Anda di halaman 1dari 17

SPESIALIS PSIKILOGI KLINIS ANAK

Makalah ditujukan untuk memenuhi tugas Psikologi Klinis

Dosen Pengampu:

Dra. Psi. Mierrina, M.Si.

Kelompok 8

Anis Nur Fadella (B93219101)

Vita Andriani (B73219094)

Risa Aliyatur Romdhoniyah (B03219051)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

2021
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Spesialis Psikologi Klinis
Anak”.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Psikologi Klinis. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
psikologi klinis yang berfokus pada anak bagi para pembaca dan penulis.

Kami mengucapkan terima kasih pada ibu Dra. Psi. Mierrina, M.Si. selaku dosen
pengampu mata kuliah Psikologi Klinis yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan dalam kesempurnaan makalah
ini.

Surabaya, 20 September 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti yang telah diketahui dalam latar belakang sejarah psikologi klinis, bahwa
psikologi klinis berpijak pada jalur akademik dan praktik. Klinik pertama yang didirikan
oleh Witmer adalah untuk membantu anak-anak yang mempunyai masalah belajar.
Sebelum tahun 1900, anak-anak dianggap sama dengan orang dewasa.
Perlu diketahui terlebih dahulu pengertian yang membedakan antara Psikologi
Pediatrik dan Psikologi Klinis Anak. Psikologi Klinis Anak adalah psikologi terapan
yang menangani penyimpangan-penyimpangan psikologis (perilaku) pada anak dan
remaja. Yang mendasarinya adalah Psikologi Abnormal Anak atau pedologi, yakni
landasan-landasan Psikologi Abnormal atau Psikopatologi yang diterapkan/disesuaikan
dengan kondisi psikologis anak-anak.
Secara umum baik itu psikologi anak klinis, pediatri maupun psikologi pediatri,
ketiganya membahas permasalahan kesehatan anak dalam hal assesmen, intervensi,
pencegahan, dan konsultasi. Terdapat perbedaan antara psikologi pediatri dan psikologi
anak klinis. Psikologi anak klinis berkaitan dengan pemahaman terhadap gejala-gejala
psikolopatologi anak dan remaja yang setting bekerjanya dapat di tempat-tempat praktek
pribadi maupun pasien di luar klinik berbeda halnya dengan psikologi pediatri yang
merupakan bidang psikologi anak klinis yang berada dalam setting kerja medis seperti
rumah sakit, klinik-klinik perkembangan atau praktek medis.1
Pada tahun 1966 ternyata ada 300 psikolog yang bekerja dalam setting pediatri-
dilingkungan rumah sakit, klinik-klinik perkembangan, dan lain-lain. Yang dibantu
adalah anak-anak yang tidak mengalami gangguan berat namun memerlukan perhatian
dan nasihat yang berkaitan dengan perkembangannya di masa depan. Bidang ini
dinamakanPediatric Psychology. Pada tahun 1967 ada dua divisi dalam American
Psychological Association, divisi 1 dan 2, yang membahas masalah anak-anak, yaitu
Clinical Child Psychology dan Pediatric Psychology.

1
http://adi-handoko.blogspot.com/2012/06/psikologi-klinis-anak-dan-pediatri_26.html, diakses tanggal 17
september 2021, pukul 7:20
B. Rumusan Masalah
Apa saja yang dibahas pada ruang lingkup psikologi spesialis klinis anak?
C. Tujuan
Untuk mengetahui apa saja yg dibahas pada ruang lingkup psikologi klinis anak.
BAB II
PEMBAHASAN

