AINI APRILLIA. P
20.01.061.028
A. Latar Belakang
Pembentukan kepribadian dimulai dari penanaman sistem nilai pada diri anak.
Dengan demikian, pembentukan kepribadian keagamaan perlu dimulai dari penanaman
sistem nilai yang bersumber dari ajaran agama. Sistem nilai sebagai realitas yang abstrak
yang dirasakan dalam diri sebagai pendorong atau prinsip-prinsip yang menjadi pedoman
hidup. Dalam realitasnya, nilai terlihat dalam pola bertingkah laku, pola pikir dan sikap-
sikap seorang pribadi atau kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa sistem nilai
merupakan unsur kepribadian yang tercermin dalam sikap dan perilaku, yang diyakini
sebagai sesuatu yang benar dan perlu dipertahankan. Sistem nilai merupakan identitas
seseorang. Kepribadian sendiri mencakup keseluruhan pikiran, perasaan, tingkah laku,
kesadaran dan ketidaksadaran. Kepribadian adalah pengarah seseorang dalam
menyesuaikan diri di lingkungan sosial maupun fisik.
Menurut Allport kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem
psikofisik individu yang menentukan tingkah laku dan pikiran individu secara khas.
Setiap individu memiliki karakteristik dan ciri khas tersendiri dalam berperilaku maupun
dalam proses belajar. Karakteristik yang khas dari seorang individu tersebut disebut
kepribadian. Kepribadian seorang individu dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu tersebut
yang biasanya merupakan faktor genetik sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang
berasal dari luar diri individu tersebut yang biasanya dipengaruhi dari lingkungan sekitar.
Tipe kepribadian yang berbeda akan memunculkan respon yang berbeda pula terhadap
situasi atau lingkungan akademis maupun sosial selama siswa tersebut menjalani kegiatan
belajarnya.
Ada beberapa tipe kepribadian yang dikemukakan oleh para ahli. Tipe
kepribadian pertama kali diperkenalkan oleh Hippocrates (460-370 SM) yang terbagi
menjadi chloe, melanchole, phegma, dan sanguinis. Kemudian Galenus (129-200 SM)
menyempurnakan pendapat Hippocrates dengan menggolongkan individu menjadi 4 tipe
tempramennya yaitu koleris, melankolis, phegmatis dan sanguinis. Goldberg pada tahun
1981 memperkenalkan dimensi “Big Five Personality” yang terdiri dari 5 tipe yaitu
neuroticism, extraversion, openness to new experience, agreeableness, conscientiousness.
Sedangkan Jung membagi tipe kepribadian menjadi 2 yaitu ekstrovert dan introvert.
Menurut Carl Gustav Jung dalam Hargenhahn (2011) pada 2 dasarnya manusia
memiliki dua tipe kepribadian yaitu ekstrovert dan introvert. Kepribadian ekstrovert
adalah tipe kepribadian yang lebih semangat, terbuka dan sangat senang bergaul serta
memiliki kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan sekitarnya. Kepribadian ini lebih
senang bersikap realistis, aktif dalam bekerja, bersikap spontan dan mudah
mengekspresikan perasaan. Hal ini yang membuat individu ekstrovert terbuka dengan
dunia luar, menyukai keramaian, banyak terlibat interaksi dengan lingkungannya serta
mampu mengungkapkan perasaan dengan kata-kata. Sedangkan introvert merupakan tipe
kepribadian yang memiliki sikap kesadaran yang berpusat pada dirinya sendiri. Tipe
kepribadian ini merupakan tipe kepribadian yang lebih memperhatikan pikiran, suasana
hati, memiliki lebih banyak pertimbangan, bersifat sangat sensitif terhadap kritik dan
reaksi yang terjadi dalam diri seorang individu. Kepribadian introvert memiliki
kecenderungan memasuki dunia imajiner dan memiliki perasaan halus dan tidak
melahirkan emosi secara mencolok. Hal ini yang membuat individu introvert cenderung
lebih menutup diri, dan memiliki keterpakuan terhadap hal-hal yang terjadi dalam diri
mereka serta selalu berusaha untuk mawas diri, pendiam, tidak ramah, lebih suka
menyendiri, dan mengalami hambatan pada kualitas tingkah laku yang ditampilkan
(Widyastuti, 2017:273).
Menurut Kompas pada tanggal 7 Agustus 2014, seorang siswa Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat ditemukan tewas gantung diri di
rumahnya. Dari infiormasi yang didapat, diketahui beberapa hari sebelum kejadian,
korban melihat mantan kekasihnya pergi meninggalkan rumah bersama kekasih barunya.
