Anda di halaman 1dari 23

Dosen : Apt. YUYUN WIRASASMITA, S.Farm., M.

Farm

TUGAS
FARMASI KLINIK
‘’MAKALAH RUMAH SAKIT’’

DISUSUN OLEH:

ANDI KHALILANI MANNYOEANG (PBC190052)

F19B

PROGRAM STUDI D3 FARMASI

POLITEKNIK BAUBAU

2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1. Pengertian Rumah Sakit

Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian


integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan
pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan
pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga
merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.

Berdasarkan undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit,


yang dimaksudkan dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dan
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

2. Tugas dan Fungsi

Berikut merupakan tugas sekaligus fungsi dari rumah sakit, yaitu :

 Melaksanakan pelayanan medis, pelayanan penunjang medis,


 Melaksanakan pelayanan medis tambahan, pelayanan penunjang medis
tambahan,
 Melaksanakan pelayanan kedokteran kehakiman,
 Melaksanakan pelayanan medis khusus,
 Melaksanakan pelayanan rujukan kesehatan,
 Melaksanakan pelayanan kedokteran gigi,
 Melaksanakan pelayanan kedokteran sosial,
 Melaksanakan pelayanan penyuluhan kesehatan,
 Melaksanakan pelayanan rawat jalan atau rawat darurat dan rawat tinggal
(observasi),
 Melaksanakan pelayanan rawat inap,
 Melaksanakan pelayanan administratif,
 Melaksanakan pendidikan para medis,
 Membantu pendidikan tenaga medis umum,
 Membantu pendidikan tenaga medis spesialis,
 Membantu penelitian dan pengembangan kesehatan,
 Membantu kegiatan penyelidikan epidemiologi,

Sedangkan menurut undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang rumah


sakit, fungsi rumah sakit adalah :

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai


dengan standar pelayanan rumah sakit.

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan


kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.

c. Penyelenggaaan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka


peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi


bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahan bidang kesehatan.

Tugas dan fungsi ini berhubungan dengan kelas dan type rumah sakit
yang di Indonesia terdiri dari rumah sakit umum dan rumah sakit khusus, kelas a,
b, c, d. berbentuk badan dan sebagai unit pelaksana teknis daerah. perubahan
kelas rumah sakit dapat saja terjadi sehubungan dengan turunnya kinerja rumah
sakit yang ditetapkan oleh menteri kesehatan indonesia melalui keputusan dirjen
yan medik.

3. Jenis-jenis rumah sakit

 Rumah sakit umum

Melayani hampir seluruh penyakit umum, dan biasanya memiliki institusi


perawatan darurat yang siaga 24 jam (ruang gawat darurat) untuk mengatasi
bahaya dalam waktu secepatnya dan memberikan pertolongan
pertama.Rumah sakit umum biasanya merupakan fasilitas yang mudah
ditemui di suatu negara, dengan kapasitas rawat inap sangat besar untuk
perawatan intensif ataupun jangka panjang. Rumah sakit jenis ini juga
dilengkapi dengan fasilitas bedah, bedah plastik, ruang bersalin,
laboratorium, dan sebagainya. Tetapi kelengkapan fasilitas ini bisa saja
bervariasi sesuai kemampuan penyelenggaranya.Rumah sakit yang sangat
besar sering disebut Medical Center (pusat kesehatan), biasanya melayani
seluruh pengobatan modern. Sebagian besar rumah sakit di Indonesia juga
membuka pelayanan kesehatan tanpa menginap (rawat jalan) bagi
masyarakat umum (klinik). Biasanya terdapat beberapa klinik/poliklinik di
dalam suatu rumah sakit.

 Rumah sakit terspesialisasi

Jenis ini mencakup trauma center, rumah sakit anak, rumah sakit manula,
atau rumah sakit yang melayani kepentingan khusus seperti psychiatric
(psychiatric hospital), penyakit pernapasan, dan lain-lain.Rumah sakit ini
bisa terdiri atas gabungan atau pun hanya satu bangunan.

 Rumah sakit penelitian/pendidikan

Rumah sakit penelitian/pendidikan adalah rumah sakit umum yang terkait


dengan kegiatan penelitian dan pendidikan di fakultas kedokteran pada
suatu universitas/lembaga pendidikan tinggi. Biasanya rumah sakit ini
dipakai untuk pelatihan dokter-dokter muda, uji coba berbagai macam obat
baru atau teknik pengobatan baru. Rumah sakit ini diselenggarakan oleh
pihak universitas/perguruan tinggi sebagai salah satu wujud pengabdian
masyararakat / Tri Dharma perguruan tinggi.

 Rumah sakit lembaga/perusahaan

Rumah sakit yang didirikan oleh suatu lembaga/perusahaan untuk melayani


pasien-pasien yang merupakan anggota lembaga tersebut/karyawan
perusahaan tersebut. Alasan pendirian bisa karena penyakit yang berkaitan
dengan kegiatan lembaga tersebut (misalnya rumah sakit militer, lapangan
udara), bentuk jaminan sosial/pengobatan gratis bagi karyawan, atau karena
letak/lokasi perusahaan yang terpencil/jauh dari rumah sakit umum.
Biasanya rumah sakit lembaga/perusahaan di Indonesia juga menerima
pasien umum dan menyediakan ruang gawat darurat untuk masyarakat
umum.
 Klinik

Fasilitas medis yang lebih kecil yang hanya melayani keluhan tertentu.
Biasanya dijalankan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat atau dokter-dokter
yang ingin menjalankan praktek pribadi. Klinik biasanya hanya menerima
rawat jalan. Bentuknya bisa pula berupa kumpulan klinik yang disebut
poliklinik.