Dalam Psikologi Anak Klinis, atau juga disebut Psikologi Klinis Anak, terdapat
sejumlah aktivitas umum bersangkutan dengan anak dan remaja yang telah
mengembangkan simtom psikopatologi. Para pasien bisa berupa pasien dalam maupun
luar yang secara tradisional melibatkan psikolog, psikiater, dan pekerja sosial, bersama-
sama berkolaborasi dengan dokter anak. Sebaliknya Psikologi Pediatrik atau juga disebut
Psikologi Kesehatan Anak, digambarkan sebagai Psikologi Klinis Anak yang
dilaksanakan setting medis, termasuk perumahsakitan, praktek klinik perkembangan, atau
kelompok medis. Dari Journal of Pediatric
Psychology sendiri mengajukan defenisi sebagai berikut:
“Psikologi Pediatrik merupakan suatu bidang interdisipliner yang menyangkut
fungsi dan perkembangan fisik, kognitif, sosial, dan emosional yang berhubungan dengan
masalah kesehatan dan sakit pada anak, remaja, dan keluarga”.
Perhatian yang besar pada kekhususan psikologi untuk anak berkembang karena
beberapa temuan, yaitu :
1. Bertambah banyaknya kasus psikopatologi anak, yakni 22%
2. Banyak gangguan yang terjadi pada anak-anak yang mempunyai konsekuensi serius
pada usia dewasa.
3. Kebanyakan gangguan pada masa dewasa mungkin berasal dari masalah pada masa
kanak-kanak yang tidak terdiagnosis.
4. Perlu dilakukan intervensi untuk mencegah berlanjutnya suatu gangguan pada anak
sampai dewasa.
Bahkan meskipun tumpang tindih bisa terjadi, survei pediatrik dan psikolog klinis
anak menyatakan beberapa perbedaan di antara keduanya. Pertama, klinikus pediatrik
ditandai oleh orientasi cognitive-behavioral, dengan kecenderungan strategis jangka
pendek dan intervensi segera. Sebaliknya, para psikolog klinis anak berbeda dalam
orientasinya (orientasi psikodinamik dan keluarga/sistem lebih banyak digunakan pada
spesialis klinis anak). Kedua, psikolog pediatrik cenderung memberi penekanan pada
masalah-masalah biologis dan medis dalm pendekatannya, baik saat melakukan
pelatihan, riset, maupun servis. Dalam penerapannya, spesialis klinis anak cenderung
memberikan tekanan pada pelatihan asesmen, proses-proses perkembangan, dan terapi
keluarga. Terakhir, psikolog pediatrik tampak lebih banyak melakukan kegiatan dalam
perangkat medis dan akademis.
Dilihat dari sudut perkembangannya, kegiatan yang menyangkut anak dan remaja
memperlihatkan pentingnya sudut pandang perkembangan. Dari perspektif
perkembangan ini, masalah-masalah yang dialami anak-anak dan remaja merupakan
akibat dari penyimpangan dalam salah satu atau beberapa wilayah perkembanan, baik
kognitif, biologis, fisik, emosional, keprilakuan, dan sosial. Pada waktu yang sama,
bagaimanapun akan penting untuk memahami, bahwa: (a) perkembangan merupakan
proses yang aktif, dinamis yang akan paling baik kalau diakses untuk jangka waktu
panjang; (b) masalah-masalah perkembangan yang berbeda pada gangguan klinis; (c)
sebaliknya, masalah-masalah perkembangan yang berbeda bisa jadi mengarah pada hasil
yang sama; (d) proses dan kegagalan perkembangan bisa berinteraksi; dan (e) proses-
proses perkembangan dan lingkungan saling tergantung-setiap pihak saling
mempengaruhi sedemikian rupa sehingga mereka tidk dapat dilihat terpisah, seperti
isolasi dan suatu laboratorium eksperimental.
Dalam pemahaman dasar mengenai masalah Psikologi Pediatrik dan Psikologi
Klinis Anak ini, sering kita berhadapan dengan, mengapa ada anak yang beradaptasi
dengan baik, baik terhadap permasalahan yang sedikit noticeable? Jawaban umum yang
sering ditemukan banyak ahli adalah apa yang disebut resilience, yakni menyangkut
kualitas individual yang berhubungan dengan kemampuan menangani adversity dan
mencapai perkembangan yang baik (Masten & Coatsworth, 1998). Karena itu, para
psikolog tertarik untuk mempelajari faktor-faktor yang berkaitan dengan resilience,
terutama di antara anak-anak yang berada dalam kondisi negatif ketika menghadapi
lingkungan yang tidak menyenangkan. Sebagai contoh, perilaku negatif tampil dalam
bentuk pemarah atau menangis; toilet training; perkembangan yang terlambat muncul
dalam bentuk bicara dan kegiatan berlebih; masalah kebiasaan buruk yang spesifik,
seperti mengisap jempol atau tics.
A. Aktivitas
Aktivitas Psikologi Pediatrik dan Psikologi Klinis Anak dapat dikelompokkan ke
dalam asesmen, intervensi, prevensi, dan konsultasi.
Masalah-masalah yang terkait dengan tipe aktivitas itu antara lain adalah;
epidermologi, situasi, pemahaman siapa yang berperan sebagai klien, serta diagnosis dan
klasifikasi permasalahan.

