Anda di halaman 1dari 80

Laporan Akhir Departemen Keluarga

Disusun untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Profesi Ners


Departemen Komunitas
Pembimbing Akademik : Ns. Setyoadi, S.Kep, M.Kep., Sp.Kep.Kom

OLEH:
Aini Nur Farihah
(165070200111025)
KELOMPOK 2A

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
Format Pengkajian Keperawatan Keluarga Model Friedman pada
Keluarga Tn. H dengan Masalah Hipertensi dan Asam Urat di Wilayah
Surabaya

A. Data umum
1. Nama KK : Bp. H
2. Alamat : Jl. Made Barat RT 002 RW 002, Surabaya
3. No. Telepon : 087751956664
4. Susunan Anggota Keluarga :
Hub Tgl
Sex Gol Status
No Nama dg Lahir Pendidikan Pekerjaan
(L/P) Darah Kesehatan
KK (umur)
1. Bp. H KK L 51 A Sarjana Tidak -
tahun Bekerja
2. Ibu P Istri P 44 O Sarjana Pegawai -
tahun swasta
3. An. A Ana P 22 A S1 Mahasisw -
k tahun a
4. An. H Ana L 17 0 SMA Pelajar -
k tahun
5. Bp. M Kak L 80 - SD - Riwayat
ek tahun hipertensi
dan asam
urat
6. Ibu M Nen P 80 - Tidak - Riwayat
ek tahun sekolah hipertensi
dan asam
urat

Genogram ( dibuat 3 generasi )

Bp. H (51 Ibu P (44 thn)


thn)
An. A (22 thn) An. H (17
thn)

Keterangan Genogram
: Perempuan : Garis keturunan
: Laki-laki : Tinggal serumah
: Garis pernikahan

5. Tipe Keluarga
Extended Family, yaitu keluarga inti yang terdiri atas suami, istri,
dan anak ditambah kakek dan nenek.

6. Latar belakang kebudayaan (etnik)


Keluarga Bapak H adalah keluarga dengan latar belakang budaya
Jawa. Komunikasi dalam keluarga menggunakan Bahasa Jawa dan
Bahasa Indonesia. Keluarga tidak memiliki kebiasaan khusus
mengenai budaya yang berkaitan dengan kesehatan. Budaya jawa
yang kental dalam keluarga adalah tentang syukuran memasuki
bulan puasa Ramadhan dan hari-hari besar dalam agama Islam
lainnya.

7. Identifikasi religius
Keluarga Bapak H beragama Islam dan tidak ada perbedaan
keyakinan dalam keluarga. Keluarga mengatakan melakukan
kegiatan ibadah standar-standar saja, artinya shalat dan puasa
seperti kewajiban orang Islam pada umumnya. Bapak H, dan Anak
H melakukan shalat Jumat di masjid daerah rumahnya. Bapak H
selalu sholat 5 waktu berjamaah di musholla. Ibu P, Anak A, dan
Anak H juga selalu sholat maghrib dan isya berjamaah di
mushollah. Bapak H selalu mengikuti kegiatan keagamaan untuk
bapak-bapak di lingkungannya, sedangkan Ibu P rutin mengikuti
pengajian setiap malam kamis dan dibaan setiap malam sabtu.
Bapak M melakukan sholat 5 waktu di rumah, sedangkan Ibu M
tidak pernah melakukan sholat.

8. Status kelas sosial


Bapak H adalah seorang PHK pabrik swasta pada tahun 2015
dengan tidak diberikan uang pesangon pada umumnya serta tidak
menerima gaji rutin sejak tahun 2011. Bapak H paham peran
kepala keluarga adalah mencari nafkah. Bapak sudah berusaha
mencari pekerjaan lagi tetapi tidak mudah karena factor usia.
Bapak H mengatakan bahwa dirinya pernah mencoba menjadi
driver gocar pada tahun 2018 dengan meminjam mobil, tetapi
berhenti karena sangat sepi. Ibu P merupakan pegawai swasta
disalah satu SD Negeri di Surabaya dengan penghasilan ± 3 juta.
Penghasilan Ibu P cukup untuk kebutuhan sehari-hari dan biaya
sekolah anak-anak.

9. Mobilitas kelas sosial


Bapak H mengatakan tidak memiliki rumah sendiri, setelah menikah
selama ±22 tahun baru, Bapak H dan Ibu P hidup dengan dirumah
Kakek dan Nenek agar bisa merawatnya.

B. Riwayat Keluarga dan Tahap Perkembangan


10. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Bapak H adalah keluarga dengan tahap perkembangan
dewasa, dimana Bapak H memiliki 2 orang anak. Anak pertama
baru lulus kuliah (S1) dan belum menikah. Sedangkan anak kedua
yaitu An. H yang sedang berada dalam tahap perkembangan
remaja.
11. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi saat ini
adalah peran Bapak H sebagai kepala keluarga tidak bekerja dan
anak pertama belum menikah. Bapak H dan Ibu P selalu
mendiskusikan masalah di keluarga.

12. Riwayat keluarga inti


Bapak H dan Ibu P menikah 23 tahun yang lalu. Keduanya bertemu
karena dan kemudian memutuskan untuk menikah 1 tahun
kemudian. Anak pertama lahir setelah 1 tahun pernikahan dan
menyusul anak kedua 5 tahun setelah anak pertama. Kedua
anaknya lahir secara normal, di bidan.

13. Riwayat keluarga asal


Keluarga asal Bapak H berasal dari Gresik dan Ibu P berasal dari
Surabaya. Setelah menikah mereka langsung tinggal di rumah
orang tua Ibu P agar bisa merawatnya.

C. Data Lingkungan
14. Karakteristik rumah
Rumah Bapak H merupakan rumah dengan jenis bangunan
permanen. Di bagian luar depan terdapat teras. Di bagian dalam
depan terdapat ruang tamu, bagian tengah terdapat 3 kamar tidur,
bagian belakang terdapat dapur, kamar mandi, 2 kamar tidur, ruang
keluarga dan halaman belakang untuk cuci dan jemur pakaian.
Lantai rumah keramik, penataan ruangan cukup bersih, meskipun
tidak ada AC tapi kondisi di dalam rumah sejuk karena cukup
ventilasi serta terdapat bunga dihalaman belakang. Air bersih
berasal dari PDAM, kondisi jernih dan layak dikonsumsi. Kondisi
kamar mandi dan jamban cukup bersih dan penerangan cukup.

1
2
3
4
5 6
8
9

1
0
1
Denah rumah
1

Keterangan
1 = tempat mencuci dan menjemur
pakaian
2 = kamar An.H
3 = ruang keluarga
4 = kamar Bapak H dan Ibu P
5 = dapur
6 = kamar mandi + WC
7 = tempat tidur Ibu M
8 = tempat tidur Bapak M
9 = tempat tidur An. A
10 = ruang tamu
11 = teras

15. Karakteristik lingkungan tempat tinggal dan masyarakat


Tipe lingkungan merupakan daerah hunian semiperkotaan yang
padat penduduk namun tertata rapi lingkungannya. Tidak ada
industri di sekitar rumah, berada di belakang kawasan elit
lingkungan ciputra group sehingga terdapat banyak tempat rekreasi
seperti waterpark, food junction dan beberapa mall besar serta
universitas ciputra. Lingkungan tempat tinggal keluarga tenang,
terkadang bising jika ada kendaraan lewat. Tipe tempat tinggal di
daerah tersebut adalah agraris karena terdapat sawah. Kondisi
jalan di depan rumah tersebut terpelihara, berupa jalan paving.
Mayoritas warga sekitar adalah orang Jawa dengan pekerjaan
mayoritas swasta. Di dekat rumah Bapak H terdapat musholla,
masjid dan sekolah dasar.
16. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga tidak pernah berpindah tempat tinggal.
17. Hubungan sosial keluarga dengan masyarakat
Warga rukun dan gotong royong jika kegiatan atau ada warga lain
yang memerlukan bantuan misalnya jika ada hajatan atau ada yang
meninggal. Kegiatan warga sekitar biasanya adalah pertemuan
PKK bagi ibu-ibu dan pengajian, Ibu P mengatakan rutin ikut
kegiatan PKK dan pengajian. Bapak H juga rutin mengikuti kegiatan
Keagamaan bapak-bapak wilayah RW 02. An. H sering berkumpul
dengan teman sebanyanya, sedangkan An. A hanya sesekali
berkumpul dengan teman sebayanya.

D. Struktur Keluarga
18. Pola dan Komunikasi Keluarga
Ibu P mengatakan bahwa Bapak M berperilaku overprotektif
terhadap hal-hal kecil. Bapak M mengatakan bahwa terlalu khawatir
terhadap setiap hal memikirkan anak, menantu dan cucunya.
Anggota keluarga memahami pemikiran Bapak M dikarenakan
factor usia. Komunikasi keluarga sehari-hari sudah baik. Anggota
keluarga menyampaikan pesan dengan jelas dan merespon
dengan baik. Keluarga selalu berkomunikasi secara langsung
dengan bertatap muka. Komunikasi berlangsung secara dua arah.
Anggota keluarga sering berbicara satu sama lain. Tidak ada pola
komunikasi maladaptif.

19. Struktur Kekuatan


Bapak H mengatakan pengambilan keputusan keluarga dilakukan
dengan bermusyawarah. Yang berperan mengambil keputusan
adalah Bapak H sesuai hasil musyawarah keluarga.

20. Struktur Peran


a. Struktur peran formal
 Bapak H sebagai suami, ayah sekaligus kepala keluarga
 Ibu P sebagai istri, ibu yang mengurus kebutuhan rumah
serta pencari nafkah.
 Anak A sebagai anak pertama.
 Anak K sebagai anak kedua.
 Bapak M sebagai ayah mertua dan kakek
 Ibu M sebagai ibu mertua dan nenek
b. Struktur peran informal
 Bapak H ikut membantu mengurus rumah seperti mencuci
pakaian dan bersih bersih rumah
 Ibu P berperan sebagai ibu pekerja.
 Anak A sebagai anak tertua biasanya membantu bersih-
bersih rumah.
 Anak H sering berada diluar rumah karena bermain dan
mengikuti berbagai kegiatan di wilayah
 Bapak M tidak memiliki kegiatan
 Ibu M kadang ikut membantu masak

21. Nilai-Nilai Keluarga


Keluarga Bapak H menerapkan nilai-nilai Islam dan Jawa pada
keluarga secara umum. Tidak ada perbedaan nilai dalam keluarga.
Tidak ada perseteruan antar generasi yang mengakibatkan konflik
nilai.

E. Fungsi Keluarga
22. Fungsi Afektif
Keluarga Bapak H jika ada masalah seluruh anggota keluarga
saling berkomunikasi untuk menyelesaikannya. Anggota keluarga
saling mendukung satu sama lain, saling menghormati dan saling
menghargai pendapat masing-masing. Keluarga juga tampak
akrab.
23. Fungsi Sosialisasi
Keluarga Bapak H selalu bersosialisasi dengan tetangga sekitar.
Keluarga Bapak H juga terlibat dalam kegiatan warga. Keluarga
menganut norma yang ada di masyarakat. An. H diberi kebebasan
bermain bersama anak-anak lain disekitar rumah mereka.

