Anda di halaman 1dari 4

Amelia Dhamara Sofyati Halmahera/2018 B/18010014014

Resume Psychological Well-being


1. Konsep Psychological Well-being
Secara umum psychological well-being dapat diartikan sebagai sebuah rasa
kesejahteraaan dimana hal ini dikaitkan dengan rasa bahagia, mental yang sehat dan
kesehatan fisik yang dapat dilihat dari pemenuhan kebutuhan dasar manusia itu
sendiri seperti sandang, pangan, papan, pendidikan dan sebagainya. Jadi dapat
disimpulkan bahwa Psychological Well-being adalah sebuah kondisi atau sebuah
tingkatan kemampuan individu memiliki sikap yang positif terhadap dirinya sendiri
dan orang lain, dan membuat keputusan sendiri untuk tujuan hidupnya, dan mengatur
tingkah lakunya sendiri sehingga dapat menciptakan dan mengatur lingkungan yang
sesuai dengan kebutuhannya, dan membuat hidup mereka lebih bermakna serta
berusaha mengembangkan diri, optimis, dan mampu menghadapi tekanan sosial
dengan mengontrol lingkungan eksternalnya.
pada tahun 1989 Ryff mencoba merumuskan Psychological well being dengan
mengintegrasikan teori-teori psikologi klinis dan psikologi perkembangan. Teori-teori
psikologi Klinis yang digunakan oleh Ryff diantaranya adalah: Konsep aktualisasi diri
dari Maslow, Konsep kematangan dari Alport, Konsep Fully functioning person
(pribadi yang berfungsi utuh) dari Rogers, dan Konsep Individuasi dari Jung.
Selanjutnya Ryff merumuskan Psychological well being kedalam enam aspek. Aspek-
aspek yang dikemukakan Ryff antara lain penerimaan diri, hubungan positif dengan
orang lain, otonomi, penguasaan lingkungan, pertumbuhan pribadi dan tujuan hidup
2. Struktur Psychological Well-being
Struktur yang membentuk Psychological Well-being ada 6 struktur, yakni :
1. Penerimaan Diri (Self-acceptance)
Penerimaan diri merupakan kemampuan seseorang menerima dirinya apa adanya
secara keseluruhan baik pada masa lalu maupun sekarang. Individu dikatakan
memiliki penerimaan diri secara positif apabila individu tersebut memahami dan
menerima berbagai aspek dalam dirinya termasuk di dalamnya kualitas baik
maupun buruk, dapat mengaktualisasikan diri, berfungsi optimal dan bersikap
positif terhadap kehidupan yang dijalaninya. Sedangkan individu dikatakan
memiliki penerimaan diri negatif apabila individu tersebut menunjukkan adanya
ketidakpuasan terhadap kondisi dirinya, merasa kecewa dengan apa yang telah
terjadi pada kehidupan masa lalu, bermasalah dengan kualitas personalnyadan
ingin menjadi orang yang berbeda dari diri sendiri atau tidak menerima diri apa
adanya.
2. Hubungan positif dengan orang lain (positive relation with others)
Yaitu kemampuan individu menjalin hubungan yang baik dengan orang lain di
sekitarnya. Individu yang memiliki hubungan positif dengan orang lain ditandai
dengan mampunya ia membina hubungan yang hangat dan penuh kepercayaan
dari orang lain. Selain itu, individu tersebut juga memiliki kepedulian terhadap
kesejahteraan orang lain, dapat menunjukkan empati, afeksi, serta memahami
prinsip memberi dan menerima dalam hubungan antarpribadi. Sebaliknya,
individu yang tidak memiliki hubungan positif dengan orang lain maka ia akan
terisolasi dan merasa frustasi dalam membina hubungan interpersonal, tidak
berkeinginan untuk berkompromi dalam mempertahankan hubungan dengan
orang lain.
