Anda di halaman 1dari 16

TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK TERHADAP PENINGKATAN

PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL DAN EMOSI ANAK REMAJA


“TAHAP PERKEMBANGAN REMAJA”

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Keluarga


Dosen Pengampu : Trisna Vitaliati, S. Kep., Ns., M. Kep

Disusun oleh :
Kelompok 5

Muthia Maharani Yahya (19010099)


Nikmatul Jannah (19010106)
Nuria Sukma Ita (19010116)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS dr. SOEBANDI
2022
TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK TERHADAP PENINGKATAN
PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL DAN EMOSI ANAK REMAJA

BAB 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang masalah
Usia Remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa
dewasa yang dihadapkan pada berbagai tantangan dan masalah perkembangan.
Kegagalan dalam perkembangan remaja dapat membentuk kepribadian Social
Anxiety Disorders pada saat dewasa yang ditandai dengan adanya gangguan mental
dan gangguan kepribadiaan. Terapi kelompok terapeutik merupakan salah satu cara
untuk membantu menyelesaikan permasalahan pada masalah tumbuh kembang pada
anak dengan cara stimulasi yang sesuai perkembangan remaja selain itu terapi
kelompok terapeutik juga memberikan kesempatan kepada anggotanya untuk saling
berbagi pengalaman untuk membantu menyelesaikan masalah dengan mengajarkan
cara yang efektif untuk mengendalikan stres emosional mengapa kelompok anda
memilih intervensi ini dalam asuhan keperawatan keluarga: bisa dimulai dari jelaskan
masalahnya, kemudian program pemerintah untuk mengatasi masalah itu jika ada,
baru setelah itu tuliskan program inovasi yang anda temukan untuk mengatasi
masalah yang ada.
di SMPN 9 Palu dengan guru didapatkan informasi sering terjadi perkelahian
didalam kelas dan diluar kelas, siswa merokok dan tidak hadir tanpa surat keterangan.
Hasil observasi siswa kelas 7 dan 8 menunjukkan siswa banyak diam dan kurang
kooperatif dengan temannya, berbicara kasar dan kurang percaya diri. Berdasarkan
uraian di atas perlu dilakukan kajian tentang “Pengaruh Terapi Kelompok Terapeutik
terhadap peningkatan perkembangan psikososial dan emosional remaja di SMP
Negeri 9 Palu.
Dari artikel yg kami dapatkan mengapa memilih intervensi tersebut? Karena
Terapi kelompok terapeutik yang diberikan adalah melakukan stimulasi
perkembangan psikososial untuk menumbuhkan kepercayaan diri yang positif, dan
perkembangan emosi anak akan berkembang dengan maksimal. Dan Stimulasi Sesuai
dengan teori mengatakan cara terbaik untuk mengembangkan kemampuan anak yang
diberikan kepada setiap ada waktu/kesempatan baik di lingkungan keluarga dan
sekolah.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh intervensi terapi kelompok terapeutik terhadap
peningkatan perkembangan psikososial dan emosi anak remaja.
1.3 Manfaat
a. Manfaat Teoritis
- Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membantu mengembangkan ilmu
keperawatan, khususnya keperawatan keluarga.
b. Manfaat Praktis
- Bagi peneliti
Mengetahui pengaruh terapi kelompok keluarga terhadap peningkatan
perkembangan psikososial dan emosi anak remaja
- Bagi Orang tua
Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran pada Orang tua tentang
keadaan psikologi anak sehingga orang tua termotivasi untuk memenuhi
kebutuhan anak tidak hanya membutuhkan materi (fisik) namun juga
memiliki kebutuhan psiko-sosio yang dapat dipenuhi dari komunikasi antara
orangtua dan anak remaja.
- Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang stimulasi
perkembangan anak remaja melalui terapi kelompok terapeuti cara yang
efektif untuk mengendalikan stres emosional dan meningkatkan potensi yang
dimilki anak guna mencapai tumbuh kembang yang optimal sesuai dengan
usia anak.

BAB 2 Evidence Based Nursing


2.1 Strategi Pencarian Literatur
Strategi yang digunakan mencari artikel menggunakan PICOS. Pencarian
artikel atau jurnal digunakan untuk memperluas atau menspesifikkan pencarian,
sehingga mempermudah dalam penentuan artikel atau jurnal yang digunakan.
Pencarian artikel ini menggunakan keyword Terapi kelompok terapeutik;
Perkembangan psikososial; perkembangan emosi; remaja. Penelitian ini menggunakan
data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti
terdahulu. Jurnal dan artikel yang relevan dengan topik dilakukan pencarian melalui
database Google Scholar.
2.2 Kriteria Inklusi dan Ekslusi
Tabel 2.1 kriteria inklusi dan eksklusi dengan format PICOS

Kriteria Inklusi Eksklusi


Population/ Jurnal yang sesuai topik Jurnal yang tidak sesuai dengan
Problem penelitian yaitu maslaah topik penelitian yaitu kesehatan
kesehatan pada perkembangan jiwa pada pengguna media sosial
anak remaja dari jurnal nasional dan
internasional
Intervensi Terapi Kelompok Terapeutik Tidak menggunakan Terapi
Kelompok Terapeutik
Compare Tidak ada Tidak ada
Outcome/ Ada pengaruh Terapi kelompok Tidak ada pengaruh Terapi
terapeutik terhadap peningkatan kelompok terapeutik terhadap
Hasil
perkembangan psikososial dan peningkatan perkembangan
emosi anak remaja psikososial dan emosi anak
remaja
Study desain Quasi Experiment Cross sectional, Cohort
design.
Tahun terbit Jurnal terbit setelah tahun 2021 Jurnal yang terbit sebelum 2018
Bahasa Bahasa inggris dan indonesia Selain bahasa inggris dan