24. Fungsi Perawatan Kesehatan


 Jika terdapat keluarga yang sakit dan merasa sakit itu masih
ringan keluarga menyarankan istirahat dan memberikan obat
apotek.
 Kebiasaan diet keluarga: makanan terdiri dari nasi, sayur, lauk.
Keluarga makan 3 kali sehari. Keluarga tidak mengkonsumsi
kopi, keluarga lebih sering mengkonsumsi jus buah atau sayur
hangat.
 Kebiasaan tidur: keluarga tidur di kamar masing-masing.
Biasanya jam 20.00 seluruh anggota keluarga sudah berada
dikamar .
 Personal hygiene: seluruh anggota keluarga mandi 2 kali sehari.
 Seluruh anggota keluarga melakukan ADL secara mandiri.
 Keluarga jarang melakukan olahraga.
 Tidak terdapat anggota keluarga yang merokok
 Keluarga memiliki asuransi kesehatan yaitu, BPJS.
 Ibu M dan Bapak M rutin kontrol hipertensi dan asam uratnya
serta rutin mengkonsumsi obat hipertensi
 Keluarga tidak terdapat keluhan kesehatan saat ini

25. Terapi Komplementer dan Alternatif


Ibu P biasanya mengatasi anggota keluarga yang sakit dengan
membawa ke Praktik Dokter fasilitas kesehatan tingkat 1 yang
ditunjuk PBJS. Ibu P tidak pernah menggunakan terapi
komplementer dan alternative. Ibu P menyediakan obat-obat di
rumah yaitu obat flu dan vitamin sebagai persiapan.
26. Sumber Pembiayaan
Sumber pembiayaan keluarga berasal dari pendapatan Ibu P.

F. Stress dan Koping Keluarga


27. Stressor jangka pendek
Ibu P dan Bapak H mengatakan jika memikirkan pembiayaan
pendidikan anak 1 dan anak 2 serta kebutuhannya <6 bulan ini.

28. Stressor jangka panjang


Pendidikan anak kedua

29. Strategi koping keluarga


Anggota keluarga saling bercerita satu sama lain jika ada masalah
yang berat.
30. Adaptasi keluarga
Ibu P mengatakan jika ada suatu hal maka diselesaikan bersama
dengan mendiskusikan besama anggota keluarga lainnya

G. Harapan keluarga
Bapak H mengatakan bahwa ingin bekerja untuk memenuhi peran
sebagai kepala keluarga yang berfungsi mencari nafkah. Keluarga
berharap seluruh anggota keluarga selalu sehat dan dapat mencukupi
kebutuhan pendidikan anak-anaknya.

H. Pemeriksaan Fisik
Jenis
No Bapak H Ibu P Anak A Anak H Bapak M Ibu M
pemeriksaan
1. TTV :
Tensi : 120/80 110/70 110/70 120/80 140/80 140/80
Suhu : mmHg mmHg mmHg mmHg mmHg mmHg
Nadi : 36.4°C 36.8°C 36.7°C 36.8°C 36.4°C 36.4°C
RR : 82 80 86 88 80 82
x/menit x/menit x/menit x/menit x/menit x/menit
18 18 18 20 18 20
x/menit x/menit x/menit x/menit x/menit x/menit
2. Kulit, rambut
dan kuku.
I : Kulit Kulit Kulit Kulit Kulit Kulit
warna warna warna warna warna warna
sawo sawo sawo sawo sawo sawo
matang, matang, matang, matang, matang, matang,
tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
lesi, lesi, lesi, lesi, lesi, lesi,
rambut rambut rambut rambut rambut rambut
lurus gelomban gelomban lurus lurus lurus
berwarn g g berwarna berwarna berwarna
a hitam berwarna berwarna hitam dan hitam dan putih dan
dan hitam dan hitam dan terdistribu putih dan terdistribu
terdistrib terdistribu terdistribu si merata, terdistribu si merata,
usi si merata, si merata, kuku si merata, kuku
merata, kuku kuku bersih kuku bersih
kuku bersih bersih dan tidak bersih dan tidak
bersih dan tidak dan tidak panjang dan tidak panjang
dan tidak panjang panjang panjang
panjang,

P: - - - - - -
P: CRT <2 CRT <2 CRT <2 CRT <2 CRT <2 CRT <2
A: detik detik detik detik detik detik
- - - - - -
3. Kepala,
leher Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk
I : simetris, simetris, simetris, simetris, simetris, simetris,
tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
benjolan, benjolan, benjolan, benjolan, benjolan, benjolan,
tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
anemis, anemis, anemis, anemis, anemis, anemis,
mata mata mata mata mata mata
isokor, isokor, isokor, isokor, isokor, isokor,
reaksi reaksi reaksi reaksi reaksi reaksi
cahaya cahaya +/ cahaya +/ cahaya +/ cahaya +/ cahaya +/
+/+, +, + +, +, +,

P: - - - - - -
P: tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
pembesa pembesa pembesa pembesa pembesa pembesa
ran vena ran vena ran vena ran vena ran vena ran vena
A: jugularis jugularis jugularis jugularis jugularis jugularis
- - - - - -
4. Thoraks dan
paru Dada Dada Dada Dada Dada Dada
I : simetris, simetris, simetris, simetris, simetris, simetris,
tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
penggun penggun penggun penggun penggun penggun
aan otot aan otot aan otot aan otot aan otot aan otot
bantu bantu bantu bantu bantu bantu
napas napas napas napas napas napas

P: Resonan Resonan Resonan Resonan Resonan Resonan


seluruh seluruh seluruh seluruh seluruh seluruh
lapang lapang lapang lapang lapang lapang
paru paru paru paru paru paru

P: Tidak Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
ada kelainan kelainan kelainan kelainan kelainan
kelainan

A:
Tidak Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
ada suara suara suara suara suara
suara nafas dan nafas dan nafas dan nafas dan nafas dan
nafas suara suara suara suara suara
dan jantung jantung jantung jantung jantung
suara tambaha tambaha tambaha tambaha tambaha
jantung n n n n n
tambaha
n
5. Abdomen
I : Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk
rounded rounded datar rounded rounded rounded
P: Timpani Timpani Timpani Timpani Timpani Timpani
P: Tidak Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
ada nyeri nyeri nyeri nyeri nyeri nyeri
A: Terdenga Terdenga
Terdeng Terdenga Terdenga Terdenga
r bising r bising
ar bising r bising r bising r bising
usus 10 usus 8
usus 10 usus 10 usus 8 usus 10
x/menit x/menit
x/menit x/menit x/menit x/menit
6. Genitalia
I : Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
P: terkaji terkaji terkaji terkaji terkaji terkaji
P:
A:
7. Ekstremitas
atas + refleks
fisiologis Simetris Simetris Simetris Simetris Simetris Simetris
I : Tidak Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
P: ada kelainan kelainan kelainan kelainan kelainan
kelainan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
P: Tidak kelainan kelainan kelainan kelainan kelainan
ada
- - -
A: kelainan

-
8. Ekstremitas
bawah +
refleks
fisiologis Simetris Simetris Simetris Simetris Simetris Simetris
I : Tidak Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
P: ada kelainan kelainan kelainan kelainan kelainan
kelainan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
P: Tidak kelainan kelainan kelainan kelainan kelainan
ada
- - - - -
A: kelainan

ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH KEP
DS: Masalah internal Gangguan Proses
- Bapak H perusahaan Keluarga b.d
mengatakan perubahan financial
bahwa dirinya Gaji yang diterima keluarga dan
tidak bekerja karyawan tidak perubahan peran
- Bapak teratur sejak 2011 keluarga d.d
mengatakan H Keluarga tidak
adalah seorang PHK yang dialami mampu beradaptasi
phk pabrik swasta oleh Bapak H ditahun terhadap situasi
pada tahun 2015 2015
dengan tidak
diberikan uang Usia Bapak H pada
pesangon pada tahun 2015 adalah 46
umumnya serta tahun
tidak menerima
gaji rutin sejak Susah mendapatkan
tahun 2011. pekerjaan
- Bapak H sudah
berusaha mencari Tidak bekerja
pekerjaan lagi
tetapi tidak Dirumah membantu
mudah karena pekerjaan rumah
factor usia. menggantikan peran
- Bapak H seorang istri
mengatakan
bahwa dirinya Perubahan financial
pernah mencoba keluarga dan
menjadi driver perubahan peran
gocar pada tahun keluarga
2018 dengan
meminjam mobil, Gangguan proses
tetapi berhenti keluarga
karena sangat
sepi..
- Ibu P merupakan
pegawai swasta
disalah satu SD
Negeri di
Surabaya dengan
penghasilan ± 3
juta.
- Penghasilan Ibu
P cukup untuk
kebutuhan sehari-
hari dan biaya
sekolah anak-
anak.
- Ibu P dan Bapak
H mengatakan
jika memikirkan
pembiayaan
pendidikan anak
1 dan anak 2
serta
kebutuhannya <6
bulan ini.
- Ibu P
mengatakan
bahwa Bapak M
berperilaku
overprotektif
terhadap hal-hal
kecil. Bapak M
mengatakan
bahwa terlalu
khawatir terhadap
setiap hal
memikirkan anak,
menantu dan
cucunya. Anggota
keluarga
memahami
pemikiran Bapak
M dikarenakan
factor usia.
DO:
- Tahap
perkembangan
keluarga yang
belum terpenuhi
saat ini adalah
peran Bapak H
sebagai kepala
keluarga tidak
bekerja dan anak
pertama belum
menikah.
- Bapak H terlihat
sering dirumah
saja tanpa sibuk
dengan pekerjaan
sehingga ikut
membantu
mengurus rumah
seperti mencuci
pakaian dan
bersih bersih
rumah
- Ibu P berperan
sebagai ibu
pekerja.
- Komunikasi
keluarga sehari-
hari sudah baik.
DS: Bapak M dan Ibu M Kesiapan
- Keluarga mempunyai riwayat Peningkatan
berharap seluruh hipertensi dan asam Manajemen
anggota keluarga urat Kesehatan d.d
selalu sehat dan pilihan hidup sehari-
dapat mencukupi Seluruh anggota hari tepat untuk
kebutuhan keluarga mempunyai memenuhi tujuan
pendidikan anak- BPJS program kesehatan
anaknya.
- Bapak M dan Ibu Bapak M dan Ibu M
M mempunyai rutin kontrol ke
masalah puskesmas dan
kesehatan meminum obatnya
hipertensi dan Keluarga sudah
asam urat menerapkan pola
- Ibu M dan Bapak hidup bersih dan
M rutin kontrol sehat
hipertensi dan
asam uratnya Tidak ada anggota
serta rutin keluarga yang
mengkonsumsi merokok, diet
obat hipertensi makanan dengan
- Jika terdapat sayur dan buah
keluarga yang
sakit dan merasa Keluarga
sakit itu masih mengatakan
ringan keluarga berharap seluruh
menyarankan anggota keluarga
istirahat dan selalu sehat dan
memberikan obat dapat mencukupi
apotek. kebutuhan
- Kebiasaan diet pendidikan anak-
keluarga: anaknya.
makanan terdiri
dari nasi, sayur, Kesiapan
lauk. Keluarga meningkatkan
makan 3 kali manajemen
sehari. Keluarga kesehatan
tidak
mengkonsumsi
kopi, keluarga
lebih sering
mengkonsumsi
jus buah atau
sayur hangat.
- Kebiasaan tidur:
keluarga tidur di
kamar masing-
masing. Biasanya
jam 20.00 seluruh
anggota keluarga
sudah berada
dikamar .
- Personal hygiene:
seluruh anggota
keluarga mandi 2
kali sehari.
- Seluruh anggota
keluarga
melakukan ADL
secara mandiri.
- Keluarga jarang
melakukan
olahraga.
DO:
- Terlihat keluarga
sudah
menerapkan
perilaku hidup
bersih dan sehat
- TTV Bapak M
TD: 140/80
mmHg
Suhu: 36.4°C
Nadi: 80 x/menit
RR: 18 x/menit
- TTV Ibu M
TD: 140/80
mmHg
Suhu: 36.4°C
Nadi: 82 x/menit
RR: 20 x/menit
- Keluarga
mengatakan tidak
terdapat keluhan
kesehatan saat
ini.
- Tidak ada
anggota keluarga
yang merokok
- Keluarga memiliki
asuransi
kesehatan yaitu,
BPJS.
- Terlihat Bapak M
dan Ibu M
mempunyai obat
hipertensi
- Terlihat stok
sayur dan
buah2an dirumah
banyak
SKORING PER DIAGNOSIS
Per-
No Kriteria Nilai Pembenaran Diagnosa
hitungan
1 Sifat masalah, 3/3 x 1 1 Bapak H Gangguan
dengan skala: mengatakan bahwa proses keluarga
Aktual dirinya tidak b.d perubahan
bekerja. Ibu P financial
merupakan keluarga dan
pegawai swasta perubahan
disalah satu SD peran keluarga
Negeri di Surabaya d.d Keluarga
dengan tidak mampu
penghasilan ± 3 beradaptasi
juta. terhadap situasi