Termasuk dalam masalah “epidemologi”, terutama dalam dua dekade terakhir


banyak dibicarakan mengenai gangguan lemahnya perhatian/hiperaktivitas (ADHD;
bagaimana hal itu bisa terjadi? Apakah gangguan perilaku (conduct disorder) lebih
banyak terjadi pada anak laki-laki atau pada perempuan? Juga penting untuk mengetahui
perbedaan masalah yang bersangkutan dengan perbedaan umur. Misalnya pada umur
antara satu dan dua tahun masalah yang muncul sering berupa masalah dalam makan.
Hiperaktivitas lebih sering terjadi pada anak laki-laki dari pada perempuan, dan lain
sebagainya.

Tentang siapa klien seorang psikolog spesialis ini, perlu dingat bahwa tidak selalu
mudah untuk menentukan siapa klien secara eksak. Pada suatu kejadian, bias jadi anak
yang bersangkutan yang tepat disebut klien sehingga menjadi objek pemberian treatment.
Tetapi pada kejadian lain, yang ternyata lebih tepat dijadikan klien, adalah ibu, bapak,
atau orang tua secara keseluruhan; bisa jadi seluruh keluarga. Kesalahan, ketidaktahuan
atau miskonsepsi mengenai hal ini, bisa jadi mengarahkan psikolog pada tindakan yang
tidak tepat. Dalam hal ini kita bisa bertindak dari masalah aktual yang terjadi.