Menurut Randa salah satu teman sekolahnya, korban merupakan orang yang polos dan
pendiam. Jika ada masalah, korban tidak pernah menceritakannya kepada siapapun. Ibu
korban sangat menyayangkan melihat kejadian yang menimpa anaknya.
Menurut Kompas pada tanggal 14 Oktober 2022, mahasiswa diduga bunuh diri
lompat dari lantai 11 hotel. eberapa waktu lalu seorang mahasiswa Universitas Gadjah
Mada (UGM) tewas jatuh dari lantai 11 hotel di Jalan Colombo, Caturtunggal, Depok,
Kabupaten Sleman, Sabtu (8/10/2022). Korban diduga tewas bunuh diri akibat depresi
setelah ditemukannya surat keterangan psikolog dari rumah sakit mengenai kondisi
korban. Kapolsek Bulaksumur, Kompol Sumanto mengatakan ditemukan tas milik
korban mahasiswa berinisial TSR (18) dan mendapatkan data bahwa korban adalah
mahasiswa Fisipol UGM. Di dalam tas korban ditemukan satu surat keterangan psikolog
dari rumah sakit, saat ini masih didalami polisi terkait surat tersebut. "Itu surat keterangan
psikolog, jadi memang ada suratnya tegasnya.
Dari kedua kasus di atas, dapat terlihat bahwa kedua korban memiliki kepribadian
yang pendiam dan tidak pernah membuat ulah sehingga ketika tertimpa masalah korban
kurang mampu menceritakan kepada orang-orang disekitarnya dan mengambil keputusan
yang sangat merugikan dirinya bahkan keluarganya sendiri. Dari hal itu juga, terlihat
bahwa korban telah hilang rasa ketenangan jiwanya sehingga mengambil jalan pintas
yang sekiranya akan mengalami ketenangan jiwa yang abadi. Hilangnya rasa ketenangan
jiwa membuat seseorang memiliki beban dalam beraktivitas yang disertai dengan
perasaan yang tidak bahagia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan ketenangan jiwa terhadap kepribadian introvert?
2. Apa saja tipe kepribadian pada remaja?
3. Apakah individu yang memiliki kepribadian introvert memiliki ketenangan jiwa?
C. Tujuan
1. Mengetahui sejauh mana hubungan ketenangan jiwa terhadap kepribadian
introvert.
2. Mengetahui tipe-tipe kepribadian.
3. Mengetahui individu yang memiliki kepribadian introvert dapat merasakan
ketenangan jiwa.
D. Manfaat
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti
mengharapkan akan memberikan manfaat yaitu sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu, sebagai refrensi dibidang
pendidikan maupun sosial terutama untuk mengetahui pengaruh kepribadian
individu, sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya dengan aspek
penelitian yang berbeda, menambah wawasan dan ilmu pengetahuan serta
mendukung teori-teori yang sudah ada sehubungan dengan masalah yang di teliti.
b. Manfaat Praktis
1. Manfaat bagi penulis, membuktikan ada tidaknya pengaruh tipe
kepribadiaan terhadap ketenangan jiwa dan meningkatkan wawasan
penulis dalam memahami beberapa tipe kepribadian sehingga lebih
memahami individu yang mempunyai kepribadian introvert.
2. Manfaat bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian dapat digunakan oleh
peneliti selanjutnya sebagai data dasar dalam meluaskan penelitian lebih
lanjut.
BAB II
KAJIAN TEORI
I. Ketenangan Jiwa
A. Pengertian Ketenangan Jiwa
Ketenangan berasal dari kata “tenang”yang kemudian diberi imbuhan ke-an.
Ketenangan secara etimologi berarti mantap, tidak gusar, yaitu: suasana jiwa yang berada
dalam keseimbangan sehingga menyebabkan seseorang tidak terburu-buru atau gelisah.
Ketenangan jiwa adalah sebuah kondisi ketika seseorang tidak memiliki beban dalam
beraktivitas yang disertai psikologi, jiwa lebih dihubungkan dengan tingkah laku
sehingga yang diselidiki oleh para psikolog adalah perbuatanperbuatan yang dipandang
sebagai gejala-gejala dalam jiwa. Teoriteori baik psikoanalisa, behaviorisme maupun
humanisme memandang jiwa sebagai sesuatu yang berada dibelakang tingkah laku.
Menurut Wasty Soemanto, jiwa adalah kekuatan dalam diri yang menjadi penggerak bagi
jasad dan tingkah laku manusia, jiwa menumbuhkan sikap yang mendorong tingkah laku.
Demikian dekatnya fungsi jiwa dengan tingkah laku maka berfungsinya jiwa dapat dapat
diamati dari tingkah laku yang nampak. Jadi jiwa adalah seluruh aspek ruhani yang
dimiliki oleh manusia yang menjadi hakikat dari manusia yang mendorong menjadi
sebuah tingkah laku, diantaranya yakni hati, akal pikiran, emosi, dan perasaan.