Sebuah klinik (atau rawat jalan klinik atau klinik perawatan rawat jalan)
adalah fasilitas perawatan kesehatan yang dikhususkan untuk perawatan
pasien rawat jalan. Klinik dapat dioperasikan, dikelola dan didanai secara
pribadi atau publik, dan biasanya meliputi perawatan kesehatan primer
kebutuhan populasi di masyarakat lokal, berbeda dengan rumah sakit yang
lebih besar yang menawarkan perawatan khusus dan melayani pasien
rawat inap.

4. Komite Etik Rumah Sakit

Komite Etik Rumah Sakit (KERS), dapat dikatakan sebagai suatu badan
yang secara resmi dibentuk dengan anggota dari berbagai disiplin perawatan
kesehatan dalam rumah sakit yang bertugas untuk menangani berbagai masalah
etik yang timbul dalam rumah sakit. KERS dapat menjadi sarana efektif dalam
mengusahakan saling pengertian antara berbagai pihak yang terlibat seperti
dokter, pasien, keluarga pasien dan masyarakat tentang berbagai masalah etika
hukum kedokteran yang muncul dalam perawatan kesehatan di rumah sakit.

Ada tiga fungsi KERS ini yaitu pendidikan, penyusun kebijakan dan
pembahasan kasus. Jadi salah satu tugas KERS adalah menjalankan fungsi
pendidikan etika. Dalam rumah sakit ada kebutuhan akan kemampuan
memahami masalah etika, melakukan diskusi multidisiplin tentang kasus mediko
legal dan dilema etika biomedis dan proses pengambilan keputusan yang terkait
dengan permasalahan ini. Dengan dibentuknya KERS, pengetahuan dasar bidang
etika kedokteran dapat diupayakan dalam institusi dan pengetahuan tentang etika
diharapkan akan menelurkan tindakan yang profesional etis. Komite tidak akan
mampu mengajari orang lain, jika ia tidak cukup kemampuannya. Oleh sebab itu
tugas pertama komite adalah meningkatkan pengetahuan anggota komite. Etika
kedokteran dewasa ini berkembang sangat pesat. Di Indonesia etika kedokteran
relatif baru dan yang berminat tidak banyak sehingga lebih sulit mencari bahan
bacaan yang berkaitan dengan hal ini. Pendidikan bagi anggota komite dapat
dilakukan dengan belajar sendiri, belajar berkelompok, dan mengundang pakar
dalam bidang agama, hukum, sosial, psikologi, atau etika yang mendalami bidang
etika kedokteran. Para anggota komite setidaknya harus menguasai berbagai
istilah/konsep etika, proses analisis dan pengambilan keputusan dalam etika.
Pengetahuan tentang etik akan lebih mudah dipahami jika ia diterapkan dalam
berbagai kasus nyata. Semakin banyak kasus yang dibahas, akan semakin
jelaslah bagi anggota komite bagaimana bentuk tatalaksana pengambilan
keputusan yang baik. Pendidikan etika tidak terbatas pada pimpinan dan staf
rumah sakit saja. Pemilik dan anggota yayasan, pasien, keluarga pasien, dan
masyarakat dapat diikutsertakan dalam pendidikan etika. Pemahaman akan
permasalahan etika akan menambah kepercayaan masyarakat dan membuka
wawasan mereka bahwa rumah sakit bekerja untuk kepentingan pasien dan
masyarakat pada umumnya. Selama ini dalam struktur rumah sakit di Indonesia
dikenal subkomite/panitia etik profesi medik yang merupakan struktur dibawah
komite medik yang bertugas menangani masalah etika rumah sakit. Pada
umumnya anggota panitia ini adalah dokter dan masalah yang ditangani lebih
banyak yang berkaitan dengan pelanggaran etika profesi. Mengingat etika
kedokteran sekarang ini sudah berkembang begitu luas dan kompleks maka
keberadaan dan posisi panitia ini tidak lagi memadai. Rumah sakit memerlukan
tim atau komite yang dapat menangani masalah etika rumah sakit dan tanggung
jawab langsung kepada direksi. Komite memberikan saran di bidang etika kepada
pimpinan dan staf rumah sakit yang membutuhkan. Keberadaan komite
dinyatakan dalam struktur organisasi rumah sakit dan keanggotaan komite
diangkat oleh pimpinan rumah sakit atau yayasan rumah sakit. Proses
pembentukan KERS ini, rumah sakit memulainya dengan membentuk tim kecil
yang terdiri dari beberapa orang yang memiliki kepedulian mendalam dibidang
etika kedokteran, bersikap terbuka dan memiliki semangat tinggi. Jumlah anggota
disesuaikan dengan kebutuhan. Keanggotaan komite bersifat multi disiplin
meliputi dokter (merupakan mayoritas anggota) dari berbagai spesialisasi,
perawat, pekerja sosial, rohaniawan, wakil administrasi rumah sakit, wakil
masyarakat, etikawan, dan ahli hukum.
Sistem kesehatan di Indonesia tidak terlepas dari pembangunan
kesehatan. Intinya sistem kesehatan merupakan seluruh aktifitas yang
mempunyai tujuan utama untuk mempromosikan, mengembalikan dan
memelihara kesehatan. Sistem kesehatan memberi manfaat kepada mayarakat
dengan distribusi yang adil. Sistem kesehatan tidak hanya menilai dan berfokus
pada “tingkat manfaat” yang diberikan, tetapi juga bagaimana manfaat itu
didistribusikan.

