Anda di halaman 1dari 10

KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA REMAJA YANG MENGALAMI

KASUS PERCERAIAN ORANG TUA

Rima Wilantika, S.Psi., M.Psi 1


rimawilantika671@gmail.com
Hamid Mukhlis, S.Psi.,M.Psi., Psikolog 2
hamidmukhlis90@gmail.com
Sutinah3
nafisahrahma73@gmail.com
Egista Nur Azizah4
egistaegista2@gmail.com

Program Studi S1 Psikologi, Fakultas Sosial dan Bisnis


Universitas Aisyah Pringsewu

ABSTRACT
This study aims to explore in-depth information on psychological well-being in adolescents who
experience cases of parental divorce. This study uses a qualitative approach to interpretive
phenomenology. The data collection technique in this study used semi-structured interviews and
observation. The results of this study indicate that the most prominent is self-acceptance. Self-
acceptance is how individuals accept themselves as they are and their experiences. With the existence
of self-acceptance as it is, both in terms of positive and negative, it is possible for individuals to have a
positive attitude towards themselves. With positive self-acceptance, tolerance for frustration and
unpleasant experiences will increase.

Keyword: Psychological Wellbeing, teenager, parent divorce

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk untuk menggali informasi secara mendalam kesejahteraan psikologis pada
remaja yang mengalami kasus perceraian orang tua. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
fenomenologi interpretif. Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan wawancara semi-
terstruktur dan observasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa yang paling menonjol yaitu
penerimaan diri. Penerimaan diri adalah bagaimana individu menerima diri sendiri secara apa adanya
dan pengalamannya. Dengan adanya penerimaan diri secara apa adanya, baik dari segi positif maupun
dari segi negatif, individu dimungkinkan memiliki sikap positif pada diri sendiri. Dengan adanya
penerimaan diri secara positif, maka sikap toleransi terhadap frustasi dan pengalaman tidak
menyenangkan akan meningkat.

Keyword: Psychological Wellbeing, teenager, parent divorce

I. PENDAHULUAN menyebutkan kesejahteraan psikologis


berkaitan dengan kemampuan individu dalam
Kesejahteraan psikologis merupakan mengetahui potensi yang ada pada dirinya, dan
upaya manusia kearah positif yang bertujuan terbebas dari kecemasan dan depresi. Hal ini
untuk memperoleh hidup yang bermakna dilihat dari kemampuan penerimaan diri ,
(Lopez, 2009; Ryff, 1989). Ryff (1995) memiliki hubungan positif dengan orang lain,