indonesia

2.3 Hasil Pencarian dan Seleksi studi


Setelah dilakukan pencarian literatur melalui google scholar dengan kata kunci
“masalah perkembangan dan emosi anak remaja”ditemukan beberapa jurnal atau
literatul terkait perilaku dan emosi anak pada anak remaja,namun kami memilih 1 saja
dari beberapa literatur.proses pemilihan yaitu dengan cara memilih jurnal berdasarakan
kriteria jurnal nasional terakreditasi seperti memiliki ISSN ,tahun terbit minimal 5
tahun terakhir .
2.4 Analisa Artikel
1. Nama peneliti
Arifuddin dan Helena Pangaribuan
2. Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan mengidentiifikasi pengaruh terapi kelompok terapeutik
terhadap peningkatan perkembangan psikososial dan emosi anak remaja.
3. Metode
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi eksperimen dengan
pendekatan pre test – pos test control group. Populasi dalam penelitian ini adalah
semua siswa SMPN 9 Palu. Jumlah sampel sebanyak 50 dengan metode sampel
purposive sampling. Instrument peneltian menggunakan kuesioner psikososial dan
emosi. Uji statistik menggunakan uji Paired T Test.
4. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 9 Jalan Zebra Star Palu. Pada tanggal
13 oktober sampai 17 novenver 2019
5. Populasi dan sampel
Populasi penelitian ini adalah semua siswa SMPN 9 Palu.
Sampel pada penelitian ini adalah siswa yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak
50 orang. Tehnik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling.
Penelitian ini peneliti membagi sampel menjadi 2 kelompok yaitu kelompok
perlakuan dan kelompok control. Kelompok perlakuan diberikan terapi kelompok
terapeutik, dimana 1 kelompok terdiri dari 9 orang yang terdiri dari 7 sesi dengan
durasi 45-60 menit untuk setiap sesi .sesi 1 : konsep stimulasi, sesi 2 : stimulasi
aspek motoric, sesi 3 : stimulasi aspek kognitif dan Bahasa, sesi 4 : stimulasi aspek
emosi dan kepribadian, sesi 5 : stimulasi aspek moral dan spiritual, sesi 6 : stimulasi
aspek psikososial dan sesi 7 : sharing pengalaman TKT. sedangkan kelompok
control diberikan penyuluhan kesehatan tentang perkembangan psikososial dan
emosi pada remaja.
6. Intervensi : Terapi Kelompok Terapeutik
7. Hasil penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan skor perkembangan
psikosial sebelum dan sesudah diberikan terapi kelompok terapeutik dengan p-value
0,000, terdapat perbedaan skor perkembangan emosi sebelum dan sesudah
diberikan terapi kelompok terapeutik dengan p-value 0,000.
8. Saran penelitian
Perawat dapat menerapkan terapi kelompok terapeutik pada anak remaja untuk
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan kesehatan jiwa di masyarakat.
BAB 3 Intervensi Keperawatan berdasarkan Evidence Based
1. Definisi
Di SMPN 9 Palu dengan guru didapatkan informasi sering terjadi perkelahian didalam
kelas dan diluar kelas. Hasil observasi siswa kelas 7 dan 8 menunjukkan siswa banyak
diam dan kurang kooperatif dengan temannya, berbicara kasar dan kurang percaya
diri. Berdasarkan uraian di atas perlu dilakukan kajian tentang “Pengaruh Terapi
Kelompok Terapeutik terhadap peningkatan perkembangan psikososial dan emosional
remaja di SMP Negeri 9 Palu”.
Terapi kelompok terapeutik yang diberikan adalah melakukan stimulasi
perkembangan psikososial untuk menumbuhkan kepercayaan diri yang positif.
2. Tujuan dan sasaran
a. Tujuan
- Untuk membantu menyelesaikan permasalahan pada masalah tumbuh
kembang pada anak dengan cara stimulasi yang sesuai perkembangan remaja.
- Untuk menumbuhkan kepercayaan diri yang positif.
- Untuk engendalikan stres smosional dan meningkatkan potensi yang dimilki
anak guna mencapai tumbuh kembang yang optimal sesuai dengan usia anak
remaja.
b. Sasaran
Pelaksanaan intervensi dilakukan pada siswa SMPN 9 Palu yang termasuk pada
inklusi dengan dibagi menjadi 2 kelompok terlebih dahulu:
• Intervensi terapi kelompok terapeutik dilakukan pada siswa kelompok 1
sebanyak 9 orang
• Penyuluhan kesehatan tentang perkembangan psikososial dan emosi pada
remaja diberikan pada kelompok 2
3. Prinsip dan Panduan Intervensi
- Pelaksanaan terapi kelompok terapeutik ini anak dibagi menjadi 2 kelompok,
dimana satu kelompok terdiri dari 9 orang serta lama sesi 60-90 menit
sebanyak 7 sesi. Keadaan kondisi memungkinkan terapi kelompok terapeutik
berjalan efektif dan anak mempunyai cukup waktu untuk belajar, saling
berbagi pengalaman tentang stimulasi perkembangan anak dan
mempraktekkan secara langsung stimulasi perkembangan psikosial dan emosi
yang benar pada anak dalam kelompok.
- Kegiatan terapi kelompok terapeutik diawali dengan konsep stimulasi
perkembangan anak usia sekolah (fase identitas ). Penjelasan disertai contoh
oleh Perawat pada anggota kelompok tentang ciri-ciri anak usia sekolah yang
produktif dan yang tidak produktif.
- Kemudian dilanjutkan anak mengisi daftar ciri-ciri anak yang produktif, tidak
produktif dan ciri perkembangan masing-masing anggota kelompok sesuai
atau tidak dengan perkembangannya sehingga anak tahu sampai dimana
perkembangan dirinya.
- Kondisi belajar yang cukup dan ada kesempatan untuk mempraktekkan
langsung cara stimulasi mendukung anak untuk meningkatkan kemampuan
perkembangan psikososial.
- Pembentukanidentitas diri mengenal kemampuan fisik ,kognitif dan
kekurangan diri sendiri,hubungan social (saling menghargai atau menghormati
orang lain) dan kemandirian.
4. Karakteristik dan aturan dalam pelaksanaan intervensi
Pada pelaksanaan intervesi terdapat beberapa karkteristik dan aturan kecil
dalam terapi kelompok terapeutik yang meliputi; struktur, ukuran kelompok harus
terdiri dari 6-10 anggota, lamanya sesi, adanya komunikasi dan umpan balik, peran,
kekuasaan, norma, dan kohesif. Kemudian Pelaksanaan TKT juga harus terbagi
menjadi 7 sesi.
Terapi kelompok Terapeutik digunakan apabila anak remaja yang mengalami
karakteristik gangguan seperti kebingungan konsep diri, harga diri rendah, kekerasan,
emotional, yang sudah tidak dapat ditangani lagi oleh terapi yang bersifat individual.
5. Prosedur pelaksanaan intervensi
Untuk prosedur pelaksanaan intervensi terapi kelompok terauputik. Yang
pertama perawat membagi semua anggota menjadi 2 kelompok yaitu kelompok
Kelompok pertama yaitu terdiri dari 9 orang yang terdiri dari 7 sesi dengan durasi 60-
45 menit.
- Sesi 1 yaitu konsep stimulasi
- Sesi 2 yaitu stimulasi aspek motorik
- Sesi 3 stimulasi aspek kognitif
- Sesi 4 stimulasi aspek emosi dan kepribadian
- Sesi 5 stimulasi aspek moral dan spiritual
- Sesi 6 stimulasi aspek psikososial
- Sesi 7 yaitu sharing pengalaman TKT
Kemudian untuk kelompok 2 yaitu diberikan penyuluhan kesehatan tentang
perkembangan psikososial dan emosi pada remaja.
6. Peran dan Fungsi Perawat dalam intervensi yang ditetapkan
• Peran Perawat dalam Terapi Kelompok Terapeutik ini sebagai sebagai
Pemberi pelayanan kesehatan. Pemberi pelayanan kesehatan sesuai dengan
tugas perawat yaitu memberi Asuhan Keperawatan yang profesional kepada
individu, keluarga dan masyarakat.
• Fungsi Perawat dalam Terapi Kelompok Terapeutik ini Perawat yang berperan
sebagai terapis berfungsi dalam memfasilitasi isi dan proses kelompok yang
mana isi dan proses ini memerlukan kontribusi dari anggota selain dari ketua
kelompok.
7. Kelebihan dan Kekurangan dari intervensi yang ditetapkan
• Kelebihan:
- Dapat mengobati remaja dalam jumlah banyak sekaligus
- Anggota kelompok dapat mendiskusikan masalah-masalah mereka, sehingga
menurunkan perasaan terisolasi, perbedaan- perbedaan dan meningkatkan
remaja untuk berpartisipasi dan bertukar pikiran serta masalah dengan orang
lain.
- Memberi kesempatan pada remaja untuk menggali gaya-gaya komunikasi dari
remaja lain dalam lingkungan yang aman dan mampu menerima umpan balik
dari orang lain.
- Anggota kelompok dapat belajar bermacam cara dalam memecahkan
masalah, serta dapat membantu memecahkan masalah orang lain.
• Kekurangan :
- Rawan terjadi hubungan interpersonal antar anggota, confendential, keadaan
emotional individu yang labil.
- Remaja mengalami kesulitan dalam mengungkapkan masalahnya karena
berbeda keyakinan dan sulit dalam berkomunikasi.
- Sulit menumbuhkan kepercayaan karena kurang personal.
- Tidak semua remaja cocok misal : tertutup, masalah verbal, keterbatasan
dalam berinteraksi
Referensi
Madago Nursing Journal e-ISSN: 2746-9263 | p-ISSN: 2746-9271
http://jurnal.poltekkespalu.ac.id/index.php/MNJ Vol. 2 No. 1 (2021) | Hal. 15 - 21