Secara teori, sebuah negara dibentuk oleh masyarakat di suatu wilayah


yang tidak lain bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama setiap
anggotanya dalam koridor kebersamaan. Dalam angan setiap anggota
masyarakat, negara akan melaksanakan fungsinya menyediakan kebutuhan
hidup yang berkaitan dengan hidup berdampingan dengan orang lain di
sekelilingnya. Di kehidupan sehari-hari, kebutuhan bersama itu sering kita artikan
sebagai “kebutuhan publik”. Salahsatu contoh kebutuhan publik yang mendasar
adalah kesehatan. Kesehatan adalah pelayanan publik yang bersifat mutlak dan
erat kaitannya dengan kesejahteraan masyarakat. Untuk semua pelayanan yang
bersifat mutlak, negara dan aparaturnya berkewajiban untuk menyediakan
layanan yang bermutu dan mudah didapatkan setiap saat.

Salah satu wujud nyata penyediaan layanan publik di bidang kesehatan


adalah adanya Puskesmas. Tujuan utama dari adanya Puskesmas adalah
menyediakan layanan kesehatan yang bermutu namun dengan biaya yanng relatif
terjangkau untuk masyarakat, terutama masyarakat dengan kelas ekonomi
menengah ke bawah.

Pelayanan di bidang kesehatan merupakan salah satu bentuk pelayanan


yang paling banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Salah satu sarana pelayanan
kesehatan yang mempunyai peran sangat penting lainnya dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat adalah rumah sakit. Rumah sakit
sebagai suatu lembaga sosial yang memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat, memiliki sifat sebagai suatu lembaga yang tidak ditujukan untuk
mencari keuntungan. Walaupun demikian kita dapat menutup mata bahwa
dibutuhkan sistem informasi di dalam rumah sakit.
Rumah sakit merupakan lembaga dalam mata rantai Sistem Kesehatan
Nasional dan mengemban tugas untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada
seluruh masyarakat, karena pembangunan dan penyelenggaraan kesehatan di
rumah sakit perlu diarahkan pada tujuan nasional dibidang kesehatan.Tidak
mengherankan apabila bidang kesehatan perlu untuk selalu dibenahi agar bisa
memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik untuk masyarakat. Pelayanan
kesehatan yang dimaksud tentunya adalah pelayanan yang cepat, tepat, murah
dan ramah. Mengingat bahwa sebuah negara akan bisa menjalankan
pembangunan dengan baik apabila didukung oleh masyarakat yang sehat secara
jasmani dan rohani. Untuk mempertahankan pelanggan, pihak rumah sakit
dituntut selalu menjaga kepercayaan konsumen secara cermat dengan
memperhatikan kebutuhan konsumen sebagai upaya untuk memenuhi keinginan
dan harapan atas pelayanan yang diberikan. Konsumen rumah sakit dalam hal ini
pasien yang mengharapkan pelayanan di rumah sakit, bukan saja mengharapkan
pelayanan medis dan keperawatan tetapi juga mengharapkan kenyamanan,
akomodasi yang baik dan hubungan harmonis antara staf rumah sakit dan pasien,
dengan demikian perlu adanya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di
rumah sakit.

Selain itu, tercantumnya pelayanan kesehatan sebagai hak masyarakat


dalam konstituisi, menempatkan status sehat dan pelayanan kesehatan
merupakan hak masyarakat. Fenomena demikian merupakan keberhasilan
pemerintah selama ini dalam kebijakan politik di bidang kesehatan (heath politics),
yang menuntut pemerintah maupun masyarakat untuk melakukan upaya
kesehatan secara tersusun, menyeluruh dan merata.

5. Pengertian Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri


atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat
(Depkes RI, 2009).

Jadi pelayanan kesehatan adalah sub sistem pelayanan kesehatan yang


tujuan utamanya adalah promotif (memelihara dan meningkatkan kesehatan),
preventif (pencegahan),kuratif (penyembuhan), dan rehabilitasi (pemulihan)
kesehatan perorangan, keluarga, kelompok atau masyarakat, lingkungan. Yang
dimaksud sub sistem disini adalah sub sistem dalam pelayanan kesehatan yaitu
input , proses, output, dampak, umpan balik.

Tujuan Pelayanan Kesehatan :

1. Promotif (memelihara dan meningkatkan kesehatan), hal ini diperlukan


misalnya dalam peningkatan gizi, perbaikan sanitasi lingkungan.

2. Preventif (pencegahan terhadap orang yang berisiko terhadap penyakit), terdiri


dari:

a. Preventif primer.

Terdiri dari program pendidikan, seperti imunisasi,penyediaan nutrisi yang baik,


dan kesegaran fisik.

b. Preventif sekunder.

Terdiri dari pengobatan penyakit pada tahap dini untuk membatasi kecacatan
dengan cara mengindari akibat yang timbul dari perkembangan penyakit
tersebut.

c. Preventif tersier.

Pembuatan diagnosa ditunjukan untuk melaksanakan tindakan rehabilitasi,


pembuatan diagnosa dan pengobatan.

3. Kuratif (penyembuhan penyakit).

4. Rehabilitasi (pemulihan), usaha pemulihan seseorang untuk mencapai fungsi


normal atau mendekati normal setelah mengalami sakit fisik atau mental , cedera
atau penyalahgunaan.