8
memiliki tujuan hidup, mampu menguasai papan, pendidikan, pekerjaan dan
lingkungan, dapat menentukan pilihan sendiri sebagainya.Lalu Ryff mencoba untuk
dan berkembang ke arah positif (Ryff, 1995). mengintegrasikan beberapa teori psikologi
Remaja merupakan masa peralihan yang dianggapnya berkaitan dengan konsep
antara masa anak dan masa dewasa yakni antara kesejahteraan psikologis untuk menambah
12 sampai 21 tahun. Masa remaja menunjukkan kelengkapannya. Teori-teori psikologi
dengan jelas sifat-sifat masa transisi atau klinis yang digunakan diantaranya yaitu
peralihan sebagaimana dikemukakan oleh konsep aktualisasi diri teori Abraham
Calon (Monks, 2006). Perceraian yaitu Maslow, konsep kematangan yang diambil
putusnya ikatan pernikahan secara legal antara dari teori milik Allport, konsep fully
sepasang suami istri sebelum kematian salah functioning teori Rogers, dan konsep
satu pasangan. Peristiwa perceraian orang tua individuasi teori Jung. Selain itu juga ada
merupakan suatu peristiwa buruk yang dapat beberapa konsep lain yang diambil dari
terjadi pada remaja, akan tetapi setiap remaja teori perkembangan khususnya psikososial
memberikan respon yang berbeda-beda dalam juga konsep mengenai kesehatan mental
menyikapi perceraian orang tua (Karina, 2014). (Ramdhani.2009: 39).
Berdasarkan pada pengamatan Ryff (1989) mendefinisikan
terhadap fenomena yang ada,dampak negatif psychological well-being sebagai sebuah
sebagai reaksi atas perceraian orang tua remaja kondisi dimana individu memiliki sikap
merasa terguncang, sedih, marah terpukul, yang positif terhadap dirinya sendiri dan
kecewa, tidak aman, bahkan mengalami orang lain, dapat membuat keputusan
terauma berkepanjangan sebagai dampak sendiri dan mengatur tingkah lakunya
negatif dari kekerasan fisik yang dilakukan sendiri, dapat menciptakan dan mengatur
ayah tiri , pasangan baru dari ibunya. Dampak lingkungan yang kompatibel dengan
negatif lainnya yang ditimbulkan akibat kebutuhannya, memiliki tujuan hidup, dan
perceraian orang tua remaja cendrung membuat hidup mereka lebih bermakna
membandingkan dirinya dengan orang lain. serta berusaha mengeksplorasi dan
Kondisi orang tuanya yang dirasakan kurang mengembangkan diri.Ryff & Keyes dalam
harmonis membuat mereka melakukan jurnal ilmiahnya yang berjudul “The
pembandingan dengan keadaan teman‐ Structure of Psychological Well-Being
temannya yang mempuyai keluarga harmonis, Revisited” (1995) juga mengatakan bahwa
sehingga membuat mereka merasa iri hati dan manusia memiliki dua fungsi positif untuk
tidak puas terhadap keluarganya. meningkatkan kesejahteraan
Efek positif sebagai reaksi perceraian psikologisnya,pertama,adalah tentang
orang tua, remaja menjadi mandiri, tangguh dan bagaimana individu membedakan antara
berkompeten dalam menghadapi konflik. Untuk hal positif dan negatif akan memberikan
mengetahui kesejahteraan psikologis remaja pengaruh untuk pengertian kebahagiaan.
yang mengalami kasus perceraian orang tua, Selanjutnya,konsep yang kedua adalah
perlu dilakukan penelitian secara mendalam menekankan kepuasan hidup sebagai kunci
berdasarkan pengalaman yang dialami remaja utama kesejahteraan.Kesejahteraan
tersebut. psikologis (psychology well-being) adalah
II. TINJAUAN PUSTAKA tingkat kemampuan individu dalam
menerima dirinya apa adanya, memebentuk
1. Pengertian Kesejahteraan Psikologis hubungan yang baik dengan orang lain,
(Psychological Well-Being) mandiri terhadap tekanan sosial,
Sejahtera merupakan suatu keadaan mengontrol lingkungan eksternal, memiliki
masyarakat dimana kebutuhan dasarnya arti dalam hidup, serta merealisasikan
sudah terpenuhi, seperti sandang, pangan, potensi dirinya secara kontinu.

