Anda di halaman 1dari 363

LAPORAN AKHIR DEPARTEMEN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Profesi Ners Departemen


Komunitas
Pembimbing Akademik : Ns. Ns.Setyoadi, M.Kep., Sp.Kep.Kom

Oleh:
Kelompok 2A

Aini Nur Farihah 165070200111025


Anjas Florenza Margianto 165070200111011
Annisa Fatia Putri 165070201111008
Diana Nanda Saputri 165070201111007
Dika Febrianti 165070200111002
Dwi Harsanto Kurniawan 165070201111022
Hirni Adiriani 165070200111022
Meike Sylviana 165070200111017
Merdiana Indah Permata 165070201111015
Nafisah 165070200111004
Nurmalia Filda Syafiky 165070200111006

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberi petunjuk, hidayah,
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas profesi ners
Departemen Komunitas ini. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memenuhi tugas Profesi Ners Departemen Komunitas, Fakultas Kedokteran,
Universitas Brawijaya, Malang. Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini
tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ns.Setyoadi, M.Kep., Sp.Kep.Kom selaku pembimbing akademik yang
telah memberikan bantuan dalam penyusunan laporan dengan sabar
membimbing untuk bisa menulis dengan baik, dan senantiasa memberi
semangat, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini
2. Ns. Rinik Eko Kapti, S.Kep. M.Kep selaku Koordinator Program Profesi
Keperawatan Universitas Brawijaya yang telah memberi arahan dan
dukungan dalam menjalani program ini.
3. Ns. Tony Suharsono, S.Kep., M.Kep sebagai Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan yang telah membimbing penulis dalam menuntut ilmu di
Program Studi Ilmu Keperawatan di Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya.
4. Serta teman-teman dari Program Profesi Ners Universitas Brawijaya yang
telah memberikan bantuan dan dukungan dalam penyusunan tugas ini.
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis membuka diri untuk segala saran dan
kritik yang membangun.

Malang, 27 Agustus 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i


KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
PEMBAHASAN
LAPORAN PENDAHULUAN KOMUNITAS ...................................................... 1
Konsep Dasar Covid-19 ....................................................................... 1
Epidemiologi Covid-19 ......................................................................... 1
Faktor Resiko Covid-19 ........................................................................ 1
Penularan Covid-19 ............................................................................. 2
Manifestasi Klinis Covid-19 .................................................................. 5
Diagnostik Covid-19 ............................................................................. 8
Tatalaksana Covid-19 .......................................................................... 11
Asuhan Keperawatan Covid-19 ............................................................ 21
KISI-KISI INSTRUMEN PENGKAJIAN KOMUNITAS ...................................... 39
ANALISIS PENGKAJIAN KOMUNITAS ........................................................... 72
Hasil Pengkajian .................................................................................. 72
Analisis Data ........................................................................................ 129
Prioritas Diagnosa ................................................................................ 139
WOC .................................................................................................... 141
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS ..................................... 142
POA ................................................................................................................. 170
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 187
LAMPIRAN ...................................................................................................... 190

iii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Proposal MMRW .......................................................................... 190


Lampiran 2. Analisis Video .............................................................................. 197
Lampiran 3. Proposal Pemberdayaan .............................................................. 203
Lampiran 4. Modul ........................................................................................... 222
Lampiran 5. Poster .......................................................................................... 298
Lampiran 6. SOP Skrining ............................................................................... 299
Lampiran 7. SOP Surveilance .......................................................................... 307
Lampiran 8. SOP Rujukan ............................................................................... 326
Lampiran 9. SOP Follow up ............................................................................. 330
Lampiran 10. SOP Manajemen Kasus ............................................................. 338

iv
1

KONSEP DASAR COVID-19

A. Epidemiologi
Sejak kasus pertama di Wuhan, terjadi peningkatan kasus COVID-19 di
China setiap hari dan memuncak diantara akhir Januari hingga awal Februari
2020. Awalnya kebanyakan laporan datang dari Hubei dan provinsi di
sekitar, kemudian bertambah hingga ke provinsi-provinsi lain dan seluruh
China. Tanggal 30 Januari 2020, telah terdapat 7.736 kasus terkonfirmasi
COVID-19 di China, dan 86 kasus lain dilaporkan dari berbagai negara
seperti Taiwan, Thailand, Vietnam, Malaysia, Nepal, Sri Lanka, Kamboja,
Jepang, Singapura, Arab Saudi, Korea Selatan, Filipina, India, Australia,
Kanada, Finlandia, Prancis, dan Jerman.
Per 30 Maret 2020, terdapat 693.224 kasus dan 33.106 kematian di
seluruh dunia. Eropa dan Amerika Utara telah menjadi pusat pandemi
COVID-19, dengan kasus dan kematian sudah melampaui China. Amerika
Serikat menduduki peringkat pertama dengan kasus COVID-19 terbanyak
dengan penambahan kasus baru sebanyak 19.332 kasus pada tanggal 30
Maret 2020 disusul oleh Spanyol dengan 6.549 kasus baru. Italia memiliki
tingkat mortalitas paling tinggi di dunia, yaitu 11,3%.
COVID-19 pertama dilaporkan di Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020
sejumlah dua kasus. Data 31 Maret 2020 menunjukkan kasus yang
terkonfirmasi berjumlah 1.528 kasus dan 136 kasus kematian. Tingkat
mortalitas COVID-19 di Indonesia sebesar 8,9%, angka ini merupakan yang
tertinggi di Asia Tenggara (Susilo et al, 2020).
Pada tanggal 28 Mei, Pemerintah Indonesia mengumumkan 24.538
kasus konfirmasi COVID-19, 1.496 kasus meninggal dan 6 240 kasus
sembuh dari 412 kabupaten/kota di seluruh 34 provinsi (WHO-Indonesia,
2020).

B. Faktor Risiko
a. Iklim
Infeksi conavirus biasanya sering terjadi pada musim dingin dan semi.
Hal tersebut terkait dengan faktor iklim yang cenderung banyak
perjalanan atau perpindahan populasi. Selain itu, terkait dengan
2

karakteristik Coronavirus yang lebih menyukai suhu dingin dan


kelembapan tidak terlalu tinggi.
b. Usia di atas 65 tahun
Orang berusia lanjut memiliki masalah kesehatan jangka panjang
sehingga lebih berisiko ketika terkena virus. Daya tahan tubuh seseorang
berkurang ketika menginjak usia senja, sehingga sulit melawan infeksi
c. Penyakit Paru
Seseorang yang memiliki penyakit paru akut seperti Chronic Obstructive
Pulmonary Disease (COPD), asma, fibrosis dan penyakit paru lainnya,
kemungkinan besar akan menjadi lebih parah ketika terinfeksi virus
SARS-CoV-2
d. Immunocompromis
Orang-orang dengan sistem imun lemah seperti penderita HIV/AIDS
dapat secara progresif lebih cepat dan lebih parah. Infeksi Coronavirus
dapat menimbulkan sistem kekebalan tubuh yang lemah terhadap virus
ini lagi sehingga dapat terjadi re-infeksi.

C. Penularan
Saat ini, penyebaran SARS-CoV-2 dari manusia ke manusia menjadi
sumber transmisi utama sehingga penyebaran menjadi lebih agresif.
Transmisi SARS-CoV-2 dari pasien simptomatik terjadi melalui droplet yang
keluar saat batuk atau bersin. Selain itu, telah diteliti bahwa SARS-CoV-2
dapat viabel pada aerosol (dihasilkan melalui nebulizer) selama setidaknya 3
jam. WHO memperkirakan reproductive number (R0) COVID-19 sebesar 1,4
hingga 2,5. Namun, studi lain memperkirakan R0 sebesar 3,28. Beberapa
laporan kasus menunjukkan dugaan penularan dari karier asimtomatis,
namun mekanisme pastinya belum diketahui. Kasus-kasus terkait transmisi
dari karier asimtomatis umumnya memiliki riwayat kontak erat dengan pasien
COVID-19. Beberapa peneliti melaporan infeksi SARS-CoV-2 pada
neonatus. Namun, transmisi secara vertikal dari ibu hamil kepada janin
belum terbukti pasti dapat terjadi. Bila memang dapat terjadi, data
menunjukkan peluang transmisi vertikal tergolong kecil. Pemeriksaan virologi
cairan amnion, darah tali pusat, dan air susu ibu pada ibu yang positif
COVID-19 ditemukan negative.
3

SARS-CoV-2 telah terbukti menginfeksi saluran cerna berdasarkan hasil


biopsi pada sel epitel gaster, duodenum, dan rektum. Virus dapat terdeteksi
di feses, bahkan ada 23% pasien yang dilaporkan virusnya tetap terdeteksi
dalam feses walaupun sudah tak terdeteksi pada sampel saluran napas.
Kedua fakta ini menguatkan dugaan kemungkinan transmisi secara fekal-
oral. Stabilitas SARS-CoV-2 pada benda mati tidak berbeda jauh
dibandingkan SARS-CoV. Eksperimen yang dilakukan van Doremalen, dkk.
menunjukkan SARS-CoV-2 lebih stabil pada bahan plastik dan stainless
steel (>72 jam) dibandingkan tembaga (4 jam) dan kardus (24 jam). Studi
lain di Singapura menemukan pencemaran lingkungan yang ekstensif pada
kamar dan toilet pasien COVID-19 dengan gejala ringan. Virus dapat
dideteksi di gagang pintu, dudukan toilet, tombol lampu, jendela, lemari,
hingga kipas ventilasi, namun tidak pada sampel udara.
Patogenesis SARS-CoV-2 masih belum banyak diketahui, tetapi diduga
tidak jauh berbeda dengan SARS-CoV yang sudah lebih banyak
diketahui.Pada manusia, SARS-CoV-2 terutama menginfeksi sel-sel pada
saluran napas yang melapisi alveoli. SARS-CoV-2 akan berikatan dengan
reseptor-reseptor dan membuat jalan masuk ke dalam sel. Glikoprotein yang
terdapat pada envelope spike virus akan berikatan dengan reseptor selular
berupa ACE2 pada SARS-CoV-2. Di dalam sel, SARS-CoV-2 melakukan
duplikasi materi genetik dan mensintesis protein-protein yang dibutuhkan,
kemudian membentuk virion baru yang muncul di permukaan sel. Sama
dengan SARS-CoV, pada SARS-CoV-2 diduga setelah virus masuk ke
dalam sel, genom RNA virus akan dikeluarkan ke sitoplasma sel dan
ditranslasikan menjadi dua poliprotein dan protein struktural. Selanjutnya,
genom virus akan mulai untuk bereplikasi.
Glikoprotein pada selubung virus yang baru terbentuk masuk ke dalam
membran retikulum endoplasma atau Golgi sel. Terjadi pembentukan
nukleokapsid yang tersusun dari genom RNA dan protein nukleokapsid.
Partikel virus akan tumbuh ke dalam retikulum endoplasma dan Golgi sel.
Pada tahap akhir, vesikel yang mengandung partikel virus akan bergabung
dengan membran plasma untuk melepaskan komponen virus yang baru.
Pada SARS-CoV, Protein S dilaporkan sebagai determinan yang signifikan
dalam masuknya virus ke dalam sel pejamu.Telah diketahui bahwa
masuknya SARS-CoV ke dalam sel dimulai dengan fusi antara membran
4

virus dengan plasma membran dari sel. Pada proses ini, protein S2‟
berperan penting dalam proses pembelahan proteolitik yang memediasi
terjadinya proses fusi membran. Selain fusi membran, terdapat juga clathrin-
dependent dan clathrin-independent endocytosis yang memediasi masuknya
SARS-CoV ke dalam sel pejamu. Faktor virus dan pejamu memiliki peran
dalam infeksi SARS-CoV. Efek sitopatik virus dan kemampuannya
mengalahkan respons imun menentukan keparahan infeksi. Disregulasi
sistem imun kemudian berperan dalam kerusakan jaringan pada infeksi
SARS-CoV-2. Respons imun yang tidak adekuat menyebabkan replikasi
virus dan kerusakan jaringan. Di sisi lain, respons imun yang berlebihan
dapat menyebabkan kerusakan jaringan. Respons imun yang disebabkan
oleh SARS-CoV-2 juga belum sepenuhnya dapat dipahami, namun dapat
dipelajari dari mekanisme yang ditemukan pada SARS-CoV dan MERS-CoV.
Ketika virus masuk ke dalam sel, antigen virus akan dipresentasikan ke
antigen presentation cells (APC).
Presentasi antigen virus terutama bergantung pada molekul major
histocompatibility complex (MHC) kelas I. Namun, MHC kelas II juga turut
berkontribusi. Presentasi antigen selanjutnya menstimulasi respons imunitas
humoral dan selular tubuh yang dimediasi oleh sel T dan sel B yang spesifik
terhadap virus. Pada respons imun humoral terbentuk IgM dan IgG terhadap
SARS-CoV. IgM terhadap SAR-CoV hilang pada akhir minggu ke-12 dan IgG
dapat bertahan jangka panjang. Hasil penelitian terhadap pasien yang telah
sembuh dari SARS menujukkan setelah 4 tahun dapat ditemukan sel T
CD4+ dan CD8+ memori yang spesifik terhadap SARS-CoV, tetapi
jumlahnya menurun secara bertahap tanpa adanya antigen. Virus memiliki
mekanisme untuk menghindari respons imun pejamu. SARS-CoV dapat
menginduksi produksi vesikel membran ganda yang tidak memiliki pattern
recognition receptors (PRRs) dan bereplikasi dalam vesikel tersebut
sehingga tidak dapat dikenali oleh pejamu. Jalur IFN-I juga diinhibisi oleh
SARS-CoV dan MERS-CoV. Presentasi antigen juga terhambat pada infeksi
akibat MERS-CoV.

D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala COVID-19 memiliki spectrum yang luas. Terdapat
individu dengan COVID-19 yang tidak menunjukkan tanda gejala
5

(asimptomatik). Gejala ringan ditunjukkan oleh pasien dengan infeksi saluran


pernapasan atas (ISPA) akut tanpa komplikasi, bisa disertai demam, fatigue,
batuk (dengan atau tanpa sputum), nyeri tenggorokan, kongesti nasal, sakit
kepala, anoreksia, atau malaise. Pada beberapa kasus pasien juga
mengeluh diare dan muntah. Pasien COVID-19 dengan pneumonia berat
ditandai dengan demam ditambah dengan salah satu dari gejala: (1)
frekuensi pernapasan >30 menit (2) distress pernapasan berat, atau (3)
saturasi oksigen 93% tanpa bantuan oksigen. Pada pasien geriatrik dapat
muncul gejala-gejala yang atipikal (Susilo et al., 2020).
Berdasarkan data 55.924 kasus, gejala tersering adalah demam, batuk
kering, dan fatigue. Gejala lain yang dapat ditemukan adalah batuk produktif,
sesak napas, sakit tenggorokan, nyeri kepala, mialga/atralgia, menggigil,
mual/muntah, kongesti nasal, diare, nyeri abdomen, hemoptysis, dana
kongesti konjungtia. Lebih dari 40% demam pada pasien COVID-19 memiliki
suhu puncak antara 38,1-39°C, sementara 34% mengalami demam suhu
lebih dari 39°C (Susilo et al., 2020). Infeksi COVID-19 dapat menyebabkan
gejala ISPA ringan sampai berat, bahkan sampai terjadi Acute Respiratory
Distress Syndrome (ARDS), sepsis dan syok septik. Manifestasi klinis yang
berhubungan dengan infeksi COVID-19 ditunjukkan pada Tabel 1.1

Tabel 1.1 Manifestasi klinis yang berhubungan dengan infeksi COVID-19


Uncomplicated
Pasien dengan gejala non-spesifik seperti demam, batuk, nyeri
illness
tenggorokan, hidung tersumbat, malaise, sakit kepala, nyeri otot.
Diwaspadai pada usia lanjut dan imunocompromised karena gejala
dan tanda yang tidak khas.

Pneumonia
ringan Pasien dengan pneumonia dan tidak ada tanda pneumonia berat.
Anak dengan pneumonia ringan mengalami batuk atau kesulitan
bernapas + napas cepat: frekuensi napas: <2 bulan, ≥60x/menit;
2–11 bulan, ≥50x/menit; 1–5 tahun, ≥40x/menit dan tidak ada
tanda pneumonia berat.
6

Pneumonia Pasien remaja atau dewasa dengan demam atau dalam


berat / pengawasan infeksi saluran napas, ditambah satu dari: frekuensi
ISPA berat napas >30 x/menit, distress pernapasan berat, atau saturasi
oksigen (SpO2) <90% pada udara kamar.
Pasien anak dengan batuk atau kesulitan bernapas, ditambah
setidaknya satu dari berikut ini:
 Sianosis sentral atau SpO2 <90%;
 Distres pernapasan berat (seperti mendengkur, tarikan
dinding dada yang berat);
 Tanda pneumonia berat: ketidakmampuan menyusui atau
minum, letargi atau penurunan kesadaran, atau kejang.
Tanda lain dari pneumonia yaitu: tarikan dinding dada, takipnea
:<2 bulan, ≥ 60x/menit; 2–11 bulan, ≥50x/menit; 1–5 tahun,
≥40x/menit;>5 tahun, ≥30x/menit.
Diagnosis ini berdasarkan klinis; pencitraan dada yang dapat
menyingkirkan komplikasi.
Acute Onset: baru terjadi atau perburukan dalam waktu satu minggu.
Respiratory Pencitraan dada (CT scan toraks, atau ultrasonografi paru):
Distress opasitas bilateral, efusi asopr yang tidak dapat dijelaskan
Syndrome penyebabnya, kolaps paru, kolaps lobus atau nodul.
(ARDS) Penyebab edema: gagal napas yang bukan akibat gagal jantung
atau kelebihan cairan. Perlu pemeriksaan objektif (seperti
ekokardiografi) untuk menyingkirkan bahwa penyebab edema
bukan akibat hidrostatik jika tidak ditemukan asopr risiko.
Kriteria ARDS pada dewasa:
 ARDS ringan: 200 mmHg <PaO2/FiO2 ≤ 300 mmHg
(dengan PEEP atau continuous positive airway pressure
(CPAP) ≥5 cmH2O, atau yang tidak diventilasi)
 ARDS sedang: 100 mmHg <PaO2 / FiO2 ≤200 mmHg
dengan PEEP ≥5 cmH2O, atau yang tidak diventilasi)
 ARDS berat: PaO2 / FiO2 ≤ 100 mmHg dengan PEEP ≥5
cmH2O, atau yang tidak diventilasi)
 Ketika PaO2 tidak tersedia, SpO2/FiO2 ≤315
mengindikasikan ARDS (termasuk pasien yang tidak
diventilasi)
7

Kriteria ARDS pada anak berdasarkan Oxygenation Index dan


Oxygenatin Index menggunakan SpO2:
 PaO2 / FiO2 ≤ 300 mmHg atau SpO2 / FiO2 ≤264: Bilevel
noninvasive ventilation (NIV) atau CPAP ≥5 cmH2O
dengan menggunakan full face mask
 ARDS ringan (ventilasi asopres): 4 ≤ Oxygenation Index
(OI) <8 atau 5 ≤OSI <7,5
 ARDS sedang (ventilasi asopres): 8 ≤ OI <16 atau 7,5 ≤
OSI <12,3
 ARDS berat (ventilasi asopres): OI ≥ 16 atau OSI ≥ 12,3

Sepsis Pasien dewasa: Disfungsi organ yang mengancam nyawa


disebabkan oleh disregulasi respon tubuh terhadap dugaan atau
terbukti infeksi. Tanda disfungsi organ meliputi: perubahan status
mental/kesadaran, sesak napas, saturasi oksigen rendah, urin
output menurun, denyut jantung cepat, nadi lemah, ekstremitas
dingin atau tekanan darah rendah, ptekie/purpura/mottled skin,
atau hasil laboratorium menunjukkan koagulopati, trombositopenia,
asidosis, laktat yang tinggi, hiperbilirubinemia.
 Pasien anak: terhadap dugaan atau terbukti infeksi dan
kriteria systemic inflammatory response syndrome (SIRS)
≥2, dan disertai salah satu dari: suhu tubuh abnormal atau
jumlah sel darah putih abnormal
Syok Asorp Pasien dewasa: hipotensi yang menetap meskipun sudah
dilakukan resusitasi cairan dan membutuhkan asopressor untuk
mempertahankan mean arterial pressure (MAP) ≥65 mmHg dan
kadar laktat serum >2mmol/L.

Pasien anak: hipotensi (TDS < persentil 5 atau >2 SD di bawah


usia normal) atau terdapat 2-3 gejala dan tanda berikut: perubahan
status mental/kesadaran; takikardia atau bradikardia (HR <90
x/menit atau >60x/menit pada bayi dan HR <70x/menit atau >150
x/menit pada anak); waktu pengisian kembali kapiler yang
memanjang (>2 detik) atau vasodilatasi hangat dengan bounding
pulse; takipnea; mottled skin atau ruam petekie atau purpura;
8

peningkatan laktat; oliguria; hipertermia atau hipotermia


(Kemenkes RI, 2020; halaman 45-47)

E. Diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium
i. Hematologi:
1) Jumlah Leukosit (< 4000/uL)
2) Netrofil (> 2500/uL)
3) Hitung limfosit absolut /ALC (< 1500/uL)
ii. Neutrofil Limfosit Ratio/NLR (>3.13)
iii. CRP >10 mg/L
iv. Kombinasi rapid test antibody dengan PCR (konvensional/TCM/Real
Time)
v. Pemeriksaan Toraks
Kelainan pemeriksaan fisik toraks pada COVID-19 sampai sekarang
masih belum jelas. Pemeriksaan thoraks dapat dievaluasi untuk
mengetahui kondisi pasien COVID-19. Berikut ini merupakan tanda-
tanda yang dapat ditemukan pada pasien COVID-19:
- Tanda distress pernapasan berat
Terdapatnya stridor dan retraksi dinding dada merupakan tanda
distress pernapasan berat yang ditemukan pada pneumonia berat.
- Perubahan suara paru
Studi mengenai suara paru pada COVID-19 sampai sekarang
masih sangat beragam dan terbatas. Terdapat kasus yang
menunjukkan tanpa adanya perubahan suara paru. Akan tetapi,
studi-studi lain juga ada yang melaporkan terdapatnya wheezing
dan ronkhi basah halus pada auskultasi paru, seperti halnya
pneumonia viral pada umumnya.
vi. Rontgen Toraks
Pemeriksaan Rontgen toraks merupakan pemeriksaan yang tidak
sensitif dan sering kali menunjukkan penampakan normal pada awal
perjalanan penyakit. Distribusi bilateral/multilobular umum ditemukan
pada pasien COVID-19. Penampakan Rontgen toraks yang umumnya
ditemukan pada COVID-19 adalah opasitas asimetrik difus atau
9

patchy, seperti pneumonia yang diakibatkan coronavirus jenis lainnya,


seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS).
vii. USG paru
Kelainan pada USG paru umumnya ditemukan secara bilateral dan
pada posterobasal. Berikut ini merupakan beberapa tanda kelainan
pada pemeriksaan USG paru pasien COVID-19:
- Multiple b-line:penebalan septa interlobular subpleural
- Konsolidasi subpleural
- Konsolidasi alveolar
- Penebalan dan iregularitas garis pleura dengan diskontinuitas
yang tersebar
- Pemulihan aerasi saat pemulihan dengan penampakan A-line
bilateral
b. Tes Diagnostik
Diagnosis COVID-19 dikonfirmasi dengan pemeriksaan nucleic acid
amplification test (NAAT). Berikut ini merupakan beberapa tes
laboratorium yang dapat digunakan untuk mengonfirmasi COVID-19:
- Nucleic Acid Amplification Test (NAAT):
Konfirmasi diagnosis COVID-19 umumnya ditentukan dengan
deteksi sekuens unik virus RNA pada NAAT. Gen virus yang dicari
umumnya adalah gen N, E, S dan RdRO. Real-time reverse-
transcription polymerase chain reaction (RT-PCR) merupakan salah
satu contoh NAAT yang dapat melakukan sequencing asam nukleat
virus RNA. Jenis sampel untuk pemeriksaan NAAT dapat berasal dari
traktus respiratori bawah, seperti sputum, aspirasi, dan lavage; atau
traktus respiratori atas, seperti swab nasofaringeal, orofaringeal, atau
aspirasi nasofaringeal wash/nasofaringeal.Sampel yang berasal dari
feses, darah, urine, atau bagian otopsi pasien juga dapat digunakan
apabila tidak terdapat pilihan lain. Umumnya, hasil pada traktus
respiratori bawah memiliki jumlah virus dan fraksi genom yang lebih
besar daripada traktus respiratori atas. Pemeriksaan dilakukan saat
awal dan dapat diulang guna mengevaluasi progresivitas penyakit
atau keberhasilan terap.Hasil negatif tidak dapat menyingkirkan
infeksi virus COVID-19. Beberapa faktor, seperti rendahnya kualitas
spesimen, waktu pengambilan spesimen yang terlalu lambat atau
10

terlalu cepat, penyimpanan atau pengiriman spesimen yang tidak


benar, dan masalah teknik, seperti mutasi virus dan inhibisi
polymerase chain reaction (PCR), dapat menyebabkan hasil negatif.
- Rapid Test
Rapid test adalah pemeriksaan serologi yang menggunakan
sampel serum. Rapid test untuk COVID-19. Saat ini terdapat dua
jenis rapid test, yaitu tes untuk mendeteksi antigen dan antibodi.
Rapid test antibodi dapat mendeteksi Immunoglobulin M (IgM) dan
Immunoglobulin G (IgG) terhadap virus SARS-CoV-2 dalam sampel
darah manusia. Antibodi IgM diketahui memiliki peranan penting
sebagai pertahanan utama saat terjadi infeksi virus, sementara
respons IgG adalah melindungi tubuh dari infeksi dengan cara
mengingat virus yang sebelumnya pernah terpapar di dalam
tubuh.Banyak faktor yang memengaruhi hasil tes ini, seperti onset
penyakit, konsentrasi virus, serta kualitas dan proses pengumpulan
spesimen. Sentivitas rapid test diperkirakan bervariasi mulai dari 34%
sampai 80%. Saat ini, berdasarkan bukti klinis yang ada, WHO hanya
merekomendasikan penggunaan rapid test untuk kepentingan
penelitian, bukan untuk manajemen klinis terhadap COVID-19.
- Viral Sequencing
Pemeriksaan tes viral sequencing bertujuan mengonfirmasi virus
dan memonitor mutasi genom virus. Selain itu, pemeriksaan ini juga
dapat memiliki fungsi dalam studi epidemiologi molekuler.
c. Diagnosis Banding
Presentasi klinis COVID-19 umumnya sulit dibedakan dengan penyakit
infeksi saluran pernapasan lainnya. Oleh karena itu, riwayat kontak dan
bepergian merupakan faktor penting dalam menegakkan diagnosis.
- Pneumonia Viral Lain
Presentasi klinis COVID-19 dengan pneumonia viral, seperti
influenza, umumnya sama, yaitu demam, batuk kering, dan dispnea.
Pada pemeriksaan fisik juga umumnya ditemukan ronkhi basah halus
pada paru. Riwayat kontak dan bepergian merupakan hal yang dapat
membantu klinisi membedakan penyakit ini. Selain itu, pemeriksaan
tes konfirmasi COVID-19 dapat menyingkirkan etiologi viral
lainnya.[24]
11

- Pneumonia Bakterial
Pasien pneumonia bakterial memiliki presentasi klinis yang
menyerupai COVID-19, yaitu demam, batuk, dan dispnea. Akan
tetapi, pada pneumonia bakterial terkadang ditemukan gejala nyeri
pleuritik. Selain itu, pada pemeriksaan fisik umumnya ditemukan
tanda-tanda konsolidasi, yaitu pekak pada perkusi toraks, ronkhi
basah halus pada auskultasi, dan suara napas tubular pada lapangan
paru. Pada pemeriksaan sputum, umumnya dapat ditemukan leukosit
polimorfonuklear dan predominan organisme bakterial.

F. Tatalaksana di Komunitas dan Klinik


Pada masa pandemi COVID-19, upaya kesehatan masyarakat tetap
dilaksanakan dengan memperhatikan skala prioritas. Puskesmas tetap
melaksanakan pelayanan dasar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
akan pelayanan kesehatan dan dalam rangka pencapaian SPM kab/kota
bidang kesehatan sebagaimana diatur pada Peraturan Pemerintah Nomor 2
Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal dan Permenkes Nomor 4
Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar
Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.
a. Promosi Kesehatan
Ruang lingkup Peran Promosi Kesehatan di Puskesmas dalam
penanggulangan COVID-19 adalah:
1. Melakukan kemitraan untuk mendapat dukungan dan menjalin
kerjasama kegiatan Puskesmas dalam pencegahan COVID-19 di
wilayah kerja Puskesmas. Sasaran kemitraan diantaranya gugus
tugas tingkat RW atau Relawan Desa, Ormas, TP PKK, swasta, SBH,
tokoh masyarakat, tokoh agama dan mitra potensial lainnya.
2. Melakukan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi (KIS) dengan lintas
sektor, Ormas serta mitra potensial lainnya dalam optimalisasi
kegiatan penanggulangan COVID-19 di wilayah kerja Puskesmas,
termasuk sinkronisasi data terkait dengan kelompok/individu berisiko
antara data Puskesmas (PISPK dan pelayanan perorangan) dan data
dari gugus tugas tingkat RW dan/atau Relawan Desa.
3. Melakukan advokasi kepada penentu kebijakan untuk mendapatkan
dukungan terhadap optimalisasi kegiatan pencegahan COVID-19 di
12

wilayah kerja Puskesmas. Sasaran advokasi dilakukan kepada


Kepala Desa/Lurah, Ketua RW, Ketua RT, Ketua TP PKK
Kecamatan, Ketua TP PKK Desa/Kelurahan, Ketua Ormas, Pimpinan
Perusahaan dll. Langkah-langkah advokasi dijelaskan dalam
lampiran Juknis ini.
4. Meningkatkan literasi serta kapasitas kader, toma, toga, dan
kelompok peduli kesehatan agar mendukung upaya penggerakan
dan pemberdayaan keluarga dalam pencegahan COVID-19 di
wilayah kerja Puskesmas. Peningkatan literasi serta kapasitas dapat
dilakukan melalui media daring seperti grup Whatsapp/ SMS/Video
Call/telepon atau melalui interaksi langsung dengan memperhatikan
PPI dan physical distancing.
5. Melakukan pengorganisasian dan memobilisasi potensi/sumber daya
masyarakat untuk mengoptimalkan kegiatan Promkes dan
pemberdayaan keluaga dalam pencegahan COVID-19 di wilayah
kerja Puskesmas, termasuk melaksanakan Survei Mawas Diri (SMD)
dan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) yang dilaksanakan
dengan tetap menerapkan prinsip PPI dan physical distancing.
Puskesmas dapat menggerakkan masyarakat untuk memanfaatkan
pelayanan kesehatan tradisional dalam pengendalian COVID-19.
Upaya yang dapat dilakukan diantaranya asuhan mandiri kesehatan
tradisional melalui pemanfaatan Taman Obat Keluarga (TOGA) dan
akupresur, yang dapat digunakan untuk meningkatkan daya tahan
tubuh serta mengatasi beberapa gangguan kesehatan ringan seperti
meningkatkan nafsu makan, mengatasi susah tidur, mengatasi stres,
dan mengurangi keinginan merokok. Lima tips meningkatkan daya
tahan tubuh dengan cara kesehatan tradisional dapat dilihat pada
lampiran bagian UKM
6. Membuat media promosi kesehatan lokal spesifik dengan
berdasarkan kepada protokol-protokol yang ada seperti cara
pencegahan di level individu, keluarga dan masyarakat, kelompok
rentan dan apa yang harus dilakukannya dll. Media tersebut
disebarluaskan melalui media daring seperti grup Whatsapp atau
secara langsung seperti poster, stiker, spanduk, baliho, dll.
13

7. Melakukan KIE bersama kader, tokoh masyarakat, tokoh agama,


ormas, kelompok peduli kesehatan, UKBM serta mitra potensial
lainnya guna meningkatkan literasi dan memberdayakan
kelompok/individu/anggota keluarga agar mau melakukan PHBS
pencegahan COVID-19. Sangat penting untuk memberikan
pemahaman kepada masyarakat dan lintas sektor terkait bahwa
pemutusan rantai penularan COVID-19 adalah tanggung jawab
bersama mulai dari masyarakat, tokoh masyarakat, lintas sektor,
bidang kesehatan dan Pemerintah mulai dari pemerintah daerah
sampai pemerintah Pusat
8. Melakukan tata kelola manajemen kegiatan promosi kesehatan
dalam pencegahan COVID-19 (P1, P2 dan P3).

b. Kesehatan Lingkungan
Upaya kesehatan lingkungan dalam penanggulangan COVID-19
diselenggarakan melalui penyehatan, pengamanan, pengendalian dan
pengawasan (linen dan dekontaminasi) yang dilaksanakan dengan:
1. Konseling, dilakukan terhadap OTG dan ODP yang diintegrasikan
dengan pelayanan pengobatan dan/atau perawatan. Petugas
konseling menggunakan APD sesuai ketentuan dengan tetap
menerapkan physical distancing. Konseling dapat menggunakan alat
peraga, percontohan, dan media informasi cetak atau elektronik yang
terkait COVID-19.
2. Inspeksi kesehatan lingkungan dilakukan terhadap media sarana dan
bangunan dengan mendata lingkungan permukiman, tempat kerja,
tempat rekreasi, serta tempat dan fasilitas umum seperti pasar,
terminal, stasiun, tempat ibadah dan lain-lain yang pernah
didatangi/dikunjungi/kontak langsung oleh OTG dan ODP.
3. Intervensi kesehatan lingkungan berdasarkan hasil inspeksi yang
dapat berupa KIE, penggerakan/pemberdayaan masyarakat, dan
perbaikan atau pembangunan sarana/prasarana. Contoh kegiatan
yang dilaksanakan antara lain:
a. pemasangan dan/atau penayangan media promosi kesehatan
lingkungan;
14

b. gerakan bersih desa/kelurahan melalui desinfeksi lingkungan


permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi serta fasilitas umum
dengan mengacu pada panduan yang berlaku;
c. penyediaan sarana cuci tangan; dan
d. penyediaan tempat sampah.
4. Pengelolaan air limbah, limbah padat domestik, dan limbah B3 medis
padat sesuai dengan pedoman dan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Disamping itu, Puskesmas dapat mengkoordinasikan kepada lintas
sektor terkait untuk menyiapkan tempat pembuangan limbah
sementara bagi masyarakat yang melakukan isolasi diri/karantina
mandiri di rumah atau fasilitas lain selain Fasyankes

c. Sistem Rujukan
Sistem rujukan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
dengan memperhatikan: 1. Merujuk ke Fasilitas Kesehatan Rujukan
Tingkat Lanjut (FKRTL) sesuai dengan kasus dan sistem rujukan yang
telah ditetapkan oleh dinas kesehatan daerah kabupaten/kota sesuai
peraturan yang berlaku. 2. Standar pelayanan:
1. Puskesmas menempatkan pasien yang akan dirujuk pada ruang
isolasi tersendiri yang terpisah.
2. Mendapat persetujuan dari pasien dan/atau keluarganya.
3. Melakukan pertolongan pertama atau stabilisasi pra rujukan.
4. Melakukan komunikasi dengan penerima rujukan dan memastikan
bahwa penerima rujukan dapat menerima (tersedia sarana dan
prasarana serta kompetensi dan tersedia tenaga kesehatan).
Rujukan Suspek PDP melalui Sisrute mengacu pada user manual
sebagaimana lampiran buku Juknis ini.
5. Membuat surat pengantar rujukan dan resume klinis rangkap dua.
6. Transportasi untuk rujukan sesuai dengan kondisi pasien dan
ketersediaan sarana transportasi.
7. Pasien yang memerlukan asuhan medis terus menerus didampingi
oleh tenaga Kesehatan yang kompeten dan membawa formulir
monitoring khusus untuk kasus COVID-19 sesuai dengan Pedoman.
8. Pemantauan rujukan balik.
15

d. Rapid Test dan Pemeriksaan Laboratorium


Penanganan COVID-19 di Indonesia menggunakan Rapid Test (RT)
Antibodi dan/atau Antigen pada kasus kontak dari pasien positif. RT
Antibodi juga digunakan untuk deteksi kasus ODP dan PDP pada wilayah
yang tidak mempunyai fasilitas untuk pemeriksaan RT-PCR. Hasil
Pemeriksaan RT Antibodi tetap dikonfirmasi dengan menggunakan
reverse transcription polymerase chain reaction (RT-PCR).
Di fasilitas kesehatan, pasien akan dibedakan menjadi tiga kelompok,
yaitu:
1. Kelompok OTG
Kelompok pertama merupakan orang yang tidak memilki gejala,
namun memiliki riwayat kontak erat dengan orang yang positif COVID-
19 yang disebut Orang Tanpa Gejala (OTG). Kelompok ini akan
melalui pemeriksaan RT antibodi, jika pemeriksaan pertama
menunjukkan hasil:
a) Negatif, tatalaksana selanjutnya adalah karantina mandiri dengan
menerapkan PHBS dan physical distancing; pemeriksaan ulang
pada hari ke 10. Jika hasil pemeriksaan ulang positif, maka
dilanjutkan dengan pemeriksaan RT PCR sebanyak 2 kali selama
2 hari berturut-turut, apabila tersedia fasilitas pemeriksaan RT
PCR.
b) Positif, tatalaksana selanjutnya adalah karantina mandiri dengan
menerapkan PHBS dan physical distancing; Pada kelompok ini
juga akan dikonfirmasi dengan pemeriksaan RT PCR sebanyak 2
kali selama 2 hari berturut-turut, apabila tersedia fasilitas
pemeriksaan RT PCR.
2. Kelompok ODP
Kelompok kedua merupakan orang yang terklasifikasi sebagai Orang
Dalam Pemantauan (ODP). Kelompok ini akan melalui pemeriksaan
RT antibodi dan jika pemeriksaan pertama menunjukkan hasil:
a) Negatif, tatalaksana selanjutnya adalah isolasi diri di rumah
dengan menerapkan PHBS dan physical distancing; pemeriksaan
ulang pada hari ke 10. Jika hasil pemeriksaan ulang positif, maka
dilanjutkan dengan pemeriksaan RT PCR sebanyak 2 kali selama
16

2 hari berturut-turut, apabila tersedia fasilitas pemeriksaan RT


PCR.
b) Positif, tatalaksana selanjutnya adalah isolasi diri di rumah dengan
menerapkan PHBS dan physical distancing; Pada kelompok ini
juga akan dikonfirmasi dengan pemeriksaan RT PCR sebanyak 2
kali selama 2 hari berturut-turut, apabila tersedia fasilitas
pemeriksaan RT PCR
3. Kelompok PDP
Kelompok ketiga merupakan orang yang terklasifikasi sebagai Pasien
Dalam Pengawasan (PDP). Kelompok ini akan melalui pemeriksaan
RT antibodi dan jika pemeriksaan pertama menunjukkan hasil:
a) Negatif, tatalaksana selanjutnya adalah isolasi diri rumah dengan
menerapkan PHBS dan physical distancing; pemeriksaan ulang
pada hari ke 10. Jika hasil pemeriksaan ulang positif, maka
dilanjutkan dengan pemeriksaan RT PCR sebanyak 2 kali selama
2 hari berturut-turut. Apabila mengalami perburukan gejala,
lakukan perawatan di RS.
b) Positif, tatalaksana selanjutnya adalah isolasi diri di rumah (gejala
ringan), isolasi di RS darurat (gejala sedang), atau isolasi di RS
rujukan (gejala berat); Pada kelompok ini juga akan dikonfirmasi
dengan pemeriksaan RT PCR sebanyak 2 kali selama 2 hari
berturut-turut.

e. Pengobatan Pasien COVID-19


Pasien dengan hasil pemeriksaan RT antibodi positif yang dirawat di
Rumah Sakit akan diberikan obat sebagai berikut, sampai hasil
pemeriksaan spesifik terbukti negatif:
1. Antibiotik empiris
a. Makrolide yaitu, azitromicin 1x500 mg selama 5-7 hari atau,
b. Fluoroquinolone yaitu, Levofloxacin 1x750mg selama 7 hari
2. Antivirus
3. Vitamin C dosis tinggi selama 14 hari
4. Chloroquine phosphate dapat ditambahkan pada pasien dengan
kondisi berat
5. Terapi simptomatik sesuai dengan gejala
17

6. Hepatoprotektor bila SGOT dan SGPT meningkat


7. Obat-obat lain sesuai penyakit penyerta
Pasien dengan hasil pemeriksaan positif yang dirawat di rumah dan di
fasilitas khusus/ RS darurat maka obat diberikan secara oral. Dilarang
menggunakan kortikosteroid, kecuali pada kasus dengan komorbid
tertentu. Untuk pasien anak dosis obat disesuaikan.

f. Tatalaksana Karantina
1. Karantina Rumah
Karantina rumah adalah upaya pembatasan penghuni dalam suatu
rumah beserta isinya yang diduga terinfeksi penyakit dan/atau
terkontaminasi untuk mencegah penyebaran penyakit atau
kontaminasi. Masyarakat lain di luar rumah tersebut harus menghindari
berinteraksi langsung dengan penghuni rumah atau tidak boleh
menggunakan/ bersentuhan dengan barang yang belum didisinfeksi.
Apabila masyarakat menjalani karantina rumah maka harus
berkomunikasi per telpon dengan keluarga di luar rumah tersebut
secara periodik, dan meminta dukungan apabila memerukan bantuan.
Karantina rumah dilakukan melalui isolasi diri.
2. Isolasi Diri
Isolasi diri dilakukan dengan memantau kondisi kesehatan diri sendiri
dengan menghindari kemungkinan penularan dengan orang-orang
sekitar termasuk keluarga, melaporkan kepada fasyankes terdekat
kondisi kesehatannya. Yang dilakukan saat isolasi diri:
a. Tinggal di rumah dan tidak boleh berinteraksi dengan masyarakat
b. Menggunakan kamar terpisah dari anggota keluarga lain
c. Jika memungkinkan jaga jarak setidaknya 1 meter dari anggota
keluarga lain
d. Menggunakan masker selama isolasi diri
e. Melakukan pengukuran suhu harian dan observasi gejala klinis
f. Hindari pemakaian bersama peralatan makan, peralatan mandi
dan linen/sprei.
g. Terapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
h. Berada di ruang terbuka dan berjemur di bawah sinar matahari
setiap pagi
18

i. Jaga kebersihan dengan cairan disinfektan


j. Hubungi segera fasyankes jika mengalami perburukan gejala
untuk perawatan lebih lanjut
3. Karantina Rumah Sakit
Karantina rumah sakit adalah pembatasan seseorang dalam rumah
sakit yang diduga terinfeksi penyakit dan/atau terkontaminasi
sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan penyebaran penyakit
atau kontaminasi.
4. Karantina Fasilitas Khusus
Karantina fasilitas khusus adalah karantina yang dilakukan di fasilitas
khusus yang disediakan oleh otoritas yang berwenang dan didasarkan
kepada orang yang memiliki gejala dan riwayat kontak dengan
seseorang yang positif. Yang termasuk ke dalam daftar orang yang
dilakukan karantina rumah adalah ODP (Orang Dalam Pemantauan):
orang yang memiliki gejala dan kontak serta memiliki hasil tes positif.
Yang dimaksud dengan Karantina Fasilitas Khusus (KFK) sebagai
berikut:
a. Karantina dilakukan di Fasilitas yang dikelola pihak berwenang
seperti : Wisma, Hotel, Asrama Haji dan lain-lain yang di fungsikan
sebagai Rumah Sakit Darurat COVID-19.
b. Diawasi oleh Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah
setempat yang dapat terdiri dari Dinkes,Puskesmas,Rumah
Sakit,Badan Penanggulangan Bencana Daerah, TNI/Polri dan lain-
lain.
c. Pembiayaan oleh pemerintah dan sumber lain yang sah,
d. Penanggung jawab: Kementerian atau Lembagaatau Gubernur
atau Walikota atau Bupati
5. Karantina wilayah
Karantina wilayah adalah pembatasan penduduk dalam suatu wilayah
termasuk wilayah Pintu Masuk beserta isinya yang diduga terinfeksi
penyakit dan/atau terkontaminasi untuk mencegah kemungkinan
penyebaran penyakit atau kontaminasi. Karantina wilayah perlu
dipertimbangan untuk dilakukan di daerah episenter. Pimpinan daerah
episenter bertanggung jawab agar masyarakatnya mengurangi atau
melarang melakukan perjalanan ke luar daerah episentrum. Pimpinan
19

daerah yang bukan episenter harus menjelaskan kepada


masyarakatnya agar tidak memasuki daerah episenter.

g. Pencegahan Level Individu


Terdapat beberapa prinsip yang perlu diikuti untuk membantu mencegah
persebaran virus pernapasan, yaitu menjaga kebersihan diri/personal dan
rumah dengan cara:
1. Mencuci tangan lebih sering dengan sabun dan air setidaknya 20 detik
atau menggunakan hand sanitizer, serta mandi atau mencuci muka
jika memungkinkan, sesampainya rumah atau di tempat bekerja,
setelah membersihkan kotoran hidung, batuk atau bersin dan ketika
makan atau mengantarkan makanan.
2. Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan yang
belum dicuci
3. Jangan berjabat tangan
4. Hindari interaksi fisik dekat dengan orang yang memiliki gejala sakit
5. Tutupi mulut saat batuk dan bersin dengan lengan atas dan ketiak atau
dengan tisu lalu langsung buang tisu ke tempat sampah dan segera
cuci tangan
6. Segera mengganti baju/mandi sesampainya di rumah setelah
berpergian
7. Bersihkan dan berikan desinfektan secara berkala pada benda-benda
yang sering disentuh dan pada permukaan rumah dan perabot (meja,
kursi, dan lainlain), gagang pintu, dan lain-lain.

h. Pencegahan Level Masyarakat


Pembatasan Interaksi Fisik (Physical contact/physical distancing)
1. Tidak berdekatan atau berkumpul di keramaian atau tempat-tempat
umum,jika terpaksa berada di tempat umum gunakanlah masker.
2. Tidak menyelenggarakan kegiatan/pertemuan yang melibatkan
banyak peserta (mass gathering).
3. Hindari melakukan perjalanan baik ke luar kota atau luar negeri.
4. Hindari berpergian ke tempat-tempat wisata.
5. Mengurangi berkunjung ke rumah kerabat/teman/saudara dan
mengurangi menerima kunjungan/tamu.
20

6. Mengurangi frekuensi belanja dan pergi berbelanja. Saat benar-benar


butuh, usahakan bukan pada jam ramai.
7. Menerapkan Work From Home (WFH)
8. Jaga jarak dengan orang lain minimal 1 meter (saat mengantri, duduk
di bus/kereta).
9. Untuk sementara waktu, anak sebaiknya bermain sendiri di rumah.
10. Untuk sementara waktu, dapat melaksanakan ibadah di rumah
21

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pada anamnesis gejala yang dapat ditemukan yaitu, tiga gejala utama:
demam, batuk kering (sebagian kecil berdahak) dan sulit bernapas atau
sesak. Tapi perlu dicatat bahwa demam dapat tidak didapatkan pada
beberapa keadaan, terutama pada usia geriatri atau pada mereka dengan
imunokompromis. Gejala tambahan lainnya yaitu nyeri kepala, nyeri otot,
lemas, diare dan batuk darah. Pada beberapa kondisi dapat terjadi tanda
dan gejala infeksi saluran napas akut berat (Severe Acute Respiratory
Infection-SARI). Definisi SARI yaitu infeksi saluran napas akut dengan
riwayat demam (suhu≥ 38 C) dan batuk dengan onset dalam 10 hari terakhir
serta perlu perawatan di rumah sakit. Tidak adanya demam tidak
mengeksklusikan infeksi virus.

Definisi kasus
a. Pasien dalam pengawasan atau kasus suspek / possible
1) Seseorang yang mengalami:
a) Demam (≥380C) atau riwayat demam
b) Batuk atau pilek atau nyeri tenggorokan
c) Pneumonia ringan sampai berat berdasarkan klinis dan/atau
gambaran radiologis. (pada pasien immunocompromised
presentasi kemungkinan atipikal)
DAN disertai minimal satu kondisi sebagai berikut :
 Memiliki riwayat perjalanan ke Tiongkok atau wilayah/ negara
yangterjangkit* dalam 14 hari sebelum timbul gejala
 Petugas kesehatan yang sakit dengan gejala sama setelah
merawat pasien infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) berat
yang tidak diketahui penyebab / etiologi penyakitnya, tanpa
memperhatikan riwayat bepergian atau tempat tinggal.

ATAU
22

2) Pasien infeksi pernapasan akut dengan tingkat keparahan ringan


sampai berat dan salah satu berikut dalam 14 hari sebelum onset
gejala:
a) Kontak erat dengan pasien kasus terkonfirmasi atau probable
COVID-19, ATAU
b) Riwayat kontak dengan hewan penular (jika hewan sudah
teridentifikasi), ATAU
c) bekerja atau mengunjungi fasilitas layanan kesehatan dengan
kasus terkonfirmasi atau probable infeksi COVID-19 di Tiongkok
atau wilayah/negara yang terjangkit.*
d) Memiliki riwayat perjalanan ke Wuhan dan memiliki demam (suhu
≥380C) atau riwayat demam.

*Keterangan: saat ini ada 12 negara yang dikategorikan terjangkit yaitu


Tiongkok, Singapura, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Vietnam,
Amerika Serikat, Jerman, Perancis, Inggris, Spanyol dan Thailand;
tetapi tetap mengikuti perkembangan negara yang terjangkit menurut
WHO dan Litbangkes Kemenkes RI.

b. Orang dalam Pemantauan


Seseorang yang mengalami gejala demam atau riwayat demam tanpa
pneumonia yang memiliki riwayat perjalanan ke Tiongkok atau
wilayah/negara yang terjangkit, dan tidak memiliki satu atau lebih
riwayat paparan diantaranya:
 Riwayat kontak erat dengan kasus konfirmasi COVID-19
 Bekerja atau mengunjungi fasilitas kesehatan yang berhubungan
dengan pasien konfirmasi COVID-19 di Tiongkok atau wilayah/negara
yang terjangkit (sesuai dengan perkembangan penyakit),
 Memiliki riwayat kontak dengan hewan penular (jika hewan penular
sudah teridentifikasi) di Tiongkok atau wilayah/negara yang terjangkit
(sesuai dengan perkembangan penyakit.

c. Kasus Probable
23

Pasien dalam pengawasan yang diperiksakan untuk COVID-19 tetapi


inkonklusif atau tidak dapat disimpulkan atau seseorang dengan hasil
konfirmasi positif pan-coronavirus atau beta coronavirus.

d. Kasus terkonfirmasi
Seseorang yang secara laboratorium terkonfirmasi COVID-19.

Definisi Kontak :
a. Kontak
Kontak didefinisikan individu yang berkaitan dengan beberapa aktivitas
sama dengan kasus dan memiliki kemiripan paparan seperti kasus.
Kontak mencakup anggota rumah, kontak keluarga, pengunjung,
tetangga, teman kuliah, guru, teman sekelas, pekerja, pekerja sosial atau
medis, dan anggota group sosial.
b. Kontak erat
Kontak erat didefinisikan seseorang yang memiliki kontak (dalam 1 meter)
dengan kasus yang terkonfirmasi selama masa simptomatiknya termasuk
satu hari sebelum onset gejala. Kontak tidak hanya kontak fisik langsung.
 Kontak pekerja sosial atau pekerja medis
Paparan terkait perawatan kesehatan, termasuk menangani langsung
untuk pasien COVID-19, bekerja dengan petugas kesehatan yang
terinfeksi COVID-19 atau memeriksa pasien yang terkonfimari kasus
atau dalam lingkungan ruangan sama, ketika prosedur aerosol
dilakukan.
 Kontak lingkungan rumah atau tempat tertutup
 Berbagi lingkungan ruangan, bekerja bersama, belajar bersama
dalam jarak dekat dengan pasien COVID-19.
 Bepergian bersama pasien COVID-19 dalam segala jenis mode
transportasi.
 Anggota keluarga atau tinggal di rumah yang sama dengan
pasien COVID-19.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pasien COVID-19 harus diawali dengan pemeriksaan
keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien. Pemeriksaan toraks dan status
24

generalis dapat diikuti selanjutnya. Sampai sekarang belum ditemukan tanda


khusus untuk COVID-19.
1. Keadaan Umum dan Tanda-Tanda Vital
Keadaan umum dan tanda-tanda vital merupakan pemeriksaan pertama
dan utama dalam menentukan triase pasien. Pasien COVID-19 umumnya
memiliki temperatur ≥38°C.
Pada pasien dengan komplikasi, seperti pneumonia, sepsis, maupun syok
septik, akan ditemukan tanda sebagai berikut:
 Perubahan status mental/kesadaran
Perubahan kesadaran umumnya menandakan penurunan perfusi
pada otak sehingga membutuhkan penanganan segera. Selain itu,
pasien anak dengan penurunan kesadaran, ketidakmampuan
menyusui, maupun kejang dengan gejala pernapasan dapat
digolongkan sebagai pneumonia/infeksi saluran pernapasan akut
(ISPA) berat.
 Takipnea
Pada pasien remaja/dewasa, frekuensi napas > 30 x/menit
merupakan salah satu tanda dari pneumonia berat. Pada pasien
anak, peningkatan frekuensi napas dapat didasarkan berdasarkan
usia:
 < 2 bulan: ≥ 60 x/menit
 2 – 11 bulan: ≥ 50 x/menit
 1 – 5 tahun: ≥ 40 x/menit
 > 5 tahun: ≥ 30 x/menit
 Hipotensi
Pasien hipotensi merupakan salah satu tanda utama dari komplikasi
syok septik.
 Perubahan denyut jantung
Denyut jantung meningkat atau menurun dapat menunjukkan
kompensasi kardiovaskular pada penurunan perfusi atau disfungsi
organ jantung yang sering ditemukan pada pasien sepsis maupun
syok septik.
 Peningkatan capillary refill time (CRT)
CRT > 2 detik menandakan penurunan perfusi perifer yang sering
ditemukan pada keadaan syok.
25

 Saturasi oksigen rendah


Penurunan saturasi oksigen SpO2 < 90% merupakan tanda
penurunan perfusi dan dapat digolongkan sebagai pneumonia berat.