6. Bentuk dan Jenis Pelayanan Kesehatan

Bentuk pelayanan kesehatan adalah:

1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama (primer)

Pelayanan yang lebih mengutamakan pelayanan yang bersifat dasar dan


dilakukan bersama masyarakat dan dimotori oleh:

a.Dokter Umum (Tenaga Medis)

b.Perawat Mantri (Tenaga Paramedis)


Pelayanan kesehatan primer (primary health care), atau pelayanan
kesehatan masyarakat adalah pelayanan kesehatan yang paling depan, yang
pertama kali diperlukan masyarakat pada saat mereka mengalami gangguan
kesehatan atau kecelakaan. Primary health care pada pokoknya ditunjukan
kepada masyarakat yang sebagian besarnya bermukim di pedesaan, serta
masyarakat yang berpenghasilan rendah di perkotaan. Pelayanan kesehatan
ini sifatnya berobat jalan (Ambulatory Services). Diperlukan untuk masyarakat
yang sakit ringan dan masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan
mereka atau promosi kesehatan.

Contohnya : Puskesmas, Puskesmas keliling, klinik.

2. Pelayanan kesehatan tingkat kedua (sekunder)

Pelayanan kesehatan sekunder adalah pelayanan yang lebih bersifat spesialis


dan bahkan kadang kala pelayanan subspesialis, tetapi masih terbatas.
Pelayanan kesehatan sekunder dan tersier (secondary and tertiary health
care), adalah rumah sakit, tempat masyarakat memerlukan perawatan lebih
lanjut (rujukan). Di Indonesia terdapat berbagai tingkat rumah sakit, mulai dari
rumah sakit tipe D sampai dengan rumah sakit kelas A. Pelayanan kesehatan
dilakukan oleh:

a.Dokter Spesialis

b.Dokter Subspesialis terbatas

Pelayanan kesehatan ini sifatnya pelayanan jalan atau pelayanan rawat


(inpantient services).Diperlukan untuk kelompok masyarakat yang memerlukan
perawatan inap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan
primer.

Contoh : Rumah Sakit tipe C dan Rumah Sakit tipe D.

3. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tersier)

Pelayanan kesehatan tersier adalah pelayanan yang lebih mengutamakan


pelayanan subspesialis serta subspesialis luas. Pelayanan kesehatan
dilakukan oleh:

a.Dokter Subspesialis

b.Dokter Subspesialis Luas

Pelayanan kesehatan ini sifatnya dapat merupakan pelayanan jalan atau


pelayanan rawat inap (rehabilitasi).Diperlukan untuk kelompok masyarakat
atau pasien yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan
sekunder.
Contohnya: Rumah Sakit tipe A dan Rumah sakit tipe B.

BAB II

PEMBAHASAN

1. Sistem Rujukan

Secara lengkap Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo mendefinisikan sistem


rujukan sebagai suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus
penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal (dari unit yang lebih mampu
menangani), atau secara horizontal (antar unit-unit yang setingkat
kemampuannya). Sederhananya, sistem rujukan mengatur darimana dan harus
kemana seseorang dengan gangguan kesehatan tertentu memeriksakan keadaan
sakitnya.

Salah satu bentuk pelaksanaan dan pengembangan upaya kesehatan


dalam Sistem kesehatan Nasional (SKN) adalah rujukan upaya kesehatan. Untuk
mendapatkan mutu pelayanan yang lebih terjamin, berhasil guna (efektif) dan
berdaya guna (efesien), perlu adanya jenjang pembagian tugas diantara unit-unit
pelayanan kesehatan melalui suatu tatanan sistem rujukan. Dalam pengertiannya,
sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu tatanan kesehatan yang
memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas
timbulnya masalah dari suatu kasus atau masalah kesehatan masyarakat, baik
secara vertikal maupun horizontal, kepada yang berwenang dan dilakukan secara
rasional.

Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari :

1. Rujukan internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di
dalam institusi tersebut, misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas
pembantu) ke puskesmas induk.

2. Rujukan eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang
pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke
puskesmas rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum
daerah).

Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari :

1. Rujukan medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya


penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk pasien
puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi, diabetes
mellitus) ke rumah sakit umum daerah. Jenis rujukan medik antara lain:

1) Transfer of patient. Konsultasi penderita untuk keperluaan diagnostic,


pengobatan, tindakan opertif dan lain – lain.
2) Transfer of specimen. Pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan
laboratorium yang lenih lengkap.

3) Transfer of knowledge / personal. Pengiriman tenaga yang lebih kompeten


atau ahli untuk meningkatkan mutu layanan setempat.

2. Rujukan kesehatan adalah rujukan pelayanan yang umumnya berkaitan


dengan upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan
(preventif). Contohnya, merujuk pasien dengan masalah gizi ke klinik konsultasi
gizi (pojok gizi puskesmas), atau pasien dengan masalah kesehatan kerja ke
klinik sanitasi puskesmas. Rujukan ini mencakup:

a.Rujukan sarana berupa antara lain bantuan laboratorium dan teknologi


kesehatan.

b. Rujukan tenaga dalam bentuk antara lain dukungan tenaga ahli untuk
penyidikan sebab dan asal usul penyakit atau kejadian luar biasa suatu
penyakit serta penanggulangannya pada bencana alam, gangguan
kamtibmas, dan lain-lain.

c. Rujukan operasional berupa antara lain bantuan obat, vaksin, pangan pada
saat terjadi bencana, pemeriksaan bahan (spesimen) bila terjadi keracunan
masal, pemeriksaan air minum penduduk, dan sebagainya.

Jalur rujukan terdiri dari dua jalur, yakni:

1.Rujukan upaya kesehatan perorangan

a. Antara masyarakat dengan puskesmas

b. Antara puskesmas pembantu atau bidan di desa dengan puskesmas

c. Intern petugas puskesmas atau puskesmas rawat inap

d. Antar puskesmas atau puskesmas dengan rumah sakit atau fasilitas


pelayanan lainnya.

