Farm
TUGAS
FARMASI KLINIK
‘’MAKALAH RUMAH SAKIT’’
DISUSUN OLEH:
F19B
POLITEKNIK BAUBAU
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1. Pengertian Rumah Sakit
Tugas dan fungsi ini berhubungan dengan kelas dan type rumah sakit
yang di Indonesia terdiri dari rumah sakit umum dan rumah sakit khusus, kelas a,
b, c, d. berbentuk badan dan sebagai unit pelaksana teknis daerah. perubahan
kelas rumah sakit dapat saja terjadi sehubungan dengan turunnya kinerja rumah
sakit yang ditetapkan oleh menteri kesehatan indonesia melalui keputusan dirjen
yan medik.
Jenis ini mencakup trauma center, rumah sakit anak, rumah sakit manula,
atau rumah sakit yang melayani kepentingan khusus seperti psychiatric
(psychiatric hospital), penyakit pernapasan, dan lain-lain.Rumah sakit ini
bisa terdiri atas gabungan atau pun hanya satu bangunan.
Fasilitas medis yang lebih kecil yang hanya melayani keluhan tertentu.
Biasanya dijalankan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat atau dokter-dokter
yang ingin menjalankan praktek pribadi. Klinik biasanya hanya menerima
rawat jalan. Bentuknya bisa pula berupa kumpulan klinik yang disebut
poliklinik.
Sebuah klinik (atau rawat jalan klinik atau klinik perawatan rawat jalan)
adalah fasilitas perawatan kesehatan yang dikhususkan untuk perawatan
pasien rawat jalan. Klinik dapat dioperasikan, dikelola dan didanai secara
pribadi atau publik, dan biasanya meliputi perawatan kesehatan primer
kebutuhan populasi di masyarakat lokal, berbeda dengan rumah sakit yang
lebih besar yang menawarkan perawatan khusus dan melayani pasien
rawat inap.
Komite Etik Rumah Sakit (KERS), dapat dikatakan sebagai suatu badan
yang secara resmi dibentuk dengan anggota dari berbagai disiplin perawatan
kesehatan dalam rumah sakit yang bertugas untuk menangani berbagai masalah
etik yang timbul dalam rumah sakit. KERS dapat menjadi sarana efektif dalam
mengusahakan saling pengertian antara berbagai pihak yang terlibat seperti
dokter, pasien, keluarga pasien dan masyarakat tentang berbagai masalah etika
hukum kedokteran yang muncul dalam perawatan kesehatan di rumah sakit.
Ada tiga fungsi KERS ini yaitu pendidikan, penyusun kebijakan dan
pembahasan kasus. Jadi salah satu tugas KERS adalah menjalankan fungsi
pendidikan etika. Dalam rumah sakit ada kebutuhan akan kemampuan
memahami masalah etika, melakukan diskusi multidisiplin tentang kasus mediko
legal dan dilema etika biomedis dan proses pengambilan keputusan yang terkait
dengan permasalahan ini. Dengan dibentuknya KERS, pengetahuan dasar bidang
etika kedokteran dapat diupayakan dalam institusi dan pengetahuan tentang etika
diharapkan akan menelurkan tindakan yang profesional etis. Komite tidak akan
mampu mengajari orang lain, jika ia tidak cukup kemampuannya. Oleh sebab itu
tugas pertama komite adalah meningkatkan pengetahuan anggota komite. Etika
kedokteran dewasa ini berkembang sangat pesat. Di Indonesia etika kedokteran
relatif baru dan yang berminat tidak banyak sehingga lebih sulit mencari bahan
bacaan yang berkaitan dengan hal ini. Pendidikan bagi anggota komite dapat
dilakukan dengan belajar sendiri, belajar berkelompok, dan mengundang pakar
dalam bidang agama, hukum, sosial, psikologi, atau etika yang mendalami bidang
etika kedokteran. Para anggota komite setidaknya harus menguasai berbagai
istilah/konsep etika, proses analisis dan pengambilan keputusan dalam etika.