2. Pemeriksaan Toraks
Kelainan pemeriksaan fisik toraks pada COVID-19 sampai sekarang
masih belum jelas. Pemeriksaan thoraks dapat dievaluasi untuk
mengetahui kondisi pasien COVID-19. Berikut ini merupakan tanda-tanda
yang dapat ditemukan pada pasien COVID-19:
 Tanda distress pernapasan berat
Terdapatnya stridor dan retraksi dinding dada merupakan tanda
distress pernapasan berat yang ditemukan pada pneumonia berat.
 Perubahan suara paru
Studi mengenai suara paru pada COVID-19 sampai sekarang masih
sangat beragam dan terbatas. Terdapat kasus yang menunjukkan
tanpa adanya perubahan suara paru. Akan tetapi, studi-studi lain juga
ada yang melaporkan terdapatnya wheezing dan ronkhi basah halus
pada auskultasi paru, seperti halnya pneumonia viral pada umumnya.

3. Pemeriksaan Generalisata
Pemeriksaan tenggorokan pada beberapa kasus COVID-19 dapat
ditemukan hiperemis pada faring minimal. Selain itu, ruam-ruam samar
juga dapat terlihat pada beberapa kasus. Pemeriksaan generalisata pada
pasien COVID-19 juga dapat dilakukan untuk mengetahui progresivitas
penyakit.
Berikut ini merupakan beberapa tanda komplikasi yang dapat ditemukan
pada pasien COVID-19:
 Tanda sianosis sentral
Tanda sianosis sentral, berupa kebiruan pada kulit dan membran
mukosa, dapat penurunan saturasi oksigen < 85%.
 Ekstremitas dingin dan kulit lembap
Ekstremitas dingin dan kulit lembap merupakan salah satu tanda dari
kegagalan sirkulasi.
 Tanda gagal jantung kanan
26

Pasien dengan pneumonia berat dapat menyebabkan cor pulmonale,


yang ditandai dengan edema perifer, hepatomegali, dan hipoksia.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan dibuktikan dengan
keinginan untuk mengelola masalah kesehatan dan pencegahan dan
tidak ditemukan adanya gejala masalah kesehatan
2. Kesiapan Peningkatan Pengetahuan dibuktikan dengan keinginan
peningkatan perilaku kesehatan
27

C. Rencana Asuhan Keperawatan

No. Masalah Tujuan Luaran Intervensi dan Implementasi


Keperawatan
1 Kesiapan Setelah dilakukan Primer, Sekunder, dan Tersier Primer
Peningkatan tidakan Manajemen Kesehatan Edukasi kesehatan
Manajemen keperawatan 1. Melakukan tindakan untuk mengurangi faktor Observasi
Kesehatan d.d komunitaskesiapan resiko mambaik 1. Identifikasi kesiapan dan
keinginan untuk meningkatkan 2. Menerapkan program perawatan membaik kemampuan menerima
mengelola manajemen 3. Aktivitas hidup sehari-hari efektif memenuhi informasi
masalah kesehatan tujuan kesehatan membaik 2. Identifikasi faktor-faktor yang
kesehatan dan diwilayah membaik meningkatkan dan
pencegahan dan menurunkan motivasi
tidak ditemukan perilaku hidup bersih dan
adanya gejala sehat
masalah Terapeutik
kesehatan 1. Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
2. Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai
28

kesepakatan
3. Berikan kesempatan untuk
bertanya
Edukasi
1. Jelaskan faktor resiko yang
dapat memepengaruhi
kesehatan
2. Ajarkan perilaku
hidupbersihdan sehat
3. Ajarkan strategi yang dapat
digunakan
untukmeningkatkan perilaku
hidupbersih dan sehat

Sekunder
identifikasi resiko
Observasi
1. Identifikasi risiko biologis
lingkungan dan perilaku
2. Identifikasi risiko secara
29

berkaladi masing-masing unit


3. Identifikasi risiko baru sesuai
perencanaan yangtelah di
tetapkan
Terapeutik
1. Tentukan metode
pengelolaan resiko yang baik
dan ekonomis
2. Lakukan pengelolaan resiko
secara efektif
3. Lakukan update
perencanaan secara regular(
MIS bulanan ,triwulan,
tahunana )
4. Buat perencanaan tindakan
yang memiliki timeline dan
penanggung jawab yang
jelas
5. Dokumentasi temuan resiko
secara akurat
30

Tersier
skrining kesehatan
Observasi
1. Identifikasi target populasi
skrining kesehatan
Terapeutik
1. Lakukan informed consent
skriningkesehatan
2. Sediakan akses layanan
skrining
3. Jadwalkan waktu skrining
kesehatan
4. Gunakan instrument skrining
yang valid dan akurat
5. sediakan lingkungan yang
nyaman
6. lakukan anamnesis riwayat
kesehatan, faktor resiko dan
pengobatan, jikaperlu
7. lakukan pemeriksaan fisik,
31

sesuai indikasi

2 Kesiapan Setelah dilakukan Tingkat pengetahuan Primer


Peningkatan tidakan 1. Perilaku sesuai anjuran meningkat Edukasi kesehatan
Pengetahuan d.d keperawatan 2. Verbalisasi niat minat dalam belajar Observasi
keinginan komunitas meningkat 1. Identifikasi kesiapan dan
peningkatan mengalami 3. Kemampuan menjelaskan pengetahuan kemampuan menerima
perilaku kesehatan peningkatan tentang suatu topik meningkat informasi
pengetahuan 4. Kemampuan menggambarkan pengalaman 2. Identifikasi faktor-faktor yang
sebelumnya yang sesuai dengan topic meningkatkan dan
meningkat menurunkan motivasi
5. Perilaku sesuai dengan pengetahuan perilaku hidup bersih dan
meningkat sehat
Terapeutik
1. Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
2. Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
3. Berikan kesempatan untuk
32

bertanya
Edukasi
1. Jelaskan faktor resiko yang
dapat memepengaruhi
kesehatan
2. Ajarkan perilaku
hidupbersihdan sehat
3. Ajarkan strategi yang dapat
digunakan
untukmeningkatkan perilaku
hidupbersih dan sehat

Sekunder dan tersier


Edukasi proses penyakit
Observasi
1. Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima
informasi

Terapeutik
33

1. Sediakan materi dan


mediapendidikan kesehatan
2. Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
3. Berikankemampuan
untukbertanya

Edukasi
1. Jelaskan penyebab
danfaktor resiko penyakit
2. Jelaskan proses
phathofisiologimunculnya
penyakit
3. Jelaskan tanda dan
gejalayang ditimbulkan oleh
penyakit
4. Jelasknakemungkinan
terjadinya komplikasi
5. Ajarkancara
34

meredakan/mengatasi gejala
yang dirasakan
6. Ajarkan cara
meminmalkanefek samping
dari intervensi atau
pengobatan
7. Informasikan kondisi pasien
saat ini
8. Anjurkan melapor jika
merasakan tanda dan gejala
memberat atau tidak biasa
35

D. Evaluasi
1. Evaluasi Sumatif
Diagnosa
No Kriteria Yang Diharap Hasil
Keperawatan
1 Kesiapan Prevensi Primer, Sekunder, Primer
peningkatan Tersier S:
manajemen Manajemen Kesehatan - Peserta mengatakan bahwa
kesehatab b.d - Sering melakukan tindakan mereka memahami faktor-
mengekspresikan untuk mengurangi factor faktor yang meningkatkan
keinginan untuk resiko dan menurunkan motivasi
mengelola - Mampu menerapkan perilaku hidup bersih dan
masalah program perawatan sehat
kesehatan dan - Melakukan aktifitas hidup O:
pencegahannya sehari-hari efektif untuk - Peserta terlihat antusias
memenuhi tujuan dan aktif bertanya tentang
kesehatan materi yang diberikan
- Terdapat peningkatan nilai
posttest setelah diberikan
kegiatan
- Kehadiran peserta sudah
lebih dari 70% dari jumlah
yang ditargetkan
A: Masalah teratasi
P: Lanjutkan monitoring dan
evaluasi

Sekunder
S:
- Peserta mengatakan bahwa
mereka telah melakukan
pengelolaan resiko secara
efektif
O:
- Peserta membuat update
perencaan atau timeline
secara reguler
36

A: Masalah teratasi
P: Lanjutkan monitoring dan
evaluasi

Tersier
S:
- Peserta mengatakan bahwa
mereka telah melakukan
skrining kesehatan
O:
- Hasil dari skrining
kesehatan peserta tidak
terdapat indikasi yang
membahayakan kesehatan
A: Masalah teratasi
P: Lanjutkan monitoring dan
evaluasi
2 Kesiapan Prevensi Primer, Sekunder, Primer, Tersier, Sekunder
peningkatan Tersier S:
pengetahuan b.d Tingkat Pengetahuan - Peserta mengatakan bahwa
upaya peningkatan - Perilaku peserta membaik mereka memahami edukasi
kesehatan sesuai anjuran yang diberikan
- Niat minat peserta dalam O:
belajar membaik - Peserta terlihat antusias
- Peserta mampu dan aktif bertanya tentang
menjelaskan suatu topic materi yang diberikan
dengan baik - Terdapat peningkatan nilai
- Peserta mampu posttest setelah diberikan
menggambarkan kegiatan
pengalaman sebelumnya - Kehadiran peserta sudah
dengan baik lebih dari 70% dari jumlah
- Perilaku peserta yang yang ditargetkan
membaik sesuai dengan A: Masalah teratasi
pengetahuan P: Lanjutkan monitoring dan
evaluasi
37

2. Evaluasi Formatif
a) Evaluasi Struktur
 Ruangan kondusif untuk kegiatan
 Media dan materi sudah siap tersedia
 Acara kegiatan berjalan lancar
 Panitia sudah berkumpul tepat waktu untuk mempersiapkan
alat, dan media yang digunakan
b) Evaluasi Proses
 Peserta memperhatikan dan mendengarkan dengan seksama
 Peserta aktif dan antusias selama proses diskusi berlangsung
 Proses diskusi berjalan lancar dan peserta antusias dalam
menyampaikan pendapat terhadap program terkait yang
diselenggarakan
 Seluruh peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
acara
c) Evaluasi Hasil
 Peserta mampu menerima dan memahami permasalahan
yang terjadi di daerah setempat
 Didapatkan rencana kegiatan yang telah disepakati antara
mahasiswa dan masyarakat
 Peserta antusias dalam melaksanakan program yang
berkelanjutan
 Indikator peserta tercapai setelah kegiatan diadakan
 Terdapat peningkatan nilai posttest peserta
d) Faktor Pendukung
 Terdapat beberapa perlengkapan yang mudah didapatkan di
rumah masing-masing
 Adanya dukungan dari keluarga setempat yang akan
mengikuti kegiatan ini
 Kerjasama yang baik antara mahasiswa dan warga membuat
acara berjalan lancer
 Dapat menggunakan webinar atau virtual meeting lainnya
dalam penyampaian edukasi kepada warga mengingat
pandemic yang telah terjadi sehingga edukasi bisa
dilaksanakan secara fleksiel
38

e) Faktor Penghambat
 Acara tidak sesuai dengan kontrak waktu yang ditentukan
 Peserta undangan tidak dapat mengikuti secara lengkap
karena terhalang alat serta sinyal apabila menggunakan
webinar
 Materi kurang efektif tersampaikan kepada masyarakat
 Harus membatasi peserta yang ikut mengingat pandemic
yang terjadi
 Dapat menghambat simulasi atau demonstrasi kepada
masyarakat
f) Rencana Tindak Lanjut
 Diharapkan puskesmas melaksanakan program ini secara
berkelanjutan
 Diharapkan puskesmas melakukan evaluasi dan monitoring
kepada masyarakat setelah dilakukan program kegiatan ini
 Diharapkan masyarakat melakukan perubahan gaya hidup
setelah dilakukan program terkait.
39

KISI-KISI INTRUMEN COVID-19

Model Komponen Variabel Sub Pertanyaan Indikator Sumber Alat


Teori Model Variabel Data Pengumpul
Data
Core Sejarah Riwayat Pertama Dimanakah kasus COVID- a. Italia Primer Kuesioner
COVID-19 kali 19 pertama kali b. Cina (keluarga)
ditemukan ditemukan? c. Indonesia

Dimanakah kasus COVID- a. Bali Primer Kuesioner


19 pertama kali ditemukan b. Surabaya (keluarga)
di Indonesia? c. Jakarta
Apakah di wilayah/ a. Ya Primer Kuesioner
lingkungan Anda b. Tidak (keluarga)
ditemukan kasus COVID-
19?
Riwayat Apakah ada riwayat kontak a. Ya Primer Kuesioner
kesehatan dengan orang yang b. Tidak (keluarga)
terdahulu dicurigai/ suspect COVID-
19?
40

Adakah keluhan yang a. Demam Primer Kuesioner


Anda rasakan dalam waktu b. Batuk (keluarga)
14 hari terakhir? (Boleh c. Nyeri
memilih lebih dari 1) tenggorokan
d. Hidung
tersumbat
e. Nyeri otot
f. Sakit kepala
g. Kelelahan
h. Tidak nafsu
makan
i. Tidak ada
41

Core Demografi Riwayat Riwayat Apakah keluhan yang a. Demam Primer Kuesioner
COVID-19 kesehatan Anda rasakan saat ini? b. Batuk (keluarga)
saat ini c. Nyeri
tenggorokan
d. Hidung
tersumbat
e. Nyeri otot
f. Sakit kepala
g. Kelelahan
h. Tidak nafsu
makan
i. Tidak ada
Apakah keluarga Anda ada a. Ya Primer Kuisioner
yang menderita COVID- b. Tidak (keluarga)
19?
Apakah anggota keluarga a. Ya Primer Kuisioner
Anda ada yang melakukan b. Tidak (keluarga)
rapid test?
Pencegahan Cara Apakah yang Anda a. Tidak Primer Kuesioner
penularan pencegaha lakukan untuk mencegah berdekatan (keluarga)
42

COVID-19 n penularan atau pengurangi penularan dengan orang


COVID-19? yang positif
b. Menggunakan
alat makan
bersamaan
c. Menjaga
imunitas fisik
d. Menggunakan
masker N-95
e. Tidak
mengusap
muka dengan
tangan yang
belum di cuci
setelah
menyentuh
benda
Apakah ada peraturan/ a. Ya Primer Kuesioner
kebijakan di keluarga Anda b. Tidak (keluarga)
terkait dengan upaya
43

pencegahan penularan
COVID-19? (Contohnya:
setelah bepergian wajib
untuk mandi dan mencuci
baju yang dipakai)
Perilaku Apakah Anda memiliki a. Ya Primer Kuesioner
Hidup handsanitizer? b. Tidak (keluarga)
Bersih Kapan momen-momen a. Sebelum Primer Kuesioner
untuk melakukan cuci makan (keluarga)
tangan? (Boleh memilih b. Setelah
lebih dari 1) buang air
c. Setelah
beraktivitas
d. Sebelum
menyentuh
mulut, hidung,
dan mata
e. Setelah
menerima
paket dan
44

makanan
online
f. Bukan salah
satu diatas
Bagaimana cara a. Dengan air Primer Kuesioner
melakukan cuci tangan mengalir (keluarga)
yang benar? (Boleh b. Gosok telapak
memilih lebih dari 1) tangan,
punggung
tangan,
punggung jari,
genggam
tangan, gosok
sela-sela ibu
jari, gosok
kuku-kuku jari
c. Dengan air
mengalir dan
sabun
Perlindunga Jenis masker apa yang a. Masker kain Primer Kuesioner
45

n diri Anda pakai? b. Masker N-95 (keluarga)


c. Tidak
keduanya
Masker kain yang a. 4 jam Primer Kuesioner
digunakan harus diganti b. 5 jam (keluarga)
setiap berapa jam? c. 6 jam
d. 12 jam
e. 24 jam
Peningkatan Cara Apa yang Anda lakukan a. Makan Primer Kuesioner
imunitas fisik meningkatk untuk meningkatkan daya makanan (keluarga)
an imunitas tahan tubuh? bergizi
fisik (Boleh memilih lebih dari 1) b. Olahraga
c. Istirahat yang
cukup
d. Berjemur di
pagi hari
e. Cuci tangan
Berapa lama Anda a. 5 menit Primer Kuesioner
olahraga? b. 10 menit (keluarga)
46

c. 15 menit
d. 30 menit
e. Tidak pernah
Berapa lama Anda a. 1 menit Primer Kuesioner
berjemur? b. 3 menit (keluarga)

c. 5 menit
d. 10 menit
e. 15 menit
Vital statistik Angka Apakah usia rata-rata a. Bayi Primer Kuesioner
kejadian pasien positif COVID-19? b. Anak-anak (keluarga)
kesakitan c. Remaja
d. Dewasa
e. Lansia
Apakah salah satu faktor a. Kontak Primer Kuesioner
yang meningkatkan risiko dengan (keluarga)
penularan Virus Corona? pasien
COVID-19
b. Riwayat
bepergian
47

c. Tidak
melakukan
cuci tangan
Berapa jumlah pasien - Sekunder Lembar
positif COVID-19 di (Laporan observasi
Indonesia? pemerintah)
Angka Apakah usia rata-rata a. Bayi Primer Kuesioner
kejadian pasien COVID-19 yang b. Anak-anak (keluarga)
kesembuha sembuh? c. Remaja
n
d. Dewasa
e. Lansia
Berapa angka - Sekunder Lembar
kesembuhan pasien (Laporan observasi
COVID-19 di Indonesia? pemerintah)
Angka Apakah usia rata-rata a. Bayi Primer Kuesioner
kejadian pasien COVID-19 yang b. Anak-anak (keluarga)
kematian meninggal dunia? c. Remaja
d. Dewasa
e. Lansia
48

Apakah penyebab a. Virus Corona Primer Kuesioner


kematian pasien COVID- (SARS-CoV- (keluarga)
19? 2)
b. Bakteri
c. Penggumpala
n darah
Apakah penyebab a. Ya Primer Kuesioner
kematian pasien COVID- b. Tidak (keluarga)
19 disertai penyakit
penyerta?
Apa saja penyakit penyerta a. Hipertensi Primer Kuesioner
pasien COVID-19? (Boleh b. Diabetes (keluarga)
memilih lebih dari 1) c. Penyakit
paru-paru
d. Penyakit
jantung
e. Demam
berdarah
dengue (DBD)
f. Salah semua
49

Berapa angka kematian - Sekunder Lembar


pasien COVID-19 di (Laporan observasi
Indonesia? pemerintah)
Core Suku dan Suku dan Bahasa Apakah bahasa yang a. Indonesia Primer Kuesioner
budaya budaya yang digunakan di daerah b. Jawa (keluarga)
digunakan tersebut? c. Sunda

Suku Apakah suku dari a. Jawa Primer Kuesioner


bapak/ibu? b. Madura (keluarga)
c. Lain2
Gaya hidup Apakah makanan yang a. Selalu Primer Kuesioner
biasanya dimakan memas b. Kadang- (keluarga)
ak sendiri? kadang
c. Tidak pernah

Kebudayaa Apakah praktek yang biasa a. Memakai Primer Kuesioner


n dilakukan utk mencegah masker dan (keluarga)
penyakit Covid 19? cuci tangan
b. Meminum
jamu herbal
50

c. Berdoa
bersama
Core Nilai dan Keyakinan Agama Apakah agama yang a. Islam Primer Kuesioner
Keyakinan dianut dalam keluarga? b. Kristen (Keluarga)
c. Katolik
Mengartika Penyakit Covid 19 a. Kutukan Primer Kuesioner
n penyakit dianggap apa? b. Kiriman dari (keluarga)
orang
c. Wabah
Keyakinan Apakah menurut bapak/ibu a. Bisa Primer Kuesioner
untuk penyakit ini bisa b. Mungkin bisa (keluarga)
sembuh disembuhkan? c. Tidak bisa
Subsistem Lingkungan Pembuangan Limbah Dimanakah anda membuat a. Belakang Primer Kuesioner
fisik limbah padat limbah padat rumah? rumah (keluarga)
rumah b. Di tempat
sampah
c. Di
sungai/selokan
Jenis polusi Jenis polusi Apa jenis polusi yang a. Polusi udara Pengamata Lembar
di daerah terdapat di daerah sekitar b. Air n langsung observasi
51

sekitar rumah ? c. Polusi suara


rumah ? d. Polusi tanah
e. Tidak ada

Lingkungan Bagaimana kondisi a. Bersih Pengamata Lembar


sekitar lingkungan sekitar rumah ? b. Kotor n langsung observasi
Selokan di Kondisi Bagaimana kondisi a. Bersih Pengamata Lembar
daerah sekitar selokan di selokan di daerah sekitar b. kotor n langsung observasi
rumah daerah rumah ?
dekitar
rumah
Jenis rumah Tipe rumah Apa jenis rumah yang a. Permanen Primer ( Kuesioner
yang sudara tinggali? b. Semi keluarga)
digunakan permanen
Jenis ubin Jenis ubin Apa jenis ubin di rumah a. Tanah Primer Kuesioner
yang saudara ? b. Ubin (keluarga)
digunakan c. keramik
Aktivitas Berapa kali dilakukan a. 3 kali Primer Kuesioner
pembersihan penyapuan di daerah b. 5 kali (keluarga)
rumah sekitar rumah selama 1 c. 7 kali
52

minggu ?
Kualitas - Bagaimana kualitas udara a. Baik Pengamata Lembar
udara dan di daerah sekitar rumah ? b. Buruk n langsung observasi
cuaca
Fasilitas apd Alat Apakah terdapat masker a. Ada Primer Kuesioner
dalam rumah pelindung dan handsanitizer di dalam b. Tidak ada (keluarga)
diri rumah ?
Kran dan Kran dan Apakah terdapat kran dan a. Ada Primer Kuesioner
sabun pancuran sabun di daerah sekitar b. Tidak ada (keluarga)
untuk rumah ?
mencuci
tangan
APD APD yang Ketika suadara sedang a. Ya masker Primer ( Kuesioner
digunakan bepergian , apakah b. Ya masker keluarga)
ketika menggunakan masker dan dan
bepergian membawa hansanitizer ? handsanitizer
c. Tidak
handsanitizer
d. Tidak masker
e. Tidak sama
53

sekali
Penggunaan Penggunaa Berapa kali saudara a. Tidak pernah Primer ( Kuesioner
masker n masker mengganti masker anda b. 1 kali keluarga )
ketika ketika sedang bepergian ? c. 2 kali
bepergian
Subsistem Pelayanan Pelayanan Pusat Apakah terdapat pusat d. Ya Primer Kuesioner
Kesehatan Kesehatan pelayanan pelayanan kesehatan di e. Tidak (keluarga)
kesehatan daerah sekitar?

Menurut pengetahuan a. Skrining Primer Kuesioner


keluarga, program apa dengan rapid (keluarga)
saja yang sudah dilakukan test
untuk pencegahan Covid- b. Penyuluhan
19 yang diselenggarakan kesehatan
oleh pusat pelayanan tentang
kesehatan kepada Covid-19
masyarakat di daerah c. Penerapan
sekitar? (boleh pilih >1) lockdown
atau PSBB
d. Program
Kampung
54

Tangguh
e. Tidak ada
program
Apakah anggota keluarga a. Pernah Primer Kuesioner
sudah pernah melakukan b. Tidak pernah (keluarga)
rapid test?
Bagaimana implemetasi a. Dilarang Primer Kuesioner
program lockdown/PSBB bepergian (keluarga)
di daerah sekitar? (boleh dan hanya
pilih >1) boleh keluar
rumah jika
ada perlu
b. Pemberhenti
an sementara
kegiatan
sosial (PKK,
karang
taruna)
c. Pemberhenti
an sementara
55

kegiatan
keagamaan
(tahlil atau
pengajian)
d. Tidak
melakukan
pemberhentia
n kegiatan
sosial/keaga
maan namun
tetap
menerapkan
jaga
jarak/protokol
kesehatan
e. Tidak ada
program
PSBB
Apakah saat program a. Ya, selalu Primer Kuesioner
PSBB di daerah sekitar b. Kadang- (keluarga)
56

terdapat pengawasan dari kadang


petugas? c. Jarang
d. Tidak Pernah
e. Tidak ada
program
PSBB
Keterjangka Jenis layanan kesehatan a. Posyandu Primer Kuesioner
uan apa yang terdapat pada b. Poskesdes (keluarga)
daerah sekitar? c. Puskesmas
d. Rumah Sakit
e. Klinik dokter
Pengalama Dalam 3 bulan terakhir, a. Ya Primer Kuesioner
n ke pusat apakah anggota keluarga b. Tidak (keluarga)
pelayanan pernah mengunjungi pusat
kesehatan layanan kesehatan?

Jika ya, jenis layanan a. Posyandu Primer Kuesioner


kesehatan apa yang b. Poskesdes (keluarga)
dikunjungi oleh keluarga c. Puskesmas
dalam 3 bulan terakhir? d. Rumah Sakit
e. Klinik dokter
57

f. Tidak
mengunjungi
yankes dalam
3 bulan
terakhir
Berdasarkan pengalaman a. Ya Primer Kuesioner
anggota keluarga (Menggunak (keluarga)
mengunjungi pusat an sarung
layanan kesehatan, tangan,
apakah tenaga kesehatan masker,
di tempat tersebut pelindung
menggunakan APD wajah (face
lengkap? shield),
apron,
pelindung
mata, dan
cap)
b. Menggunaka
n masker,
sarung
58

tangan, dan
pelindung
wajah
c. Menggunaka
n masker
dan sarung
tangan
d. Menggunaka
n masker
saja
e. Tidak
menggunaka
n APD
Apakah anggota keluarga a. Ya Primer Kuesioner
pernah mengalami b. Tidak (keluarga)
diskriminasi saat
menggunakan pelayanan
kesehatan?

Subsistem Ekonomi Jenis Apa jenis pekerjaan a. Pegawai Primer Kuesioner


Pekerjaan anggota keluarga? swasta (keluarga)
59

b. PNS
c. Wirausaha
d. Tidak bekerja
e. Dan lain-lain
Apakah pekerjaan anggota a. Ya Primer Kuesioner
keluarga terganggu selama b. Tidak (keluarga)
pandemic Covid-19?
Jumlah Berapa penghasilan a. Dibawah UMR Primer Kuesioner
Penghasilan keluarga perbulan? b. Sesuai UMR (keluarga)
c. Diatas UMR
Apakah penghasilan a. Ya Primer Kuesioner
keluarga b. Tidak (keluarga)
terganggu/berubah selama
pandemi Covid-19?
Jaminan Apakah keluarga a. Ya Primer Kuesioner
Kesehatan mempunyai b. Tidak (keluarga)
tabungan/jaminan khusus
(BPJS/Askes/dsb) untuk
kesehatan/berobat?
Kemampuan Apakah keluarga mampu a. Mampu Primer Kuesioner
60

Menyediakan memenuhi penyediaan b. Tidak mampu (keluarga)


Sarana sarana pencegahan Covid-
Pencegahan 19 (masker, hand sanitizer,
Covid-19 dsb)?
Subsistem Transportasi Alat Alat atau Jenis transportasi apa a. Sepeda Motor Primer Kuesioner
dan transportasi jenis yang digunakan pergi ke b. Mobil (Keluarga)
Keamanan traansporta layanan kesehatan?
si yang Jika terdapat keluarga a. Saudara atau Primer Kuesioner
digunakan yang sakit, siapa yang anggota (Keluarga)
ke layanan mengantarkan ke keluarga
kesehatan pelayanan kesehatan? sendiri
(puskemas, b. Tetangga
praktek
dokter Transportasi apa yang a. Ambulan Primer Kuesioner
swasta, dll) digunakan jika terdapat b. Mobil warga (Keluarga)
warga sekitar yang
dicurigai terkena covid 19?
Jarak tempuh Jarak Berapa jarak tempuh dari a. >5 km Primer Kuesioner
rumah ke rumahke pelayanan b. 6-10 km (Keluarga)
layanan kesehatan? c. >10 km
61

kesehatan
(puskemas,
praktek
dokter
swasta, dll)

Mobilitas Riwayat Apakah keluarga a. Iya Primer Kuesioner


perjalanan melakukan bepergian b. tidak (Keluarga)
14 hari keluar kota selama 14 hari
terakhir terakhir pada pandemic
saat ini?
Kondisi jalan Kondisi Bagaimana kondisi jalan a. Tanah Primer Kuesioner
jalan yang dilewati menuju b. Paving (Keluarga)
layanan kesehatan? c. Beraspal

Situasi Bagaimana situasi jalan a. Ramai Primer Kuesioner


jalan selama pandemic covid b. Sepi (Keluarga)
19?
Pelayanan Pelayanan Apa jenis pelayanan a. Pos Kamling Primer Kuesioner
Keamanan keamanan keamanan yang tersedia di b. Security (Keluarga)
62

wilayah sekitar? c. Kantor Polisi

Subsistem Politik dan Jika ada kejadian warga a. Terlibat Primer Kuesioner
Pemerintaha yang terpapar covid-19 di b. Tidak terlibat (keluarga)
n wilayah ini apakah
bapak/ibu pernah terlibat
dalam membuat keputusan
untuk mengatasi masalah
tersebut ?
Apakah ada program untuk a. Ada Primer Kuesioner
skrining warga yang keluar b. Tidak (keluarga)
masuk wilayah dalam
upaya pencegahan ?
Jika ada, apa saja program a. Cek suhu Primer Kuesioner
yang dilakukan ? tubuh (keluarga)
b. mencuci
tangan
c. Penyemprotan
disinfektan
apakah ada program a. Ada Primer Kuesioner
khusus jika ada warga b. Tidak (keluarga)
63

yang terindikasi COVID 19


?
jika ada sebutkan !
Apa ada pelatihan atau a. Ada Primer Kuesioner
pemberdayaan masyarakat b. Tidak ada (keluarga)
tentang covid-19 yamg
sudah diterapkan
pemerintah di wilayah ini ?
Jika ada apakah jenis a. Penyuluhan Primer Kuesioner
program tersebut ? b. Pelatihan (keluarga)
c. Keduanya
Apakah keluarga a. Iya Primer Kuesioner
bapak/ibu termasuk b. Tidak (keluarga)
keluarga yang terdampak
covid ?
Jika iya, dalam sector apa a. Perkerjaan Primer Kuesioner
yang terdampak ? b. Kesehatan (keluarga)
Apakah keluarga bapak/ibu a. Iya Primer Kuesioner
termasuk kriteria penerima b. Tidak (keluarga)
bantuan pemerintah ?
64

Jika iya, apakah bapak a. Sudah Primer Kuesioner


sudah menerima bantuan b. Belum (keluarga)
tersebut ?
Dalam bentuk apa bantuan a. Uang tunai Primer Kuesioner
yang diberikan ? b. Sembako (keluarga)
c. Keduanya
Berapa bulan sekali a. Sebulan sekali Primer Kuesioner
bapak/ibu menerima b. Dua bulan (keluarga)
bantuan tersebut ? sekali
c. Tiga bulan
seklai
Subsistem Komunikasi Komunikasi Sumber Apakah terdapat a. Ada Primer Kuesioner
informasi penyuluhan di lingkungan b. Tidak ada (Keluarga)
masyarakat anda terkait Covid-19?
Jika ada, berapa kali anda a. 1 kali Primer Kuesioner
mengikuti penyuluhan? b. > 1 kali (Keluarga)
c. Tidak pernah

Apakah anda selalu aktif a. Ya Primer Kuesioner


mencari informasi b. Tidak (keluarga)
mengenai Covid-19?
65

Darimana anda a. Internet Primer Kuesioner


mendapatkan informasi b. Sosial Media (Keluarga)
seputar Covid -19? (Whatsapp,
Facebook,
Instagram, dll)
c. Televisi

Subsistem Pendidikan Tingkat Tingkat Apa rata-rata pendidikan a. SD Primer Kuesioner


pendidikan pendidikan terakhir keluarga anda b. SMP (keluarga)
c. SMA
d. D1/D2/D3
e. S1/S2/S3
Sarana dan Sarana Adakah lembaga a. Tk Primer Kuesioner
prasarana pendidikan pendidikan yang mudah b. SD (keluarga)
disekitar dijangkau? c. SMP
d. SMA

Apakah sarana dan a. Layak Primer Kuesioner


prasarana pendidikan yang b. Tidak layak (keluarga)
ada di dekat rumah anda
66

masih layak?
Tingkat Pengetahu Apakah covid-19 a. Benar Primer Kuesioner
Pengetahuan an Covid- disebabkan oleh b. Salah (keluarga)
19 Coronavirus?
Apakah Covid-19 menular? a. Iya Primer
b. Tidak (keluarga)
Apakah Covid-19 menular a. Benar Primer Kuesioner
melalui percikan ludah saat b. Salah (keluarga)
bersin/berbicara?
Apakah batuk dan demam a. Iya Primer Kuesioner
0
(≥38 C) tanda-tanda b. Tidak (keluarga)
terkena Covid-19?
Apabila mengalami gejala a. Iya Primer Kuesioner
covid-19 ringan seperti flu b. Tidak (keluarga)
apakah harus ke Rumah
Sakit?

Apakah memakai masker a. Iya Primer Kuesioner


,menjaga jarak, dan rajin b. Tidak (keluarga)
cuci tangan dapat
67

mencegah penularan
covid-19?
Pada saat pandemi a. Iya Primer Kuesioner
sekarang ini apakah orang b. Tidak (keluarga)
sehat wajib memakai
masker saat keluar rumah?

Apakah olahraga, a. Benar Primer Kuesioner


berjemur, dan makan b. Salah (keluarga)
makanan bergizi dapat
meningkatkan daya tahan
tubuh?
Subsistem Rekreasi Tempat Apakah terdapat tempat a. Ada Primer Kuesioner
rekreasi rekreasi di daerah anda? b. Tidak (Keluarga)
Apakah tempat rekreasi di a. Buka Primer Kuesioner
daerah anda tetap buka b. Tutup (Keluarga)
disaat pandemic covid19?
Jenis rekreasi apa yang a. Taman Primer Kuesioner
ada di tempat anda? bunga (Keluarga)
(Boleh pilih dari 1) b. Waterpark
68

c. Taman
bermain
d. Mall
Berapa rata-rata a. <50 Primer Kuesioner
jumlahpengunjung yang orang/hari (Kepala
datang (Selama 6 bulan b. 51-100 pengelola)
terakhir)? orang/hari
c. >100
orang/hari
Seberapa sering Anda a. 1-2x/bulan Primer Kuesioner
berkunjung ke tempat b. 3-5x/bulan (Keluarga)
rekreasi (Selama 6 bulan c. >5x/bulan
terakhir)? d. Tidak pernah
Seberapa jauh rumah a. <5-10 km Primer Kuesioner
Anda dengan tempat b. 11-15 km (Keluarga)
rekreasi yang ada? c. >16 km
Keluhan apa yang anda a. Stress Primer Kuesioner
rasakan selama pandemi Ekonomi (Keluarga)
Covid19 ini? b. Stress
karena sering
69

dirumah
c. Tidak ada
keluhan
Selama pandemic a. Menonton Primer Kuesioner
Covid19, apa yang anda TV (Keluarga)
dan keluarga lakukan? b. Jalan-jalan
diluar rumah
c. Bersih-bersih
rumah
Keamanan Security Apakah terdapat petugas a. Ada Primer Kuesioner
pada fasilitas keamanan yang ada di b. Tidak (Keluarga)
rekreasi tempat rekreasi daerah
anda?
Apakah petugas a. Iya, Primer Kuesioner
keamanan membantu membantu (Keluarga)
melakukan protocol b. Tidak, Cuek
covid19 terhadap warga aja
yang berkunjung ? (seperti
mengawasi jarak
Kesehatan Apakah terdapat fasilitas a. Ada Primer Kuesioner
70

tempat cuci tangan di b. Tidak (Keluarga)


tempat rekreasi daerah
rumah anda?
Berapa banyak fasilitas a. Sedikit, hanya Primer Kuesioner
tempat cuci tangan yang 1-2 saja (Keluarga)
ada? b. Hampir setiap
sudut tempat
Apakah di terapkan a. Iya Primer Kuesioner
protocol covid19 di tempat b. Tidak (Keluarga)
rekreasi daerah rumah
anda?
Subsistem Persepsi Persepsi Penyakit Menurut anda apakah a. Ya (Primer Kuesioner
Masyarakat Berbahay Covid-19 merupakan b. Tidak (Keluarga)
penyakit berbahaya?

Penyakit Apakah Covid-19 a. Ya Primer Kuesioner


Parah merupakan penyakit yang b. Tidak (Keluarga)
parah?
Penyebab Apakah faktor risiko a. Riwayat Primer Kuesioner
penyebab Covid-19? perjalanan (Keluarga)
luar kota
71

b. Riwayat
penyakit
penyerta
(autoimun)
c. Riwayat
kontak dengan
penderita
terkonfirmasi
Penyembuh Bagaimana cara a. Obat Primer Kuesioner
an penyembuhan Covid-19? b. Vaksin (Keluarga)
c. Herbal
Obat Apakah obat untuk Covid- a. Sudah Primer Kuesioner
19 sudah ditemukan? b. Belum (Keluarga)
72

HASIL PENGKAJIAN COVID-19

3.2 Hasil Pengkajian Core


3.2.1 Riwayat (Sejarah)
3.2.1.1 Riwayat Kasus COVID-19
3.2.1.1.1 Riwayat Kasus COVID-19 di Dunia

Gambar 1.1 Riwayat Kasus COVID-19 di Dunia

Berdasarkan hasil pengkajian pada 67 KK, diperoleh data bahwa


mayoritas responden menyatakan jika kasus COVID-19 pertama
kali ditemukan di Cina dengan persentase sebesar 98,5%
responden. Sedangkan 1,5% lainnya menyatakan jika kasus
COVID-19 pertama kali ditemukan di Indonesia.

3.2.1.1.2 Riwayat Kasus COVID-19 di Indonesia

Gambar 1.2 Riwayat Kasus COVID-19 di Indonesia

Berdasarkan hasil pengkajian pada 67 KK, diperoleh data bahwa


mayoritas responden menyatakan jika kasus COVID-19 di
Indonesia pertama kali ditemukan di Jakarta dengan persentase
73

sebesar 92,5% responden. Sedangkan 6% responden


menyatakan jika kasus COVID-19 di Indonesia pertama kali
ditemukan di Bali dan 1,5% lainnya di Surabaya.
3.2.1.1.3 Riwayat Kasus COVID-19 di Daerah Tempat Tinggal

Gambar 1.3 Riwayat Kasus COVID-19 di Daerah Tempat


Tinggal

Berdasarkan hasil pengkajian pada 67 KK, diperoleh data bahwa


64,2% responden menyatakan jika terdapat kasus COVID-19 di
daerah tempat tinggalnya. Sedangkan 35,8% responden lainnya
menyatakan jika tidak terdapat kasus COVID-19 di daerah
tempat tinggalnya.

3.2.2 Riwayat Kesehatan Keluarga Terdahulu

3.2.2.1 Riwayat Kontak Dengan Orang Suspect COVID-19

Gambar 1.4 Riwayat Kontak Dengan Orang Suspect COVID-19

Berdasarkan hasil pengkajian pada 67 KK, diperoleh data bahwa


mayoritas responden menyatakan jika memiliki riwayat kontak
dengan orang yang dicurigai/suspect COVID-19 dengan
74

persentase sebesar 91% responden. Sedangkan 9% responden


lainnya menyatakan jika tidak memiliki riwayat kontak dengan
orang yang dicurigai/suspect COVID-19.

3.2.2.2 Riwayat Keluhan Kesehatan dalam 14 Hari Terakhir

Gambar 1.5 Riwayat Keluhan Kesehatan dalam 14 Hari Terakhir

Berdasarkan hasil pengkajian pada 67 KK, diperoleh data bahwa


sebanyak 51 (76,1%) responden menyatakan jika tidak memiliki
keluhan kesehatan selama 14 hari terakhir, 8 (11,9%) responden
memiliki keluhan hidung tersumbat, 6 (9%) responden memiliki
keluhan sakit kepala, 5 (7,5%) memiliki keluhan nyeri tenggorokan,
4 (6%) responden memiliki keluhan malaise/ kelelahan, 2 (3%)
responden memiliki keluhan demam, nyeri otot, dan tidak nafsu
makan. Sedangkan 1 (1,5%) responden lainnya memiliki keluhan
batuk.

3.2.3 Demografi

3.2.3.1 Riwayat Kesehatan Keluarga Saat Ini

3.2.3.1.1 Riwayat Keluhan Kesehatan Saat Ini


75

Gambar 2.1 Riwayat Keluhan Kesehatan Saat Ini

Berdasarkan hasil pengkajian pada 67 KK, diperoleh data bahwa


sebanyak 61 (91%) responden menyatakan jika tidak memiliki
keluhan kesehatan saat ini, 5 (7,5%) memiliki keluhan
malaise/kelelahan, 3 (4,5%) responden memiliki keluhan sakit kepala.
Sedangkan 1 (1,5%) responden lainnya memiliki keluhan nyeri
tenggorokan dan hidung tersumbat.

3.2.3.1.2 Riwayat COVID-19 pada Keluarga

Gambar 2.2 Riwayat COVID-19 pada Keluarga

Berdasarkan hasil pengkajian pada 67 KK, diperoleh data bahwa


mayoritas responden menyatakan jika keluarganya tidak menderita
COVID-19 dengan persentase sebesar 98,5% responden.
Sedangkan 1,5% responden lainnya menyatakan jika keluarganya
menderita COVID-19.

3.2.4 Pencegahan Penularan COVID-19


76

3.2.4.1 Cara Pencegahan Penularan COVID-19

Gambar 2.4 Cara Pencegahan Penularan COVID-19

Berdasarkan hasil pengkajian pada 67 KK, diperoleh data bahwa


43,3% responden menyatakan bahwa cara pencegahan penularan
COVID-19 yaitu tidak mengusap muka dengan tangan yang belum
dicuci setelah menyentuh benda, sedangkan 43,3% responden
lainnya menyatakan bahwa cara pencegahan penularan COVID-19
dengan menjaga imunitas fisik. Sebesar 11,9% responden
menyatakan untuk tidak berdekatan dengan orang yang positif
COVID-19 dan 1,5% responden lainnya menyatakan untuk
menggunakan masker N-95.

Gambar 2.5 Peraturan/ Kebijakan Keluarga terkait


Pencegahan Penularan COVID-19

Berdasarkan hasil pengkajian pada 67 KK, diperoleh data


bahwa mayoritas responden menyatakan jika memiliki peraturan/
kebijakan keluarga terkait pencegahan penularan COVID-19
dengan persentase sebesar 92,5% responden. Contohnya yaitu
77

peraturan/kebijakan keluarga mengenai kewajiban untuk mandi


dan berganti baju setelah bepergian dari luar rumah. Sedangkan
7,5% responden lainnya menyatakan jika tidak memiliki memiliki
peraturan/ kebijakan keluarga terkait pencegahan penularan
COVID-19.

3.2.4.2 Perilaku Hidup Bersih

Gambar 2.6 Momen-momen Cuci Tangan

Berdasarkan hasil pengkajian pada 67 KK, diperoleh data bahwa


sebanyak 67 (100%) responden menyatakan jika melakukan cuci
tangan sebelum makan, 66 (98,5%) responden melakukan cuci tangan
setelah beraktivitas, 64 (95,5%) responden melakukan cuci tangan
setelah buang air besar. Sedangkan 64 (95,5%) responden lainnya
melakukan cuci tangan setelah menerima paket dan makanan online.
Dan 62 (92,5%) responden lainnya melakukan cuci tanga sebelum
menyentuh mulut, hidung, dan mata.

Gambar 2.7 Cara Melakukan Cuci Tangan


78

Berdasarkan hasil pengkajian pada 67 KK, diperoleh data bahwa


sebanyak 65 (97%) responden menyatakan jika melakukan cuci
tangan dengan cara menggosok telapak tangan, punggung tangan,
punggung jari, menggenggam tangan, menggosok sela-sela ibu jari,
kuku-kuku jari dan 58 (86,6%) responden menyatakan bahwa
melakukan cuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Sedangkan 20
(29,9)% responden melakukan cuci tangan dengan air mengalir saja.

3.2.4.3 Perlindungan Diri

Gambar 2.8 Jenis Masker yang Digunakan

Berdasarkan hasil pengkajian pada 67 KK, diperoleh data bahwa 85,1%


responden menyatakan jika menggunakan masker kain. Sebesar 11,9%
responden menggunakan masker jenis apapun dan 3 % responden
tidak menggunakan masker.

Gambar 2.9 Pengetahuan Penggantian Penggunaan Masker


79

Berdasarkan hasil pengkajian pada 67 KK, diperoleh data bahwa 95,5%


responden menyatakan jika masker yang digunakan harus diganti
setiap 4 jam sekali. Sedangkan 4,5% responden lainnya menyatakan
jika masker yang digunakan harus diganti setiap 6 jam atau 12 jam
sekali.

3.2.5 Peningkatan Imunitas Fisik

3.2.5.1 Pengetahuan Peningkatan Imunitas Fisik

Gambar 2.10 Cara Meningkatkan Imunitas Fisik

Berdasarkan hasil pengkajian pada 67 KK, diperoleh data bahwa


sebanyak 65 (97%) responden menyatakan cara untuk meningkatkan
imunitas fisik dengan makan makanan bergizi, 60 (89,6%) responden
menyatakan dengan istirahat cukup, 52 (77,6%) responden dengan
berolahraga secara teratur, 47 (70,1%) responden menyatakan dengan
berjemur di pagi hari. Sedangkan 47 (70,1%) lainnya menyatakan cara
meningkatkan imunitas fisik dengan melakukan cuci tangan.

Gambar 2.11 Durasi Berolahraga


80

Berdasarkan hasil pengkajian pada 67 KK, diperoleh data bahwa


sebanyak 34,3% responden berolahraga selama 15 menit, 22,4%
responden berolahraga selama 30 menit, 17,9% responden tidak
pernah berolahraga, 14,9% responden berolahraga selama 10 menit,
dan 10,4% responden berolahraga selama 5 menit.

Gambar 2.12 Durasi Berjemur

Berdasarkan hasil pengkajian pada 67 KK, diperoleh data bahwa


sebanyak 32,8% responden berjemur selama 5 menit, 28,4%
responden berjemur selama 10 menit, 22,4% responden berjemur
selama 15 menit, 10,4% responden berjemur selama 1 menit, dan 6%
responden berjemur selama 3 menit.

3.2.6 Vital Statistik

3.2.6.1 Angka Kejadian Kesakitan


81

Gambar 3.1 Laporan Pemerintah terkait Jumlah Pasien Positif


COVID-19

Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan RI, diperoleh data


bahwa jumlah pasien positif COVID-19 di Indonesia per tanggal 7
Agustus 2020 sebanyak 121.226 orang (Kemenkes RI, 2020).

Gambar 3.2Usia Rata-rata Pasien Positif COVID-19

Berdasarkan hasil pengkajian pada 67 KK, diperoleh data bahwa


sebanyak 56,7% responden menyatakan bahwa usia rata-rata pasien
positif COVID-19 adalah orang dewasa. Sedangkan 41,8% responden
menyatakan bahwa usia rata-rata pasien positif COVID-19 adalah
82

lansia dan 1,5% responden menyatakan bahwa usia rata-rata pasien


positif COVID-19 adalah remaja.

Gambar 3.3 Faktor Risiko Penularan Virus Corona

Berdasarkan hasil pengkajian pada 67 KK, diperoleh data bahwa


sebanyak 59,7% responden menyatakan bahwa faktor risiko penularan
virus corona melalui kontak dengan pasien positif COVID-19. Sebesar
20,9% responden menyatakan bahwa faktor risiko penularan dengan
tidak melakukan cuci tangan dan 19,4% lainnya menyatakan bahwa
faktor risiko penularan dengan adanya riwayat bepergian.

3.2.6.2 Angka Kejadian Kesembuhan


83

Gambar 3.4 Laporan Pemerintah terkait Jumlah Pasien


COVID-19 yang Sembuh

Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan RI, diperoleh data


bahwa jumlah pasien COVID-19 yang sembuh per tanggal 7 Agustus
2020 sebanyak 77.557 orang (Kemenkes RI, 2020).

Gambar 1.22 Usia Rata-rata Pasien COVID-19 yang Sembuh

Berdasarkan hasil pengkajian pada 67 KK, diperoleh data bahwa


sebanyak 67,2% responden menyatakan bahwa usia rata-rata pasien
COVID-19 yang sembuh adalah orang dewasa. Sedangkan 29,9%
responden menyatakan bahwa usia rata-rata pasien COVID-19 yang
84

sembuh adalah adalah remaja dan 2,9% responden lainnya


menyatakan bahwa usia rata-rata pasien COVID-19 yang sembuh
adalah adalah anak-anak.
3.2.6.3 Angka Kejadian Kematian

Gambar 3.5 Laporan Pemerintah terkait Jumlah Pasien


COVID-19 yang Meninggal Dunia

Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan RI, diperoleh data


bahwa jumlah pasien COVID-19 yang meninggal dunia per tanggal 7
Agustus 2020 sebanyak 5.593 orang (Kemenkes RI, 2020).
85

Gambar 3.6 Usia Rata-rata Pasien COVID-19 yang Meninggal


Dunia

Berdasarkan hasil pengkajian pada 67 KK, diperoleh data bahwa


sebanyak 83,6% responden menyatakan bahwa usia rata-rata pasien
COVID-19 yang meninggal dunia adalah lansia. Sedangkan 13,4%
responden menyatakan bahwa usia rata-rata pasien COVID-19 yang
meninggal dunia adalah adalah orang dewasa dan 2,9% responden
lainnya menyatakan bahwa usia rata-rata pasien COVID-19 yang
meninggal adalah adalah bayi dan remaja.

Gambar 3.7 Penyebab Kematian Pasien COVID-19

Berdasarkan hasil pengkajian pada 67 KK, diperoleh data


bahwa 97% responden menyatakan jika penyebab kematian pasien
COVID-19 adalah virus corona (SARS-CoV-2). Sedangkan 3%
responden lainnya menyatakan jika penyebab kematian pasien
COVID-19 adalah adanya penggumpalan darah.

Gambar 3.8 Penyakit Penyerta Pasien COVID-19


86

Berdasarkan hasil pengkajian pada 67 KK, diperoleh data


bahwa 98,5% responden menyatakan jika penyebab kematian pasien
COVID-19 disertai penyakit penyerta. Sedangkan 1,5% responden
lainnya menyatakan jika penyebab kematian pasien COVID-19 tidak
disertai penyakit penyerta.

Gambar 3.9 Jenis Penyakit Penyerta Pasien COVID-19

Berdasarkan hasil pengkajian pada 67 KK, diperoleh data


bahwa 64 (95,5%) responden menyatakan jika penyakit penyerta
yang menyebabkan pasien COVID-19 meninggal dunia adalah
penyakit paru-paru, 54 (80,6%) responden menyatakan bahwa
penyakit jantung merupakan penyakit penyerta, 53 (79,1%)
responden menyatakan bahwa diabetes merupakan penyakit
penyerta, 52 (77,6%) responden menyatakan bahwa hipertensi
merupakan penyakit penyerta, 15 (22,4%) responden menyatakan
bahwa Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit
penyerta, dan 1 (1,5%) responden menyatakan bahwa pasien
COVID-19 yang meninggal dunia tidak memiliki penyakit penyerta.

3.2.7 Suku dan budaya

3.2.7.1 Bahasa yang digunakan


87

Gambar 4.1 Bahasa yang digunakan responden

Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan terdapat hasil


seperti diagram diatas, diagram diatas menunjukkan bahwa
mayoritas responden mengenakan bahasa Jawa dalam kehidupan
sehari-hari yaitu sebanyak 50,7% (34 orang), lalu bahasa Indonesia
sebesar 37,3% (25 orang).

3.2.7.2 Suku

Gambar 4.2 Suku yang dianut responden

Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan terdapat hasil


seperti diagram diatas, diagram diatas menunjukkan bahwa
mayoritas responden berasal dari Suku Jawa yaitu sebanyak 83,6%
(56 orang), lalu Suku Batak sebesar 4,5% (3 orang).
88

3.2.7.3 Gaya hidup

Gambar 4.3 Gaya hidup responden

Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan terdapat hasil


seperti diagram diatas, diagram diatas menunjukkan bahwa
mayoritas responden yang selalu makan dengan cara memasak
sendiri sebesar 70,1% (47 orang), lalu responden yang terkadang
membeli makanan di luar sebesar 29,9% (20 orang).

3.2.7.4 Kebudayaan

Gambar 4.4 kebudayaan yang dilakukan responden


89

Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan terdapat


hasil seperti diagram diatas, diagram diatas menunjukkan bahwa
mayoritas responden melakukan praktek pencegahan covid dengan
ara jaga jarak dan cuci tangan sebesar 98,5% (66 orang), lalu
responden yang biasa melakukan pencegahan dengan cara meminum
jamu herbal sebesar 1,5% (1 orang).

3.2.8 Nilai dan keyakinan

3.2.8.1 Agama

Gambar 5.1 Agama yang dianut responden

Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan terdapat


hasil seperti diagram diatas, diagram diatas menunjukkan bahwa
mayoritas responden yang menganut agama Islam yaitu sebanyak
89,6% (60 orang), lalu agama Kristen sebesar 7,5% (5 orang).