Ibu P mengatakan
bahwa Bapak M
berperilaku
overprotektif
terhadap hal-hal
kecil. Bapak M
mengatakan bahwa
terlalu khawatir
terhadap setiap hal
memikirkan anak,
menantu dan
cucunya.
2 Kemungkinan 1/2 x 1 1/2 Bapak H paham
masalah dapat bahwa peran
diubah, skala: kepala keluarga
Sebagian seharusnya
mencari nafkah,
tetapi karena factor
usia Bapak H tidak
mendapatkan
pekerjaan sampai
sekarang.

Anggota keluarga
memahami
pemikiran Bapak M
dikarenakan factor
usia.
3 Potensial 2/3 x 1 2/3 Bapak H
masalah untuk mengatakan bahwa
dicegah, skala: ingin bekerja untuk
Cukup memenuhi peran
sebagai kepala
keluarga yang
berfungsi mencari
nafkah.

Bapak H
mengatakan bahwa
dirinya pernah
mencoba menjadi
driver gocar pada
tahun 2018 dengan
meminjam mobil,
tetapi berhenti
karena sangat sepi.
Komunikasi
keluarga sehari-
hari sudah baik.
4 Menonjolnya 2/2 x 1 1 Ibu P dan Bapak H
masalah, mengatakan jika
skala: memikirkan
Masalah berat pembiayaan
harus pendidikan anak 1
ditangani dan anak 2 serta
kebutuhannya <6
bulan ini.
Total 3 1/6
1 Sifat masalah, 2/3 x 1 2/3 Bapak M dan Ibu M Kesiapan
dengan skala: mempunyai peningkatan
Ancaman masalah kesehatan manajemen
kesehatan hipertensi dan kesehatan d.d
asam urat pilihan hidup
2 Kemungkinan 2/2 x 1 1 Ibu M dan Bapak M sehari-hari
masalah dapat rutin kontrol tepat untuk
diubah, skala: hipertensi dan memenuhi
Mudah asam uratnya serta tujuan program
rutin kesehatan
mengkonsumsi
obat hipertensi
Kebiasaan diet
keluarga: makanan
terdiri dari nasi,
sayur, lauk.
Keluarga makan 3
kali sehari.
Keluarga tidak
mengkonsumsi
kopi, keluarga lebih
sering
mengkonsumsi jus
buah atau sayur
hangat.

Kebiasaan tidur:
keluarga tidur di
kamar masing-
masing. Biasanya
jam 20.00 seluruh
anggota keluarga
sudah berada
dikamar .

Personal hygiene:
seluruh anggota
keluarga mandi 2
kali sehari.

Seluruh anggota
keluarga
melakukan ADL
secara mandiri.

Keluarga jarang
melakukan
olahraga.
3 Potensial 3/3 x 1 1 Keluarga berharap
masalah untuk seluruh anggota
dicegah, skala: keluarga selalu
Tinggi sehat
4 Menonjolnya 0/2 x 1 0 Keluarga tidak
masalah, terdapat keluhan
skala: kesehatan saat ini
Masalah tidak Ibu P mengatakan
dirasakan jika ada suatu hal
maka diselesaikan
bersama dengan
mendiskusikan
besama anggota
keluarga lainnya
Total 2 2/3
Prioritas Diagnosa:
1. Gangguan proses keluarga b.d perubahan financial keluarga dan
perubahan peran keluarga d.d Keluarga tidak mampu beradaptasi
terhadap situasi
2. Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan d.d pilihan hidup sehari-
hari tepat untuk memenuhi tujuan program kesehatan
RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN SLKI SIKI
Gangguan proses keluarga Tujuan umum:
b.d perubahan financial Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x keluarga mampu memperbaiki proses keluarganya
TUK 1: SLKI: Fungsi keluarga SIKI: Promosi proses efektif
keluarga dan perubahan peran
Keluarga mampu mengenali 1. Anggota keluarga keluarga
keluarga d.d Keluarga tidak
masalah proses keluarga menjalankan peran yang Observasi
mampu beradaptasi terhadap
diharapkan meningkat 1. Identifikasi tipe proses
situasi
2. Adaptasi terhadap masalah keluarga
meningkat 2. Identifikasi masalah atau
gangguan dalam proses
keluarga
Terapeutik
1. Pertahankan interaksi yang
berkelanjutan dengan anggota
keluarga
Edukasi
1. Jelaskan strategi
mengembalikan kehidupan
keluarga yang normal kepada
anggota keluarga
2. Diskusikan dukungan sosial
dari sekitar keluarga
TUK 2: SLKI: Ketahanan keluarga SIKI: Dukungan penampilan peran
Keluarga mampu mengambil 1. Mendiskusikan makna krisis Observasi
keputusan tindakan yang meningkat 1. Identifikasi peran yang ada
akan dilakukan 2. Dukungan kemandirian antar dalam keluarga
anggota keluarga meningkat 2. Identifikasi adanya peran yang
3. Menggunakan strategi koping tidak terpenuhi
yang efektif meningkat Terapeutik
4. Menganggap kesulitan 1. Fasilitasi adaptasi peran
sebagai tantangan meningkat keluarga terhadap perubahan
peran yang tidak diinginkan
Edukasi
1. Diskusikan perubahan peran
yang diperlukan akibat
ketidakmampuan
2. Diskusikan strategi positif
untuk mengelola perubahan
peran
TUK 3 SLKI: Proses keluarga SIKI: Terapi keluarga
Keluarga mampu 1. Kemampuan keluarga Observasi
menunjukkan perilaku adaptif berkomunikasi secara 1. Identifikasi pola komunikasi
untuk menyokong terbuka diantara anggota keluarga
kesejahteraan anggotanya keluarga meningkat 2. Identifikasi cara keluarga
2. Kemampuan keluarga memecahkan masalah
mencari bantuan secara 3. Identifikasi kekuatan/sumber
tepat meningkat daya keluarga
3. Kemampuan keluarga pulih 4. Identifikasi kebutuhan dan
dari kondisi sulit meningkat harapan dalam keluarga
4. Adaptasi keluarga terhadap Terapeutik
perubahan meningkat 1. Fasilitasi diskusi keluarga
2. Fasilitasi strategi menurunkan
stress
3. Diskusikan strategi
penyelesaian masalah yang
kontruktif
Edukasi
1. Anjurkan berkomunikasi lebih
efektif
TUK 4 SLKI: Status koping keluarga SIKI: Dukungan koping keluarga
Keluarga mampu 1. Kemampuan memenuhi Observasi
menciptakan kondisi kebutuhan anggota keluarga 1. Identifikasi respons emosional
lingkungan agar fungsi cukup meningkat terhadap kondisi saat ini
proses keluarga berjalan baik 2. Perilaku overprotektif Terapeutik
menurun 1. Fasilitasi pengungkapan
perasaan antar anggota
keluarga
Edukasi
1. Informasikan fasilitas
perawatan kesehatan yang
tersedia
Kolaboraso
1. Rujuk untuk terapi keluarga
jika perlu
TUK 5 SLKI: Dukungan sosial SIKI: Rujukan ke terapi keluarga
Keluarga mampu 1. Kemampuan meminta Observasi
memanfaatkan pelayanan bantuan pada orang lain 1. Identifikasi apakah peran dan
kesehatan untuk membantu meningkat fungsi kesehatan keluarga
meningkatkan proses 2. Dukungan emosi yang berjalan dengan baik
keluarga disediakan oleh orang lain Terapeutik
meningkat 1. Fasilitasi pasien dan keluarga
menyepakati pilihan terapi dan
strategi pelaksanaannya
Edukasi
1. Jelaskan tujuan, manfaat,
proses terapi kepada seluruh
anggota keluarga
Kesiapan peningkatan Tujuan umum:
manajemen kesehatan d.d Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x pertemuan keluarga siap untuk meningkatkan
pilihan hidup sehari-hari tepat manajemen kesehatan keluarganya
TUK 1: SLKI: Manajemen kesehatan SIKI: Identifikasi resiko
untuk memenuhi tujuan
Keluarga mampu mengenali keluarga Observasi
program kesehatan
masalah kesehatan 1. Kemampuan menjelaskan 1. Identifikasi resiko biologis,
masalah kesehatan yang lingkungan dan perilaku
dialami meningkat Terapeutik
2. Tindakan untuk mengurangi 1. Lakukan pengelolaan resiko
factor resiko secara efektif
2. Buat perencanaan tindakan
yang memiliki timeline dan
penanggungjawab yang jelas
3. Dokumentasikan temuan
resiko secara akurat
TUK 2: SLKI : Motivasi SIKI: Penentuan tujuan bersama
Keluarga mampu mengambil 1. Pikiran berfokus masa depan Observasi
keputusan tindakan yang meningkat 1. Identifikasi cara mencapai
akan dilakukan 2. Upaya menyusun rencana tujuan secara konstruktif
tindakan meningkat Terapeutik
3. Upaya mencari sumber 1. Diskusikan sumber daya yang
sesuai kebutuhan meningkat ada untuk memenuhi
4. Upaya mencari dukungan kebutuhan
sesuai kebutuhan meningkat 2. Prioritaskan aktivitas yang
5. Perilaku bertujuan meningkat membantu pencapaian tujuan
Inisiatif meningkat 3. Modifikasi rencana jika tujuan
tidak tercapai
Edukasi
1. Anjurkan mengenal masalah
yang dialami
2. Anjurkan mengidentifikasi
kekuatan dan kemampuan
sendiri
TUK 3 SLKI: Perilaku kesehatan SIKI: Manajemen perilaku
Keluarga mampu 1. Kemampuan melakukan Observasi
memberikan perawatan tindakan pencegahan 1. Identifikasi harapan untuk
masalah kesehatan mengendalikan perilaku
meningkat Terapeutik
2. Kemampuan peningkatan 1. Tingkatkan aktivitas fisik
kesehatan meningkat sesuai kemampuan
3. Pencapaian pengendalian 2. Cegah perilaku pasif dan
kesehatan meningkat agresif
3. Beri penguatan positif
SLKI: Status kesehatan terhadap keberhasilan
keluarga mengendalikan perilaku
1. Kesehatan fisik anggota
keluarga meningkat SIKI : Dukungan Keluarga
2. Kesehatan mental anggota Merencanakan Perawatan
keluarga meningkat Observasi
3. Aktivitas fisik anggota 1. Identifikasi kebutuhan dan
keluarga meningkat harapan keluarga tentang
kesehatan
Terapeutik
1. Motivasi pengembangan sikap
dan emosi yang mendukung
upaya kesehatan
2. Gunakan sarana dan fasilitas
yang ada dalam keluarga
Edukasi
1. Informasikan fasilitas
kesehatan yang ada di
lingkungan keluarga
TUK 4 SLKI: Keamanan lingkungan SIKI: Pencegahan resiko
Keluarga mampu rumah lingkungan
memodifikasi lingkungan 1. Pemeliharaan rumah Observasi
meningkat 1. Identifikasi adanya resiko
2. Pencahayaan interior dan lingkungan yang dapat
eksterior meningkat membahayakan kesehatan
3. Kemudahan akses kamar Terapeutik
mandi meningkat 1. Fasilitasi anggota keluarga
untuk melakukan modifikasi
lingkungan yang aman
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan petugas
kesehatan terkait
TUK 5 SLKI: Ketahanan keluarga SIKI: Rujukan
Keluarga mampu 1. Mempertahankan kebiasaan Observasi
memanfaatkan pelayanan rutin olahraga meningkat 1. Identifikasi indikasi rujukan (mis.
kesehatan untuk 2. Memanfaatkan tenaga Kebutuhan penanganan lebih
meningkatkan manajemen kesehatan untuk lanjut)
kesehatannya mendapatkan informasi Terapeutik
meningkat 1. Berikan kesempatan keluarga
3. Memanfaatkan tenaga untuk bertanya dan mendapatkan
kesehatan untuk jawaban terkait rujukan
mendapatkan bantuan Edukasi
meningkat 1. Jelaskan tujuan dan prosedur
rujukan
2. Informasikan rencana merujuk
kepada keluarga
3. Informasikan layanan kesehatan
yang menjadi tempat rujukan
Implementasi Konseling Keluarga
PERCAKAPAN KONSELING KELUARGA
Tahapan Dialog Tujuan