9
Menurut Ryff (1989) manusia dapat dimungkinkan memiliki sikap positif
dikatakan memiliki kesejahteraan pada diri sendiri. Dengan adanya
psikologis yang baik yaitu bukan hanya penerimaan diri secara positif, maka
yang memiliki indikator kesehatan mental sikap toleransi terhadap frustasi dan
negatif saja, seperti terbebas dari pengalaman tidak menyenangkan akan
kecemasan, tercapainya kebahagiaan dan meningkat. Menurut Ryff (1989, 1995),
lain-lain. Individu dikatakan memiliki semakin individu dapat menerima
kesejahteraan psikologis baik apabila dirinya sendiri, maka akan semakin
dirinya memiliki penilaian positif terhadap tinggi sikap positif.Jadi,penerimaan
diri sendiri, mampu bertindak secara diri didefinisikan sebagai karakteristik
otonomi, menguasai lingkungannya, aktualisasi diri, fungsi optimal dan
memiliki tujuan dan makna hidup, serta kematangan perjalanan hidup.
mengalami perkembangan kepribadian (A. b. Hubungan Positif dengan Orang Lain
Daniella B.B 2012: 2-3).Sehingga dapat (Positive Relationship With Others)
disimpulkan bahwa Psychological Well- Merupakan tingkat kemampuan dalam
being merupakan sebuah kondisi atau berhubungan baik dengan orang lain,
tingkatan tentang kemampuan individu hubungan interpersonal yang didasari
yang memiliki sikap positif terhadap oleh kepercayaan, serta perasaan
dirinya sendiri dan orang lain, dapat empati, mencintai dan kasih sayang
membuat keputusan sendiri untuk tujuan yang kuat.Dari aspek hubungan positif
hidupnya, dan mengatur tingkah lakunya dengan orang lain.
sehingga dapat menciptakan dan mengatur c. Otonomi (Autonomy)
lingkungan yang kompatibel dengan Otonomi adalah tingkat kemampuan
kebutuhannya, dan membuat hidup mereka individu dalam menentukan nasib
lebih bermakna serta berusaha sendiri, kebebasan, pengendalian
mengeksplorasi dan mengembangkan internal, individual, dan pengaturan
diri,mampu bersikap optimis, dan dapat perilaku internal. Atribut ini
menghadapi tekanan sosial dengan merupakan dasar kepercayaan bahwa
mengontol lingkungan pikiran dan tindakan individu berasal
eksternal.Akantetapi dalam psychological dari dirinya sendiri, tanpa adanya
well-being tidak hanya berkaitan pada kendali dari orang lain.
kebutuhan dasar akan tetapi lebih pada d. Penguasaan Lingkungan
pemenuhan kebutuhan psikis individu yang (Environmental Mastery)
dapat dilihat dari berbagai faktor dan aspek- Penguasaan lingkungan adalah
aspek lainnya. kemampuan untuk memilih atau
2. Aspek-Aspek Kesejahteraan Psikologis menciptakan lingkungan yang sesuai
Terdapat 6 aspek kesejahteraan Psikologis dengan kondisi psikis. Menurut Ryff
(Psychological Well-Being) yang (1995) individu yang memliliki
merupakan intisari dari teori-teori positive penguasaan lingkungan yang tinggi
functioning psychology yang dirumuskan memiliki rasa menguasai,
oleh Ryff : berkompetensi dalam mengatur
a. Penerimaan Diri (Self-Acceptance) lingkungan, mampu mengontrol
Penerimaan adalah bagaimana individu kegiatan-kegiatan eksternal yang
menerima diri sendiri secara apa kompleks, menggunakan kesempatan
adanya dan pengalamannya. Dengan yang di tawarkan lingkungan secara
adanya penerimaan diri secara apa efektif dan mampu memilih atau
adanya, baik dari segi positif maupun menciptakan konteks lingkungan yang
dari segi negatif, individu sesuai dengan kebutuhan dan nilai

10
pribadinya. Dan sebaliknya penguasaan mengalami kasus perceraian orang tua Teknik
lingkungan yang rendah akan membuat pengambilan sampel yang digunakan adalah
individu cenderung sulit Purposive sampling. Pengambilan data di
mengembangkan lingkungan sekitar, lapangan menggunakan metode wawancara,
kurang menyadari kesempatan yang di dan observasi. Subjek dari penelitian ini yaitu
tawarkan di lingkungan dan kurang subjek yang berinisial “A” dan “N” dan berusia
memliliki kontrol terhadap dunia di 16 tahun dan 17 tahun dan mengalami kasus
luar diri. perceraian orangtua.
e. Tujuan Hidup (Purpose in Life)
Dalam penjelasannya, Ryff (1995), IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
bahwa individu yang memiliki tujuan
hidup yang baik dikatakan memiliki 1. Paparan Data
tujuan hidup dan arah kehidupan,
merasa memiliki arti tersendiri dari a. Permasalahan Psikologis Subjek
pengalaman hidup masa kini dan masa “ A”
lalu, percaya pada kepercayaan tertentu
yang memberikan arah hidupnya serta Sub
Pernyataan Kode
Tema
memiliki cita-cita atau tujuan
Perasaan subjek merasa lelah 30-31
hidupnya. Lelah mendengar pertengkaran
f. Pertumbuan Pribadi ( Personal Growth keduanya.
) Perasaan Subjek merasa khawatir & 91-94
Khawatir cemas, sebab Ayah tirinya
Pertumbuhan pribadi merupakan
& Cemas kerap melukai fsiknya
tingkat kemampuan individu dalam dengan cubitan, pukulan
mengembangkan potensinya secara dan kekerasan fisik lainnya.
terus-menerus,menumbuhkan dan Perasaan Subjek merasa tertekan, 115-
tertekan sedih, dan terauma, ingin 116
memperluas diri sebagai
sedih, maminta keadilan namun
manusia.Kemampuan ini merupakan terauma tidak mampu melakuannya.
gagasan dari individu untuk terus Perasaan Merasa kesepian , rindu 66-69
memperkuat kondisi internal kesepian, kasih sayang Ayah
rindu kasih kandungnya
alamiahnya.
sayang
Dari uraian di atas maka dapat peneliti Perasaan Subjek melakukan coping 210-
simpulkan bahwa intisari dari sedih , emosional negative dengan 213
kesejahteraan psikologis ini terkandung menyendiri menyendiri & menangis.
&
dalam enam dimensi diatasa yaitu
menangis
penerimaan akan dirinya, terciptanya Self – Subjek meresa kuat 185-
hubungan yang baik dengan Esteem menjalanni hari-harinya 189
lingkungannya, sikap otonomi, juga meningkat, berkat dukungan dari pihak
dukungan keluarga dan sanak saudara.
pengasaan lingkungannya, mempunyai keluarga
tujuan hidup dan mempunyai Coping Subjek merasa lebih tenang, 263-
pertumbuhan pribadi yang kontinum. religius bahagia dengan semakin 268
mendekatkan diri kepada
Allah.
III. METODOLOGI
Subjek merasa lelah melihat kedua
Penelitian ini menggunakan pendekatan orang tuanya kerap bertengkar yang
kualitatif dengan metode analisis fenomenologi diungkapkan sebagai berikut:
interpretif. Peneliti ingin melihat mengenai “Saya lelah kak,,, karena Ayah sama
kesejahteraan psikologis pada remaja yang ibu terlalu sering bertengkar. Bernada

