Hambatan dalam komunikasi terapeutik dapat menimbulkan perasaan tegang baik bagi
perawat maupun pasien yang bisa berkisar dari ansietas dan kekhawatiran sampai frustasi,
cinta atau sangat marah. Hal tersebut terjadi dikarenakan berbagai alasan dan mungkin
terjadi dalam berbagai bentuk yang berbeda. Hambatan-hambatan tersebut yaitu sebagai
berikut:
1. Resistens
Resistens adalah upaya pasien untuk tetap tidak menyadari aspek penyebab ansietas
yang dialaminya. Resisten merupakan keengganan alamiah atau penghindaran yang
dipelajari untuk mengungkapkan atau bahkan mengalami aspek yang bermasalah pada
diri seseorang. Sikap ambivalen terhadap eksplorasi diri, yang didalamnya pasien
menghargai juga menghindari pengalaman yang menimbulkan ansietas, merupakan
bagian normal proses teurapeutik. Resistens utama seringkali merupakan akibat dari
ketidak sediaan pasien untuk berubah ketika kebutuhan untuk berubah dirasakan.
Perilaku resistens biasanya diperlihatkan oleh pasien selama fase kerja karena fase ini
memuat sebagian besar proses penyelesaian masalah.
Bentuk resistens yang diperlihatkan pasien :
2. Transferens
Transferens adalah respon tidak sadar yang didalamnya pasien mengalami perasaan
dan sikap terhadap perawat yang pada dasarnta terkait dengan tokoh penting dalam
kehidupan masa lalu pasien. Istilah ini merujuk pada sekelompok reaksi yang berupaya
mengurangi atau menghilangkan ansietas. Sifat yang paling menonjol dari transferens
adalah ketidak tepatan respon pasien dalam hal intensitas dan penggunaan mekanisme
pertahanan displacement yang maladaptif. Reaksi transferens membahayakan proses
teurapeutik hanya bila hal ini tetap diabaikan dan tidak di telaah oleh perawat. Ada dua
jenis utama, yaitu reaksi bermusuhan dan tergantung.
3. Kontertransferens
Kontertransferens yaitu kebuntuan teurapeutik yang dibuat oleh perawat, bukan
oleh pasien. Kontertransferens merupakan respons emosinal spesifik oleh perawat
terhadap pasien yang tidak sesuai dengan intensitas emosi. Kontertransferens adalah
transferens yang diterapkan pada perawat. Respon perawat tidak dapat dibenarkan oleh
kenyataan, tetapi lebih mencerminkan konflik terdahulu yang dialami terkait dengan
isu-isu seperti otoritas,keasertifan,gender, dan kemandirian. Reaksi kontertransferens
biasanya berbentuk salah satu dari 3 jenis, yaitu reaksi, mencintai atau perhatian
berlebihan, reaksi sangat bermusuhan atau membenci, dan reaksi sangat cemas,
seringkali menjadi respon terhadap resisten pasien.
Beberapa bentuk kontertransferens yang diperlihatkan oleh perawat:
1. Kesulitan ber-empati terhadap pasien dalam area masalah tertentu.
2. Perasaan tertekan setelah sesi.
3. Kecerobohan dalam mengimplementasikan kontra seperti datang terlambat,atau
melampaui waktu yang telah ditentukan.
4. Mengantuk selama sesi.
5. Perasaan marah atau tidak sabar karena ketidak inginan pasien untuk berubah.
6. Dorongan terhadap ketergantungan, pujian atau afeksi pasien.
7. Berdebat dengan pasien atau kecenderungan untuk memaksa pasien sebelum ia
siap.
8. Mencoba untuk membantu pasien dalam segala hal yang tidak berhubungan
dengan tujuan keperawatan yang telah diidentifikasi.
9. Keterlibatan dengan pasien dalam tingkat personal atau sosial.
10. Melamunkan atau preokupasi dengan pasien.
11. Fantasi seksual atau agressive dengan pasien.
12. Perasaan ansietas, gelisah, atau perasaan bersalah terhadap pasien terjadi
berulang kali.
13. Kecenderungan untuk berfokus hanya pada satu aspek informasi dari pasien
atau menganggap hal tersebut sebagai satu-satunya cara.
14. Kebutuhan untuk mempertahankan intervensi keperawatan kepada pasien.
Komunikasi terapeutik pada anak adalah komunikasi yang dilakukan antara perawat
dan klien (anak), yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan
untuk kesembuhan anak. Dalam komunikasi pada anak membutuhkan pertimbangan
khusus sehingga perawat dapat mengembangkan hubungan kerja yang baik dengan anak
maupun dengan keluarga. Perawat banyak menerima informasi dari orang tua, karena
kontak antara orang tua dengan antar umum akrab, informasi yang diberikan orang tua
dapat diasumsikan dan diandalkan dengan baik.