PENGARUH TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK TERHADAP


PENINGKATAN PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL
DAN EMOSI ANAK REMAJA

The Effect Of Therapeutic Group Therapy On


Increasing The Psychosocial And Emotional Development Of Adolescents
Arifuddin1*, Helena Pangaribuan2
1,2
Politeknik Kesehatan Kemenkes Palu
*
Email korespondensi : arifhamid0369@gmail.com

Abstrak

Pendahuluan : Usia Remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang dihadapkan
pada berbagai tantangan dan masalah perkembangan. Kegagalan dalam perkembangannya dapat membentuk
kepribadian Social Anxiety Disorders pada saat dewasa yang ditandai dengan adanya gangguan mental dan gangguan
kepribadiaan. Terapi kelompok terapeutik merupakan salah satu cara untuk membantu menyelesaikan permasalahan
pada masalah tumbuh kembang pada anak dengan cara stimulasi yang sesuai perkembangan remaja. Penelitian ini
bertujuan mengidentiifikasi pengaruh terapi kelompok terapeutik terhadap peningkatan perkembangan psikososial
dan emosi anak remaja. Metode : Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi eksperimen dengan
pendekatan pre test – pos test control group. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa SMPN 9 Palu. Jumlah
sampel sebanyak 50 dengan metode sampel purposive sampling. Instrument peneltian menggunakan kuesioner
psikososial dan emosi. Uji statistik menggunakan uji Paired T Test. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan skor perkembangan psikosial sebelum dan sesudah diberikan terapi kelompok terapeutik dengan
p-value 0,000, terdapat perbedaan skor perkembangan emosi sebelum dan sesudah diberikan terapi kelompok
terapeutik dengan p-value 0,000. Kesimpulan : Terapi kelompok terapeutik dapat meningkatkan perkembangan
psikososial dan emosi pada anak remaja. Saran : Perawat dapat menerapkan terapi kelompok terapeutik pada anak
remaja untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan kesehatan jiwa di masyarakat

Kata Kunci :Terapi kelompok terapeutik; Perkembangan psikososial; perkembangan emosi; remaja.