B. Masalah Klasifikasi dan Diagnosis


Di Indonesia, mengenai gangguan kejiwaan, termasuk pada anak-anak, mengacu
pada PPDGJ (yang telah dikemukakan terdahulu). Merupakan kenyataan pula, bahwa
PPDGJ itu, termasuk yang III yang terakhir kita miliki mengacu pada DSM IV yang
didasarkan pemikiran dan penemuan para ahli psikiatri Amerika Serikat. Dengan
demikian, kita perlu berhati-hati dalam membuat diagnostik, karena misalnya situasi di
Indonesia belum tentu sama dengan di Amerika Serikat, sementara telah diutarakan
bahwa situasi sangat berperan dalam gangguan pada jiwa dan perilaku anak. Demikian
juga masalah genetik, atau juga masalah nutrisi. Meskipun demikian, terdapat beberapa
hal yang sama, misalnya gangguan perilaku (conduct disorder), internalizing disorder
yang ditandai oleh simtom-simtom cemas, depresi, kemurungan, dan menarik diri dari
lingkungan sosial. Kemudian externalizing disorders yang ditandai oleh perilaku agresif,
impulsif, dan masalah-masalah etika.
C. Asesmen
Pada dasarnya tidak ada perbedaan antara asesmen untuk klinis dewasa dan klinis
anak, karen kedua-duanya menggunakan prinsip yang sama. Namun tedapat beberapa
cara dan tehnik yang berbeda antara pemeriksaan terhadap seorang anak dan terhadap
seorang dewasa.Misalnya untuk anak dan remaja sering diperlukan keterangan dari orang
tua atau orang-orang signifikan lainnya, sedangkan untuk orang dewasa kebanyakan
keterangan didapat dari klien yang bersangkutan. Meskipun demikian, akan sangat
diperlukan izin anak atau remaja untuk mencari informasi dari orang tua atau orang
lainnya, terutama untuk membangun suasana yang baik dalam keseluruhan proses
konsultasi atau terapi, di samping tentu saja isi informasi yang didapat juga sangat
bermanfaat. Selain tu, juga diperlukannya keterangan dari orang lain, adalah karena anak
dan remaja masih banyak yang belum mengetahui dengan tepat peranan profesional di
bidang kesehatan mental, sehingga bisa mengalami resistensi atau mengalami rasa takut.
Pada dasarnya asesmen untuk anak dan remaja tidak berbeda dengan untuk orang
dewasa, yakni wawancara, observasi perilaku, dilanjutkan dengan tes inteligensi, tes
prestasi, tes proyektif, kuesioner atau dan daftar pertanyaan,asesmen neuropsikologis,
asesmen kognitif dan asesmen.Sering orang mengatakan asesmen pada anak dan remaja
relatif lebih mudah dibandingkan dengan asesmen terhadap orang dewasa, karena orang
orang dewasa mampu membangun berbagai macam pertahanan diri, misalnya
rasionalisasi, sementara anak dan remaja biasanya lebih spontan untuk mengajukan
masalah apa yang dihadapinya. Pendapat ini tidak selalu benar, karena seorang anak juga
memiliki kesukaan untuk mengajukan permasalahan maupun akurasi masalah yang
sebenarnya, berhubung dengan keterbatasan daya ingatnya. Oleh karena itu, lebih baik
untuk mendapatkan hasil asesmen yang baik, akurat, dan bermanfaat, antara terapis atau
aseseor dan klienatau asesi perlu dibangun hubungan yang baik, good rapport. Hubungan
yang baik adalah setengah langkah ke arah diagnostika yang tepat; dan diagnostika yang
tepat merupakan setengah langkah menuju perbaikan yang dikehendaki.
D. Intervensi
Sepertipun bagi orang dewasa yang bermasalah atau terganggu secara kejiwaan,
terdapat berbagai pendekatan dan teknik intervensi yang dapat diberikan kepada anak-
anak dan remaja yang terganggu atau bermasalah. Secara umum dapat dikemukakan
beberapa pendekatan, yakni : terapi psikodinamik, terapi perilaku, dan terapi kogitif
perilaku, ditambah dengan teknik yang khas anak dan remaja atau terapi bermain dan
terapi kelompok dan keluarga.
Dalam pendekatan psikodinamik, menurut Anna Freud, meskipun tetap
diperlukan kemampuan verbal, berpikir simbolis, dan pemahaman atas berbagai teknik
pertahanan diri, diperlukan peruabahan dan penyesuaian. Hal itu disebabkan karena anak
kecil maupun remaja belum memiliki kemampuan verbal yang tinggi, abstrak, proses
intropeksi. Modifikasi yang dilakukan mulai dari seringnya pertemuan, yang kalau dalam
psikoanalitik Freud bisa sampai 3 atau 4 kali seminggu, maka pada anak cukup satu atau
dua kali saja. Kemudian pendekatan yang digunakan terhadap anak juga sebaiknya
dengan teknik sampai betul-betul anak mendapatkan pemahaman atau insight dalam
pertemuan terapis.
“Terapi bermain”, merupakan terapi yang paling banyak dilakukan terhadap anak-
anak. Dibandingkan dengan pendekatan psikoanalisis Freud dalam teknik analisis impian
dan asosiasi bebas, terapi bermain ini jauh lebih memadai. Apa yang terjadi dalam terpai
bermain, adalah anak-anak yang bermasalah itu berhadapan dengan berbagai macam alat
permainan, seperti boneka-boneka, atau alat-alat lainnya. Proses yang terjadi dalam terapi
ini bisa terjadi mulai dari anak seolah-olah menemukan identitas dirinya, menemukan
orang atau figur yang dibutuhkannya, atau bahkan sampai menemukan tempat untuk
katarsis yang berupaya objek untuk melampiaskan agresi yang selama ini terbendung.
Bisa saja sangat ringan dalam bentuk terdapatnya kesempatan pada sesi terapi untuk
melepaskan kelebihan energinya (sebagaimana diterangkan dalam jenis psikologi yang
disebut psikologi daya-daya, vermogen psychologie).
“Terapi Perilaku” pada anak dianggap penting dan khas karena anak-anak belum
memiliki pemikiran yang dapat diandalkan untuk mencamkan apa yang sebaiknya
dilakukan dan apa yang tidak. Misalnya, seorang anak yang kalau pulang sekolah, lari
masuk ke dalam rumah sambil melemparkan sepatu ke arah tempat sepatu, tetapi tentu
saja tidak rapi. Ini, katakanlah kebiasaan buruk yang telah lama berlangsung. Sang ibu
sudah puluhan kali menyuruh anak untuk membuang kebiasaan itu dan menyimpan
sepatu itu dengan rapi di tempat yang disediakan. Jadi, tidak sekedar menyuruh,
walaupun misalnya dengan mengemukakan alasan apa sebab dan manfaatnya, melainkan
dengan mengawasi sampai ia sendiri melakukannya.
E. Pelatihan untuk menjadi Psikolog Klinis Anak dan Pediatrik
Setelah menjalani pendidikan/pelatihan menjadi psikolog klinis anak dan
pediatrik, diperlukan pendidikan tambahan berupa pelatihan-pelatihan, yang antara lain
dikemukakan Robert dkk. (1998), yang pada dasarnya meliputi:
 Psikologi perkembangan rentang kehidupan, untuk mendapatkan keahlian dalam
proses perkembangan yang meliputi segala aspek, dan bagaimana memahami proses
itu berpengaruh terhadap aspek asesmen, diagnosis, penangan, dan hasil.
 Psikopatologi perkembangan rentang kehidupan, menyangkut informasi mengenai
perkembangan abnormal dan gangguan yang menyangkut mental dan emosional.
 Metode asesmen keluarga, remaja, dan, anak, menyangkut administrasi dan
interpretasi asesmen dalam intelektual, kepribadian, perilaku, keluarga, dan konteks
sosio-kultural.
 Strategi-strategi intervensi, yang berhubungan dengan anak, remaja, keluarga, orang
tua, dan sekolah serta komunitas.
 Metode riset dan evaluasi sistem-sistem. Masalah-masalah ini dimaksudkan agar
psikolog dalam membuat penelitian lanjutan akrab dengan metode riset agar mampu
menangani hasil asesmen dan intervensi yang kritis.
 Masalah-masalah profesional, etik, dan hukum, baik menyangkut anak yang
bermasalah itu sendiri, juga untuk psikolog sendiri seandainya ada satu dan lain hal
yang menyangkut masalah-masalah itu.
 Masalah-masalah diversitas, yakni adanya perbedaan-perbedaan atau pluraliseme
dalam banyak hal, seperti etnik dan kultur , yang sering berhubungan dengan, baik
penafsiran data asesmen, jenis intervensi, bahkan sistem pemberian laporan kepada
orang tua dan lain-lain.
 Sistem disiplin multiple dan servis penyampaian, karena penanganan masalah anak
banyak menuntut multi atau interdisiplin. Psikolog seyogyanya mengerti bagaimana
disiplin lain yang mengenai anak bekerja.
 Promosi prevensi, dukungan keluarga, dan kesehatan, terutama karena psikolog perlu
untuk memikirkan pula masa depan anak, selain menangani apa yang dialaminya saat
ini.
 Masalah-masalah sosial yang berpengaruh pada anak, remaja dan keluarga, yang saat
ini makin banyak dan kadang-kadang tidak terduga bakal mempengaruhi kehidupan
anak sehari-hari. Masalah-masalah komersial yang mendasari tayangan televisi,
misalnya bisa berpengaruh banyak terhadap anak dan remaja.
 Pengalaman spesialis di bidang asesmen, intervensi, dan konsultasi, sehingga
psikolog ini dapat bekerja menangani anak dalam berbagai setting.2
F. Isu dalam Menangani Anak- Anak
Adapun isu yang harus diperhatian saat klinisi berkerja menangani anak-anak
antara lain: Umur sebagai pertimbangan
1. Developmental Perspective (M ichael Rutter)
2. Normal vs Abnormal
a. Keluhan: Ibu pergi, anak menangis. Maka bila anak masih berusia 8 bulan adalah
normal, karena ada tugas perkembangan attachment dan objek permanen
b. dicurigai gangguan kecemasan berpisah.
3. Sistem diagnostik
4. Ada beberapa kasus psikopatologik dengan kriteria gangguan sama dengan dewasa
(PTSD, Skizofrenia), namun tetap harus disesuaikan dengan kondisi anak (dari
simptom pada umumnya).
5. Pertimbangan-pertimbangan dalam evaluasi gangguan perilaku anak:
a. Umur dan sex
b. Beberapa gejala normal pada anak-anak, lihat gejala lain yang mengikuti.
c. Taraf fungsi dan progresi perkembangan