Membangun relasi Konselor: Selamat pagi ibu, sebelumnya perkenalkan saya Membina hubungan saling
perawat Aini yang pada hari ini akan melakukan diskusi percaya demi kelancaran
dengan ibu mengenai permasalahan kesehatan keluarga proses penyuluhan.
bapak ibu.

Konseli: iya mbak, selamat pagi mbak,

Konselor: iyaa, bagaimana keadaan hari ini ibu bapak?

Konseli: oh iya mbak , Alhamdulillah baik mbak

Konselor: iya bapak ibu, apakah ibu bersedia melakukan


diskusi terkait permasalahan kesehatan dalam keluarga ibu
bapak dengan saya selama 15 menit?

Konseli: iya mbak, bersedia.


Mendiskusikan tujuan Konselor: tujuan dari diskusi kita hari ini adalah Membangun perjanjian
membicarakan tentang permasalahan terkait kesehatan bersama klien terkait lama
keluarga bapak ibu waktu dan tujuan dari
dilakukannya penyuluhan
Konseli: Oh, iya mbak,untuk keluarga syukur Alhamdulillah
tidak ada penyakit turunan mbak, hanya bapak dan ibu
mertua saya mempunyai riwayat hipertensi dan asam urat
tetapi Alhamdulillah rutin kontrol.

Konselor: Alhamdulillah ya kalau bapak dan ibu rutin


kontrol. Nah untuk saat ini kira-kira apa yang dikeluhkan?

Konseling: yang saya keluhkan hanya sebagai kepala


keluarga saya tidak bisa memenuhi peran untuk mencari
nafkah mbak.

Konselor: baik pak berarti keluhannya saat ini bapak tidak


bekerja ya pak.

Konseling: Iya mbak


Menggali masalah Konselor: Apakah Bapak dan Ibu akhir-akhir ini ada Mengeksplorasi masalah
permasalahan terkait permasalahan kesehatan dalam yang dirasakan klien lebih
pandemic seperti ini bu? dalam lagi dan memberikan
alternatif penyelesaian
Konseli: nggak ada sih mbak, selama pandemic ini keluarga terhadap masalah yang
selalu hati-hati. Dirumah juga menyediakan handsanitizer, dialami
buah sayur2an itu juga kami lebih banyak menyiapkan,
vitamin-vitamin begitu meskipun agak mahal ya mbak ya tapi
kami tetap membelinya. karena menurut kami lebih baik
mencegah daripada mengobati.

Konselor: Wah sudah baik itu pak,bu persiapannya. Apa


yang bapak ibu rasakan terkait pandemic covid-19 ini?

Konseli: Lebih kepada stress ekonomi sih mbak. karena


saya tidak mempunyai pendapatan, hanya mengandalkan
pendapatan istri saya saja serta kami harus mengeluarkan
biaya tambahan untuk membeli beberapa buah, vitamin, dsb
guna meningkatkan imunitas
Konselor: baik kalau begitu bu, saya disini ingin membantu
ibu dan mengenalkan beberapa bantuan dari pemerintah
yang bisa digunakan oleh bapak dan sekeluarga serta
mengenalkan terapi untuk mengurangi stres

Konseli: Iya, mbak boleh

Personalisasi Konselor: Baik Ibu, jadi akan saya jelaskan. Sebelumnya Memberikan informasi
bapak dan ibu sudah tahu belum kalau pemerintah kesehatan untuk klien yang
menyediakan program BLT untuk keluarga terdampak covid- dapat membantu klien
19 ataupun untuk pekerja yang gajinya dibawah 5 juta mengambil keputusan
rupiah? alternative untuk menunjang
peningkatan kesehatan
Konseli: Tahu mbak. pada klien dengan tepat.

Konselor: Lalu apakah bapak dan ibu sudah mencobanya ?

Konseli: Untuk saat ini kami belum mencoba mbak. tetapi


kami ingin mencobanya

Konselor: apakah bapak dan ibu mengetahui


persyaratannya ?

Konseli: iya mbak tahu kemarin juga sudah sempat


browsing-browsing di internet.

Konselor: Selain itu apakah bapak dan ibu juga mengetahui


adanya program prakerja dari pemerintah?

Konseli: iya mbak saya juga tahu. saya sudah mencobanya


tetapi masih belum keterima. belum rejekinya mbak

Konselor: baik kalau begitu bapak tidak boleh menyerah ya


pak, terus berusaha, kalau tidak mendapatkan program
prakerja, bisa mencoba program bantuan yang lain dari
pemerintah. karena bapak dan ibu sudah mengetahui
persyaratannya maka saya akan lebih menjelaskan ke terapi
yang dapat mengurangi stress ya pak , bu. bagaimana?

Konseli: iya mbak, baik.


Konselor: jadi ada terapi untuk mengurangi stress itu
namanya hipnotis 5 jari. Hipnotis 5 jari adalah salah satu
teknik relaksasi dengan metode pembayangan atau
imajinasi yang menggunakan 5 jari sebagai alat bantu.
Tujuan dari terapi ini adalah untuk mengurangi kecemasan,
melancarkan sirulasi darah dan merelaksasikan otot tubuh.
Cara kerjanya yaitu dengan memejamkan mata, selanjutnya
Tarik nafas dalam 3 kali. lalu yang pertama Tautkan ibu jari
kepada jari telunjuk, lalu bayangkan tubuh anda begitu
sehat. Kedua, tautkan ibu jari kepada jari tengah, kemudian
bayangkan orang yang disayang. Ketiga, Tautkan ibu jari
kepada jari manis, lalu bayangkan ketika anda mendapat
penghargaan. Keempat, Tautkan ibu jari kepada jari
kelingking, kemudian bayangkan ketika anda pergi ketempat
yang indah. Kelima, Tarik nafas kembali 3 kali lalu buka
mata perlahan. Bagaimana pak, bu apakah ada yang
ditanyakan?

Konseli: mbak, ini bisa diterapkan berapa kali?


Konselor: Terapi ini tidak ada minimal penggunaannya
pak,bu. Bisa digunakan setiap kali bapak atau ibu
membutuhkan relaksasi. Apakah ada yang ingin ditanyakan
kembali?

Konseli: Iya mbak, sudah mengerti. Terimakasih banyak


atas penjelasannya, mbak.

Konselor: Iya, sama-sama Ibu. Semoga keluarga bapak ibu


sehat selalu ya buk.

Konseli: Baik mbak, saya juga akan melalukan apa yang


sudah mbak jelaskan.

Konselor: Iya, bagus sekali bu.

Menyusun rencana Konselor: Terimakasih, tidak terasa sudah 15 menit kita Merencanakan tindakan
tindakan bersama membahas permasalahan terkait Ibu. selanjutnya untuk konseli.
Kita sudahi pertemuan kali ini ya Bu, jika besok hari ada
yang masih diragukan kita bisa melakukan pertemuan lagi,
Saya pamit undur diri dahulu. Sampai jumpa dipertemuan
selanjutnya ya, Bu.

Konseli: Iya, sampai jumpa mbak.