Abstract

Introduction : Adolescence is a transition period from childhood to adulthood that is faced with various challenges
and developmental problems. Failure in its development can shape the personality of Social Anxiety Disorders in
adulthood which is characterized by mental disorders and personality disorders. Therapeutic group therapy is one
way to help solve problems in children's growth and development problems using appropriate stimulation for
adolescent development. This study aims to identify the effect of therapeutic group therapy on improving the
psychosocial and emotional development of adolescents. Methods: The design used in this study is a quasi-
experimental approach with a pre-test – post-test control group approach. The population in this study were all
students of SMPN 9 Palu. The number of samples is 50 with the purposive sampling method. The research instrument
used a psychosocial and emotional questionnaire. Statistical test using Paired T-Test. Results: The results showed
that there were differences in psychosocial development scores before and after being given therapeutic group therapy
with a p-value of 0.000, there were differences in emotional development scores before and after being given
therapeutic group therapy with a p-value of 0.000. Conclusion: Therapeutic group therapy can improve psychosocial
and emotional development in adolescents. Suggestion: Nurses can apply therapeutic group therapy to adolescents to
improve the quality of mental health nursing care in the community

Keywords: Therapeutic group therapy; Psychosocial development; emotional development; teenager.


https://doi.org/10.33860/mnj.v2i1.440
© 2021 by the authors. Submitted for possible open access publication under the terms and conditions of the Creative Commons
Attribution (CC BY SA) license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/).

15
Madago Nursing Journal e-ISSN: 2746-9263 | p-ISSN: 2746-9271
http://jurnal.poltekkespalu.ac.id/index.php/MNJ Vol. 2 No. 1 (2021) | Hal. 15 - 21

Pendahuluan remaja dalam satu hari dihabiskan di sekolah 6.


Usia Remaja merupakan masa transisi dari Menurut Simone & Onrust (2016) Lingkungan
masa anak-anak menuju masa dewasa yang sekolah merupakan lembaga pendidikan formal
dihadapkan pada berbagai tantangan dan yang melaksanakan program bimbingan,
masalah perkembangan. Pada periode ini pengajaran, latihan dan membantu siswa agar
terjadi perubahan yang kompleks. Perubahan mampu mengembangkan potensinya. Melalui
tersebut meliputi biologis, kognitif, promosi kesehatan mental dapat meningkatkan
psikososial, moral, psikoseksual, emosi, bakat perkembangan anak remaja yang diharapkan
dan kreatifitas1. Kegagalan pada satu tahap dapat mengatasi gejolak emosi kearah
tumbuh kembang dapat mempengaruhi tahap destruktif dan mencegah resiko penggunaan
tumbuh kembang berikutnya. narkoba, merokok dan alcohol. Terapi
kelompok terapeutik merupakan salah satu cara
Data WHO (2009) menyatakan 1 dari 5 orang untuk membantu menyelesaikan permasalahan
di dunia yang berusia 13-18 tahun 21, 4 % pada masalah tumbuh kembang8,6. Terapi
gangguan jiwa selama proses kehidupannya. kelompok terapeutik memberikan kesempatan
Estimasi yang mengalami gangguan jiwa kepada anggotanya untuk saling berbagi
sebanyak 13 % pada anak usia 8 -15 tahun. pengalaman untuk membantu menyelesaikan
Kegagalan dalam upaya perbaikan akan masalah dengan mengajarkan cara yang efektif
mengakibatkan resiko jumlah anak dan remaja untuk mengendalikan stres emosional9.
yang mengalami gangguan jiwa akan semakin
bertambah2. Oleh sebab itu perlu dilakukan Hasil studi pendahuluan yang dilakukan
pendekatan terhadap anak dalam menstimulasi peneliti di SMPN 9 Palu dengan guru
perkembangan anak remaja untuk didapatkan informasi sering terjadi perkelahian
mempersiapkan anak remaja memasuki usia didalam kelas dan diluar kelas, siswa merokok
dewasa. dan tidak hadir tanpa surat keterangan. Hasil
observasi siswa kelas 7 dan 8 menunjukkan
Gejolak emosi remaja bersifat agresif bahkan siswa banyak diam dan kurang kooperatif
ke arah destruktif yaitu suka mengkritik dan dengan temannya, berbicara kasar dan kurang
mencemooh, mempunyai harga diri yang tinggi percaya diri. Berdasarkan uraian di atas perlu
sehingga selalu optimistis3. Anak cenderung dilakukan kajian tentang “Pengaruh Terapi
terlihat suka membantah, protes, cemas, takut, Kelompok Terapeutik terhadap peningkatan
tidak mengikuti keinginan orang tua, perkembangan psikososial dan emosional
meremehkan orang lain, selalu sibuk dengan remaja di SMP Negeri 9 Palu ”
kelompoknya, tidak mengerjakan tugas
sekolah, tingkah lakunya sangat terikat oleh Metode
tujuan objektif dan mau menang sendiri4.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan
Kegiatan sekolah dapat menyebabkan remaja desain penelitian Quasi eksperimen dengan
mengalami stres baik secara fisik, psikologis pendekatan pre test – pos test control group.
maupun sosial. Desmita (2009) menyatakan Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 9 Jalan
bahwa 10-30 % anak mengalami masalah Zebra Star Palu. Populasi penelitian ini adalah
cemas, stres, berkelahi, berbohong dan takut ke semua siswa SMPN 9 Palu. Sampel pada
sekolah. anak remaja belum mampu secara penelitian ini adalah siswa yang memenuhi
tepat menyelesaikan konflik, anak remaja lebih kriteria inklusi sebanyak 50 orang. Waktu
rentan untuk berperilaku agresif dan emosional penelitian 13 Oktober s/d 17 November 2019.
sehingga dapat menghambat perkembangan Tehnik pengambilan sampel menggunakan
ke masa dewasa4. periode ini dianggap sebagai purposive sampling.
periode kritis dimana kualitas stimulasi harus
diatur sebaik mungkin agar dapat mencapai Penelitian ini peneliti membagi sampel menjadi
perkembangan kesehatan yang optimal5. 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan dan
kelompok control. Kelompok perlakuan
Pemberian stimulasi di lingkungan sekolah diberikan terapi kelompok terapeutik, dimana 1
sangat efektif mengoptimalkan perkembangan kelompok terdiri dari 9 orang yang terdiri dari
remaja karena hampir sepertiga waktu anak 7 sesi dengan durasi 45-60 menit untuk setiap

