Anda di halaman 1dari 6

Journal of Innovative Counseling : Theory, Practice & Research (2018), 2 (2), pp.

51–56
Program Studi Bimbingan dan Konseling | Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan |
Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya (UMTAS) INNOVATIVE
ISSN (Print): 2548-3226 |ISSN (Online): 2580-7153 COUNSELING

KONSEP PSYCHOLOGICAL WELL-BEING


SERTA IMPLIKASINYA DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

Irma Yuliani*)
*)
SMA Negeri 1 Singaparna
(e-mail) irmayuliani2511@gmail.com:

Abstract
Abstract. The purpose of this article is to explain psychological well-being concept to be applied in
guidance and counseling. Guidance and counseling service to improve psychological well-being
could be a way to help people achieve their optimum individual potention in every phase of devel-
opment, so they clould live with happy and prosperous. Feeling happiness, fun, and satisfaction are
the outcome of psychological well-being. Therefore, psychological well-being concept become im-
portance to be applied in guidance and counseling.

Keywords: psychological well-being, guidance and counseling.

Rekomendasi Citasi: Yuliani, Irma. (2018). Konsep Psychological Well-Being serta Implikasinya dalam
Bimbingan dan Konseling. Journal of Innovative Counseling : Theory, Practice & Research, 2 (2): pp. 51-
56

Article History: Received on 18/12/2017; Revised on 25/04/2018; Accepted on 20/07/2018; Published


Online: 12/08/2018. This is an open access article distributed under the Creative Commons Attribution
License, which permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the
original work is properly cited. © 2017 Journal of Innovative Counseling : Theory, Practice & Research

Pendahuluan pengembangan potensi siswa di sekolah dan


berguna dalam pengembangan program-
Psychological well-being pada saat ini program pendidikan bagi siswa agar dapat
menjadi topik yang dibahas dalam berbagai mengembangkan potensinya (Huebner, Gilman
penelitian empiris, dan semakin menjadi fokus & Jurlong, 2009), salah satunya melalui layanan
dari perhatian publik (Lewis, 2014, hlm. 417). untuk meningkatkan psycological well-being
Minat psikolog terhadap studi psychological pada lingkup bimbingan dan konseling sebagai
well-being terus meningkat bersamaan dengan sarana untuk mengatasi berbagai permasalahan
konsep kebahagiaan (Ryff, 1989, hlm.169). khususnya di lingkunan Sekolah.
Well-being didasari oleh psikologi positif yang Terdapat permasalahan yang dialami
mengkaji studi ilmiah dari apa yang benar- anak Indonesia berkaitan dengan beberapa
benar terjadi dalam hidup, dan hal-hal berharga kasus kekerasan. Berdasarkan International
dalam hidup meliputi optimisme, kesejahteraan, Research on Women (ICWR) 2015 dalam
kebahagiaan, kreatiftas, self-efficacy, kebijaksa- Permendikbud nomor 82 tahun 2015
naan, kesehatan, serta pengambilan keputusan memaparkan bahwa 84% siswa pernah
yang melibatkan kekuatan pribadi (Seperti: mengalami kekerasan di sekolah, 75% siswa
fisik, kognitif, sosioemosional) sebagai indi- mengakui pernah melakukan kekerasan di
katornya (Huebner, Gilman & Jurlong, 2009). sekolah, 45% siswa laki-laki menyebutkan
Kajian terhadap psikologi positif men- bahwa guru atau petugas sekolah merupakan
jadi penting karena merupakan kunci dalam pelaku kekerasan, 22% siswa perempuan
51
Konsep Psychological Well-being serta Implikasinya dalam Bimbingan dan konseling
Yuliani, Irma