2.Rujukan upaya kesehatan masyarakat

Adapun rujukan upaya kesehatan yaitu (Trihono, 2005):

a. Dari puskesmas ke dinas kesehatan kabupaten atau kota

b. Dari puskesmas ke instansi lain yang lebih kompeten baik intrasektoral


maupun lintas sektoral

c. Bila rujukan ditingkat kabupaten atau kota masih belum mampu


mananggulangi, bisa diteruskan ke provinsi atau pusat.

Pelayanan rujukan dapat dilakukan secara:


1.horizontal

Yaitu rujukan yang dilakukan antar pelayanan kesehatan dalam satu tingkatan
apabila perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai
dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan atau
ketenagaan yang sifatnya sementara atau menetap.

2. Vertikal

Yaitu rujukan yang dilakukan antar pelayanan kesehatan yang berbeda tingkatan,
dapat dilakukan dari tingkat pelayanan yang lebih rendah ketingkat pelayanan
yang lebih tinggi atau sebaliknya.

Rujukan vertikal dari tingkat pelayanan yg lebih rendah ke tingkat pelayanan yg


lebih tinggi dilakukan bila:

a. Pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau subspesialistik


b. Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas,peralatan dan/atau
ketenagaan

Rujukan vertikal dari tingkat pelayanan yg tinggi ketingkat pelayanan yg lebih


rendah dilakukan bila:

a. permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani oleh tingkatan pelayanan


kesehatan yang lebih rendah sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya
b. Kompentensi dan kewenangan pelayanan tingkat pertama atau kedua lebih
baik dalam menangani pasien tersebut
c. Pasien membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat ditangani oleh tingkatan
pelayanan kesehatan yg lebih rendah dengan alasan kemudahan,efisiensi
dan jangka panjang
d. Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan pasien karena keterbatasan sarana,prasarana,peralatan atau
ketenagaan

System rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang sesuai


kebutuhan medis, yaitu:

a. Dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama oleh fasilitas kesehatan


tingkat pertama
b. Jika diperlukan pelayanan lanjutan oleh spesialis, maka pasien dapat dirujuk
ke fasilitas kesehatan tingkat kedua
c. Pelayanan kesehatan tingkat kedua di faskes sekunder hanya dapat diberikan
atas rujukan dari faskes primer
d. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga di faskes tersier hanya dapat diberikan
atas rujukan dari faskes primer dan faskes sekunder
Pelayanan kesehatan di faskes primer yang dapat dirujuk langsung kefaskes
tersier hanya untuk kasus yang sudah ditegakkan diagnosis dan rencana
terapinya, merupakan pelayanan berulang dan hanya tersedia di faskes tersier.
Ketentuan pelayanan rujukan berjenjang dapat dikecualikan dalam kondisi:

a. Terjadi keadaan gawat darurat. Kondisi kegawatdaruratan mengikuti ketentuan


yang berlaku.
b. Bencana. Kriteria bencana ditentukan oleh pemerintah pusat atau pemerintah
daerah.
c. Kekhususan permasalahan kesehatan pasien. Untuk kasus yang sudah
ditegakkan rencana terapinya dan terapi tersebut hanya dapat dilakukan di
fasilitas kesehatan lanjutan.
d. Pertimbangan geografis, dan
e. Pertimbangan ketersediaan fasilitas.

embinaan dan pengawasan system rujukan berjenjang

a. Ka dinkes kab/kota dan organisasi profesi bertanggung jawab atas


pembinaan dan pengawasan rujukan pada pelayanan kesehatan tingkat
pertama
b. Ka dinkes provinsi dan organisasi profesi bertanggung jawab atas pembinaan
dan pengawasan rujukan pada pelayanan kesehatan tingkat kedua
c. Menteri bertanggung jawab atas pembinaan dan pengawasan rujukan pada
pelayanan kesehatan tingkat ketiga

2. Rekam Medis

Menurut Depkes RI (1994) pengertian rekam medis sebagai suatu sistem


penyelenggaraan rekam medis adalah merupakan proses kegiatan yang dimulai
pada saat diterimanya pasien di rumah sakit, diteruskan kegiatan pencatatan
data medis pasien selama pasien itu mendapatkan pelayanan medik di rumah
sakit, dan dilanjutkan dengan penanganan berkas rekam medis yang meliputi
penyelenggaraan penyimpanan serta pengeluaran berkas dari tempat
penyimpanan untuk melayani permintaan atau peminjaman dari pasien atau
untuk keperluan lainnya.

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 749a/Menkes/Per/XII/1989


tentang Rekam Medis dijelaskan bahwa rekam medis adalah berkas yang
berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,
pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan
kesehatan.

Menurut Depkes RI (1994) tujuan rekam medis adalah menunjang


tercapainya tertib administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan
kesehatan di rumah sakit. Hal ini harus di dukung oleh sistem penyelanggaraan
rekam medis yang baik dan benar. Tertib administrasi merupakan salah satu
factor yang menentukan di dalam upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit.