16
Madago Nursing Journal e-ISSN: 2746-9263 | p-ISSN: 2746-9271
http://jurnal.poltekkespalu.ac.id/index.php/MNJ Vol. 2 No. 1 (2021) | Hal. 15 - 21

sesi. Sesi 1 : konsep stimulasi, sesi 2 : stimulasi Perguruan Tinggi masing-masing 30 orang
aspek motoric, sesi 3 : stimulasi aspek kognitif (60%).
dan Bahasa, sesi 4 : stimulasi aspek emosi dan
kepribadian, sesi 5 : stimulasi aspek moral dan Tabel 2 Tabel uji normalitas data
spiritual, sesi 6 : stimulasi aspek psikososial perkembangan psikososial pada kelompok
dan sesi 7 : sharing pengalaman TKT.
perlakuan dan kelompok control
sedangkan kelompok control diberikan
penyuluhan kesehatan tentang perkembangan
psikososial dan emosi pada remaja. Kelompok N Parameter P Value
Perlakuan 18 Shapiro- 0,385
Pengolahan data melalui empat tahapan yaitu (pre) wilk
editing, coding, processing, dan cleaning. Perlakuan 18 Shapiro- 0,410
Analisa data penelitian meliputi analisis (post) wilk
univariat untuk mengidentifikasi variabel Kontrol (pre) 18 Shapiro- 0,269
independen maupun dependen. Selanjutnya, wilk
analisis bivariat dengan menggunakan uji Kontrol (post) 18 Shapiro- 0,233
paired t-test, untuk mengetahui perbedaan wilk
mean pada kelompok perlakuan dan kelompok
control.
Berdasarkan tabel 5.2 hasil uji normalitas dari
test Normality of Shapiro-wilk dengan tingkat
Hasil kepercayaan 95% data perkembangan
psikososial sebelum intervensi (0,385) dan
Hasil penelitian adalah sebagai berikut : sesudah intervensi (0,410) pada perlakuan dan
kelompok kontrol sebelum intervensi (0,269)
Tabel 1 Karakteristik Responden dan sesudah intervensi (0,233), didapatkan
Kelompok Kelompok sebaran normal dengan p>0,05. Hasil uji
Variabel Kategori
perlakuan kontrol homogenitas dari Test of Homogenity Variance
(N =50) (N=50) dengan tingkat kepercayaan 95% didapatkan
N % N %
sebaran normal dengan p>0,05, oleh karena
Usia 12 tahun 20 40 20 40
13 tahun 10 20 10 20 data sebaran normal maka uji yang digunakan
14 tahun 15 30 15 30 adalah uji T test berpasangan dan tidak
15 tahun 5 10 5 10 berpasangan
Total 50 100 50 100
Jenis Laki-laki 30 60 20 40
Kelamin Perempuan 20 40 30 60 Tabel 3 Perubahan perkembangan
Total 50 100 50 100 psikososial sebelum dan sesudah intervensi
Pendidikan SD 0 0 0 0 pada kelompok perlakuan dan kelompok
orang tua SMP 0 0 0 0
control
SMA 30 60 30 60
Perguruan
20 40 20 40
Tinggi Hasil uji t
Perbedaan
Total 50 100 50 100 Variabel berpasangan
n Mean SD Mean +
motorik p
SD t
value
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui Intervensi
karakteristik usia anak sekolah pada kelompok 50 22,61 2,91
(pret test) 4,66 +
8,332 0,000
perlakuan sebagian besar usia 12 tahun Intervensi 2,37
50 27,28 2,13
(post test)
sebanyak 20 orang (40%) dan pada kelompok
kontrol usia 12 tahun (40%). Jenis kelamin Kontrol
50 21,33 2,61 0,72 +
(pret test) 1,959 0,67
pada kelompok perlakuan sebagian besar laki- 1,56
laki sebanyak 30 orang (60%) dan pada Kontrol
50 22,06 2.77
(post test)
kelompok kontrol jenis kelamin laki-laki dan
perempuan masing-masing 30 orang (60%).
Berdasarkan tabel 3 pada kelompok perlakuan
Pendidikan orang tua pada kelompok perlakuan
dapat diinterpretasikan Hasil uji T berpasangan
sebagian besar SMA sebanyak 30 orang (60%)
(paired–sampel t test) menunjukkan nilai t hitung
dan pada kelompok kontrol SMA dan