Pengetahuan tentang etik akan lebih mudah dipahami jika ia diterapkan dalam
berbagai kasus nyata. Semakin banyak kasus yang dibahas, akan semakin
jelaslah bagi anggota komite bagaimana bentuk tatalaksana pengambilan
keputusan yang baik. Pendidikan etika tidak terbatas pada pimpinan dan staf
rumah sakit saja. Pemilik dan anggota yayasan, pasien, keluarga pasien, dan
masyarakat dapat diikutsertakan dalam pendidikan etika. Pemahaman akan
permasalahan etika akan menambah kepercayaan masyarakat dan membuka
wawasan mereka bahwa rumah sakit bekerja untuk kepentingan pasien dan
masyarakat pada umumnya. Selama ini dalam struktur rumah sakit di Indonesia
dikenal subkomite/panitia etik profesi medik yang merupakan struktur dibawah
komite medik yang bertugas menangani masalah etika rumah sakit. Pada
umumnya anggota panitia ini adalah dokter dan masalah yang ditangani lebih
banyak yang berkaitan dengan pelanggaran etika profesi. Mengingat etika
kedokteran sekarang ini sudah berkembang begitu luas dan kompleks maka
keberadaan dan posisi panitia ini tidak lagi memadai. Rumah sakit memerlukan
tim atau komite yang dapat menangani masalah etika rumah sakit dan tanggung
jawab langsung kepada direksi. Komite memberikan saran di bidang etika kepada
pimpinan dan staf rumah sakit yang membutuhkan. Keberadaan komite
dinyatakan dalam struktur organisasi rumah sakit dan keanggotaan komite
diangkat oleh pimpinan rumah sakit atau yayasan rumah sakit. Proses
pembentukan KERS ini, rumah sakit memulainya dengan membentuk tim kecil
yang terdiri dari beberapa orang yang memiliki kepedulian mendalam dibidang
etika kedokteran, bersikap terbuka dan memiliki semangat tinggi. Jumlah anggota
disesuaikan dengan kebutuhan. Keanggotaan komite bersifat multi disiplin
meliputi dokter (merupakan mayoritas anggota) dari berbagai spesialisasi,
perawat, pekerja sosial, rohaniawan, wakil administrasi rumah sakit, wakil
masyarakat, etikawan, dan ahli hukum.
Sistem kesehatan di Indonesia tidak terlepas dari pembangunan
kesehatan. Intinya sistem kesehatan merupakan seluruh aktifitas yang
mempunyai tujuan utama untuk mempromosikan, mengembalikan dan
memelihara kesehatan. Sistem kesehatan memberi manfaat kepada mayarakat
dengan distribusi yang adil. Sistem kesehatan tidak hanya menilai dan berfokus
pada “tingkat manfaat” yang diberikan, tetapi juga bagaimana manfaat itu
didistribusikan.
a. Preventif primer.
b. Preventif sekunder.
Terdiri dari pengobatan penyakit pada tahap dini untuk membatasi kecacatan
dengan cara mengindari akibat yang timbul dari perkembangan penyakit
tersebut.
c. Preventif tersier.
a.Dokter Spesialis
a.Dokter Subspesialis
BAB II
PEMBAHASAN
1. Sistem Rujukan
1. Rujukan internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di
dalam institusi tersebut, misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas
pembantu) ke puskesmas induk.
2. Rujukan eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang
pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke
puskesmas rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum
daerah).
b. Rujukan tenaga dalam bentuk antara lain dukungan tenaga ahli untuk
penyidikan sebab dan asal usul penyakit atau kejadian luar biasa suatu
penyakit serta penanggulangannya pada bencana alam, gangguan
kamtibmas, dan lain-lain.
c. Rujukan operasional berupa antara lain bantuan obat, vaksin, pangan pada
saat terjadi bencana, pemeriksaan bahan (spesimen) bila terjadi keracunan
masal, pemeriksaan air minum penduduk, dan sebagainya.
Yaitu rujukan yang dilakukan antar pelayanan kesehatan dalam satu tingkatan
apabila perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai
dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan atau
ketenagaan yang sifatnya sementara atau menetap.
2. Vertikal
Yaitu rujukan yang dilakukan antar pelayanan kesehatan yang berbeda tingkatan,
dapat dilakukan dari tingkat pelayanan yang lebih rendah ketingkat pelayanan
yang lebih tinggi atau sebaliknya.
2. Rekam Medis
a. Aspek Administrasi
b. Aspek Medis
Suatu berkas rekam medik mempunyai nilai medik karena catatan tersebut
dipergunakan sebagai dasar merencanakan pengobatan atau perawatan yang
diberikan kepada pasien.
c. Aspek Hukum
Suatu berkas rekam medik mempunyai nilai hokum, karena isinya menyangkut
masalah adanya kepastian hokum atas dasar keadilan. Dalam rangka usaha
menegakkan hukum serta penyediaan bahan tanda bukti untuk menegakkan
keadilan.
d. Aspek Keuangan
Suatu berkas rekam medik mempunyai nilai keuangan karena isinya dapat
dijadikan sebagai bahan untuk menetapkan biaya pembayaran pelayanan di
rumah sakit. Tanpa adanya bukti catatan tindakan atau pelayanan, maka
pembayaran pelayanan di rumah sakit tidak dapat di pertanggungjawabkan.
e. Aspek Penelitian
f. Aspek Dokumentasi
Suatu berkas rekam medik mempunyai nilai dokumentasi, karena isinya menjadi
sumber ingatan yang harus di dokumentasikan dan dipakai sebagai bahan
pertanggung jawaban dan laporan rumah sakit.