3.2.8.2 Persepsi Penyakit


90

Gambar 5.2Persepsi Penyakit pada responden

Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan terdapat hasil


seperti diagram diatas, diagram diatas menunjukkan bahwa mayoritas
responden memiliki keyakinan bahwa penyakit covid ini adalah
penyakit yang berasal karena wabah yaitu sebanyak 98,5% (66 orang),
lalu yang meyakini bahwa penyakit ini merupakan kutukan dari tuhan
sebesar 1,5% (1 orang).

3.2.8.3 Keyakinan sembuh

Gambar 5.3 Kenyakinan sembuh pada responden

Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan terdapat hasil


seperti diagram diatas, diagram diatas menunjukkan bahwa mayoritas
responden memiliki keyakinan penyakit ini dapat disembuhkan dengan
presentase sebanyak sebanyak 88,1% (59 orang), lalu responden
91

yang mengatakan mungkin bisa disembuhkan sebesar 10,4% (7


orang)

A. Hasil pengkajian Subsistem


3.3 Lingkungan Fisik
3.3.1 Pembuangan limbah
92

Gambar 1.1 Lokasi pembuangan limbah responden

Berdasarkan data pada diagram diatas mayoritas


responden menyatakan bahwa responden membuang limbah
padat rumah di tempat sampah (86.6%).

3.3.2 Jenis polusi

Gambar 1.2 Jenis polusi di lingkungan responden

Berdasarkan data pada diagram diatas mayoritas


responden menyatakan bahwa tidak ada polusi di daerah sekitar
rumah responden (65.7%)

3.3.3 Lingkungan Sekitar


93

Gambar 1.3 Keadaan Lingkungan sekitar responden

Berdasarkan data pada diagram diatas keseluruhan


responden mempunyai lingkungan dengan kondisi yang bersih
(100%)

3.3.4 Kondisi selokan

Gambar 1.4 Kondisi selokan di lingkungan sekitar responden

Berdasarkan data pada diagram diatas mayoritas


responden memiliki selokan dengan kondisi yang bersih (88.1%)

3.3.5 Jenis Rumah


94

Gambar 1.5 Tipe rumah yang digunakan responden


Berdasarkan data pada diagram diatas mayoritas
responden memiliki rumah dengan jenis permanen (98.5%).

3.3.6 Jenis ubin

Gambar 1.6 Jenis ubin yang digunakan pada rumah responden

Berdasarkan data pada diagram diatas mayoritas


responden memiliki ubin dirumahnya berjenis keramik (83.6%).

3.3.7 Aktivitas kebersihan

Gambar 1.7 Aktivitas pembersihan di rumah responden


95

Berdasarkan data pada diagram diatas mayoritas


responden melakukan kegiatan bersih- bersih ( menyapu dan
mengepel ) rumah sebanyak 3 kali dalam seminggu.

3.3.8 Kualitas udara dan cuaca

Gambar 1.8 Kualitas udara dan cuaca

Berdasarkan data pada diagram diatas mayoritas


responden memiliki kualitas udara yang baik di sekitar rumah
responden (94%).

3.3.9 Fasilitas rumah

Gambar 1.9 Alat pelindung diri


96

Berdasarkan data pada diagaram diatas keseluruhan


responden mempunyai masker dan handsanitizer di rumahnya
(100%).

Gambar 1.10 Kran dan sabun yang dimiliki responden

Berdasarkan data pada diagram diatas didapatkan data


bahwa mayoritas pasien memiliki kran dan sabun di daerah sekitar
rumah responden (97%).

3.3.10 APD

Gambar 1.11 APD yang digunakan ketika berpergian

Berdasarkan data pada diagram diatas mayoritas


responden ketika sedang bepergian menggunakan masker serta
membawa handsanitizer (91%).
97

Gambar 1.12 Penggunaan masker ketika berpergian

Berdasarkan data pada diagram diatas mayoritas responden


ketika sedang bepergian mengganti maskernya sebanyak 1 kali
(61.2%).

3.4 Pelayanan Kesehatan


3.4.1 Pusat Pelayanan Kesehatan

Gambar 2.1 Pusat Pelayanan Kesehatan Sekitar

Berdasarkan hasil pengkajian pada 67 KK, didapatkan data


bahwa mayoritas responden mengatakan jika terdapat pusat
pelayanan kesehatan di sekitar daerah rumahnya yaitu sebanyak
98,5% responden. Sedangkan 1,5% lainnya mengatakan tidak ada
pusat pelayanan kesehatan di daerah sekitar rumahnya.

3.4.2 Jenis Pelayanan Kesehatan


98

Gambar 2.2 Jenis Pelayanan Kesehatan Sekitar

Berdasarkan hasil pengkajian pada 67 KK, didapatkan data


bahwa sebanyak 35 (52,2%) responden mengatakan jika jenis
pelayanan kesehatan di sekitar daerah rumahnya terdapat Posyandu,
18 (26,9%) responden mengatakan terdapat Poskesdes, 53 (79,1%)
responden mengatakan terdapat Puskesmas, 42 (62,7%) responden
mengatakan terdapat Rumah Sakit, dan 49 (73,1%) mengatakan
terdapat klinik dokter di daerah sekitar rumahnya.

3.4.3 Program Pencegahan Covid-19

Gambar 2.3 Program Pencegahan Covid-19 di Daerah Sekitar

Berdasarkan hasil pengkajian pada 67 KK, didapatkan data


bahwa sebanyak 28 (41,8%) responden mengatakan bahwa di daerah
sekitar rumahnya terdapat program skrining dengan rapid test, 44
(65,7%) responden mengatakan terdapat program penyuluhan
kesehatan tentang Covid-19, 52 (77,6%) responden mengatakan
99

terdapat program penerapan lockdown atau PSBB, 23 (34,3%)


responden mengatakan terdapat program Kampung Tangguh, dan 1
(1,5%) responden mengatakan tidak ada program pencegahan Covid-
19 di daerah rumahnya.

3.4.4 Pelaksanaan Program Rapid Test

Gambar 2.4 Program Rapid Test

Berdasarkan hasil pengkajian pada 67 KK, didapatkan data


bahwa sebanyak 62,7% responden sudah pernah mengikuti program
rapid test, sedangkan 37,3% responden lainnya masih belum pernah
mengikuti program rapid test.

3.4.5 Penerapan Program Lockdown atau PSBB

Gambar 2.5 Program Lockdown atau PSBB

Berdasarkan hasil pengkajian pada 67 KK, didapatkan data


bahwa sebanyak 44 (65,7%) responden mengatakan penerapan
program PSBB di daerah sekitar rumahnya yaitu “Dilarang bepergian
100

dan hanya boleh keluar rumah jika ada perlu”, 42 (62,7%) responden
mengatakan penerapan program PSBB dengan “Pemberhentian
sementara kegiatan sosial (PKK, karang taruna)”, 38 (56,7%)
responden mengatakan penerapan program PSBB dengan
“Pemberhentian sementara kegiatan keagamaan (tahlil atau
pengajian)”, dan 19 (28,4%) responden mengatakan penerapan
program PSBB dengan “Tidak melakukan pemberhentian kegiatan
sosial/keagamaan namun tetap menerapkan jaga jarak/protokol
kesehatan” di daerah sekitar rumahnya.

Gambar 2.6 Pengawasan Program PSBB

Kemudian, berdasarkan hasil pengkajian pada 67 KK, didapatkan


data bahwa sebanyak 23 (34,3%) responden mengatakan selalu
terdapat petugas yang mengawasi program PSBB, 30 (44,8%)
responden mengatakan kadang-kadang terdapat petugas, 8 (11,9%)
responden mengatakan jarang terdapat petugas, dan 1 (1,5%)
responden mengatakan tidak terdapat petugas yang mengawasi.

3.4.6 Kunjungan ke Pusat Pelayanan Kesehatan


101

Gambar 2.7 Kunjungan ke Pusat Pelayanan Kesehatan 3 Bulan Terakhir

Berdasarkan hasil pengkajian pada 67 KK, didapatkan data


bahwa sebanyak 46 (68,7%) responden mengatakan jika terdapat
anggota keluarga yang mengunjungi pusat layanan kesehatan dalam 3
bulan terakhir, sedangkan 21 (31,3%) responden mengatakan tidak.

Gambar 2.8 Jenis Pelayanan Kesehatan yang Dikunjungi 3 Bulan


Terakhir

Kemudian, berdasarkan hasil pengkajian pada 67 KK, didapatkan


data bahwa sebanyak 1 (1,5%) responden mengatakan dalam 3 bulan
terakhir terdapat anggota keluarga yang mengunjungi Posyandu, 2 (3%)
responden mengatakan mengunjungi Poskesdes, 16 (23,9%) responden
mengatakan mengunjungi Puskesmas, 28 (41,8%) responden
mengatakan mengunjungi Rumah Sakit, 19 (28,4%) responden
mengatakan mengunjungi Klink Dokter, dan 18 (26,9%) responden
mengatakan tidak mengunjungi pusat layanan kesehatan dalam 3 bulan
terakhir.
102

Gambar 2.9 Penggunaan APD Tenaga Kesehatan

Kemudian, berdasarkan hasil pengkajian pada 67 KK,


didapatkan data bahwa sebanyak 42 (62,7%) responden
mengatakan tenaga kesehatan di pusat layanan kesehatan yang
anggota keluarga kunjungi dalam 3 bulan terakhir menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD) yang lengkap (menggunakan sarung tangan,
masker, pelindung wajah (face shield), apron, pelindung mata, dan
cap), 20 (29,9%) responden mengatakan tenaga medis
menggunakan APD (masker, sarung tangan, dan pelindung wajah), 1
(1,5%) responden mengatakan tenaga medis menggunakan APD
masker dan sarung tangan, dan 4 (6%) responden mengatakan
tenaga medis menggunakan APD yaitu masker saja.

3.4.7 Diskriminasi di Pusat Pelayanan Kesehatan

Gambar 2.10 Diskriminasi di Pusat Pelayanan Kesehatan


103

Berdasarkan hasil pengkajian pada 67 KK, didapatkan data


bahwa sebanyak 6 (9%) responden mengatakan pernah mengalami
diskriminasi saat menggunakan jasa pelayanan kesehatan, sedangkan
61 (91%) responden lainnya mengatakan tidak pernah mengalami
diskriminasi.

3.5 Ekonomi
3.5.1 Jenis Pekerjaan

Pegawai swasta
12%
5% 31% Wirausaha
PNS
37% Tidak bekerja
15%
Lain-lain

Gambar 3.1 Data Pekerjaan Responden

Menurut hasil survey, didapatkan data bahwa mayoritas (Gambar


1) jenis pekerjaan adalah PNS. PNS terdapat 25 responden (37%),
pegawai swasta 21 responden (31%), wirausaha 10 responden (15%),
lain-lain 8 responden (12%), dan tidak bekerja 3 responden (5%).

Gambar 3.2 Data Terganggunya Pekerjaan Responden

Berdasarkan hasil survey (Gambar 2), responden lebih banyak yang


merasa pekerjaannya terganggu selama pandemi Covid-19. Sebanyak
36 responden (53,7%) merasa pekerjaannya terganggu dan 31
responden (46,3%) tidak terganggu.
104

3.5.2 Jumlah Penghasilan

Gambar 3.3 Data Penghasilan Responden

Jumlah penghasilan responden dilihat berdasarkan UMR di tiap daerah


responden (Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, DKI
Jakarta, Kalimantan Timur, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara).
Menurut hasil kuesioner, penghasilan responden mayoritas diatas UMR
(Gambar 3), yaitu sebanyak 33 responden (49,3%). Sebanyak 24
responden (35,8%) berpenghasilan sesuai UMR dan sebanyak 10
responden (14,9%) memilki penghasilan dibawah UMR.

Gambar 3.4 Terganggunya Penghasilan Responden

Selama pandemi Covid-19, lebih banyak responden yang tidak


terganggu penghasilan keluarganya, yaitu sebanyak 34 responden
(50,7%). Namun sebanyak 33 responden (49,3%) merasa
penghasilannya keluarganya terganggu akibat pandemi ini (Gambar
1.59).

3.5.3 Jaminan Kesehatan


105

Gambar 3.5 Data Kepemilikan Jaminan Kesehatan Responden

Berdasarkan hasil kuesioner, sebagian besar responden sudah memiliki


jaminan/asuransi kesehatan (Gambar 5). Sebanyak 59 responden
(88,1%) mempunyai jaminan kesehatan dan sebanyak 8 responden
(11,9%) tidak memiliki jaminan kesehatan.

3.5.4 Kemampuan Menyediakan Sarana Pencegahan Covid-19

Gambar 3.6 Data Kemampuan Responden Menyediakan Sarana


Pencegahan

Menurut hasil kuesioner, kemampuan menyediakan sarana


pencegahan Covid-19 responden sebagian besar sangat mampu
memenuhi sarana pencegahan tersebut (Gambar 6). Sebanyak 66
responden (98,5%) merasa mampu dan 1 responden (1,5%) merasa tidak
mampu.

3.6 Transportasi dan keamanan


3.6.1 Keamanan
106

Gambar 4.1 Data Kemanan dilingkungan responden

Berdasarkan hasil dari penyebaran kuesioner untuk jenis pelayanan


keamanan yang tersedia di wilayah masing-masing terdapat pos kamling
(53.7%), security (16.4%), dan kantor polisi (29.9%).

3.6.2 Transportasi
3.6.2.1 Mobilitas

Gambar 4.2 Data transportasi yang digunakan responden

Pada saat pandemic covid-19 terdapat beberapa anggota


keluarga yang melakukan bepergian keluar kota dalam waktu 14 hari
terakhir dengan presentase (31.3%).

3.6.2.2 Kondisi Jalan ke Layanan Kesehatan


107

Gambar 4.3 kondisi jalan ke layanan kesehatan

Keadaan jalan yang ditempuh masyarakat menuju ke posyandu atau


puskesmas adalah sebagian besar sudah baik dan beraspal dengan
persentase 98.5%

Gambar 4.4 kondisi jalan saat pandemic

Kondisi jalan pada saat pandemic covid-19 beberapa wilayah masih ramai
dengan persentase (67.2%)

3.6.2.3 Jarak Antara Rumah dengan Fasilitas Kesehatan

15%0%

85%

Jarak
< 5 KM
Tempuh
6 - 10 KM > 10 KM

Gambar 4.5 jarak antara rumah dengan fasilitas kesehatan


108

Jarak tempuh antara rumah masing-masing dengan fasilitas


kesehatan sebagian besar kurang dari 5 KM dengan persentasi (15%)
dan juga ada yang sekitar 6-10 KM (85%)

Gambar 4.6 jarak antara rumah dengan fasilitas kesehatan

Jika terdapat anggota keluarga yang sakit, yang mengantarkan ke


pelayanan kesehatan yaitu sudara atau anggota keluarga sendiri.

3.6.2.4 Jenis Alat Transportasi ke Posyandu atau Puskesmas

Gambar 4.7 jenis alat transportasi ke layanan kesehatan

Alat transortasi yang banyak digunakan pada saat pergi ke layanan


kesehatan menggunakan sepeda motor dengan presentase sebesar
(73.1%) dan yang menggunakan mobil sebesar (26.9%).
109

Gambar 4.8 trasportasi warga sekitar

Transportasi yang digunakan jika terdapat warga sekitar yang


dicurigai terkena covid sebagian besar menggunakan ambulan
dengan persentase (89.6%) dan beberapa juga menggunakan mobil
warga (10.4%)

3.7 Politik dan Pemerintahan

Gambar 5.1 Pengambilan keputusan untuk mengatasi masalah

Berdasarkan kuisoner yang telah dibagikan terdapat 80,6% ( 54


responden) yang tidak terlibat dalam pengambilan keputusan untuk
mengatasi masalah yang terpapar covid-19 dan sisanya 19,4% ( 13
responden) terlibat dalam pengambilan keputusan.

Gambar 5.2 Skrining pada masa pandemic


110

Dalam masa pandemi covid-19 di dapatkan sebanyak 70,1 % ( 47


responden ) diwilayahnya sudah terdapat program skrining untuk
warga yang keluar masuk daerah untuk upaya pencegahan
sedangkan 29,9% ( 20 responden) di wilayhnya belum terdapat
program tersebut.

Gambar 5.3 program skrining yang dilakukan pada masa pandemic

Program skrining yang telah dilakukan berdasarkan kuisoner


didapatkan 19,6% ( 10 responden ) mencuci tangan sebelum masuk
wilayah, 26,8% ( 15 responden ) wilayahnya menyediakan
penyemprotan disinfektan sebelum masuk willayahnya dan 53,6% (
31 responden ) melakukan cek suhu tubuh sebelum memasuki
wilayahnya.

Gambar 5.4 program yang dilakukan pada masa pandemic

Berdasarkan kuisoner yang telah diisi responden terdapat 52,2% ( 34


responden ) yang diwilahnya sudah terdapat program khusus jika arga
disekitarnya terindikasi covid-19 sedangan 47,8% ( 33 responden ) belum
memiliki program tersebut
111

Program yang terdapat pada wilayah tersebut adalah


1. Rapid test
2. Tidak mengetahui secara detail
3. melapor ke phc dan ditindaklanjuti dengan rapid
4. Lapor faskes dan meminta untuk isolasi mandiri
5. Dikarantina di rumah atau di balai warga
6. Karantina 14 hari
7. Melaporkan ke gugus tugas penanganan covid19 daerah
8. Dikarantina, dibawa ke yankes
9. Dipanggilkan ambulan
10. Langsung diisolasi dan dirujuk ke rs rujukan covid-19
11. isolasi mandiri dan apabila ada warga dari luar di skrining serta di
isolasi diposko csatgas covid
12. Rapid test, swab test dan santunan dari desa
13. Isolasi Mandiri di rumah atau rujuk ke Faskes
14. Isolasi mandiri
15. tempatkan dirumah isolasi
16. Dilakukan isolasi di tempat yang disediakan pemerintah.
17. isolasi mandiri di rumah
18. isolasi mandiri
19. Lockdown wilayah
20. Isolasi mandiri, dibawa ke fasyankes
21. Dilakukan isolasi
22. mewajibkan Isolasi mandiri 14 untuk keluarga yang kontak erat
dengan pasien terkonfirmasi dan penjaminan kebutuhan sehari-
sehari selama 14 hari
23. Isolasi selama 14 hari
24. Penyemprotan disinfektan di sekitar lokasi
25. Isolasi
26. dirujuk ke rs terdekat
27. Tersedia rumah singgah untuk warga yang terindikasi
28. Isolasi di rusunawa khusus
29. Isolasi mandiri di rumah atau di kantor desa
30. Isolasi ke RS
31. Melakukan penyemprotan disenfektan dan lockdown sementara
112

Gambar 5.5 program Pelatihan dilakukan pada masa pandemic


Berdasarkan data diagram diatas bahwa 55,2 ( 37 responden ) terdapat
program pelatihan pemberdayaan masyarakat yang diterapkan pemerintah
diwilayah responden dan 44,8 ( 30 responden ) belum terdapat prgram
pemberdayaandi wilayah responden

Gambar 5.6 program Pemberdayaan dilakukan pada masa pandemic

Berdasarkan kusoner didapatkan bahwa jenis program pemberdayaan


yang sudah di terapkan 64.1% ( 25 responden ) terdapat program
penyuluhan, 5,1% ( 2 responden ) mendapat pelatihan, dan 30,8% ( 12
responden ) keduanya.

Gambar 5.7 Terkena dampak covid-19


113

Berdasarkan kuisoner yang telah diisi oleh responden terdapat 53,7% (


36 responden ) yang keluarganya terdampak pandemi covid-19 dan 46,3%
( 31 responden) keluarganya yang tidak terdampak covid-19.

Gambar 5.8 Dampak covid-19

Berdasarkan hasil kuisoner didapatkan bahwasektor yang terdampak


86.1% ( 31 responden ) dalam sektor keuangan/pekerjaan dan 13.9% ( 5
responden ) dalamsektor kesehatan.

Gambar 5.9 Penerima bantuan pemerintah

Berdasarkan kuisoner didapatkan bahwa 86.6% ( 58 responden )


termasuk kriteria penerima bantuan dari pemerintah dan 13.4% ( 9
responden ) tidak termasuk kriteria penerima bantuan

Gambar 5.10 Responden penerima bantuan covid-19


114

Berdasarkan kuisoner yang telah disebar di dapatkan bahwa responden


yang menerima bantuan pemerintah sebanyak 50% ( 9 responden ) dan
yang tidak menerima 50% (9 responden).

Gambar 5.11bentuk bantuan covid-19

Berdasarkan kuisoner didapatkan bahwa bentuk bantuan yang diberikan


pemerintah berupa 28,6 (4 responden) menerima sembako, 28,6% (4
responden) menerima uang tunai dan, 42,9% (6 responden) menerima
keduanya.

Gambar 5.12 Waktu pemberian bantuan

Berdasarkan kuisoner di dapatkan 46,2% ( 6 responden ) menerima bantuan


dari pemerintah tiga bulan sekali dan 53,8% ( 7 responden ) selama sebulan
sekali

3.8 Komunikasi
115

Gambar 6.1 Program penyuluhan di lingkungan responden

Berdasarkan hasil pengkajian, sebanyak 55,2% di lingkungan responden


pernah ada kegiatan penyuluhan terkait dengan covid-19. Sedangkan
sebanyak 44,8% di lingkungan responden belum pernah ada kegiatan
penyuluhan terkait dengan covid-19.

Gambar 6.2 data responden mengikuti penyuluhan

Berdasarkan hasil pengkajian, mayoritas responden belum pernah


mengikuti penyuluhan terkait covid-19 yaitu sebanyak 56,7%. Sedangkan
sebanyak 43,3% responden pernah mengikuti penyuluhan terkait covid-19.
116

Gambar 6.3 Informasi mengenai covid-19

Berdasarkan hasil pengkajian, mayoritas responden menyatakan selalu


aktif mencari informasi mengenai covid-19 (94%).

Gambar 6.4 Media informasi covid-19

Berdasarkan hasil pengkajian, sebanyak 46,3% responden


mendapatkan informasi seputar covid-19 melalui internet dan social
media (whatsapp, facebook, instagram, dll). Sedangkan 7,5%
responden mendapatkan informasi melalui menonton televisi.

3.9 Pendidikan
3.9.1 Tingkat Pendidikan
117

Gambar 7.1 Tingkat Pendidikan

Berdasarkan hasil pengkajian pada 67 KK, didapatkan data bahwa


mayoritas responden berpendidikan sarjana yaitu sebanyak 61,2%,
berpendidikan SMA sebanyak 31,3%, berpendidikan SMP sebanyak dan
7.5% berpendidikan SMP dan SD.

3.9.2 Jangkauan Lembaga Pendidikan

Gambar 7.2 Lembaga Pendidikan Setempat

Berdasarkan hasil pengkajian pada 67 KK, didapatkan data bahwa


mayoritas responden (95,5%) mengatakan bahwa lembaga pendidikan
mudah dijangkau sedangkan sebanyak 4,5% responden mengatakan
lembaga pendidikan sulit dijangkau.

3.9.2 Kondisi Lembaga Pendidikan Setempat


118

Gambar 7.3 Kondisi Lembaga Pendidikan Setempat

Berdasarkan hasil pengkajian pada 67 KK, didapatkan data bahwa


mayoritas responden (98,5%) mengatakan bahwa kondisi lembaga
pendidikan setempat masih layak digunakan sedangkan sebanyak 1,5%
responden mengatakan kondisi lembaga pendidikan setempat tidak layak.

3.9.3 Tingkat Pengetahuan

Gambar 7.4 Penyebab Covid-19

Berdasarkan hasil pengkajian pada 67 KK, semua responden


(100%) telah mengetahui penyebab covid-19 yaitu Coronavirus.
119

Gambar 7.5 Penularan Covid-19

Berdasarkan hasil pengkajian pada 67 KK, semua responden (100%)


telah mengetahui bahwa Covid-19 menular dan penularannya melalui
percikan ludah saat bersin/berbicara.

Gambar 7.6 Gejala Covid-19

Berdasarkan hasil pengkajian pada 67 KK, semua responden (100%)


telah mengetahui bahwa batuk dan demam ≥38◦C termasuk gejala
Covid-19.

Gambar 7.7 Gejala Ringan Covid-19


120

Berdasarkan hasil pengkajian pada 67 KK, mayoritas responden (71,6%)


mengatakan bahwa gejala ringan Covid-19 seperti flu harus periksa ke
Rumah sakit sedangkan sebanyak 28,4% responden mengatakan
bahwa tidak perlu ke Rumah Sakit.

Gambar 7.8 Pencegahan Penularan Covid-19

Berdasarkan hasil pengkajian pada 67 KK, semua responden (100%)


telah mengetahui bahwa pencegahan penularan Covid-19 dengan
memakai masker, menjaga jarak dan rajin cuci tangan.

Gambar 7.9 Pemakaian Masker pada Orang Sehat

Berdasarkan hasil pengkajian pada 67 KK, mayoritas responden


(98,5 %) mengatakan bahwa pada masa pandemi sekarang ini orang
sehat wajib memakai masker sedangkan sebanyak 1,5% mengatakan
bahwa pada masa pandemi sekarang ini orang sehat tidak wajib
memakai masker.
121

Gambar 7.10 Imunitas Tubuh

Berdasarkan hasil pengkajian pada 67 KK, semua responden (100%)


telah mengetahui bahwa olahraga, berjemur dan makan makanan
bergizi dapat meningkatkan imunitas tubuh.

3.10 Rekreasi
3.10.1 Fasilitas Rekreasi
Menurut hasil survey pada google form yang telah disebarkan mengenai
tempat rekreasi, sebanyak 86,6% masyarakat bermukim di daerah yang
mempunyai tempat rekreasi dan sebanyak 13,4% masyarakat tidak
bermukim di daerah tempat rekreasi. Hal ini menunjukkan bahwa
mayoritas masyarakat (Gambar 1) mempunyai tempat tujuan untuk
sekedar melepas kepenatan

Gambar 7.1 Data Tempat Rekreasi

Berdasarkan hasil survey (Gambar 1.93), didapatkan bahwa 53,7%


tempat rekreasi yang ada di masyarakat tutup dan 46,3% tempat rekreasi
122

yang ada di masyarakat tetap buka. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas
daerah memilih menutup tempat rekreasi guna mencegah peningkatan
penyebaran virus corona.

Gambar 7.2 Operasional Tempat Rekreasi

Sementara itu, menurut hasil survey didapaktkan bahwa hampir


semua jenis tempat rekreasi terdapat di masyarakat. Hal ini dibuktikan
oleh (Gambar 3) yang menunjukkan adanya berbagai tempat rekreasi di
lapisan masyarakat. Sebanyak 32,8% terdapat taman bermain, 29,9%
terdapat mall, 20,9% terdapat waterpark, serta 16,4% terdapat taman
bunga

Gambar 7.3 Jenis Tempat Rekreasi

Menurut hasil survey rata-rata jumlah pengunjung tempat rekreasi selama


6 bulan terakhir (Gambar 4) didapatkan data mayoritas sebanyak <50
orang/hari (47,8), sebanyak 31,3% rata-rata pengunjung berada di angka
51-100 orang/hari serta 20,9% rata-rata pengunjung berada di angka >100
orang/hari. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas tempat rekreasi terdapat
penurunan jumlah pengunjung selama pandemic covid 19 ini.
123

Gambar 7.4 Rata-Rata Jumlah Pengunjung (6 Bulan Terakhir)

Berdasarkan hasil survey frekuensi berkunjung masyarakat


(Gambar 5) didapatkan data bahwa sebanyak (56,7%) masyarakat
pernah berkunjung 1-2x/bulan, sebanyak (32,9%) masyarakat tidak
pernah mengunjungi tempat rekreasi. Sedangkan sebanyak (10,5%)
masyarakat pernah mengunjungi 3-5x/bulan. Hal ini membuktikan bahwa
mayoritas masyarakat memerlukan rekreasi guna melepas penat.

Gambar 7.5 Frekuensi Berkunjung ke Tempat Rekreasi (6 Bulan Terakhir)

Berdasarkan hasil kuisioner didapat kan bahwa mayoritas


masyarakat (73,1%) tinggal didaerah yang dekat dengan tempat rekreasi
(Gambar 6) dengan jarak <5-10 km, sebanyak (19,4%) masyarakat
tinggal di daerah yang cukup dekat dengan tempat rekreasi dengan jarak
11-15 km, serta sebanyak (7,5%) masyarakat tinggal di daerah yang jauh
dari tempat rekreasi dengan jarak >16 km.
124

Gambar 7.6 Jarak Rumah ke Tempat Rekreasi

Selain itu, menurut hasil kuisioner kegiatan yang dilakukan


masyarakat dengan keluarga selama pandemic covid19 (Gambar 7) ini
adalah mayoritas (55,2%) memilih untuk bersih-bersih rumah, sebanyak
(40,3%) masyarakat memilih untuk menonton TV, dan sebanyak (4,5%)
masyarakat memilik untuk jalan-jalan diluar rumah. Hal ini menunjukkan
bahwa mayoritas masyarakat lebih memilih mematuhi aturan pemerintah
untuk tetap di rumah saja serta memperhatikan kebersihan rumah agar
tetap terhindar dari covid19.

Gambar 7.7 Kegiatan yang Dilakukan Selama Pandemi Covid19

Berdasarkan hasil survey keluhan yang dirasakan masyarakat


selama pandemic covid19 (Gambar 8) adalah sebanyak (55,2%)
masyarakat merasakan stress karena sering dirumah aja, sebanyak
(23,9%) masyarakat tidak mempunyai keluhan, serta sebanyak (20,9%)
masyarakat mengatakan stress karena ekonomi. Hal ini membuktikan
bahwa pandemic covid19 mempunyai dampak di berbagai sector
termasuk sector pekerjaan, pendidikan dsb sehingga mengharuskan
masyarakat untuk bekerja dan bersekolah dirumah aja bahkan ada yang
di PHK.
125

Gambar 7.8 Keluhan yang dirasakan Selama Pandemi Covid19

3.10.2 Keamanan/Kesehatan
Sementara itu, pada bagian keamanan/kesehatan di tempat rekreasi
menunjukkan mayoritas (95,5%) tersedia security ditempat rekreasi
(Gambar 9), dengan membantu menerapkan protocol kesehatan terhadap
masyarakat yang berkunjung di tempat rekreasi (89,6%) (Gambar 10).

Gambar 7.9 Tersedianya Petugas Keamanan

Gambar 7.10 Peran Petugas Keamanan Selama Covid19

Berdasarkan hasil survey didapatkan bahwa mayoritas di tempat


rekreasi yang berada dimasyarakat, tersedia tempat untuk cuci tangan
126

dengan persentase (89,6%) (Gambar 11), walaupun jumlah persebaran


yang mayoritas sedikit hanya 1-2 saja (52,2%). Selain itu, tidak sedikit
juga tempat rekreasi yang mempunyai persebaran tempat cuci tangan
hampir disetiap sudut ruangan (47,8%) (Gambar 12).

Gambar 7.11. Fasilitas Tempat Cuci Tangan

Gambar 7.12. Jumlah Tempat Cuci Tangan

3.11 Persepsi

Gambar 8.1 Persepsi covid-19

Berdasarkan diagram di atas seluruh responden menyatakan


bahwa Covid-19 adalah penyakit yang berbahaya.
127

Gambar 8.2 Persepsi covid-19

Berdasarkan diagram di atas mayoritas responden menyatakan


bahwa Covid-19 adalah penyakit yang parah (89,6%).

Gambar 8.2 persepsi Faktor resiko penyebab covid-19

Berdasarkan diagram di atas mayoritas responden menyatakan


bahwa faktor risiko penyebab Covid-19 adalah riwayat kontak
dengan penderita yang terkonfirmasi (95,5%).

Gambar 8.1 Persepsi cara penyembuhan covid-19

Berdasarkan diagram di atas mayoritas responden menyatakan


bahwa cara penyembuhan Covid-19 adalah dengan vaksin
(88,1%).
128

Gambar 8.1 Persepsi obat covid-19

Berdasarkan diagram di atas mayoritas responden menyatakan


bahwa belum ditemukannya obat untuk Covid-19 (89,6%).
129

A. Analisa Data
Masalah
No Data Indikator Kesehatan Kesimpulan
Keperawatan
1.  Berdasarkan hasil  Indikator kesehatan  Epidemiologi Manajemen
pengkajian pada 67 penanggulangan COVID-19 di Kesehatan Tidak
KK, diperoleh data pandemic menurut Indonesia Efektif b.d
bahwa 1,5% (WHO, 2020) diantara terkendali karena Kekurangan
responden lainnya adalah: persentase dukungan sosial
menyatakan jika - Epidemiologi: pertumbuhan d.d Gagal
keluarganya 1. Penurunan pasien konfirmasi melakukan
menderita COVID-19. minimal 50% positif COVID-19 tindakan untuk
 Berdasarkan riwayat angka kasus selama 23 Juli-12 mengurangi
rapid test, diperoleh konfirmasi baru Agustus 2020 faktor resiko,
data bahwa 64,2% dari puncak sebanyak Aktivitas hidup
responden tertinggi selama 3 (28,35%) dengan sehari hari tidak
menyatakan jika minggu berturut- total kesembuhan memenuhi tujuan
keluarganya tidak turut dan terus sebanyak
melakukan rapid test. menurun pada (65,64%), dan
Sedangkan 35,8% minggu-minggu tingkat kematian
responden lainnya selanjutnya sebanyak
menyatakan jika 2. Jumlah spesimen (4,52%).
keluarganya positif (untuk  Lebih dari 50%
melakukan rapid test. keperluan masyarakat
 Berdasarkan jenis diagnosis) pada belum melakukan
masker yang semua kasus skrining rapid
digunakan, diperoleh dalam 2 minggu test. Sama
data bahwa 3 % terakhir <5% seperti data
responden tidak 3. Penurunan jumlah nasional di
menggunakan kasus kematian, Indonesia bahwa
masker. baik kasus masih (33,91%)
 Berdasarkan hasil probable maupun masyarakat yang
pengkajian pada 67 kasus konfirmasi belum melakukan
KK, diperoleh data dalam 3 minggu rapid test.
bahwa 17,9% terakhir  Selain itu, sekitar
responden tidak 50% masyarakat
130

pernah berolahraga. - Surveilans kesehatan yang belum


 Berdasarkan hasil masyarakat: melaksanakan
pengkajian pada 67 1. Setiap kasus baru protocol
KK, diperoleh data dapat diidentifikasi, kesehatan yang
bahwa 10,4% dilaporkan dan diterapkan,
responden berjemur dianalisis kurang dikarenakan
selama 1 menit, dan dari 24 jam. masih terdapat
6% responden 2. >80% kasus baru beberapa
berjemur selama 3 dapat diidentifikasi masyarakat yang
menit. kontak eratnya dan tidak memakai
 Berdasarkan hasil mulai dilakukan masker, tidak
survey mayoritas karantina dalam pernah
responden ketika waktu <72 jam berolahraga,
sedang bepergian setelah kasus baru berjemur dengan
mengganti maskernya di konfirmasi waktu yang
sebanyak 1 kali 3. >80% kontak dari sangat singkat,
(61.2%), dan tidak kasus baru tidak pernah
pernah mengganti dipantau selama mengikuti
masker sebanyak 14 hari sejak penyuluhan
(16,4%) kontak terakhir terkait COVID-19,
 Kemudian, masih banyaknya
berdasarkan hasil - Pelayanan masyarakat yang
pengkajian pada 67 kesehatan: berpergian
KK, didapatkan data 1. Penurunan jumlah selama 14 hari
bahwa 8 (11,9%) pasien dirawat dan terakhir, serta
responden kasus kritis yang tidak pernah
mengatakan jarang butuh ICU pada mengganti
terdapat petugas, dan kasus konfirmasi masker saat
1 (1,5%) responden dalam 2 mingggu bepergian.
mengatakan tidak terakhir Menurut Juru
terdapat petugas yang  Prevalensi COVID-19 Bicara COVID-19
mengawasi program di Indonesia menurut (Achmad, 2020)
PSBB. (Kemenkes RI, 2020): masih 50%
 Pada saat pandemic - Pada tanggal 23 masyarakat
covid-19 terdapat Juli 2020 Indonesia yang
131

beberapa anggota didapatkan total mematuhi


keluarga yang data 93.657 orang protocol
melakukan bepergian yang terkonfirmasi kesehatan dari
keluar kota dalam COVID-19 pemerintah
waktu 14 hari terakhir - Tanggal 12 seperti memakai
dengan presentase Agustus 2020 masker.
(31.3%). didapatkan data  <50% masyarakat
 Kondisi jalan pada 130.718 orang masih belum
saat pandemic covid- yang terkonfirmasi memiliki jaminan
19 beberapa wilayah positif COVID-19 kesehatan seperti
masih ramai dengan - Total pasien BPJS
persentase (67.2%) sembuh pada (Masalah : Resiko)
 Berdasarkan hasil tanggal 23 Juli
pengkajian, mayoritas 2020 didapatkan
responden belum data sebanyak
pernah mengikuti 52.164 orang
penyuluhan terkait - Pada tanggal 12
covid-19 yaitu Agustus 2020
sebanyak 56,7%. didapatkan data
 Berdasarkan hasil total kesembuhan
pengkajian pada 67 pasien COVID-19
KK, didapatkan data sebanyak 85.798
bahwa sebanyak 21 orang (65,64%)
(31,3%) responden - Pada tanggal 23
mengatakan tidak Juli 2020
mengunjung fasilitas didapatkan data
kesehatan dalam 3 total pasien
bulan terakhir. COVID-19 yang
 Berdasarkan hasil meninggal
kuesioner, sebanyak sebanyak 4.576
8 responden (11,9%) orang
tidak memiliki jaminan - Tanggal 12
kesehatan Agustus 2020
didapatkan data
bahwa total pasien
132

COVID-19 yang
meninggal dunia
sebanyak 5.903
orang (4,52%)
- Sedangkan total
pasien COVID-19
aktif sampai
tanggal 12 Agustus
2020 sebanyak
39.017 orang
(29,85%)

 Sampai tanggal 12
Agustus 2020 terhitung
sebanyak 130.718 jiwa
dari 1.783.673
spesimen yang
diperiksa (66,09%) dari
jumlah penduduk
Indonesia

 Menurut (WHO, 2020)


Cara yang efektif untuk
mencegah penyebaran
virus COVID-19 antara
lain:
- Wajib
menggunakan
masker sekurang-
kurangnya 1x/hari
- Menghindari
perkumpulan orang
dan ruang tertutup
yang ramai
- Menjaga jarak fisik
133

sekurang-
kurangnya 1M dari
orang lain terutama
dengan orang yang
menunjukkan
gelaja flu
- Sering mencuci
tangan dengan
sabun dan air
mengalir atau
handsanitizer
- Menghindari
menyentuh mata,
hidung, dan mulut
sebelum mencuci
tangan
- Mengurangi tingkat
mobilitas aktivitas
seperti bekerja dan
sekolah di rumah
- Rajin olahraga
- Serta berjemur
selama 10-15 menit
setiap hari diantara
pukul 10.00-15.00
WIB.

 Penyuluhan kesehatan
adalah kegiatan
pendidikan yang
dilakukan dengan cara
menyebarkan
informasi-informasi
pesan, menanamkan
keyakinan, sehingga
134

masyarakat sadar, tahu


dan mengerti, tetapi
juga mau dan bias
melakukan suatu
anjuran yang ada
hubungannya dengan
kesehatan serta terjadi
peningkatan
pengetahuan,
keterampilan, dan
sikap (Notoatmodjo,
2012).
 Menurut Kabid SDM
umum dan Komunikasi
Publik BPJS
Kesehatan Indonesia
mengatakan total
kepesertaan BPJS
Kesehatan ada
mencapai 224,1 juta
atau 83% dari total
penduduk Indonesia
269 juta orang.

2.  Berdasarkan hasil  Prevalensi COVID-19 Sesuai data yang Defisit kesehatan


pengkajian mayoritas di Indonesia menurut diperoleh dari hasil komunitas b.d
responden (Kemenkes RI, 2020): pengakajian program tidak
menyatakan jika - Pada tanggal 23 komunitas masih /kurang didukung
memiliki riwayat Juli 2020 sedikitnya keluarga komunitas d.d
kontak dengan orang didapatkan total yang melakukan terjadi masalah
yang dicurigai/suspect data 93.657 orang rapid-test maka yang kesehatan yg
COVID-19 dengan yang terkonfirmasi terdiagnosis Covid- dialami
persentase sebesar COVID-19 19 hanya sedikit komunitas,
91% responden. - Tanggal 12 yang diketahui. terdapat faktor
 Berdasarkan hasil Agustus 2020 risiko fisiologis
135

pengkajian 1,5% didapatkan data dan/ psikologis


responden lainnya 130.718 orang yang
menyatakan jika yang terkonfirmasi menyebabkan
keluarganya positif COVID-19 anggota
menderita COVID-19. - Total pasien komunitas
 Berdasarkan hasil sembuh pada menjalani
pengkajian 64,2% tanggal 23 Juli perawatan.
responden 2020 didapatkan (Masalah: actual)
menyatakan jika data sebanyak
keluarganya tidak 52.164 orang
melakukan rapid test. - Pada tanggal 12
 Berdasarkan data dari Agustus 2020
Kementerian didapatkan data
Kesehatan RI, total kesembuhan
diperoleh data bahwa pasien COVID-19
jumlah pasien positif sebanyak 85.798
COVID-19 di orang (65,64%)
Indonesia per tanggal - Pada tanggal 23
7 Agustus 2020 Juli 2020
sebanyak 121.226 didapatkan data
orang. total pasien
 Sebanyak 59,7% COVID-19 yang
responden meninggal
menyatakan bahwa sebanyak 4.576
faktor risiko penularan orang
virus corona melalui - Tanggal 12
kontak dengan pasien Agustus 2020
positif COVID-19. didapatkan data
 Berdasarkan data dari bahwa total pasien
Kementerian COVID-19 yang
Kesehatan RI, meninggal dunia
diperoleh data bahwa sebanyak 5.903
jumlah pasien COVID- orang (4,52%)
19 yang sembuh per - Sedangkan total
tanggal 7 Agustus pasien COVID-19
136

2020 sebanyak aktif sampai


77.557 orang. tanggal 12 Agustus
 Berdasarkan hasil 2020 sebanyak
pengkajian 7,5% 39.017 orang
responden (29,85%)
menyatakan jika tidak
memiliki peraturan/  Sampai tanggal 12
kebijakan keluarga Agustus 2020 terhitung
terkait pencegahan sebanyak 130.718 jiwa
penularan COVID-19. dari 1.783.673
 Berdasarkan hasil spesimen yang
pengkajian 1 (1,5%) diperiksa (66,09%) dari
responden jumlah penduduk
mengatakan tidak ada Indonesia
program pencegahan
Covid-19 di daerah  Prevalensi COVID-19
rumahnya menurut (Kemenkes
RI, 2020) sampai bulan
agustus ini terhitung
sebanyak 127.083 jiwa
dari 984.893 spesimen
yang diperiksa.
Sedangkan total jumlah
penduduk Indonesia
sebanyak 269,6 juta
jiwa (BPS, 2020).
 Peraturan Pemerintah
Nomor 21 tahun 2020
tentang Pembatasan
Sosial Berskala Besar
dalam rangka
Percepatan
Penanganan Corona
Virus Disease
2019 (Covid-19)
137

ditetapkan pada 31
Maret 2020.
Pemerintah Daerah
(Pemda) dapat
melakukan
Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB)
untuk satu provinsi
atau kabupaten/kota
tertentu. PSBB
dilakukan dengan
pengusulan oleh
gubernur/bupati/walikot
a kepada Menteri
Kesehatan.
3.  Berdasarkan hasil  Menurut Undang-  Pandemi Koping komunitas
pengkajian pada 67 Undang No. 24/2007 menimbulkan tidak efektif b.d
KK mayoritas tentang stres pada paparan bencana
responden memiliki Penanggulangan berbagai lapisan non-alam (wabah
keyakinan bahwa Bencana, disebutkan masyarakat penyakit) d.d
penyakit covid-19 ini ada tiga jenis bencana, terutama karena mengungkapkan
adalah penyakit yang yakni bencana alam, stres ekonomi ketidakberdayaan
berasal karena wabah nonalam dan sosial. (PHK) serta komunitas dan
yaitu sebanyak 98,5% Wabah Corona sulitnya mencari insiden masalah
(66 orang), lalu yang Virus/Covid-19 pekerjaan baru masyarakat tinggi
meyakini bahwa dikategorikan masuk  Masyarakat (pengangguran,
penyakit ini dalam bencana sudah mulai kemiskinan)
merupakan kutukan nonalam (Puspensos, bosan karena
dari tuhan sebesar 2020) sudah terlalu Masalah
1,5% (1 orang).  Menurut WHO (2020), lama dirumah keperawatan
 Berdasarkan hasil munculnya pandemi aja. (Aktual)
pengkajian pada 67 menimbulkan stres
KK, mayoritas pada berbagai lapisan Masalah
responden 53,7% ( 36 masyarakat. Oleh keperawatan (Aktual)
responden ) karena itu kemenkes RI
138

mengatakan membuat pedoman


keluarganya dukungan kesehatan
terdampak pandemi jiwa dan psikososial
covid-19 terkait pandemi covid-
 Berdasarkan hasil 19 yang digambarkan
pengkajian pada 67 dalam piramida
KK, mayoritas intervensi :
responden 86.1% ( 31 1. Pertimbangan
responden ) sosial dalam
terdampak dalam layanan dan
sektor keamanan dasar
keuangan/pekerjaan 2. Memperkuat
dan 13.9% ( 5 dukungan
responden ) masyarakat dan
terdampak dalam keluarga
sektor kesehatan. 3. Dukungan non-
 Berdasarkan hasil spesialis terfokus
pengkajian pada 67 (orang ke orang)
KK, mayoritas 4. Layana spesialis
responden (55,2%)
masyarakat  Peningkatan Kesehatan
merasakan stress Jiwa dan Psikososial
karena sering dirumah dapat dilakukan dengan
aja, sebanyak (20,9%) :
masyarakat 1. Emosi positif
mengatakan stress 2. Pikiran positif
karena ekonomi 3. Hubungan sosial
 Berdasarkan hasil yang positif
pengkajian pada 67 4. Beribadah dirumah
KK sebanyak (32,9%) 5. Relaksasi fisik
masyarakat tidak
pernah mengunjungi  Pencegahan Masalah
tempat rekreasi. Kesehatan Jiwa dan
 Responden yang psikosial dalam
menerima bantuan keluarga dengan 5B,
139

pemerintah sebanyak yaitu


50% ( 9 responden ) 1. Belajar
dan yang tidak 2. Beribadah
menerima 50% ( 9 3. Bermain
responden ). 4. Bercakap-cakap
 Bentuk bantuan yang 5. Berkreasi bersama
diberikan pemerintah
berupa 28,6 ( 4  Kebijakan pemerintah
responden ) untuk mengurangi
menerima sembako, dampat covid-19 pada
28,6% ( 4 responden ) sektor ekonomi :
menerima uang tunai 1. Program Keluarga
dan, 42,9% ( 6 Harapan (PKH)
responden ) 2. Kartu sembako
menerima keduanya 3. Kartu Pra Kerja
4. Bantuan Langsung
Tunai (BLT)
5. Keringananan tarif
listrik (gratis untuk
pengguna 450Va
dan diskon 50%
untuk pengguna
900Va)

B. Prioritas Diagnosa

Diagnosa Pentingnya Motivasi Peningkatan Rangking Skor


Keperawatan masalah Untuk Masyarakat Untuk Kualitas masalah dari 1
Diselesaikan Menyelesaikan Hidup sampai 6
1: rendah Masalah Masyarakat 1: paling tidak
2: sedang 0: tidak ada bila masalah penting
3: tinggi 1: rendah diselesaikan 6: yang paling
2: sedang 0: tidak ada penting
3: tinggi 1: rendah
140

2: sedang
3: tinggi
Manajemen 3 1 3 4 11
Kesehatan
Tidak Efektif
Defisit 3 2 3 5 13
kesehatan
komunitas
Koping 2 3 3 6 14
komunitas
tidak efektif

Prioritas Diagnosa Keperawatan:


1. Koping komunitas tidak efektif b.d paparan bencana non-alam (wabah
penyakit) d.d mengungkapkan ketidakberdayaan komunitas dan insiden
masalah masyarakat tinggi (pengangguran, kemiskinan)
2. Defisit kesehatan komunitas b.d program tidak /kurang didukung komunitas
d.d terjadi masalah kesehatan yg dialami komunitas, terdapat faktor risiko
fisiologis dan/ psikologis yang menyebabkan anggota komunitas menjalani
perawatan
3. Manajemen kesehatan tidak efektif b.d kekurangan dukungan sosial d.d
Gagal melakukan tindakan untuk mengurangi faktor resiko, Aktivitas hidup
sehari hari tidak memenuhi tujuan kesehatan
141

C. WOC

4,5% responden menyatakan jika 9% hanya menggunakan masker tanpa


masker yang digunakan harus diganti membawa handsanitizer saat bepergian 17.9% responden tidak
setiap 6 jam atau 12 jam sekali. pernah berolahraga

Mayoritas responden ketika sedang Manajemen Kesehatan 29.9% tidak ada program skrining
berpergian mengganti maskernya Tidakefektif untuk warga keluar masuk wilayah
sebanyak 1 kali (61.2%).
4.5% tidak terdapat program
lockdown.
64,2% responden Koping
COVID-19
menyatakan jika Komunitas tidak
keluarganya tidak efektif 52.2% tidak ada program
melakukan Defisit
rapid test.
Kesehatan Komunitas khusus apabila warga

56.7% tidak pernah sekitar terindikasi covid

mengikuti penyuluhan 10.4% tidak terdapat


fasilitas cuci tangan di
lingkungan rekreasi 55.2% tidak ada
program pelatihan pada
masa pandemi
142

D. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Luaran Intervensi

1 Koping komunitas Setelah PREVENSI PRIMER


tidak efektif b.d dilakukan SLKI : Status Koping Komunitas SIKI : Promosi Koping
paparan bencana intervensi 1. Keberdayaan komunitas untuk menangani Observasi
non-alam (wabah selama 4 masalah di sektor ekonomi dan psikologi 1. Identifikasi kemampuan yang dimiliki
penyakit) d.d minggu, maka meningkat menjadi 80% untuk menangani masalah dalam sektor
mengungkapkan status koping 2. Perencanaan komunitas untuk menangani ekonomi dan psikologi di komunitas akibat
ketidakberdayaan komunitas masalah di sektor ekonomi dan psikologi dampak Covid-19
komunitas dan membaik melalui program di komunitas meningkat 2. Identifikasi sumber daya yang tersedia
insiden masalah menjadi 80% untuk memenuhi tujuan untuk
masyarakat tinggi 3. Sumber daya komunitas untuk melaksanakan menurunkan stres ekonomi dan psikologi
(pengangguran, program yang telah didiskusikan di komunitas pada komunitas
kemiskinan) meningkat menjadi 80% 3. Identifikasi dampak situasi terhadap peran
4. Partisipasi masyarakat untuk mendukung dan hubungan
pelaksanaan program komunitas meningkat Dampak yang mungkin terjadi yaitu:
menjadi 80% - Dari sektor ekonomi, peran kepala
5. Tingkat stres di komunitas tentang dampak keluarga akan berdampak karena
Covid-19 dalam sektor ekonomi dan psikologi mengalami penurunan pemasukan
143

menurun menjadi 20% ataupun PHK


- Dari sektor psikologi, berdampak
pada hubungan sosial karena
harus di rumah saja
4. Identifikasi metode penyelesaian masalah
dalam komunitas untuk menangani stres
ekonomi dan psikologis akibat Covid-19
5. Identifikasi kebutuhan dan keinginan
terhadap dukungan sosial yaitu dengan
melakukan diskusi dengan masyarakat
tentang masalah yang dihadapi dalam
sektor ekonomi dan psikologis
Terapeutik
1. Diskusikan perubahan yang dialami
(seperti perubahan pada kesehatan,
sosial, atau ekonomi)
2. Fasilitasi dalam memperoleh informasi
yang dibutuhkan (mis. Manajemen stress)
Manajemen stress yang bisa dilakukan
saat pandemi yaitu:
144

- Upayakan tetap di rumah saja.