17
Madago Nursing Journal e-ISSN: 2746-9263 | p-ISSN: 2746-9271
http://jurnal.poltekkespalu.ac.id/index.php/MNJ Vol. 2 No. 1 (2021) | Hal. 15 - 21

sebesar 8,332 dan nilai signifikansi sebesar ini mengindikasikan bahwa terapi kelompok
0,000, oleh karena t hitung > t tabel (8,332 > 2,110) terapeutik dapat berpengaruh positif terhadap
dan signifikansi lebih kecil dari 0,05 perubahan perkembangan emosi (post test)
(0,000<0,05), artinya ada perbedaan yang lebih tinggi (Mean=56,55) dari pada (pre test)
signifikan pada perkembangan psikososial (Mean=47,44). Pada kelompok kontrol dapat
anak usia sekolah antara sebelum dan sesudah diinterpretasikan Hasil uji T berpasangan
diberi terapi kelompok terapeutik. Hal ini (paired –sampel T test) menunjukkan nilai t
mengindikasikan bahwa terapi kelompok hitung sebesar 0,636 dan nilai signifikansi
terapeutik dapat berpengaruh positif terhadap sebesar 0,533, oleh karena t hitung > t tabel
perubahan perkembangan psikososial (post (0,636<2,110) dan signifikansi lebih besar dari
test) lebih tinggi (Mean=27,28) dari pada (pre 0,05 (0,533>0,05), artinya tidak ada perbedaan
test) (Mean=22,61). Pada kelompok kontrol yang signifikan pada perkembangan emosi
diinterpretasikan Hasil uji T berpasangan anak usia sekolah antara sebelum dan sesudah
(paired –sampel T test ) menunjukkan nilai t diberkan penyuluhan kesehatan . Hal ini
hitung sebesar 1,959 dan nilai signifikansi mengindikasikan bahwa penyuluhan kesehatan
sebesar 0,67, oleh karena t hitung < t tabel tidak berpengaruh positif terhadap perubahan
(1,959<2,110) dan signifikansi lebih besar dari perkembangan emosi.
0,05 (0,67>0,05), artinya tidak ada perbedaan
yang signifikan pada perkembangan anak usia Pembahasan
sekolah antara sebelum dan sesudah diberi
terapi kelompok terapeutik. Hal ini Perubahan perkembangan kemampuan
mengindikasikan bahwa penyuluhan kesehatan psikososial sebelum dan sesudah dilakukan
tidak berpengaruh positif terhadap perubahan terapi kelompok terapeutik.
perkembangan psikososial.
Pelaksanaan terapi kelompok terapeutik ini
Tabel 4 Perubahan perkembangan emosi anak dibagi menjadi 2 kelompok, dimana satu
sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok terdiri dari 9 orang serta lama sesi
kelompok perlakuan dan kelompok 60-90 menit sebanyak 7 sesi. Keadaan kondisi
control memungkinkan terapi kelompok terapeutik
berjalan efektif dan anak mempunyai cukup
Hasil uji t waktu untuk belajar, saling berbagi
Perbedaan
Variabel berpasangan pengalaman tentang stimulasi perkembangan
n Mean SD Mean +
motorik p anak dan mempraktekkan secara langsung
SD t
value
Intervensi
stimulasi perkembangan psikosial dan emosi
50 47,44 5,30 yang benar pada anak dalam kelompok.
(pret test) 9,06+
7,493 0,000
Intervensi 5,12
50 56,50 3,68
(post test) Kegiatan terapi kelompok terapeutik diawali
Kontrol dengan konsep stimulasi perkembangan anak
50 48,50 5,70 0,33+
(pret test) 0,636 0,533 usia sekolah (fase identitas ). Penjelasan
2,22
Kontrol
50 48,83 5,19
disertai contoh oleh Perawat pada anggota
(post test) kelompok tentang ciri-ciri anak usia sekolah
yang produktif dan yang tidak produktif,
Berdasarkan tabel 5.5 pada kelompok kemudian dilanjutkan anak mengisi daftar ciri-
intervensi dapat diinterpretasikan Hasil uji T ciri anak yang produktif, tidak produktif dan
berpasangan (paired –sampel T test) ciri perkembangan masing-masing anggota
menunjukkan nilai t hitung sebesar 7,493 dan kelompok sesuai atau tidak dengan
nilai signifikansi sebesar 0,000, oleh karena t perkembangannya sehingga anak tahu sampai
hitung > t tabel (7,493>2,110) dan signifikansi dimana perkembangan dirinya. Kondisi belajar
lebih kecil dari 0,05 (0,000<0,05), artinya ada yang cukup dan ada kesempatan untuk
perbedaan yang signifikan pada perkembangan mempraktekkan langsung cara stimulasi
emosi anak usia sekolah antara sebelum dan mendukung anak untuk meningkatkan
sesudah diberi terapi kelompok terapeutik. Hal