11
tinggi satu sama lain, saling menyalahkan, Dukungan keluarga dari pihak Ayah
gak ada habisnya….” dan Ibu , yang membuat subjek kuat
Saat duduk dibangku kelas 2 sekolah menjalani hari-harinya.
dasar ibu Subjek menikah dengan laki-laki “Masih kak masih baik-baik aja,justru
lain, yang memiliki tabi’at kasar dan suka itu aku semenjak ayah tiri aku meninggal
menyakiti fisik subjek tanpa sepengetahuan semua kakak atau adek nya ibu pada baik
ibunya dan Ayah tiri subjek mengancam dan perhatian sama aku ,tadinya gini dari
akan menyakiti ibunya jika ia melaporkan pengadilan bilang,,kalo dari umur 5 tahun
kekerasan fisik yang dilakukan epada sampe kelas 6 SD ibu yang ngurus terus
Ibunya hal ini dilakukannya jika subjek dari kelas 1 smp sampe SMA ayahku ,tetapi
tidak mencapai standar yang ditentukannya. karena aku ingin jaga Ibu jadi mereka
“Emmm,,iya sama ayah yang mengizinkannya ,aku kuat jalani hidup ini
almarhum itu aku pernah ya berkat dukungan dari keluarga ,
dipukul,dicubit,digetak terus kalo nilai nya saudara….huhuhu….merasa masih ada
gak diatas 70 dimarahin padahal kalo yang saying sama ku.”
didepan ibu dia baik sama aku ,terus dia Subjek merasa tenang, lebih bahagia
pernah ngancem kalo misalnya aku cerita dengan mendekatkan diri kepada Allah”,
sama ibu dia bakal sakitin ibu,,,maka nya Allah memberikan cobaan sesuai batas
aku kalo pulang sekolah selalu nangis.” kemampuan hambanya.dan masih ada
Subjek terauma dengan kejadian yang orang diluar sana yang lebih susah
berulang kali terjadi sejak kelas 2 SD- 5 SD hidupnya.
ia kerap mendapat perlakuan kasar dari “Emm,,iyaa,,emm,,,strateginya dengan
ayah tirinya, hingga ia pernah mencoba nyemangatin diri sendiri gak boleh sedih-
ingin melaporkan kejadian tersebut kepada sedih karena mikirnya masih banyak orang
polisi , namun hal itu ia urungkan. yang lebih susah dibawah kita soalnya kalo
“emm,,iya kak pernah aku rasa pengen aku mau ngeluh liat dibawah dulu kak malu
laporin ayah tiri aku kepolisi tapi karena kadang,karena dibawah kita itu ada yang
masih kecil takut gak dipercaya gitu.” lebih susah gitu.Ehmm ,,,,yakin aja kak ,
Subjek ingin mendapatkan kasih Allah memberikan ujian sesuai kemampuan
sayang dari Ayah kandungnya, baru ia hambanya.”
paham rindunya kasih saying seorang ayah
kandung , setelah ia hidup bersama ayah b. Permasalahan Psikologis Subjek
tirinya. “N”
“emm,,,mungkin karena masih kecil ya Sub Tema Pernyataan Kode
kak jadi masih biasa aja ibu juga.ngomong Perasaan Kecewa, sama 35-37
Kecewa sikap Ayah.
udah gak sama ayah lagi waktu itu emm,,ya
Perasaan Subjek merasa 38-49
jadi masih biasa aja,,terus pas masih punya tidak dirinya
almarhum ayah tiri itu yang mungkin baru berarti dianggap tidak
kerasa kalo pengen sama ayah kandung ada artinya bagi
Ayahnya,
aja,,.” kehadirannya
Saat subjek merasa masalah yang tidak
dihadapinya begitu pedih, ia meluapkan dikehendaki
emosi negatifnya dengan menagis ditempat sama sekali.
Percaya Subjek ingin 50-53
yang sepi. tinggi dan membuktikan
“Emm,,paling nangis kak,nggk bisa optimis kepada Ayahnya
kalo curgat didairy gitu paling nangis. bahwa ia anak
Menyendiri gitu kak,emm,,,cari tempat yang berarti.
yang sepi.”