Menurut Depkes RI (1994) kegunaan berkas rekam medis dapat di lihat


dari berbagai aspek, diantaranya adalah :

a. Aspek Administrasi

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi, karena isinya


menyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai
tenaga medis dan peramedis dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan.

b. Aspek Medis

Suatu berkas rekam medik mempunyai nilai medik karena catatan tersebut
dipergunakan sebagai dasar merencanakan pengobatan atau perawatan yang
diberikan kepada pasien.

c. Aspek Hukum

Suatu berkas rekam medik mempunyai nilai hokum, karena isinya menyangkut
masalah adanya kepastian hokum atas dasar keadilan. Dalam rangka usaha
menegakkan hukum serta penyediaan bahan tanda bukti untuk menegakkan
keadilan.

d. Aspek Keuangan

Suatu berkas rekam medik mempunyai nilai keuangan karena isinya dapat
dijadikan sebagai bahan untuk menetapkan biaya pembayaran pelayanan di
rumah sakit. Tanpa adanya bukti catatan tindakan atau pelayanan, maka
pembayaran pelayanan di rumah sakit tidak dapat di pertanggungjawabkan.

e. Aspek Penelitian

Suatu berkas rekam medik mempunyai nilai penelitian, karena isinya


mengandung data atau informasi tentang perkembangan kronologis dari kegiatan
pelayanan medik yang diberikan kepada pasien. Informasi tersebut dapat
digunakan sebagai bahan referensi pengajaran di bidang profesi si pemakai.

f. Aspek Dokumentasi

Suatu berkas rekam medik mempunyai nilai dokumentasi, karena isinya menjadi
sumber ingatan yang harus di dokumentasikan dan dipakai sebagai bahan
pertanggung jawaban dan laporan rumah sakit.
3. Pelayanan Rawat Jalan

Pelayanan rawat jalan adalah satu bentuk dari pelayanan kedokteran.


Secara sederhana yang dimaksud dengan pelayanan rawat jalan adalah
pelayanan kedokteran yang disediakan untuk pasien tidak dalam bentuk rawat
inap (hospitalization). Pelayanan rawat jalan ini termasuk tidak hanya yang
diselenggarakan oleh sarana pelayanan kesehatan yang telah lazim dikenal
rumah sakit atau klinik, tetapi juga yang diselenggarakan di rumah pasien (home
care) serta di rumah perawatan (nursing homes).

Pelayanan Rawat Jalan di Klinik Rumah Sakit

Bentuk pertama dari pelayanan rawat jalan adalah yang


diselenggarakan oleh klinik yang ada kaitannya dengan rumah sakit (hospital
based ambulatory care). Jenis pelayanan rawat jalan di rumah sakit secara umum
dapat dibedakan atas 4 macam yaitu :

a. Pelayanan gawat darurat (emergency services) yakni untuk menangani pasien


yang butuh pertolongan segera dan mendadak.

b. Pelayanan rawat jalan paripurna (comprehensive hospital outpatient services)


yakni yang memberikan pelayanan kesehatan paripurna sesuai dengan
kebutuhan pasien.

c. Pelayanan rujukan (referral services) yakni hanya melayani pasien-pasien


rujukan oleh sarana kesehatan lain. Biasanya untuk diagnosis atau terapi,
sedangkan perawatan selanjutnya tetap ditangani oleh sarana kesehatan yang
merujuk.

d. Pelayanan bedah jalan (ambulatory surgery services) yakni memberikan


pelayanan bedah yang dipulangkan pada hari yang sama

Dibandingkan dengan pelayanan rawat inap, pelayanan rawat jalan ini


memang tampak berkembang lebih pesat. Roemer (1981) mencatat bahwa
peningkatan angka utilisasi pelayanan rawat jalan di rumah sakit misalnya, adalah
dua sampai tiga kali lebih dari peningkatan angka utilisasi pelayanan rawat inap.

Banyak faktor yang berperan sebagai penyebab makin berkembangnya


pelayanan dan juga sarana pelayanan berobat jalan ini. Jika disederhanakan,
paling tidak dapat dibedakan menjadi lima macam yaitu : ( Cambridge Research
Institute, 1976; Avery dan Imdieke, 1984; Feste,1989):

1. Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menyelenggarakan pelayanan


rawat jalan relatif lebih sederhana dan murah, dan karena itu lebih banyak
didirikan.

2. Kebijakan pemerintah yang untuk mengendalikan biaya kesehatan mendorong


dikembangkannnya sebagai sarana pelayanan rawat jalan.
3. Tingakat kesadaran kesehatan penduduk yangmakin meningkat, yang tidak
lagi membutuhkan pelayanan untuk mengobati penyakit saja, tetapi juga untuk
memelihara atau meningkatkan kesehatan yang umumnya dapat dilayanai oleh
sarana pelayanan rawat jalan saja.

4. Kemajuan ilmu teknologi kedokteran yang telah dapat melakukan berbagai


tindakan kedokteran yang dulunya memerlukan pelayanan rawat inap, tetapi pada
saat ini cukup dilayani dengan pelayanan rawat jalan saja.

5. Utilisasi Rumah Sakit yang makin terbatas, dan karenanya untuk meningkakan
pendapatan, kecuali lebih megembangkan pelayanan rawat jalan yang ada di
rumah sakit juga terpaksa mendirikan berbagai sarana pelayanan rawat jalan di
luar Rumah Sakit.

Menjaga Mutu Pelayanan Rawat Jalan

Sama halnya dengan berbagai pelayanan kesehatan lainnya, maka


salah satu syarat pelayanan rawat jalan yang baik adalah pelayanan yang
bermutu. Karena itu untuk dapat menjamin mutu pelayanan rawat jalan tersebut,
maka program menjaga mutu pelayanan rawat jalan perlu pula dilakukan.