Ambil jeda dan menjauhi berita
negatif soal Covid-19
- Jaga imunitas tubuh dengan
makan makanan yang sehat dan
seimbang, minum air yang cukup,
berolahraga secara teratur, cukup
tidur, serta jauhi minuman
beralkohol dan obat-obatan dari
luar
- Luangkan waktu untuk bersantai
dan lakukan beberapa aktivitas
lain yang disukai
3. Motivasi mengidentifikasi sistem
pendukung yang tersedia seperti keluarga
atau teman untuk mengurangi dampak
psikologis
Edukasi
1. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi
145

2. Anjurkan keluarga terlibat sebagai


sumber dukungan
3. Ajarkan cara menangani masalah
psikologis dengan cara:
- Emosi positif: senang dengan
melakukan kegiatan yang disukai
selama di rumah saja
- Pikiran positif: dengan menjauhkan
diri dari berita hoax dan negatif,
mengenang pengalaman yang
menyenangkan (mis. Hipnotis lima
jari), meyakinkan diri bahwa
pandemi akan segera teratasi
- Hubungan sosial yang positif:
saling mendukung antar keluarga,
teman, dan komunitas sekitar
- Secara rutin beribadah di rumah
atau melalui daring
4. Anjurkan untuk memanfaatkan
kemampuan dan sumber daya yang
146

dimiliki untuk menunjang sektor ekonomi


di komunitas (mis. Dengan melakukan
gerakan menanam sayur agar warga
lebih menghemat pengeluaran)
Setelah PREVENSI SEKUNDER
dilakukan SLKI : Status Kesehatan Komunitas SIKI: Identifikasi Risiko
intervensi 1. Ketersediaan program promosi kesehatan Observasi
selama 4 termasuk promosi tentang koping komunitas 4. Identifikasi risiko masyarakat dalam segi
minggu, maka untuk menangani masalah di sektor ekonomi ekonomi dan psikologis.
status dan psikologis, meningkat menjadi 80% Kelompok yang rentan mengalami stres
kesehatan 2. Keikutsertaan asuransi/jaminan kesehatan dan masalah koping saat pandemi:
komunitas meningkat menjadi 80% - Orangtua yang harus mengasuh
meningkat 3. Sistem surveilens kesehatan dengan anak di rumah (sebelumnya tidak
mengidentifikasi risiko yang rentan terbiasa)
mengalami stres meningkat menjadi 80% - Anak-anak dan remaja
- Para lansia dan orang dengan
penyakit kronis
- Tenaga kesehatan dan relawan
- Orang yang memiliki kondisi
kesehatan mental
147

- Keluarga dari kalangan


sosioekonomi rendah
5. Identifikasi risiko secara berkala (mis. 1
atau 2 minggu sekali)
Terapeutik
6. Tentukan metode pengelolaan risiko
yang baik dan ekonomis (diskusikan
program untuk mengatasi masalah
komunitas terkait stres ekonomi dan
psikologis)
7. Lakukan pengelolaan risiko secara efektif
Setelah PREVENSI TERSIER
dilakukan SLKI : Ketahanan Komunitas SIKI : Dukungan Sumber Finansial
intervensi 1. Keberlanjutan pelayanan rutin komunitas Observasi
selama 4 dalam sektor ekonomi dan psikologis akibat 1. Identifikasi penggunaan sumber daya
minggu, maka dampak Covid-19 meningkat menjadi 80% keuangan sesuai dengan sumber dana
ketahanan 2. Adaptasi komunitas terhadap perubahan yang dimiliki
komunitas khususnya dalam sektor ekonomi dan Terapeutik
meningkat psikologis meningkat menjadi 80% 1. Lakukan advokasi terkait pembiayaan
3. Berkolaborasi dengan badan/pemerintah sesuai dengan kebijakan
148

terkait kebijakan dalam sektor ekonomi dan Kebijakan pemerintah untuk mengurangi
psikologis meningkat menjadi 80% dampat covid-19 pada sektor ekonomi :
- Program Keluarga Harapan (PKH)
- Kartu sembako
- Kartu Pra Kerja
- Bantuan Langsung Tunai (BLT)
- Keringananan tarif listrik (gratis untuk
pengguna 450Va dan diskon 50%
untuk pengguna 900Va)
2. Lakukan pencatatan setiap aktivitas
pembiayaan dan anjurkan untuk
mengatur keuangan dengan
memprioritaskan kebutuhan primer
3. Fasilitasi keluarga mendiskusikan upaya
memperoleh sumber pembiayaan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pengurusan
penjaminan biaya

SIKI : Dukungan Emosional


149

Observasi
1. Identifikasi hal yang memicu stres (stres
ekonomi dan psikologis karena dampak
Covid-19)
Terapeutik
1. Fasilitasi mengungkapkan perasaan
stres, marah, atau sedih terhadap
dampak Covid-19
Edukasi
1. Ajarkan penggunaan mekanisme
pertahanan yang tepat (mis. Hipnotis lima
jari, tarik nafas dalam, relaksasi otot
progresif, dll)
Kolaborasi
2. Rujuk untuk konseling ke dokter / perawat
spesialis kesehatan jiwa, jika perlu.
Ditujukan untuk masyarakat yang tidak
menunjukkan penurunan tingkat stres dan
menunjukkan gejala masalah pada
kesehatan mental
150

2 Defisit kesehatan Setelah PREVENSI PRIMER


komunitas b.d dilakukan SLKI: Status Kesehatan Komunitas SIKI: Pengembangan Kesehatan
program tidak/ intervensi 1. Peningkatan ketersediaan program promosi Masyarakat
kurang didukung selama 4 kesehatan COVID 19, berupa: Observasi
komunitas d.d minggu , maka a. Ketersediaan poster/ leaflet/ media 1. Identifikasi peran pemimpin/ tokoh dalam
terjadi masalah status edukasi mengenai protocol kesehatan masyarakat terkait pencegahan
kesehatan yang kesehatan pencegahan COVID 19 di setiap tempat penyebaran COVID- 19
dialami komunitas, komunitas umum dengan total sekurang- kurangnya Terapeutik
terdapat faktor meningkat 100 buah dalam satu kelurahan. 1. Libatkan anggota masyarakat untuk
resiko fisiologis 2. Peningkatan ketersediaan progam proteksi meningkatkan kesadaran terhadap isu dan
dan/ psikologis kesehatan permasalahan COVID- 19 dengan
uang a. Peningkatan pelaksanaan program membaca serta mencari informasi
menyebabkan Pembatasan Sosial Berskala Lokal dalam sebanyak- banyaknya mengenai COVID-
anggota komunitas Rangka pencegahan penyebaran COVID- 19 melalui berbagai macam media,
menjalani 19 mencapai 80% di setiap daerah. PSBL dengan didukung adanya media edukasi
perawatan disini bukan merupakan PSBL dari zona yang terdapat di setiap tempat umum
merah COVID- 19, yang biasa atau 2. Libatkan masyarakat dalam musyawarah
secara umum orang memahami bahwa untuk mendefinisikan isu COVID- 19 dan
PSBL merupakan sebuah karantina mengembangkan rencana pencegahan
mandiri yang dilaksanakan sebuah COVID- 19, berupa perencaan serta
151

daerah dengan zona merah. Namun pelaksanaan program pencegahan


PSBL disini diartikan sebagai bentuk penyebaran COVID- 19 ( PSBL )
PSBB namun dalam bentuk lokal dengan 3. Tahapan dalam melaksanakan PSBL:
daerah zona hijau, sebagai bentuk a. Pelasanaan koordinasi antar warga
pencegahan terpaparnya sebuah daerah dengan Ketua RT dan RW mengenai
dari COVID- 19. bagaiamana mekanisme
pemberlakuakn PSBL
b. Penyusunan peraturan yang akan
dilasanakan ketika masa PSBL,
berupa kewajiban untuk
melaksanakan perijinan kepada Ketua
RT setempat bagi orang luar daerah
ketika akan melakukan kunjungan ke
daerah/ lingkungan yang
bersangkutan. Pelaksanaan skrining
kesehatan berupa pengecekan suhu
badan setiap harinya kepada setiap
orang yang akan memasuki daerah
PSBL baik warga lokal maupun orang
luar, dengan ketentuan setiap warga
152

yang memilki suhu diatas 37,5 derajat


tidak diperbolehkan untuk memasuki
daerah PSBL, dan kepada setiap
warga yang melakukan keluar masuk
daerah PSBL diwajibkan untuk selelu
menggunakan masker serta wajib
melakuka cuci tangan atau
menggunakan handsanitizer yang
sudah dipersiapkan di setiap daerah
PSBL ketika akan memasuki daerah
PSBL. Kewajiban untuk selalu
melaksanakan social distancing serta
pelaksanaan penyemprotan
disinfektan rutin tiap 1 kali dalam 1
bulannya.

Setelah PREVENSI SEKUNDER


dilakukan SLKI : Ketahanan Komunitas SIKI: Identifikasi Risiko
intervensi 1. Peningkatan ketersediaan pelayanan Observasi
selama 4 kesehatan, berupa pelaksanaan skrining 1. Identifikasi perilaku upaya kesehatan
153

minggu, maka kesehatan di setiap RW dalam satu yang dapat ditingkatkan, berupa
ketahanan kelurahan hingga mencapai 80% peningkatan kepatuhan protokol
komunitas 2. Peningkatan ketersediaan sumber daya kesehatan pencegahan penyebaran
meningkat. untuk memenuhi kebutuhan dasar , berupa COVID- 19, serta pelaksanaan progam
terselenggaranya program Kampung pencegahan peningkatan penyebaran
Tangguh dan Lumbung Pangan serta COVID- 19 dan program pemenuhan
bantuan tunai dan non tunai kepada kebutuhan dasar berupa Kampung
masyrakat yang membutuhkan hingga Tangguh
mencapai 80% di setiap RW dalam satu 2. Tahapan- tahapan dalam pelaksaan
kelurahan. Kampung Tangguh:
a. Persiapan selama 3 hari dan tahap
kemandirian menuju masyarakat
tangguh selama 14 hari, sehingga
total asistensi pelaksanaan Kampung
Tangguh selama 30 hari menuju new
normal life
b. Pelaksaaan SOP Kampung Tangguh,
berupa pembentukan portal pintu
masuk serta penerapan one gate
system, penyiapan tempat cuci
154

tangan di setiap rumah, SOP keluar


masuk kampong dan pendataan
warga pendatang, pelaksanaan rapid
test kepada 6 orang OTG dengan
hasil non reaktif, optimalisasi budaya
jimpitan yang digunakan untuk
kekuatan lumbung pangan,
pembuatan kawasan Rumah Pangan
Lestari di beberapa halaman rumah,
sosialisasi cegah COVID dan
pemulasaran jenazah oleh DINKES
daerah, berjemur dan olahraga setiap
pagi bagi masyarakat, pembentukan
pos siskamling siaga COVID- 19,
serta pembentukan grup WA sebagai
sumber komunikasi warga kampong
tangguh.

Terapeutik
1. Berikan Lingkungan yang mendukung
155

kesehatan, berupa sarana pendukung


pencegahan penularan COVID- 19,
berupa tersedianya kran serta sabun
atau handsanitizer di setiap tempat
umum, kebijakan mengenai kewajiban
untuk selalu menggunakan masker ketika
berada di tempat umum, serta terdapat
atau terpasangnya leaflet atau poste
sebagai bentuk upaya pencegahan
peningkatan kasus positif COVID-19
Edukasi
1. Anjurkan mencuci tangan dengan air
bersih, sabun, dengan 6 langkah

Setelah PREVENSI TERSIER


dilakukan SLKI : Status Koping Kesehatan SIKI : Manajemen lingkungan komunitas
intervensi 1. Peningkatan keberdayaan komunitas dalam Observasi
selama 4 upaya penanganan COVID- 19 hingga 1. Identifikasi faktor resiko kesehatan yang
minggu, maka mencapai 80% diketahui yaitu berupa perlindungan
status koping 2. Peningkatan partisipasi masyrakat dalam khusus terutama bagi ibu hamil, anak-
156

kesehatan upaya pencegahan peningkatan kasus anak, serta lansia yang memiliki PTM
meningkat COVID- 19 dengan selalu menerapkan sebagai upaya pencegahan peningkatan
protocol kesehatan COVID- 19 hingga kasus COVID- 19
mencapai 80% Terapeutik
1. Libatkan partisipasi masyarakat dalam
memelihara keamanan lingkungan
sebagai upaya pencegahan peningkatan
angka kejadian COVID- 19 dengan
mengikuti siskamling Kampung Tangguh.
Edukasi
1. Promosikan kebijakan pemerintah untuk
mengurangi resiko penyakit COVID- 19,
berupa galakkan serta laksanakan
protocol kesehatan COVID- 19, selalu
menggunakan masker serta membawa
handsanitizer , penerapan social
distancing, serta selalu membaisakan diri
mematuhi kebijakan protocol kesehatan
menuju masa transisi new normal dari
pemerintah
157

Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
dalam progam kesehatan komunitas
untuk menghadapi resiko yang diketahui
terakait bentuk pencegahan peningkatan
COVID- 19 menuju masa transisi
2. Kolaborasi dalan pengembangan progam
aksi masyrakat ( new normal )

3. Kolaborasi dengan kelompok masyarakat


dalam menjalankan peraturan pemerintah
(new normal)
3 Manajemen Setelah PREVENSI PRIMER
kesehatan tidak dilakukan SLKI : Tingkat Pengetahuan SIKI : Edukasi Kesehatan
efektif b.d intervensi 1. Perilaku sesuai anjuran meningkat Observasi
kekurangan selama 4 a. Pencegahan COVID-19 level individu 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
dukungan sosial minggu, maka - Perilaku mencuci tangan 6 langkah menerima informasi terkait pencegahan
d.d gagal tingkat dengan sabun dan air mengalir COVID-19 level individu, pencegahan
melakukan pengetahuan meningkat ≥80% COVID-19 level masyarakat, peningkatan
tindakan untuk meningkat. - Perilaku untuk menghindari menyentuh imunitas, dan pengendalian penyakit
mengurangi faktor mata, hidung, dan mulut dengan tangan penyerta
158

risiko, aktivitas yang belum dicuci meningkat ≥80% 2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat
hidup sehari-hari - Perilaku tidak melakukan jabat tangan meningkatkan dan menurunkan motivasi
tidak memenuhi meningkat ≥80% peningkatan manajemen kesehatan,
tujuan kesehatan - Menghindari kontak fisik dengan orang terutama informasi kesehatan terkait
bergejala COVID-19 meningkat ≥80% COVID-19 yang tidak benar.
- Menutup mulut saat batuk dan bersin Terapeutik
dengan lengan atas bagian dalam atau 1. Sediakan materi dan media pendidikan
tisu meningkat ≥80% kesehatan (berupa leaflet, poster, maupun
- Segera mengganti baju/mandi setelah video edukasi terkait COVID-19)
bepergian meningkat ≥80% 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
- Membersihkan benda-benda secara kesepakatan
berkala dengan disinfektan meningkat 3. Berikan kesempatan untuk bertanya
≥80% Edukasi
b. Peningkatan imunitas diri dan pengendalian 1. Jelaskan faktor risiko yang dapat
penyakit penyerta dengan: menularkan COVID-19, yaitu:
- Konsumsi gizi seimbang meningkat ≥80% - Kontak dengan pasien positif COVID-
- Aktifitas fisik meningkat ≥80% 19 atau yang terkonfirmasi
- Istirahat cukup meningkat ≥80% - Bepergian ke negara terjangkit
- Konsumsi suplemen vitamin meningkat - Kontak dengan hewan penular di
≥80% negara terjangkit (kelelawar, tikus
159

- Perilaku tidak merokok meningkat ≥80% bamboo, unta, musang).


- Pengendalian penyakit penyerta (mis. - Mengunjungi fasilitas kesehatan tanpa
hipertensi, diabetes, kanker) meningkat menerapkan protokol COVID-19
≥80% - Melakukan perjalanan di daerah
c. Pencegahan COVID-19 level masyarakat: penyebaran lokal di Indonesia
- Menjaga jarak dengan orang lain minimal 2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat,
1 meter meningkat ≥80% contohnya:
- Menghindari menggunakan transportasi - Cuci tangan 6 langkah dengan sabun
publik meningkat ≥80% dan air mengalir
- Bekerja dari rumah meningkat ≥80% - Mandi/berganti baju setelah bepergian
- Menghindari bepergian ke luar kota dan - Makan makanan bergizi
tempat wisata meningkat ≥80% - Minum air minimal 2 L per hari
- Menghindari berkumpul massal - Olahraga 30 menit setiap hari
meningkat ≥80% - Berjemur pagi hari 10-15 menit setiap
- Gunakan telepon atau layanan online hari
untuk menghubungi dokter/fasilitas - Istirahat cukup 6-8 jam per hari
lainnya 3. Ajarkan strategi yang dapat digunakan
- Melakukan ibadah di rumah meningkat untuk meningkatkan manajemen
≥80% kesehatan terkait:
- Tidak mengunjungi kelompok rentan a. Pencegahan COVID-19 level individu:
160

(lansia, balita) ketika sakit meningkat - Mencuci tangan 6 langkah dengan


≥80% sabun dan air mengalir
2. Verbalisasi minat dalam belajar terkait - Menghindari menyentuh mata,
pencegahan COVID-19 level individu, hidung, dan mulut dengan tangan
pencegahan COVID-19 level masyarakat, yang belum dicuci,
peningkatan imunitas, dan pengendalian - Tidak berjabar tangan
penyakit penyerta meningkat ≥90% - Menghindari kontak fisik dengan
3. Kemampuan menjelaskan pengetahuan orang bergejala COVID-19
tentang topik terkait pencegahan COVID-19 - Menutup mulut saat batuk dan bersin
level individu, pencegahan COVID-19 level dengan lengan atas bagian dalam
masyarakat, peningkatan imunitas, dan atau tisu
pengendalian penyakit penyerta meningkat - Segera mengganti baju/mandi setelah
≥80% bepergian
4. Perilaku sesuai dengan pengetahuan terkait - Membersihkan benda-benda secara
pencegahan penularan COVID-19, berkala dengan disinfektan
peningkatan imunitas, dan pengendalian b. Peningkatan imunitas diri dan
penyakit penyerta meningkat ≥80% pengendalian penyakit penyerta dengan:
5. Persepsi yang keliru terhadap masalah - Konsumsi gizi seimbang
COVID-19 menurun 100% - Aktifitas fisik
- Istirahat cukup
161

- Suplemen vitamin
- Tidak merokok
- Pengendalian penyakit penyerta (mis.
hipertensi, diabetes, kanker)
c. Pencegahan COVID-19 level masyarakat:
- Jaga jarak dengan orang lain minimal
1 meter
- Hindari menggunakan transportasi
publik
- Bekerja dari rumah
- Hindari bepergian ke luar kota dan
tempat wisata
- Hindari berkumpul massal
- Gunakan telepon atau layanan online
untuk menghubungi dokter/fasilitas
lainnya
- Sebaiknya ibadah di rumah
- Jika sakit sebaiknya tidak
mengunjungi kelompok rentan (lansia,
balita)
162

Setelah PREVENSI SEKUNDER


dilakukan SLKI : Manajemen Kesehatan SIKI: Identifikasi Risiko
intervensi 1. Tindakan untuk mengurangi faktor resiko Observasi
selama 4 terkait pencegahan penularan COVID-19 1. Identifikasi risiko biologis lingkungan dan
minggu, maka meningkat, seperti: perilaku, terutama berita-berita maupun
manajemen - Perilaku menghindari kontak dengan informasi yang tidak benar mengenai
kesehatan pasien positif COVID-19 atau yang COVID-19
meningkat. terkonfirmasi meningkat ≥80% 2. Identifikasi risiko secara berkala di
- Perilaku tidak bepergian ke negara masing-masing unit, terutama berita-
terjangkit meningkat ≥80% berita maupun informasi yang tidak benar
- Perilaku menghindari kontak dengan mengenai COVID-19
hewan penular di negara terjangkit 3. Identifikasi risiko baru sesuai
(kelelawar, tikus bamboo, unta, musang) perencanaan yang telah di tetapkan,
meningkat ≥80% terutama berita-berita maupun informasi
- Perilaku mengunjungi fasilitas kesehatan yang tidak benar mengenai COVID-19
dengan menerapkan protokol COVID-19 Terapeutik
meningkat ≥80% 1. Tentukan metode pengelolaan resiko
- Perilaku tidak melakukan perjalanan di yang baik dan ekonomis
daerah penyebaran lokal di Indonesia 2. Lakukan pengelolaan resiko secara
meningkat ≥80% efektif, seperti:
163

2. Penerapkan program perawatan meningkat - Menghindari kontak dengan pasien


terkait peningkatan imunitas fisik, yaitu: positif COVID-19 atau yang
- Perilaku makan makanan bergizi terkonfirmasi
meningkat ≥80% - Tidak bepergian ke negara terjangkit
- Perilaku minum air minimal 2 L per hari - Menghindari kontak dengan hewan
meningkat ≥80% penular di negara terjangkit
- Berolahraga 30 menit setiap hari (kelelawar, tikus bamboo, unta,
meningkat ≥80% musang).
- Berjemur pagi hari 10-15 menit setiap hari - Mengunjungi fasilitas kesehatan
meningkat ≥80% dengan menerapkan protokol COVID-
- Istirahat cukup 6-8 jam per hari 19
meningkat ≥80% - Tidak melakukan perjalanan di daerah
3. Aktivitas hidup sehari-hari efektif memenuhi penyebaran lokal di Indonesia
tujuan kesehatan terkait peningkatan 3. Lakukan update perencanaan secara
imunitas fisik meningkat ≥80% reguler terkait pencegahan penularan
4. Verbalisasi kesulitan dalam menjalani COVID-19, peningkatan imunitas fisik,
program perawatan terkait cara-cara untuk dan pengendalian penyakit penyerta
meningkatkan imunitas fisik menurun ≥90% 4. Buat perencanaan tindakan yang
memiliki timeline dan penanggung jawab
yang jelas terkait pencegahan penularan
164

COVID-19, peningkatan imunitas fisik,


dan pengendalian penyakit penyerta
5. Dokumentasi temuan resiko kesehatan
terkait COVID-19 secara akurat

SIKI : Kontrak Perilaku Positif


Observasi
1. Identifikasi cara dan sumber daya terbaik
untuk mencapai tujuan
2. Identifikasi hambatan dalam menerapkan
perilaku positif, terutama berita-berita
maupun informasi yang tidak benar
mengenai COVID-19
3. Monitor pelaksanaan perilaku
ketidaksesuaian dan kurang komitmen
untuk memenuhi kontrak
Terapeutik
1. Diskusikan perilaku kesehatan yang ingin
diubah terkait pencegahan penularan
COVID-19, peningkatan imunitas fisik,
165

dan pengendalian penyakit penyerta


2. Diskusikan tujuan positif jangka pendek
dan jangka panjang yang realistis dan
dapat dicapai yaitu terhindar dari COVID-
19
3. Diskusikan pengembangan perilaku
positif terkait pencegahan penularan
COVID-19, peningkatan imunitas fisik,
dan pengendalian penyakit penyerta
4. Diskusikan cara mengamati perilaku, mis.
tabel kemajuan perilaku
5. Diskusikan penghargaan yang diinginkan
ketika tujuan tercapai (misalnya:
pemberian sertifikat penghargaan)
6. Diskusikan konsekuensi atau sanksi tidak
memenuhi kontrak (misalnya berupa
denda)
7. Tetapkan batas waktu yang dibutuhkan
untuk pelaksanaan tindakan yang realistis
8. Libatkan keluarga dalam proses kontrak
166

Edukasi
1. Anjurkan menuliskan tujuan sendiri
Setelah PREVENSI TERSIER
dilakukan SLKI : Tingkat Kepatuhan SIKI : Promosi Perilaku Upaya Kesehatan
intervensi 1. Verbalisasi kemauan mematuhi program Observasi
selama 4 perawatan terkait pencegahan penularan 1. Identifikasi perilaku upaya kesehatan
minggu, maka COVID-19, peningkatan imunitas fisik, dan yang dapat ditingkatkan terkait
tingkat pengendalian penyakit penyerta meningkat pencegahan penularan COVID-19,
kepatuhan dan ≥90% peningkatan imunitas fisik, dan
pemeliharaan 2. Verbalisasi mengikuti anjuran terkait pengendalian penyakit penyerta
kesehatan pencegahan penularan COVID-19, Terapeutik
meningkat peningkatan imunitas fisik, dan pengendalian 1. Berikan lingkungan yang mendukung
penyakit penyerta meningkat ≥90% kesehatan
3. Resiko masalah kesehatan terkait COVID-19 2. Orientasi pelayanan kesehatan yang
menurun, seperti: dapat dimanfaatkan yaitu puskesmas dan
- Infeksi saluran pernafasan menurun rumah sakit
>50% Edukasi
- Komplikasi kesehatan berkaitan dengan 1. Anjurkan menggunakan air bersih
penyakit penyerta penderita menurun 2. Anjurkan mencuci tangan 6 langkah
>50% dengan air bersih dan sabun
167

- Kematian menurun >50% 3. Anjurkan menggunakan jamban sehat


4. Perilaku mengikuti program perawatan terkait 4. Anjurkan memberantas jentik di rumah
peningkatan imunitas fisik membaik, seperti: seminggu sekali untuk mencegah DBD
- Perilaku makan makanan bergizi 5. Anjurkan makan sayur dan buah setiap
meningkat ≥80% hari untuk meningkatkan imunitas fisik
- Perilaku minum air minimal 2 L per hari 6. Anjurkan melakukan aktivitas fisik setiap
meningkat ≥80% hari 30 menit per hari untuk meningkatkan
- Berolahraga 30 menit setiap hari imunitas fisik
meningkat ≥80% 7. Anjurkan tidak merokok di rumah
- Berjemur pagi hari 10-15 menit setiap hari
meningkat ≥80% SIKI : Promosi Sistem Pendukung
- Istirahat cukup 6-8 jam per hari Observasi
meningkat ≥80% 1. Identifikasi respon psikologis terhadap
5. Perilaku menjalankan anjuran terkait situasi dan ketersediaan sistem
pencegahan penularan COVID-19, pendukung
peningkatan imunitas fisik, dan pengendalian 2. Monitor situasi keluarga saat ini dan
penyakit penyerta membaik meningkat ≥80% sistem pendukung
6. Tanda dan gejala terkait COVID-19 membaik, Terapeutik
contohnya: 1. Berikan dukungan dan caring dalam
0
- Demam > 38 C membaik >50% pelayanan untuk meningkatkan perilaku
168

- Batuk, pilek, dan nyeri tenggorokan pencegahan penularan COVID-19,


membaik >50% peningkatan imunitas fisik, dan
- Sesak nafas atau kesulitan bernafas pengendalian penyakit penyerta
membaik >50% meningkat
- Nyeri otot membaik >50% 2. Motivasi membina hubungan dengan
- Nyeri kepala membaik >50% pihak yang memiliki kebutuhan yang
SLKI: Pemeliharaan kesehatan sama
1. Perilaku adaptif terkait pencegahan 3. Libatkan keluarga, orang penting, dan
penularan COVID-19, peningkatan imunitas teman dalam perawatan
fisik, dan pengendalian penyakit penyerta Edukasi
meningkat ≥80% 1. Jelaskan hambatan pada sistem
2. Pemahaman perilaku sehat meningkat, pendukung, terutama berita-berita
seperti: maupun informasi yang tidak benar
- Perilaku makan makanan bergizi mengenai COVID-19
meningkat ≥80% 2. Informasikan jaringan sosial yang tersedia
- Perilaku minum air minimal 2 L per hari terkait sumber-sumber infomasi COVID-
meningkat ≥80% 19 yang terpercaya
- Berolahraga 30 menit setiap hari 3. Informasikan sistem pendukung, mis.
meningkat ≥80% keluarga, teman, dan masyarakat
- Berjemur pagi hari 10-15 menit setiap hari 4. Anjurkan keluarga terlibat dalam
169

meningkat ≥80% perawatan terkait perilaku pencegahan


- Istirahat cukup 6-8 jam per hari penularan COVID-19, peningkatan
meningkat ≥80% imunitas fisik, dan pengendalian penyakit
3. Kemampuan menjalankan perilaku sehat penyerta meningkat
terkait peningkatan imunitas meningkat ≥80%
4. Perilaku mencari bantuan kepada layanan
kesehatan terkait tanda dan gejala COVID-19
meningkat ≥80%
5. Minat untuk meningkatkan perilaku sehat
terkait peningkatan imunitas fisik meningkat
≥90%
170

E. Plan of Action (POA)

Waktu dan PJ
No. Program Tujuan dan Intervensi Sasaran Bentuk kegiatan Media Dana
Tempat Kegiatan
1 MMRW 1  Mempresentasikan hasil Perwakilan Seminar & Zoom Meeting Powerpoint, Dwi, Diana, Swadaya
pengkajian awa yang ketua setiap Musyawarah Laptop. Hirni Mahasiswa
telah dilakukan pada RT dan Kamis, 14
warga binaan ketua RW Agustus 2020 Anggaran :
 Memaparkan 09.30 WIB Pulsa Internet
permasalahan yang sering Rp. 50.000
terjadi di
masyarakat
 Menentukan rencana
kegiatan bersama
perwakilan warga
 Mengevaluasi kegiatan
yang sudah dilaksanakan
di masyarakat
171

2 ANDROID  Warga mengetahui Warga Penyuluhan Zoom PPT, Poster Nafisah, Swadaya
(Antisipasi tentang definisi, faktor Daring Merdi, Mahasiswa
Diri Dari risiko, dampak dan Minggu,15 Annisa
Covid) pengendalian Agustus 2020 Anggaran:
 Meningkatkan Pagi Pulsa Internet
pengetahuan dan jam 09.30- Rp. 50.000
kesadara masyarakat selesai
mengenai pandemi
COVID-19

Intervensi :
Edukasi :
1. Faktor risiko yang dapat
menularkan COVID-19,
yaitu:
- Kontak dengan pasien
positif COVID-19 atau
yang terkonfirmasi
- Bepergian ke negara
terjangkit
172

- Kontak dengan hewan


penular di negara
terjangkit (kelelawar,
tikus bamboo, unta,
musang).
- Mengunjungi fasilitas
kesehatan tanpa
menerapkan protokol
COVID-19
- Melakukan perjalanan di
daerah penyebaran lokal
di Indonesia
2. Strategi yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan manajemen
kesehatan terkait:
a. Pencegahan COVID-19 level
individu:
- Mencuci tangan 6
langkah dengan sabun
173

dan air mengalir


- Menghindari menyentuh
mata, hidung, dan mulut
dengan tangan yang
belum dicuci,
- Tidak berjabar tangan
- Menghindari kontak fisik
dengan orang bergejala
COVID-19
- Menutup mulut saat
batuk dan bersin dengan
lengan atas bagian dalam
atau tisu
- Segera mengganti
baju/mandi setelah
bepergian
- Membersihkan benda-
benda secara berkala
dengan disinfektan
b. Peningkatan imunitas diri
174

dan pengendalian penyakit


penyerta dengan:
- Konsumsi gizi seimbang
- Aktifitas fisik
- Istirahat cukup
- Suplemen vitamin
- Tidak merokok
- Pengendalian penyakit
penyerta (mis. hipertensi,
diabetes, kanker)
c. Pencegahan COVID-19 level
masyarakat:
- Jaga jarak dengan orang
lain minimal 1 meter
- Hindari menggunakan
transportasi publik
- Bekerja dari rumah
- Hindari bepergian ke luar
kota dan tempat wisata
- Hindari berkumpul
175

massal
- Gunakan telepon atau
layanan online untuk
menghubungi
dokter/fasilitas lainnya
- Sebaiknya ibadah di
rumah
- Jika sakit sebaiknya tidak
mengunjungi lansia

3 Pemberdaya  Mengetahui sejak dini Komunitas Melakukan Tempat: Balai Ppt, Filda, Flo, Swadaya
an kader kaktor resiko sebelum pendukung registrasi, RW 3 thermogun, Meike mahasiswa
COVID-19 masuk ke wilayah program sosialiasi set cuci
Sabtu, 21
dan  Mengurangi angka COVID-19 program
Agustus
tangan Anggaran :
pelatihan kejadian COVID-19 yang skrining, Diskusi 1. Set cuci
2020
Skrining mungkin terjadi RW singkat (Ask, tangan : Rp.
Warga  Meningkatkan Advise, Refer), Jam 09.00- 100.000

pengetahuan dan simulasi skrining selesai 2. Leaflet : Rp.


kesadaran masyarakat 30.000
176

mengenai COVID-19 3. Konsumsi :


Rp. 300.000
Intervensi : 4. Hand
 Pembentukan kader sanitizer : Rp.
COVID-19 100.000
 Pelatihan skrining awal di 5. Persewaan
wilayah peralatan : Rp.
 Libatkan anggota 150.000
masyarakat untuk Total : Rp.
meningkatkan kesadaran 380.000
terhadap isu dan
permasalahan COVID- 19
 Libatkan masyarakat dalam
musyawarah untuk
mendefinisikan isu COVID-
19 dan mengembangkan
rencana penanganan serta
pencegahan COVID- 19
 Libatkan masyarakat dalam
proses perencanaan dan
177

implementasi serta
revisinya
 Libatkan anggota
masyarakat dalam
pengembangan jaringan
kesehatan sebagai upaya
pencegahan dan
penanagan COVID- 19
 Pertahankan komunikasi
yang terbuka dengan
anggota masyarakat dan
pihak- pihak yang terlibat.
 Bangun komitmen antar
anggota masyarakat terkait
upaya pencegahan dan
penangan COVID- 19
 Lakukan pengelolaan
resiko secara efektif,
seperti:
- Menghindari kontak
178

dengan pasien positif


COVID-19 atau yang
terkonfirmasi
- Tidak bepergian ke
negara terjangkit
- Menghindari kontak
dengan hewan penular di
negara terjangkit
(kelelawar, tikus bamboo,
unta, musang).
- Mengunjungi fasilitas
kesehatan dengan
menerapkan protokol
COVID-19
- Tidak melakukan
perjalanan di daerah
penyebaran lokal di
Indonesia
179

4 HILARI  Menanamkan kebiasaan Masyaraka Kegiatan Tempat: Mic, Aini dan Swadaya
(Hipnotis pada warga beserta t Hipnotis 5 jari. Balai RW Proyektor, Dika Mahasiswa
Lima Jari) keluarga tuk bisa men terdampak (Menggunakan Kursi,
hipnotis diri sendiri agar Covid. protokol Minggu, 16 Handsanitizer, Anggaran :
pikiran terdampak hilang kesehatan Agustus thermogun. 1. sewa
sementara. Covid) peralatan : Rp.
2020
 Meningkatkan semangat 09.30 WIB
50.000
masyarakat agar sejenak 2. Hand
menganggap wabah sanitizer : RP.
Covid bukan sebagai 50.000
alasan untuk tidak dapat 3. konsumsi :
berkarya. Rp. 300.000
Total : RP.
Intervensi: 400.000

- Edukasi warga dengan


menampilkan PPT dan
praktek langsung cara
hipnotis 5 jari untu
menenangkan pikiran di
masa karantina.
180

- Mengiringi prosesi
hipnoterapi dengan
alunan sik yang dapat
membuat tenang
- Diharapkan setelah
melakukan HILARI warga
dapat memiliki pikiran
yang positif dan bisa
mengambil hikmah atas
bencana Covid 19.

5. GEMAS  Untuk memenuhi Warga Pembagian bibit Setelah Bibit sayur Dwi dan Swadaya
(Gerakan kebutuhan gizi keluarga terdampak sayuran dan acara dan buah, Merdi Mahasiswa
Menanam dengan mengkonsumsi Covid. buah “HILARI” Polybag
Sayur) buah dan sayur yang hasil Anggaran :
tanam sendiri tanpa harus 1. .Hand
mengeluarkan biaya, sanitizer : RP.
karena terdampak Covid. 50.000
 Sebagai pengalihan pikiran 2. Bibit sayur :
agar warga tidak merasa Rp. 100.000
181

jenuh dan merasa menjadi 3. Polybag :


epert pengangguran dalam Rp. 50.000
kehidupannya. Total : Rp.
 Mewujudkan kemandirian 200.000
Ekonomi akibat terdampak
Covid melalui Pemanfaatan
lahan perkarangan dengan
bertanam sayuran dan
buah yang bermanfaat
bagi kesehatan.

Intervensi:
 Membagikan bibit buah
dan sayur kepada warga
agar warga bisa
berkegiatan menanam
sayur dan buah
 Warga diharapkan dapat
memanfaatkan hasl
panennya untuk
182

memenuhi kehidupan
sehari hari dengan cara
menjual hasil panen atau
menikmati hasilnya
sendiri
 Akibat dari Covid banyak
warga yang kehilangan
pekerjaan,oleh karena tu
kita harus dapat
memanfaatkan
lingkungan

6. BERWARNA  Mendukung kebiasaan Seluruh Kerja Bakti Tempat: Sapu lidi, Flo, Diana, Swadaya
(Bersih hidup bersih sehat pada Warga Bersama warga Seluruh cangkul, Aini Mahasiswa
Warga masyarakat terutama (Menggunakan Wilayah gunting
Cegah untuk praktek protokol Kampung rumput, Anggaran:
Corona) pencegahan Covid kesehatan Karung,dll 1. .Hand
disekitar masyarakat Covid) Minggu, 23 sanitizer: RP.
 Mengurangi Faktor resiko Agustus 2020 50.000
penyebaran Covid dengan 06.30 WIB 2. Pembelian
183

lingkungan yang bersih dan peralatan


sejuk kebersihan:
Rp. 50.000
Intervensi: 3. Konsumsi:
 Bersama warga sekitar kita Rp. 300.000
akan mencegah Covid Total: Rp.
dengan tatanan lingkungan 400.000
yang bersih agar tidak ada
virus
 Menyediakan sabun dan
tempat untuk cuci tangan di
setiap gang warga

7. MAKSIMAL  Meningkatkan Seluruh -Ceramah, dan Balai RW Video Nafisah, Swadaya


(Masyarakat kemampuan dan Warga tanya jawab. Edukasi, PPT, Dika, Filda Mahasiswa
Siap New pengetahuan peserta -Pembagian Rabu, 26 MIC, Leaflet,
Normal) untuk dapat melakukan New Normal Kit Agustus 2020 New Normal Anggaran :
protokol pencegahan covid (Masker,Hands 16.00 WIB. Kit. 1. Pulsa
di era New Normal. anitizer,sarung internet: Rp.
 Memberikan pengetahuan tangan) 50.000
184

kepada masyarakat 2. Pembelian


tentang faktor resiko serta new normal kit :
pencegahan yang dapat (Menggunakan Rp. 300.000
dilakukan di era New protokol 3. Konsumsi :
Normal. kesehatan Rp 300.000
 Pembagian New Normal Covid) Total : Rp.
Kit untuk masyarakat 650.000

Intervensi :
 Libatkan partisipasi
masyarakat dalam
memelihara kemanan
lingkungan sebagai
upacya pencegahan
peningkatan angka
kejadian COVID- 19
 Pengelolaan resiko
secara efektif, seperti:
- Menghindari kontak
dengan pasien positif
185

COVID-19 atau yang


terkonfirmasi
- Tidak bepergian ke
negara terjangkit
- Menghindari kontak
dengan hewan penular
di negara terjangkit
(kelelawar, tikus
bamboo, unta,
musang).
- Mengunjungi fasilitas
kesehatan dengan
menerapkan protokol
COVID-19
- Tidak melakukan
perjalanan di daerah
penyebaran lokal di
Indonesia
186

8. MMRW 2  Mempresentasikan hasil Perwakilan Seminar & Zoom Meeting Powerpoint, Hirni, Meike, Swadaya
intervensi yang telah RT dan Musyawarah Laptop. Annisa Mahasiswa
dilakukan pada warga RW, Minggu, 30
binaan struktur Agustus 2020 Anggaran :
 Mengevaluasi kegiatan keanggota 09.30 WIB. Pulsa internet:
yang sudah dilaksanakan an RT dan Rp. 50.000
di masyarakat RW, kader
kesehatan
Total Rp. 2.180.000
187

DAFTAR PUSTAKA

Huang C, Wang Y, Li X, Ren L, Zhao J, Hu Y, et al. Clinical features of patients


infected with 2019 novel coronavirus in Wuhan, China. Lancet.
2020;395(10223):497-506.
Kemenkes RI (2020) „Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus
Disease (COVID-19)‟, Germas, pp. 0–115.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Coronavirus Disease.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Pedoman Pemberdayaan
Masyarakat dalam Pencegahan COVID-19 di RT/RW/ Desa. Direktorat
Jenderal Kesehatan Masyarakat.
Kemenpppa. 2020. Panduan Manajemen Stres Saat Pandemik Covid-19.
(online). https://berjarak.kemenpppa.go.id/panduan-manajemen-stres-
saat-pandemik-covid-19/
Pedoman Penanganan Cepat Medis dan Kesehatan Masyarakat COVID-19 di
Indonesia. Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19. (online)
www.covid19.go.id. Jakarta. Diakses pada 8 Agustus 2020.
Penyakit Dalam Indonesia. Vol. 7, No. 1
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI). Edisi 1, Jakarta Selatan: DPP PPNI
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2018. Standar Luaran Keperawatan
Indonesia (SLKI). Edisi 1, Jakarta Selatan: DPP PPNI
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2018. Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SIKI). Edisi 1, Jakarta Selatan: DPP PPNI
Promkes.kemkes.go.id
Ren L-L, Wang Y-M, Wu Z-Q, Xiang Z-C, Guo L, Xu T, et al. Identification of a
novel coronavirus causing severe pneumonia in human: a descriptive
study. Chin Med J. 2020; published online February 11. DOI:
10.1097/CM9.0000000000000722.
Rothan HA, Byrareddy SN. The epidemiology and pathogenesis of coronavirus
disease (COVID-19) outbreak. J Autoimmun. 2020; published online March
3. DOI: 10.1016/j.jaut.2020.102433.
UU Nomor 6 tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan
188

Wang Z, Qiang W, Ke H. A Handbook of 2019-nCoV Pneumonia Control and


Prevention. Hubei Science and Technologi Press. China; 2020.
WHO-Indonesia. (2020). Penyakit Coronavirus2019 (COVID 19), Ikhtisar
Kegiatan-1.
https://www.who.int/docs/defaultsource/searo/indonesia/covid19/ikhtisar-
kegiatan-1---29052020.pdf?sfvrsn=b1681c5a_2. Diakses online 3 Agustus
2020. Jam 17.54
World Health Organization. Naming the coronavirus disease (COVID-19) and the
virus that causes it [Internet]. Geneva: World Health Organization; 2020
[cited 2020 March 29]. Available from:
https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-
2019/technical-guidance/naming-the-coronavirus-disease-(covid-2019)-
and-the-virus-that-causes-it.
World Health Organization. Coronavirus disease 2019 (COVID-19) Situation
Report – 70 [Internet]. WHO; 2020 [updated 2020 March 30; cited 2020
March 31]. Available from: https://www.who.int/ docs/default-
source/coronaviruse/situation-reports/20200330- sitrep-70-covid-
19.pdf?sfvrsn=7e0fe3f8_2
World Health Organization. WHO Director-General‟s opening remarks at the
media briefing on COVID-19 - 11 March 2020 [Internet]. 2020 [updated
2020 March 11]. Available from:
https://www.who.int/dg/speeches/detail/who-director-general-s-opening-
remarks-at-the-media-briefing-on-covid-19---11- march-2020
World Health Organization. Laboratory testing for 2019 novel virus corona (2019-
nCoV) in suspected human cases. 2020;2019(January):1–7.
Zhang J jin, Dong X, Cao Y yuan, Yuan Y dong, Yang Y bin, Yan Y qin, et al.
Clinical characteristics of 140 patients infected with SARS-CoV-2 in
Wuhan, China. Allergy Eur J Allergy Clin Immunol. 2020;
McIntosh K, Hirsch M, Bloom A. Virus corona disease 2019 (COVID-19).
UpToDate. 2020. https://www.uptodate.com/contents/virus corona-dise.
Rothan HA, Byrareddy SN. The epidemiology and pathogenesis of virus corona
disease (COVID-19) outbreak. J Autoimmun. 2020;(February):102433.
World Health Organization (WHO). 2020. Global surveillance for human infection
with novelcoronavirus (2019-ncov). https://www.who.int/publications-
189

detail/global-surveillance-forhuman-infection-with-novel-coronavirus-(2019-
ncov). Diakses pada 8 Agustus 2020.
190

Lampiran 1 Proposal MMRW 1 COVID-19


FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN KEGIATAN KOMUNITAS
1. Latar Belakang
Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan
penyakit mulai dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis
coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan
gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe
Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus Disease 2019 (COVID-
19) adalah penyakit jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya
pada manusia. Virus penyebab COVID-19 ini dinamakan Sars-CoV-2. Virus
corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia). Penelitian
menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke
manusia dan MERS dari unta ke manusia. Adapun, hewan yang menjadi
sumber penularan COVID-19 ini masih belum diketahui (Kemenkes, 2020).
Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain gejala
gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa
inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada
kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom
pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian. Tanda-tanda dan
gejala klinis yang dilaporkan pada sebagian besar kasus adalah demam,
dengan beberapa kasus mengalami kesulitan bernapas, dan hasil rontgen
menunjukkan infiltrat pneumonia luas di kedua paru (Kemenkes, 2020).
Pada 31 Desember 2019, WHO China Country Office melaporkan
kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi
Hubei, Cina. Pada tanggal 7 Januari 2020, Cina mengidentifikasi pneumonia
yang tidak diketahui etiologinya tersebut sebagai jenis baru coronavirus
(coronavirus disease, COVID-19). Pada tanggal 30 Januari 2020 WHO telah
menetapkan sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Yang Meresahkan
Dunia/ Public Health Emergency of International Concern (KKMMD/PHEIC).
Penambahan jumlah kasus COVID-19 berlangsung cukup cepat dan sudah
terjadi penyebaran antar negara (Kemenkes, 2020). Sampai dengan tanggal
14 Agustus 2020, dilaporkan total kasus konfirmasi positif sebanyak
20.439.814 dengan 744.385 kematian (CFR 3,6%) dimana kasus dilaporkan
di 215 negara/wilayah terjangkit. Diantara kasus tersebut, sudah ada
beberapa petugas kesehatan yang dilaporkan terinfeksi.
191

Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus konfirmasi


COVID-19 sebanyak 2 kasus. Sampai dengan tanggal 14 Agustus 2020,
Indonesia sudah melaporkan 135.123 orang yang terkonfirmasi COVID-19
dari 24 Provinsi. Wilayah dengan transmisi lokal di Indonesia adalah Aceh,
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu,
Lampung, Kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa
Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku,
Maluku Utara, Papua Barat, Papua (Kemenkes, 2020).
Berdasarkan bukti ilmiah, COVID-19 dapat menular dari manusia ke
manusia melalui percikan batuk/bersin (droplet), tidak melalui udara. Orang
yang paling berisiko tertular penyakit ini adalah orang yang kontak erat
dengan pasien COVID-19 termasuk yang merawat pasien COVID-19.
Rekomendasi standar untuk mencegah penyebaran infeksi adalah melalui
cuci tangan secara teratur menggunakan sabun dan air bersih, menerapkan
etika batuk dan bersin, menghindari kontak secara langsung dengan ternak
dan hewan liar serta menghindari kontak dekat dengan siapapun yang
menunjukkan gejala penyakit pernapasan seperti batuk dan bersin. Selain
itu, menerapkan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) saat berada di
fasilitas kesehatan terutama unit gawat darurat (Kemenkes, 2020).
Berdasarkan hasil survey yang diisi oleh 67 KK melalui google form
ditemukan 1,5% responden menyatakan jika keluarganya menderita
COVID-19. 64,2% responden menyatakan jika keluarganya tidak melakukan
rapid test. 3 % responden tidak menggunakan masker. 17,9% responden
tidak pernah berolahraga. 10,4% responden berjemur selama 1 menit, dan
6% responden berjemur selama 3 menit. Mayoritas responden ketika sedang
bepergian mengganti maskernya sebanyak 1 kali (61.2%), dan tidak pernah
mengganti masker sebanyak (16,4%). (11,9%) responden mengatakan
jarang terdapat petugas, dan 1 (1,5%) responden mengatakan tidak terdapat
petugas yang mengawasi program PSBB. Sebanyak (31.3%) anggota
keluarga bepergian keluar kota dalam waktu 14 hari terakhir. (67.2%)
Kondisi jalan pada saat pandemic covid-19 masih ramai. Mayoritas
responden belum pernah mengikuti penyuluhan terkait covid-19 yaitu
192

sebanyak 56,7%, dan sebanyak 21 (31,3%) responden mengatakan tidak


mengunjung fasilitas kesehatan dalam 3 bulan terakhir, serta (11,9%)
masyarakat tidak memiliki jaminan kesehatan. Mayoritas responden (55,2%)
merasakan stress karena sering dirumah aja, sebanyak (20,9%) masyarakat
mengatakan stress karena ekonomi (Survey mahasiswa PSIK 2016).
Melihat data di atas, penting untuk melaksanakan pembinaan
kesehatan untuk menurunkan tingkat kejadian COVID-19 dengan cara yakni
fokus pada pemberdayaan masyarakat dalam mengontrol kesehatan dan
pola hidup sehat. Tujuannya adalah mengontrol faktor-faktor risiko dari
COVID-19. Tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan asuhan
keperawatan komunitas dan keluarga. Keperawatan komunitas dan keluarga
merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan yang mengutamakan
pelayanan promotif dan preventif tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan
rehabilitative kepada individu, keluarga, kelompok serta masyarakat.
Tindakan penatalaksanaan tersebut merupakan suatu cara untuk
mengurangi angka mortalitas dan morbiditas penyakit hipertensi, baik secara
farmakologi maupun nonfarmakologi, sehingga diharapkan adanya
perubahan perilaku masyarakat menjadi lebih baik.

2. Tujuan
2.1. Tujuan Umum
Menerapkan asuhan keperawatan komunitas yang telah mengikuti
survey dengan masalah kesehatan melalui penerapan pola hidup
sehat dalam pencegahan COVID-19 dengan pendekatan edukatif
pada individu, keluarga, kelompok khusus ataupun pada komunitas
tertentu dalam rangka mewujudkan tercapainya masyarakat yang
sehat.
2.2. Tujuan Khusus
1. Mampu berkomunikasi secara efektif dengan tokoh masyarakat dan
semua anggota masyarakat.
2. Mampu mengumpulkan dan menganalisa data kesehatan yang
ditemukan di masyarakat.
3. Menetapkan diagnosis keperawatan komunitas pada masyarakat.
4. Mampu meningkatkan pengetahuan masyarakat.
193

5. Mampu memberikan promosi kesehatan kepada masyakat untuk


menurunkan tingkat kejadian dan resiko COVID-19.
6. Mampu bekerja sama dengan masyarakat dalam melaksanakan
kegiatan sesuai dengan program yang disepakati.
7. Mampu mengevaluasi hasil dari implementasi keperawatan
komunitas yang telah dilakukan dan memberikan rencana tindak
lanjut dari masalah yang diatas

3. Rencana Tindakan Keperawatan


3.1. Bentuk Kegiatan: MMRW 1
3.2. Sasaran: Perwakilan masyarakat dari 67 KK
3.3. Metode: Seminar dan Musyawarah Secara Online (Daring)
3.4. Media dan Alat: PPT, Laptop
3.5. Waktu: Kamis, 14 Agustus 2020 pukul 09.30 WIB
3.6. Tempat: Di rumah masing-masing (Zoom Meeting)
3.7. Susunan Kegiatan
Hari : Kamis, 14 Agustus 2020
Tempat : Di rumah masing-masing (Zoom Meeting)
No Kegiatan Durasi Waktu PJ
1 Registrasi peserta 10‟ 09.30-09.40 Annisa
2 Pembukaan 5‟ 09.40-09.45 Nafisah
3 Sambutan ketua RW 5‟ 09.45-09.50 Dwi
4 Sambutan ketua RT 5‟ 09.50-09.55 Filda
5 Sambutan ketua 5‟ 10.00-10.05 Aini
pelaksana
6 Pemaparan materi 45‟ 10.05-10.50 Hirni
7 Diskusi bersama warga 60‟ 10.50-11.50 Florenza
8 Pemaparan hasil diskusi 20‟ 11.50-12.10 Meike
9 Penutupan 5‟ 12.10-12.15 Nafisah

4. Susunan Kepanitiaan
Ketua : Dwi Harsanto Kurniawan
Wakil Ketua : Nurmalia Filda Syafiky
Sekretaris : Annisa Fatia Putri
Bendahara : Merdiana Indah Permata
194

Seksi Humas : Anjas Florenza Margianto


Seksi Acara : Nafisah, Hirni Adiriani, Aini Nur Farihah
Seksi Pddm : Meike Sylviana
Seksi Perlengkapan : Dika Febrianti, Diana Nanda Saputri
5. Rancangan Anggaran
Pulsa Internet 11 orang @ 20.000,- Rp 220.000,-
Total: Rp 220.000,-

6. Kriteria Evaluasi
6.1. Kriteria Struktur
1. Waktu pelaksanaan beserta link Zoom Meeting telah ditentukan
dan disebarkan 2 hari sebelum kegiatan
2. Media dan materi tersedia dan memadai
6.2. Kriteria Proses
1. Kegiatan dilakukan tepat waktu
2. Peserta mengikuti kegiatan MMRW 1 dengan kondusif
3. Panitia melakukan tugas sesuai dengan jobdesk
4. Diskusi berjalan dengan aktif
5. Tidak terdapat kendala teknis yang berarti saat kegiatan
berlangsung (koneksi lancar)
6.3 Kriteria Hasil
1. Warga ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang akan dilakukan
2. Warga mengetahui masalah yang ada di lingkungannya, yaitu:
- Koping komunitas tidak efektif
- Defisit kesehatan komunitas
- Manajemen kesehatan tidak efektif
3. Warga menerapkan perilaku pencegahan penularan Covid-19
dan mengatasi dampak dari pandemi Covid-19
4. Peserta dan mahasiswa mensepakati rencana dan jadwal
kegiatan, antara lain:
- ANDROID (Antisipasi Diri Dari Covid)
- Pemberdayaan kader COVID-19 dan pelatihan Skrining
Warga
- HILARI (Hipnotis Lima Jari)
- GEMAS (Gerakan Menanam Sayur)
195

- BERWARNA (Bersih Warga Cegah Corona)


- MAKSIMAL (Masyarakat Siap New Normal)

7. Daftar Pustaka
Kemenkes RI (2020) „Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Coronavirus Disease (COVID-19)‟, Germas, pp. 0–115.

8. Lampiran
8.1. Materi
8.2. Instrumen Evaluasi
8.3. Media (PPT)
196

INSTRUMEN EVALUASI

List pertanyaan :
Sebelum materi
1. Apakah kira kira masalah yang muncul di komunitas?
2. Program apa saja yang sudah dilakukan dalam mengatasi masalah akibat
pandemi Covid-19 di komunitas?
3. Seperti apa program yang sudah di laksanakan untuk mengatasi masalah
akibat pandemi Covid-19 di komunitas?