12
Perasaan Subjek 71-78 aku hm,,,hmm suka kasian aja sama ibu
sedih, rindu membandingkan pontang panting cari uang buat biaya
kasih dirinya dengan
sayang orang lain yang sekolah dan semua biaya hidup aku
memiliki Ayah hmm,,hm,,emm,,hm,,.”
yang penyayang
dan perhatian 2. Hasil Penelitian
kepada anaknya.
Perasaan Subjek merasa 79-94 Berdasarkan pemaparan diatas maka
kesal kesal dengan
sikap ayahnya diperoleh hasil sebagai berikut:
yang Indikator Subjek 1 Subjek 2
menelantarkan
dirinya dan Dimensi Penerimaan Diri
ibunya. Sikap • Memand • Memandan
Subjek merasa kecewa kepada Terhadap ang g dirinya
Ayahnya, diungkapkan sebagai berikut: diri sendiri dirinya positif
“Kecewa,, dengan sikap Ayah.” positif • Menerima
• Menerim kondisi
Subjek merasa dirinya tidak berarti
a kondisi ketidak
dipandangan Ayahnya, bahkan perceraia harmonisa
kehadirannya tidak diinginkan, n orang n keluarga.
diungkapkan sebagai berikut: tua
Kelebihan • Optimis • Percaya
“Karena dari bapak itu,kalo misalnya diri • Bersyuk diri
aku kesana kayak gak dianggap gitu kalo ur • Memiliki
aku kesana kayak diusir gitu.” Kepada semangat
Subjek berusaha bangkit, percaya diri Allah belajar
yang
dan optimis ia bisa berhasil mekipun tanpa
tinggi.
kehadiran sosok seorang ayah, Kekuranga - -
diungkapkan sebagai berikut: n Diri
“Aku pengen buktiin ke bapak kalo aku Sikap • Sulit • Menyadar
bisa sukses meskipun tanpa sosok seorang Terhadap melupak i
Masa Lalu an masa kemandiri
bapak yang emang gak pernah peduli sama lalu annya
aku.” berasal
Adakalanya subjek membandingkan dari masa
dirinya, kurang beruntung dibanding lalunya.
Sikap • Meneri • Mandiri
teman-temannya yang hidup dengan kedua Terhadap ma • Mendekat
orang tua lengkap dan penuh belaian kasih Kondisi perubah kan diri
sayang dari keduanya. Saat ini an dalam kepada
“Sedih banget,kesel,rasa nya pengen kehidup Allah
an
marah sama bapak karena aku pengen keluarga
ngerasain rasa nya punya bapak kayak nya.
orang-orang, pengen banget diperhatiin Dimensi Hubungan Positif dengan
sama bapak,,,.” Orang lain
Memiliki • Membin • Dekat
Subjek merasa kesal dan heran atas Hubungan a dengan
sikap ayahnya yang tidak peduli terhadap yang hangat hubunga saudara
ibunya, menelantarkan , tidak menafkahi dengan n kandungny
baik lahir maupun batin .diungkapkan orang lain persauda a dan
raan beberapa
sebagai berikut : dengan rekan
“Heran aja dan kesel banget kak kerabat seusianya.
kenapa bapak gak peduli sama dan
aku,hmm,,hmm,,,,hm,,gak pernah biayain