Perawat memberikan perhatian periodik kepada bayi dan anak ketika mereka bermain
untuk membuat mereka berpartisipasi. Anak yang lebih besar dapat secara aktif terlibat
dalam komunikasi. Anak-anak umumnya responsive terhadap pesan non verbal, gerakan
yang tiba-tiba atau mengancam akan membuat mereka takut. Perawat memasuki ruang
dengan senyum yang lebar dan gerakan tangane tertentu akan menghalangi terbentuknya
hubungan. Perawat harus tetap anggun dan tenang, membiarkan anak terlebih dahulu
bertindak dalam hubungan interpersonal. Nada suara yang tenang, bersahabat dan yakin
adalah yang terbaik.
c. Memfasilitasi
Memfasilitasi anak adalah bagian cara berkomunikasi, melalui ini ekspresi anak
atau respon anak terhadap pesan dapat diterima. Dalam memfasilitasi kita harus
mampu mengekspresikan perasaan dan tidak boleh dominan, tetapi anak harus
diberikan respons terhadap pesan yang disampaikan melalui mendengarkan dengan
penuh perhatian dan jangan merefleksikan ungkapan negatif yang menunjukkan
kesan yang jelek pada anak.
d. Biblioterapi
Melalui pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk mengekspresikan
perasaan, dengan menceritakan isi buku atau majalah yang sesuai dengan pesan
yang akan disampaikan kepada anak.
e. Meminta untuk menyebutkan keinginan
Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak, dengan meminta anak
untuk menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai keluhan yang dirasakan
anak dan keinginan tersebut dapat menunjukkan perasaan dan pikiran anak pada
saat itu.
f. Pilihan pro dan kontra
Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam menentukan atau
mengetahui perasaan dan pikiran anak, dengan mengajukan pasa situasi yang
menunjukkan pilihan yang positif dan negatif sesuai dengan pendapat anak.
g. Penggunaan skala
Penggunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam mengungkapkan
perasaan sakit pada anak seperti penggunaan perasaan nyeri, cemas, sedih dan lain-
lain, dengan menganjurkan anak untuk mengekspresikan perasaan sakitnya.
b. Menggambar
Menggambar adalah salah satu bentuk komunikasi yang berharga melalui
pengamatan gambar. Dasar asumsi dalam menginterpretasi gambar adalah bahwa
anak- anak mengungkapakan tentang dirinya. Untuk mengevaluasi sebuah gambar
utamakan/fokuskan pada unsur-unsur sebagai berikut :
Ukuran dari bentuk badan individu, ini mengekspresikan orang penting.
Urutan bentuk gambar, mengekspresikan prioritas kepentingan.
Posisi anak terhadap anggota keluarga lainnya, mengekspresikan perasaan
anak terhadap status dalam keluaraga atau ikatan keluarga.
Bagian adanya hapusan, bayangan atau gambar silang, mengekspresikan
ambivalen/ pertentangan, keprihatinan atau kecemasan pada hal- hal
tertentu.
c. Gerakan gambar keluarga
Menggambarkan suatu kelompok, berpengaruh pada perasaan anak-anak dan
respon emosi, dia akan menggambarkan pikirannya tentang dirinya dan anggota
keluarga yang lainnya. Gambar kelompok yang paling berharga bagi anak adalah
gambar keluarga.
d. Sosiogram
Menggambar tak perlu dibatasi bagi anak- anak, dan jenis gambar yang berguna
bagi anak- anak seusia 5 tahun adalah sosiogram (gambar ruang kehidupan) atau
lingkungan keluarga. Menggambar suatu lingkaran adalah untuk melambangkan
orang-orang yang hampir mirip dalam kehidupan anak, dan gambar bundaran-
bundaran didekat lingkaran menunjukkan keakraban/ kedekatan.
e. Menggambar bersama dalam keluarga
Salah satu teknik yang berguna dan dapat diterapkan pada anak- anak adalah
menggambar bersama dalam keluarga. Menggambar bersama dalam keluarga
merupakan satu alat yang berguna untuk mengungkapkan dinamika dan hubungan
keluarga.
f. Bermain
Bermain merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk berhubungan
dengan anak. Dengan bermain dapat dikumpulkan petunjuk mengenai tumbuh
kembang fisik, intelektual dan sosial. Terapeutik play sering digunakan untuk
mengurangi trauma akibat sakit atau masuk rumah sakit atau untuk mempersiapkan
anak sebelum dilakukan prosedur medis/ perawatan.
Komunikasi verbal dan non verbal yang digunakan untuk berkomunikasi dengan lansia
antara lain :
1. Saling mengenalkan nama dan jabat tangan, panggil klien dengan sapaan hormat dan
nama panggilan lengkap.
