Teori Psikologi Kontemporer
Teori Psikologi Kontemporer
Nama:
Anzalna Nuraini Alifah
46119120022
2. Teori Singkat
Psikologi positif adalah perspektif psikologi yang lebih mengutamakan
pembahasan mengenai kelebihan dan kekuatan dibandingkan dengan kekurangan dan
kelemahan manusia sebagai individu. Istilah "psikologi positif" diperkenalkan pertama
kali dalam buku yang ditulis oleh Abraham Maslow. Buku ini berjudul Motivation and
Personality. Istilah "psikologi positif" digunakan dalam bab terakhir dari buku tersebut
sebagai bagian dari judul bab. Judul lengkap dari bab ini adalah “Toward a Positive
Psychology”. Dalam bab ini, Maslow mengatakan bahwa potensi manusia tidak
sepenuhnya akurat bila dipahami melalui psikologi. Perkembangannya juga cenderung
tidak berubah. Maslow kemudian menjelaskan lebih lanjut bahwa keberhasilan psikologi
adalah pada penjelasan mengenai sisi negatif manusia dan bukan pada sisi positif
manusia. Menurut Maslow, psikologi terlalu banyak membahas tentang kekurangan,
gangguan, dan dosa manusia. Namun, psikolgi hanya sedikit membahas tentang potensi
manusia, bakat, aspirasi yang dapat diraihnya, atau kondisi psikologis tertingginya.
Pada tahun 1988, Martin Elias Peter Seligman mengemukakan pendapatnya
mengenai peran psikologi bagi kehidupan manusia. Psikologi dapat memberikan solusi
kepada manusia dalam mencapai kehidupan yang bermakna. Kebermaknaan hidup ini
dapat dicapai meskipun dunia berada dalam kondisi ketidakpastian dan persaingan. Salah
satu organisasi ilmuwan internasional menerima gagasan ini, yaitu Asosiasi Psikologi
Amerika. Pada tahun 1998 Seligman menjabat sebagai Presiden Asosiasi Psikologi
Amerika. APA. Dalam konferensi tahunan Asosiasi Psikologi Amerika yang diadakan di
San Fransisco pada tahun yang sama, Seligman mengatakan bahwa tugas
kepresidenannya adalah menumbuhkan ilmu pengetahuan baru. Ia memperkenalkan ilmu
pengetahun ini dengan nama psikologi positif.
Konsep-konsep yang ada dalam psikologi positif adalah:
a. Kebahagiaan : Martin Seligman, sebagai Bapak Psikologi Positif dalam konsep
Autenthic Happiness mengatakan bahwa emosi positif seseorang terkait dengan
hal-hal yang membahagiakan dapat dibagi ke dalam tiga kelompok besar, yaitu:
emosi positif terhadap masa lalu, emosi positif terhadap masa kini, dan emosi
positif terhadap masa depan.
i. Aspek Kebahagiaan
1. Kognitif : Kepuasan hidup termasuk dalam komponen kognitif
karena keduanya didasarkan pada keyakinan (sikap) tentang
kehidupan seseorang. Kepuasan hidup merupakan penilaian
seseorang dalam kualitas kehidupannya secara menyeluruh.
2. Afektif : Afektif dibagi menjadi dua yaitu, afek positif dan afek
negatif. Afek positif atau emosi yang menyenangkan merupakan
bagian dari Subjective Well Being karena merefleksikan reaksi
seseorang terhadap peristiwa dalam hidup seseorang yang
dianggap penting baginya karena kehidupannya berjalan sesuai
dengan apa yang diinginkan olehnya. Afek negatif termasuk
suasana hati dan emosi yang tidak menyenangkan serta
merefleksikan respon-respon negatif yang dialami oleh seseorang
terhadap hidup mereka, kesehatan, peristiwa-peristiwa yang terjadi
dan lingkungan-lingkungan mereka.
ii. Faktor Kebahagiaan
Adapun faktor-faktor kebahagiaan menurut Martin Seligman, yaitu:
1. Agama : Orang yang religius lebih bahagia dan lebih puas terhadap
kehidupan daripada orang yang tidak religius. Hal ini dikarenakan
agama memberikan harapan akan masa depan dan menciptakan
makna dalam hidup bagi manusia. Selain itu, keterlibatan
seseorang dalam kegiatan keagamaan atau komunitas agama dapat
memberikan dukungan sosial bagi orang tersebut. Hubungan antara
harapan akan masa depan dan keyakinan beragama merupakan
landasan mengapa keimanan sangat efektif melawan keputus asaan
dan meningkatkan kebahagiaan.
2. Kehidupan Sosial : Orang yang sangat bahagia menjalani
kehidupan sosial yang kaya dan memuaskan, paling sedikit
menghabiskan waktu sendirian dan mayoritas dari mereka
bersosialisasi.
3. Pendidikan : Pendidikan lebih berpengaruh terhadap kebahagiaan
pada negara-negara miskin. Namun demikian walaupun pengaruh
pendidikan terhadap kebahagiaan kecil, tetapi cukup signifikan,
karena pendidikan mempengaruhi status pekerjaan dan pendapatan
yang diperoleh seseorang.
b. Forgiveness : Dalam psikologi positif, memaafkan disebut sebagai sesuatu yang
bersifat pribadi, merupakan proses internal yang secara sukarela melepas perasaan
dan pikiran akan kebencian, kemarahan serta keinginan balas dendam terhadap
seseorang yang menganiaya kita, bahkan termasuk diri sendiri. Pemaafan dapat
dimulai dengan cara yang berbeda. Semua itu bisa jadi merupakan hasil dari
proses kognitif, perilaku pelaku, perilaku korban, keputusan yang disengaja,
pengalaman atau ekspresi emosional, pengalaman spritual, atau berbagai
kombinasi dari semua itu. Di dalam psikologi positif terdapat empat model
forgiveness, yaitu:
i. Decision-based Forgiveness
Decision-based Forgiveness didefinisikan sebagai pelepasan kognitif dari
kebencian dan rasa sakit serta kebutuhan akan balas dendam. Namun,
tidak selalu berakhir dengan rasa sakit dan sakit emosional. Pemaafan di
sini dipandang sebagai tindakan atas kehendak, pilihan untuk melepaskan.
Orang-orang dapat memisahkan pikiran mereka tentang kebencian dan
rasa sakit dari perasaan terluka.Model DiBalsio ini adalah tentang
melepaskan pikiran dari kebencian dan rasa sakit tetapi tidak
memperhitungkan efek perasaan terluka yang sering bertahan setelah
pilihan ini dijalani.
ii. Cognitive Forgiveness
Pemaafan didasarkan pada perspektif yang melihat pelanggaran sebagai
pelanggaran struktur kognitif, seperti keyakinan misalnya (Gordon et al.,
2005). Pendekatan kognitif untuk pengampunan menggunakan terapi
kognitif standar dan intervensi terapi psikodinamik untuk membantu orang
mengubah cara berpikir mereka. Salah satu contohnya adalah model
kognitif Thompson, Snyder, Hoffman, dan Rasmussen et al. (2005).