13
teman dapat membuat keputusan sendiri dan
dekat. mengatur tingkah lakunya sendiri,
Hubungan • Terbuka • Dipercaya
saling
dapat menciptakan dan mengatur
hanya teman-
percaya dengan temannya. lingkungan yang kompatibel dengan
dengan orang kebutuhannya, memiliki tujuan hidup,
orang lain tertentu. dan membuat hidup mereka lebih
Mengerti • Merasa • Ringan bermakna serta berusaha
rasa saling dirinya tangan
memberi mampu membantu mengeksplorasi dan mengembangkan
dan menjala orang lain. diri, Ryff ( 1989).
menerima ni hidup Temuan dalam penelitian ini yang
dan
menonjol yaitu penerimaan diri. Penerimaan
mampu
memban diri adalah bagaimana individu menerima diri
tu sendiri secara apa adanya dan pengalamannya.
memberi Dengan adanya penerimaan diri secara apa
kan
solusi
adanya, baik dari segi positif maupun dari segi
dari negatif, individu dimungkinkan memiliki sikap
permasal positif pada diri sendiri. Dengan adanya
ahan penerimaan diri secara positif, maka sikap
orang
lain. toleransi terhadap frustasi dan pengalaman
Dimensi Otonomi tidak menyenangkan akan meningkat.
Sikap • Mandiri • Mampu Temuan penelitian lainnya yaiatu
Mandiri dalam melakukan adanya hal- hal yang membuat kesejahteraan
terhadap mengam kegiatan
penyelesaia bil sehari-hari
psikologis remaja yang mengamali kasus
n masalah keputusa dengan perceraian orang tua dapat meningkat antara
sehari-hari n mandiri lain:
Mengelak • Mendeka • Mendekat a. Perceived Sosial Suport
dari tkan diri kan diri
tekanan
Aspek Perceived Social Support
kepada kepada
Allah Allah merupakan dukungan sosialyang
Dimensi Penguasaan Lingkungan menguatkan psikologis seseorang.
Berkompet • Mengikut • Berkompe Dukungan sosial yang diterima oleh kedua
ensi dalam i ten dalam subjek penelitian didapat dari lingkungan
mengontrol perubaha menghada
lingkungan n dalam pi suasana disekitar individu seperti saudara, dan
hidup. tegang. teman. Melalui penerimaan terhadap
Dimensi Tujuan Hidup dukungan sosial, individu mulai bangkit
Memiliki • Bersema • Berseman dari kesedihannya, menuju situasi bahagia.
arah ngat gat
kehidupan menjalan menggapa Individu mendapat rasa aman, kedekatan,
i hidup i cita-cita. menjadi bagian dari kelompok, merasa
Dimensi Pertumbuhan Pribadi dihargai oleh lingkungan sekitar . Hasil
Mengemba • Meneku • Belajar penelitian ini senada dengan hasil
ngkan ni minat dengan
potensi
penelitian Andriani (2015) yang
& tekun
bakatnya menunjukkan bahwa sebelum mencapai
sebuah kebermakanaan hidup, informan
mengalami prose mers untuk bangkit dari
3. Pembahasan
keterpurukan
Kesejahteraan psikologis b. Emotional focused coping
sebagai sebuah kondisi dimana Emotional focused coping (seperti
individu memiliki sikap yang positif menangis dan bercerita kepada orang
terhadap dirinya sendiri dan orang lain, terpercaya) yang melegakan kondisi

