatan konseling individual.
Malang:Elang Mas Malang.
Jeanette Murad Lesmana, 2008. Dasar-dasar Konseling.Jakarta: Fakultas
Psikologi, UI Jakarta. Penerbit UI Press Jakarta.
Pujosuwarno Sayekti, (1993). Berbagai Pendekatan dalam Konseling.
Yogyakarta: MenaraMas Offset.
Supriyo, Mulawarman, (2006). Keterampilan Dasar Konseling. Semarang:
Universitas Negeri Semarang.
Surya Mohammad, (2003). Teori-teori Konseling. Bandung: Pustaka Bani
Quraisy.
Mohamad. (1994). Dasar-dasar Konseling Pendidikan. Bandung: Bhakti
Winaya.
Surya, Mohamad. (2003). Teori-teori Konseling. Bandung: Pustaka Bani
Quraisy.

27

Anda mungkin juga menyukai