3. Otonomi (autonom)
Yaitu kemampuan individu untuk mengatur hidup dan tingkah lakunya. Individu
yang memiliki otonomi yang tinggi ditandai dengan bebas, mampu untuk
menentukan nasib sendiri dan mengatur perilaku diri sendiri, kemampuan mandiri,
tahan terhadap tekanan sosial, mampu mengevaluasi diri sendiri, dan mampu
mengambil keputusan tanpa adanya campur tangan orang lain. Sedangkan
individu yang memiliki otonomi rendah akan sangat memperhatikan dan
mempertimbangkan harapan dan evaluasi dari orang lain, berpegangan pada
penilaian orang lain untuk membuat keputusan penting, sertamudah terpengaruh
oleh tekanan sosial untuk berpikir dan bertingkah laku dengan cara-cara tertentu
4. Penguasaan lingkungan (environmental mastery)
Yaitu kemampuan individu untuk mengatur lingkungannya, memanfaatkan
kesempatan yang ada di lingkungan, menciptakan, dan mengontrol lingkungan
sesuai dengan kebutuhan. Individu yang memiliki nilai tinggi dalam penguasaan
lingkungan memiliki keyakinan dan kompetensi dalam mengatur lingkungan dan
mampu memanfaatkan kesempatan yang ada di lingkungan, serta mampu memilih
dan menciptakan lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan pribadi. Sebaliknya
individu yang memiliki penguasaan lingkungan yang rendah akan mengalami
kesulitan dalam mengatur situasi sehari-hari, merasa tidak mampu untuk
mengubah atau meningkatkan kualitas lingkungan sekitarnya serta tidak mampu
memanfaatkan peluang dan kesempatan diri lingkungan sekitarnya
5. Tujuan hidup (purpose in life) 
Yaitu kemampuan individu untuk memiliki pemahaman yang jelas akan tujuan
dan arah hidupnya, memegang keyakinan bahwa individu mampu mencapai
tujuan dalam hidupnya. Individu yang memiliki nilai tujuan hidup tinggi akan
memiliki tujuan dan arah dalam hidup, merasakan arti dalam hidup masa kini
maupun yang telah dijalaninya, memiliki keyakinan yang memberikan tujuan
hidup serta memiliki tujuan dan sasaran hidup. Sebaliknya individu yang memiliki
nilai tujuan hidup rendah akan kehilangan makna hidup, arah dan cita-cita yang
tidak jelas, tidak melihat makna yang terkandung untuk hidupnya dari kejadian di
masa lalu, serta tidak mempunyai harapan atau kepercayaan yang memberi arti
pada kehidupan
6. Pertumbuhan pribadi (personal growth) 
Individu yang memiliki nilai pertumbuhan pribadi tinggi ditandai dengan adanya
perasaan mengenai pertumbuhan yang berkesinambungan dalam dirinya,
memandang diri sebagai individu yang selalu tumbuh dan berkembang, terbuka
terhadap pengalaman-pengalaman baru, memiliki kemampuan dalam menyadari
potensi diri yang dimiliki, dapat merasakan peningkatan yang terjadi pada diri dan
tingkah lakunya setiap waktu serta dapat berubah menjadi pribadi yang lebih
efektif dan memiliki pengetahuan yang bertambah. Sebaliknya, individu yang
memiliki pertumbuhan pribadi rendah akan merasakan tidak melihat peningkatan
dan pengembangan diri, merasa bosan dan kehilangan minat terhadap
kehidupannya, serta merasa tidak mampu dalam mengembangkan sikap dan
tingkah laku yang baik
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Psychological Well-being
faktor-faktor yang mempengaruhi Psychological Well-being antara lain :
1. Faktor-faktor demografis dan klasifikasi sosial
Faktor-faktor demografis sendiri mencakup :
a. Usia
Semakin bertambah usia seseorang maka semakin mengetahui kondisi yang
terbaik bagi dirinya. Oleh karenanya, individu tersebut semakin dapat pula
mengatur lingkungannya menjadi yang terbaik sesuai dengan keadaan dirinya.
b. Jenis kelamin
Perbedaan jenis kelamin mempengaruhi aspek-aspek kesejahteraan psikologis,
dimana perempuan memiliki kemampuan yang lebih tinggi dalam membina
hubugan yang lebih positif dengan orang lain serta memiliki pertumbuhan
pribadi yang lebih baik daripada pria.