18
Madago Nursing Journal e-ISSN: 2746-9263 | p-ISSN: 2746-9271
http://jurnal.poltekkespalu.ac.id/index.php/MNJ Vol. 2 No. 1 (2021) | Hal. 15 - 21

kemampuan perkembangan psikososial. bahwa lingkungan (pekerjaan orang tua,


pembentukan identitas diri mengenal pendidikan orang tua dan perceraian orang tua)
kemampuan fisik ,kognitif dan kekurangan diri sangat berpengaruh pada perkembangan
sendiri,hubungan social (saling menghargai anak13. Menurut El Moussaoui & Braster, 2011;
atau menghormati orang lain) dan stimulasi merupakan rangsangan yang
kemandirian. diberikan kepada anak oleh lingkungannya.
Stimulasi dapat diberikan setiap ada
Aspek psikososial anak berperan dalam kesempatan melalui kegiatan dirumah dan
peningkatan aspek kognitif dan afektif, dengan diluar rumah/sekolah. Stimulasi yang tepat
melatih keterampilan gerak, tubuh akan dapat mengoptimalkan perkembangan anak
menjadi sehat, anak menjadi aktif dan pola fikir usia sekolah14.
berkembang. Peningkatan perkembangan
psikososial anak usia remaja pada kelompok Perubahan perkembangan kemampuan
perlakuan dapat disimpulkan sebagai suatu emosi sebelum dan sesudah dilakukan
proses belajar diantara anggota melalui terapi terapi kelompok terapeutik.
kelompok terpaeutik. Sesuai dengan teori
(Towsend, 2014) menyatakan bahwa terapi Kemampuan stimulasi yang baik membuat
kelompok terapeutik adalah memberikan perkembangan emosi anak akan berkembang
kesempatan pada setiap anggotanya untuk dengan maksimal. Sesuai dengan teori
saling membantu satu dengan yang lain, mengatakan stimulasi memegang peranan
menemukan cara menyelesaikan tugas/masalah penting dalam perkembangan anak dan cara
dengan mengajarkan cara yang efektif untuk terbaik untuk mengembangkan kemampuan
mengendalikan stress10. Terapi kelompok anak yang diberikan kepada setiap ada
terapeutik bertujuan mengembangkan empati waktu/kesempatan baik di lingkungan
dan kerja sama diantara sesama kelompok yaitu keluarga dan sekolah14. Pada kelompok
saling memberikan penguatan untuk intervensi setiap anak masing-masing
membentuk perilaku yang adaptif sehingga mendapat kesempatan untuk melakukan
tumbuh kembang anak dapat berjalan dengan stimulasi. Stimulasi yang dilakukan oleh anak
normal. sendiri akan membuat anak merasa nyaman dan
stimulasi dipandu oleh perawat.
Terapi kelompok terapeutik yang diberikan
adalah melakukan stimulasi perkembangan Emosi merupakan motivator perilaku dalam
psikososial untuk menumbuhkan kepercayaan kehidupan seseorang dan juga dapat
diri yang positif11. Berdasarkan karakteristik mengganggu perilaku manusia. Kemampuan
jenis kelamin pada kelompok perlakuan mengontrol emosi diperoleh anak dari
sebagian besar laki-laki 30 orang (60 %) dan lingkungan keluarga,teman sebaya dan
kelompok kontrol perempuan masing-masing sekolah. Emosi yang tidak stabil merupakan
30 orang (50%). Menurut papalia , Old & salah satu masalah pada perkembangan anak
Fieldman (2009) menyatakan tidak ada usia sekolah. antara lain : gejolak emosi ke
perbedaan antara jenis kelamin laki-laki dan arah yang destruktif (agresif), gangguan mental
perempuan dalam melaksanakan stimulasi emosional, berkelahi, takut kesekolah dan
perkembangan psikososial12. Karakteristik merasa rendah diri bila tidak mampu
pendidikan orang tua pada kelompok perlakuan mengembangkan kemampuan psikososialnya.
sebagian besar SMA adalah jenjang Masalah yang terjadi bila tidak ditangani
pendidikan dimana pendidikan orang tua yang mempunyai pengaruh terhadap perkembangan
baik akan mendukung kemampuan anak dalam jiwa pada anak dimasa yang akan datang8.
melaksanakan stimulasi perkembangannya
dengan baik, kondisi ini karna pendidikan ibu Hasil penelitian menunjukkan bahwa indikator
sebagian besar adalah perguruan tinggi yang paling dipengaruhi oleh terapi kelompok
mungkin pengetahuan ibu akan lebih baik. terapeutik malu,rasa ingin tahu dan marah
Sesuai dengan pendapat yang mengatakan dimana ketika masing-masing anak tidak

19
Madago Nursing Journal e-ISSN: 2746-9263 | p-ISSN: 2746-9271
http://jurnal.poltekkespalu.ac.id/index.php/MNJ Vol. 2 No. 1 (2021) | Hal. 15 - 21