menyebutkan bahwa guru-petugas sekolah kesejahteraan dan keselamatan dalam


merupakan pelaku kekerasan. kehidupannya. Dengan demikian, konsep psy-
Berdasarkan United Nations chological well-being penting diaplikasikan
International Children’s Emergency Fund dalam layanan bimbingan dan konseling di
(UNICEF) 2015 sebanyak 40% siswa usia 13- sekolah, agar mampu membimbingsiswa men-
15 tahun pernah mengalami kekerasan fisik jadi pribadi yang sejahtera baik secara individu-
oleh teman sebaya, 50% anak melaporkan al maupun sosial.
mengalami perundungan (bullying) di sekolah.
Selain itu, jumlah anak sebagai pelaku Pembahasan
kekerasan (bullying) di sekolah mengalami Psychological well-being dikembangkan
kenaikan dari 67 kasus pada 2014 menjadi 79 berdasarkan konsep fungsi psikologi positif
kasus di 2015 (Rostanti & Hazliansyah, 2015). yang mencakup perspektif dari konsep self ac-
Fakta di atas dapat dijadikan indikator tualization dari Maslow, dan fully functioning
bahwa siswa di Indonesia belum sejahtera, person dari Rogers, dan formulation maturity
karena terlihat masih adanya perilaku siswa dari Allport dalam setiap perkembangan indi-
yang melakukan kekerasan di sekolah. Pelaku vidu. Teori psychological well-being lahir dari-
kekerasan menunjukkan ketidaksehatan mental pedekatan eudamonic, yang terdiri dari tiga
dan ketidakmampuan dalam mengelola ling- konsep teori, yaitu aktualisasi diri, fully func-
kungan dan menjalin hubungan yang positif tioning person, dan formulation maturity yang
dengan orang lain. Siswa yang berkesulitan diintegrasikan menjadi konsep psychological
dalam menjalin hubungan yang positif dengan well-being multidimensi (Ryff & Singer, 2006).
orang lain, tidak mampu mengelola lingkungan Ryff mengembangkan kerangka teoretis
secara efektif, serta tidak dapat menentukan mengenai psychological well-being berdasarkan
tindakan secara mandiri dan bertanggung perjalanan hidupnya. Ryff mendefinisikan
jawab. kehidupan yang baik adalah kehidupan yang
Kondisi diatas menunjukkan siswa memiliki kesamaan dalam bentuk kebahagiaan
berada pada kondisi psychological well-being serta hal yang positif dan tidak adanya penyakit
yang rendah., karena ketidakmandirian dalam psikologis (Dierendonck, dkk, 2008).
menyelesaikan masalah secara efektif. Hal Psycological well-being merupakan
tersebut di pertegas oleh Ryff (1995) yang suatu kondisi individu yang memiliki
mengungkap jika individu memiliki skor yang kemampuan dalam menentukan keputusan
rendah dalam dimensi otonomi maka akan hidupnya secara mandiri, mampu menguasai
berpengaruh terhadap rendahnya lingkungan secara efektif, mampu menjalin
psychologocial well-being. hubungan yang positif dengan orang lain,
Psychological well-being berkaitan erat mampu menentukan dan menjalankan arah dan
dengan pencapaian potensi danperkembangan tujuan hidup, mampu menerima diri secara
individu mencaai kemandirian dan hidup se- positif, dan mengembangkan potensinya secara
jahtera. Maka, secara konseptual psychological kontinu dari waktu ke waktu (Ryff, 1989).
well-being termasuk kajian dalam lingkup Ryff & Keyes (1995) memaparkan
bimbingan dan konseling, salah satunya dalam bahwa psychological well-being mencakup
bidang pribadi dan sosial, sesuai dengan enam dimensi teoretis, yaitu: (1) otonomi
Permendikbud nomor 111 tahun 2014 tentang (autonomy), (2) hubungan positif dengan orang
Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan lain (positie relations with others), (3)
Dasar dan Pendidikan Menengah yang penguasaan lingkungan (environmental
dirincikan adanya bimbingan dan konseling mastery), dan (4) pertumbuhan pribadi
pribadi dan sosial bermuara pada pencapaian (personal growth), (5) tujuan hidup (purpose in
potensi yang optimal disetiap fase life), dan (6) penerimaan diri (self accaptance).
perkembangannya dan mencapai kebahagiaan,

52
JOURNAL OF INNOVATIVE COUNSELING : THEORY, PRACTICE & RESEARCH
Vol.2, No.2, Agustus 2018
Available online: http://journal.umtas.ac.id/index.php/innovative_counseling
Yuliani, Irma