2
https://pdfcookie.com/documents/makalah-psikologi-klinis-anak-dan-pediatri-rvr7d6wdjw2o , diakses tanggal
17 september 2021, pukul 7:20
d. Bagaimana menghadapi tuntutan lingkungan (refleksi retardasi, regresi, atau tidak
lazim dalam usia perkembangannya)
e. Tugas perkembangan
f. Kaitan dengan sosialisasi
g. Pola perilaku apakah mengganggu tugas perkembangan, kaitan dengan
kompetensi dan penyesuaian masa depan.
G. Gangguan Permanen Anak
Beberapa orangtua memiliki keyakinan, “Seiring berjalannya waktu perilaku
bermasalah akan hilang”. Sebagian benar, dan sebagian lagi tidak terbukti.
3 aspek:
a. Kontinuitas psikopatologi:
a) Beberapa Gangguan. Perilaku masa anak-anak sebagai indikator gangguan
masa dewasa (autis, skizofrenia, M R)
b) Individu unik: contoh gangguan Penyesuaian dan Gangguan Emosi
b. Syarat durasi tuk diagnosa psikopatologis
a) Tercantum di DSM -IV
b) Berapa lama durasi sejak kejadian „buruk‟
c. Syarat durasi tuk intervensi
a) Kaitan dengan syarat untuk diagnosa
H. Model Pelayanan pada Penanganan Anak
a. Setting: RS, rumah, sekolah
b. Pertimbangan lingkungan faktor yang memengaruhi perilaku anak
c. Keluarga
d. Sekolah
I. Intervensi anak-remaja:
a. Psikoterapi individual
b. Psikoterapi Kelompok
c. Terapi Bermain
d. Terapi behavioral dan kognitif-behavioral
e. Latihan keterampilan
f. Psikofarmakologi
J. Intervensi orangtua:
a. Konsultasi
b. Latihan pendidikan
K. Intervensi keluarga:
a. Terapi keluarga
b. Dukungan pemberdayaan keluarga
L. Intervensi sekolah dan masyarakat:
a. Konsultasi dengan sistem hukum
b. Konsultasi dalam setting medis
M. Isu-Isu Perkembangan Anak
Tingkat perkembangan anak berpengaruh terhadap kesehatan mental anak
1. Bahasa (ekspresif, reseptif)
2. Intelegensi