Untuk ini diperhatikan bahwa sekalipun prinsip pokok program menjaga


mutu pada pelayanan rawat jalan tidak banyak berbeda dengan berbagai
pelayanan kesehatan lainnya, namun karena pada pelayanan rawat jalan
ditemukan beberapa ciri khusus, menyebabkan penyelenggaraan program
menjaga mutu pada pelayanan rawat jalan tidaklah semudah yang diperkirakan,
ciri-ciri khusus yang dimaksud adalah:

1. Sarana, prasarana serta jenis pelayanan rawat jalan sangat beraneka ragam,
sehingga sulit merumuskan tolak ukur yang bersifat baku.

2. Tenaga pelaksana bekerja pada srana pelayanan rawat jalan umumnya


terbatas, sehigga di satu pihak tidak dapat dibentuk suatu perangkat khusus yang
diserahkan tanggung jawab penyelengaraa program menjaga mutu, dan pihak
lain, apabila beban kerja terlalu besar, tidak memiliki cukup waktu untuk
menyelengarakan program menjaga mutu.

3. Hasil pelayanan rawat jalan sering tidak diketahui. Ini disebabkan karena
banyak dari pasien tidak datang lagi ke klinik.

4. Beberapa jenis penyakit yang datang ke sarana pelayanan rawat jalan adalah
penyakit yang dapat sembuh sendiri, sehingga penilaian yang objektif sulit
dilakukan.

5. Beberapa jenis penyakit yang datang ke sarana pelayanan rawat jalan adalah
mungkin penyakit yang telah berat dan bersifat kronis, sehingga menyulitkan
pekerjaan penilaian.
6. Beberapa jenis penyakit yang datang berobat datang kesarana pelayanan
rawat jalan mungkin jenis penyakit yang penanggulangannya sebenarnya berada
di luar kemampuan yang dimiliki. Keadaan yang seperti ini juga akan menyulitkan
pekerjaan penilaian.

7. Rekam medis yang dipergunakan pada pelayanan rawat jalan tidak selengkap
rawat inap, sehingga data yang diperlukan untuk penilaian tidak lengkap

8. Perilaku pasien yang datang kesarana pelayanan rawat jalansukar dikontrol,


dan karenanya sembuh atau tidaknya suatu penyakit yang dalami tidak
sepenuhnya tergantung dari mutu pelayanan yang diselenggarakan.

Pelayanan diunit Rawat Jalan Rumah Sakit secara global atau umum
berdasarkan proses dan tugas masing masing:

1. Registrasi atau pendaftaran

Bertugas menerima pendaftaran pasien, menyediakan aplikasi pendaftaran


pasien, melakukan pengisian form registrasi, menyediakan informasi jadwal
praktek dokter, melakukan penjadwalan pasien rawat jalan, melakukan
pendaftaran registrasi harian, memberikan bukti registrasi pemeriksaan kepada
pasien, memberikan kartu berobat pasien.

2. Bagian pemeriksaan

Merupakan aspek pemeriksaan fungsional medis utama yang menghubungkan


tugas tenaga medis seperti dokter, perawat dalam melakukan pemeriksaan dan
diagnose penyakit pasien, mengisi rekam medis pasien, menganalisa data data
medis pasien serta melakukan tindakan kesehatan terhadap pasien.

3. Bagian inventory medical record (rekam medis)

Bertugas mengatur data data dan informasi berkaitan dengan rekam medis
pasien dari pemeriksaan pasien oleh dokter, mengatur penyusunan data therapy,
mengatur catatan pasien, kode dan jenis tindakan, mengatur data hasil
pemeriksaan, mengatur data diagnose pasien, menghubungkan dokumen rekam
medis dengan hasil diagnose dari laboratorium, radiologi, dan unit lainnya,
mencetak medical record, mencetak data terapy, mencetak catatan pasien,
mencetak hasil pemeriksaan, mencetak diagnose akhir, mencetak rekap penyakit
terbanyak, menyediakan data medical record pasien.

4. Bagian apotik/farmasi

Bertugas memfasilitasi kegiatan farmasi, melakukan pengisian resep, melakukan


klasifikasi pemakaian produk obat, supplier obat, ketegori obat dan stok obat,
melakukan pemilahan kategori resep obat racikan, kategori dan komposisi
racikan obat, memberikan perhitungan biaya racikan, menghitung total
penggunaan obat dan harga obat, memberikan bukti pemberian obat pada
pasien, memberikan bukti pembayaran obat kepada pasien, menghubungkan
penggunaan obat pasien dengan system rekam medis pasien, melakukan
penyimpanan data data pemakaian obat pada pasien, melakukan inventory stok
obat yang ada.

5. Pembayaran atau kasir

Bertugas untuk menyediakan proses pembayaran dan penagihan, pengisian


biaya biaya perawatan, memberikan informasi tarif dokter, memberikan tarif
asisten dan tarif jasa administrasi, menerima uang pembayaran biaya perawatan
pasien tunai maupun non tunai, menerima uang pembayaran pembelian obat
tunai maupun non tunai, pengisian resep online, pengalihan tagihan perawatan,
mengisi selisih biaya perawatan, memberikan diskon biaya perawatan, update
saldo kas/bank, mencetak daftar kas/bank, mencetak daftar uang muka,
mencetak daftar bon sementara, mencetak transaksi mutasi bank, mencetak
ulang kwitansi perawatan, mencetak tagihan perawatan, mencetak penerimaan
perawatan, mencetak pembayaran utang, mencetak pengalihan biaya perawatan,
mencetak potongan biaya perawatan, mencetak subsidi biaya perawatan,
mencetak pendapatan pertindakan juga perjasa medis, memberikan bukti
pembayaran kepada pasien, memberikan bukti tanda penagihan kepada pihak
yang berkepentingan.