c. Status sosial ekonomi
status sosial ekonomi berhubungan dengan aspek penerimaan diri, tujuan
hidup, penguasaan lingkungan dan pertumbuhan pribadi. Individu yang
memiliki status sosial ekonomi yang rendah cenderung membandingkan
dirinya dengan orang lain yang memiliki status sosial ekonomi yang lebih baik
dari dirinya.
d. Budaya,
Sistem nilai individualisme-kolektivisme memberi dampak terhadap
psychological well-being yang dimiliki suatu masyarakat. Budaya barat
memiliki skor yang tinggi dalam dimensi penerimaan diri dan dimensi
otonomi, sedangkan budaya timur yang menjunjung tinggi nilai kolektivisme,
memiliki skor yang tinggi pada dimensi hubungan positif dengan orang lain/
2. Faktor-faktor lain seperti :
a. Jaringan sosial
Berkaitan dengan aktivitas sosial yang diikuti oleh individu, misalnya aktif
organisasi, kualitas dan kuantitas aktivitas yang dilakukan, serta dengan siapa
kontak sosial dilakukan.
b. Kompetensi pribadi
Yaitu kemampuan atau skill pribadi yang digunakan sehari-hari dan
didalamnya mengandung kompetensi kognitif.
c. Kepribadian
Individu yang memiliki banyak kompetensi pribadi dan sosial seperti
penerimaan diri, mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan
lingkungan, coping skill yang efektif akan cenderung terhindar dari konflik
dan stress.
4. Hal-Hal Yang Mampu Meningkatkan Psychological Well-being
Beberapa cara untuk meningkatkan Well Being adalah dengan melakukan
aktivitas positif. seperti bersyukur dan melakukan suatu kebaikan, bernyanyi, optimis
dan penuh perhartian. Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi well
being dengan PWB adalah, dengan ketercukupinya kebutuhan psikologis (PWB)
dapat meningkatkan well being, seperti otonomi, pergaulan, kmpetensi/efikasi diri.
Selanjutnya beberapa cara lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
PWB antara lain :
1. Terhubung Dengan Orang-Orang Di Sekitar
Hubungan positif dan dukungan sosial mampu meningkatkan kesehatan mental
dan kebahagiaan bagi individu. Memiliki beberapa teman dekat akan turut
melindungi diri dari gangguan psikologis sebagai upaya hidup sehat dan  hidup
yang baik. Hubungan yang saling mendukung dan membuat individu menemukan
arti dalam hidup.
2. Menjadi Individu yang Aktif
Gaya hidup aktif akan membantu individu sehat secara mental. Tingginya
keaktifan fisik juga dapat menjaga kesehatan seseorang dari penyakit kronis,
termasuk penurunan fungsi kognitif, depresi, dan kecemasan. Bahkan, walau
keaktifan itu hanya berupa gerakan kecil. Hidup yang baik dan sehat adalah tidak
diam dan bermalas-malasan.
3. Selalu Merasa Ingin Tahu
Semakin seseorang memiliki pengetahuan maka semakin mampu ia untuk
mengendalikan diri dan perilaku sehingga ia akan berada dalam kondisi well-
being.
4. Memberi
Melakukan kebaikan tak jarang membuat seseorang merasa lebih berarti. Saat
seseorang tidak menjadi egois dan mampu memberi, ia telah mampu memandang
diri dan lingkungan secara positif.
5. Tidak Pernah Berhenti Belajar
Stimulasi mental dan pengetahuan, baik melalui pendidikan formal maupun
nonformal, diperlukan untuk menghasilkan pengalaman-pengalaman hidup yang
baru. Hal ini diperlukan dalam tujuan meningkatkan rasa percaya diri dengan
keberhasilan hidup. Seseorang yang memiliki pencapaian-pencapaian prestasi
tertentu akan mampu memandang diri secara positif dan mampu merasa memiliki
hidup yang baik.

Anda mungkin juga menyukai