Anda di halaman 1dari 5

SOP TERAPI MODALITAS KELUARGA 1

(TERAPI KELUARGA)
Untuk Memenuhi Tugas Individu Profesi Departemen Komunitas, Keluarga dan
Gerontik
Pembimbing Akademik : Ns. Setyoadi, S.Kep, M.Kep., Sp.Kep.Kom

Disusun Oleh:
Aini Nur Farihah
165070200111025
KELOMPOK 2A

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020

1
A. SOP TERAPI KELUARGA
KONSEP Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberi peawatan
DASAR langsung pada setiap keadaan (sehat-sakit) klien. Terapi keluarga
meupakan suatu psikoterapi modalitas dengan focus pada penanganan
keluarga sebagai unit sehingga dalam pelaksanaanya terapis membantu
keluarga dalam mengidentifikasi dalam perbaikan keadaan yang
maladaptive.
TUJUAN 1. Mengembangkan komunikasi secara terbuka
2. Menurunkan konflik, kecemasan keluarga kepada pasien
3. Meningkatkan fungsi keluarga secara optimal
4. Meningkatkan kemampuan penanganan terhadap krisis kepada
pasien
5. Mengembangkan hubungan peran yang sesuai kepada pasien
6. Meningkatkan kesehatan jiwa keluarga sesuai dengan tingkat
perkembangan anggota keluarga kepada pasien
KEBIJAKAN Dilakukan pada keluarga dengan gangguan psikososial: Masalah
keluarga
PERSIAPAN 1. Alas tempat duduk
2. Ruangan yang nyaman dan tenang
PROSEDUR PRA INTERAKSI
1. Menyiapkan diri secara fisik dan psikologis (tidak ada konflik
internal yang dapat mempengaruhi proses terapi)
2. Menyiapkan lingkungan yang tenang, nyaman, dan aman
ORIENTASI
1. Mengucapkan salam terapeutik kepada keluarga
2. Memperkenalkan diri
3. Melakukan kontrak topik, waktu, dan tempat pertemuan
4. Menjelaskan maksud dan tujuan pertemuan kali ini
5. Menanyakan keluhan utama keluarga saat ini
6. Memvalidasi masalah yang dialami keluarga
7. Menjelaskan maksud dan tujuan pertemuan
8. Menjelaskan prinsip prosedur dari terapi keluarga yang akan
dilakukan
9. Menjelaskan kepada pasien jangka waktu efektif melakukan terapi
keluarga (15 – 30 menit)
KERJA

2
1. Meminta keluarga duduk setengah lingkaran dan mencari posisi
yang aman
2. Melatih komunikasi, menyelesaikan konflik, mengatasi perilaku dan
stress
3. Memberikan kesempatan kepada klien untuk memvalidasi
perasaan dan pengalaman
4. Meminta keluarga untuk mengungkapkan masalahnya
5. Meminta keluarga membuat sesuatu keadaan dimana anggota
keluarga dapat melihat bahaya terhadap keluarga
6. Meminta keluarga tidak merasa takut dan bersikap terbuka
7. Meminta keluarga mengindentifikasi harapan keluarganya terhadap
terapi keluarga
8. Meminta kepada keluarga mengubah cara berpikir (Reframing)
TERMINASI
1. Melakukan review masalah yang telah teridentifikasi dengan
keluarga
2. Mengexplorasi perasaan keluarga setelah terapi keluarga
3. Mendiskusikan umpan balik bersama keluarga setelah terapi
keluarga
4. Melakukan kontrak : topik, waktu dan tempat untuk kegiatan
selanjutnya/Terminasi jangka panjang setelah terapi keluarga

B. Hasil Penelitian Terkait Prosedur


Berikut terdapat beberapa hasil penelitian yang membuktikan keefektifan terapi
keluarga, diantaranya adalah:
1. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Martiningtyas & Paramastri (2015)
yang berjudul “Penerapan Brief Strategic Family Therapy (BSFT) untuk
Meningkatkan Komunikasi Orang Tua-Anak” didapatkan data bahwa terapi
BSFT terbukti menurunkan permasalahan perilaku pada anak, dalam
penelitian ini, kasus keluarga yang ditemukan adalah anak sering
berbohong pada guru, tidak patuh pada orangtua, melempar barang, dan
membentak. Hasil analisis kualitatif yang di dapat dari refleksi keluarga
menunjukkan bahwa terapi ini membantu keluarga memperbaiki pola
komunikasi yang sebelumnya terhambat. Beberapa hasil positif yang
menonjol diantara lain adalah orangtua merasa mendapatkan pengeta-