Setelah materi
1. Apakah kira kira masalah yang muncul di komunitas?
2. Program apa saja yang sudah dilakukan dalam mengatasi masalah akibat
pandemi Covid-19 di komunitas?
3. Seperti apa program yang sudah di laksanakan untuk mengatasi masalah
akibat pandemi Covid-19 di komunitas?
4. Bagaimana hasil evaluasi program yang sudah dilakukan ?
5. Bagaimana tindak lanjut yang akan dilakukan untuk program selanjutnya?
197

Lampiran 2 Hasil Analisa Video Musyawarah Mufakat Rukun Warga

KOMENTAR
NO TAHAPAN KEKURANGAN DAN
KELEBIHAN
SOLUSI
1 Pembukaan - MC masih terbata-bata - Sudah memperkenalkan siapa
- Sambutan Kepala Desa atau terlihat monoton saja yang hadir saat MMRW
- Sambutan Dosen atau kurangnya - Sudah membacakan susunan
Pembimbing kooperatif kepada warga acara diawal pembukaan
pada saat membuka - Penggunaan kalimat yang
Musyawarah Mufakat diucapkan sudah cukup bagus
Rukun Warga (MMRW)
- MC tidak memberikan
kontrak waktu pada saat
di awal pembukaan

2 Pemaparan Hasil a. Pemateri pertama : a. Pemateri pertama:


Pengkajian: - Suara terlalu pelan - Pemateri pertama mampu
a. Pemateri pertama (Pemateri seharusnya menyampaikan pemaparan
memaparkan menggunakan hasil pengkajian dengan
mengenai: microphone) detail dan runtut kepada
Batas wilayah - Pemateri lebih sering peserta MMRW
- Jumlah penduduk desa melihat hp daripada b. Pemateri kedua:
berdasarkan jenis melihat audiens - Pemateri kedua juga dapat
kelamin dan (Pemateri harus paham menjelaskan pemaparan hasil
persebaran usia terhadap materi yang pengkajian secara detail dan
- Jumlah penduduk disampaikan sehingga runtut kepada peserta
berdasarkan Agama pemateri dapat MMRW dengan suara lantang
Islam dan Non-Islam menyampaikan materi c. Pemateri ketiga:
- Persentase ibu yang kepada audiens dengan - Pemateri ketiga dapat
teratur dan tidak teratur baik) memaparkan hasil pengkajian
dalam melakukan b. Pemateri ketiga: dengan suara lantang tanpa
pemeriksaan kehamilan - Pemateri menyampaikan menggunakan microphone
- Persentase penduduk materi dengan terbata- d. Pemaparan hasil pengkajian
yang melakukan bata, kurang siap sudah disajikan secara
198

kelengkapan imunisasi menyampaikan materi lengkap dalam bentuk


bayi dan balita secara presentasi, dan lebih diagram sehingga
teratur dan tidak teratur sering melihat hp mempermudah peserta
- Persentase penduduk daripada melihat audiens MMRW untuk memahami
yang melakukan (Pemateri harus paham presentasi yang disampaikan
pemeriksaan balita di terhadap materi yang
posyandu secara rutin disampaikan sehingga
dan tidak rutin pemateri dapat
- Persentase status gizi menyampaikan materi
balita berdasarkan kepada audiens dengan
garis hijau, kuning, dan baik)
merah
- Jumlah penduduk yang
mengikuti Keluarga
Berencana dan yang
tidak mengikuti
Keluarga Berencana
b. Pemateri kedua
memaparkan
mengenai:
- Jumlah lansia sehat
- Persentase keluhan
kesehatan dan penyakit
lansia (ISPA, diare,
hipertensi, diabetes,
asam urat)
- Persentase penduduk
yang menggunakan
kontrasepsi (IUD, pil,
MOW, suntik, kondom,
implan, MOP)
- Persentase macam-
macam kegiatan yang
diikuti remaja
(berkumpul-kumpul
199

saja, mengikuti kursus,


berolahraga, mengikuti
kegiatan remaja masjid,
dan lain-lain)
- Persentase penduduk
yang memiliki jamban,
kondisi jamban yang
bersih, dan kondisi
jamban yang kotor
- Persentase penduduk
yang memiliki
pencahayaan rumah
yang baik
- Persentase penduduk
yang memiliki luas
kamar tidur yang
memenuhi syarat
- Persentase penduduk
yang memiliki ventilasi
rumah
- Persentase penduduk
yang memiliki lantai
rumah papan, tanah,
dan semen
c. Pemateri ketiga
memaparkan
mengenai:
- Persentase penduduk
yang memiliki air bersih
bersumber dari sumur
dan PDAM
- Persentase penduduk
yang memanfaatkan air
mineral dengan cara
dimasak, kadang-
200

kadang dimasak, tidak


dimasak, dan air
mineral isi ulang
- Persentase penduduk
yang membuang
sampah dengan cara
ditimbun, dibakar,
diambil petugas
sampah, dan dibuang
ke sungai
- Persentase penduduk
yang membuang
limbah ke got, sungai,
kolam, dan lain-lain
- Persentase penduduk
yang memiliki
pembuangan limbah
yang lancar dan tidak
lancar
- Persentase penduduk
yang memiliki kandang
ternak, lokasi kandang
ternak di dalam rumah,
dan lokasi kandang
ternak di luar rumah
- Persentase penduduk
yang memiliki jamban
- Persentase jenis
jamban yang
digunakan (jamban
sendiri, septic tank,
jamban tetangga, dan
sungai)
- Persentase penduduk
yang memiliki halaman
201

rumah
- Persentase
pemanfaatan
pekarangan rumah
untuk menanam sayur,
menanam buah,
pemanfaatan toga,
menanam tanaman
lain, tidak
dimanfaatkan, dan
digunakan untuk
kebutuhan lain
- Persentase pendidikan
terakhir penduduk
(Tidak punya
pendidikan, SD, SMP,
SMA, dan perguruan
tinggi)
- Persentase jenis
tembok penduduk
(bertembok, bertembok
sebagian, penggunaan
papan)
- Persentase status
kepemilikan rumah
penduduk
3. Diskusi - Kurangnya koordinasi - Pemateri sudah memfasilitasi
untuk penyampaian diskusi tiap masalah yang
diskusi MMRW, ditemukan pada pengkajian
sehingga pemateri ketiga - Pemateri memvalidasi data
kurang siap kepada kader dan
menyampaikan materi memaparkan program yang
(Perlunya berkoordinasi akan dilaksanakan
dengan MC dan PDDM
sehingga tidak terjadi
202

miskomunikasi dalam
pembagian penyampaian
materi)
- Masih menggunakan
istilah medis seperti
ISPA ( bisa
menggunakan bahasa
yang mudah dipahami
oleh masyarakat )

4. Evaluasi dari petugas - Petugas puskesmas sudah


puskesmas menjelaskan kebenaran data
yang diperoleh dengan jelas
- Petugas puskesmas
menyampaikan
ketersediaanya dalam
program dengan
memfasilitasi program yang
akan dilakukan
5. Penutup MC belum menyampaikan
kesimpulan terkait dengan
hasil diskusi program/ hasil
kegiatan hari ini (MC
menyampaikan Kesimpulan
hasil diskusi MMRW dan
hasil kegiatan sebelum
menutup kegiatan)
203

Lampiran 3. Proposal Pemberdayaan Masyarakat (COVID-19) Hipnotis Lima


Jari (HILARI)
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan
penyakit mulai dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis
coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan
gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe
Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus Disease 2019 (COVID-
19) adalah penyakit jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya
pada manusia. Virus penyebab COVID-19 ini dinamakan Sars-CoV-2. Virus
corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia). Penelitian
menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke
manusia dan MERS dari unta ke manusia. Adapun, hewan yang menjadi
sumber penularan COVID-19 ini masih belum diketahui (Kemenkes, 2020).
Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain gejala
gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa
inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada
kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom
pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian. Tanda-tanda dan
gejala klinis yang dilaporkan pada sebagian besar kasus adalah demam,
dengan beberapa kasus mengalami kesulitan bernapas, dan hasil rontgen
menunjukkan infiltrat pneumonia luas di kedua paru (Kemenkes, 2020).
Pada 31 Desember 2019, WHO China Country Office melaporkan
kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi
Hubei, Cina. Pada tanggal 7 Januari 2020, Cina mengidentifikasi pneumonia
yang tidak diketahui etiologinya tersebut sebagai jenis baru coronavirus
(coronavirus disease, COVID-19). Pada tanggal 30 Januari 2020 WHO telah
menetapkan sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Yang Meresahkan
Dunia/ Public Health Emergency of International Concern (KKMMD/PHEIC).
Penambahan jumlah kasus COVID-19 berlangsung cukup cepat dan sudah
terjadi penyebaran antar negara (Kemenkes, 2020). Sampai dengan tanggal
14 Agustus 2020, dilaporkan total kasus konfirmasi positif sebanyak
204

20.439.814 dengan 744.385 kematian (CFR 3,6%) dimana kasus dilaporkan


di 215 negara/wilayah terjangkit. Diantara kasus tersebut, sudah ada
beberapa petugas kesehatan yang dilaporkan terinfeksi.
Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus konfirmasi
COVID-19 sebanyak 2 kasus. Sampai dengan tanggal 14 Agustus 2020,
Indonesia sudah melaporkan 135.123 orang yang terkonfirmasi COVID-19
dari 24 Provinsi. Wilayah dengan transmisi lokal di Indonesia adalah Aceh,
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu,
Lampung, Kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa
Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku,
Maluku Utara, Papua Barat, Papua (Kemenkes, 2020).
Berdasarkan bukti ilmiah, COVID-19 dapat menular dari manusia ke
manusia melalui percikan batuk/bersin (droplet), tidak melalui udara. Orang
yang paling berisiko tertular penyakit ini adalah orang yang kontak erat
dengan pasien COVID-19 termasuk yang merawat pasien COVID-19.
Rekomendasi standar untuk mencegah penyebaran infeksi adalah melalui
cuci tangan secara teratur menggunakan sabun dan air bersih, menerapkan
etika batuk dan bersin, menghindari kontak secara langsung dengan ternak
dan hewan liar serta menghindari kontak dekat dengan siapapun yang
menunjukkan gejala penyakit pernapasan seperti batuk dan bersin. Selain
itu, menerapkan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) saat berada di
fasilitas kesehatan terutama unit gawat darurat (Kemenkes, 2020).
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan, banyak dampak dari
Covid-19 yang dirasakan oleh keluarga responden dalam berbagai sector
termasuk sector pekerjaan, pendidikan dsb sehingga mengharuskan
masyarakat untuk bekerja dan bersekolah dirumah saja bahkan ada yang di
PHK. Berikut diperoleh data bahwa terdapat 36 responden (53,7%) merasa
pekerjaannya terganggu selama pandemi Covid-19. 49,3% merasa
penghasilannya keluarganya terganggu akibat pandemic Covid-19. Dampak
Covid 19 mayoritas dalam sector keuangan sebanyak 86,1%.
Berdasarkan hasil survey keluhan yang dirasakan masyarakat selama
pandemic Covid 19 diperoleh data terdapat 55,2% responden merasakan
205

stres karena sering di rumah saja, 32,9% responden tidak mengunjungi


tempat rekreasi pada saat pandemi, 50% responden belum pernah
menerima bantuan dari pemerintah, dan 42,9% responden pernah menerima
bantuan berupa sembako dan uang.
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan, didapatkan diagnosa
koping komunitas tidak efektif berhubungan dengan papran bencana alam
(wabah) yang ditandai dengan mengungkapkan ketidakberdayaan komunitas
(pengangguran) dan mengungkapkan kerentanan komunitas (stress
meningkat dan tingkat penyakit di masyarakat meningkat). Oleh karena itu,
kelompok kami membuat program yang dinamakan “HILARI” yaitu Hipnotis
Lima Jari. HILARI diberikan selama 3 kali pertemuan, hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh (Wahyudi, 2019) bahwa terdapat pengaruh
hipnotis lima jari terhadap vital sign dan nyeri pada klien fraktur ekstremitas
setelah diberikan intervensi selama 3 hari berturut-turut.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Menerapkan asuhan keperawatan komunitas yang telah mengikuti
survey dengan masalah kesehatan melalui pemberdayaan masyarakat
dalam pencegahan COVID-19 dengan pendekatan praktik HILARI pada
individu, keluarga, kelompok khusus ataupun pada komunitas tertentu
dalam rangka mewujudkan tercapainya masyarakat yang sehat.
1.2.2 Tujuan Khusus
8. Mampu berkomunikasi secara efektif dengan tokoh masyarakat dan
semua anggota masyarakat.
9. Mampu meningkatkan pengetahuan masyarakat serta menerapkan
HILARI dalam sehari-hari
10. Mampu mengevaluasi hasil dari implementasi keperawatan
komunitas yang telah dilakukan
206

BAB II
DEKSRIPSI KEGIATAN
2.1 Nama Kegiatan
HILARI (Hipnotis Lima Jari)

2.2 Sasaran Kegiatan dan Kegiatan Umum


2.2.1 Sasaran Program
Perwakilan masyarakat dari 67 KK
2.2.2 Kegiatan Umum
Kegiatan ini merupakan kegiatan berbasis meningkatkan status
kesehatan pada masyarakat dengan melaksanaan terapi hipnotis lima jari
di rumah warga masing-masing akibat pandemic COVID-19.

2.3 Tahap Perencanaan Alternatif Program HILARI


HILARI (Hipnotis Lima Jari) merupakan program yang dibentuk untuk
memberikan terapi guna menurunkan tingkat stress dan kecemasan
selama pandemic COVID-19. Kegiatannya berisi konseling/edukasi
kesehatan terkait hipnotis lima jari serta praktek terapi.
207

Plan Of Action (PoA)


Waktu dan
No Kegiatan Tujuan Sasaran Bentuk Kegiatan Media PJ Kegiatan Dana
Tempat
1 HILARI  Menanamkan Masyarakat Kegiatan Hipnotis 5 Tempat Laptop/Hp, Aini dan Swaday
(Hipnotis kebiasaan pada terdampak jari. : Rumah Zoom, Video Dika a
Lima Jari) warga beserta Covid. (Menggunakan masing- Tutorial Mahasis
keluarga tuk protokol kesehatan masing wa
bisa men Covid)
hipnotis diri Minggu, Anggara
sendiri agar 23 n :
pikiran Agustus Paket
terdampak 2020 pukul data
hilang 09.30 WIB @67 x
sementara. // Kamis, 10.000=
 Meningkatkan 27 Rp
semangat Agustus 670.000
masyarakat 2020 //
agar sejenak Minggu 30
menganggap
wabah Covid
bukan sebagai
alasan untuk
tidak dapat
208

berkarya.

Intervensi:
- Edukasi warga
dengan
menampilkan
PPT dan
praktek
langsung cara
hipnotis 5 jari
untu
menenangkan
pikiran di masa
karantina.
- Mengiringi
prosesi
hipnoterapi
dengan alunan
sik yang dapat
membuat
tenang
- Diharapkan
setelah
209

melakukan
HILARI warga
dapat memiliki
pikiran yang
positif dan bisa
mengambil
hikmah atas
bencana Covid
19.
210

2.4 Tahap Pemformalisasi Rencana Aksi


Hari : Minggu, 23 Agustus 2020//Kamis, 27 Agustus 2020//Minggu 30
Agustus 2020
Tempat : Rumah masing-masing
No Kegiatan Durasi Waktu PJ
1 Pertemuan 1 (Zoom Meeting 23/08/20) 60‟ 09.00-10.00 Hirni
-Pembukaan
-Perkenalan
-Sambutan RT,RW,KADER
-Doa
-Pemaparan Hilari
-Video tutorial Hilari
-Praktek bersama Hilari
-Tanya jawab Hilari
-Penutupan
2 Pertemuan 2 (Zoom Meeting 27/08/20) 30‟ 16.00-16.30 Aini
-Pembukaan
-Review materi Hilari
-Diskusi terkait kendala praktek hilari
dirumah
-Penutupan
3 Pertemuan 3 (Zoom Meeting 30/08/20) 60‟ 10.00-11.00 Dika
-Pembukaan
-Sambutan RT,RW,KADER
-Doa
-Review Hilari
-Praktek Hilari Bersama
-Tanya jawab Hilari
-Penutupan

2.4.1 Susunan Kepanitiaan


Ketua : Nafisah
Wakil Ketua : Dika Febrianti
Sekretaris : Anjas Florenza
Bendahara : Aini Nur Farihah
211

Seksi Humas : Diana Nanda


Seksi Acara : Dwi Harsanto, Merdiana Indah
Seksi Pddm : Nurmalia Filda, Meike Sylviana
Seksi Perlengkapan : Hirni Adiriani, Anisa Fatia
2.4.2 Anggaran Dana
Kebutuhan Jumlah Harga Total Biaya
Paket Data 67 10.000 670.000
Jumlah 670.000

2.5 Tahap Implementasi Program


2.5.1 Sebelum acara
1. Berkoordinasi dengan pihak desa terkait dengan rencana kegiatan
yang telah disepakati saat MMRW 1
2. Memastikan ketersediaan media yang akan digunakan baik peserta
maupun panitia
3. Membuat undangan kepada perangkat desa dan peserta peserta
pelatihan (Kader)
4. Menyebarkan undangan kepada perangkat desa dan peserta pelatihan
(Kader) melalui pesan whatsapp
2.5.2 Saat acara
1. Peserta mengikuti acara pelatihan dengan tertib
a. Persiapan alat berupa video atau semacamnya yang bisa
digunakan untuk memutar musik relaksasi
b. Modifikasi lingkungan senyaman mungkin bagi peserta termasuk
pengontrolan suasana ruangan agar jauh terhindar dari kebisingan
saat melakukan teknik relaksasi lima jari
c. Anjurkan posisi peserta senyaman mungkin (duduk bersila dengan
posisi punggung tegak dan rileks)
d. Instruksikan kepada peserta untuk memejamkan mata
(merilekskan pikiran dan pandangan agar tetap fokus)
e. Tarik nafas Hembuskan nafas perlahan- lahan. Lakukan sebanyak
3 kali
f. Tautkan ibu jari kepada jari telunjuk, intruksikan kepada peserta
untuk membayangkan tubuh anda begitu sehat (mensugesti
212

peserta berada pada tubuh yang sehat dan bugar tanpa ada sakit
yang dirasakan sedikitpun)
g. Tautkan ibu jari kepada jari tengah, intruksikan kepada peserta
untuk membayangkan orang yang disayang (mensugensti pasien
untuk membayangkan orangtua, anak, suami, istri atau siapapun
yang paling mereka sayang berada di sisi mereka)
h. Tautkan ibu jari kepada jari manis, intruksikan kepada peserta
untuk membayangkan ketika anda mendapat penghargaan
(mensugensti pasien untuk membayangkan mendapat hadiah
atau suatu penghargaan yang pernah dilalui selama ini)
i. Tautkan ibu jari kepada jari kelingking, intruksikan kepada peserts
untuk membayangkan ketika anda berada pada tempat yang
indah (mensugensti pasien untuk membayangkan tempat yang
indah yang bisa membuat mereka nyaman seperti pantai
pegunungan atau tempat rekreasi yang mereka sukai)
j. Instruksikan kepada klien untuk tarik nafas, hembuskan perlahan,
dan lakukan selama 3 kali
k. Instruksikan klien untuk membuka mata secara berlahan-lahan.
(dengan perasaan dan pikiran yang positif dan bahagia)
2. Peran kader :
a. Memotivasi dan memberikan pikiran positif mengenai berita dan
isu tentang covid diwilayah daerah mereka masing-masing
b. Menerapkan segala kegiatan dan materi yang sudah diberikan
dalam kehidupan bermasyarakat di wilayah desa dimasa
pandemic
c. Membantu tetangga atau keluarga yang mungkin mengalami
stress saat keadaan pandemi dengan menerapkan HILARI saat
waktu luang
2.5.3 Saat selesai acara
1. Mempersilahkan peserta meninggalkan zoom meeting
2. Mengucapkan terimaksih kepada tamu undangan dan peserta
3. Mengingatkan peserta dan tamu undangan untuk menularkan ilmu
yang sudah didapat dan menerapkannya di wilayah masing-masing
4. Melakukan evaluasi kegiatan
213

Mekanisme HILARI saat Daring

Sugesti
Tarik nafas... kemudian hembuskan...

Sekarang, coba rasakan dengar dan bayangkan Anda fokus pada


tangan Anda. Bisa tangan kanan saja, tangan kiri saja, ataupun
keduanya.
Anda bebas menentukannya sendiri sesuka Anda.

Sekarang rasakan dengar dan bayangkan Anda menyentuhkan


ibu jari dan telunjuk Anda...
Rasakan dengar dan bayangkan tubuh Anda adalah tubuh yang sehat,
segar, dan kuat.
Apapun penyakit yang pernah Anda derita sebelumnya, kecelakaan
apapun yang pernah Anda alami di masa lalu.
Mulai sekarang dan seterusnya sel-sel tubuh Anda telah berubah
menjadi sehat, segar dan kuat.
Anda menjadi sangat bahagia ketika saat ini Anda telah meyakini
bahwa Anda memiliki tubuh yang sehat, segar, dan kuat.
Seiring semua pikiran negatif dan rasa
sakit serta rasa khawatir hilang dari tubuh
Anda. Bagus...

Kemudian sekarang rasakan dengar dan bayangkan, Anda


menyentuhkan ibu jari dan jari tengah Anda...
Rasakan dengar dan bayangkan Anda berjumpa dengan orang yang
Anda sayangi. Orang-orang yang selalu memberikan perhatian pada
Anda.
Orang-orang yang sangat berarti dalam hidup Anda.
Orang-orang yang menjadi alasan Anda untuk berjuang menjadi lebih
sehat dari sebelumnya.
Dimanapun orang itu berada, sekarang orang-orang itu hadir
menemani dalam hati dan pikiran Anda.
Nikmati kebahagiaan Anda bersama orang-orang
214

tersayang. Seiring semua rasa nyeri hilang dari


tubuh Anda.

Selanjutnya rasakan dengar dan bayangkan Anda menyentuhkan ibu jari


dengan jari manis Anda...
Rasakan dengar dan bayangkan saat-saat diamana Anda mendapatkan
pujian, atau pengakuan.
Saat dimana Anda merasakan kebanggaan dan kehormatan yang
sangat tinggi. Rasakan dengar dan bayangkan diri Anda menjadi lebih
besar dari segala permasalahan yang sedang Anda hadapi.
Anda adalah orang yang terhormat.
Anda adalah orang uang penuh
kebanggaan. Seiring semua rasa nyeri
hilang dari tubuh Anda.

Berikutnya rasakan dengar dan bayangkan Anda menyentuhkan ibu jari


dan jari kelingking Anda...
Rasakan dengar dan bayangkan Anda sedang berada di tempat yang
Anda sukai. Bisa tempat yang sudah pernah Anda kunjungi sebelumnya,
ataupun tempat yang hanya ada dalam imaginasi Anda.
Coba perhatikan keindahan tempat ini.
215

Rasakan angin yang berhembus mengenaik kulit Anda.


Dengarkan suara-suara yang membuat hati dan pikiran Anda tenang dan
bahagia. Seiring semua pikiran negatif hilang dari tubuh Anda.

Mulai sekarang dan seterusnya, Anda semakin yakin bahwa Anda


adalah orang yang sehat, segar, dan kuat.
Mulai sekarang dan seterusnya Anda selalu merasa ditemani oleh
orang-orang yang Anda sayangi, dalam hati dan pikiran Anda.
Mulai sekarang dan seterusnya Anda selalu berasa bangga dan bahagia
dimanapun Anda berada.
Mulai sekarang dan seterusnya, hati dan pikiran Anda selalu tenang dan
bahagia seperti ketika berada di tempat yang Anda sukai.
Mulai sekarang dan seterusnya pikiran negatif akan berubah dengan
pikiran positif, dan tubuh anda semakin sehat dan semangat
Bagus...

Layout HILARI jika Luring di Balai Desa

MEJA Meja P Cuci


registrasi I
tangan
PANITIA N
T
Jarak 2 meter antar tempat duduk U

Pengukuran suhu
L
Jarak 2 meter antar tempat duduk
A
Y
A
Jarak 2 meter antar tempat duduk
R

MEJA
Jarak 2 meter antar tempat duduk
TAMU
UNDANG
AN
216

SOP HIPNOTIS LIMA JARI


Pengertian Relaksasi adalah suatu kegiatan yang dirujukan untuk menghilangkan
ketegangan otot-otot tubuh maupun pikiran sehingga memberikan rasa
nyaman. Sedangkan relaksasi lima jari adalah salah satu teknik relaksasi
dengan metode pembayangan atau imajinasi yang menggunakan 5 jari
sebagai alat bantu
Tujuan a. Mengurangi ansietas
b. Memberikan relaksasi
c. Melancarkan sirkulasi darah
d. Merelaksasikan otot-otot tubuh
Indikasi Terapi ini diindikasikan bagi klien dengan cemas, nyeri ataupun
ketengangan yang membutuhkan kondisi rileks
Kontra Indikasi a. Klien dengan depresi berat
b. Klien dengan gangguan jiwa
Persiapan Pasien a. Kontrak waktu, topik dan tempat dengan pasien
b. Klien deiberikan penjelasan tentang hal-hal yangakan dilakukan
c. Jaga privasi klien
d. Atur posisi klien senyaman mungkin
Persiapan Alat a. Persiapan alat berupa tape recorder atau semacamnya yang bisa
digunakan untuk memutar musik relaksasi
b. Modifikasi lingkungan senyaman mungkin bagi pasien termasuk
pengontrolan suasana ruangan agar jauh terhindar dari kebisingan
saat melakukan teknik relaksasi lima jari
Cara Kerja a. Atur posisi klien senyaman mungkin

b. Instruksikan kepada klien untuk memejamkan mata


c. Tarik nafas Hembuskan nafas perlahan- lahan Lakukan sebanyak 3
kali
217

d. Tautkan ibu jari kepada jari telunjuk, intruksikan kepada klien untuk
membayangkan tubuh anda begitu sehat

e. Tautkan ibu jari kepada jari tengah, intruksikan kepada klien untuk
membayangkan orang yang disayang

f. Tautkan ibu jari kepada jari manis, intruksikan kepada klien untuk
membayangkan ketika anda mendapat penghargaan

g. Tautkan ibu jari kepada jari kelingking, intruksikan kepada klien untuk
membayangkan ketika anda pergi ketempat yang indah
218

h. Instruksikan kepada klien untuk tarik nafas, hembuskan perlahan,


dan lakukan selama 3 kali

i. Instruksikan klien untuk membuka mata secara berlahan-lahan.


219

BAB III
PENUTUP

3.1 Evaluasi
3.1.1 Hari 1 Penyuluhan program kesehatan HILARI
1. Evaluasi struktur
a. Link zoom dan waktu telah ditentukan 1 minggu sebelum kegiatan
penyuluhan HILARI
b. Media dan materi tersedia
2. Evaluasi proses
a. 80% peserta menghadiri kegiatan penyuluhan kesehatan HILARI
b. Peserta mengikuti kegiatan penyuluhan HILARI dari awal sampai
akhir
c. Peserta aktif dan antusias dalam mengikuti kegiatan penyuluhan
HILARI
d. Peserta memperhatikan dan mendengarkan, serta mengikuti materi
HILARI dengan seksama
e. Peserta dapat mengikuti dan mempraktekkan cara tahapan HILARI
f. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu dan tempat yang telah
direncanakan
3. Evaluasi hasil
a. Peserta mampu memahami dan mempraktekkan cara mengurangi
stress dengan melakukan hipnotis 5 jari.

3.1.2 Hari 2 Review dan diskusi Program HILARI


1. Evaluasi struktur
a. Link zoom dan waktu telah ditentukan 2 hari sebelum kegiatan saat
Review dan diskusi HILARI
b. Media dan materi tersedia
2. Evaluasi proses
a. 80% peserta menghadiri kegiatan review dan diskusi program
HILARI
b. Peserta mengikuti kegiatan review dan diskusi HILARI dari awal
sampai akhir
c. Peserta aktif dan antusias dalam review dan diskusi HILARI
220

d. Peserta menceritakan dan berdiskusi terkait kendala melakukan


HILARI di rumah
e. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan
3. Evaluasi hasil
a. Peserta mampu mengurangi stress dengan melakukan hipnotis 5
jari
b. Peserta mampu menerapkan HILARI saat dalam keadaan stress
atau dalam membutuhkan relaksasi.
3.1.3 Hari 3 Review dan diskusi Program HILARI
1. Evaluasi struktur
a. Link zoom dan waktu telah ditentukan 2 hari sebelum kegiatan saat
Review dan diskusi HILARI
b. Media dan materi tersedia
2. Evaluasi proses
a. 80% peserta menghadiri kegiatan review dan diskusi program HILARI
b. Peserta mengikuti kegiatan review dan diskusi HILARI dari awal
sampai akhir
c. Peserta aktif dan antusias dalam review dan diskusi HILARI
d. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu dan tempat yang telah
direncanakan
3. Evaluasi hasil
a. Peserta mampu mengurangi stress dengan melakukan hipnotis 5 jari
b. Peserta mampu menerapkan HILARI saat dalam keadaan stress atau
dalam membutuhkan relaksasi.
c. Peserta mampu mengatasi kendala saat melakukan HILARI dirumah

3.2 Terminasi
Demikian Proposal kegiatan Penyuluhan Kesehatan ini kami susun
untuk memberikan gambaran tentang kegiatan yang akan dilaksanakan
dengan harapan agar dapat dijadikan bahan pertimbangan dan pedoman
penyelenggaraan kegiatan. Segala bentuk saran dan dukungan baik dalam
bentuk moril maupun materil sangat kami harapkan demi kesuksesan acara
ini.
221

Kami selaku penyelenggara kegiatan mengucapkan terima kasih atas


segala perhatian dan kerjasama semua pihak yang terkait dalam kegiatan
ini. Semoga kegiatan ini bermanfaat bagi semua pihak.
222

Lampiran 4.

Modul
Pendidika
n
Kesehata
n
COVID-19
223

K
ELOMPOK
2A
PROGRAM
STUDI
PROFESI
NERS
FAKULTAS
KEDOKTER
AN
UNIVERSIT
AS
BRAWIJAYA
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN COVID-19 DEPARTEMEN
KOMUNITAS

Penyusun:
Kelompok 2A
Aini Nur Farihah 165070200111025
Anjas Florenza Margianto 165070200111011

Annisa Fatia Putri 165070201111008


Diana Nanda Saputri 165070201111007

Dika Febrianti 165070200111002


Dwi Harsanto Kurniawan 165070201111022

Hirni Adiriani 165070200111022


Meike Sylviana 165070200111017

Merdiana Indah Permata 165070201111015


Nafisah 165070200111004
Nurmalia Filda Syafiky 165070200111006

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020

Departemen Komunitas 1

Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, atas izin dan
karuniaNya akhirnya Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19 ini dapat
diselesaikan dengan baik .
Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19 ini disusun dengan harapan
masyarakat dapat memahami gambaran umum COVID-19 dan pencegahannya.
Pada kesempatan ini kami sampaikan penghargaan dan terima kasih kepada
dosen pembimbing Departemen Komunitas Kelompok 2A Program Profesi Ners
Fakultas Kedokteran, Ns. Setyoadi, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.Kom serta semua
pihak yang membantu penyusunan modul ini.
Kami menyadari bahwa modul pendidikan kesehatan ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik membangun sangat kami harapkan
guna penyempurnaan ke depan.
Semoga modul pendidikan kesehatan ini dapat digunakan dan bermanfaat
sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Malang, Agustus 2020

Penyusun

Departemen Komunitas 2

Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19


DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. 2


DAFTAR ISI .......................................................................................................................... 3
RIWAYAT COVID-19 ............................................................................................................ 5
EPIDEMIOLOGI COVID-19................................................................................................... 7
ETIOLOGI COVID-19............................................................................................................ 9
PENULARAN COVID-19 ..................................................................................................... 11
MANIFESTASI KLINIS ........................................................................................................ 12
STRATEGI DAN INDIKATOR PENANGGULANGAN COVID-19 ........................................ 13
SURVEILANS EPIDEMIOLOGI........................................................................................... 15
1. Penemuan Kasus di Pintu Masuk ............................................................................. 15
2. Penemuan Kasus di Wilayah .................................................................................... 15
3. Manajemen Kesehatan Masyarakat.......................................................................... 15
4. Penyelidikan Epidemiologi ........................................................................................ 15
5. Penyusunan Laporan Penyelidikan Epidemiologi ..................................................... 16
6. Pelacakan Kontak Erat ............................................................................................. 16
7. Pendataan Kontak Erat ............................................................................................ 16
8. Penilaian Risiko ........................................................................................................ 17
9. Pencatatan, Pelaporan, dan Distribusi Data dan Informasi ....................................... 17
PENEMUAN KASUS........................................................................................................... 19
MANAJEMEN KESEHATAN MASYARAKAT ...................................................................... 20
1. Manajemen Kesmas pada Kasus Suspek ................................................................ 20
2. Manajemen Kesmas pada Kasus Probable .............................................................. 21
3. Manajemen Kesmas pada Kasus Konfirmasi............................................................ 21
4. Manajemen Kesmas pada Kontak Erat..................................................................... 22
5. Manajemen Kesmas pada Pelaku Perjalanan .......................................................... 23
PELACAKAN KONTAK ....................................................................................................... 25
1. Identifikasi Kontak .................................................................................................... 25
2. Pendataan Kontak Erat ............................................................................................ 26
3. Follow up Kontak Erat (Pemantauan dan Karantina) ................................................ 27
4. Pelacakan kontak pada petugas kesehatan ............................................................. 28
SURVEILANS BERBASIS MASYARAKAT.......................................................................... 30
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENULARAN DI MASYARAKAT .......................... 33

Departemen Komunitas 3

Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19


1. Pencegahan Penularan pada Individu ...................................................................... 33
2. Perlindungan Kesehatan pada Masyarakat .............................................................. 36
3. Pencegahan pada Tingkat Rumah Tangga .............................................................. 44
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 46
TIM PENYUSUN ................................................................................................................. 47
LAMPIRAN ......................................................................................................................... 48
1. Alat Pelindung Diri .................................................................................................... 48
2. Cuci Tangan yang Baik dan Benar ........................................................................... 57
3. Physical Distancing .................................................................................................. 59

Departemen Komunitas 4

Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19


RIWAYAT COVID-19

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). SARS-CoV-2 merupakan
coronavirus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Ada
setidaknya dua jenis corona virus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat
menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe
Acute Respiratory Syndrome (SARS). Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain
gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi
rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19 yang berat
dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan
kematian.Pada tanggal 31 Desember 2019, WHO China Country Office melaporkan kasus
pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Pada
tanggal 7 Januari 2020, China mengidentifikasi kasus tersebut sebagai jenis baru coronavirus.
Pada tanggal 30 Januari 2020 WHO menetapkan kejadian tersebut sebagai Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD)/Public Health Emergency of
International Concern (PHEIC) dan pada tanggal 11 Maret 2020, WHO sudah menetapkan
COVID-19 sebagai pandemi.
Dalam rangka upaya penanggulangan dini wabah COVID-19, Menteri Kesehatan telah
mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/104/2020 tentang
Penetapan Infeksi Novel Coronavirus (Infeksi 2019-nCoV) sebagai Jenis Penyakit Yang
Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangannya. Penetapan didasari oleh
pertimbangan bahwa Infeksi Novel Coronavirus (Infeksi 2019-nCoV) telah dinyatakan WHO
sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD)/Public
Health Emergency of International Concern (PHEIC). Selain itu meluasnya penyebaran
COVID-19 ke berbagai negara dengan risiko penyebaran ke Indonesia terkait dengan
mobilitas penduduk, memerlukan upaya penanggulangan terhadap penyakit tersebut.
Peningkatan jumlah kasus berlangsung cukup cepat, dan menyebar ke berbagai negara
dalam waktu singkat. Sampai dengan tanggal 9 Juli 2020, WHO melaporkan 11.84.226 kasus
konfirmasi dengan 545.481 kematian di seluruh dunia (Case Fatality Rate/CFR 4,6%).
Indonesia melaporkan kasus pertama pada tanggal 2 Maret 2020. Kasus meningkat dan
menyebar dengan cepat di seluruh wilayah Indonesia. Sampai dengan tanggal 9 Juli 2020
Kementerian Kesehatan melaporkan 70.736 kasus konfirmasi COVID-19 dengan 3.417 kasus
meninggal (CFR 4,8%). Dilihat dari situasi penyebaran COVID-19 yang sudah hampir
menjangkau seluruh wilayah provinsi di Indonesia dengan jumlah kasus dan/atau jumlah
kematian semakin meningkat dan berdampak pada aspek politik, ekonomi, sosial, budaya,

Departemen Komunitas 5

Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19


pertahanan dan keamanan, serta kesejahteraan masyarakat di Indonesia, Pemerintah
Indonesia telah menetapkan Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 tentang Penetapan
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Corona Virus Disease2019 (COVID-19). Keputusan
Presiden tersebut menetapkan COVID-19 sebagai jenis penyakit yang menimbulkan
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat (KKM) dan menetapkan KKM COVID-19 di Indonesia
yang wajib dilakukan upaya penanggulangan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan. Selain itu, atas pertimbangan penyebaran COVID-19 berdampak pada
meningkatnya jumlah korban dan kerugian harta benda, meluasnya cakupan wilayah
terdampak, serta menimbulkan implikasi pada aspek sosial ekonomi yang luas di Indonesia,
telah dikeluarkan juga Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan
Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) Sebagai Bencana
Nasional. Penanggulangan KKM dilakukan melalui penyelenggaraan kekarantinaan
kesehatan baik di pintu masuk maupun di wilayah. Dalam penyelenggaraan kekarantinaan
kesehatan di wilayah, setelah dilakukan kajian yang cukup komprehensif
Indonesia mengambil kebijakan untuk melaksanakan Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) yang pada prinsipnya dilaksanakan untuk menekan penyebaran COVID-19 semakin
meluas, didasarkan pada pertimbangan epidemiologis, besarnya ancaman, efektifitas,
dukungan sumber daya, teknis operasional, pertimbangan politik, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan dan keamanan. Pengaturan PSBB ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah
Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka
Percepatan Penanganan Corona Virus Disease2019 (COVID-19), dan secara teknis
dijabarkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020 tentang Pedoman
Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19). Sampai saat ini, situasi COVID-19 di tingkat global maupun
nasional masih dalam risiko sangat tinggi. Selama pengembangan vaksin masih dalam
proses, dunia dihadapkan pada kenyataan untuk mempersiapkan diri hidup berdampingan
dengan COVID-19. Oleh karenanya diperlukan pedoman dalam upaya pencegahan dan
pengendalian COVID-19 untuk memberikan panduan bagi petugas kesehatan agar tetap
sehat, aman, dan produktif, dan seluruh penduduk Indonesia mendapatkan pelayanan yang
sesuai standar. Pedoman pencegahan dan pengendalian COVID-19 disusun berdasarkan
rekomendasi WHO yang disesuaikan dengan perkembangan pandemi COVID-19, dan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Departemen Komunitas 6

Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19


EPIDEMIOLOGI COVID-19

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit menular yang disebabkan


oleh Coronavirusjenis baru. Penyakit ini diawali dengan munculnya kasus pneumonia yang
tidak diketahui etiologinya di Wuhan, China pada akhir Desember 2019 (Li et al, 2020).
Berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi, kasus tersebut diduga berhubungan dengan
Pasar Seafood di Wuhan. Pada tanggal 7 Januari 2020, Pemerintah China kemudian
mengumumkan bahwa penyebab kasus tersebut adalah Coronavirus jenis baru yang
kemudian diberi nama SARS-CoV-2 (Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2).
Virus ini berasal dari famili yang sama dengan virus penyebab SARS dan MERS. Meskipun
berasal dari famili yang sama, namun SARS-CoV-2 lebih menular dibandingkan dengan
SARS-CoV dan MERS-CoV (CDC China, 2020). Proses penularan yang cepat membuat
WHO menetapkan COVID-19 sebagaiKKMMD/PHEIC pada tanggal 30 Januari 2020. Angka
kematian kasar bervariasi tergantung negara dan tergantung pada populasi yang
terpengaruh, perkembangan wabahnya di suatu negara, dan ketersediaan pemeriksaan
laboratorium. Thailand merupakan negara pertama di luar China yang melaporkan adanya
kasus COVID-19. Setelah Thailand, negara berikutnya yang melaporkan kasus pertama
COVID-19 adalah Jepang dan Korea Selatan yang kemudian berkembang ke negara-negara
lain. Sampai dengan tanggal 30 Juni 2020, WHO melaporkan 10.185.374 kasus konfirmasi
dengan 503.862 kematian di seluruh dunia (CFR 4,9%). Negara yang paling banyak
melaporkan kasus konfirmasi adalah Amerika Serikat, Brazil, Rusia, India, dan United
Kingdom. Sementara, negara dengan angka kematian paling tinggi adalah Amerika Serikat
United Kingdom, Italia, Perancis, dan Spanyol. Peta sebaran COVID-19 di dunia dapat dilihat
pada gambar 1.1

Departemen Komunitas 7

Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19


Sumber: World Health Organization
Gambar 1. 1. Peta Sebaran COVID-19
Indonesia melaporkan kasus pertama COVID-19 pada tanggal 2 Maret 2020 dan
jumlahnya terus bertambah hingga sekarang. Sampai dengan tanggal 30 Juni 2020
Kementerian Kesehatan melaporkan 56.385 kasus konfirmasi COVID-19 dengan 2.875 kasus
meninggal (CFR 5,1%) yang tersebar di 34 provinsi. Sebanyak 51,5% kasus terjadi pada laki-
laki. Kasus paling banyak terjadi pada rentang usia 45-54 tahun dan paling sedikit terjadi pada
usia 0-5 tahun. Angka kematian tertinggi ditemukan pada pasien dengan usia 55-64 tahun.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh CDC China, diketahui bahwa kasus paling
banyak terjadi pada pria (51,4%) dan terjadi pada usia 30-79 tahun dan paling sedikit terjadi
pada usia <10 tahun (1%). Sebanyak 81% kasus merupakan kasus yang ringan, 14% parah,
dan 5% kritis (Wu Z dan McGoogan JM, 2020). Orang dengan usia lanjut atau yang memiliki
penyakit bawaan diketahui lebih berisiko untuk mengalami penyakit yang lebih parah. Usia
lanjut juga diduga berhubungan dengan tingkat kematian. CDC China melaporkan bahwa
CFR pada pasien dengan usia ≥ 80 tahun adalah 14,8%, sementara CFR keseluruhan hanya
2,3%. Hal yang sama juga ditemukan pada penelitian di Italia, di mana CFR pada usia ≥ 80
tahun adalah 20,2%, sementara CFR keseluruhan adalah 7,2% (Onder G, Rezza G,
Brusaferro S, 2020). Tingkat kematian juga dipengaruhi oleh adanya penyakit bawaan pada
pasien. Tingkat 10,5% ditemukan pada pasien dengan penyakit kardiovaskular, 7,3% pada
pasien dengan diabetes, 6,3% pada pasien dengan penyakit pernapasan kronis, 6% pada
pasien dengan hipertensi, dan 5,6% pada pasien dengan kanker.

Departemen Komunitas 8

Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19


ETIOLOGI COVID-19

Penyebab COVID-19 adalah virus yang tergolong dalam family coronavirus.


Coronavirusmerupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak bersegmen.
Terdapat 4 struktur protein utama pada Coronavirusyaitu: protein N (nukleokapsid),
glikoprotein M (membran), glikoprotein spike S (spike), protein E (selubung).
Coronavirustergolong ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae. Coronavirusini dapat
menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Terdapat 4 genus yaitu alphacoronavirus,
betacoronavirus, gammacoronavirus,dan deltacoronavirus. Sebelum adanya COVID-19, ada
6 jenis coronavirusyang dapat menginfeksi manusia, yaitu HCoV-229E (alphacoronavirus),
HCoV-OC43 (betacoronavirus), HCoVNL63 (alphacoronavirus) HCoV-HKU1
(betacoronavirus), SARS-CoV (betacoronavirus), dan MERS-CoV (betacoronavirus).

Sumber: Shereen, et al. (2020) Journal of Advanced Research 24


Gambar 1. 2. Struktur Coronavirus

Coronavirus yang menjadi etiologi COVID-19 termasuk dalam genus betacoronavirus,


umumnya berbentuk bundar dengan beberapa pleomorfik, dan berdiameter 60-140 nm. Hasil
analisis filogenetik menunjukkan bahwa virus ini masuk dalam subgenus yang sama dengan
coronavirus yang menyebabkan wabah SARS pada 2002-2004 silam, yaitu Sarbecovirus.
Atas dasar ini, International Committee on Taxonomy of Viruses (ICTV)memberikan nama
penyebab COVID-19 sebagai SARS-CoV-2.

Departemen Komunitas 9

Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19


Sumber: CDC (2020)

Gambar 1. 3. Gambaran mikroskopis SARS-CoV-2

Belum dipastikan berapa lama virus penyebab COVID-19 bertahan di atas permukaan,
tetapi perilaku virus ini menyerupai jenis-jenis coronaviruslainnya. Lamanya
coronavirusbertahan mungkin dipengaruhi kondisi-kondisi yang berbeda (seperti jenis
permukaan, suhu atau kelembapan lingkungan). Penelitian (Doremalen et al, 2020)
menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 dapat bertahan selama 72 jam pada permukaan plastik
dan stainless steel, kurang dari 4 jam pada tembaga dan kurang dari 24 jam pada kardus.
Seperti virus corona lain, SARS-COV-2 sensitif terhadap sinar ultraviolet dan panas. Efektif
dapat dinonaktifkan dengan pelarut lemak (lipid solvents) seperti eter, etanol 75%, ethanol,
disinfektan yang mengandung klorin, asam peroksiasetat, dan khloroform (kecuali
khlorheksidin).

Departemen Komunitas 10

Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19


PENULARAN COVID-19

Coronavirus merupakan zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia). Penelitian


menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke manusia dan
MERS dari unta ke manusia. Adapun, hewan yang menjadi sumber penularan COVID-19 ini
masih belum diketahui. Masa inkubasi COVID-19 rata-rata 5-6 hari, dengan range antara 1
dan 14 hari namun dapat mencapai 14 hari. Risiko penularan tertinggi diperoleh di hari-hari
pertama penyakit disebabkan oleh konsentrasi virus pada sekret yang tinggi. Orang yang
terinfeksi dapat langsung dapat menularkan sampai dengan 48 jam sebelum onset gejala
(presimptomatik) dan sampai dengan 14 hari setelah onset gejala. Sebuah studi Du Z et. al,
(2020) melaporkan bahwa 12,6% menunjukkan penularan presimptomatik. Penting untuk
mengetahui periode presimptomatik karena memungkinkan virus menyebar melalui droplet
atau kontak dengan benda yang terkontaminasi. Sebagai tambahan, bahwa terdapat kasus
konfirmasi yang tidak bergejala (asimptomatik), meskipun risiko penularan sangat rendah
akan tetapi masih ada kemungkinan kecil untuk terjadi penularan. Berdasarkan studi
epidemiologi dan virologi saat ini membuktikan bahwa COVID-19 utamanya ditularkan dari
orang yang bergejala (simptomatik) ke orang lain yang berada jarak dekat melalui droplet.
Droplet merupakan partikel berisi air dengan diameter >5-10 μm. Penularan droplet terjadi
ketika seseorang berada pada jarak dekat (dalam 1 meter) dengan seseorang yang memiliki
gejala pernapasan (misalnya, batuk atau bersin) sehingga droplet berisiko mengenai mukosa
(mulut dan hidung) atau konjungtiva (mata). Penularan juga dapat terjadi melalui benda dan
permukaan yang terkontaminasi droplet di sekitar orang yang terinfeksi. Oleh karena itu,
penularan virus COVID-19 dapat terjadi melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi
dan kontak tidak langsung dengan permukaan atau benda yang digunakan pada orang yang
terinfeksi (misalnya, stetoskop atau termometer). Dalam konteks COVID-19, transmisi melalui
udara dapat dimungkinkan dalam keadaan khusus dimana prosedur atau perawatan suportif
yang menghasilkan aerosol seperti intubasi endotrakeal, bronkoskopi, suction terbuka,
pemberian pengobatan nebulisasi, ventilasi manual sebelum intubasi, mengubah pasien ke
posisi tengkurap, memutus koneksi ventilator, ventilasi tekanan positif non-invasif,
trakeostomi, dan resusitasi kardiopulmoner.Masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai
transmisi melalui udara.

Departemen Komunitas 11

Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19


MANIFESTASI KLINIS

Penelitian retrospektif yang dilakukan oleh Mao et al. menunjukan adanya manifestasi
neurologi pada pasien yang dirawat dengan COVID-19.[7] Selain gejala klinis yang umum
didapatkan berhubungan dengan gejala sistemik atau gejala respiratori seperti demam
(43.8% saat masuk Rumah Sakit, 88.7% saat dirawat) dan batuk (67,8%) juga ditemukan
beberapa manifestasi klinis yang berhubungan dengan sistem neurologis.[8] Ditemukan
sebesar 36.4% pasien dengan COVID-19 memiliki gejala neurologis seperti nyeri kepala,
gangguan kesadaran, parestesia, dan lainnya. Gejala klinis dari neurologis pada COVID-19
terbagi menjadi gejala yang berhubungan dengan sistem saraf pusat, sistem saraf perifer, dan
sistem muskuloskeletal.
Pasien dengan COVID-19 mengalami gejala SSP seperti: dizziness (16.8%), nyeri
kepala (13.1%), gangguan kesadaran (7.5%), acute cerebrovascular disease (stroke
iskemik dan hemoragik) (2.8%), ataxia (0.5%), dan kejang (0.5%). Gejala sistem saraf
perifer yang dialami pasien dengan COVID-19 seperti: gangguan indra pengecap (5.6%),
penciuman (5.1%), penglihatan (1.4%), dan nyeri neurogenik (2.3%). Sebanyak 10.7%
pasien dengan COVID-19 mengalami kerusakan pada sistem muskuloskeletal. Secara
keseluruhan, manifestasi klinis neurologis lebih sering muncul pada pasien dengan infeksi
berat dibandingkan dengan infeksi COVID-19 ringan.

Departemen Komunitas 12

Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19


STRATEGI DAN INDIKATOR PENANGGULANGAN COVID-19

Berdasarkan panduan WHO, terdapat 4 skenario transmisi pada pandemi COVID-19


yaitu:
1. Wilayah yang belum ada kasus (No Cases)
2. Wilayah dengan satu atau lebih kasus, baik kasus import ataupun lokal, bersifat sporadik dan
belum terbentuk klaster (Sporadic Cases)
3. Wilayah yang memiliki kasus klaster dalam waktu, lokasi geografis, maupun paparan umum
(Clusters of Cases)
4. Wilayah yang memiliki transmisi komunitas (Community Transmission)
Setiap provinsi dan kabupaten/kota harus dapat memetakan skenario transmisi di
wilayahnya. Suatu wilayah dapat memiliki lebih dari 1 skenario transmisi pada wilayah yang
lebih kecil, misalnya beberapa kabupaten/kota di suatu provinsi atau beberapa kecamatan di
suatu kabupaten/kota. Inti utama dalam skenario penanggulangan adalah sebanyak mungkin
kasus berada pada klasternya dan berhasil dilakukan penanggulangan (minimal 80%),
setelah dilakukan penanggulangan terjadi penurunan jumlah kasus minimal 50% dari puncak
tertinggi selama minimal 2 minggu dan terus turun 3 minggu selanjutnya.

Kriteria indikator yang perlu dievaluasi untuk menilai keberhasilan dikelompokkan


menjadi tiga domain melalui tiga pertanyaan utama yaitu:
1. Kriteria Epidemiologi - Apakah epidemi telah terkendali? (Ya atau tidak)

Departemen Komunitas 13
Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19
Ukuran Utama: Efektif Reproduction Number (Rt) < 1 selama 2 minggu terakhir. Secara
teori Rt (jumlah penularan efektif pada kasus sekunder dipopulasi), nilai di bawah 1
merupakan indikasi bahwa wabah sudahterkendali dan jumlah kasus baru semakin
berkurang. Rt harus dihitung pada wilayah administratif yang tidak terlalu besar
danmemiliki variabilitas yang tinggi. Perhitungan dapat dilakukan pada tingkat
Kabupaten/kota, kecamatan dan kelurahan. Nilai Rt sangat tergantung jumlah kasus
absolut, pada kasus yang tinggi > 100 per hari pengurangan 5-10 kasus tidak terlalu
bermakna secara absolut, tetapi nilai Rt menjadi turun < 1, pada kasus dengan
trenfluktuatif nilai Rt tidak relevan untuk dilakukan. Nilai Rt menjadi acuan terbaik setelah
puncak kasus terjadi dan menilai programpenanggulangan untuk mencegah terjadinya
peningkatan baru daripandemi.Karena itu selain nilai Rt, penilaian kualitatif juga dilakukan
sebagai pelengkap/pendukung dengan beberapa kriteria, atau jika data surveilans tidak
memadai untuk menilai Rt yang adekuat untuk menilai apakah pandemic telah terkendali.
2. Kriteria Sistem kesehatan - Apakah sistem kesehatan mampu mendeteksi kasus COVID- 19 yang
mungkin kembali meningkat? (Ya atau tidak)
Sistem kesehatan mampu mengatasi lonjakan kasus yang mungkintimbul setelah
penyesuaian (pelonggaran PSBB)
Ukuran kunci: Jumlah kasus baru yang membutuhkan rawat inaplebih kecil dari perkiraan
kapasitas maksimum rumah sakit dantempat tidur ICU (Sistem kesehatan dapat
mengatasi rawat inap barudan pemberian pelayanan kesehatan esensial lainnya).
Jika tidak ada informasi ini, penilaian kualitatif berdasarkan kriteriaberikut dapat
digunakan.
3. Kriteria Surveilans Kesehatan Masyarakat - Apakah sistem surveilans kesehatan masyarakat
mampu mendeteksi dan mengelola kasus dan kontak, dan mengidentifikasi kenaikan jumlah
kasus? (Ya atau tidak)
Surveilans kesehatan masyarakat dapat mengidentifikasi sebagian besar kasus dan
kontak pada masyarakat. Setiap daerah harus memiliki mekanisme surveilans yang
berkualitas dan didukung dengan kapasitas dan mekanisme laboratorium yang memadai.
Beberapa indikator di bawah ini dapat dimanfaatkan dalam menilai kapasitas surveilans
kesehatan masyarakat.
Ambang batas yang ditentukan sebagai indikasi untuk menilai keberhasilan
penanggulangan dapat digunakan jika tersedia informasi epidemiologi COVID-19. Dari 3
kriteria tersebut, terdapat 24 indikator yang dapat dievaluasi untuk melakukan
penyesuaian. Penilaian ini sebaiknya dilakukan setiap minggu di tingkat

Departemen Komunitas 14

Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19


kabupaten/kota/provinsi.