DAFTAR PUSTAKA

PPNI. 2016.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi I. Jakarta: DPP


PPNI
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi I Cetakan II. Jakarta:
DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi I Cetakan II.
Jakarta: DPP PPNI
Lampiran 1. Satuan Acara Pendidikan Kesehatan (SAP) PHBS

Satuan Acara penyuluhan PHBS


Tema : Pola Hidup Bersih dan Sehat
Topik : Pentingnya Olahraga
Sasaran : Keluarga Tn.H
Waktu : 19 Agustus 2020
Tempat : Virtual (Zoom Meeting)
Pemberi Materi : Aini Nur Farihah

A. Tujuan Insruksional umum


Kegiatan ini adalah kegiatan pelaksanaan intervensi keperawatan
kesehatan keluarga yang diadakan oleh mahasiswa program profesi
keperawatan FK UB. Pelaksanaan penyuluhan kesehatan tentang
hipertensi diharapkan mampu menambah pengetahuan mengenai
pentingnya olahraga pada pola hidup bersih dan sehat. Dalam salah satu
program penyuluhan kesehatan ini, keluarga mendapatkan materi tentang
pengertian dan indikator perilaku hidup bersih dan sehat. Penyuluhan
dilaksanakan dengan metode ceramah, diskusi menggunakan leaflet.
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit di tiap penyuluhannya,
diharapkan keluarga dapat mengetahui:
1. Pengertian pola hidup bersih dan sehat
2. Indikator pola hidup bersih dan sehat
C. Metode dan Media
- Metode : Ceramah, dan tanya jawab
- Media : Leaflet
D. Proses Pembelajaran
Kegiatan
Tahap Waktu Metode
Kegiatan pemateri Kegiatan peserta
Pembukaa 5 Meni - Memberikan - Menjawab
n t salam salam
- Memperkenalka - Memperhatika
n diri n
Kegiatan 20 menit Memberi penjelasan - Memperhatika Cerama
pada keluarga: n penjelasan h
- Pengertian - Mencatat hal-
pola hidup hal penting
bersih dan
sehat
- Indikator pola
hidup bersih
dan sehat
Evaluasi 10 menit - Melakukan - Bertanya
dan sesi diskusi dan tentang materi
diskusi review kembali yang belum
(tanya materi yang telah dimengerti
jawab) disampaikan - Mengulang
- Melakukan kembali materi
evaluasi lisan dan yang telah
Tanya jawab diberikan
tentang materi - Menjawab
yang telah pertanyaan
diberikan
Penutup 5 menit - Terminasi - Menjawab
- Menyampaikan ucapan
terimakasih terimakasih
- Memberikan - Menjawab
salam salam

E. Evaluasi
- Kriteria Evaluasi Struktur
a. Penyuluh mencari literatur mengenai pengertian dan indikator pola
hidup bersih dan sehat
b. Penyuluh membuat SAP mengenai pola hidup bersih dan sehat,
diharapkan telah mempersiapkan mengenai materi, sarana dan
prasarana yang digunakan.
- Kriteria Evaluasi Proses:
a. Keluarga mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
b. Keluarga aktif dalam mengikuti penyuluhan kesehatan.
c. Keluarga memberikan umpan balik ketika diberi pertanyaan
- Kriteria Evaluasi Hasil
a. Keluarga mampu menyebutkan jawaban-jawaban mengenai materi
yang telah diberikan
b. Keluarga mampu me-review kembali materi yang telah diberikan
MATERI POLA HIDUP BERSIH DAN SEHAT

A. Pengertian Terapi Relaksasi Otot Progresif


Perilaku Sehat adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan proaktif untuk
memelihara dan mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari
ancaman penyakit, serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan
masyarakat (Depkes, 2008).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku yang
dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat
menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam
kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat (Depkes, 2008).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PBHS) adalah sebagai wujud
operasional promosi kesehatan merupakan dalam upaya mengajak,
mendorong kemandirian masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat
(Ekasari, 2008).
Berdasarkan beberapa defenisi PHBS adalah upaya untuk mewujudkan
kesehatan anggota keluarga agar tahu, mau dan mampu melaksakan
perilaku hidup bersih dan sehat.

B. Indikator Pola Hidup Bersih dan Sehat


Ada 10 indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat menurut Ekasari, dkk
(2008) sebagai berikut:
1. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
Pertolongan persalinan pada ibu yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
(dokter, bidan, paramedis lainnya) sebagai penolong pertama dalam
proses lahirnya janin bayi, pemotongan tali pusat dan keluarnya
plasenta.
2. Bayi diberi ASI Sejak Lahir sampai berusia 6 bulan.
Bayi yang berumur 0-6 bulan yang mendapat ASI sejak lahir sampai
umur 6 bulan tanpa makanan tambahan.
3. Mempunyai Jaminan Pemeliharaan Kesehatan.
Setiap penduduk mempunyai jenis pembiayaan pra-upaya seperti Askes,
Jamsostek/Astek, Asuransi Perusahaan/Kantor, dan Dana Sehat.
4. Ketersediaan Air Bersih.
Sumber air minum rumah tangga yang berasal dari sumber air dalam
kemasan, leding, pompa, sumur terlindung, serta mata air terlindung
minimal berjarak 10 meter dari tempat penampungan kotoran atau
limbah.
5. Ketersediaaan Jamban.
Rumah tangga menggunakan jamban leher angsa dengan tangki septik
atau lubang penampungan sebagai pembuangan akhir.
6. Kesesuaian Luas Lantai Dengan Jumlah Penghuni.
Luas lantai rumah yang ditempati dan digunakan untuk keperluan sehari-
hari dibagi dengan jumlah penghuni minimal 9 m².
7. Lantai Rumah Bukan Dari Tanah.
Lantai rumah yang digunakan dari permanen atau lantai papan (rumah
panggung).
8. Makan Buah Dan Sayur Setiap Hari.
Anggota keluarga yang berumur 15 tahun keatas mengkonsumsi
sayur dan buah dengan perimbangan minimal 2 porsi sayur dan 3
porsi buah atau sebaliknya 3 porsi sayur dan 2 porsi buah selama
7 hari dalam seminggu.
9. Melakukan Aktivitas Fisik Setiap Hari.
Anggota keluarga yang berumur 15 tahun keatas yang melakukan
aktivitas seperti olah raga selama 10 menit, setiap hari minimal 5
hari dalam satu minggu.
10. Tidak Merokok di Dalam Rumah.
Anggota keluarga yang berumur 15 tahun ke atas tidak ada yang
merokok didalam rumah setiap hari/kadang-kadang.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes. 2008. Informasi Pengendalian Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan.
Jakarta: Depkes RI.
Ekasari, dkk. 2008. Keperawatan Komunitas Upaya Memandirikan
Masyarakat Untuk Hidup Sehat. Jakarta: Trans Info Media
SOAL PRETEST/POSTTEST
1) Apakah yang dimaksud dengan pola hidup bersih dan sehat?
2) Apa saja indikator pola hidup bersih dan sehat?
3) Sebutkan manfaat pola hidup bersih dan sehat
CHECKLIST POLA HIDUP BERSIH DAN SEHAT
No Langkah-Langkah Dilakukan
Persalinan
1 di tolong tenaga kesehatan
Pemberian
2 ASI ekslusif
3 Mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan
4 Ketersediaan air bersih
5 Ketersediaan jamban
Kesesuaian
6 luas rumah dengan jumlah penghuni
7 Lantai rumah bukan dari tanah
8 Makan buah dan sayur setiap hari
9 Melakukan aktivitas fisik setiap hari
Tidak
10 merokok di dalam rumah
Lampiran 2. Satuan Acara Pendidikan Kesehatan (SAP) Relaksasi
Otot Progresif

Satuan Acara Pendidikan Kesehatan (SAP) Relaksasi Otot Progresif


Tema : Hipertensi
Topik : Relaksasi Otot Progresif Untuk Hipertensi
Sasaran : Keluarga Tn.H
Waktu : 19 Agustus 2020
Tempat : Virtual (Zoom Meeting)
Pemberi Materi : Aini Nur Farihah

A. Tujuan Insruksional umum


Kegiatan ini adalah kegiatan pelaksanaan intervensi keperawatan kesehatan
keluarga yang diadakan oleh mahasiswa program profesi
keperawatan FK UB. Pelaksanaan penyuluhan kesehatan tentang
hipertensi diharapkan mampu menambah pengetahuan mengenai
relaksasi otot progresif untuk mengontrol tekanan darah penderita
hipertensi. Dalam salah satu program penyuluhan kesehatan ini,
keluarga mendapatkan materi tentang pengertian relaksasi otot
progresif serta tahapan melakukan relaksasi. Penyuluhan
dilaksanakan dengan metode ceramah, diskusi menggunakan leaflet
dan demo relaksasi otot progresif.
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan dan demo selama 30 menit di tiap
penyuluhannya, diharapkan keluarga dapat mengetahui:
1. Pengertian relaksasi otot progresif
2. Tujuan dan manfaat
3. Langkah-langkah relaksasi otot progresif
C. Metode dan Media
- Metode : Ceramah, Demo (Relaksasi otot progresif), dan tanya
jawab
- Media : Leaflet
D. Proses Pembelajaran
Kegiatan
Tahap Waktu Metode
Kegiatan pemateri Kegiatan peserta
Pembukaan 6 Meni - Memberikan - Menjawab
t salam salam
- Memperkenalka - Memperhatika
n diri n
Kegiatan 20 menit 1. Memberi - Ceramah
Memperhatika
penjelasan pada n penjelasan
keluarga: - Mencatat hal-
- Pengertian hal penting
relaksasi otot
progresif
- Tujuan dan
manfaat
relaksasi otot
progresif
- Langkah-
langkah
relaksasi otot
progresif
2. Melakukan demo
(praktik) relaksasi
otot progresif
Evaluasi dan sesi10 menit - Melakukan - Bertanya
diskusi diskusi dan tentang materi
(tanya review kembali yang belum
jawab) materi yang telah dimengerti
disampaikan - Mengulang
- Melakukan kembali materi
evaluasi lisan dan yang telah
Tanya jawab diberikan
tentang materi - Menjawab
dan demo yang pertanyaan
telah diberikan
Penutup 5 menit - Terminasi - Menjawab
- Menyampaikan ucapan
terimakasih terimakasih
- Memberikan - Menjawab
salam salam

E. Evaluasi
- Kriteria Evaluasi Struktur
a. Penyuluh mencari literatur mengenai relaksasi otot progresif,
tujuan dan manfaat, serta langkah-langkah relaksasi otot
progresif
b. Penyuluh membuat SAP mengenai relaksasi otot progresif,
diharapkan telah mempersiapkan mengenai materi, sarana dan
prasarana yang digunakan.
- Kriteria Evaluasi Proses:
a. Keluarga mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
b. Keluarga aktif dalam mengikuti penyuluhan kesehatan.
c. Keluarga memberikan umpan balik ketika diberi pertanyaan
d. Keluarga melakukan simulasi cara relaksasi otot progresif
sesuai prosedur secara bersama-sama
- Kriteria Evaluasi Hasil
a. Keluarga mampu menyebutkan jawaban-jawaban mengenai
materi yang telah diberikan
b. Keluarga mampu me-review kembali materi yang telah
diberikan
c. Keluarga mampu melakukan simulasi relaksasi otot progresif
MATERI RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK MENANGANI
HIPERTENSI

A. Pengertian Terapi Relaksasi Otot Progresif


Relaksasi adalah satu teknik dalam terapi perilaku untuk
mengurangi ketegangan dan kecemasan. Teknik ini dapat digunakan
oleh klien tanpa bantuan terapis dan mereka dapat menggunakannya
untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan yang dialami sehari-hari
Relaksasi merupakan salah satu cara untuk mengistirahatkan
fungsi fisik dan mental sehingga menjadi rileks (Suryani, 2000).
Relaksasi merupakan kegiatan untuk mengendurkan ketegangan,
pertama-tama ketegangan jasmaniah yang nantinya akan berdampak
pada penurunan ketegangan jiwa (Wiramihardja,2006).