3
huan dan keterampilan bagaimana menjalin pola komunikasi yang efektif
dengan anaknya. Selain itu, perilaku keluarga pun ikut berubah selama
sesi terapi, ditandai oleh penurunan frekuensi menentang perin-tah orang
tua dan berbohong kepada guru yang dilakukan oleh anak. Follow up
setelah delapan bulan berakhirnya terapi BSFT menyatakan bahwa
frekuensi pertengkaran di rumah antara ibu dan anak jarang terjadi dan
adanya peningkatan komunikasi antara ayah dan anak.
2. Menurut Penelitian yang dilakukan oleh Devi, Dini Fidyanti (2016) dengan
judul “Mengatasi Masalah Komunikasi dalam Keluarga Melalui Strategic Family
Therapy” didapatkan data bahwa permasalahan dalam keluarga ini karena
perubahan tahap kehidupan dan function of system sehingga komunikasi antara
anggota keluarga tidak terjalin dengan baik. Intervensi yang diterapkan berupa
strategic family therapy bertujuan untuk menghasilkan komunikasi antar anggota
keluarga menjadi lebih terbuka tentang kebutuhan masing masing. Setelah
dilakukan intervensi, didapatkan bahwa anggota keluarga mampu membentuk
perilaku baru yang telah disepakati. Komunikasi dalam keluarga menjadi lebih
baik saat masing-masing anggota keluarga dapat mengemukakan ketidaksukaan
dan keinginannya kepada anggota keluarga yang lain kemudian mencari solusi
bersama. Keterbukaan dalam keluarga sangat berperan dalam pengembangan
sosial dan keterampilan koping pada remaja (Horigan, Suarez- Morales, Robbins,
Zarate, Mayorga, Mitrani, & Szapocznik, 2005).
3. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nancye, Pandeirot Marjory (2015) dengan
judul “Pengaruh Terapi Keluarga Terhadap Dukungan Keluarga dalam
Merawat Klien dengan Masalah Perilaku Kekerasan di Kota Surabaya”
didapatkan data bahwa terdapat perbedaan sangat signifikan antara terapi
keluarga terhadap dikungan keluarga. Penelitian ini menyimpulkan bahwa
pengaruh terapi keluarga sangat signifikan terhadap dukungan keluarga
dalam merawat klien dengan masalah perilaku kakerasan. Hal ini dapat
terjadi karena ketidak mampuan keluarga dalam menjalankan fungsi
keluarga dapat menjadi faktor penyebab ketidak mampuan keluarga
merawat anggota keluarga dengan masalah perilaku kekerasan. Untuk itu
pelayanan keperawatan perlu meninjau kembali aspek yang dapat
meningkatkan kemampuan keluarga serta memfasilitasi keluarga untuk
dapat menjalankan fungsinya khususnya fungsi pelayanan kesehatan
dalam keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

4
Departemen Kesehatan Republik Indonsia. 1990. Asuhan Keperawatan pada pasien
dengan Gangguan penyakit jiwa. Jilid 3. Edisi 1. Jakarta: Pusat Pendidikan
Tenaga Kesehatan.
Devi, Dini Fidyanti. 2016. Mengatasi Masalah Komunikasi dalam Keluarga Melalui
Strategic Family Therapy. Malang: Program Magister Psikologi Profesi
Universitas Muhammadiyah Malang. Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2
Desember
Fortinash, C.M. dan Hollonday, P.A. 1991. Psychiatric Nursing Care Plan. St. Louis:
Mosby yea Book.
Gunarsa, S.D. 2000. Psikologi Praktis Anak, Remaja, dan Keluarga. Jakarta : PT BPK
Gunung Mulia
Horigan, V. E., Suarez-Morales, L., Robbins, M. S., Zarate, M., Mayorga, C.C., Mitrani,
V. B., & Szapocznik, J. (2005). Brief strategic family therapy for adolescents with
behavior problems. In J. L. Lebow (Ed). Handbook of Clinical Family Therapy.
New York: John Wiley & Sons, Inc.
Martiningtyas, Moya A.D & Paramastri, Ira. 2015. Penerapan Brief Strategic Family
Therapy (BSFT) untuk Meningkatkan Komunikasi Orang Tua-Anak. Yogjakarta:
Gadjah Mada Journal Of Professional Psychology (Volume 1, NO. 1, April 2015:
64 – 75)
Nancye, Pandeirot Marjory. 2015. Pengaruh Terapi Keluarga Terhadap Dukungan
Keluarga dalam Merawat Klien dengan Masalah Perilaku Kekerasan di Kota
Surabaya. Surabaya: Jurnal Keperawatan, 4(1), 1-12. Retrieved from
http://jurnal.stikeswilliambooth.ac.id/index.php/Kep/article/view/182

Anda mungkin juga menyukai