Departemen Komunitas 14

Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19


SURVEILANS EPIDEMIOLOGI

1. Penemuan Kasus di Pintu Masuk


Kegiatan penemuan kasus di pintu masuk bertujuan untuk mengidentifikasi ada atau
tidaknya kasus melalui pintu masuk negara baik melalui pelabuhan udara/laut maupun
daerah perbatasan (check point). Dalam rangka implementasi International Health
Regulation/IHR (2005), pelabuhan, bandara, dan Pos Lintas Batas Darat Negara
(PLBDN) melakukan kegiatan karantina, pemeriksaan alat angkut, pengendalian vektor
serta tindakan penyehatan. Implementasi IHR (2005) di pintu masuk negara adalah
tanggung jawab Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) beserta segenap instansi di pintu
masuk negara. Kemampuan utama untuk pintu masuk negara sesuai amanah IHR (2005)
adalah kapasitas dalam kondisi rutin dan kapasitas dalam kondisi Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD). Kegiatan di pintu masuk
negara meliputi upaya to prevent, to detect, dan to respond terhadap COVID-19 di
pelabuhan, bandar udara, dan PLBDN. Upaya tersebut dilaksanakan melalui
pengawasan alat angkut, orang, barang, dan lingkungan yang datang dari wilayah/negara
terjangkit COVID-19 yang dilaksanakan oleh KKP dan berkoordinasi dengan lintas sektor
terkait.
2. Penemuan Kasus di Wilayah
Kegiatan penemuan kasus di wilayah dapat dilakukan difasyankes maupun di
masyarakat. Yang dimaksud denganwilayah adalah wilayah administratif provinsi dan
kabupaten/kota. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan adanya seseorang yang
terindikasi COVID-19 yang harus segeradirespon. Bentuk respon berupa verifikasi,
notifikasi, rujukankasus dan respon penanggulangan. Bentuk kegiatan verifikasiadalah
penyelidikan epidemiologi. Sedangkan, kegiatan responpenanggulangan antara lain
identifikasi dan pemantauan kontak,rujukan, komunikasi risiko dan pemutusan rantai
penularan.
3. Manajemen Kesehatan Masyarakat
Manajemen kesehatan masyarakat merupakan serangkaian kegiatan kesehatan
masyarakat yang dilakukan terhadap kasus. Kegiatan ini meliputi kegiatan
karantina/isolasi, pemantauan, pemeriksaan spesimen, penyelidikan epidemiologi,
serta komunikasi risiko dan pemberdayaan masyarakat. Pembahasan mengenai masing-
masing kegiatan dibahas pada bagian tersendiri.
4. Penyelidikan Epidemiologi
Setiap kasus suspek, kasus probable dan kasus konfirmasi harus dilakukan
penyelidikan epidemiologi menggunakan formulir. Hasil penyelidikan epidemiologi dapat

Departemen Komunitas 15

Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19


digunakan untuk memberikan masukan bagi pengambil kebijakan dalam rangka
penanggulangan atau pemutusan penularan secara lebih cepat. Selain penyelidikan
epidemiologi, kegiatan penanggulangan lain meliputi tatalaksana penderita, pencegahan,
pemusnahan penyebab penyakit, penanganan jenazah, komunikasi risiko, dan lain-lain
yang dijelaskan pada masing-masing bagian.
5. Penyusunan Laporan Penyelidikan Epidemiologi
Setelah selesai melakukan penyelidikan epidemiologi maka dibuat laporan tertulis
meliputi:
1) Latar belakang dan tujuan
2) Metodologi
3) Hasil penyelidikan epidemiologi meliputi:
 Data umum
 Analisis kasus COVID-19 berupa gambaran karakteristik kasus menurut variabel
epidemiologi (waktu kejadian, tempat dan orang)
 Analisis faktor risiko
 Analisis kontak kasus
 Hasil pemeriksaan laboratorium
 Upaya yang sudah dilakukan seperti tatalaksana kasus, pemeriksaan
laboratorium, tindakan pengendalian faktor lingkungan dan sebagainya.
6. Pelacakan Kontak Erat
Pelacakan kontak erat yang baik menjadi kunci utama dalam memutus rantai transmisi
COVID-19. Elemen utama pada implementasi pelacakan kontak adalah pelibatan dan
dukungan masyarakat, perencanaan yang matang dengan mempertimbangkan situasi
wilayah, masyarakat dan budaya, dukungan logistik, pelatihan dan supervisi, serta sistem
manajemen data pelacakan kontak. Upaya pelacakan kontak harus diikuti dengan
peningkatan kapasitas laboratorium untuk melakukan pemeriksaan swab pada kontak
erat.
7. Pendataan Kontak Erat
Semua kontak erat yang telah diidentifikasi selanjutnya dilakukan wawancara secara
lebih detail. Berikut tahap pendataan kontak erat:
a. Wawancara dapat dilakukan baik wawancara langsung maupun via telepon/media
komunikasi lainnya.
b. Sampaikan maksud dan tujuan pelaksanaan pelacakan kontak
c. Catat data-data kontak seperti nama lengkap, usia, alamat lengkap, nomer telepon,
tanggal kontak terakhir dan sebagainya sesuai dengan formulir pemantauan harian.

Departemen Komunitas 16

Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19


8. Penilaian Risiko
Berdasarkan informasi dari penyelidikan epidemiologi maka dilakukan penilaian risiko
cepat meliputi analisis bahaya, paparan/kerentanan dan kapasitas untuk melakukan
karakteristik risiko berdasarkan kemungkinan dan dampak. Hasil dari penilaian risiko ini
diharapakan dapat digunakan untuk rekomendasi dan rencana operasi, penanggulangan
kasus COVID-19. Penilaian risiko ini dilakukan secara berkala sesuai dengan
perkembangan penyakit. Penjelasan lengkap mengenai penilaian risiko cepat dapat
mengacu pada pedoman WHO Rapid Risk Assessment of Acute Public Health.
9. Pencatatan, Pelaporan, dan Distribusi Data dan Informasi
Berdasarkan Permenkes Nomor 45 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Surveilans
Kesehatan, disebutkan bahwa Surveilans Kesehatan adalah kegiatan pengamatan yang
sistematis dan terus menerus terhadap data dan informasi tentang kejadian penyakit atau
masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan
penularan penyakit atau masalah kesehatan untuk memperoleh dan memberikan
informasi guna mengarahkan tindakan pengendalian dan penanggulangan secara efektif
dan efisien. Selanjutnya disebutkan pula bahwa kegiatan surveilans kesehatan
diselenggarakan melalui pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, dan
diseminasi sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan untuk menghasilkan informasi
yang objektif, terukur, dapat diperbandingkan antar waktu, antar wilayah, dan antar
kelompok masyarakat sebagai bahan pengambilan keputusan.
Penyelenggaraan surveilans COVID-19 juga dilakukan sesuai amanat Permenkes
Nomor 45 Tahun 2014 meliputi pencatatan, pelaporan, pengolahan data, hingga distribusi
data dan informasi berdasarkan kebutuhan nasional dan wilayah sebagai bahan
pengambilan kebijakan pencegahan dan pengendalian COVID-19.
Unit-unit yang melakukan pencatatan kasus COVID-19 diantaranya:
a. Puskesmas
b. Rumah sakit
c. Klinik dan fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) lainnya
d. Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP)
e. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
f. Laboratorium Kesehatan yang ditunjuk:
1) Puslitbang Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan
2) Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda)
3) Laboratorium RS
4) Laboratorium Universitas
5) B/BTKLPP

Departemen Komunitas 17

Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19


6) B/BLK

Departemen Komunitas 18

Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19


7) Laboratorium BPOM
8) Balai Besar Veteriner
9) Laboratorium swasta
Setiap elemen data/variabel yang berhubungan dengan surveilans dilaporkan melalui
aplikasi, dengan alur pencatatan.

Departemen Komunitas 19

Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19


PENEMUAN KASUS

Data Covid-19 di Indonesia (Update terakhir: 13 Agustus 2020, 16:37 WIB)

Penambahan kasus 2.098, total kasus 132.816 Positif Covid.

Peningkatan jumlah pasien berdasarkan grafik diatas, puncaknya berada pada bulan
Agustus 2020.

Departemen Komunitas 19
Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19
MANAJEMEN KESEHATAN MASYARAKAT

Manajemen kesehatan masyarakat merupakan serangkaian kegiatan kesehatan


masyarakat yang dilakukan terhadap kasus. Kegiatan ini meliputi kegiatan karantina/isolasi,
pemantauan, pemeriksaan spesimen, penyelidikan epidemiologi, serta komunikasi risiko dan
pemberdayaan masyarakat
Karantina adalah proses mengurangi risiko penularan dan identifikasi dini COVID-19 melalui
upaya memisahkan individu yang sehat atau belum memiliki gejala COVID-19 tetapi memiliki
riwayat kontak dengan pasien konfirmasi COVID-19 atau memiliki riwayat bepergian ke
wilayah yang sudah terjadi transmisi lokal.
Isolasi adalah proses mengurangi risiko penularan melalui upaya memisahkan individu yang
sakit baik yang sudah dikonfirmasi laboratorium atau memiliki gejala COVID-19 dengan
masyarakat luas. Upaya karantina/isolasi dilakukan sesuai kondisi dan status kasus.
1. Manajemen Kesmas pada Kasus Suspek
Apabila menemukan kasus Suspek maka dilakukan manajemen kesmas meliputi:
a. Dilakukan isolasi sesuai dengan kriteria.
Isolasi dilakukan sejak seseorang dinyatakan sebagai kasus suspek. Isolasi dapat
dihentikan apabila telah memenuhi kriteria discarded.
b. Pengambilan spesimen untuk penegakan diagnosis
Pengambilan spesimen dilakukan oleh petugas laboratorium setempat yang
berkompeten dan berpengalaman baik di fasyankes atau lokasi pemantauan
Pengiriman spesimen disertai formulir penyelidikan epidemiologi.
c. Pemantauan sejak mulai munculnya gejala
Pemantauan terhadap suspek dilakukan berkala selama menunggu hasil
pemeriksaan laboratorium. Pemantauan dapat melalui telepon atau melalui
kunjungan secara berkala (harian) dan dicatat pada formulir pemantauan harian.
Pemantauan dilakukan dalam bentuk pemeriksaan suhu tubuh dan skrining gejala
harian. Pada suspek yang melakukan isolasi mandiri di rumah, pemantauan
dilakukan oleh petugas FKTP dan berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat.
Pemantauan dapat dihentikan apabila hasil pemeriksaan RT-PCR selama 2 hari
berturut-turut dengan selang waktu >24 jam menunjukkan hasil negatif. Kasus
suspek yang sudah selesai isolasi dan pemantauan, dapat diberikan surat
pernyataan selesai masa pemantauan.
d. Komunikasi risiko
Petugas kesehatan memberikan komunikasi risiko pada kasus termasuk kontak
eratnya berupa informasi mengenai COVID-19, pencegahan penularan, tatalaksana

Departemen Komunitas 20

Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19


lanjut jika terjadi perburukan, dan lain-lain. Suspek yang melakukan isolasi mandiri
harus melakukan kegiatan sesuai dengan protokol isolasi mandiri.
e. Penyelidikan epidemiologi
Penyelidikan epidemiologi dilakukan sejak seseorang dinyatakan sebagai suspek,
termasuk dalam mengidentifikasi kontak erat.

2. Manajemen Kesmas pada Kasus Probable


Apabila menemukan kasus probable maka dilakukan manajemen kesmas meliputi:
a. Dilakukan isolasi sesuai dengan kriteria.
Isolasi pada kasus probable dilakukan selama belum dinyatakan selesai isolasi
sesuai dengan pembahasan di manajemen klinis
b. Pemantauan terhadap kasus probable dilakukan berkala selama belum dinyatakan selesai
isolasi sesuai dengan definisi operasional selesai isolasi. Pemantauan dilakukan oleh
petugas FKRTL. Jika sudah selesai isolasi/pemantauan maka dapat diberikan surat
pernyataan.
c. Apabila kasus probable meninggal, tatalaksana pemulasaraanjenazah sesuai protokol
pemulasaraan jenazah kasus konfirmasiCOVID-19.
d. Penyelidikan epidemiologiPenyelidikan epidemiologi tetap dilakukan terutama
untukmengidentifikasi kontak erat.
e. Komunikasi risikoPetugas kesehatan memberikan komunikasi risiko kepadakontak erat
kasus berupa informasi mengenai COVID-19, pencegahan penularan, pemantauan
perkembangan gejala, danlain-lain.

3. Manajemen Kesmas pada Kasus Konfirmasi


Apabila menemukan kasus konfirmasi maka dilakukan manajemen kesmas meliputi:
a. Dilakukan isolasi sesuai dengan kriteria. Isolasi pada kasus konfirmasi dilakukan selama
belum dinyatakan selesai isolasi sesuai dengan pembahasan di manajemen klinis
b. Pengambilan spesimen pada kasus dengan gejala berat/kritis untuk follow up pemeriksaan
RT-PCR dilakukan di rumah sakit. Pada kasus tanpa gejala, gejala ringan, dan gejala sedang
tidak perlu dilakukan follow up pemeriksaan RT-PCR.
c. Pengambilan spesimen dilakukan oleh petugas laboratorium setempat yang berkompeten
dan berpengalaman baik di fasyankes atau lokasi pemantauan.
d. Pemantauan terhadap kasus konfirmasi dilakukan berkalaselama belum dinyatakan selesai
isolasi sesuai dengan definisioperasional selesai isolasi. Pada kasus konfirmasi yang

Departemen Komunitas 21

Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19


melakukan isolasi mandiri di rumah, pemantauan dilakukan oleh

Departemen Komunitas 22

Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19


petugas FKTP/FKRTLberkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat.
Pemantauan dapat melalui telepon atau melalui kunjungan secara berkala (harian)
dan dicatat pada formulir pemantauan harian. Pemantauan dilakukan dalam bentuk
pemeriksaan suhu tubuh dan skrining gejala harian. Jika sudah selesai
isolasi/pemantauan maka dapat diberikan surat pernyataan. Pasien tersebut secara
konsisten juga harus menerapkan protokol kesehatan.
e. Komunikasi risiko
Petugas kesehatan memberikan komunikasi risiko pada kasus termasuk kontak
eratnya berupa informasi mengenai COVID-19, pencegahan penularan, tatalaksana
lanjut jika terjadi perburukan, dan lain-lain. Kasus konfirmasi yang melakukan isolasi
mandiri harus melakukan kegiatan sesuai dengan protokol isolasi mandiri.
f. Penyelidikan epidemiologi
Penyelidikan epidemiologi pada kasus konfirmasi juga termasuk dalam
mengidentifikasi kontak erat.

4. Manajemen Kesmas pada Kontak Erat


Apabila menemukan kontak erat maka dilakukan manajemen kesmas meliputi:
a. Dilakukan karantina sesuai dengan kriteria
Karantina dilakukan sejak seseorang dinyatakan sebagai kontak erat selama 14 hari
sejak kontak terakhir dengan dengan kasus probable atau konfirmasi COVID-19.
Karantina dapat dihentikan apabila selama masa karantina tidak menunjukkan gejala
(discarded).
b. Pemantauan dilakukan selama masa karantina. Pemantauan terhadap kontak erat
dilakukan berkala untuk memantau perkembangan gejala. Apabila selama masa
pemantauan muncul gejala yang memenuhi kriteria suspek maka dilakukan tatalaksana
sesuai kriteria. Pemantauan dapat melalui telepon atau melalui kunjungan secara berkala
(harian) dan dicatat pada formulir pemantauan harian. Pemantauan dilakukan dalam
bentuk pemeriksaan suhu tubuh dan skrining gejala harian. Pemantauan dilakukan oleh
petugas FKTP dan berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat.
c. Kontak erat yang sudah selesai karantina/pemantauan, dapat diberikan surat pernyataan.
d. Bagi petugas kesehatan yang memenuhi kriteria kontak erat yang tidak menggunakan APD
sesuai standar, direkomendasikan untuk segera dilakukan pemeriksaan RT-PCR sejak kasus
dinyatakan sebagai kasus probable atau konfirmasi;

Departemen Komunitas 23

Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19


1) Apabila hasil positif, petugas kesehatan tersebut melakukan isolasi mandiri selama 10
hari. Apabila selama masa isolasi, muncul gejala dilakukan tata laksana sesuai kriteria
kasus konfirmasi simptomatik.
2) Apabila hasil negatif, petugas kesehatan tersebut tetap melakukan karantina mandiri
selama 14 hari. Apabila selama masa karantina, muncul gejala dilakukan tata laksana
sesuai kriteria kasus suspek.
e. Komunikasi risiko
Petugas kesehatan memberikan komunikasi risiko pada kontak erat berupa informasi
mengenai COVID-19, pencegahan penularan, tatalaksana lanjut jika muncul gejala,
dan lain-lain.
f. Penyelidikan epidemiologi
Penyelidikan epidemiologi dilakukan ketika kontak erat mengalami perkembangan
gejala sesuai kriteria kasus suspek/konfirmasi.

5. Manajemen Kesmas pada Pelaku Perjalanan


Dalam rangka pengawasan pelaku perjalanan dalam negeri (domestik) maupun luar
negeri, diharuskan untuk mengikuti ketentuan sesuai protokol kesehatan ataupun
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bagi pelaku perjalanan yang
akan berangkat ke luar negeri harus mengikuti protokol yang sudah ditetapkan negara
tujuan. Protokol kesehatan dilakukan sesuai dengan penerapan kehidupan masyarakat
produktif dan aman terhadap COVID-19.
Seluruh penumpang dan awak alat angkut dalam melakukan perjalanan harus dalam
keadaan sehat dan menerapkan prinsip-prinsip pencegahan dan pengendalian COVID-
19 seperti menggunakan masker, sering mencuci tangan pakai sabun atau menggunakan
hand sanitizer, menjaga jarak satu sama lain (physical distancing), menggunakan
pelindung mata/wajah, serta menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Selain menerapkan prinsip-prinsip tersebut, penumpang dan awak alat angkut harus
memiliki persyaratan sesuai dengan peraturan kekarantinaan yang berlaku.
Petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) di bandar udara atau pelabuhan
keberangkatan/kedatangan melakukan kegiatan pemeriksaan suhu tubuh terhadap
penumpang dan awak alat angkut, pemeriksaan lain yang dibutuhkan serta melakukan
verifikasi kartu kewaspadaan kesehatan atau Health Alert Card (HAC) secara elektronik
maupun non elektronik. Untuk, peningkatan kewaspadaan, dinas kesehatan daerah
provinsi/kabupaten/kota dapat mengakses informasi kedatangan pelaku perjalanan yang
melalui bandara atau pelabuhan ke wilayahnya melalui aplikasi electronic Health Alert

Departemen Komunitas 24

Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19


Card (eHAC).

Departemen Komunitas 25

Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19


Penemuan kasus di pintu masuk dapat menggunakan formulir notifikasi penemuan
kasus pada pelaku perjalanan. Penekanan pengawasan pelaku perjalanan dari luar
negeri dilakukan untuk melihat potensi risiko terjadinya kasus importasi sehingga perlu
adanya koordinasi antara KKP dengan dinas kesehatan. Berikut adalah alur manajemen
kesehatan masyarakat:

Departemen Komunitas 26

Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19


PELACAKAN KONTAK

Pelacakan kontak erat yang baik menjadi kunci utama dalam memutus rantai transmisi
COVID-19. Elemen utama pada implementasi pelacakan kontak adalah pelibatan dan
dukungan masyarakat, perencanaan yang matang dengan mempertimbangkan situasi
wilayah, masyarakat dan budaya, dukungan logistik, pelatihan dan supervisi, serta sistem
manajemen data pelacakan kontak. Upaya pelacakan kontak harus diikuti dengan
peningkatan kapasitas laboratorium untuk melakukan pemeriksaan swab pada kontak erat.
Pelibatan masyarakat juga sangat penting untuk memastikan tidak adanya stigma yang
muncul pada orang-orang yang masuk kategori kontak erat. Komunikasi yang baik dan jelas
dengan mengharapkan kesukarelaan pada kontak erat untuk dilakukan wawancara,
melakukan karantina mandiri, pemeriksaan swab, pemantauan (atau melaporkan
ada/tidaknya gejala setiap hari) dan untuk dilakukan isolasi jika muncul gejala.
Petugas yang akan melakukan pelacakan kontak sebaiknya berasal dari masyarakat
setempat yang memiliki kedekatan baik secara sosial maupun budaya, yang kemudian
mendapatkan pelatihan. Pelatihan yang diberikan minimal terkait informasi umum COVID-19,
cara pencegahan, pelaksanaan pelacakan kontak, pemantauan harian, karantina/isolasi,
etika dan kerahasiaan data serta komunikasi dalam konteks kesehatan masyarakat. Tahapan
pelacakan kontak erat terdiri dari 3 komponen utama yaitu identifikasi kontak (contact
identification), pencatatan detil kontak (contact listing) dan tindak lanjut kontak (contact follow
up).
1. Identifikasi Kontak
Identifikasi kontak sudah dimulai sejak ditemukannya kasus suspek, kasus probable
dan/kasus konfirmasi COVID-19. Identifikasi kontak erat ini bisa berasal dari kasus yang
masih hidup ataupun kasus yang sudah meninggal. Proses identifikasi kontak merupakan
proses kasus mengingat kembali orang-orang yang pernah berkontak dengan kasus
dalam 2 hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala.
Konsep epidemiologi: waktu, tempat dan orang diterapkan disini.

Departemen Komunitas 27

Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19


Gambar Contoh Hubungan Kontak Erat

Selalu lakukan pengeceka ulang untuk memastikan konsistensi dan keakuratan data.
Untuk membantu dalam melakukan indekntifikasi kontak dapat menggunakan tabel
berikut:

Tabel Contoh Cara Melakukan Identifikasi Kontak Erat

2. Pendataan Kontak Erat


Semua kontak erat yang telah diidentifikasi selanjutnya dilakukan wawancara secara
lebih detail. Berikut tahap pendataan kontak erat:
a. Wawancara dapat dilakukan baik wawancara langsung maupun via telepon/media
komunikasi lainnya.
b. Sampaikan maksud dan tujuan pelaksanaan pelacakan kontak
c. Catat data-data kontak seperti nama lengkap, usia, alamat lengkap, nomer telepon, tanggal
kontak terakhir dan sebagainya sesuai dengan formulir pemantauan harian.
Sampaikan teknis pelaksanaan monitoring harian
d. Sampaikan kepada kontak erat untuk melakukan hal-hal berikut ini

Departemen Komunitas 28

Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19


1) Melakukan karantina mandiri

Departemen Komunitas 29

Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19


2) Laporkan sesegera mungkin jika muncul gejala seperti batuk, pilek, sesak nafas, dan
gejalalainnya melalui kontak tim monitoring. Sampaikan bahwa semakin
cepatmelaporkanmaka akan semakin cepat mendapatkantindakan untuk
mencegahperburukan.
3) Apabila kontak erat menunjukkan gejala dan harus dibawake fasyankesdengan
kendaraan pribadi, perhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Beritahu petugas fasyankesbahwa kontak yang memiliki gejala akan dibawa
b) Saat bepergian untuk mencari perawatan, kontakharus memakai masker medis.
c) Hindari menggunakan transportasi umum kefasyankesjika
memungkinkan.Ambulans dapatdipanggil, atau kontak yang sakit dapat diangkut
dalam kendaraan pribadi dengan semua jendela terbuka, jika memungkinkan.
d) Kontak dengan gejala harus disarankan untuk selalumelakukan kebersihan
pernapasan dan tangan.Misalnya berdiri atau duduk sejauh mungkin dariorang-
orang di sekitar (setidaknya 1 meter) saat bepergian dan ketika berada di fasilitas
perawatan kesehatan.
e) Setiap permukaan yang terkena sekret pernapasan atau cairan tubuh lainnya
selama proses transferharus dibersihkan dengan sabun atau deterjen
dankemudian didisinfeksi dengan produk rumah tangga biasa yang mengandung
larutan pemutih encer 0,5%.

3. Follow up Kontak Erat (Pemantauan dan Karantina)


a. Petugas surveilans yang telah melakukan kegiatan identifikasi kontak dan pendataan kontak
akan mengumpulkan tim baik dari petugas puskesmas setempat, kader, relawan dari PMI
dan pihak-pihak lain terkait. Pastikan petugas yang memantaudalam kondisi fit dan tidak
memiliki penyakit komorbid.
Alokasikan satu hari untuk menjelaskan cara melakukan monitoring, mengenali
gejala, tindakan observasi rumah, penggunaan APD, tindakan pencegahan
penularan penyakit lain serta promosi kesehatan untuk masyarakat di lingkungan.
b. Komunikasi risiko harus secara pararel disampaikan kepada masyarakat untuk mencegah
hal-hal yang tidak diinginkan seperti munculnya stigma dan diskriminasi akibat
ketidaktahuan.
c. Petugas surveilans provinsi bertindak sebagai supervisor bagi petugas surveilans
kabupaten/kota. Petugas surveilans kabupaten/kota bertindak sebagai supervisor untuk
petugas puskesmas.

Departemen Komunitas 30

Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19


d. Laporan dilaporkan setiap hari untuk menginformasikan perkembangan dan kondisi
terakhir dari kontak erat. Seluruh kegiatan pelacakan kontak sebaiknya dilakukan di
ruangan terbuka untuk meminimalkan potensi penularan.
e. Pemeriksaan laboratorium kontak erat dilakukan ketika menunjukkan gejala.
f. Setiap petugas harus memiliki pedoman pencegahan dan pengendalian COVID-19 yang
didalamnya sudah tertuang pelacakan kontak dan tindakan yang harus dilakukan jika
kontak erat muncul gejala. Petugas juga harus proaktif memantau dirinya sendiri.

4. Pelacakan kontak pada petugas kesehatan


a. Petugas kesehatan yang melakukan perawatan langsung kepada pasien sebaiknya
dilakukan penilaian risiko secara berkala.
b. Pada petugas kesehatan yang memenuhi kriteria kontak erat direkomendasikan untuk:
1) Berhenti bekerja sementara
2) Segera dilakukan pemeriksaan RT-PCR sejak kasus dinyatakan sebagai kasus
probable atau konfirmasi

3) Melakukan karantina dan monitoring secara mandiri selama 14 hari


c. Petugas yang terpapar tetapi tidak memenuhi kriteria kontak erat maka dapat terus
bekerja.
d. Petugas sebaiknya melaporkan secara rutin kondisi pribadinya (ada atau tidak gejala,
komorbid, kemungkinan paparan dan sebainya) kepada penanggung jawab di fasyankes
masing-masing.
e. Petugas kesehatan yang kemungkinan terpapar COVID-19 dari luar (bukan dari fasyankes)
tetap harus mengikuti prosedur yang sama.

Alat yang perlu disiapkan ketika akan melakukan pelacakan kontak termasuk monitoring:
a. Formulir pemantauan harian.
b. Alat tulis
c. Termometer (menggunakan thermometer tanpa sentuh jika tersedia)
d. Hand sanitizer (cairan untuk cuci tangan berbasis alkohol)
e. Informasi KIE tentang COVID-19
f. Panduan pencegahan penularan di lingkungan rumah
g. Panduan alat pelindung diri (APD) untuk kunjungan rumah
h. Daftar nomor-nomor penting
i. Masker bedah
j. Identitas diri maupun surat tugas

Departemen Komunitas 28

Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19


k. Alat komunikasi (grup Whatsapp dan lain-lain)

Seluruh kegiatan tatalaksana kontak ini harus dilakukan dengan penuh empati kepada
kontak erat, menjelaskan dengan baik, dan tunjukkan bahwa kegiatan ini adalah untuk
kebaikan kontak erat serta mencegah penularan kepada orang-orang terdekat (keluarga,
saudara, teman dan sebagainya). Diharapkan tim promosi kesehatan juga berperan dalam
memberikan edukasi dan informasi yang benar kepada masyarakat.
Petugas surveilans kabupaten/kota dan petugas survelans provinsi diharapkan dapat
melakukan komunikasi, koordinasi dan evaluasi setiap hari untuk melihat perkembangan dan
pengambilan keputusan di lapangan.

Departemen Komunitas 29

Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19


SURVEILANS BERBASIS MASYARAKAT

Surveilans kesehatan masyarakat dapat mengidentifikasi sebagian besar kasus dan


kontak pada masyarakat Setiap daerah harus memiliki mekanisme surveilans yang
berkualitas dan didukung dengan kapasitas dan mekanisme laboratorium yang memadai.
Beberapa indikator di bawah ini dapat dimanfaatkan dalam menilai kapasitas surveilans

kesehatan masyarakat

Departemen Komunitas 30
Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19
Departemen Komunitas 31

Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19


Dalam konteks pandemi COVID-19, menemukan, menguji, dan mengisolasi kasus,
pelacakan kasus dan karantina tetap menjadi langkah utama dalam semua tahap respons.
Demikian pula langkah-langkah untuk memastikan perlindungan terhadap petugas kesehatan
dan kelompok rentan harus dipertahankan. Tergantung pada tingkat risiko, tindakan lain
seperti kegiatan di masyarakat, pembatasan pengumpulan massal, dan langkah-langkah
untuk mengurangi risiko masuknya virus harus diadaptasi.

Departemen Komunitas 32

Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19


PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENULARAN DI
MASYARAKAT

Masyarakat memiliki peran penting dalam memutus mata rantai penularan COVID-19
agar tidak menimbulkan sumber penularan baru. Mengingat cara penularannya berdasarkan
droplet infection dari individu ke individu, maka penularan dapat terjadi baik di rumah,
perjalanan, tempat kerja, tempat ibadah, tempat wisata maupun tempat lain dimana terdapat
orang berinteaksi sosial. Prinsipnya pencegahan dan pengendalian COVID-19 di masyarakat
dilakukan dengan:
1. Pencegahan Penularan pada Individu
Penularan COVID-19 terjadi melalui droplet yang mengandung virus SARS-CoV-2
yang masuk ke dalam tubuh melalui hidung, mulut dan mata, untuk itu pencegahan
penularan COVID-19 pada individu dilakukan dengan beberapa tindakan, seperti:
a. Membersihkan tangan secara teratur dengan cuci tangan pakai sabun dan air mengalir
selama 40-60 detik atau menggunakan cairan antiseptik berbasis alkohol (handsanitizer)
minimal 20 – 30 detik. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang
tidak bersih.
b. Menggunakan alat pelindung diri berupa masker yang menutupi hidung dan mulut jika
harus keluar rumah atau berinteraksi dengan orang lain yang tidak diketahui status
kesehatannya (yang mungkin dapat menularkan COVID-19).
c. Menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain untuk menghindari terkena droplet dari
orang yang yang batuk atau bersin. Jika tidak memungkin melakukan jaga jarak maka dapat
dilakukan dengan berbagai rekayasa administrasi dan teknis lainnya.
d. Membatasi diri terhadap interaksi / kontak dengan orang lain yang tidak diketahui status
kesehatannya.
e. Saat tiba di rumah setelah bepergian, segera mandi dan berganti pakaian sebelum kontak
dengan anggota keluarga di rumah.
f. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS)
seperti konsumsi gizi seimbang, aktivitas fisik minimal 30 menitsehari, istirahat yang cukup
termasuk pemanfaatan kesehatan tradisional. Pemanfaatan kesehatan tradisional, salah
satunyadilakukan denganmelaksanakan asuhan mandiri kesehatan tradisional
melaluipemanfaatan TamanObat Keluarga (TOGA) dan akupresur, yang meliputi;

Departemen Komunitas 33

Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19


1) Cara kesehatan tradisional untuk meningkatkan daya tahan tubuh

2) Cara kesehatan tradisional untuk meningkatkan nafsu makan

3) Cara kesehatan tradisional untuk mengatasi susah tidur

Departemen Komunitas 34
Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19
4) Cara kesehatan tradisional untuk mengatasi stress

5) Cara kesehatan tradisional untuk mengurangi keinginan merokok

g. Mengelola penyakit penyerta/komorbid agar tetap terkontrol


h. Mengelola kesehatan jiwa dan psikososial
Kondisi kesehatan jiwa dan kondisi optimal dari psikososialdapat tingkatkan melalui:
1) Emosi positif: gembira, senang dengan cara melakukankegiatan dan hobi yang disukai,
baik sendiri maupunbersama keluarga atau teman dengan mempertimbangkanaturan
pembatasan sosial berskala besar di daerah masing- masing;

2) Pikiran positif: menjauhkan dari informasi hoax,mengenang semua pengalaman


yang menyenangkan, bicarapada diri sendiri tentang hal yang positif (positive self-

Departemen Komunitas 35

Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19


talk),responsif (mencari solusi) terhadap kejadian, dan selaluyakin bahwa
pandemi akan segera teratasi;
3) Hubungan sosial yang positif: memberi pujian, memberiharapan antar sesama,
saling mengingatkan cara-cara positif, meningkatkan ikatan emosi dalam keluarga
dan kelompok, menghindari diskusi yang negatif, tetap melakukan komunikasi
secara daring dengan keluarga dan kerabat.
Ketentuan teknis peningkatan kesehatan jiwa dan psikososial merujuk pada
pedoman dukungan kesehatan jiwa dan psikososial pada pandemi COVID-19
yang disusun oleh Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan
Jiwa dan NAPZA.
i. Apabila sakit menerapkan etika batuk dan bersin. Jika berlanjut segera berkonsultasi dengan
dokter/tenaga kesehatan.
j. Menerapkan adaptasi kebiasaan baru dengan melaksanakan protokol kesehatan dalam
setiap aktivitas.

2. Perlindungan Kesehatan pada Masyarakat


COVID-19 merupakan penyakit yang tingkat penularannya cukuptinggi, sehingga
perlu dilakukan upaya perlindungan kesehatanmasyarakat yang dilakukan secara
komprehensif. Perlindungankesehatan masyarakat bertujuan mencegah terjadinya
penularandalam skala luas yang dapat menimbulkan beban besar terhadapfasyankes.
Tingkat penularan COVID-19 di masyarakat dipengaruhioleh adanya pergerakan orang,
interaksi antar manusia danberkumpulnya banyak orang, untuk itu perlindungan
kesehatanmasyarakat harus dilakukan oleh semua unsur yang ada dimasyarakat baik
pemerintah, dunia usaha, aparat penegak hukumserta komponen masyarakat lainnya.
Adapun perlindungankesehatan masyarakat dilakukan melalui,
a. Upaya pencegahan (prevent)
1) Kegiatan promosi kesehatan (promote) dilakukan melaluisosialisasi, edukasi, dan
penggunaan berbagai mediainformasi untuk memberikan pengertian dan
pemahamanbagi semua orang, serta keteladanan dari pimpinan, tokohmasyarakat,
dan melalui media mainstream.
2) Kegiatan perlindungan (protect) antara lain dilakukanmelalui penyediaan sarana cuci
tangan pakai sabun yangmudah diakses dan memenuhi standar atau
penyediaanhandsanitizer, upaya penapisan kesehatan orang yang akan masuk ke

permukaan, ruangan, dan peralatan secara berkala, serta penegakkan


kedisplinan pada perilaku masyarakat yang berisiko dalam penularan dan

Departemen Komunitas 36

Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19


tempat dan fasilitas umum, pengaturan jaga jarak, disinfeksi terhadap

permukaan, ruangan, dan peralatan secara berkala, serta penegakkan


kedisplinan pada perilaku masyarakat yang berisiko dalam penularan dan

Departemen Komunitas 36

Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19


tertularnya COVID-19 seperti berkerumun, tidak menggunakan masker,
merokok di tempat dan fasilitas umum dan lain sebagainya.
b. Upaya penemuan kasus (detect)
1) Deteksi dini untuk mengantisipasi penyebaran COVID-19 dapat dilakukan semua unsur
dan kelompok masyarakat melalui koordinasi dengan dinas kesehatan setempat atau
fasyankes.
2) Melakukan pemantauan kondisi kesehatan (gejala demam, batuk, pilek, nyeri
tenggorokan, dan/atau sesak nafas) terhadap semua orang yang berada di lokasi
kegiatan tertentu seperti tempat kerja, tempat dan fasilitas umum atau kegiatan
lainnya.
c. Unsur penanganan secara cepat dan efektif (respond)
Melakukan penanganan untuk mencegah terjadinya penyebaran yang lebih luas,
antara lain berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat atau fasyankes untuk
melakukan pelacakan kontak erat, pemeriksaan laboratorium serta penanganan lain
sesuai kebutuhan. Penanganan kesehatan masyarakat terkait respond adanya kasus
COVID-19 meliputi:
1) Pembatasan Fisik dan Pembatasan Sosial
Pembatasan fisik harus diterapkan oleh setiap individu. Pembatasan fisik
merupakan kegiatan jaga jarak fisik (physical distancing) antar individu yang
dilakukan dengan cara:
a) Dilarang berdekatan atau kontak fisik dengan orang mengatur jaga jarak minimal
1 meter, tidak bersalaman, tidak berpelukan dan berciuman
b) Hindari penggunaan transportasi publik (seperti kereta, bus, dan angkot) yang
tidak perlu, sebisa mungkin hindari jam sibuk ketika berpergian.
c) Bekerja dari rumah (Work from Home), jika memungkinkan dan kantor
memberlakukan ini
d) Dilarang berkumpul massal di kerumunan dan fasilitas umum
e) Hindari bepergian ke luar kota/luar negeri termasuk ke tempat-tempat wisata
f) Hindari berkumpul teman dan keluarga, termasuk
berkunjung/bersilaturahmi/mengunjungi orang sakit/melahirkan tatap muka dan
menunda kegiatan bersama. Hubungi mereka dengan telepon, internet, dan media
sosial
g) Gunakan telepon atau layanan online untuk menghubungi dokter atau fasilitas
h) Jika anda sakit, dilarang mengunjungi orang tua/lanjut usia. Jika anda
tinggal satu rumah dengan mereka, maka hindari interaksi langsung dengan
mereka dan pakai masker kain meski di dalam rumah

Departemen Komunitas 37

Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19


lainnya

h) Jika anda sakit, dilarang mengunjungi orang tua/lanjut usia. Jika anda
tinggal satu rumah dengan mereka, maka hindari interaksi langsung dengan
mereka dan pakai masker kain meski di dalam rumah

Departemen Komunitas 37

Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19


i) Untuk sementara waktu, anak sebaiknya bermain bersama keluarganya
sendiri di rumah
j) Untuk sementara waktu, dapat melaksanakan ibadah di rumah
k) Jika terpaksa keluar harus menggunakan masker kain
l) Membersihkan /disinfeksi rumah, tempat usaha, tempat kerja, tempat ibadah,
kendaraan dan tempat tempat umum secara berkala
m) Dalam adaptasi kebiasaan baru, maka membatasi jumlah pengunjung dan waktu
kunjungan, cek suhu pengunjung, menyediakan tempat cuci tangan pakai sabun
dan air mengalir, pengecekan masker dan desinfeksi secara berkala untuk mall
dan tempat tempat umum lainnya
n) Memakai pelindung wajah dan masker kepada para petugas/pedagang yang
berinteraksi dengan banyak orang
Semua orang harus mengikuti ketentuan ini. khususnya jika:
a) Berusia 60 tahun keatas
b) Memiliki penyakit komorbid (penyakit penyerta) seperti diabetes melitus,
hipertensi, kanker, asma dan Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) dan lain- lain
c) Ibu hamil
Pada suatu wilayah yang telah terjadi penularan COVID-19 di komunitas,
perlu dilakukan tindakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk
mencegah kemungkinan penyebaran COVID-I9 dengan tetap memperhatikan
pembatasan fisik.
PSBB diberlakukan berdasarkan pada pertimbangan epidemiologis,
besarnya ancaman, efektifitas, dukungan sumber daya, teknis operasional,
pertimbangan politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan.
PSBB paling sedikit meliputi: meliburkan sekolah dan tempat kerja;
pembatasan kegiatan keagamaan; dan/atau pembatasan kegiatan di tempat atau
fasilitas umum. Selain itu, pembatasan sosial juga dilakukan dengan meminta
masyarakat untuk mengurangi interaksi sosialnya dengan tetap tinggal di dalam
rumah maupun pembatasan penggunaan transportasi publik. Penjelasan lebih
lengkap mengenai PSBB mengacu pada ketentuan peraturan perundang-
undangan.
2) Penerapan Etika Batuk dan Bersin Menerapkan
etika batuk dan bersin meliputi:
a) Jika memiliki gejala batuk bersin, pakailah masker medis. Gunakan masker dengan
tepat, tidak membuka tutup masker dan tidak menyentuh permukaan

Departemen Komunitas 38

Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19


masker. Bila tanpa sengaja menyentuh segera cuci tangan dengan sabun dan
air mengalir atau menggunakan pembersih tangan berbasis alkohol
b) Jika tidak memiliki masker, saat batuk dan bersin gunakan tisu lalu langsung buang
tisu ke tempat sampah tertutup dan segera cuci tangan dengan sabun dan air
mengalir atau menggunakan pembersih tangan berbasis alkohol
c) Jika tidak ada tisu, saat batuk dan bersin tutupi dengan lengan atas bagian dalam
3) Isolasi Mandiri/Perawatan di Rumah
Isolasi mandiri atau perawatan di rumah dilakukan terhadap orang yang
bergejala ringan dan tanpa kondisi penyerta seperti (penyakit paru, jantung, ginjal
dan kondisi immunocompromise). Tindakan ini dapat dilakukan pada pasien
dalam pengawasan, orang dalam pemantauan dan kontak erat yang bergejala
dengan tetap memperhatikan kemungkinan terjadinya perburukan. Beberapa
alasan pasien dirawat di rumah yaitu perawatan rawat inap tidak tersedia atau
tidak aman. Pertimbangan tersebut harus memperhatikan kondisi klinis dan
keamanan lingkungan pasien. Pertimbangan lokasi dapat dilakukan di rumah,
fasilitas umum, atau alat angkut dengan mempertimbangkan kondisi dan situasi
setempat. Perlu dilakukan informed consent terhadap pasien yang melakukan
perawatan rumah.
Penting untuk memastikan bahwa lingkungan tempat pemantauan kondusif
untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan medis yang diperlukan orang
tersebut. Idealnya, satu atau lebih fasilitas umum yang dapat digunakan untuk
pemantauan harus diidentifikasi dan dievaluasi sebagai salah satu elemen
kesiapsiagaan menghadapi COVID-19. Evaluasi harus dilakukan oleh pejabat
atau petugas kesehatan masyarakat.
Selama proses pemantauan, pasien harus selalu proaktif berkomunikasi
dengan petugas kesehatan. Petugas kesehatan yang melakukan pemantauan
menggunakan APD minimal berupa masker bedah dan sarung tangan karet sekali
pakai (jika harus kontak dengan cairan tubuh pasien). Prosedur pencegahan dan
pengendalian infeksi untuk isolasi di rumah:
a) Tempatkan pasien/orang dalam ruangan tersendiri yang memiliki ventilasi yang
baik (memiliki jendela terbuka, atau pintu terbuka).
b) Batasi pergerakan dan minimalkan berbagi ruangan yang sama. Pastikan ruangan
bersama (seperti dapur, kamar mandi) memiliki ventilasi yang baik.
c) Anggota keluarga yang lain sebaiknya tidur di kamar yang berbeda, dan jika tidak
memungkinkan maka jaga jarak minimal 1 meter dari pasien (tidur di tempat tidur
berbeda).

Departemen Komunitas 39

Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19


d) Batasi jumlah orang yang merawat pasien. Idealnya satu orang yang benar- benar
sehat tanpa memiliki gangguan kesehatan lain atau gangguan kekebalan.
Pengunjung/penjenguk tidak diizinkan sampai pasien benar- benar sehat dan tidak
bergejala.
e) Lakukan hand hygiene (cuci tangan) segera setiap ada kontak dengan pasien atau
lingkungan pasien. Lakukan cuci tangan sebelum dan setelah menyiapkan
makanan, sebelum makan, setelah dari kamar mandi, dan kapanpun tangan
kelihatan kotor. Jika tangan tidak tampak kotor dapat menggunakan handsanitizer,
dan untuk tangan yang kelihatan kotor menggunakan air dan sabun.
f) Jika mencuci tangan menggunakan air dan sabun, handuk kertas sekali pakai
direkomendasikan. Jika tidak tersedia bisa menggunakan handuk bersih dan segera
ganti jika sudah basah.
g) Pasien menggunakan masker bedah jika berada di sekitar orang-orang yang berada
di rumah atau ketika mengunjungi fasyankes untuk mencegah penularan melalui
droplet. Anak berusia 2 tahun ke bawah tidak dianjurkan menggunakan masker.
h) Orang yang memberikan perawatan menggunakan masker bedah terutama jika
berada dalam satu ruangan dengan pasien. Masker tidak boleh dipegang selama
digunakan. Jika masker kotor atau basah segera ganti dengan yang baru. Buang
masker dengan cara yang benar (jangan disentuh bagian depan, tapi mulai dari
bagian belakang dengan memegang tali masker). Buang masker bedah segera dan
segera cuci tangan.
i) Gunakan sarung tangan dan masker bedah jika harus memberikan perawatan
mulut atau saluran nafas dan ketika kontak dengan darah, tinja, air kencing atau
cairan tubuh lainnya seperti ludah, dahak, muntah dan lain- lain. Cuci tangan
sebelum dan sesudah membuang sarung tangan dan masker.
j) Jangan gunakan masker atau sarung tangan yang telah terpakai.
k) Pisahkan alat makan untuk pasien (cuci dengan sabun dan air hangat setelah dipakai
agar dapat digunakan kembali).
l) Bersihkan permukaan di sekitar pasien termasuk toilet dan kamar mandi secara
teratur. Sabun atau detergen rumah tangga dapat digunakan, kemudian larutan
NaOCl 0.5% (setara dengan 1 bagian larutan pemutih dan 9 bagian air).
m) Cuci pakaian, seprai, handuk, masker kain pasien menggunakan sabun cuci rumah
tangga dan air atau menggunakan mesin cuci dengan suhu air 60-

Departemen Komunitas 40

Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19


900C dengan detergen dan keringkan. Tempatkan pada kantong khusus dan
jangan digoyang-goyang, dan hindari kontak langsung kulit dan pakaian
dengan bahan-bahan yang terkontaminasi. Menggunakan sarung tangan
saat mencuci dan selalu mencuci tangan sebelum dan setelah menggunakan
sarung tangan.
n) Sarung tangan, masker dan bahan-bahan sisa lain selama perawatan harus dibuang
di tempat sampah di dalam ruangan pasien yang kemudian ditutup rapat sebelum
dibuang sebagai kotoran infeksius.
o) Hindari kontak dengan barang-barang terkontaminasi lainya seperti sikat gigi, alat
makan-minum, handuk, pakaian dan sprei.
p) Ketika petugas kesehatan memberikan pelayanan kesehatan rumah, maka selalu
perhatikan APD dan ikut rekomendasi pencegahan penularan penyakit melalui
droplet.
4) Pelaksanaan Tindakan Karantina Terhadap Populasi Berisiko
Tindakan karantina dilakukan untuk mengurangi risiko penularan dan
identifikasi dini COVID-19 melalui upaya memisahkan individu yang sehat atau
belum memiliki gejala COVID-19, tetapi memiliki riwayat kontak dengan pasien
konfirmasi COVID-19 atau memiliki riwayat bepergian ke wilayah yang sudah
terjadi transmisi lokal. Tindakan karantina dilakukan terhadap populasi berisiko
seperti kontak erat dan pelaku perjalanan dari luar negeri.
Karantina dilakukan terhadap kontak erat untuk mewaspadai munculnya gejala
sesuai definisi operasional. Lokasi karantina dapat dilakukan di rumah, fasilitas
umum, atau alat angkut dengan mempertimbangkan kondisi dan situasi setempat.
Penting untuk memastikan bahwa lingkungan tempat pemantauan kondusif untuk
memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan medis yang diperlukan orang tersebut.
Idealnya, satu atau lebih fasilitas umum yang dapat digunakan untuk observasi
harus diidentifikasi dan dievaluasi sebagai salah satu elemen kesiapsiagaan
menghadapi COVID-19. Evaluasi harus dilakukan oleh pejabat atau petugas
kesehatan masyarakat.
Setiap akan melakukan karantina maka harus mengkomunikasikan dan
mensosialisasikan tindakan yang akan dilakukan dengan benar, untuk
mengurangi kepanikan dan meningkatkan kepatuhan:
a) Masyarakat harus diberikan pedoman yang jelas, transparan, konsisten, dan terkini
serta diberikan informasi yang dapat dipercaya tentang tindakan karantina
b) Keterlibatan masyarakat sangat penting jika tindakan karantina harus dilakukan

Departemen Komunitas 41

Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19


c) Orang yang di karantina perlu diberi perawatan kesehatan, dukungan sosial dan
psikososial, serta kebutuhan dasar termasuk makanan, air dan kebutuhan pokok
lainnya. Kebutuhan populasi rentan harus diprioritaskan
d) Faktor budaya, geografis dan ekonomi mempengaruhi efektivitas karantina.
Penilaian cepat terhadap faktor lokal harus dianalisis, baik berupa faktor
pendorong keberhasilan maupun penghambat proses karantina
Pada pelaksanaan karantina harus memastikan hal-hal sebagai berikut:
a) Tata cara dan perlengkapan selama masa karantina Tata
cara karantina meliputi:
(1) Orang-orang ditempatkan di ruang dengan ventilasi cukup serta kamar
tersendiri yang dilengkapi dengan toilet. jika kamar tersendiri tidak tersedia
pertahankan jarak minimal 1 meter dari penghuni rumah lain. meminimalkan
penggunaan ruang bersama dan penggunaan peralatan makan bersama, serta
memastikan bahwa ruang bersama (dapur, kamar mandi) memiliki ventilasi
yang baik
(2) Pengendalian infeksi lingkungan yang sesuai, seperti ventilasi udara yang
memadai, sistem penyaringan dan pengelolaan limbah
(3) Pembatasan jarak sosial (lebih dari 1 meter) terhadap orang-orang yang di
karantina
(4) Akomodasi dengan tingkat kenyamanan yang sesuai termasuk:
(a) Penyediaan makanan, air dan kebersihan;
(b) Perlindungan barang bawaan;
(c) Perawatan medis;
(d) Komunikasi dalam bahasa yang mudah dipahami mengenai: hak- hak
mereka; ketentuan yang akan disediakan; berapa lama mereka harus
tinggal; apa yang akan terjadi jika mereka sakit; informasi kontak
kedutaan bagi Warga Negara Asing.
(5) Bantuan bagi para pelaku perjalanan
(6) Bantuan komunikasi dengan anggota keluarga;
(7) Jika memungkinkan, akses internet, berita dan hiburan;
(8) Dukungan psikososial; dan
(9) Pertimbangan khusus untuk individu yang lebih tua dan individu dengan
kondisi komorbid, karena berisiko terhadap risiko keparahan penyakit COVID-

Departemen Komunitas 42

Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19


19.
b) Tindakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Minimal

Departemen Komunitas 43

Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19


Berikut langkah-langkah pencegahan dan pengendalian infeksi yang
harus digunakan untuk memastikan lingkungan aman digunakan sebagai
tempat karantina
(1) Deteksi dini dan pengendalian
(a) Setiap orang yang dikarantina dan mengalami demam atau gejala sakit
pernapasan lainnya harus diperlakukan sebagai suspek COVID-19
(b) Terapkan tindakan pencegahan standar untuk semua orang dan petugas
(2) Cuci tangan sesering mungkin, terutama setelah kontak dengan saluran
pernapasan, sebelum makan, dan setelah menggunakan toilet. Cuci tangan
dapat dilkukan dengan sabun dan air atau dengan handsanitizer yang
mengandung minimal alkohol 70 %. Penggunaan handsanitizer yang
mengandung alkohol lebih disarankan jika tangan tidak terlihat kotor. Bila
tangan terlihat kotor, cucilah tangan menggunakan sabun dan air
(3) Pastikan semua orang yang diobservasi menerapkan etika batuk
(4) Jangan menyentuh mulut, hidung dan mata
(5) Pengendalian Administratif
Pengendalian administratif meliputi:
(a) Pembangunan infrastruktur PPI yangberkelanjutan (desain fasilitas) dan
kegiatan
(b) Memberikan edukasi pada orang yangdiobservasi tentang PPI. Semua
petugas yangbekerja perlu dilatih tentang tindakanpencegahan standar
sebelum pengendaliankarantina dilaksanakan. Saran yang samatentang
tindakan pencegahan standar harusdiberikan kepada semua orang pada
saatkedatangan. Petugas dan orang yangdiobservasi harus memahami
pentingnyasegera mencari pengobatan jika mengalamigejala
(c) Membuat kebijakan tentang pengenalan awaldan rujukan dari kasus
COVID- 19
(6) Pengendalian Lingkungan
Prosedur pembersihan dan disinfeksi lingkunganharus diikuti dengan
benar dan konsisten.Petugas kebersihan perlu diedukasi dandilindungi
dari infeksi COVID-19 dan petugaskebersihan harus memastikan bahwa

permukaanlingkungan dibersihkan secara teratur selamaperiode


observasi:

Departemen Komunitas 43

Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19


(a) Bersihkan dan disinfeksi permukaan yangsering disentuh seperti meja,
rangka tempattidur, dan perabotan kamar tidur lainnyasetiap hari dengan
disinfektan rumah tanggayang mengandung larutan pemutih
encer(pemutih 1 bagian hingga 99 bagian air).Untuk permukaan yang tidak
mentolerirpemutih maka dapat menggunakan etanol70%
(b) Bersihkan dan disinfeksi permukaan kamarmandi dan toilet setidaknya
sekali sehari dengan disinfektan rumah tangga yang mengandung larutan
pemutih encer (1 bagian cairan pemutih dengan 99 bagian air)
(c) Membersihkan pakaian, seprai, handuk mandi, dan lain-lain, menggunakan
sabun cuci dan air atau mesin cuci di 60–90°C dengan deterjen biasa dan
kering
(d) Harus mempertimbangkan langkah-langkah untuk memastikan sampah
dibuang di TPA yang terstandar, dan bukan di area terbuka yang tidak
diawasi
(e) Petugas kebersihan harus mengenakan sarung tangan sekali pakai saat

membersihkan atau menangani permukaan, pakaian atau linen yang


terkotori oleh cairan tubuh, dan harus melakukan kebersihan tangan
sebelum dan sesudah melepas sarung tangan

3. Pencegahan pada Tingkat Rumah Tangga


a. Cuci tangan Anda secara rutin. Gunakan sabun dan air, atau cairan pembersih tangan
berbahan alkohol.
b. Selalu jaga jarak aman dengan orang yang batuk atau bersin.
c. Kenakan masker jika pembatasan fisik tidak dimungkinkan.
d. Jangan sentuh mata, hidung, atau mulut Anda.
e. Saat batuk atau bersin, tutup mulut dan hidung Anda dengan lengan atau tisu.
f. Jangan keluar rumah jika merasa tidak enak badan.
g. Rutin meminum vitamin untuk menguatkan imun tubuh
h. Makan makanan bergizi serta minum air putih yang cukup agar dapat meningkatkan
imunitas tubuh.
i. Jika demam, batuk, atau kesulitan bernapas, segera cari bantuan medis.
j. Telepon terlebih dahulu agar penyedia layanan kesehatan dapat segera mengarahkan Anda
ke fasilitas kesehatan yang tepat. Tindakan ini akan melindungi Anda serta mencegah
penyebaran virus dan infeksi lainnya.
k. Selalu mengenakan masker saat ada keperluan diluar rumah

Departemen Komunitas 44
Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19
l. Masker dapat membantu mencegah penyebaran virus dari orang yang mengenakannya
kepada orang lain, masker yang disarankan tentunya adalah masker medis yang dapat
menyaring kotoran,virus,atau bakteri, apabila mengenakan masker dari bahan kain dapat
dilapisi menggunakan tissue. Mengenakan masker saja tidak cukup untuk melindungi diri
dari COVID-19, sehingga harus dikombinasikan dengan pembatasan fisik dan kebersihan
tangan. Ikuti saran yang diberikan oleh otoritas kesehatan setempat.