B. Tujuan
Relaksasi Progresif bertujuan untuk mengenali apa yang terjadi
pada tubuh, sehingga dapat mengurangi ketegangan dan dapat
melanjutkan kegiatan.

C. Manfaat
Manfaat dari relaksasi otot progresif ini adalah untuk mengatasi berbagai
macam yaitu:
- Stres
- Kecemasan
- Insomnia
- Hipertensi (tekanan darah tinggi)
- Membangun emosi positif dari emosi negatif.

D. LANGKAH-LANGKAH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF


1. Menggenggam tangan sambil membuat suatu kepalan dan
dilepaskan
2. Meluruskan lengan kemudian tumpukan pergelangan tangan
kemudian tarik telapak tangan hingga menghadap ke depan.
3. Diawali dengan menggenggam kedua tangan kemudian membawa
kedua kepalan ke pundak sehingga otot-otot beiceps akan menjadi
tegang

4. Mengangkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan bahu akan


dibawa hingga menyentuh kedua telinga. Fokus perhatian gerakan
ini adalah kontras ketegangan yang terjadi di bahu, punggung atas,
dan leher.

5. Otot-otot wajah dahi, mata, rahang dan mulut. Gerakan untuk dahi
dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai otot-ototnya terasa
dan kulitnya keriput.
6. Gerakan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami oleh otot-
otot rahang dengan cara mengatup rahang, diikuti dengan
menggigit gigi sehingga ketegangan di sekitar otot-otot rahang
7. Gerakan untuk mengendurkan otot-otot sekitar mulut. Bibir
dimonyongkan sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan
ketegangan di sekitar mulut.
8. Gerakan untuk merilekskan otot-otot leher bagian depan maupun
belakang. Letakkan kedua tangan di belakang kepala, kemudian
dorong kepala ke belakang sambil tangan menahan dorongan
kepala.
9. Gerakan untuk melatih otot leher. Dengan cara membawa kepala
ke muka, kemudian klien diminta untuk membenamkan dagu ke
dadanya, sehingga dapat merasakan ketegangan di daerah leher
bagian muka
10. Gerakan untuk melatih otot-otot punggung. Gerakan ini dapat
dilakukan dengan cara kedua tangan diletakkan di belakang sambil
menyentuh lantai dan menahan badan. Kemudian busungkan
dada.
11. Gerakan untuk melemaskan otot-otot dada. Klien diminta untuk
menarik nafas panjang. Posisi ini ditahan selama beberapa saat,
sambil merasakan ketegangan di bagian dada kemudian diturunkan
ke perut. Pada saat ketegangan dilepas, klien dapan bernafas
normal.
12. Gerakan melatih otot-otot perut. Gerakan ini dilakukan dengan cara
menarik kuat-kuat perut ke dalam, kemudia menahannya sampai
perut menjadi kencang dan keras. Setelah 10 detik dilepaskan
bebas, kemudian diulang kembali seperti gerakan awal untuk peru
ini.
13. Gerakan untuk otot-otot kaki dan bertujuan untuk melatih otot-otot
paha, dilakukan dengan cara meluruskan kedua belah telapak kaki
sehingga otot paha terasa tegang. Gerakan ini dilanjkan dengan
mngunci lutut sedemikian sehingga ketegangan pindah ke otot-otot
betis
14. Sebagaimana prosedur relaksasi otot, klien harus menahan posisi
tegang selama 10 detik baru setelah itu melepaskannya. Setiap
gerakan dilakukan masing-masing dua kali.

E. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM MELAKUKAN


TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF
1. Jangan terlalu menegangkan otot berlebihan karena dapat melukai
diri sendiri
2. Untuk merilekskan otot-otot membutuhkan waktu sekitar 20-50
detik
3. Posisi tubuh, lebih nyaman dengan mata tertutup, jangan berdiri.
4. Menegangkan kelompok otot dua kali tegangan.
5. Melakukan pada bagian kanan tubuh dua kali, kemudia bagian kiri
dua kali
6. Memeriksa apakah klien benar-benar rileks
7. Terus-menerus memberikan instruksi dan tidak terlalu cepat, dan
tidak terlalu lambat
DAFTAR PUSTAKA
Dadang Hawari D. 2002. Manajemen Stress, Cemas dan Depresi, Jakarta
: Gaya Baru
Depkes dan Kesejahteraan Sosial RI. 2001. Pedoman Pembinaan
Kesehatan Jiwa Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan, Jakarta.
Kementrian Sosial. 2006. Depresi Pada Lansia.
http://www.kemsos.go.id//modules.php?
name=News&file=article&sid=208
SOAL PRETEST/POSTTEST
1) Apakah yang dimaksud dengan terapi relaksasi otot progresif ?
2) Apa saja tujuan dari terapi relaksasi otot progresif ?
3) Apa saja manfaat dari terapi relaksasi otot progresif ?
4) Bagaimana langkah-langkah teknik relaksaso otot progresif ?
CHECKLIST GERAKAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF
No Langkah-Langkah Dilakukan
Menggenggam
1 tangan sambil membuat suatu kepalan
dan dilepaskan
Meluruskan
2 lengan kemudian tumpukan pergelangan
tangan kemudian tarik telapak tangan hingga
menghadap ke depan.
3 Diawali dengan menggenggam kedua tangan
kemudian membawa kedua kepalan ke pundak
sehingga otot-otot beiceps akan menjadi tegang
4 Mengangkat kedua bahu setinggi-tingginya
seakan-akan bahu akan dibawa hingga menyentuh
kedua telinga. Fokus perhatian gerakan ini adalah
kontras ketegangan yang terjadi di bahu, punggung
atas, dan leher.
5 Otot-otot wajah dahi, mata, rahang dan mulut.
Gerakan untuk dahi dengan cara mengerutkan
dahi dan alis sampai otot-ototnya terasa dan
kulitnya keriput.
Gerakan
6 untuk mengendurkan ketegangan yang dialami
oleh otot-otot rahang dengan cara mengatup
rahang, diikuti dengan menggigit gigi sehingga
ketegangan di sekitar otot-otot rahang
7 Gerakan untuk mengendurkan otot-otot sekitar
mulut. Bibir dimonyongkan sekuat-kuatnya
sehingga akan dirasakan ketegangan di sekitar
mulut.
8 Gerakan untuk merilekskan otot-otot leher bagian
depan maupun belakang. Letakkan kedua tangan
di belakang kepala, kemudian dorong kepala ke
belakang sambil tangan menahan dorongan
kepala.
9 Gerakan untuk melatih otot leher. Dengan cara
membawa kepala ke muka, kemudian klien diminta
untuk membenamkan dagu ke dadanya, sehingga
dapat merasakan ketegangan di daerah leher
bagian muka
Gerakan
10 untuk melatih otot-otot punggung. Gerakan ini
dapat dilakukan dengan cara kedua tangan
diletakkan di belakang sambil menyentuh lantai
dan menahan badan. Kemudian busungkan dada.
11 Gerakan untuk melemaskan otot-otot dada. Klien
diminta untuk menarik nafas panjang. Posisi ini
ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan
ketegangan di bagian dada kemudian diturunkan
ke perut. Pada saat ketegangan dilepas, klien
dapan bernafas normal.
12 Gerakan melatih otot-otot perut. Gerakan ini
dilakukan dengan cara menarik kuat-kuat perut ke
dalam, kemudia menahannya sampai perut
menjadi kencang dan keras. Setelah 10 detik
dilepaskan bebas, kemudian diulang kembali
seperti gerakan awal untuk peru ini.
13 Gerakan untuk otot-otot kaki dan bertujuan untuk
melatih otot-otot paha, dilakukan dengan cara
meluruskan kedua belah telapak kaki sehingga otot
paha terasa tegang. Gerakan ini dilanjkan dengan
mngunci lutut sedemikian sehingga ketegangan
pindah ke otot-otot betis
14 Sebagaimana prosedur relaksasi otot, klien harus
menahan posisi tegang selama 10 detik baru
setelah itu melepaskannya. Setiap gerakan
dilakukan masing-masing dua kali.
Lampiran 3. SOP Terapi Keluarga
Konsep Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberi
Dasar peawatan langsung pada setiap keadaan (sehat-sakit) klien.
Terapi keluarga meupakan suatu psikoterapi modalitas dengan
focus pada penanganan keluarga sebagai unit sehingga dalam
pelaksanaanya terapis membantu keluarga dalam
mengidentifikasi dalam perbaikan keadaan yang maladaptive.
Tujuan 1. Mengembangkan komunikasi secara terbuka
2. Menurunkan konflik, kecemasan keluarga kepada pasien
3. Meningkatkan fungsi keluarga secara optimal
4. Meningkatkan kemampuan penanganan terhadap krisis
kepada pasien
5. Mengembangkan hubungan peran yang sesuai kepada pasien
6. Meningkatkan kesehatan jiwa keluarga sesuai dengan tingkat
perkembangan anggota keluarga kepada pasien
Kebijakan Dilakukan pada pasien dengan gangguan psikososial: Masalah
keluarga
Persiapan 1. Alas tempat duduk
2. Ruangan yang nyaman dan tenang
Prosedur Pra Interaksi
1. Menyiapkan diri secara fisik dan psikologis (tidak ada konflik
internal yang dapat mempengaruhi proses terapi)
2. Mempelajari rekam medis pasien sebagai data awal
3. Menyiapkan lingkungan yang tenang, nyaman, dan aman
Orientasi
1. Mengucapkan salam terapeutik kepada keluarga dan pasien
2. Memperkenalkan diri
3. Melakukan kontrak topik, waktu, dan tempat pertemuan
4. Menjelaskan maksud dan tujuan pertemuan kali ini
5. Menanyakan keluhan utama pasien saat ini
6. Memvalidasi masalah yang dialami pasien
7. Menjelaskan maksud dan tujuan pertemuan
8. Menjelaskan prinsip prosedur dari terapi keluarga yang akan
dilakukan
9. Menjelaskan kepada pasien jangka waktu efektif melakukan
terapi keluarga (15 – 30 menit)
Kerja
1. Meminta kepada klien dan keluarga duduk setengah lingkaran
dan mencari posisi yang aman
2. Melatih komunikasi, menyelesaikan konflik, mengatasi prilaku
dan stress
3. Memberikan kesempatan kepada klien untuk memvalidasi
perasaan dan pengalaman
4. Meminta kepada klien untuk mengungkapkan masalahnya
5. Meminta keluarga membuat sesuatu keadaan dimana
anggota keluarga dapat melihat bahaya terhadap diri klien
dan aktivitasnya
6. Meminta klien tidak merasa takut dan bersikap terbuka
7. Meminta klien mengidentifikasi keluhan klien yang dirasakan
sebagai masalah
8. Meminat klien dan keluarga mengindentifikasi harapan klien
dan keluarganya terhadap terapi keluarga
9. Meminta kepada keluarga mengubah cara berpikir klien
(Reframing)
TERMINASI
1. Melakukan review masalah yang telah teridentifikasi
dengan keluarga dan klien
2. Mengexplorasi perasaan klien setelah terapi keluarga
3. Mendiskusikan umpan balik bersama klien setelah terapi
keluarga
4. Melakukan kontrak : topik, waktu dan tempat untuk
kegiatan selanjutnya/Terminasi jangka panjang setelah
terapi keluarga