3. Pelayanan Rawat Jalan
5. Utilisasi Rumah Sakit yang makin terbatas, dan karenanya untuk meningkakan
pendapatan, kecuali lebih megembangkan pelayanan rawat jalan yang ada di
rumah sakit juga terpaksa mendirikan berbagai sarana pelayanan rawat jalan di
luar Rumah Sakit.
1. Sarana, prasarana serta jenis pelayanan rawat jalan sangat beraneka ragam,
sehingga sulit merumuskan tolak ukur yang bersifat baku.
3. Hasil pelayanan rawat jalan sering tidak diketahui. Ini disebabkan karena
banyak dari pasien tidak datang lagi ke klinik.
4. Beberapa jenis penyakit yang datang ke sarana pelayanan rawat jalan adalah
penyakit yang dapat sembuh sendiri, sehingga penilaian yang objektif sulit
dilakukan.
5. Beberapa jenis penyakit yang datang ke sarana pelayanan rawat jalan adalah
mungkin penyakit yang telah berat dan bersifat kronis, sehingga menyulitkan
pekerjaan penilaian.
6. Beberapa jenis penyakit yang datang berobat datang kesarana pelayanan
rawat jalan mungkin jenis penyakit yang penanggulangannya sebenarnya berada
di luar kemampuan yang dimiliki. Keadaan yang seperti ini juga akan menyulitkan
pekerjaan penilaian.
7. Rekam medis yang dipergunakan pada pelayanan rawat jalan tidak selengkap
rawat inap, sehingga data yang diperlukan untuk penilaian tidak lengkap
Pelayanan diunit Rawat Jalan Rumah Sakit secara global atau umum
berdasarkan proses dan tugas masing masing:
2. Bagian pemeriksaan
Bertugas mengatur data data dan informasi berkaitan dengan rekam medis
pasien dari pemeriksaan pasien oleh dokter, mengatur penyusunan data therapy,
mengatur catatan pasien, kode dan jenis tindakan, mengatur data hasil
pemeriksaan, mengatur data diagnose pasien, menghubungkan dokumen rekam
medis dengan hasil diagnose dari laboratorium, radiologi, dan unit lainnya,
mencetak medical record, mencetak data terapy, mencetak catatan pasien,
mencetak hasil pemeriksaan, mencetak diagnose akhir, mencetak rekap penyakit
terbanyak, menyediakan data medical record pasien.
4. Bagian apotik/farmasi
Dokter yang melayani pada Poliklinik Spesialis harus 100 % dokter spesialis.
Jam buka pelayanan adalah pukul 08.00 – 13.00 setiap hari kerja, kecuali hari
Jumat pukul 08.00 – 11.00.
5. Sistem asuransi
Menjadi peserta BPJS dan JKN adalah merupakan hak bagi warga
negara Indonesia dan pemerintah telah mencanangkan bahwasannya beberapa
tahun kedepan diharapkan seluruh masyarakat Indonesia menjadi peserta Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional.
Untuk itula perlu dan pentingnya mengetahui akan syarat cara daftar peserta
BPJS Kesehatan yang merupakan program pemerintah di bidang kesehatan ini.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa sistem pelayanan
kesehatan adalah sebuah konsep dimana konsep ini memberikan layanan
kesehatan kepada masyarakat. Dalam sistem pelayanan rumah sakit terdapat
beberapa lembaga yang terkait seperti rekam medis, rawat jalan, rawat inap dan
mencakup system rujukan, sistem asuransi. Sistem pelayanan kesehatan terbagi
atas beberapa lingkup yang berbeda yaitu pelayanan kesehatan tingkat pertama,
pelayanan kesehatan tingkat kedua dan pelayanan kesehatan tingkat ketiga. Sub
sistem pelayanan kesehatan tersebut memiliki tujuan masing-masing dengan
tidak meninggalkan tujuan umum dari pelayanan kesehatan.
B. Saran