2. Gunakan sentuhan untuk memperkuat pesan verbal dan komunikasikan non verbal.
3. Menjelaskan tujuan dari pertemuan, diskusikan hanya satu topik.
4. Dimulailah dengan pertanyaan yang sederhana dan gunakan bahasa yang sering
digunakan oleh klien secara singkat dan terstruktur.
5. Gunakan pertanyaan terbuka – tertutup dan ciptakan suasana yang nyaman.
6. Klarifikasi pesan secara periodik, validasikan apakah klien sudah mengerti dengan
maksud perawat.
7. Pertahankan kontak mata, tingkatkan perhatian, dan mendorong untuk memberi
informasi yang jelas.
8. Bersikaplah empati, jaga selalu privasi klien.
9. Mintalah izin sebelum menanyakan status mental, memori dan kemampuan yang lain.
10. Tuliskan perintah atau hal – hal penting untuk diingat.
1. Internal Distraksi
Gangguan yang terjadi pada lansia saat melakukan komunikasi misalnya lansia
mengantuk, menguap atau mengatakan lapar saat melakukan komunikasi dengan
perawat.
2. Sensory Overload.
3. Gangguan neurologi.
4. Defisit pengetahuan.
5. Hambatan Verbal.
6. Setting yang tidak tepat.
7. Perbedaan budaya.
D. Kesimpulan
Hambatan dalam komunikasi terapeutik dapat menimbulkan perasaan tegang
baik bagi perawat maupun pasien yang bisa berkisar dari ansietas dan
kekhawatiran sampai frustasi, cinta atau sangat marah. Hal tersebut terjadi
dikarenakan berbagai alasan dan mungkin terjadi dalam berbagai bentuk yang
berbeda. Hambatan-hambatan tersebut yaitu sebagai berikut :
1. Resistens.
2. Transferens.
3. Kontertranferens.
Komunikasi terapeutik pada anak adalah komunikasi yang dilakukan antara
perawat dan klien (anak), yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan
kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan anak. Dalam komunikasi pada anak
membutuhkan pertimbangan khusus sehingga perawat dapat mengembangkan
hubungan kerja yang baik dengan anak maupun dengan keluarga. Perawat
banyak menerima informasi dari orang tua, karena kontak antara orang tua
dengan antar umum akrab, informasi yang diberikan orang tua dapat
diasumsikan dan diandalkan dengan baik.
Hambatan komunikasi terapeutik pada anak yaitu:
1. Keterbatasan dalam perkembangan bahasa, konsep dan
pengalaman.
2. Keterbatasan dalam memahami konsep abstrak.
3. Kadangkala kurang atau tidak tanggap dalam diajak bicara.
4. Ucapan kata tidak jelas.
Menurut WHO, batasan umur seseorang yang tergolong lanjut usia (lansia)
adalah sebagai berikut:
1. Middle age : 45 – 59 tahun
2. Elderly (lansia) : 60 – 70 tahun
3. Old (lansia tua) : 75 – 90 tahun
4. Very Old (lansia sangat tua) : >90 tahun
Prinsip komunikasi terapeutik pada lansia yaitu:
1. Menjaga agar tingkat kebisingan minimum.
2. Menjadi pendengar yang setia, sediakan waktu untuk mengobrol.
3. Menjamin alat bantu dengar yang berfungsi dengan baik (periksa
baterai).
4. Yakinkan bahwa kacamata bersih dan pas.
5. Jangan berbicara dengan keras atau berteriak, bicara langsung
dengan telinga yang dapat mendengar dengan lebih baik. Berdiri
di depan klien.
6. Pertahankan penggunaan kalimat yang pendek dan sederhana.
7. Beri kesempatan pada klien untuk mengenang.
8. Mendorong keikutsertaan dalam aktivitas sosial seperti
perkumpulan orang tua, kegiatan rohani.
9. Membuat rujukan pada terapi wicara dan kegiatan sosial sesuai
kebutuhan.
10. Berbicara pada tingkat pemahaman klien.
11. Selalu menanyakan respons, terutama ketika mengajarkan suatu
tugas atau keahlian.
Hambatan dalam komunikasi terapeutik pada lansia yaitu:
1. Internal Distraksi
Gangguan yang terjadi pada lansia saat melakukan komunikasi
misalnya lansia mengantuk, menguap atau mengatakan lapar saat
melakukan komunikasi dengan perawat.
2. Sensory Overload.
3. Gangguan neurologi.
4. Defisit pengetahuan.
5. Hambatan Verbal.
6. Setting yang tidak tepat.
7. Perbedaan budaya.
DAFTAR PUSTAKA