Tindakan preventif: pelatihan problem solving, komunikasi, interaksi social perlu tapi
tetap support dari sistem keluarga diperhatikan

N. Isu- Isu Kontekstual


Dalam menangani anak perhatikan juga:
a. Keluarga:
1. Perkawinan orangtua
2. Keuangan orangtua
3. Stressor orangtua
4. Pola asuh orangtua
b. Sekolah:
1. Teman
2. Guru
3. Aturan sekolah
O. Pelayanan Kesehatan Mental Berbasis Sekolah
a. Adelman, agar fungsi sekolah efektif:
i. Meningkatkan upaya berbasis kelas untuk memungkinkan pembelajaran
ii. Memberi pelayanan khusus keluarga & anak yang membutuhkan
iii. Merespon dan mencegah krisis
iv. Beri dukungan bagi transisi
v. Meningkatkan peran keluarga
vi. Peran masyarakat juga diupayakan utk support sekolah
Menurut Adelman: Konsep sekolah yang baik adalah seperti one stop shopping
pelayanan kesehatan berbasis sekolah. Tugas Guru & petugas kesehatan mental:
1. Memfasilitasi kompetensi sosial
2. Memantau perilaku
3. Memanipulasi kontingensi
4. Mendorong penggunaan keterampilan yang telah dipelajari di sekolah
Rekomendasi untuk Petugas Kesehatan Mental dalam menjalankan tugas:
1. Memperlajari hukum , kebijakan, prosedur untuk pendidikan
2. Upaya memahami budaya sekolah
3. Mengembangkan hubungan kerja dan pertemanan dengan guru dan staf sekolah
4. Buat jadwal reguler untuk jumpa dengan para pendidik.
5. Memberitahukan rencana penanganan dan menawarkan umpan-balik kepada guru
setelah menangani anak.
6. Bersikap reseptif terhadap kekhawatiran guru tentang siswanya.
7. Membantu mengembangkan sekolah dan latihan untuk guru.
8. Lebih banyak menyediakan waktu dan banyak terlibat di sekolah.
9. Jadwal konsisten dan fleksibel dalam memberi pelayanan.
10. Fokus pada usaha pencegahan dan intervensi dini
P. Isu Etik dan Hukum
Posisi Psikolog adalah diantara anak, keluarga, negara dan profesinya. Dalam
menangani anak inform consent dibuat oleh orangtua. Terutama untuk anak yang usianya
dibawah 14 tahun, hal ini karena anak dibawah usia 14 tahun masih dianggap belum
kompeten, dan orangtua secara hukum masih wajib bertanggungjawab atas anak.
Walau klien adalah anak-anak, etika menjaga rahasia tetap harus dilakukan
terutama untuk masalah yang sensitive seperti korban pelecehan seks, anak terkena HIV
sejak lahir, dll.3