Departemen Komunitas 45

Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19


DAFTAR PUSTAKA

Asadi-Pooya AA, Simani L. (2020). Central nervous system manifestations of COVID-19: A


systematic review. J Neurol Sci.

Centers for Disease Control and Prevention (2020). Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).
People Who Are at Higher Risk for Severe Illness.

Corman VM, Lienau J, Witzenrath M (2019). Coronaviruses as the cause of respiratory


infections. Internist.

Duong L, Xu P, Liu A (2020). Meningoencephalitis without respiratory failure in a young female


patient with COVID-19 infection in Downtown Los Angeles, early April 2020. Brain Behav
Immun.

Government of Canada (2020). Physical Distancing (Fact Sheet).

Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 (2020). Standar Alat Pelindung Diri (APD)
untuk Penanganan Covid-19 di Indonesia

Health Direct, Australian Govevernment Department of Health (2020). Social Distancing and
How to Avoid the COVID-19 Infection.

Johns Hopkins Medicine. Coronavirus, Social Distancing and Self-Quarantine. Sleep


Foundation. Stress and Your Immune System‟s Response

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2020). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian


Coronavirus Disease (COVID-19).

Prem, et al. (2020). The Effect of Control Strategies to Reduce Social Mixing on Outcomes of
the COVID-19 Epidemic in Wuhan, China: a Modelling Study.
DOI:https://doi.org./10.1016/S2468-2667(20)30073-6.

Sekretariat Kabinet Republik Indonesia (2020). Rangkuman Arahan Presiden Kepada 34


Gubernur Hadapi Covid-19.

World Health Organization (2020). Coronavirus Disease Disease (COVID-19) Advice for the
Public.

Departemen Komunitas 46

Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19


TIM PENYUSUN

Modul ini disusun oleh mahasiswa Program Studi Profesi Ners Kelompok 2A Tahun 2020
Universitas Brawijaya. Kami menyadari masih banyak sekali kekurangan yang ada pada
modul ini. Kami sangat mengharapkan kritik, saran dan masukan yang membangun. Semoga
modul ini dapat menjadi pedoman dan bermanfaat dalam penanggulangan pandemi COVID-
19 di lingkungan seluruh Keluarga Mahasiswa Program Studi Profesi Tahun 2020 Universitas
Brawijaya.

Penyusun

Aini Nur Farihah


Anjas Florenza Margianto
Annisa Fatia Putri
Diana Nanda Saputri
Dika Febrianti
Dwi Harsanto Kurniawan
Hirni Adiriani
Meike Sylviana
Merdiana Indah Permata
Nafisah

Departemen Komunitas 47

Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19


Nurmalia Filda Syafiky

Departemen Komunitas 48

Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19


LAMPIRAN

1. Alat Pelindung Diri

Departemen Komunitas 48
Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19
Departemen Komunitas 49

Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19


Departemen Komunitas 50

Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19


Departemen Komunitas 51

Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19


Departemen Komunitas 52
Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19
Departemen Komunitas 53
Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19
Departemen Komunitas 54
Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19
Departemen Komunitas 55

Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19


Sepatu bot

Departemen Komunitas 56

Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19


2. Cuci Tangan yang Baik dan Benar
Salah satu perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang selalu digaungkan sejak
lama untuk menjaga kesehatan dan kebersihan pribadi adalah mencuci tangan. Perilaku
ini seharusnya menjadi kebiasaan yang sangat baik, karena selain untuk menjaga
kesehatan dan kebersihan, agama juga mengajarkannya. Tangan merupakan media
yang sangat ampuh untuk berpindahnya penyakit, karena tangan digunakan untuk
memegang benda-benda yang seringkali tidak kita ketahui dengan pasti kebersihannya.
Salah satu contoh adalah ketika kita memegang handle pintu atau pegangan dalam
kendaraan, kita tidak pernah tahu apakah ada agen penyakit (virus/bakteri) yang
menempel disana, bisa jadi sebelumnya dipegang oleh orang yang batuk/bersin ditutup
oleh tangannya.
Kemudian tangan kita yang sudah memegang handle pintu tersebut menutup mulut
kita yang menguap atau langsung memegang makanan. Jelas sudah terjadi proses
perpindahan agen penyakit disana. Jika saat itu daya tahan tubuh kita lemah, dalam masa
inkubasi kita pun akan mengalami gejala yang sama. Mencuci tangan sangat diutamakan
pada waktu-waktu penting, antara lain sebelum makan, setelah buang air besar, sebelum
menjamah makanan, sebelum menyusui/menyiapkan susu bayi, dan setelah beraktifitas.
Sebagai kebiasaan yang baik, mencuci tangan perlu memenuhi cara yang benar, agar
kita yakin bahwa seluruh permukaan tangan sudah terbasuh dan benar-benar bersih.
Urutan cara-cara tersebut tergambar dalam flyer berikut ini:

Departemen Komunitas 57

Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19


Departemen Komunitas 58
Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19
3. Physical Distancing
Physical distancing atau pembatasan jarak fisik adalah upaya yang dilakukan untuk
mengendalikan penyebaran infeksi virus Corona dan mencegah COVID-19. Saat
menjalani physical distancing, Anda diminta untuk tidak bepergian ke tempat yang ramai,
misalnya mal, restoran, pasar, serta gym, atau pusat kebugaran. Sebisa mungkin hindari
juga menggunakan commuter line, busway, atau transportasi umum lainnya yang padat
penumpang.
Dalam prakteknya, physical distancing juga dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut
ini:
 Jangan keluar rumah, kecuali untuk urusan penting, seperti membeli kebutuhan pokokatau
berobat ketika sakit.
 Sapa orang lain dengan lambaian tangan, bukan dengan berjabat tangan.
 Bekerja atau belajarlah dari rumah.
 Manfaatkan telepon genggam atau video call untuk tetap terhubung dengan kerabat dan
rekan kerja.

Departemen Komunitas 59
Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19
Departemen Komunitas 60

Modul Pendidikan Kesehatan COVID-19


62

Lampiran 5. (Poster)
299

SOP SKRINING COVID-19


KOMPONEN DESKRIPSI
KONSEP DASAR Screening Covid-19 adalah protokol penanganan virus corona
yang wajib dilakukan. Screening atau deteksi Covid-19 adalah langkah
penting dalam mencegah penularan penyakit yang diakibatkan oleh
virus corona. Screening Covid-19 merupakan tindakan awal yang
dilakukan oleh petugas kesehatan terhadap semua pasien dengan
gejala Covid-19 yang datang ke fasilitas kesehatan dari puskesmas
hingga rumah sakit. Tindakan ini dilakukan untuk menentukan pasien
perlu dilakukan rujukan ke rumah sakit khusus rujukan Covid-19 atau
tidak, perlu menjalani tes awal, atau dapat diperiksa secara umum
sesuai dengan keluhan.
Screening Covid-19 dilakukan oleh petugas medis yang
berkompeten sesuai dengan pedoman protokol penanganan Covid-19
yang diterbitkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Screening dapat dilakukan di fasilitas kesehatan tingkat pertama seperti
puskesmas hingga rumah sakit. Prosedur ini penting demi keamanan
pasien dan orang lain yang berada di sekitarnya, termasuk petugas
medis yang menangani. Kerja sama pasien diperlukan untuk
memperoleh bukti yang valid, karena ketidakjujuran dalam pemberian
keterangan dapat berpotensi dalam penyebaran virus corona terhadap
orang-orang yang berinteraksi dengan pasien, termasuk dokter dan
perawat.
Berdasarkan protokol penanganan Covid-19, Direktur Jenderal
Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
menyebutkan bahwa terdapat dua cara screening Covid-19 yang dapat
dilakukan di puskesmas. Cara pertama adalah rapid test untuk
memeriksa keberadaan antibodi pasien. Pemeriksaan ini dilakukan
dengan cara mengambil sampel darah terduga pasien corona. Cara
kedua adalah melalui swab test dengan metode Polymerase Chain
Reaction (PCR). Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengambil
sampel cairan dari pangkal hidung atau tenggorokan pasien.
Sebelum melakukan prosedur screening Covid-19 itu, pasien akan
melakukan wawancara dan pemeriksaan epidemiologi. Petugas akan
menanyakan ha-hal yang berkaitan dengan Covid-19, seperti daerah
300

yang pernah dikunjungi pasien, aktivitas yang dilakukan pasien,


interaksi dengan terduga pasien Covid-19, maupun acara yang pernah
diikuti pasien. Dari jawaban yang diberikan pasien, petugas akan
menentukan tindakan rapid test atau swab test (Kemenkes RI, 2020).
TUJUAN Umum :
Deteksi dini kasus Covid-19 untuk mencegah penyebaran yang lebih
luas
Khusus :
• Mendeteksi kasus dan penularan berkelanjutan dari manusia ke
manusia.
• Mengetahui karakteristik epidemiologi, klinis dan virus penyakit
• Melakukan respon cepat terhadap kasus Covid-19 dan populasi
yang berisiko
• Mengidentifikasi faktor risiko infeksi Covid-19
• Tersedianya informasi epidemiologi Covid-19 sebagai dasar
pengambilan kebijakan.
• Memastikan tidak adanya transmisi virus Covid-19 di Indonesia
ALAT DAN Sarana dan Prasarana Skrining
BAHAN • Penggunaan sarung tangan: Sarung tangan hanya diperlukan jika
diperkirakan akan terjadi kontak langsung dengan darah atau
cairan tubuh lain, seperti sekresi dan ekskrei, selaput mukus, atau
kulit terbuka (seperti saat melakukan rapid diagnostic test (RDT)
malaria atau pemeriksaan antenatal dan postnatal tertentu).
• Peralatan dan permukaan: Peralatan dan permukaan harus
dibersihkan dengan air dan sabun atau detergen, kemudian diberi
disinfektan; protokol pengelolaan aman limbah harus diikuti.
• Masker medis: Penggunaan masker medis tergantung pada tugas
yang dijalankan (misalnya, apakah diperkirakan akan terjadi
cipratan) dan konteks serta skenario penularan
• APD tidak diperlukan untuk skrining jika dapat dijaga jarak fisik
minimal 1 m
• Kewaspadaan kontak dan droplet mencakup penggunaan masker
medis, jubah, sarung tangan, dan pelindung mata
• Mengidentifikasi kebutuhan dan ketersediaan sabun, air mengalir,
pembersih tangan berbasis alkohol, masker, dan tisu
301

• Pemeriksaan suhu tubuh menggunakan thermogun dan thermal


scanner.
PROSEDUR Adapun ruang lingkup manajemen klinis meliputi:
a. Pelayanan COVID-19 di fasyankes baik di Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama (FKTP) maupun di Fasilitas Kesehatan Rujukan
Tingkat Lanjut (FKRTL) meliputi triase awal, anamnesis secara
komprehensif, mulai dari keluhan yang disesuaikan dengan gejala
klinis, riwayat penyakit terdahulu dan riwayat penyakit penyerta,
termasuk latar belakang contact tracing, surveillance di daerahnya,
pemeriksaan fisik didukung dengan pemeriksaan penunjang yang
distandarkan sebagai penunjang diagnosis, sampai pasien
mendapatkan terapi, serta pemulangan dengan kriteria sembuh,
atau belum sembuh, sehingga pasien dapat melanjutkan isolasi
mandiri.
b. Menjelaskan kriteria pasien masuk rawat inap dan kriteria pasien
pulang rawat, pada pasien dengan kriteria dan pasien kondisi
tertentu (dengan penyakit penyerta, dengan co-insidensdan
dengan komplikasi).
Manajemen Klinis COVID-19
1. Triage: Deteksi Dini Pasien dalam Pengawasan COVID-19
Penapisan dan pemisahan pasien yang dicurigai COVID-19 harus
dilakukan pada kontak pertama pasien dengan fasyankes, di FKTP
maupun di FKRTL baik di IGD dan rawat jalan.
Langkah awal dalam identifikasi individu yang diduga atau
dikonfirmasi COVID-19 adalah dengan skrining semua pengunjung
fasyankes pada titik kontak pertama. Pelaksanaan skrining
dilakukan di semua fasyankes seperti rumah sakit, puskesmas,
klinik, dan praktik perorangan, serta dapat juga melalui call
centerpelayanan gawat darurat 119/Public Safety Center(PSC
119). Panduan petugas pelayanan call center pelayanan gawat
darurat 119/Public Safety Center(PSC 119) dapat merujuk pada
panduan terlampir.
Skrining dapat menggunakan serangkaian kegiatan seperti
pemeriksaan suhu tubuh dengan thermal gun, pertanyaan
sederhana seperti ada demam atau riwayat demam, batuk, nyeri
302

tenggorokan, hidung tersumbat, sesak nafas, malaise, sakit


kepala, nyeri otot, riwayat kontak erat dengan pasien konfirmasi
dan atau riwayat perjalanan dalam 14 hari dari negara atau
wilayah transmisi lokal untuk mendapatkan status awal pasien ada
tidaknya gejala COVID-19. Sebaiknya membuat protokol skrining
di semua titik akses masuk ke fasyankes dan selama kegiatan
pelacakan kontak/contact tracing.
Pertimbangkan COVID-19 sebagai etiologi yang paling
memungkinkan untuk pasien yang mengalami ISPA berat dan
memenuhi kriteria definisi operasional surveilans. Infeksi COVID-
19 dapat menyebabkan gejala ISPA ringan sampai berat bahkan
sampai terjadi Acute Respiratory Distress Syndrome(ARDS),
sepsis dan syok septik.
Deteksi dini manifestasi klinis (tabel 5.1, terlampir) akan
memberikan kesempatan yang cukup untuk penerapan
tatalaksana dan PPI yang tepat. Setelah skrining pasien pada
triase dengan dugaan COVID-19 dilakukan evaluasi pasien untuk
menentukan tingkat keparahan penyakit (lihat Tabel 5.1,
terlampir).
Setelah penilaian awal, manajemen dan stabilisasi, pasien
diarahkan ke tujuan perawatan COVID-19 yang sesuai, yaitu di
dalam fasyankes (unit perawatan kritis atau bangsal), atau dirujuk
ke fasyankes yang berbeda, fasilitas komunitas atau rumah, sesuai
dengan kebutuhan medis pasien. Mayoritas pasien dengan gejala
ringan tidak memerlukan rawat inap kecuali ada kekhawatiran
tentang kemungkinan terjadinya perburukan yang cepat dan
sesuai dengan pertimbangan medis. Pasien yang berusia lanjut
dan memiliki penyakit komorbid (contohnya: penyakit
kardiovaskuler dan diabetes) memiliki resiko lebih besar untuk
mengalami gejala yang lebih berat dan mengalami kematian,
sehingga dapat dipertimbangkan untuk mendapat perawatan.
Deteksi cepat COVID-19 diselenggarakan sesuai manifestasi
klinis dan sesuai definisi operasional surveilans COVID-19.
Sebagian pasien yang dirawat (15%) akan mengalami sakit berat
yang memerlukan terapi oksigen dan sekitar 5% akan dirawat di
303

ICU dan sebagian diantaranya memerlukan ventilator mekanik.


Pnemonia berat merupakan diagnosis yang paling umum untuk
pasien COVID-19 yang sakit berat. Pasien dengan gejala ringan,
sedang atau berat/kritis dapat dirawat di rumah sakit rujukan
COVID-19 atau rumah sakit lain yang memiliki fasilitas sesuai
standar pelayanan yang telah ditentukan, sementara itu pasien
dengan gejala ringan hingga sedang dapat juga dirawat di Rumah
Sakit Lapangan/Rumah Sakit Darurat terutama bagi pasien yang
dapat mandiri/self handling selama dirawat.
2. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
a. Anamnesis dilakukan dengan wawancara baik langsung pada
pasien (Auto anamnese) atau pada orang tua atau sumber lain
(Alloanamneses) untuk menegakkan diagnosa.
b. Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah
proses dari tenaga medis memeriksa tubuh pasien untuk
menemukan tanda klinis penyakit.
PROSEDUR SKRINING PUSKESMAS
Sejumlah pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) di Indonesia
ikut menyediakan layanan pemeriksaan COVID-19 melalui uji antibodi
(rapid test) dan pengambilan sampel cairan di tenggorokan (throat
swab).
Metode screening yang dilakukan adalah hasil penelusuran
terhadap masyarakat yang diduga kontak erat dengan kasus COVID-19
yang positif.
1. Sebelum uji antibodi atau tes swab dilaksanakan, petugas
puskesmas akan melakukan wawancara dan pemeriksaan
epidemiologi terlebih dahulu ke pasien.
2. Jika hasil pemeriksaan awal menunjukkan ada indikasi kuat
COVID-19, petugas puskesmas akan mengambil darah pasien
untuk diuji tingkat antibodi-nya melalui rapid test. Pengambilan
darah dapat dari pembuluh kapiler atau ujung jari. Cara lain adalah
melalui swab pada tenggorokan maupun pangkal hidung kemudian
dilakukan pemeriksaan di laboratorium. Hasilnya akan
diinformasikan kemudian apakah bapak/ibu positif atau negatif
3. Bila tes antibodi (rapid test) positif, tetapi tidak ada tanda gejala
304

sakit berat, maka akan dilakukan isolasi diri di rumah kemudian


puskesmas dan rumah sakit setempat akan memberi edukasi,
informasi, dan monitor mengenai apa yang harus dilakukan
bapak/ibu semua melalui pemanfaatan handphone secara online.
UNIT KERJA 1. Puskesmas
TERKAIT ATAU 2. Petugas Pelayanan Gawat Darurat
INSTANSI 3. Rumah Sakit Lapangan/Darurat
TERKAIT 4. Rumah Sakit Rujukan
DAFTAR Public Health Nursing Section: Public Health Interventions–Applications
PUSTAKA for Public Health Nursing Practice. St. Paul: Minnesota
Department of Health, 2001.
Kemenkes RI. 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Covid19.
305

LAMPIRAN SOP SKRINING COVID-19


306
307

SOP SURVEILANS COVID-19


KOMPONEN DESKRIPSI
KONSEP DASAR A. Definisi
Surveilans menggambarkan dan memantau kejadian kesehatan melalui
pengumpulan yang berkelanjutan dan sistematis, analisis, dan interpretasi
data kesehatan untuk tujuan perencanaan, implementasi, dan evaluasi
intervensi kesehatan masyarakat.
B. Hubungan dengan Intervensi Lainnya
Surveilans berfokus pada ancaman kesehatan yang signifikan seperti
penyakit menular tetapi juga digunakan dengan yang lain acara kesehatan
seperti penyakit kronis, cedera, dan kekerasan. Pengawasan sering
dikacaukan dengan pemantauan dan/atau penyaringan.
1. Pengawasan
 Digunakan untuk menilai status kesehatan populasi sebelum dan
sesudah acara kesehatan
 Mengukur status kesehatan populasi
 Dapat berfungsi sebagai metode untuk melacak kasus
2. Pemantauan
 Menyiratkan penyesuaian konstan dari apa yang ada sedang
dilakukan
 Melihat kelompok atau individu tertentu
3. Penyaringan
 Mendeteksi kasus yang sebelumnya tidak diketahui di populasi
 Dapat berfungsi sebagai metode untuk menemukan kasus
C. Langkah Dasar untuk Pengawasan
1. Pertama-tama pertimbangkan apakah pengawasan cocok untuk
keadaan tersebut.
2. Dapatkan pengetahuan yang diperlukan tentang masalah, jalan alami,
dan akibatnya
3. Tetapkan kriteria yang jelas untuk apa yang merupakan "kasus".
4. Kumpulkan data yang memadai dari berbagai sumber yang valid.
5. Analisis data menggunakan prinsip-prinsip ilmiah dan epidemiologis
yang tepat.
6. Interpretasi dan penyebaran data sedemikian rupa sehingga pembuat
keputusan di seluruh tingkatan dapat segera mengidentifikasi dan
308

memahami implikasi atau maksudnya


7. Evaluasi pengaruh dari sistem surveilans
D. Klasifikasi dari Sistem Surveilans
A. Sistem surveilans biasanya diklasifikasikan sebagai sistem yang
pasif atau aktif.
Pasif: sistem dengan wewenang hukum bidang kesehatan dipegang
oleh pemerintah, negara atau departemen kesehatan yang menerima
laporan penyakit atau kejadian kesehatan dari tenaga kesehatan atau
individu lain atau institusi yang diberi wewenang oleh pihak berwajib.
Aktif: sistem dengan wewenang hukum bidang kesehatan berupa
pelaporan yang didapat dengan menghubungi sumber secara rutin,
termasuk laporan negatif (seadanya atau tidak ada kasus).
B. Sistem surveilans dapat berkelanjutan atau terbatas periode waktu.
Berkelanjutan: Pengumpulan data sistematis dari waktu ke waktu pada
beberapa penyakit tertentu atau kejadian kesehatan yang berpengaruh
terhadap kesehatan sebuah populasi.
Terbatas waktu: pengumpulan data sistemastis pada masalah yang
spesifik atau terfokus pada periode waktu tertentu.
C. Sistem surveilans dapat secara formal atau tidak formal
Formal: sistem dengan pelapor ganda, sering diamanatkan oleh badan
hukum dan biasanya oleh negara atau tiap pemerintah daerah.
Tidak Formal: Surveilans juga bisa menjadi proses pengumpulan data
sistematis yang tidak formal, biasanya sering berhubungan dengan
temuan kasus.
E. Surveilans dan Epidemiologi
Surveilans, baik berupa penyakit maupun investigasi kesehatan
lainnya, mengharuskan PHN untuk tetap menggunakan epidemiolog sebagai
ilmu pengetahuan pada kesehatan masyarakat. Epidemiologi adalah ilmu
mengenai distribusi dan penetapan suatu penyakit dan cedera pada populasi
manusia.
F. Praktik Terbaik pada Surveilans
Praktik terbaik ini tidak disajikan berdasarkan peringkat atau urutan
tertentu, karena tidak semua di implementasikan pada setiap intervensi
tersebut.
1. Identifikasi dan memanfaatkan keberhasilan sistem surveilans.
309

2. Menunjukkan penjaminan peran oleh lingkungan khusus dan lembaga


pemberdayaan sumberdaya.
3. Perancangan sistem surveilans (formal atau informal) yang
menggunakan sumber data ganda termasuk elemen orang, tempat dan
waktu.
4. Menggunakan metode pengumpulan data yang bersifat terpadu,
terkoordinasi, dan menghasilkan data yang bermanfaat.
5. Mengumpulkan data yang mendukung pengembangan strategi di
berbagai tingkat pencegahan.
6. Mencari dan memanfaatkan data surveilans untuk mempengaruhi
pengembangan kebijakan.
TUJUAN Umum :
Surveilans dilakukan untuk mendeteksi dini dan respon serta memastikan
wilayah masyarakat dalam keadaan tidak ada transmisi virus Covid-19.
Khusus :
• Mendeteksi kasus dan penularan berkelanjutan dari manusia ke
manusia.
• Mengetahui karakteristik epidemiologi, klinis dan virus penyakit
• Melakukan respon cepat terhadap kasus Covid-19 dan populasi yang
berisiko
• Mengidentifikasi faktor risiko infeksi Covid-19
• Tersedianya informasi epidemiologi Covid-19 sebagai dasar
pengambilan kebijakan.
• Memastikan tidak adanya transmisi virus Covid-19 di Indonesia
ALAT DAN Dilakukan melalui pengawasan kedatangan terhadap orang, barang dan alat
BAHAN angkut yang datang dari negara terjangkit.
a. Pengawasan terhadap orang :
• Pemberian Kartu Kewaspadaan Kesehatan Jamaah Haji (K3JH)
terhadap jamaah haji yang kembali atau Health Alert Card (HAC)
bagi pelaku perjalanan lainnya dari negara terjangkit.
• Petugas aktif menanyakan pada operator/ agen alat angkut
mengenai ada tidaknya penumpang yang sakit, terutama yang
menderita infeksi saluran pernapasan akut.
• Mendeteksi penumpang dari negara terjangkit yang mengalami
demam melalui penggunaan thermal scanner di terminal
310

kedatangan:
b. Pengawasan terhadap barang :
• Pemeriksaan terhadap barang-barang yang dibawa dari negara
terjangkit.
c. Pengawasan terhadap alat angkut :
• Pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen kesehatan alat angkut.
• Pemeriksaan langsung kesehatan alat angkut oleh tim petugas
KKP.
Sarana dan Prasarana Surveilans
• Kesiapan sarana pelayanan kesehatan meliputi tersedianya ruang yang
dapat dimodifikasi dengan cepat untuk melakukan tatalaksana
penumpang sakit yang sifatnya sementara (sebelum dirujuk ke RS
rujukan propinsi/ditunjuk).
• Memastikan alat transportasi (ambulans) dapat difungsikan setiap saat
untuk mengangkut kasus ke RS.
• Memastikan ketersediaan dan fungsi alat komunikasi untuk koordinasi
dengan unit-unit terkait.
• Menyiapkan logistik penunjang pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
antara lain obat–obat suportif (life saving), alat kesehatan, APD, Health
Alert Card, dan lain lain, dan melengkapi logistik, jika masih ada
kekurangan.
• Ketersediaan media komunikasi risiko atau bahan KIE dan
menempatkan bahan KIE tersebut di lokasi yang tepat.
• Ketersediaan pedoman pengendalian Covid-19 untuk petugas
kesehatan, termasuk mekanisme atau prosedur tata laksana dan
rujukan kasus.
• Mengidentifikasi kebutuhan dan ketersediaan sabun, air mengalir,
pembersih tangan berbasis alkohol, masker, dan tisu
• Pemeriksaan suhu tubuh menggunakan thermogun dan thermal
scanner.
PROSEDUR A. SURVEILANS DI WILAYAH
1. Kewaspadaan dan Deteksi Dini
Kewaspadaan terhadap Covid-19 di wilayah baik provinsi maupun
kabupaten/ kota dilakukan dengan pemutakhiran informasi melalui :
 WebsiteWHO
311

(http://www.who.int/csr/disease/coronavirus_infections/en/index.
html) untuk mengetahui antara lain :
 Jumlah kasus dan kematian
 Distribusi kasus berdasarkan waktu, tempat dan orang
 Identifikasi negara-negara terjangkit
 Data dan informasi lain yang dibutuhkan
 Laporan harian tentang kondisi jamaah haji di Saudi Arabia
(berkoordinasi dengan Kantor Kesehatan Pelabuhan dan
Pusat), antara lain :
 Laporan notifikasi dari KKP
 Identifikasi jamaah haji berisiko, jumlah kasus ILI/ISPA
pada jemaah
 Data dan informasi lain yang dibutuhkan
 Sumber lain yang terpercaya misalnya web pemerintah/
Kementerian Kesehatan kerajaan Saudi Arabia
(www.moh.gov.sa/en/)
 Sumber media cetak atau elektronik nasional untuk
mewaspadai rumor atau berita yang berkembang terkait
dengan Covid-19 pada jemaah haji/umroh atau pelaku
perjalanan lainnya dari negara terjangkit.
Deteksi dini dilakukan melalui peningkatan kegiatan surveilans
berbasis indikator atau surveilans rutin dan berbasis kejadian (event
based surveillance) yang dilakukan secara pasif maupun aktif.
Kegiatan tersebut dilakukan untuk menemukan adanya indikasi
kasus suspek Covid-19 yang memerlukan tindak lanjut penyelidikan
epidemiologi termasuk pengambilan spesimen klinis untuk
mendapatkan konfirmasi laboratorium serta tatalaksana kasus.
a) Puskesmas
 Meningkatkan surveilans ILI dan pneumonia
 Mendeteksi kasus klaster pneumonia yang terjadi dalam
waktu 14 hari
 Melakukan surveilans aktif/ pemantauan jamaah haji atau
pelaku perjalanan lainnya dari negara terjangkit selama 14
hari sejak kedatangan ke wilayahnya melalui buku K3JH
312

atau HAC
 Melakukan surveilan aktif/ pemantauan terhadap jamaah
haji yang dilaporkan melalui notifikasi dari dinas kesehatan
 Melakukan pemantauan terhadap petugas kesehatan yang
kontak dengan kasus Covid-19 apakah mengalami demam,
batuk dan atau pneumonia
 Melakukan pemantauan kontak kasus dalam penyelidikan
selama 1 kali masa inkubasi terpanjang
b) Rumah Sakit
 Meningkatkan surveilans SARI.
 Mendeteksi kasus klaster pneumonia dalam periode 14
hari.
 Mendeteksi kasus pneumonia dengan riwayat bepergian ke
negara terjangkit dalam waktu 14 hari sebelum sakit
(menunjukkan K3JH dan HAC).
 Melakukan pemantauan terhadap petugas kesehatan yang
kontak dengan kasus Covid-19 yang dirawat apakah
mengalami demam, batuk dan atau pneumonia.
c) Dinas Kesehatan Kab/kota :
 Melakukan pemantauan berita atau rumor yang
berkembang terkait dengan kasus Covid-19 di masyarakat
melalui media atau sumber informasi lainnya dan
melakukan verifikasi terhadap berita tersebut.
 Melakukan analisis laporan dari puskesmas dan
melaporkan hasil analisis tersebut ke pusat secara
berjenjang.
 Melakukan pemantauan terhadap populasi berisiko
(jemaah haji/ umroh, pekerja, pelajar, wisatawan) dengan
menganalisis data populasi berisiko. Sumber data
diperoleh dari penyelenggara haji/ umrah, agen travel,
agen pengiriman tenaga kerja atau dinas/ unit terkait.
 Melakukan surveilans aktif rumah sakit untuk menemukan
kasus Covid-19
2. Kesiapsiagaan
313

Dinas Kesehatan Kab/ Kota melakukan tinjauan atas kesiapan


perangkat surveilans yang ada dalam menghadapi kemungkinan
masuknya infeksi Covid-19 ke wilayah Indonesia. Kesiapan tersebut
meliputi :
a. Sumber Daya Manusia (SDM)
Mengaktifkan Tim Gerak Cepat (TGC) yang sudah ada baik di
tingkat Pusat, Provinsi dan kab/kota.
 Tim Gerak Cepat sebagaimana dimaksud sesuai dengan
Pasal 21 Permenkes Nomor 1501/MENKES/PER/X/2010,
ditetapkan oleh:
 Kepala Dinas Kesehatan Kab/ Kota atas nama
Bupati/ Walikota untuk tingkat Kab/ Kota;
 Kepala Dinas Kesehatan Provinsi atas nama
Gubernur untuk tingkat Provinsi; dan
 Direktur Jenderal atas nama Menteri untuk tingkat
pusat
 Tim Gerak Cepat terdiri dari : petugas surveilans, klinisi,
ahli/ analis laboratorium, sanitarian, petugas pengendali
infeksi dan petugas dari unit terkait lainnya.
Peningkatan kapasitas SDM dalam kesiapsiagaan
menghadapi MERS-CoV dengan melakukan sosialisasi
pengendalian Covid-19, table top exercises dan simulasi
penanggulangan Covid-19. Meningkatkan jejaring kerja
surveilans dengan lintas program an lintas sector terkait.
b. Sarana dan prasarana
 Kesiapan alat transportasi (ambulans) dan memastikan
dapat berfungsi dengan baik untuk merujuk kasus.
 Kesiapan sarana pelayanan kesehatan antara lain
meliputi tersedianya ruang isolasi untuk melakukan
tatalaksana kasus, alat-alat kesehatan dan sebagainya.
 Kesiapan ketersediaan dan fungsi alat komunikasi untuk
koordinasi dengan unit-unit terkait.
 Kesiapan logistik penunjang pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan antara lain obat – obat suportif (life saving),
alat – alat kesehatan, APD, dan sebagainya serta
314

melengkapi logistik, jika masih ada kekurangan.


 Kesiapan bahan-bahan KIE antara lain brosur, banner,
leaflet, dan sebagainya serta media untuk melakukan
komunikasi risiko terhadap masyarakat.
 Kesiapan pedoman pengendalian Covid-19 untuk petugas
kesehatan, termasuk mekanisme atau prosedur tata
laksana dan rujukan kasus.
3. Respon
a. Puskesmas
 Melakukan tatalaksana kasus sesuai SOP bila menemukan
kasus dengan pneumonia ringan, berikan edukasi untuk
isolasi diri (self isolation/ home care) dan ke rumah sakit
bila bertambah parah.
 Melakukan tatalaksana dan rujukan sesuai dengan SOP
bila menemukan kasus dalam penyelidikan dengan
pneumonia berat, dengan memperhatikan prinsip-prinsip
pengendalian infeksi.
 Melaporkan kasus dalam waktu 24 jam ke Dinas
Kesehatan Kab/ kota melalui sms atau telepon.
 Melakukan penyelidikan epidemiologi bila menemukan
kasus Covid-19 di bawah koordinasi Dinas Kabupaten/
kota.
 Melakukan surveilans ketat bila ditemukan kasus Covid-19
yang dinyatakan probable atau konfirmasi dari
pemeriksaan lebih lanjut.
 Melakukan komunikasi risiko terhadap masyarakat.
 Meningkatkan jejaring kerja dengan pemangku
kewenangan, lintas sector dan tokoh masyarakat setempat
b. Rumah sakit
 Melakukan tatalaksana kasus sesuai dengan SOP bila
menemukan kasus dengan memperhatikan prinsip-prinsip
pengendalian infeksi.
 Melakukan pengambilan dan pengiriman sampel.
 Melaporkan kasus dalam waktu 24 jam ke Dinas
315

Kesehatan Kab/ kota melalui sms atau telepon.


 Melakukan komunikasi risiko dengan keluarga kasus.
c. Dinas Kesehatan Kab/kota
 Melaporkan kasus Covid-19 ke pusat dalam waktu 24 jam
melalui system pelaporan cepat (sms gateway). Laporan
cepat dapat dilakukan juga melalui telp/ surel/ fax/ sms ke
Posko KLB yang ditembuskan ke Dinas Kesehatan
Provinsi.
 Melakukan penyelidikan epidemiologi bila ada laporan
kasus Covid-19 atau klaster pneumonia dalam 14 hari.
 Melakukan penyelidikan dugaan KLB bila terjadi alert
terhadap kasus ILI atau pneumonia di wilayahnya bagi
kabupaten/ kota yang sudah menerapkan SKDR (EWARS).
 Melakukan penyelidikan dugaan KLB bila terjadi
peningkatan kasus ILI atau pneumonia yang bermakna
secara epidemiologis bagi kabupaten/kota yang belum
menerapkan SKDR (EWARS).
 Melakukan penanggulangan awal sesuai hasil
penyelidikan.
 Melakukan komunikasi risiko pada masyarakat.
 Membangun dan memperkuat jejaring kerja surveilans
dengan lintas program dan sektor terkait.

B. PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI DAN PENANGGULANGAN KLB


Setiap kasus suspek, probable atau kasus klaster Covid-19 harus
dilakukan penyelidikan epidemiologi. Penyelidikan KLB bertujuan
mengetahui besar masalah KLB dan gambaran epidemiologi KLB
berdasarkan waktu, tempat dan orang, untuk memastikan ada tidaknya
penularan yang efektif dari manusia ke manusia, serta mengetahui
karakteristik epidemiologi virus dan klinis Covid-19. Informasi ini akan
dapat memberikan arahan kepada program dalam rangka
penanggulangan atau pemutusan penularan secara lebih cepat.
1. Definisi KLB
Apabila ditemukan 1 kasus Covid-19 konfirmasi maka dinyatakan
sebagai Kejadian Luar Biasa, dan dilakukan penyelidikan
316

epidemiologi lebih lanjut serta pengendalian sesuai hasil


penyelidikan.
2. Tujuan Penyelidikan Epidemiologi KLB
Tujuan Umum
Mengetahui besar masalah KLB dan mencegah penyebaran yang
lebih luas.
Tujuan Khusus
a) Mengetahui karakteristik epidemiologi, klinis dan virus.
b) Mengidentifikasi faktor risiko
c) Mengetahui kasus tambahan untuk menilai keefektifan
penularan dari manusia ke manusia.
d) Memberikan rekomendasi upaya penanggulangan.
3. Langkah Penyelidikan Epidemiologi KLB
a) Konfirmasi awal KLB Petugas surveilans atau penanggung
jawab surveilans puskesmas/ Dinas Kesehatan melakukan
konfirmasi awal untuk memastikan terjadinya KLB Covid-
19dengan cara wawancara dengan petugas puskesmas atau
dokter yang menangani kasus.
b) Pelaporan segera Mengirimkan laporan W1 dan telp/ sms ke
Dinas Kesehatan Kab/ Kota dalam waktu < 24 jam, kemudian
diteruskan oleh Dinas Kesehatan Kab/ kota melalui sms
gateway atau ke Posko KLB.
c) Persiapan penyelidikan
1) Persiapan lapangan, menginformasikan kepada petugas
kesehatan di lokasi dimana terdapat kasus.
2) Persiapan formulir penyelidikan.
3) Persiapan Tim Penyelidikan.
4) Persiapan logistik dan obat-obatan.
5) Persiapan pengambilan spesimen.
d) Penyelidikan epidemiologi
1) Identifikasi kasus
Melakukan kunjungan wawancara ke tempat dimana kasus
dirawat termasuk dokter/petugas medis yang melakukan
perawatan, dengan menggunakan formulir investigasi yang
sudah disiapkan sebelumnya. Informasi yang perlu digali
317

antara lain :
 Identitas dan karakteristik kasus: Nama, Umur, Jenis
kelamin, Alamat tempat tinggal, kerja, atau sekolah,
Pekerjaan).
 Gejala dan tanda – tanda penyakit, Riwayat perjalanan
penyakit, termasuk komplikasi yang terjadi.
 Pengobatan yang sudah didapat, hasil – hasil
pemeriksaan laboratorium dan radiologis yang sudah
dilakukan.
2) Identifikasi faktor risiko
 Riwayat
 Penyakit penyerta.
 Potensi pajanan dalam 14 hari sebelum timbul
gejala sakit
 Perjalanan ke daerah terjangkit
 Kontak dengan kasus Covid-19 atau ISPA berat.
 Dirawat di sarana pelayanan kesehatan.
 Pajanan dengan hewan (jenis hewan dan kontak).
 Konsumsi bahan makanan mentah / belum diolah.
 Informasi rinci tentang waktu, durasi, dan intensitas
pajanan dan jenis kontak.
3) Identifikasi kontak kasus dengan menggunakan formulir
yang telah disiapkan sebelumnya.
 Selama penyelidikan, petugas dilapangan melakukan
identifikasi siapa saja yang telah melakukan kontak
erat dengan kasus yang sedang diselidiki.
 Pelacakan dilakukan terutama di lingkungan sarana
pelayanan Kesehatan, anggota keluarga/ rumah
tangga, tempat kerja, sekolah, dan lingkungan sosial.
Disamping itu perlu diidentifikasi juga:
 Waktu kontak terakhir
 Bentuk/ jenis kontak
 Lama (durasi) kontak
 Frekuensi kontak
318

 Petugas Kesehatan melakukan pemantauan terhadap


kontak erat selama 14 hari setelah kontak terakhir
dengan kasus, baik suspek, probable, maupun
konfirmasi. Pemantauan dilakukan untuk menemukan
gejala pneumonia yang mungkin muncul pada masa
pemantauan. Catat tanggal kontak mulai sakit, tingkat
keparahan, perjalanan penyakit.
 Kontak erat yang menunjukkan gejala pneumonia
harus diambil spesimennya untuk diperiksa secara
molekuler dengan polymerase chain reaction (PCR)
dan serologis.
 Identifikasi dan pengamatan ini dilakukan untuk
mendeteksi bukti penularan dari manusia ke manusia,
perkiraan angka serangan sekunder, durasi masa
infektivitas, dan masa inkubasi.
4) Pengambilan spesimen
 Untuk keperluan diagnostik infeksi Covid-19, spesimen
klinis yang diperlukan adalah spesimen saluran
pernapasan bagian bawah, seperti dahak (sputum),
bilasan bronkhoalveolar, yang berdasarkan bukti yang
ada saat ini, lebih baik daripada yang berasal dari
saluran pernapasan atas (nasofaring/ orofaring).
 Pengambilan spesimen dilakukan oleh tenaga/ tekhnisi
laboratorium yang berpengalaman dan untuk dahak/
sputum, petugas harus dapat memastikan bahwa yang
diambil adalah benar – benar dahak, bukan air liur.
 Tata cara pengambilan, penyimpanan dan pengiriman
specimen sesuai dengan prosedur yang ditetapkan
dan dikirim ke ke Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar
Kesehatan (BTDK) Balitbangkes.
5) Penanggulangan Awal
Ketika penyelidikan sedang berlangsung petugas sudah
harus memulai upaya – upaya pengendalian pendahuluan
dalam rangka mencegah terjadinya penyebaran penyakit
kewilayah yang lebih luas. Upaya ini dilakukan berdasarkan
319

pada hasil penyelidikan epidemiologis yang dilakukan saat


itu.
Meskipun saat ini belum ada obat – obatan termasuk
vaksin yang dapat menghambat perkembangan virus tetapi
upaya melokalisir penyebaran infeksi dapat dilakukan
dengan menerapkan prinsip – prinsip pencegahan dan
pengendalian infeksi mulai dari yang sederhana yaitu
mencuci tangan sebelum dan setelah kontak dengan/
merawat kasus, pengelolaan limbah yang baik bahkan
sampai isolasi kasus.
Upaya – upaya tersebut dilakukan terhadap orang,
masyarakat maupun lingkungan, antara lain dengan:
 Menjaga kebersihan/ hygiene tangan, saluran
pernapasan.
 Penggunaan APD sesuai risiko pajanan.
 Sedapat mungkin membatasi kontak dengan kasus
yang sedang diselidiki dan bila tak terhindarkan buat
jarak dengan kasus.
 Isolasi kasus dirumah.
 Asupan gizi yang baik guna meningkatkan daya tahan
tubuh.
 Pengendalian sarana, lingkungan dan hewan
pembawa penyakit.
Apabila diperlukan untuk mencegah penyebaran penyakit
dapat dilakukan tindakan isolasi, evakuasi dan karantina.
 Isolasi penderita atau tersangka penderita dengan cara
memisahkan seorang penderita agar tidak menjadi
sumber penyebaran penyakit selama penderita atau
tersangka penderita tersebut dapat menyebarkan
penyakit kepada orang lain. Isolasi dilaksanakan di
rumah sakit, puskesmas, rumah atau tempat lain
sesuai dengan kebutuhan.
 Evakuasi dengan memindahkan seseorang atau
sekelompok orang dari suatu wilayah agar terhindar
dari penularan penyakit. Evakuasi ditetapkan oleh
320

bupati/ walikota atas usulan tim penanggulangan


wabah berdasarkan indikasi medis dan epidemiologi.
 Tindakan karantina dengan melarang keluar atau
masuk orang dari dan ke daerah rawan untuk
menghindari terjadinya penyebaran penyakit.
Karantina ditetapkan oleh bupati/walikota atas usulan
tim penanggulangan wabah berdasarkan indikasi
medis dan epidemiologi.
e) Pengolahan dan analisis data
Setiap selesai melakukan penyelidikan KLB, dilakukan
pengolahan dan analisis data untuk mengambil kesimpulan dan
rekomendasi tindak lanjut.
f) Penulisan laporan
Setelah selesai melakukan penyelidikan epidemiologi maka
dibuat laporan tertulis hasil Investigasi dan perkembangan KLB
meliputi:
 Latar belakang dan tujuan
 Metodologi
 Hasil penyelidikan epidemiologi meliputi :
 Data umum.
 Analisis kasus Covid-19 berupa gambaran karakteristik
kasus menurut variabel epidemiologi (waktu kejadian,
tempat dan orang).
 Analisis faktor risiko.
 Analisis kontak kasus.
Hasil pemeriksaan laboratorium.
Upaya yang sudah dilakukan seperti tatalaksana
kasus, pemeriksaan laboratorium, tindakan
pengendalian faktor lingkungan dan sebagainya.
 Kesimpulan dan rekomendasi
UNIT KERJA 1. Petugas Gugus Tugas Penanganan COVID-19
TERKAIT ATAU 2. Tim Gerak Cepat
INSTANSI 3. Rumah Sakit Rujukan
TERKAIT 4. Puskesmas
321

5. Rumah Sakit
6. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
DAFTAR Kemenkes RI. 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
PUSTAKA Covid19.
Kemenkes RI. 2013. Pedoman Surveilans dan Respon
Kesiapsiagaan Menghadapi MERS-CoV
https://covid19.go.id/p/berita/puskesmas-ikut-sediakan-layanan-
periksa-covid-19
322

LAMPIRAN SOP SURVEILANS COVID-19

Kriteria Surveilans Kesehatan Masyarakat


323

Kriteria Surveilans Kesehatan Penjelasan


Masyarakat
Sistem Surveilans
Setiap kasus baru dapat diidentifikasi, Ada sistem surveilans COVID-19 yang
dilaporkan dan dianalisis kurang dari mencakup keseluruhan wilayah dan
24 jam. Penemuan kasus baru semua orang serta komunitas yang
dilaporkan kepada Dinas Kesehatan berisiko. Surveilans yang
Kabupaten/Kota (notifikasi) sesuai komprehensif mencakup surveilans di
dengan formulir notifikasi penemuan tingkat masyarakat, tingkat pelayanan
kasus COVID-19 di Fasyankes kesehatan primer, di rumah sakit, dan
sebagaimana terlampir. pada wilayah yang memiliki surveilans
sentinel ILI/SARI dan penyakit-
penyakitsaluran pernapasan lain.
Perkembangan situasi COVID-19 di Kriteria ini mengindikasikan adanya
daerah dilaporkan oleh Dinas kebijakan-kebijakan kesehatan
Kesehatan Kabupaten/Kota secara masyarakatyang sesuai sehingga
berkala harian kepada Dinas notifikasi kasus COVID-19 dari semua
Kesehatan Provinsi dan Kementerian fasyankes segera disampaikan.
Kesehatan sesuai dengan formulir
laporan harian agregat (formulir 4)
melalui sistem pelaporan harian
onlinesesuai pembahasan pada
bagian pencatatan pelaporan (BAB
III) Laporan mencakup: a. Jumlah
suspekb. Jumlah probablec. Jumlah
konfirmasid. Jumlah kematiane.
Jumlah kontak eratf. Jumlah kasus
rawat RSg.Jumlah kasus yangdiambil
spesimen
Sistem surveilans diterapkan dan Ini mengindikasikan otoritas
diperkuat di fasilitas tertutup (seperti kesehatan telah mengidentifikasi
lapas, panti jompo, panti rehabilitasi, populasi khusus yang rentan dan
asrama, pondok pesantren, dan lain- melakukan surveilans pada populasi
lain) dan pada kelompok-kelompok ini.
rentan
324

Surveilans kematian COVID-19 Menunjukkan kemampuan melacak


dilakukan di Rumah Sakit dan jumlah kematian COVID-19 dengan
masyarakat cepat dan handal. Jika memungkinkan
dikeluarkan SMPK (Sertifikat
MedisPenyebab Kematian) COVID-
19. Pendekatan lain yang dilakukan
dalam surveilans kematian adalah
laporan dari pusat keagamaan atau
tempat pemakaman.
Investigasi (Penyelidikan) kasus
Tim Gerak Cepat COVID-19 Ukurannya adalah kemampuan
berfungsi dengan baik di berbagai melakukan penyelidikan kasus dan
tingkat administrasi klaster COVID-19.
90% kasus suspek diisolasi dan Ini menunjukkan bahwa investigasi
dilakukan pengambilan spesimen dan isolasi kasus baru dilakukan
dalam waktu kurang dari 48 jam sejak cukup cepat untuk meminimalkan
munculnya gejala timbulnya kasus sekunder.
Lama hasil pemeriksaan Lab. keluar Kriteria ini harus ditetapkan untuk
sejak spesimen dikirimkan dan memperbaiki sistem manajemen
diterima hasilnya adalah 3x24 jam pemeriksaan spesimen.
Pelacakan Kontak (Contact Tracing)
>80% kasus baru dapat diidentifikasi Ini menunjukkan kapasitas pelacakan
kontak eratnya dan mulai dilakukan kasus dan kontak adequate
karantina dalam waktu <72 jam
setelah kasus baru di konfirmasi
>80% kontak dari kasus baru Kontak harus dipantau setiap hari
dipantau selama 14 hari sejak kontak selama 14 hari dan idealnya umpan
terakhir balik tidak boleh terlewat selama lebih
dari dua hari.
Menggunakan sistem informasi dan Sementara pelacakan data kontak
manajemen data tersedia untuk dapat diolah manual pada skala kecil,
mengelola pelacakan kontak dan data pelacakan kontak skala besar dapat
terkait lainnya didukung oleh perangkat elektronik.
325

 Dalam konteks pandemi COVID-19, menemukan, menguji, dan


mengisolasi kasus, pelacakan kasus dan karantina tetap menjadi langkah
utama dalam semua tahap respons. Demikian pula langkah-langkah
untuk memastikan perlindungan terhadap petugas kesehatan dan
kelompok rentan harus dipertahankan. Tergantung pada tingkat risiko,
tindakan lain seperti kegiatan di masyarakat, pembatasan pengumpulan
massal, dan langkah-langkah untuk mengurangi risiko masuknya virus
harus diadaptasi.
326

SOP RUJUKAN COVID-19


KOMPONEN DESKRIPSI
KONSEP DASAR Rujukan dan tindak lanjut membantu individu, keluarga, kelompok,
organisasi, dan masyarakat untuk memanfaatkan sumber daya yang
diperlukan untuk mencegah atau menyelesaikan masalah atau masalah.
Rujukan dapat mencakup pengembangan sumber daya yang diperlukan,
tetapi tidak tersedia untuk populasi. Kunci keberhasilan rujukan adalah tindak
lanjut, yang dimana membuat rujukan tanpa mengevaluasi hasilnya tidak
efektif dan tidak efisien.
Langkah Dasar untuk Rujukan dan Tindak Lanjut Level Praktek
Perorangan atau Keluarga Bekerja Sendiri atau Dengan Orang Lain
1. Membangun hubungan kerja yang efektif dengan klien
2. Jelaskan perlunya rujukan dengan klien.
3. Bantu klien dalam menetapkan hasil yang realistis untuk rujukan
4. Jelajahi ketersediaan sumber daya dengan klien
5. Dorong klien untuk memilih sumber daya yang mereka sukai dan untuk
memulai kontak kapan saja dengan rasional.
6. Memfasilitasi proses rujukan bila perlu.
7. Tindak lanjut setelah rujukan dibuat untuk menentukan dengan klien
sejauh mana rujukan berhasil.
Langkah Dasar untuk Rujukan dan Tindak Lanjut Sistem dan Tingkat
Praktek Komunitas Bekerja sendiri atau dengan orang lain
1. Memanfaatkan hubungan dengan penyedia lain, organisasi, lembaga,
jaringan, dll
2. Menghasilkan strategi untuk pengembangan layanan dan sumber daya
3. Berpartisipasi dalam menerapkan strategi-strategi yang dipilih yang
termasuk dalam badan kesehatan masyarakat misi dan tujuan.
4. Berpartisipasi dalam mengevaluasi efektivitas strategi dalam
mengembangkan layanan yang diperlukan dan sumber daya.
TUJUAN Umum :
Followup dan Rujukan digunakan untuk mengetahui penanganan Covid-19
wilayah masyarakat
Khusus :
• Mengetahui sistem rujukan untuk pasien COVID-19
• Mengetahui sistem pembiayaan untuk pasien COVID-19
327

• Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasyankes Pra Rujukan


ALAT DAN -
BAHAN
PROSEDUR PROSEDUR RUJUKAN PASIEN COVID- 19

Berikut merupakan klasifikasi gejala berat infeksi COVIS- 19 pada ODP,


OTG, PDP yang perlu untuk dilakukan perujukan di rumah sakit rujukan:
- Demam >380C yang menetap
- ISPA berat/ pneumonia berat:
1. Pada pasien remaja atau dewasa dengan demam atau dalam
pengawasan infeksi saluran napas, ditambah satu dari:
• Frekuensi napas >30 x/menit
• Distress pernapasan berat, atau saturasi oksigen (SpO2) <90% pada
udara kamar.
2. Pada pasien anak dengan batuk atau kesulitan bernapas, ditambah
setidaknya satu dari berikut ini:
 Sianosis sentral atau SpO2 <90%;
 Distres pernapasan berat (seperti mendengkur, tarikan dinding dada
yang berat);
 Tanda pneumonia berat: ketidakmampuan menyusui atau minum,
letargi atau penurunan kesadaran, atau kejang.
 Dalam pemeriksanan darah: Leukopenia, peningkatan monosit, dan
peningkatan limfosit atipik

Pada kegiatan surveilans terhadap PDP dilakukan selama 14 hari


sejak mulai munculnya gejala. Terhadap PDP dilakukan pengambilan
spesimen pada hari ke-1 dan ke-2 untuk pemeriksaan RT PCR. Pengambilan
spesimen dilakukan oleh petugas laboratorium setempat yang berkompeten
dan berpengalaman baik di fasyankes atau lokasi pemantauan. Pengiriman
specimen disertai formulir pemeriksaan ODP/PDP.
Jika tidak tersedia fasilitas pemeriksaan RT PCR, dilakukan
pemeriksaan Rapid Test. Apabila hasil pemeriksaan Rapid Test pertama
menunjukkan hasil:
1. Negatif, tatalaksana selanjutnya adalah sesuai kondisi: ringan (isolasi diri
di rumah), sedang (rujuk ke RS Darurat), berat (rujuk ke RS Rujukan);
328

pemeriksaan ulang pada 10 hari berikutnya. Jika hasil pemeriksaan ulang


positif, maka dilanjutkan dengan pemeriksaan RT PCR sebanyak 2 kali
selama 2 hari berturut- turut, di Laboratorium pemeriksa yang mampu
melakukan pemeriksaan RT PCR.
2. Positif, tatalaksana selanjutnya adalah adalah sesuai kondisi: ringan
(isolasi diri di rumah), sedang (rujuk ke RS Darurat), berat (rujuk ke RS
Rujukan); Pada kelompok ini juga akan dikonfirmasi dengan
pemeriksaan RT PCR sebanyak 2 kali selama 2 hari berturut-turut, di
Laboratorium pemeriksa yang mampu melakukan pemeriksaan RT PCR.
Secara umum pada kegiatan penemuan kasus COVID-19 di pintu
masuk Negara diawali dengan penemuan pasien demam disertai gangguan
pernanapasan yang berasal dari negara/wilayah terjangkit, jika memenuhi
kriteria PDP maka dilakukan:
1. Tatalaksana sesuai kondisi pasien:
- Gejala ringan: Isolasi diri di rumah
- Gejala sedang: Rujuk ke RS Darurat
- Gejala berat: Rujuk ke RS Rujukan
(lihat Kepmenkes Nomor HK.01.07/MENKES/169/2020 tentang Penetapan
RS Rujukan Penanggulangan Penyakit Infeksi Emerging Tertentu) dengan
menggunakan ambulans penyakit infeksi dengan menerapkan Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi (PPI)
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasyankes Pra Rujukan
1. Penanganan Awal
lsolasi dan Penanganan Kasus Awal yang sudah dilakukan
wawancara dan anamnesa dan dinyatakan sebagai PDP ringan diminta
untuk isolasi di rumah, PDP sedang isolasi di RS Darurat dan PDP berat
segera dilakukan isolasi di RS rujukan untuk mendapatkan tatalaksana lebih
lanjut.
a. Pasien dalam pengawasan ditempatkan dalam ruang isolasi sementara
yang sudah ditetapkan, yakni:
 Pasien dalam pengawasan menjaga jarak lebih dari 1 meter satu
sama lain dalam ruangan yang sama.
 Terdapat kamar mandi khusus yang hanya digunakan oleh pasien
dalam pengawasan.
b. Petugas kesehatan menginstruksikan pasien dalam pengawasan untuk
329

melakukan hal-hal sebagai berikut:


 Menggunakan masker medis ketika menunggu untuk dipindahkan ke
fasilitas kesehatan yang diganti secara berkala atau apabila telah
kotor.
 Tidak menyentuh bagian depan masker dan apabila tersentuh wajib
menggunakan sabun dan air atau pembersih berbahan dasar alcohol.
Apabila tidak menggunakan masker, tetap menjaga kebersihan
pernapasan dengan menutup mulut dan hidung ketika batuk dan
bersin dengan tisu atau lengan atas bagian dalam. Diikuti dengan
membersihkan tangan menggunakan pembersih berbahan dasar
alkohol atau sabun dan air.
c. Petugas kesehatan harus menghindari masuk ke ruang isolasi
sementara. Apabila terpaksa harus masuk, maka wajib mengikuti
prosedur sebagai berikut:
 Petugas menggunakan APD lengkap.
 Membersihkan tangan menggunakan pembersih berbahan dasar
alcohol atau sabun dan air sebelum dan sesudah memasuki ruang
isolasi.
d. Tisu, masker, dan sampah lain yang berasal dari dari ruang isolasi
sementara harus ditempatkan dalam kontainer tertutup dan dibuang
sesuai dengan ketentuan nasional untuk limbah infeksius.
e. Permukaan yang sering disentuh di ruang isolasi harus dibersihkan
menggunakan desinfektan setelah ruangan selesai digunakan oleh
petugas yang menggunakan alat pelindung diri (APD) yang memadai
f. Pembersihan dilakukan dengan menggunakan desinfektan yang
mengandung 0.5% sodium hypochlorite (yang setara dengan 5000 ppm
atau perbandingan 1/9 dengan air).
2. Penyiapan Transportasi Untuk Rujukan Ke RS Rujukan
a. Menghubungi RS rujukan untuk memberikan informasi pasien dalam
pengawasan yang akan dirujuk.
b. Petugas yang akan melakukan rujukan harus secara rutin menerapkan
kebersihan tangan dan mengenakan masker dan sarung tangan medis
ketika membawa pasien ke ambulans.
 Jika merujuk pasien dalam pengawasan COVID-19 maka petugas
menerapkan kewaspadaan kontak, droplet dan airborne.
330

 APD harus diganti setiap menangani pasien yang berbeda dan


dibuang dengan benar dalam wadah dengan penutup sesuai dengan
peraturan nasional tentang limbah infeksius.
c. Pengemudi ambulans harus terpisah dari kasus (jaga jarak minimal satu
meter). Tidak diperlukan APD jika jarak dapat dipertahankan. Bila
pengemudi juga harus membantu memindahkan pasien ke ambulans,
maka pengemudi harus menggunakan APD yang sesuai
d. Pengemudi dan perawat pendamping rujukan harus sering
membersihkan tangan dengan alkohol dan sabun.
e. Ambulans atau kendaraan angkut harus dibersihkan dan didesinfeksi
dengan perhatian khusus pada area yang bersentuhan dengan pasien
dalam pengawasan. Pembersihan menggunakan desinfektan yang
mengandung 0,5% natrium hipoklorit (yaitu setara dengan 5000 ppm)
dengan perbandingan 1 bagian disinfektan untuk 9 bagian air.
Bagi OTG maupun ODP yang berusia diatas 60 tahun dengan
penyakit penyerta (seperti hipertensi, diabetes melitus, dll) yang terkontrol
dan ditemukan diluar fasyankes, dilakukan rujukan ke RS Darurat dengan
menggunakan mobil sendiri, jika tidak tersedia dapat menghubungi petugas
kesehatan setempat. Jika menggunakan mobil sendiri, buka jendela mobil
dan pasien menggunakan masker bedah.
PROSEDUR FOLLOW-UP PASIEN COVID-19

A. Petugas surveilans yang telah melakukan kegiatan identifikasi kontak dan


pendataan kontak akan mengumpulkan tim baik dari petugas puskesmas
setempat, kader, relawan dari PMI dan pihak-pihak lain terkait. Pastikan
petugas yang memantau dalam kondisi fit dan tidak memiliki penyakit
komorbid. Alokasikan satu hari untuk menjelaskan cara melakukan
monitoring, mengenali gejala, tindakan observasi rumah, penggunaan
APD dan tindakan pencegahan penularan penyakit lain serta promosi
kesehatan untuk masyarakat di lingkungan.
B. Komunikasi risiko harus secara pararel disampaikan kepada masyarakat
untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan seperti munculnya stigma
dan diskriminasi akibat ketidaktahuan.
C. Petugas surveilans provinsi bertindak sebagai supervisor bagi petugas
surveilans kab/kota. Petugas surveilans kab/kota bertindak sebagai
331

supervisor untuk petugas puskesmas.


D. Laporan dilaporkan setiap hari untuk menginformasikan perkembangan
dan kondisi terakhir dari kontak erat.
E. Setiap petugas harus memiliki pedoman pencegahan dan pengendalian
COVID-19 yang didalamnya sudah tertuang pelacakan kontak dan
tindakan yang harus dilakukan jika kontak erat muncul gejala. Petugas
juga harus proaktif memantau dirinya sendiri.
F. Petugas kesehatan dapat melakukan pemantauan melalui telepon atau
melalui kunjungan secara berkala (harian) dan dicatat pada formulir
pemantauan harian. Pemantauan dilakukan dalam bentuk pemeriksaan
suhu tubuh dan skrining gejala harian. Pemantauan dilakukan oleh
petugas kesehatan layanan primer dan berkoordinasi dengan Dinas
Kesehatan setempat. Orang tanpa gejala yang tidak menunjukkan gejala
COVID-19, ditetapkan melalui surat pernyataan yang diberikan oleh
Dinas Kesehatan
G. Pada pasien berkriteria ODP, akan dilakukan pemberian HAC dan
komunikasi risiko mengenai infeksi COVID-19, informasi bila selama
masa inkubasi mengalami gejala perburukan maka segera memeriksakan
ke fasyankes dengan menunjukkan HAC kepada petugas kesehatan.
Selain itu pasien diberikan edukasi untuk isolasi diri di rumah dan akan
dilakukan pemantauan dan pengambilan spesimen oleh petugas
kesehatan. KKP mengidentifikasi daftar penumpang pesawat. Hal ini
dimaksudkan bila pasien tersebut mengalami perubahan manifestasi
klinis sesuai definisi operasional PDP maka dapat dilakukan pemantauan
terhadap kontak erat. Notifikasi ≤ 24 jam ke Dinkes Prov dan Kab/Kota
menggunakan formulir notifikasi HAC dan penemuan kasus (lampiran 1)
untuk dilakukan pemantauan di tempat tinggal.
H. Selama proses pemantauan, pasien harus selalu proaktif berkomunikasi
dengan petugas kesehatan
UNIT KERJA A. Rujukan Pasien COVID-19
TERKAIT ATAU 1. Rumah Sakit Darurat
INSTANSI 2. Rumah Sakit Rujukan
TERKAIT B. Follow up Pasien COVID-19
1. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Petugas Surveilans
Kabupaten/Kota)
332

2. Rumah Sakit (Petugas Rumah Sakit)


3. Puskesmas (Petugas Puskesmas)
4. Kader
5. Relawan dari PMI
DAFTAR Kemenkes RI. 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Covid19.
PUSTAKA Kemenkes RI (2020) „Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus
Disease (COVID-19)‟, Germas, pp. 0–136.
333

LAMPIRAN SOP RUJUKAN DAN FOLLOW-UP PASIEN COVID-19


334
335
336
337
338

SOP MANAJEMEN KASUS COVID-19


KOMPONEN DESKRIPSI
KONSEP DASAR A. Definisi
Manajemen kasus mengoptimalkan kemampuan perawatan diri
individu dan keluarga terkait penaganan kasus Covid-19 serta
kapasitas sistem dan masyarakat untuk mengoordinasikan dan
menyediakan layanan.
B. Langkah Dasar untuk Manajemen Kasus (Level Individu /
Keluarga)
1. Berikan penjangkauan dan penemuan kasus Covid-19 yang efektif
untuk semua individu dan / atau keluarga yang dianggap berisiko
atau memenuhi kriteria prioritas lembaga Anda dan menawarkan
manajemen kasus.
2. Libatkan individu dan / atau keluarga tersebut dalam menilai tingkat
fungsi mereka. Tentukan sumber daya dan layanan yang
diperlukan untuk mencapai dan / atau mempertahankan kualitas
hidup yang memadai dan aman. Melalui proses tersebut,
kembangkan hubungan saling percaya; langkah ini sangat penting
untuk manajemen kasus yang sukses.
3. Libatkan individu dan keluarga tersebut dalam menginvestigasi
sumber daya dan layanan yang tersedia dan merancang rencana
untuk mengaksesnya.
Rencana yang efektif meliputi yang berikut:
a. kebutuhan layanan prioritas yang didefinisikan dengan jelas
b. tujuan terukur jangka pendek dan jangka panjang
c. tindakan spesifik yang diperlukan untuk mencapai tujuan ini
d. identifikasi lembaga dan sumber daya yang akan digunakan
e. pembentukan kerangka waktu yang realistis
f. identifikasi hambatan potensial (misalnya, daftar tunggu,
resistensi klien, biaya) dan kemungkinan solusi.
4. Hubungkan individu dan / atau keluarga dengan layanan dan
sumber daya yang dibutuhkan, termasuk sumber daya keuangan.
5. Bekerjalah secara kooperatif dengan disiplin lain sesuai dengan
kompleksitas keadaan.
6. Berkolaborasi dengan individu dan / atau keluarga dalam
339

mengoordinasikan layanan dan mengimplementasikan rencana


dalam urutan logis.
7. Berikan advokasi atau "pemecahan masalah" untuk mengatasi
hambatan potensial atau aktual dalam penyediaan layanan.
8. Mengevaluasi kemajuan menuju hasil kesehatan yang ditetapkan
dengan individu dan / atau keluarga; merevisi elemen rencana
sesuai kebutuhan.
C. Langkah Dasar untuk Manajemen Kasus (Tingkat Sistem dan
Praktik Komunitas)
1. Identifikasi sub-kelompok yang berbeda dalam populasi (misalnya,
kelompok lansia, kelompok dengan komorbid, dan kelompok lain
yang berisiko terkenan Covid-19) yang kualitas hidupnya terancam.
2. Kumpulkan dan analisis informasi mengenai layanan dan sumber
daya yang dibutuhkan tetapi tidak tersedia, tidak dapat diakses,
atau tidak dapat diterima (misalnya, layanan yang tidak sesuai
secara budaya).
3. Berkomunikasi dengan organisasi dan sistem masyarakat untuk
mengatasi kesenjangan ini.
4. Bekerja sama dengan organisasi dan sistem komunitas untuk
memastikan kecukupan dan kesetaraan sumber daya dan layanan
yang dikembangkan.
5. Evaluasi secara rutin kapasitas komunitas untuk memenuhi
kebutuhan kualitas hidup populasi berisiko yang diidentifikasi
melalui penilaian komunitas.
D. Praktik Terbaik untuk Manajemen Kasus
1. Menggunakan kerangka keperawatan masyarakat untuk
manajemen kasus.
2. Pilih model manajemen kasus yang paling sesuai dengan
kebutuhan individu, keluarga, atau populasi yang berisiko.
3. Kembangkan pengetahuan luas sumber daya masyarakat dan
membangun keterkaitan dengan mereka.
4. Memberikan manajemen kasus yang berpusat klien dan berbasis
hubungan.
5. Menunjukkan pengetahuan dan keterampilan yang kritis untuk
manajemen kasus yang efektif.
340

6. Secara rutin mengevaluasi hasil manajemen kasus dan


memulihkan rencana secara sesuai.
TUJUAN a. Tujuan Umum
Melaksanakan pencegahan dan pengendalian COVID-19 di
Indonesia.
b. Tujuan Khusus
 Memahami strategi dan indikator penanggulangan
 Melaksanakan surveilans epidemiologi
 Melaksanakan diagnosis laboratorium
 Melaksanakan manajemen klinis
 Melaksanakan pencegahan dan pengendalian penularan
 Melaksanakan komunikasi risiko dan pemberdayaan
masyarakat
 Melaksanakan penyediaan sumber daya
 Melaksanakan pelayanan kesehatan esensial
ALAT DAN a. Alat
BAHAN  Formulir pemantauan harian sebagaimana terlampir
 Alat tulis
 Termometer (menggunakan thermometer tanpa sentuh jika
tersedia)
 Hand sanitizer (cairan untuk cuci tangan berbasis alkohol)
 Informasi KIE tentang COVID-19
 Panduan pencegahan penularan di lingkungan rumah
 Panduan alat pelindung diri (APD) untuk kunjungan rumah,
contoh: Hazmat, sepatu boots, kacamata, helm pelidung,
sarung tangan,dll.
 Daftar nomor-nomor penting
 Masker bedah
 Identitas diri maupun surat tugas
 Alat komunikasi (grup Whatsapp dan lain-lain)
 Alat transportasi (Ambulance)
b. Bahan
 Wilayah yang belum ada kasus (No Cases)
 Wilayah dengan satu atau lebih kasus, baik kasus import
341

ataupun lokal, bersifat sporadik dan belum terbentuk klaster


(Sporadic Cases)
 Wilayah yang memiliki kasus klaster dalam waktu, lokasi
geografis, maupun paparan umum (Clusters of Cases)
 Wilayah yang memiliki transmisi komunitas (Community
Transmission)
PROSEDUR A. Individu
1. Jika Anda merasa tidak sehat dengan kriteria:
a. Demam 38 derajat Celcius, dan
b. Batuk/pilek
Istirahatlah yang cukup di rumah dan bila perlu minum Bila
keluhan berlanjut, atau disertai dengan kesulitan bernafas (sesak atau
nafas cepat), segera berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan
(fasyankes). Pada saat berobat ke fasyankes, Anda harus lakukan
tindakan berikut:
a. Gunakan masker
b. Apabila tidak memiliki masker, ikuti etika batuk/bersin yang
benar dengan cara menutup mulut dan hidung dengan tisu
atau punggung lengan
c. Usahakan tidak menggunakan transportasi massal
2. Jika anda sehat, namun:
a. Ada riwayat perjalanan 14 hari yang lalu ke negara terjangkit
COVID-19, atau
b. Merasa pernah kontak dengan penderita COVID-19, hubungi
Hotline Center Corona untuk mendapat petunjuk lebih lanjut
B. Keluarga
Isolasi mandiri atau perawatan di rumah dilakukan terhadap
orang yang bergejala ringan dan tanpa kondisi penyerta seperti
(penyakit paru, jantung, ginjal dan kondisi immunocompromise).
Tindakan ini dapat dilakukan pada pasien dalam pengawasan, orang
dalam pemantauan dan kontak erat yang bergejala dengan tetap
memperhatikan kemungkinan terjadinya perburukan.
Beberapa alasan pasien dirawat di rumah yaitu perawatan
rawat inap tidak tersedia atau tidak aman. Pertimbangan tersebut harus
memperhatikan kondisi klinis dan keamanan lingkungan pasien.
342

Pertimbangan lokasi dapat dilakukan di rumah, fasilitas umum, atau alat


angkut dengan mempertimbangkan kondisi dan situasi setempat. Perlu
dilakukan informed consent sebagaimana formulir terlampir terhadap
pasien yang melakukan perawatan rumah.
Penting untuk memastikan bahwa lingkungan tempat
pemantauan kondusif untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan
medis yang diperlukan orang tersebut. Idealnya, satu atau lebih fasilitas
umum yang dapat digunakan untuk pemantauan harus diidentifikasi
dan dievaluasi sebagai salah satu elemen kesiapsiagaan menghadapi
COVID-19. Evaluasi harus dilakukan oleh pejabat atau petugas
kesehatan masyarakat.
Selama proses pemantauan, pasien harus selalu proaktif
berkomunikasi dengan petugas kesehatan. Petugas kesehatan yang
melakukan pemantauan menggunakan APD minimal berupa masker
bedah dan sarung tangan karet sekali pakai (jika harus kontak dengan
cairan tubuh pasien). Prosedur pencegahan dan pengendalian infeksi
untuk isolasi di rumah:
1. Tempatkan pasien/orang dalam ruangan tersendiri yang memiliki
ventilasi yang baik (memiliki jendela terbuka, atau pintu terbuka.
2. Batasi pergerakan dan minimalkan berbagi ruangan yang sama.
Pastikan ruangan bersama (seperti dapur, kamar mandi) memiliki
ventilasi yang baik.
3. Anggota keluarga yang lain sebaiknya tidur di kamar yang berbeda,
dan jika tidak memungkinkan maka jaga jarak minimal 1 meter dari
pasien (tidur di tempat tidur berbeda).
4. Batasi jumlah orang yang merawat pasien. Idealnya satu orang
yang benar-benar sehat tanpa memiliki gangguan kesehatan lain
atau gangguan kekebalan. Pengunjung/penjenguk tidak diizinkan
sampai pasien benar-benar sehat dan tidak bergejala.
5. Lakukan hand hygiene (cuci tangan) segera setiap ada kontak
dengan pasien atau lingkungan pasien. Lakukan cuci tangan
sebelum dan setelah menyiapkan makanan, sebelum makan,
setelah dari kamar mandi, dan kapanpun tangan kelihatan kotor.
Jika tangan tidak tampak kotor dapat menggunakan handsanitizer,
dan untuk tangan yang kelihatan kotor menggunakan air dan sabun.
343

6. Jika mencuci tangan menggunakan air dan sabun, handuk kertas


sekali pakai direkomendasikan. Jika tidak tersedia bisa
menggunakan handuk bersih dan segera ganti jika sudah basah.
7. Pasien menggunakan masker bedah jika berada di sekitar orang-
orang yang berada di rumah atau ketika mengunjungi fasyankes
untuk mencegah penularan melalui droplet. Anak berusia 2 tahun
ke bawah tidak dianjurkan menggunakan masker.
8. Orang yang memberikan perawatan menggunakan masker bedah
terutama jika berada dalam satu ruangan dengan pasien. Masker
tidak boleh dipegang selama digunakan. Jika masker kotor atau
basah segera ganti dengan yang baru. Buang masker dengan cara
yang benar (jangan disentuh bagian depan, tapi mulai dari bagian
belakang dengan memegang tali masker). Buang masker bedah
segera dan segera cuci tangan.
9. Gunakan sarung tangan dan masker bedah jika harus memberikan
perawatan mulut atau saluran nafas dan ketika kontak dengan
darah, tinja, air kencing atau cairan tubuh lainnya seperti ludah,
dahak, muntah dan lain-lain. Cuci tangan sebelum dan sesudah
membuang sarung tangan dan masker.
10. Jangan gunakan masker atau sarung tangan yang telah terpakai
11. Pisahkan alat makan untuk pasien (cuci dengan sabun dan air
hangat setelah dipakai agar dapat digunakan kembali).
12. Bersihkan permukaan di sekitar pasien termasuk toilet dan kamar
mandi secara teratur. Sabun atau detergen rumah tangga dapat
digunakan, kemudian larutan NaOCl 0.5% (setara dengan 1 bagian
larutan pemutih dan 9 bagian air).
13. Cuci pakaian, seprai, handuk, masker kain pasien menggunakan
sabun cuci rumah tangga dan air atau menggunakan mesin cuci
dengan suhu air 60-900C dengan detergen dan keringkan.
Tempatkan pada kantong khusus dan jangan digoyang-goyang, dan
hindari kontak langsung kulit dan pakaian dengan bahan-bahan
yang terkontaminasi. Menggunakan sarung tangan saat mencuci
dan selalu mencuci tangan sebelum dan setelah menggunakan
sarung tangan.
14. Sarung tangan, masker dan bahan-bahan sisa lain selama
344

perawatan harus dibuang di tempat sampah di dalam ruangan


pasien yang kemudian ditutup rapat sebelum dibuang sebagai
kotoran infeksius.
15. Hindari kontak dengan barang-barang terkontaminasi lainya seperti
sikat gigi, alat makan-minum, handuk, pakaian dan sprei.
16. Ketika petugas kesehatan memberikan pelayanan kesehatan
rumah, maka selalu perhatikan APD dan ikut rekomendasi
pencegahan penularan penyakit melalui droplet.
C. Komunitas
1. Manajemen Kesmas pada Kasus Suspek
Apabila menemukan kasus Suspek maka dilakukan manajemen
kesmas meliputi:
a. Dilakukan isolasi sesuai dengan kriteria. Isolasi dilakukan
sejak seseorang dinyatakan sebagai kasus suspek. Isolasi
dapat dihentikan apabila telah memenuhi kriteria discarded.
b. Pengambilan spesimen untuk penegakan diagnosis.
Pengambilan spesimen dilakukan oleh petugas laboratorium
setempat yang berkompeten dan berpengalaman baik di
fasyankes atau lokasi pemantauan. Pengiriman spesimen
disertai formulir penyelidikan epidemiologi.
c. Pemantauan sejak mulai munculnya gejala
Pemantauan terhadap suspek dilakukan berkala selama
menunggu hasil pemeriksaan laboratorium. Pemantauan
dapat melalui telepon atau melalui kunjungan secara berkala
(harian) dan dicatat pada formulir pemantauan harian
sebagaimana terlampir. Pemantauan dilakukan dalam
bentuk pemeriksaan suhu tubuh dan skrining gejala harian.
Pada suspek yang melakukan isolasi mandiri di rumah,
pemantauan dilakukan oleh petugas FKTP dan
berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat.
Pemantauan dapat dihentikan apabila hasil pemeriksaan
RT- PCR selama 2 hari berturut-turut dengan selang waktu
>24 jam menunjukkan hasil negatif. Kasus suspek yang
sudah selesai isolasi dan pemantauan, dapat diberikan surat
pernyataan selesai masa pemantauan.
345

d. Komunikasi risiko
Petugas kesehatan memberikan komunikasi risiko pada
kasus termasuk kontak eratnya berupa informasi mengenai
COVID-19, pencegahan penularan, tatalaksana lanjut jika
terjadi perburukan, dan lain-lain. Suspek yang melakukan
isolasi mandiri harus melakukan kegiatan sesuai dengan
protokol isolasi mandiri.
e. Penyelidikan epidemiologi
Penyelidikan epidemiologi dilakukan sejak seseorang
dinyatakan sebagai suspek, termasuk dalam
mengidentifikasi kontak erat.
2. Manajemen Kesmas pada Kasus Probable
Apabila menemukan kasus probable maka dilakukan manajemen
kesmas meliputi:
a. Dilakukan isolasi sesuai dengan kriteria. Isolasi pada kasus
probable dilakukan selama belum dinyatakan selesai isolasi.
b. Pemantauan terhadap kasus probable dilakukan berkala
selama belum dinyatakan selesai isolasi sesuai dengan
definisi operasional selesai isolasi. Pemantauan dilakukan
oleh petugas FKRTL. Jika sudah selesai isolasi/pemantauan
maka dapat diberikan surat pernyataan.
c. Apabila kasus probable meninggal, tatalaksana
pemulasaraan jenazah sesuai protokol pemulasaraan
jenazah kasus konfirmasi COVID-19.
d. Penyelidikan epidemiologi tetap dilakukan terutama untuk
mengidentifikasi kontak erat.
e. Komunikasi risiko. Petugas kesehatan memberikan
komunikasi risiko kepada kontak erat kasus berupa
informasi mengenai COVID-19, pencegahan penularan,
pemantauan perkembangan gejala, dan lain-lain.
3. Manajemen Kesmas pada Kasus Konfirmasi
Apabila menemukan kasus konfirmasi maka dilakukan manajemen
kesmas meliputi:
a. Dilakukan isolasi sesuai dengan kriteria sebagaimana
terlampir. Isolasi pada kasus konfirmasi dilakukan
346

selama belum dinyatakan selesai isolasi.


b. Pengambilan spesimen pada kasus dengan gejala
berat/kritis untuk follow up pemeriksaan RT-PCR dilakukan
di rumah sakit. Pada kasus tanpa gejala, gejala ringan, dan
gejala sedang tidak perlu dilakukan follow up pemeriksaan
RT-PCR.
c. Pengambilan spesimen dilakukan oleh petugas laboratorium
setempat yang berkompeten dan berpengalaman baik di
fasyankes atau lokasi pemantauan. Pengiriman spesimen
disertai formulir penyelidikan epidemiologi.
d. Pemantauan terhadap kasus konfirmasi dilakukan berkala
selama belum dinyatakan selesai isolasi sesuai dengan
definisi operasional selesai isolasi. Pada kasus konfirmasi
yang melakukan isolasi mandiri di rumah, pemantauan
dilakukan oleh petugas FKTP/FKRTL berkoordinasi dengan
dinas kesehatan setempat. Pemantauan dapat melalui
telepon atau melalui kunjungan secara berkala (harian) dan
dicatat pada formulir pemantauan harian. Pemantauan
dilakukan dalam bentuk pemeriksaan suhu tubuh dan
skrining gejala harian. Jika sudah selesai
isolasi/pemantauan maka dapat diberikan surat pernyataan.
Pasien tersebut secara konsisten juga harus menerapkan
protokol kesehatan.
e. Komunikasi risiko
Petugas kesehatan memberikan komunikasi risiko pada
kasus termasuk kontak eratnya berupa informasi mengenai
COVID-19, pencegahan penularan, tatalaksana lanjut jika
terjadi perburukan, dan lain-lain. Kasus konfirmasi yang
melakukan isolasi mandiri harus melakukan kegiatan sesuai
dengan protokol isolasi mandiri.
f. Penyelidikan epidemiologi pada kasus konfirmasi juga
termasuk dalam mengidentifikasi kontak erat.
4. Manajemen Kesmas pada Kontak Erat
Apabila menemukan kontak erat maka dilakukan manajemen
kesmas meliputi:
347

a. Dilakukan karantina sesuai dengan kriteria. Karantina


dilakukan sejak seseorang dinyatakan sebagai kontak erat
selama 14 hari sejak kontak terakhir dengan dengan kasus
probable atau konfirmasi COVID-19. Karantina dapat
dihentikan apabila selama masa karantina tidak
menunjukkan gejala (discarded).
b. Pemantauan dilakukan selama masa karantina.
Pemantauan terhadap kontak erat dilakukan berkala untuk
memantau perkembangan gejala. Apabila selama masa
pemantauan muncul gejala yang memenuhi kriteria suspek
maka dilakukan tatalaksana sesuai kriteria. Pemantauan
dapat melalui telepon atau melalui kunjungan secara berkala
(harian) dan dicatat pada formulir pemantauan harian.
Pemantauan dilakukan dalam bentuk pemeriksaan suhu
tubuh dan skrining gejala harian. Pemantauan dilakukan
oleh petugas FKTP dan berkoordinasi dengan dinas
kesehatan setempat.
c. Kontak erat yang sudah selesai karantina/pemantauan,
dapat diberikan surat pernyataan.
d. Komunikasi risiko
Petugas kesehatan memberikan komunikasi risiko pada
kontak erat berupa informasi mengenai COVID-19,
pencegahan penularan, tatalaksana lanjut jika muncul
gejala, dan lain-lain.
e. Penyelidikan epidemiologi dilakukan ketika kontak erat
mengalami perkembangan gejala sesuai kriteria kasus
suspek/konfirmasi.
5. Manajemen Kesmas pada Pelaku Perjalanan
Dalam rangka pengawasan pelaku perjalanan dalam negeri
(domestik) maupun luar negeri, diharuskan untuk mengikuti
ketentuan sesuai protokol kesehatan ataupun ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Bagi pelaku perjalanan yang
akan berangkat ke luar negeri harus mengikuti protokol yang sudah
ditetapkan negara tujuan. Protokol kesehatan dilakukan sesuai
dengan penerapan kehidupan masyarakat produktif dan aman
348

terhadap COVID-19.
Seluruh penumpang dan awak alat angkut dalam melakukan
perjalanan harus dalam keadaan sehat dan menerapkan prinsip-
prinsip pencegahan dan pengendalian COVID-19 seperti
menggunakan masker, sering mencuci tangan pakai sabun atau
menggunakan hand sanitizer, menjaga jarak satu sama lain
(physical distancing), menggunakan pelindung mata/wajah, serta
menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Selain
menerapkan prinsip-prinsip tersebut, penumpang dan awak alat
angkut harus memiliki persyaratan sesuai dengan peraturan
kekarantinaan yang berlaku.
Petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) di bandar
udara atau pelabuhan keberangkatan/kedatangan melakukan
kegiatan pemeriksaan suhu tubuh terhadap penumpang dan awak
alat angkut, pemeriksaan lain yang dibutuhkan serta melakukan
verifikasi kartu kewaspadaan kesehatan atau Health Alert Card
(HAC) secara elektronik maupun non elektronik. Untuk, peningkatan
kewaspadaan, dinas kesehatan daerah provinsi/kabupaten/kota
dapat mengakses informasi kedatangan pelaku perjalanan yang
melalui bandara atau pelabuhan ke wilayahnya melalui aplikasi
electronic Health Alert Card (eHAC).
Penemuan kasus di pintu masuk dapat menggunakan
formulir notifikasi penemuan kasus pada pelaku perjalanan.
Penekanan pengawasan pelaku perjalanan dari luar negeri
dilakukan untuk melihat potensi risiko terjadinya kasus importasi
sehingga perlu adanya koordinasi antara KKP dengan dinas
kesehatan.
D. Manajemen Kasus Kematian
Jenazah pasien dengan COVID-19 perlu dikelola dengan etis
dan layak sesuai dengan agama, nilai, norma dan budaya. Prinsip
utama dalam memberikan pelayanan ini adalah seluruh petugas
wajib menjalankan kewaspadaan standar dan didukung dengan
sarana prasarana yang memadai.
Kriteria jenazah pasien:
1. Jenazah suspek dari dalam rumah sakit sebelum keluar
349

hasil swab.
2. Meninggal di rumah sakit selama perawatan COVID-19
pasien konfirmasi atau probable maka pemulasaraan
jenazah diberlakukan tatalaksana COVID-19.
3. Meninggal di luar rumah sakit/Death on Arrival (DOA)
Bila pasien memiliki riwayat kontak erat dengan
orang/pasien terkonfirmasi COVID-19 maka pemulasaraan
jenazah diberlakukan tatalaksana COVID-19.
Kewaspadaan saat menerima jenazah dari ruangan dengan kasus
suspek/probable/konfirmasi (+) COVID-19 antara lain:
1. Menggunakan APD yang sesuai selama berkontak dengan
jenazah.
2. Kebersihan tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
jenazah.
3. Dekontaminasi lingkungan termasuk seluruh permukaan
benda dan alat dengan desinfektan.
4. Kewaspadaan terhadap transmisi harus dilakukan terhadap
prosedur yang menimbulkan aerosol.
5. Menyiapkan plastik pembungkus atau kantong jenazah yang
kedap air untuk pemindahan jenazah.
Pelayanan jenazah untuk pasien yang terinfeksi COVID-19:
1. Persiapan petugas yang menangani jenazah.
2. Pasien yang terinfeksi dengan COVID-19.
3. Petugas yang mempersiapkan jenazah harus menerapkan
PPI seperti kewaspadaan standar, termasuk kebersihan
tangan sebelum dan sesudah bersentuhan dengan jenazah,
dan lingkungan.
4. Pastikan petugas yang berinteraksi dengan jenazah
menggunakan APD sesuai risiko.
5. Pastikan petugas telah mengikuti pelatihan penggunaan
APD, tata cara pemakaian dan pelepasan, serta
membuangnya pada tempat yang telah ditetapkan.
Penanganan jenazah di ruang rawat sebelum ditransfer ke kamar
jenazah rumah sakit
1. Tindakan swab nasofaring atau pengambilan sampel lainnya
350

bila diperlukan dilakukan oleh petugas yang ditunjuk di


ruang perawatan sebelum jenazah dijemput oleh petugas
kamar jenazah.
2. Jenazah ditutup/disumpal lubang hidung dan mulut
menggunakan kapas, hingga dipastikan tidak ada cairan
yang keluar.
3. Bila ada luka akibat tindakan medis, maka dilakukan
penutupan dengan plester kedap air.
4. Petugas kamar jenazah yang akan menjemput jenazah,
membawa:
a. Alat pelindung diri (APD) berupa: masker bedah,
goggle/kaca mata pelindung, apron plastik, dan sarung
tangan non steril.
b. Kantong jenazah. Bila tidak tersedia kantong jenazah,
disiapkan plastik pembungkus.
c. Brankar jenazah dengan tutup yang dapat dikunci.
5. Sebelum petugas memindahkan jenazah dari tempat tidur
perawatan ke brankar jenazah, dipastikan bahwa lubang
hidung dan mulut sudah tertutup serta luka-luka akibat
tindakan medis sudah tertutup plester kedap air, lalu
dimasukkan ke dalam kantong jenazah atau dibungkus
dengan plastik pembungkus. Kantong jenazah harus tertutup
sempurna.
6. Setelah itu jenazah dapat dipindahkan ke brankar jenazah,
lalu brankar ditutup dan dikunci rapat.
7. Semua APD yang digunakan selama proses pemindahan
jenazah dibuka dan dibuang di ruang perawatan.
8. Jenazah dipindahkan ke kamar jenazah. Selama
perjalanan, petugas tetap menggunakan masker bedah.
9. Surat Keterangan Kematian atau Sertifikat Medis Penyebab
Kematian (SMPK) dibuat oleh dokter yang merawat dengan
melingkari jenis penyakit penyebab kematian sebagai
penyakit menular sebagaimana formulir terlampir.
10. Jenazah hanya dipindahkan dari brankar jenazah ke meja
pemulasaraan jenazah di kamar jenazah oleh petugas yang
351

menggunakan APD lengkap.


Pemulasaraan jenazah di kamar jenazah
1. Jenazah yang masuk dalam lingkup pedoman ini dianjurkan
dengan sangat untuk dipulasara di kamar jenazah.
2. Tindakan pemandian jenazah hanya dilakukan setelah
tindakan desinfeksi.
3. Petugas pemandi jenazah menggunakan APD standar.
4. Petugas pemandi jenazah dibatasi hanya sebanyak dua
orang. Keluarga yang hendak membantu memandikan
jenazah hendaknya juga dibatasi serta menggunakan APD
sebagaimana petugas pemandi jenazah.
5. Jenazah dimandikan sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianutnya.
6. Setelah jenazah dimandikan dan dikafankan/diberi pakaian,
jenazah dimasukkan ke dalam kantong jenazah atau
dibungkus dengan plastik dan diikat rapat.
7. Bila diperlukan peti jenazah, maka dilakukan cara berikut:
jenazah dimasukkan ke dalam peti jenazah dan ditutup
rapat; pinggiran peti disegel dengan sealant/silikon; dan
dipaku/disekrup sebanyak 4-6 titik dengan jarak masing-
masing 20 cm. Peti jenazah yang terbuat dari kayu harus
kuat, rapat, dan ketebalan peti minimal 3 cm.
Desinfeksi jenazah di kamar jenazah
1. Petugas kamar jenazah harus memberikan penjelasan
kepada keluarga mengenai tata laksana pada jenazah yang
meninggal dengan penyakit menular, terutama pada kondisi
pandemi COVID-19.
2. Pemulasaraan jenazah dengan penyakit menular atau
sepatutnya diduga meninggal karena penyakit menular
harus dilakukan desinfeksi terlebih dahulu.
3. Desinfeksi jenazah dilakukan oleh tenaga yang memiliki
kompetensi untuk itu, yaitu: dokter spesialis forensik dan
medikolegal dan teknisi forensik dengan menggunakan APD
lengkap:
a. Shoe cover atau sepatu boots.
352

b. Apron. Apron gaun lebih diutamakan.


c. Masker N-95.
d. Penutup kepala atau head cap.
e. Goggle atau faceshield.
f. sarung tangan non steril.
4. Bahan desinfeksi jenazah dengan penyakit menular
menggunakan larutan formaldehyde 10% atau lebih dengan
paparan minimal 30 menit dengan teknik intraarterial (bila
memungkinkan), intrakavitas dan permukaan saluran
pernapasan. Setelah dilakukan tindakan desinfeksi,
dipastikan tidak ada cairan yang menetes atau keluar dari
lubang-lubang tubuh. Bila terdapat penolakan penggunaan
formaldehyde, maka dapat dipertimbangkan penggunaan
klorin dengan pengenceran 1:9 atau 1:10 untuk teknik
intrakavitas dan permukaan saluran napas.
5. Semua lubang hidung dan mulut ditutup/disumpal dengan
kapas hingga dipastikan tidak ada cairan yang keluar.
6. Pada jenazah yang masuk dalam kriteria mati tidak wajar,
maka desinfeksi jenazah dilakukan setelah prosedur forensik
selesai dilaksanakan.
Prosedur otopsi jenazah bila dibutuhkan
1. Otopsi jenazah dengan suspek atau konfirmasi COVID-19
harus dilakukan di ruang isolasi infeksi airborne yaitu
dengan tekanan negatif di sekitar areanya, dan mempunyai
pertukaran udara minimal 12 ACH.
2. Pengambilan spesimen berupa nasopharingeal swab pada
pasien yang telah meninggal dengan curiga atau konfirmasi
COVID-19 tetap memerlukan penggunaan APD yang sesuai
dengan risiko penularan, minimum APD yang digunakan
adalah:
a. Sarung tangan nitrile non steril. Bila ada kemungkinan
mempunyai risiko mengenai luka, tertusuk dapat
menambahkan sarung tangan tebal diatas sarung tangan
tersebut
b. Gaun
353

c. Apron
d. Respirator (N95 atau > tinggi)
e. Pelindung mata (googles) atau pelindung wajah (face shield)
f. Pelindung kepala,
g. Sepatu pelindung atau boots
3. Diperlukan kehati-hatian dalam pelepasan APD untuk
mencegah kontaminasi ke diri sendiri. Penggunaan dan
pelepasan APD dilakukan sesuai dengan petunjuk teknis
APD dalam menghadapi wabah COVID-19. APD yang
sudah digunakan bila disposibel dibuang dikantong
infeksius, sedangkan APD yang reuse harus dibersihkan
dulu dengan sabun sebelum dimasukan dalam wadah
limbah. Selanjutnya lakukan kebersihan tangan.
Layanan kedukaan
1. Setiap orang diharapkan dapat melakukan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya.
2. Persemayaman jenazah dalam waktu lama sangat tidak
dianjurkan untuk mencegah penularan penyakit maupun
penyebaran penyakit antar pelayat.
3. Jenazah yang disemayamkan di ruang duka, harus telah
dilakukan tindakan desinfeksi dan dimasukkan ke dalam peti
jenazah serta tidak dibuka kembali.
4. Untuk menghindari kerumunan yang berpotensi sulitnya
melakukan physical distancing, disarankan agar keluarga
yang hendak melayat tidak lebih dari 30 orang.
Pertimbangan untuk hal ini adalah mencegah penyebaran
antar pelayat.
5. Jenazah hendaknya disegerakan untuk dikubur atau
dikremasi sesuai dengan agama dan kepercayaan yang
dianutnya dalam waktu tidak lebih dari 24 jam.
6. Setelah diberangkatkan dari rumah sakit, jenazah
hendaknya langsung menuju lokasi penguburan/
krematorium untuk dimakamkan atau dikremasi. Sangat
tidak dianjurkan untuk disemayamkan lagi di rumah atau
tempat ibadah lainnya.
354

Pengantaran jenazah dari rumah sakit ke pemakaman


1. Transportasi jenazah dari rumah sakit ke tempat
pemakaman dapat melalui darat menggunakan mobil
jenazah.
2. Jenazah yang akan ditransportasikan sudah menjalani
prosedur desinfeksi dan telah dimasukkan ke dalam kantong
jenazah atau dibungkus dengan plastik yang diikat rapat,
serta ditutup semua lubang-lubang tubuh.
E. Protokol Pemakaman COVID-19
Beberapa ketentuan dalam pemakaman sebagai berikut:
1. Pemakaman jenazah dilakukan segera mungkin dengan
melibatkan pihak RS dan dinas pertamanan.
2. Pelayat yang menghadiri pemakaman tetap menjaga jarak
sehingga jarak aman minimal 2 meter
3. Penguburan dapat dilakukan di pemakaman umum
4. Penguburan beberapa jenazah dalam satu liang kubur
dibolehkan pada kondisi darurat.
5. Pemakaman dapat dihadiri oleh keluarga dekat dengan
tetap memperhatikan physical distancing dengan jarak
minimal 2 meter, maupun kewaspadaan standar. Setiap
individu pelayat/ keluarga yang menunjukkan gejala COVID-
19 tidak boleh hadir.
6. Jenazah yang menggunakan peti, harus dipastikan peti
tersebut telah ditutup dengan erat.
7. Penguburan jenazah dengan cara memasukkan jenazah
bersama peti kedalam liang kubur tanpa harus membuka
peti, plastik dan kain kafan
8. Petugas pemakaman harus menggunakan APD standar
terdiri dari masker bedah dan sarung tangan tebal. APD
yang telah digunakan merupakan limbah medis yang harus
dilakukan pengelolaan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
UNIT KERJA Unit kerja terkait manajemen covid-19 melibatkan institusi
TERKAIT ATAU kesehatan, serta masyarakat seperti, Dinas Kesehatan, Puskesmas,
INSTANSI Pemerintahan Kelurahan/Desa, RT-RW dan Kader Kesehatan,
355

TERKAIT Organisasi Sosial dan Kemasyarakatan, dan Relawan.


Peran dan fungsi Dinas Kesehatan terkait manajemen covid-19
yaitu melakukan pemantauan dan analisis kasus, memonitor
pelaksanaan surveilens covid-19, melakukan pelacakan kontak kasus,
penilaian resiko wilayah, melaporkan kasus secara berjenjang ke
Dinkes Kab/Kota/Provinsi dan PHEOC.
Peran dan fungsi Puskesmas terkait Covid-19, yaitu melakukan
komunikasi terkit covid-19 kepada masyarakat, melakukan survailens,
melakukan pemeriksaan rapid test, Membangun dan memperkuat kerja
sama surveilans dengan tokoh masyarakat dan lintas sector, Memonitor
keluarga yang memiliki anggota keluarga yang lanjut usia atau memiliki
penyakit komorbid, dan Mengajak para tokoh masyarakat agar
melakukan disinfeksi tempat-tempat umum yang banyak dikunjungi
masyarakat.
Peran dan fungsi Pemerintahan Kelurahan/Desa, RT-RW dan
Kader Kesehatan. Pemerintahan tingkat Kelurahan/Desa sesuai
kewenangannya diharapkan mampu untuk melakukan upaya
penanggulangan COVID-19 melalui, Melakukan penyampaian informasi
pencegahan dan penanggulangan COVID-19 kepada seluruh penduduk
dengan mempergunakan berbagai saluran komunikasi yang tersedia di
wilayah kelurahan/desa masing-masing, Memfasilitasi dan mendorong
Para Ketua RT-RW, Kader Kesehatan, dan Lembaga Sosial Berbasis
Masyarakat untuk aktif melakukan berbagai upaya pencegahan
penularan COVID-19,
Mendorong kesiapan dan partisipasi masyarakat untuk
melakukan upaya kebersihan personal dan kebersihan rumah sebagai
bagian dari perwujudan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat, Mendorong
dan mengawasi masyarakat dalam melaksanakan pembatasan kontak
fisik pada berbagai sarana yang ada seperti di tempat-tempat
keramaian, pasar lokal/desa, tempat ibadah, sarana olahraga, dan
sarana rekreasi, Memanfaatkan Anggaran Dana Desa/Kelurahan untuk
memberikan dukungan yang kepada masyarakat yang terdampak
COVID-19 baik sebagai penderita maupun akibat sosial ekonomi
lainnya, dan Melaporkan kepada Pemerintah Daerah terkait hal-hal
yang dipandang perlu apabila ada hal-hal yang dianggap berpotensi
356

meningkatkan penularan COVID-19


Peran dan fungsi Organisasi Sosial dan Kemasyarakatan, yaitu
membantu dalam edukasi masyarakat dengan menyediakan tools
edukasi yang sesuai dengan masyarakat, membantu lumbung pangan
atau bahan makanan di wilayah- wilyah rawan tau zona merah,
berpartisipasi mendukung ebijakan pemda setempat, mengedukasi dan
mendukung masyarakat umum agar ikut serta berperan aktif dalam
menyediakan kebutuhan untuk kelompok rentan, menyediakan saluran
informasi terkait kegawatdaruratan covid-19.
Peran dan fungsi Relawan yaitu, membantu menyebarkan
informasi akurat kepada masyarakat, membantu mengedukasi dan
memberikan dukungan psikologi untuk mengurangi kepanikan covid-19
di masyarakat, membantu memantau dan memberikan informasi yang
dibutukan oleh OTG maupun ODP.
Terdapat prosedur pelaporan kematian dan penanganan
jenazah terduga atau terkonfirmasi Covid-19 dengan cara :
a. Keluarga/anggota masyarakat melaporkan kejadian kematian yang
diduga sebagai ODP, PDP kepada Ketua RT/RW.
b. Ketua RT/RW menjelaskan kepada keluarga dan masyarakat agar
tidak menangani jenazah terlebih dahulu sampai mendapat
konfirmasi dari petugas medis/Puskesmas atau gugus tugas Tingkat
Desa / Kelurahan / Tingkat Kecamatan (bila ada) /Kabupaten/Kota.
c. Ketua RT/RW melaporkan kejadian kematian ke Desa/Kelurahan
dan atau Puskesmas dan Camat wilayah dimana jenazah
berdomisili.
d. Bila konfirmasi kepada pihak yang berwenang tidak diperolah maka
gugus tugas dapat memutuskan penanganan jenazah sesuai
prosedur jenazah Covid-19.
e. Ketua RT/RW segera mungkin mengklarifikasi kejadian kematian
dengan memastikan bahwa jenazah tersebut terduga ODP atau
PDP.
Terdapat Prosedur Menuju Tempat Pemakaman jenazah covid-
19 yaitu,
a. Petugas pemakaman jenazah terdiri dari sopir keranda/kereta/mobil
jenazah 1 (satu) orang atau lebih, dan petugas pengangkut/
357

pemakaman sekurang - kurangnya 2 (dua) orang.


b. Sopir keranda/kereta/mobil jenazah dan petugas pemakaman wajib
memakai APD (sarung tangan, masker, pelindung mata, dan
pakaian lengan panjang).
c. Persiapan Petugas (sopir dan petugas pemakaman) Dinas terkait
menerima peti jenazah
d. Jenazah diantar dengan keranda/kereta jenazah/mobil jenazah
khusus dari Dinas terkait atau yang lainnya yang telah disiapkan ke
tempat pemakaman.
e. Sebelum jenazah diberangkatkan, pastikan bahwa Pak Camat
wilayah setempat atau Tokoh masyarakat didampingi petugas
Puskesmas, telah lebih dahulu memberi penjelasan secara bijak
kepada masyarakat setempat tentang tempat penguburan (bahwa
jenazah yang telah dikuburkan karena covid19 tidak lagi
menularkan penyakitnya).
f. Pastikan penguburan tanpa membuka peti jenazah atau kantong
jenazah.
g. Penguburan dapat dilaksanakan di tempat pemakaman umum yang
sudah ditentukan dan pihak keluarga dapat turut dalam penguburan
jenazah tersebut dengan tetap menjaga kewaspadaan, dengan
menerapkan physical distancing; yaitu dengan menjaga jarak
masing-masing minimal 2 meter.
h. Apabila proses pemulasaran jenazah selesai setelah jam 20.00
maka jenazah dititipkan sementara ke RSUD terdekat untuk
dimakamkan esok harinya
i. Petugas kamar jenazah RSUD menerima jenazah dan melakukan
pencatatan.
j. Dinas terkait memastikan mengambil jenazah yang dititipkan di
RSUD pada pagi harinya untuk dimakamkan di tempat yang telah
ditentukan.
DAFTAR Kemenkes RI (2020), “Pedoman Pemulasaran Dan Penguburan
PUSTAKA Jenazah Akibat Covid-19 Di Masyarakat”, Germas, pp, 10-15.
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 (2020), “Pedoman
Penanganan Cepat Medis Dan Kesehatan Masyarakat Covid-19
Di Indonesia”, pp, 15-19.
358

Public Health Nursing Section: Public Health Interventions–Applications


for Public Health Nursing Practice. St. Paul: Minnesota
Department of Health
359

LAMPIRAN SOP MANAJEMEN KASUS

Gambar Alur Manajemen COVID-19


360

BAB 7
PENUTUP

Demikian Proposal kegiatan Pemberdayaan Masyarakat ini kami susun


untuk memberikan gambaran tentang kegiatan yang akan dilaksanakan dengan
harapan agar dapat dijadikan bahan pertimbangan dan pedoman
penyelenggaraan kegiatan. Segala bentuk saran dan dukungan baik dalam
bentuk moril maupun materil sangat kami harapkan demi kesuksesan acara ini.
Kami selaku penyelenggara kegiatan mengucapkan terima kasih atas
segala perhatian dan kerjasama semua pihak yang terkait dalam kegiatan ini.
Semoga kegiatan ini bermanfaat bagi semua pihak.

Anda mungkin juga menyukai