Otonomi, mengacu pada individu yang Psychological well-being pada da-


memiliki keyakinan tentang dirinya dan mampu sarnya termasuk salah satu tujuan dari layanan
hidup mandiri (Lopez, dkk., 2010). Penguasaan bimbingan dan konseling, yakni memberikan
lingkungan, berarti kemampuan untuk bantuan kepada siswa agar mencapai kehidupan
mengelola lingkungan secara efektif, mampu yang bermakna dan berbahagia baik secara
memanfaatkan kesempatan secara positif untuk personal maupun sosial (Yusuf, 2009, hlm. 38).
mengembangkan diri atau meningkatkan Artinya, muara dari pemberian bantuan dari
kemampuan yang dimilikinya (Ryff, 1989). layanan bimbingan dan konseling adalah pen-
Pertumbuhan pribadi mencakup capaian potensi yang optimal dalam setiap fase
pengembangkan potensi yang dimiliki sebagai perkembangannya agar individu dapat bahagia
kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri yang dan sejahtera dalam hidupnya. Perasaan baha-
karakteristik utama adalah menjadi indvidu gia, menyenangkan, serta memuaskan merupa-
yang terbuka terhadap pengalaman baru (Ryff, kan hal yang dihasilkan dari psycological well-
1989). Hubungan positif dengan orang lain being.
menekankan pada pentingnya hubungan Konsep psycological well-being dalam
interpersonal dan saling percaya, yang meliputi bimbingan dan konseling secara implisit sesuai
kemampuan untuk mencintai sebagai salah satu dengan dasar hukum implementasi bimingan
komponen utama kesehatan mental. Adanya dan konseling di sekolah. Berdasarkan
perasaan empati dan kasih sayang dalam Permendikbud nomor 111 tahun 2014 tentang
menjalin hubungan orang lain juga Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan
menunjukkan aktualisasi diri dari individu Dasar dan Pendidikan Menengah disebutkan
(Ryff, 1989). bahwa tujuan bimbingan dan konseling pribadi,
Tujuan hidup berkaitan dengan adanya serta tujuan bimbingan dan konseling sosial
keyakinan individu tentang tujuan dan makna adalah sebagai berikut.
hidup. Kedewasaan seseorang ditandai dengan Bimbingan dan konseling pribadi di-
adanya pemahaman yang jelas dan terarah maksudkan untuk memambtu peserta
tentang tujuan dan arah hidup serta makna didik/konseli agar mampu, memahami potensi
hidup itu sendiri (Ryff, 1989). Penerimaan diri diri dan memahami kelebihan dan kelema-
merupakan ciri utama kesehatan mental, dan hannya baik kondisi fisik maupun psikis,
karakteristik dari aktualisasi diri serta mengembangkan potensi untuk mencapai
kedewasaan. Penerimaan diri juga melingkupi kesuksesan dalam kehidupannya, menerima
penerimaan pada kehidupan masa lalu (Ryff, kelemahan dan kondisi diri dan mengatasinya
1989). secara baik, mencapai keselarasan perkem-
Dengan melibatkan siswa dalam bangan antara cipta-rasa-karsa, mencapai kema-
lingkungan pendidikan, khususnya guru bimb- tangan/kedewasaan cipta-rasa-karsa secara tepat
ingan dan konseling. Secara konseptual, dimen- dalam kehidupannya sesuai nilai-nilai luhur,
si-dimensi psychological well-being yang telah dan mengaktualisasikan dirinya sesuai dengan
dideskripsikan diatas termasuk dalam hal yang potensi diri secara optimal berdasarkan nilai-
memengaruhi perkembangan individu yang nilai luhur budaya dan agama. Bimbingan dan
harus diperhatikan agar dapat menunjang pen- konseling sosial bertujuan untuk membantu
capaian potensi yang optimal. Terlebih apabila peserta didik/konseli agar mampu berempati
dimensi-dimensi psychological well-being dit- terhadap kondisi orang lain, memahami
ingkatkan, maka secara otomatis setiap individu keragaman latar sosial budaya, menghormati
akan sejahtera. Salah satunya melalui proses dan menghargai orang lain, menyesuaikan diri
pendidikan dan bimbingan baik dalam ling- dengan nilai dan norma yang berlaku, ber-
kungan keluarga maupun sekolah, serta interaksi sosial yang efektif, bekerjasama
masyarakat dengan memperhatikan sifat ke- dengan orang lain secara bertanggung jawab,
manusiawiaan (Kartadinata, 2011, hlm.14)
53
Konsep Psychological Well-being serta Implikasinya dalam Bimbingan dan konseling
Yuliani, Irma

dan mengatasi konflik dengan orang lain ber- serta tidak melecehkan martaban dan
dasarkan prinsip yang saling menguntungkan. harga diri orang lain;
Pertumbuhan dan pengembangan indi- e) memiliki pemahaman dan penerimaan
vidu yang otonom, mampu menjalin hubungan diri secara positif, objektif dan kon-
positif dengan orang lain untuk mencapai keba- struktif, baik yang terkait dengan
hagiaan, keselamatan, kebermaknaan, dan kese- keunggulan maupun kelemahan, baik
jahteraan menjadi tujuan utama dalam pem- fisik maupun psikis;
berian bantuan layanan bimbingan konseling f) memiliki kemampuan melakukan pilihan
pada bidang pribadi sosial. dan membuat keputusan secara sehat da
Kemampuan dalam menerima diri efektif;
secara positif, mampu bertubuhan dan berkem- g) memiliki kemampuan berinteraksi sosial
bang secara kontinu, memiliki keyakinan bah- (human relationship) yang diwujudkan
wa kehidupan itu bermakna dan memiliki dalam bentuk hubungan persahabatan,
tujuan hidup, memiliki hubungan yang positif persaudaraan, atau silaturahmi dengan
dengan orang lain, kemampuan mengelola sengan sesama manusia;
lingkungan secara efektif, serta mampu menen- h) memiliki kemampuan interpersonal, baik
tukan tindakan sendiri merupakan dimensi yang dalam menyelesaikan konflik yang bersi-
secara konseptual merupakan psychologial fat internal maupun dengan orang lain.
well-being (Ryff & Keyes, 1995). Aspek-aspek pribadi sosial yang
Pentingnya layanan bimbingan dan dikemukakan oleh Suherman (2015) secara
konseling sebagai upaya peningkatan psycho- eksplisit dapat mewakili dimensi-dimensi psy-
logical well-being pada siswa dapat diperkuat chological well-being, seperti: otonomi, pen-
melalui aspek-aspek pribadi-sosial. Secara rinci guasaan lingkunga, pertumbuhan pribadi, hub-
aspek-aspek pribadi sosial sebagai tujuan khu- ungan yang positif dengan orang lain, tujuan
sus pencapaian pelaksanaan layanan bimbingan hidup, dan penerimaan diri.
dan konseling diuraikan sebagai berikut (Su- Penjabaran tujuan khusus pribadi-sosial
herman, 2015, hlm. 16-17): diatas psychological well-being dan pertim-
a) memahami tentang kondisi, irama, dan bangan berdasarkan dimensi-dimensi psycho-
tuntutan kehidupan lingkungan yang logical well-being yang mencakup, otonomi,
pluktuatif antara yang menyenangkan pertumbuhan pribadi, penguasaan lingkungan,
dan tidak menyenangkan, serta mampu hubungan yang positif dengan orang lain, tujuan
meresponnya secara positif sesuai hidup, dan penerimaan diri dapat menjadi salah
dengan norma pribadi, sosial, dan ajaran satu acuan dalam pengembangan layanan
agama yang dianut; bimbingan dan konseling untuk psychological
b) memiliki komintmen yang kuat dalam well-being siswa. Peningkatan psychological
mengamalkan nilai keimanan dan keta- well-being siswa tidak hanya pada bidang
qwaan kepada Tuhan yang Maha Esa, pribadi-sosial, akan tetapi dapat diintegrasikan
baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pada semua bidang scara utuh baik belajar
pertemanan, tempat bekerja, sekolah, maupun karir.
maupun kehidupan masyarakat pada Sehingga, layanan bimbingan konsel-
umumnya; ing untuk meningkatkan kesejahteraan
c) memiliki sikap toleransi terhadap orang psikologis setidaknya mencakup enam dimensi
lain, saling menghormati dan memiliki dalam psycholocgical well-being, (seperti
sikap toleransi terhadap orang lain, saling otonomi, memiliki tujuan hidup, mempu
menghaormati dan memelihara hal dan mengelola lingkungan, memiliki hubungan
kewajiban masing-masing; yang positif dengan orang lain, pertumbungan
d) sikap respect terhadap orang lain, pribadi, dan mampu menerima diri) dalam
menghormati dan menghargai orang lain, keseluruhan aspek kehidupan.

54
JOURNAL OF INNOVATIVE COUNSELING : THEORY, PRACTICE & RESEARCH
Vol.2, No.2, Agustus 2018
Available online: http://journal.umtas.ac.id/index.php/innovative_counseling
Yuliani, Irma