3
M ade Diah Lestari dkk, Psikologi Klinis, hal.41-45
BAB III
PENUTUP

Psikologi Pediatrik atau juga disebut Psikologi Kesehatan Anak, digambarkan


sebagai Psikologi Klinis Anak yang dilaksanakan setting medis, termasuk
perumahsakitan, praktek klinik perkembangan, atau kelompok medis. Dari Journal of
Pediatric Psychology sendiri mengajukan defenisi sebagai berikut:
“Psikologi Pediatrik merupakan suatu bidang interdisipliner yang menyangkut
fungsi dan perkembangan fisik, kognitif, sosial, dan emosional yang berhubungan dengan
masalah kesehatan dan sakit pada anak, remaja, dan keluarga”.
Perhatian yang besar pada kekhususan psikologi untuk anak berkembang karena
beberapa temuan, yaitu :
1. Bertambah banyaknya kasus psikopatologi anak, yakni 22%
2. Banyak gangguan yang terjadi pada anak-anak yang mempunyai konsekuensi serius
pada usia dewasa.
3. Kebanyakan gangguan pada masa dewasa mungkin berasal dari masalah pada masa
kanak-kanak yang tidak terdiagnosis.
4. Perlu dilakukan intervensi untuk mencegah berlanjutnya suatu gangguan pada anak
sampai dewasa.
Dilihat dari sudut perkembangannya, kegiatan yang menyangkut anak dan remaja
memperlihatkan pentingnya sudut pandang perkembangan. Dari perspektif
perkembangan ini, masalah-masalah yang dialami anak-anak dan remaja merupakan
akibat dari penyimpangan dalam salah satu atau beberapa wilayah perkembanan, baik
kognitif, biologis, fisik, emosional, keprilakuan, dan sosial.
Dalam pemahaman dasar mengenai masalah Psikologi Pediatrik dan Psikologi
Klinis Anak ini, sering kita berhadapan dengan, mengapa ada anak yang beradaptasi
dengan baik, baik terhadap permasalahan yang sedikit noticeable? Jawaban umum yang
sering ditemukan banyak ahli adalah apa yang disebut resilience, yakni menyangkut
kualitas individual yang berhubungan dengan kemampuan menangani adversity dan
mencapai perkembangan yang baik (Masten & Coatsworth, 1998). Karena itu, para
psikolog tertarik untuk mempelajari faktor-faktor yang berkaitan dengan resilience,
terutama di antara anak-anak yang berada dalam kondisi negatif ketika menghadapi
lingkungan yang tidak menyenangkan. Sebagai contoh, perilaku negatif tampil dalam
bentuk pemarah atau menangis; toilet training; perkembangan yang terlambat muncul
dalam bentuk bicara dan kegiatan berlebih; masalah kebiasaan buruk yang spesifik,
seperti mengisap jempol atau tics.
a. Aktivitas
b. Masalah Klasifikasi dan Diagnosis
c. Asesmen
d. Intervensi
e. Pelatihan untuk menjadi Psikolog Klinis Anak dan Pediatrik
f. Isu dalam Menangani Anak- Anak
g. Gangguan Permanen Anak
h. Model Pelayanan pada Penanganan Anak
i. Intervensi anak-remaja
j. Intervensi orangtua
k. Intervensi keluarga
l. Intervensi sekolah dan masyarakat:
m. Isu-Isu Perkembangan Anak
n. Isu- Isu Kontekstual
o. Pelayanan Kesehatan Mental Berbasis Sekolah
p. Isu Etik dan Hukum
DAFTAR PUSTAKA

Diambil dari website http://adihandoko.blogspot.com/2012/06/psikologi-klinis-


anak-dan pediatri_26.html, (Diakses tanggal 17 september 2021)

Diambil dari website https://pdfcookie.com/documents/makalah-psikologi-


klinis-anak-dan-pediatri-rvr7d6wdjw2o (Diakses tanggal 17 september
2021)

M ade Diah Lestari dkk, Psikologi Klinis

Anda mungkin juga menyukai