A. Hasil Penelitian Terkait Prosedur


Berikut terdapat beberapa hasil penelitian yang membuktikan keefektifan
terapi keluarga, diantaranya adalah:
1. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Martiningtyas &
Paramastri (2015) yang berjudul “Penerapan Brief Strategic
Family Therapy (BSFT) untuk Meningkatkan Komunikasi Orang
Tua-Anak” didapatkan data bahwa terapi BSFT terbukti
menurunkan permasalahan perilaku pada anak, dalam
penelitian ini, kasus keluarga yang ditemukan adalah anak
sering berbohong pada guru, tidak patuh pada orangtua,
melempar barang, dan membentak. Hasil analisis kualitatif
yang di dapat dari refleksi keluarga menunjukkan bahwa terapi
ini membantu keluarga memperbaiki pola komunikasi yang
sebelumnya terhambat. Beberapa hasil positif yang menonjol
diantara lain adalah orangtua merasa mendapatkan pengeta-
huan dan keterampilan bagaimana menjalin pola komunikasi
yang efektif dengan anaknya. Selain itu, perilaku keluarga pun
ikut berubah selama sesi terapi, ditandai oleh penurunan
frekuensi menentang perin-tah orang tua dan berbohong
kepada guru yang dilakukan oleh anak. Follow up setelah
delapan bulan berakhirnya terapi BSFT menyatakan bahwa
frekuensi pertengkaran di rumah antara ibu dan anak jarang
terjadi dan adanya peningkatan komunikasi antara ayah dan
anak.
2. Menurut Penelitian yang dilakukan oleh Devi, Dini Fidyanti
(2016) dengan judul “Mengatasi Masalah Komunikasi dalam
Keluarga Melalui Strategic Family Therapy” didapatkan data
bahwa permasalahan dalam keluarga ini karena perubahan
tahap kehidupan dan function of system sehingga komunikasi
antara anggota keluarga tidak terjalin dengan baik. Intervensi
yang diterapkan berupa strategic family therapy bertujuan untuk
menghasilkan komunikasi antar anggota keluarga menjadi lebih
terbuka tentang kebutuhan masing masing. Setelah dilakukan
intervensi, didapatkan bahwa anggota keluarga mampu
membentuk perilaku baru yang telah disepakati. Komunikasi
dalam keluarga menjadi lebih baik saat masing-masing anggota
keluarga dapat mengemukakan ketidaksukaan dan
keinginannya kepada anggota keluarga yang lain kemudian
mencari solusi bersama. Keterbukaan dalam keluarga sangat
berperan dalam pengembangan sosial dan keterampilan koping
pada remaja (Horigan, Suarez- Morales, Robbins, Zarate,
Mayorga, Mitrani, & Szapocznik, 2005).
3. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nancye, Pandeirot
Marjory (2015) dengan judul “Pengaruh Terapi Keluarga
Terhadap Dukungan Keluarga dalam Merawat Klien dengan
Masalah Perilaku Kekerasan di Kota Surabaya” didapatkan
data bahwa terdapat perbedaan sangat signifikan antara terapi
keluarga terhadap dikungan keluarga. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa pengaruh terapi keluarga sangat
signifikan terhadap dukungan keluarga dalam merawat klien
dengan masalah perilaku kakerasan. Hal ini dapat terjadi
karena ketidak mampuan keluarga dalam menjalankan fungsi
keluarga dapat menjadi faktor penyebab ketidak mampuan
keluarga merawat anggota keluarga dengan masalah perilaku
kekerasan. Untuk itu pelayanan keperawatan perlu meninjau
kembali aspek yang dapat meningkatkan kemampuan keluarga
serta memfasilitasi keluarga untuk dapat menjalankan
fungsinya khususnya fungsi pelayanan kesehatan dalam
keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonsia. 1990. Asuhan Keperawatan
pada pasien dengan Gangguan penyakit jiwa. Jilid 3. Edisi 1.
Jakarta: Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan.
Devi, Dini Fidyanti. 2016. Mengatasi Masalah Komunikasi dalam Keluarga
Melalui Strategic Family Therapy. Malang: Program Magister
Psikologi Profesi Universitas Muhammadiyah Malang. Jurnal
Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember
Fortinash, C.M. dan Hollonday, P.A. 1991. Psychiatric Nursing Care Plan.
St. Louis: Mosby yea Book.
Gunarsa, S.D. 2000. Psikologi Praktis Anak, Remaja, dan Keluarga.
Jakarta : PT BPK Gunung Mulia
Horigan, V. E., Suarez-Morales, L., Robbins, M. S., Zarate, M., Mayorga,
C.C., Mitrani, V. B., & Szapocznik, J. (2005). Brief strategic family
therapy for adolescents with behavior problems. In J. L. Lebow (Ed).
Handbook of Clinical Family Therapy. New York: John Wiley & Sons,
Inc.
Martiningtyas, Moya A.D & Paramastri, Ira. 2015. Penerapan Brief
Strategic Family Therapy (BSFT) untuk Meningkatkan Komunikasi
Orang Tua-Anak. Yogjakarta: Gadjah Mada Journal Of Professional
Psychology (Volume 1, NO. 1, April 2015: 64 – 75)
Nancye, Pandeirot Marjory. 2015. Pengaruh Terapi Keluarga Terhadap
Dukungan Keluarga dalam Merawat Klien dengan Masalah Perilaku
Kekerasan di Kota Surabaya. Surabaya: Jurnal Keperawatan, 4(1),
1-12. Retrieved from
http://jurnal.stikeswilliambooth.ac.id/index.php/Kep/article/view/182
Lampiran 4. SOP Terapi Kognitif/Cognitive Behavioral Therapy (CBT)
Konsep Dasar Salah satu teknik terapi kognitif perilaku yang dilakukan perawat
untuk membantu pasien menghentikan pikiran negatifnya. Terapi
kognitif dapat menurunkan tekanan darah. Hal menyebabkan
penurunan rangsangan simpatis ke jantung dan otot polos
vaskular sehingga kecepatan denyut jantung dan TPR menurun.
Peningkatan rangsangan parasimpatis ke jantung ikut berperan
menurunkan kecepatan denyut jantung. Terjadi penurunan
pelepasan renin dan ADH sehingga TPR dan volume plasma
menurun. Pelepasan ANP (Atrial Natriuretic Factor/Peptide)
meningkat. Semua respons tersebut berfungsi untuk
menurunkan tekanan darah ke normal. (Corwin, 2009 : 460 -
461). Selain itu terapi kognitif dapat mengontrol perilaku marah
karena CBT tidak hanya berfokus terhadap perubahan syaraf
yang ada pada tubuh ataupun pada perubahan tingkah laku,
akan tetapi lebih kepada adanya distorsi kognitif pada subjek,
dan dengan mengikuti terapi diharapkan dapat membantu
penyelesaian masalah psikologis subjek (Corwin, 2009 : 460 -
461). CBT membutuhkan pertemuan antara 6 sampai 14 sesi
agar proses konseling tidak membutuhkan waktu panjang,
diharapkan secara kontinyu konselor dapat membantu dan
melatih konseli untuk melakukan self-help. Pengaturan
vasokonstriksi dan vasodilatasi pembuluh darah sangat
dipengaruhi oleh emosi seseorang lewat kerja saraf simpatis dan
sistim hormon. Dengan demikian pengaturan dan pengelolaan
emosi maupun stress pada seorang penderita hipertensi akan
dapat membantu pengelolaan penyakit hipertensinya (Prihati,
2016).

Tujuan Pasien terbebas dari pikiran negative atau pikiran yang


menyimpang sehingga perilakunya adaptif.

Indikasi Semua pasien yang memiliki pikiran negative atau pikiran


menyimpang dan mengganggu perilaku (maladaptif) Misalnya:
Mudah marah, Over Generalization, Filter Mental, Loncatan
Kesimpulan dan lain-lain.

Persiapan Alat Kursi yang ada sandaran kepala dan tangan (1 perawat-1
pasien)