menolak untuk melaksanakan kegiatan, sangat efektif mengoptimalkan perkembangan


berusaha mengerjakan dan bertanya, kondisi anak dimana Selama di sekolah anak dapat
tersebut menunjukkan anak sudah dapat berinteraksi dengan teman sebaya dan guru dan
mengontrol emosi dan kepercayaan diri anak hampir sepertiga waktu anak dalam satu hari
semakin baik. Hal tersebut sesuai dengan dihabiskan disekolah4. Pemberian stimulasi
pendapat yang mengatakan pemberian yang baik adalah pemberian stimulasi yang
stimulasi yang baik akan sangat berpengaruh disesuaikan dengan usia perkembangan anak.
dalam pendidikan dan perkembangan anak Dengan stimulasi ini, maka seluruh
dimasa yang akan datang. Orang tua, guru kemampuan anak baik kemampuan motorik
hendaknya mengetahui dan mampu dan emosi akan berkembang dengan baik.
memberikan stimulasi sesuai dengan usia
perkembangan anak14. Kesimpulan
Stimulasi perkembangan melalui terapi Terapi kelompok terapeutik dapat
kelompok terapeutik adalah cara yang efektif meningkatkan perkembangan psikososial dan
untuk mengendalikan stres smosional dan emosi pada anak remaja. Perawat dapat
meningkatkan potensi yang dimilki anak guna menerapkan terapi kelompok terapeutik pada
mencapai tumbuh kembang yang optimal anak remaja untuk meningkatkan kualitas
sesuai dengan usia anak10. Terapi kelompok asuhan keperawatan kesehatan jiwa di
terapeutik dapat memberi kesempatan pada masyarakat
anak mengekspresikan emosi atau masalah
perilaku dan saling memberikan umpan balik
Ucapan Terima Kasih
terhadap perilaku menjengkelkan atau
menyenangkan, belajar toleransi dan mencegah
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada
sifat temperamental15.
semua pihak yang telah membantu dan
Pada kelompok perlakuan, melalui terapi
mendukung penelitian ini sehingga bias
kelompok terapeutik setiap anak dilatih,
terlaksana dengan baik.
diberikan pujian pada setiap keberhasilan yang
dilakukan anak dan memotivasi anak bila
belum berhasil melakukan kegiatan yang Daftar Pustaka
dilatih16. Pada usia anak yang lebih tua
penguasaan keterampilan dan emosi lebih 1. E.B H. Psikologi Perkembangan: Suatu
matang maka akan lebih mudah menyelesaikan Pendekatan Sepanjang Rentang
masalah dengan realitas. Pemberian terapi Kehidupan. Jakarta: Erlangga; 2002.
kelompok terapeutik mampu meningkatkan 2. Keliat BA, Daulima HN, P F. Manajemen
perkembangan emosi dan kreaktifitas anak. Keperawatan Psikososial & Kader
Berdasarkan hasil observasi peneliti selama Kesehatan Jiwa (CMHN). Jakarta: EGC;
memimpin pelaksanaan terapi kelompok 2011.
terapeutik peningkatan insiatif anak berkaitan 3. Sacco RG. Re-Envisaging the Eight
erat dengan pemberian pujian yang dapat Developmental Stages of Erik Erikson: The
meningkatkan kepercayaan diri dan Fibonacci Life-Chart Method (FLCM). J
menstimulasi motivasi anak. Beberapa anak Educ Dev Psychol [Internet]. 2013 Mar
pada awalnya diam, menolak melakukan 28;3(1). Available from:
kegiatan karena masih takut, malu dan http://www.ccsenet.org/journal/index.php/
berkelahi akhirnya mau melakukan kegiatan jedp/article/view/24725
karena ingin mendapatkan pujian. 4. Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta
Didik. Bandung: PT. Rosda Karya; 2009.
Lingkungan sekolah merupakan lembaga 5. Videbeck LS. Buku ajar keperawatan jiwa.
pendidikan formal membantu siswa agar Bahasa Ind. Komalasari R, Hany A,
mampu mengembangkan potensinya17 editors. Jakarta: EGC; 2010.
Pemberian stimulasi di lingkungan sekolah 6. Vreeman RC, Scanlon ML, Mwangi A,

20
Madago Nursing Journal e-ISSN: 2746-9263 | p-ISSN: 2746-9271
http://jurnal.poltekkespalu.ac.id/index.php/MNJ Vol. 2 No. 1 (2021) | Hal. 15 - 21

Turissini M, Ayaya SO, Tenge C, et al. A 16. Stuart G. Principles and Practice of
Cross-Sectional Study of Disclosure of Psychiatric Nursing. 7th ed. Philadephia:
HIV Status to Children and Adolescents in Mosby; 2013.
Western Kenya. Tang JW, editor. PLoS 17. Shelleby EC, Shaw DS, Cheong J, Chang
One [Internet]. 2014 Jan 27;9(1):e86616. H, Gardner F, Dishion TJ, et al. Behavioral
Available from: Control in At-Risk Toddlers: The Influence
https://dx.plos.org/10.1371/journal.pone.0 of the Family Check-up. J Clin Child
086616. Adolesc Psychol [Internet]. 2012 May
8. Shives R. Basic Concepts of Psychiatric– 1;41(3):288–301. Available from:
Mental Health Nursing. 8th ed. https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1
Philadephia: Lippincott Williams & 080/15374416.2012.664814
Wilkins; 2011.
9. Marmarosh CL, Tasca GA. Adult
Attachment Anxiety: Using Group
Therapy to Promote Change. J Clin
Psychol [Internet]. 2013
Nov;69(11):1172–82. Available from:
http://doi.wiley.com/10.1002/jclp.22044
10. Townsend C. Psychiatric Mental Health
Nursing: Cocepts of Care in Evidence-
Based Practice. six. Philadephia: F.A Davis
Company; 2013.
11. Hall K, Grundy S. An analysis of Time 4U,
a therapeutic group for women with
postnatal depression. Community Pract
[Internet]. 2014 Sep;87(9):25–8. Available
from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/252
86739
12. Papalia ED, Old WS, Duskin R, Feldman.
Human development (psikologi
Perkembangan). 9th ed. Jakarta: Kencana;
2004.
13. Cláudia Rodrigues Sequeira de Figueiredo,
Filomena Valadão Dias. Families:
Influences in Children’s Development and
Behaviour, From Parents and Teachers’
Point of View. J Psychol Res.
2012;2(12):693–705.
14. el Moussaoui N, Braster S. Perceptions and
Practices of Stimulating Children’s
Cognitive Development Among Moroccan
Immigrant Mothers. J Child Fam Stud
[Internet]. 2011 Jun 21;20(3):370–83.
Available from:
http://link.springer.com/10.1007/s10826-
010-9401-8
15. Wood L., Haber J. Nursing research
methods and critical appraisal for
evidence-based practice. six. Missouri:
Mosby Elsevier; 2006.

21

Anda mungkin juga menyukai