Berdasarkan Keputusan Menteri kesehatan Nomor : 129/Menkes/SK/II/2008


tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, standar minimal rawat jalan
adalah sebagai berikut:

 Dokter yang melayani pada Poliklinik Spesialis harus 100 % dokter spesialis.

 Rumah sakit setidaknya harus menyediakan pelayanan klinik anak, klinik


penyakit dalam, klinik kebidanan, dan klinik bedah.

 Jam buka pelayanan adalah pukul 08.00 – 13.00 setiap hari kerja, kecuali hari
Jumat pukul 08.00 – 11.00.

 Waktu tunggu untuk rawat jalan tidak lebih dari 60 menit.

 Kepuasan pelanggan lebih dari 90 %.

4. Pelayanan Rawat Inap

Rawat inap (opname) adalah istilah yang berarti proses perawatan


pasien oleh tenaga kesehatan profesional akibat penyakit tertentu, di mana
pasien diinapkan di suatu ruangan di rumah sakit . Ruang rawat inap adalah
ruang tempat pasien dirawat. Ruangan ini dulunya sering hanya berupa bangsal
yang dihuni oleh banyak orang sekaligus. Saat ini, ruang rawat inap di banyak
rumah sakit sudah sangat mirip dengan kamar-kamar hotel. Pasien yang berobat
jalan di Unit Rawat Jalan, akan mendapatkan surat rawat dari dokter yang
merawatnya, bila pasien tersebut memerlukan perawatan di dalam rumah sakit,
atau menginap di rumah sakit.

5. Sistem asuransi

JKN merupakan program pelayanan kesehatan terbaru yang merupakan


kepanjangan dari Jaminan Kesehatan Nasional yang sistemnya menggunakan
sistem asuransi. Artinya, seluruh warga Indonesia pada dasarnya dan juga
nantinya akan wajib menyisihkan sebagian kecil uangnya untuk jaminan
kesehatan di masa depan.

BPJS adalah singkatan dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.


BPJS ini adalah perusahaan asuransi yang kita kenal sebelumnya sebagai PT
Askes. Begitupun juga BPJS Ketenagakerjaan merupakan transformasi dari
Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kerja).

Menjadi peserta BPJS dan JKN adalah merupakan hak bagi warga
negara Indonesia dan pemerintah telah mencanangkan bahwasannya beberapa
tahun kedepan diharapkan seluruh masyarakat Indonesia menjadi peserta Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional.
Untuk itula perlu dan pentingnya mengetahui akan syarat cara daftar peserta
BPJS Kesehatan yang merupakan program pemerintah di bidang kesehatan ini.

Ada beberapa manfaat dari penggunaan Jaminan Kesehatan Nasional


ini. Berikut beberapa manfaat yang bisa didapatkan dari JKN ini yang
disampaikan oleh Drg.Usman Sumantri. M. PH selaku Kepala Pusat Pembiayaan
dan Jaminan Kesehatan Kementerian Nasional yaitu diantaranya :

1. Peserta jaminan kesehatan mendapat jaminan kesehatan meliputi fasilitas


primer, sekunder dan tersier, baik milik pemerintah maupun swasta yang bekerja
sama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

2. Menjamin kesehatan medis dari administrasi pelayanan, pemeriksaan,


pengobatan dan konsultasi medis seseorang sampai non-medis seperti
akomodasi dan ambulan.

3. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non-operatif, kemudian


pelayanan transfusi darah sesuai kebutuhan medis.

4. Manfaat jaminan kesehatan bersifat pelayanan kesehatan perorangan,


mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Di mana
pelayanan promotif dan preventif meliputi pemberian pelayanan, penyuluhan
kesehatan perorangan, imunisasi dasar, keluarga berencana dan skrining
kesehatan. Kemudian, pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat
pertama dan pelayanan rawat inap tingkat pertam sesuai dengan keluhan
penyakit.
5. Menjamin pelayanan kesehatan sebanyak lima anggota keluarga, termasuk
pembayar iuran.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa sistem pelayanan
kesehatan adalah sebuah konsep dimana konsep ini memberikan layanan
kesehatan kepada masyarakat. Dalam sistem pelayanan rumah sakit terdapat
beberapa lembaga yang terkait seperti rekam medis, rawat jalan, rawat inap dan
mencakup system rujukan, sistem asuransi. Sistem pelayanan kesehatan terbagi
atas beberapa lingkup yang berbeda yaitu pelayanan kesehatan tingkat pertama,
pelayanan kesehatan tingkat kedua dan pelayanan kesehatan tingkat ketiga. Sub
sistem pelayanan kesehatan tersebut memiliki tujuan masing-masing dengan
tidak meninggalkan tujuan umum dari pelayanan kesehatan.

B. Saran

Dalam sistem pelayanan kesehatan perlu terus ditingkatkan mutu serta


kualitas dari pelayanan kesehatan agar sistem pelayanan ini dapat berjalan
dengan efektif. Itu semua dapat dilakukan dengan melihat nilai-nilai yang ada di
masyarakat, dan diharapkan para petugas medis dapat memberikan pelayanan
dengan kualitas yang bagus dan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Alimun hidayat, A. Aziz. 2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta :


Salemba Medika

Adisasmito,Wiku.2007.Sistem Kesehatan.Jakarta:PT Raja Gravindo Persada.

Depkes RI. 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.

Notoatmodjo Soekidjo.2001.Peran Pelayanan Kesehatan Swasta dalam


Menghadapi Masa Krisis. Jakarta:Suara Pembaruan Daily.

Satrianegara, M. Fais. 2009. Buku Ajar Organisasi Dan Manajemen Pelayanan


Kesehatan Serta Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai