Anda di halaman 1dari 4

Teknik Dalam Terapi Keluarga

1. Sculpting
Yang dilakukan melalui teknik ini adalah, memberi kesempatan pada anggota
keluarga lain untuk mengekspresikan perasaannya melalui apa yang dilakukannya
(seperti pematung). Terapis melakukan hal ini dengan menyususn anggota keluarga
menjadi apa yang disebut gambaran hubungan keluarga.
2. Bermain peran
Satu persyaratan untuk teknik ini adalah pemeran harus mencoba untuk berakting dan
merasakan seperti orang yang diperankannya.
3. Mennaganni saat diam secara fektif
Pada teknik ini terapis hanya duduk, menanti tanda-tanda yang ditunjukkan keluarga
dan diam saja. Dengan hanya duduk diambersama anggota keluarga, mungkin dapat
membantu mengembangkan rasa percaya terhadap terapis.
4. Konfrontasi
Konfrontasi merupakan teknik yang melibatkan keterusterangan. Terapis
menggunakan teknik ini jika dirasakan ataupun diamati bahwa situasi pembicaraan
atau perilaku dirinya dan para anggota keluarga dapat menghalangi proses terapi.
5. Mendengarkan
Mendengarkan merupakan teknik yang paling dasar dan penting karena membantu
terapis untuk menempatkan dirinya dalam lingkungan emosi keluarga.
6. Membuat ikhtisar
Terapis menghubungkan hal-hal yang tadinya terpisah kemudian menyusunnya
kembali serta mencoba menangkap makna-makna yang penting.
7. Teknik klarifikasi dan refleksi
Klarifikasi berurusan dengan aspek-aspek kesadaran, mental, intelektual dari yang
diungkapkan oleh individu.

Peran Perawat Dalam Terapi Keluarga

Untuk peran perawat sendiri dalam terapi keluarga adalah melakukan asuhan keperawatan
yang relevan dimana untuk perawat yang tidak memiliki srtifikasi dalam melaksanakan terapi
adalah memberikan psiko edukasi pada keluarga sedangkan bagi yang memiliki sertifikasi
adalah memberikan terapi sesuai dengan kondisi pasien. Sementara itu, menurut Newman
intervensi yang dilakukan perawat mencakup intervensi primer dan tersier yaitu:
a. Mendidik kembali dan mengorientasikan kembali seluruh anggota keluarga
b. Memberikan dukungan kepada klien serta sistem yang mendukung klien untuk
mencapai tujuan dan usaha untuk berubah
c. Mengkoordinasi dan mengintegrasikan sumber pelayanan kesehatan
d. Memberi penyuluhan, perawatan di rumah, psiko edukasi.

Tak kalah penting adalah jika kita bukan perawat bersertifikasi kita bisa melakukan
hal paling mendasar untuk menentukan apakah seseorang tersebut memang membutuhkan
terapi keluarga atau tidak yaitu dengan pengkajian indikasi dilakukan terapi keluarga
pada klien tersebut yaitu segan terhadap psikoterapi individu karean takut, tidak percaya
pada terapi, menntang keras terapi, melawan figure orang tua. Tidak /kurang
berpengalaman dengan saudara-saudaranya, mempunyai pertentangan dnegan anggota
keluargayang memepunyai intelegensi rendah atau komunikasi keluarga yang terhambat.

Selain peran perawat yang perlu diperhatikan juga adalah bagaimana perawat
membantu serta mendorong keluarga untuk terlibat dalam mencegah klien kambuh.
Alasan keluarga dilibatkan dalam mencegah kekambuhan pada klien adalah keluarga
merupakan tempat individu pertama memulai hubungan interpersonal dengan lingkungan.
Keluarga merupakan suatu sistem yang utuh dan tidak terpisahkan sehingga jika ada satu
yang terganggu yang lain ikut terganggu. Keluarga merupakan salah satu penyebab klien
gangguan jiwa menjai kambuh lagi sehingga diharapkan jika keluarga ikut berperan
dalam mencegah klien kambuh setidaknya membantu klien untuk dapat mempertahankan
derajat kesehtan mentalnya karena keluarga secara emosional tidak dapat dipisahkan
dengan mudah.

Peran Keluarga

Peran keluarga klien dalam proses terapi keluarga antara lain membuat suatu keadaan diaman
anggota keluarga dapat melihat bahay terhadap diri klien dan aktivitasnya. Tidak merasa
takut dan mampu bersikap terbuka. Membantu anggota bagaimana memandang orang lain.
Tempat bertanya serta pemberi informasi yang mudah dipahami klien. Membangun self
esteem. Menurunkan ancaman dengan latar belakang aturan untuk interaksi. Menurunkan
ancaman dengan struktur pembahasan yang sistematis. Pendidikan ulang anggota untuk
bertanggung jawab.

Proses Terapi Keluarga


Proses terapi keluarga meliputi 3 tahapan yaitu:

a. Fase Wawancara
Kesempatan awal ini dapat digunakan sebagai pengumpulan informasi dari
tangan pertama tentang gaya dan cara keluarga tersebut menghadapi stres di dalam
situasi wawancara, yang nantinya terbukti akan sangat berguna. Macam-macam isi
wawancara atau teknik wawancara yang dilakukan para terapis, tetapi pada intinya
mereka biasa memulai dengan sebuah wawancara dengan tekniknya masing-masing.
Pada wawancara awal umumnya dibahas tentang: mengapa keluarga membutuhkan
trapis, menyatukan keluarga baik secara perorangan ataupun sebagai kelompok,
memperkirakan permasalahan secara akurat, membuat rencana terapi, mendapat
persetujuan dari keluarga untuk menjalani terapi dan meyakinkan pentingnya seluruh
anggota keluarga untuk hadir pada sesi berikutnya.
b. Fase Kerja/pertengahan
Keluarga dengan dibantu oleh perawat sebagai terapis berusaha mengubah
pola interaksi diantara anggota keluarga, meningkatkan kompetensi masing-masing
individual anggota keluarga, eksplorasi batasan-batasan dalam keluarga, peraturan-
peraturan yang selama ini ada.
Tahap pertengahan dari terapi keluarga merupakan inti dari proses terapi. Pada
tahap pertengahan ini terapis bertugas untuk membuat keluarga tersebut
mendefinisikan kembali masalah atau gejala yang timbul dari pasien dan perlu
ditinjau dalam konteks keluarga. Hasil keseluruhan dari tahap pertengahan terapi
keluarga ini adalah sebuah keluarga yang memiliki kesiapan secara lebih baik untuk
menerima perubahan dan lebih berkeinginan bekerja untuk hal positif.
c. Fase Terminasi
Dimana keluarga akan melihat lagi proses yang selama ini di jalani untuk
mencapai tujuan terapi, dan cara-cara mengatasi isu yang timbul. Keluarga juga
diharapkan dapat mempertahankan perawatan yang berkesinambungan, kebanyakan
terapis sependapat bahwa proses pengakhiran pada terapi keluarga lebih mudah
daripada terapi individual. Siap atau belumnya keluarga yang sedang diterapi,
menyimpulkan bahwa terapi yang sedang diikuti biasa dapat dilakukan oleh terapis.
Sesi terapi dapat dihentikan apabila keluarga tersebut dapat menyelesaikan
konflikkeluarganya sendiri, keluhan dan gejala yang dulu tampak biasnaya hilang,
keluarga tersebut menyatukan diri dalam kegiatan-kegiatan yang lebih bermanfaat,
mereka telah mengembangkan cara-cara penyelesaian masalah dengan kemmpuannya
sendiri.

Anda mungkin juga menyukai