14
psikologis seseorang pada saat emosi mengkomunikasikan dan memberi
negative namun , seperti bercerita kepada pemahaman kepada anak ber‐ kaitan
teman terdekat untuk mendapatkan dengan perceraian yang terjadi.
dukungan sosial, sehingga Self-Esteem Seperti Social comparison sebagai
meningkat ketika banyak teman yang suatu suatu proses berpikir individu
mendukungnya.hal ini dilakukan‐ nya dalam mengolah infor‐ masi untuk
hanya bersifat sementara sehingga secara membandingkan dirinya dengan
umum tidak meningkatkan kualitas seseorang atau orang‐orang yang ada
kesejahteraan psikologis seseorang . yang berkaitan dengan dirinya.
Konflik yang terjadi pada orang tua dapat Target pembanding dapat berasal dari
menurunkan kualitas subjective well‐ orang‐orang yang dilihat di
being anak karena menurut Emery, et al; sekeliling‐ nya atau berasal dari
Amato & Keith (dalam Stevenson & model individu yang terbentuk dalam
Black, 1995) pada konflik yang terjadi pikirannya. Peni‐ laian terhadap
pada orang tua, di dalamnya terdapat kepuasan berdasarkan pada adanya
berbagai emosi negatif sehingga menye‐ perbedaan antara keadaan saat ini
babkan anak merasa tidak aman berada dengan standar tersebut. Kondisi
dalam situasi konflik tersebut (Davies & orang tuanya yang dirasakan subjek
Cummings dalam Papp, Cummings, dan kurang harmonis membuat mereka
Goeke‐Morey, 2002) melakukan pembandingan dengan
c. Coping Religius keadaan teman‐temannya yang
Aspek coping religus ini menjelaskan mempuyai keluarga harmonis,
mengenai individu memecahkan suatu sehingga membuat mereka merasa iri
masalah dengan cara mendekatkan diri hati dan tidak puas terhadap
kepada Allah SWT dengan mengerjakan keluarganya.
sholat dan berdoa serta bersyukur kepada b. Efek Positif Konflik
Allah. Kedua subjek penelitian memiliki Reaksi positif yang diberikan
aspek coping religius yang sama yaitu menghaadapi perceraian orang tua,
bersyukur atas kehidupannya , bersyukur mendidiknya menjadi remaja yang
atas sesuatu yang dimiliki saat ini, dan tangguh, mandiri, dan berkompeten
menerima keadaan bahwa ia harus dalam menghadapi masalah.
berpisah dengan kehangatan kasih saying
seorang Ayah, dan perceraian terjadi atas V. PENUTUP
ketentuan atau kehendak Allah. Kedua Berdasarkan hal tersebut diatas maka
subjek juga berusaha bangkit, dan kesejahteran psikologis remaja yang mengalami
mengatasi kesulitan untuk mencapai perceraian orang tua , berdampak positif dan
tujuan dengan cara sholat dan berdoa. negative.
Permasalahan psikologis yang Adapun dampak positif diantaranya
ditemukan dalam penelitian sebagai reaksi positif yang diberikan saat menghaadapi
dampak dari perceraian orang tua antara perceraian orang tua, mendidiknya menjadi
lain: remaja yang tangguh, mandiri , dan
a. Efek Negatif berkompeten dalam menghadapi masalah.
Sebagai reaksi atas perceraian orang Dampak negative secara psikologis akibat
tuanya seperti merasa terguncang, perceraian orang tua merasa terguncang, sedih,
sedih, marah terpukul, kecewa, dan marah terpukul, kecewa, dan tidak nyaman.
tidak nyaman. Afek negatif yang Serta sosial comparasion Kondisi orang tuanya
dirasakan anak juga muncul karena yang dirasakan subjek kurang harmonis
adanya sikap orang tua yang tidak membuat mereka melakukan pembandingan