Dengan demikian, rancangan program satunya memiliki mental yang sehat, dan se-
bimbingan dan konseling komprehensif untuk jahtera dalam hidupnya, serta memilki psycho-
meningkatkan psychological well-being yang logical well-being yang tinggi. Karena, ketika
mengintegrasikan hasil analisis kebutuhan da- siswa memiliki psychological well-being yang
lam empat bidang, baik pribadi, sosial, belajar, tinggi ia akan tumbuh menjadi pribadi yang
dan karir secara utuh. Sehingga, dapat menjadi mandiri, sejahtera, dan bahagia.
layanan bimbingan dan konseling komprehen-
sif sebagaimana menurut Yusuf & Nurihsan
(2012) pengembangan program bimbingan dan DAFTAR PUSTAKA
konseling komprehensif meliputi layanan dasar,
layanan responsif, perencanaan individual dan Currie, J. (2005). Welfare and the well-being of
dukungan sistem yang meluputi empat bidang children. Switzerland: Harwood Ac-
layanan, yaitu: pribadi, ssoial, belajar, dan karir ademic Publishers.
secara utuh. Dieredonck, dkk. (2008). Ryff’s six factor mod-
Dalam pengembangan keilmuan el of psychological well-being,a span-
bimbingan dan konseling yang kompfehensif is exploration. Soc Indic Res, Spinger
dan mengikuti perkembangan zaman, adanya Sience and Business, 01 (87), 473-
pembahasan mengenai perlunya mencapai 479.
perkembangan pribadi siswa secara optimal dan Huebner, R., Gilman, E.S., & Furlong, J.
meraih kebahagiaan, kesejahteraan, serta (2009). A conceptual model for re-
mampu menyesuaikan diri dan memiliki search in positive psychology in chil-
keserasian hubungan dengan lingkungan dren and youth. Dalam Rich Gilman,
sosialnya menjadi hal yang penting, dan harus E. Scoot Huener & J. Furlong
menjadi komitmen bersama semua pihak. (Penyunting). Handbook of positive
Peningkatan psychological well-being pada psychology in school. New York:
sada siswa menjadi hal yang penting untuk Routlege.
mendukung tujuan pendidikan dan tujuan Kartadinata, S. (2011). Menguak tabir bimb-
bimbingan dan konseling agar siswa dapat ingan dan konseling sebagai upaya
menjadi pribadi yang otonom, bahagia, dan pedagogis. Bandung: UPI Press.
sejahtera hidupnya. Lewis, B. (2007). The happiness revolution.
New york: Alive and Halthy Institute
Kesimpulan Press.
Peningkatan psychological well-being Lopez, dkk. (2010). Psycological well being,
pada siswa melalui layanan bimbingan dan assesment tools and related factors.
konseling dapat menjadi upaya membantu Dalam Ingrid E. Wells (Penyunting).
siswa mengembangkan potensinya tanpa Psychological well-being (hlm. 77-
mengalami hambatan dalam pencapaian tugas 113). New york: Nova Science Pub-
perkembangannya dengan mempertimbangkan lishers, Inc.
tingkat kesejahteraan psikologis siswa. Permendikbud nomor 111 Tahun 2014 tentang
Layanan Bimbingan dan konseling un- Bimbingan dan konseling pada
tuk mengembangkan kemampuan psychologi- pendidikan dasar dan pendidikan
cal well-being siswa dapat menjadi salah satu menengah.
pendukung pengembangan pendidikan karakter Permendikbud nomor 82 Tahun 2015 tentang
di sekolah. Dengan demikian, bimbingan dan Pencegahan dan penanggulangan
konseling yang di lakukan guru bimbingan dan tindak kekerasan di lingkungan
konseling tidak hanya berbicara dengan para satuan pendidikan. Jakarta:
siswa tentang fokus permasalahan. Akan tetapi, Kementrian Pendidikan dan
harus dapat membimbing agar siswa salah Kebudayaan Republik Indonesia.
55
Konsep Psychological Well-being serta Implikasinya dalam Bimbingan dan konseling
Yuliani, Irma

Rostanti, Q,. & Hazliansyah. (2015). KPAI:


Kasus bulying disekolah meningkat
selama tahun 2015, REPUBLIKA,
30 Desember 2015. (Online).
Diakses dari
http://nasional.republika.co.id/berita/
nasional/umum/15/12/30/o067zt280-
kpai-kasus-bullying-di-sekolah-
meningkat-selama-2015.
Ryff, C.D. (1989). Happiness is everything, or
is it? Exploration on the meaning of
psychological well-being. Journal of
Personality and Social Psychology, 6
(57), 1069-1081.
_________. (1989). In the eye of the beholder:
views of psychological well-being
among middle-aged and older adults.
Psychology and Aging, 2 (2), 195-
210.
Ryff, C.D., dkk. (2006). Psychological well-
being and ill-being: do they have dis-
tinct or mirrored biological corre-
lates?. Psychotherapy and Psycho-
somatics. 75, 85-95.
Ryff, C.D., & Singer, H. (2006). Know thself
and become what you are: a edai-
monic approach to psychological
well-being. Journal of Happiness
Studies, 9,13-39.
Ryff, C.D., & Keyes, L.M. (1995). The struc-
ture of psychological well-being re-
visited. Journal of Personality and
Social Psychology, 96 (4), 719-727.
Suherman, U. (2015). Manajemen bimbingan
dan konseling. Bandung: Rizky Press
Yusuf, S. (2009). Program bimbingan dan
konseling di sekolah. Bandung: Rizky
press.

56

Anda mungkin juga menyukai