Prosedur Kerja 1. Persiapan


a. Menyampaikan salam
Konselor: “Selamat pagi Pak/Bu. Bagaimana kabarnya?”
b. Memperkenalkan nama perawat
Konselor: “Perkenalkan nama saya Aini”
c. Menyampaikan kontrak untuk terapi
Konselor: “Disini saya meminta waktunya sekitar 15-30
menit untuk berdiskusi dengan Bapak dan Ibu.
Apakah Ibu bersedia?”
d. Menyiapkan kursi/mengambil tempat
e. Memberikan kesempatan pasien untuk BAK/BAB
2. Kerja
a. Menanyakan keluhan utama/memberi kesempatan
pasien bertanya/menyampaikan sesuatu
Konselor: Bapak/Ibu adakah keluhan yang dirasakan saat
ini? Baik Pak, Bu jadi keluhannya saat ini adalah
perilaku yang mudah marah, stress, dan cemas
begitu ya Pak, Bu ? Baik disini saya akan
memberikan cara untuk mengatasi perilaku
tersebut.
b. Menjelaskan tujuan terapi dan prosedur sekaligus
memperagakan
Konselor: “Jadi, caranya adalah dengan terapi kognitif
namanya Pak, Bu. Terapi ini adalah tehnik yang
memperkuat timbulnya perilaku adaptif dan
mencegah timbulnya perilaku non adaptif melalui
pemahaman proses internal dan upaya
manajemen koping yang sesuai. Tujuannya adalah
adalah untuk merubah perilaku non adaptif menjadi
perilaku adaptif. Nah latihan ini bisa diulang
berulang kali apabila Bapak/Ibu perilaku mudah
marah akan muncul.”
c. Menjelaskan prosedur terapi sekaligus
memperagakan
Konselor: “Sekarang Bapak/Ibu tolong perhatikan saya
ya, saya akan menjelaskan dan memperagakan
caranya. Yaitu dengan cara duduk senyaman
mungkin, tutup mata, Tarik nafas dalam, lalu
keluarkan perlahan. Lalu Bapak/Ibu pikirkan hal
yang membuat marah. Setelah sudah terfikirkan,
Bapak/Ibu simpan terlebih dahulu. Selanjutnya
Bapak/Ibu pikirkan hal yang membuat senang lalu
disusul dengan hal yang membuat marah tadi yang
sudah difikirkan sebelumnya. Setelah sudah
sampai di hal yang membuat marah, Bapak/Ibu
bilang STOP gitu ya dengan sungguh-sungguh lalu
buka mata dan ambil nafas perlahan.”
d. Membimbing pasien melakukan perasat:
Konselor: “Karena tadi sudah saya peragakan, sekarang
Bapak/Ibu yang meragakan ya”.
 Letakkan tubuh pasien dan semua anggota
badan termasuk kepala (bersandar) pada
kursi senyaman mungkin.
Konselor: “Bapak/Ibu duduk senyaman mungkin
ya, boleh bersandar yang penting
senyamannya Bapak/Ibu”
 Tutup mata
Konselor: “Tutup mata ya Pak, Bu”
 Ambil nafas melalui hidung (secukupnya)
tahan sebentar, keluarkan melalui mulut
perlahan-lahan (Lakukan sampai merasa
tenang)
Konselor: “Lalu ambil nafas melalui hidung, tahan
sebentar lalu keluarkan melalui mulut
perlahan sampai merasa tenang”
 Minta pasien untuk menghadirkan pikiran-
pikiran yang tidak
menyenangkan/menyakitkan yang telah
disepakati untuk dihentikan. (Diawali dari hal
positif-negatif/ menyenangkan-menyakitkan)
Konselor: “Sekarang Bapak atau Ibu hadirkan
pikiran-pikiran negative yang membuat
mudah marah. Apabila sudah terfikirkan
maka, simpan terlebih dahulu.”
 Pastikan pasien mampu menghadirkan
(perhatikan responnya)
Konselor: “Setelah itu Bapak/Ibu sekarang pikirkan
perasaan-perasaan positif yang membuat
senang ya bu disusul dengan perasaan
yang membuat marah tadi”
 Minta pasien untuk mengatakan pada dirinya
“ STOP!” (Dengan penuh kesungguhan)
Konselor: “Setelah muncul perasaan yang
membuat marah, Bapak/Ibu lalu bilang
“STOP” dengan sungguh-sungguh begitu
yaaa Pak/Bu”
 Buka mata dan ambil nafas
Konselor: “Apabila sudah selesai, selanjutnya
Bapak/Ibu buka mata sambil tarik nafas
melalui hidung dan keluarkan melalui mulut
perlahan”
3. Terminasi
a. Tanyakan/evaluasi respon pasien
Konselor: “Bagaimana Pak/Bu perasaannya setelah
melakukan terapi kognitif ini?”
b. Kesimpulan dan support (Telah melakukan dengan
baik dan mampu menerapkannya)
Konselor: “Iya Bapak/Ibu sudah melakukannya dengan
baik”
c. Memberikan follow up, apa yang harus dilakukan
selanjutnya. (Terapkan dalam kehidupan sehari-
hari apabila datang lagi pikiran seperti itu)
Konselor: “Bapak/Ibu bisa melakukan ini setiap hari atau
setiap saat apabila pikiran-pikiran yang membuat
mudah marah itu muncul kembali”
d. Salam terapeutik
Konselor: “Terima kasih Pak/Bu”

A. Hasil Penelitian Terkait Prosedur


Berikut terdapat beberapa hasil penelitian yang membuktikan keefektifan
terapi keluarga, diantaranya adalah:
1. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Setiyawan & Kismanto
(2014) dengan judul “Pengaruh Terapi Kognitif Terhadap
Perubahan Kondisi Depresi Lansia di Panti Wreda Darma Bakti
Kasih Surakarta”. Metode penelitian adalah quasi experiment
dengan desain pre-post test design with control group. Data
diambil sebelum dan sesudah pemberian intervensi terapi
kognitif pada lansia yang mengalami kondisi depresi di
kelompok intervensi. Cara pengambilan sampel adalah total
sampling dengan sampel sebanyak 46 klien dibagi 2 yaitu
26 responden untuk kelompok intervensi dan 20 responden
untuk kelompok kontrol. Instrumen penelitian untuk mengetahui
kondisi depresi menggunakan kuesioner modifikasi dari Test
Skrining Depresi Beck (Beck Depresion Inventory/BDI) yang
berjumlah 21 pertanyaan, dianalisis menggunakan univariat
dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan penurunan kondisi
depresi secara bermakna, baik pada kelompok intervensi
maupun kontrol. Penurunan kondisi depresi pada kelompok
lansia yang mendapatkan terapi kognitif menurun lebih rendah
secara bermakna dibanding dengan kelompok lansia yang tidak
mendapatkan terapi kognitif. Terapi kognitif direkomendasikan
sebagai terapi dalam merawat lansia dengan kondisi depresi.
2. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Prihati (2016) dengan
judul “Cognitive Therapy dalam Meningkatkan Kecerdasan
Emosi Klien Hipertensi di Kecamatan Ngaliyan Kota
Semarang”. Penelitian ini menggunakan desain penelitian
quasi experimental pre – post test kontrol group. Populasi
dalam penelitian ini adalah semua pasien hipertensi di wilayah
Kecamatan Ngaliyan, Semarang. Jumlah sampel penelitian ini
adalah 15 orang kelompok intervensi dan 15 orang kelompok
kontrol, sehingga jumlah total sampel adalah 30 responden.
Tehnik pengambilan sampel dengan purposive sampling.
Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2016 sampai Juni 2016 di
wilayah Kecamatan Ngaliyan, Semarang. Hasil penelitian
dengan uji Wilcoxon test kelompok intervensi didapatkan nilai
bermakna (p=0,002), , ini menunjukkan terdapat perbedaan
kecerdasan emosi antara sebelum dan sesudah diberikan
cognitive therapy. Pada kelompok kontrol diperoleh nilai tidak
bermakna (p = 1,000), ini menunjukkan tidak terdapat
perbedaan kecerdasan emosi antara sebelum dan sesudah
diberikan cognitive therapy. Uji beda Mann Whitney diperoleh
nilai bermakna (p = 0,04) terdapat perbedaan kecerdasan
emosi antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol
menunjukkan bahwa cognitive therapy efektif dalam
meningkatkan kecerdasan emosi pada klien hipertensi.
3. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rosiana, dkk (2016)
dengan judul “Terapi Berpikir Positif dan Tekanan Darah pada
Pasien Hipertensi” bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi
berpikir positif terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi
di Puskesmas Welahan I Jepara. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah desain penelitian pre experimental
one group pretest-posttest. Populasinya sebanyak 291 orang
dengan sampel 30 responden. Teknik pengambilan sampel non
probability sampling berupa purposive sampling. Hasilnya
adalah p value = 0,000 (<0,05) yang berarti ada pengaruh
terapi berpikir positif terhadap tekanan darah pada pasien
hipertensi di Puskesmas Welahan I Kabupaten Jepara. Berpikir
positif adalah satu pokok penting terhadap kebahagiaan
seseorang karena pikiran positif mendorong seseorang
menanggapi atau bersikap kritis terhadap setiap masalah yang
dihadapi dengan jernih. Terapi berpikir positif adalah suatu
jenis terapi kognitif yang digunakan untuk memodifikasi perilaku
(Elfiky. 2009). Berdasarkan hasil penelitan dan teori diatas
dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden yang
melakukan terapi berpikir positif terjadi penurunan tekanan
darah ini dikarenakan dengan ketrampilan kognitif yang telah
diajarkan untuk mengendalikan pikiran negative menggantinya
dengan pikiran positif, dimana perasaan tidak nyaman yang
merupakan perasaan sia-sia dirubah dengan pikiran positif
sehingga terlepas dari penderitaan.
4. Penelitian yang dilakukan oleh (Rahayu & Widyana, 2019) yang
berjudul “Efektivitas Intervensi Cognitive Behavior Therapy
(CBT) untuk Menurunkan Perilaku Marah pada Anak Sekolah
Dasar” bertujuan untuk mengetahui efektivitas intervensi
Cognitive Behavior Therapy (CBT) untuk menurunkan perilaku
marah pada anak Sekolah Dasar. Subjek dalam penelitian ini
berjumlah 2 orang siswa. Desain yang digunakan dalam
penelitian ini adalah single case study berupa pengaruh
intervensi Cognitive Behavior Therapy (CBT). Metode analisis
yang digunakan adalah analisis visual inspection; analisis
kualitatif yang diperoleh dari wawancara, observasi, dan
catatan marah subjek; serta analisis kuantitatif menggunakan
analisis non parametric (Wilcoxon). Hasil uji hipotesis pada
penelitian ini pada subjek D sebesar Z= -2,207 dengan nilai p=
0,027 < 0,050, dan pada subjek A diperoleh besaran Z= -2,201
dengan nilai p= 0,028 < 0,050. Berdasarkan anaalisis tersebut
diperoleh kesimpulan bahwa ada perbedaan signifikan
frekuensi perilaku marah pada subjek sebelum dan sesudah
memperoleh intervensi Cognitive Behavior Therapy (CBT).
Intervensi Cognitive Behavior Therapy (CBT) efektif untuk
menurunkan frekuensi perilaku marah pada anak usia Sekolah
Dasar.
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. (2009). Patofisiologi: Buku Saku. Jakarta: EGC


Elfiky Ibrahim. (2009). Terapi Berpikir Positif. Jakarta: Zaman
Kasandra, Oemardi. 2003. Pendekatan Cognitive Behavior dalam
Psikoterapi, Jakarta: Kreativ Media
Kismanto, Joko & Setiyawan. (2014). Pengaruh Terapi Kognitif Terhadap
Perubahan Kondisi Depresi Lansia di Panti Wreda Darma Bakti
Kasih Surakarta. Surakarta: Jurnal Kesehatan Kusuma Husada Vol 5
No 1
Prihati, Dyah Restuning. (2016). Cognitive Therapy dalam Meningkatkan
Kecerdasan Emosi Klien Hipertensi di Kecamatan Ngaliyan Kota
Semarang. Semarang: Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan Vol 7
No 2
Rahayu, Kurniawati Budi & Widyana, Rahma. (2019). Efektivitas Intervensi
Cognitive Behavior Therapy (CBT) untuk Menurunkan Perilaku
Marah pada Anak Sekolah Dasar. Yogyakarta: Jurnal Ilmiah
Psikologi Vol. 21 No. 2
Rosiana, dkk. (2016). Terapi Berpikir Positif dan Tekanan Darah pada
Pasien Hipertensi. Kudus: JIKK VOL. 7 . No. 2 Juli 2016 : 01 - 79

Anda mungkin juga menyukai