15
dengan keadaan teman‐temannya yang 2. Psikolog
mempuyai keluarga harmonis, sehingga Dalam hal ini psikolog diharapkan
membuat mereka merasa iri hati dan tidak puas mampu memberikan coping stress
terhadap keluarganya. remaja, dan berbagai alternative lainnya
Kesejahateraan psikologis remaja yang untuk mendapatkan kualitas hidup yang
mengalami kasus perceraian orang tua, dapat lebih bermakna.
meningkat dengan upaya : 3. Masyarakat Indonesia
1. Perceived Sosial Support Dari paparan hasil penelitian , lebih
Dukungan sosial yang diberikan kepada condong kepada dampak nehatif yang
remaja, mampu menguatkan psikologis ditimbulkan akibat perceraian , tidak
seseorang. Melalui penerimaan terhadap hanya bagi psangan suami, istri
dukungan sosial, individu mulai bangkit melainkan berdampak yang lebih besar
dari kesedihannya, menuju situasi kapada anak hasil pernikahan mereka,
bahagia. Individu mendapat rasa aman, Sehingga masyarakat mencari
kedekatan, menjadi bagian dari alternative penyelesaian problematika
kelompok, merasa dihargai oleh rumah tangga mereka sebisa mungkin
lingkungan sekitar menghindari perceraian atau perceraian
2. Emotional focused coping adalah solusi terakhir yang ditawarkan.
Dengan emotional focused coping bisa
merupa menyendiri menangis, atau DAFTAR PUSTAKA
memilih bercerita kepada teman dekat
[1] Aminah, Andayani, T. R., & Karyanta, N.
terpercaya dan yang memahami
A. (2004). Proses Penerimaan Anak
kondisinya, membuat remaja merasa
(Remaja Akhir) terhadap Perceraian
lega , sehingga Self- Esteemnya
Orangtua dan Konsekuensi Psikososial
meningkat , berkat dukungan dari
yang Menyertainya
teman-temanya.
[2] Creswell, J. W. (2012). Research design:
3. Coping Religius
Pendekatan kualitatif, kuantitatif dan
Dengan mendekatkan diri kepada Allah
mixed. Yogyakarta: Pustaka Belajar
dengan sholat dan berdo’a maka niscaya
[3] Dewi, P.S & Utami, M.S( 2015).
hati akan tenang, tentram , dan yakin
Subjective Well Being Anak Dari Orang
bisa melewati semua permasalahan
Tua Yang Bercerai. Jurnal Fakultas
karena hakikatnya Allah memberika
Psikologi Universitas Gadjah Mada. Vol.
ujian sesuai batas kemampuan hamba-
35, NO. 2, 194 – 212 ISSN: 0215-8884.
Nya.
[4] Karina, C. (2014). Resiliensi remaja yang
Penelitian ini memberikan beberapa saran
memiliki orangtua bercerai. Jurnal Online
terkait meliputi:
Psikologi, 2(1), 152-169.
1. Peneliti Selanjutnya
[5] Moloeng,L.J.(1991).Metode Penelitian
Untuk menggali pengalaman lebih
Kualitatif.Bandung : Remaja Rosda
mendalam kesejahteraan psikologis
karya.
remaja yang mengalami kasus
[6] Monks, F. J., Knoers, A. M. P., &
perceraian orang tua , menggunakan
Haditono, S. R.1996. “Psikologi
subjek lebih banyak dari pada penelitian
perkembangan (pengantar dalam
kali ini, sehingga informasi yang
berbagai bagiannya)”, Gajah Mada
diperoleh lebih luas ,serta menggali
University Press, Yogyakarta.
variabel lainnya, misal Kualitas hidup
[7] Ningrum, P.Rosalia. (2013). Perceraian
remaja.
Orang Tua Dan Penyesuaian Diri
Remaja. eJournal Psikologi, 2013, 1 (1):

16
69-79 ISSN 0000- 0000. Di unduh 12
Desember 2021.
journal.psikologi.fisipunmul.org.
[8] Poerwandari.E.K. (2013).Pendekatan
kualitatif Untuk Penelitian perilaku
manusia.Depok” Lembaga
Pengembangan Sarana Pengukuran dan
Pendekatan Psikologi (LPSP3).
[9] Ramadhani, T. (2016). Kesejahteraan
psikologis (psychological well-being)
siswa yang orangtuanya bercerai. Jurnal
Psikologi, 5 (1), 108-109.
[10] Smith, J. A., & Osborn, M. (2007).
Qualitative psychology: A practical
guide to research methods. Sage.
[11] Snyder, C.R. & Lopez, S.J. (2002).
Handbook of positive psychology.
NewYork: Oxford University press.
[12] Sugiyono.( 2008).Metode Penelitian
kualitataif kuantitatif dan R & D.
Bandung :Alfabet.
[13] Ryff.( 1989).Happines is everything,or is
it ? eksplorations on the meaning of
psychological well-being. Journal of
personality and social psychology,57(6)
,1069-1081.
[14] Ryff.( 1995).psychological well being in
adult life.Current Directions in
Psychological Science , (4),99-104.

17

Anda mungkin juga menyukai