Ketenangan jiwa merupakan juga kesehatan jiwa, kesejahteraan jiwa, atau
kesehatan mental. Karena orang yang jiwanya tenang dan tenteram berarti orang tersebut
mengalami keseimbangan di dalam fungsi-fungsi jiwanya sehingga dapat berfikir positif,
bijak dalam menyikapi masalah, mampu menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapi
serta mampu merasakan kebahagiaan hidup. Hal tersebut sesuai dengan pandangan
Zakiah Daradjat bahwa kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan yang
sungguhsungguh antara faktor jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi
problem-problem yang biasa terjadi, dan merasakan secara positif kebahagiaan dan
kemampuan dirinya. Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa orang yang sehat
mentalnya atau tenang jiwanya adalah orang yang memiliki keseimbangan dan
keharmonisan di dalam fungsi-fungsi jiwanya, memiliki kepribadian yang terintegrasi
dengan baik, dapat menerima sekaligus menghadapi realita yang ada, mampu
memecahkan segala kesulitan hidup dengan kepercayaan diri dan keberanian serta dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Dalam bukunya Zakiah Daradjat ada enam kebutuhan jiwa di mana jika tidak
terpenuhi akan mengalami ketegangan jiwa. Kebutuhan jiwa tersebut adalah:
a. Rasa Kasih Sayang
Rasa kasih sayang Rasa kasih sayang merupakan kebutuhan jiwa yang penting
bagi manusia oleh karenanya apabila rasa kasih sayang itu tidak didapatnya dari
orang-orang disekelilingnya maka akan berdampak pada keguncangan jiwanya.
b. Rasa Aman
Rasa aman juga kebutuhan jiwa yang tidak kalah pentingnya. Orang yang
terancam, baik jiwanya, hartanya, kedudukannya ia akan gelisah yang berujung
pada stress.
c. Rasa Harga Diri
Rasa harga diri juga merupakan kebutuhan jiwa manusia, yang jika tidak
terpenuhi akan berakibat penderitan. Banyak orang merasa diremehkan,
dilecehkan dan tidak dihargai dalam masyarakat terutama dalam hal harta,
pangkat keturunan, dan lain sebagainya. Namun sebenarnya hakekat harga diri itu
terletak pada iman dan amal soleh seseorang.
d. Rasa Bebas
Rasa ingin bebas termasuk kebutuhan jiwa yang pokok pula. Setiap orang ingin
mengungkapkan perasaannya dengan cara yang dirasa menyenangkan bagi
dirinya. Namun semua itu tentunya ada batas dan aturan yang harus diikutinya
agar orang lain tidak terganggu haknya.
e. Rasa Sukses
Rasa sukses yang merupakan salah satu kebutuhan jiwa. Kegagalan akan
membawa kekecewaan bahkan menghilangkan kepercayaan seseorang kepada
dirinya.
f. Rasa Ingin Tahu
Rasa ingin tahu juga termasuk kebutuhan jiwa yang pokok yang jika terpenuhi
akan berdampak pada tingkah laku. Orang akan merasa sengsara apabila tidak
mendapatkan informasi atas ilmu yang dicarinya. Namun tidak semua ilmu itu
dapat diketahuinya karena keterbatasan yang ada pada dirinya. Tidak selamanya
orang dalam kehidupannya, dapat memenuhi keenam kebutuhan jiwa yang pokok
di atas, karena bermacam-macam suasana yang mempengaruhi dan yang harus
dihadapinya. Jika tidak terpenuhi maka orang akan gelisah dan mencari jalan
untuk mengatasinya, baik dengan cara yang wajar maupun tidak wajar.
B. Karakteristik Kepribadian
Menurut Wulandari (dalam Retnowati & Haryanthi, 2001) terdapat tiga
karakteristik kepribadian yaitu pertama, kepribadian individu berkembang sepanjang
kehidupan individu, yang ditandai dengan pengalaman hidup yang saling berintegrasi dan
berakumulasi membentuk suatu kepribadian tertentu. Kedua, kepribadian individu
bersifat unik dan khas, artinya bahwa kepribadian antara individu yang satu berbeda
dengan kepribadian individu lain. Ketiga, perkembangan kepribadian sifatnya dinamis,
tidak statis dengan cara-cara tertentu. Hal ini dipengaruhi oleh adanya faktor-faktor
ekstrinsik berupa pola adaptasi dengan lingkungannya serta faktor intrinsik berupa
pengalaman, motivasi dan faktor internal lainnya.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat tujuh faktor yang
mempengaruhi tipe kepribadian extravert dan introvert, yaitu activity, sociability, risk
taking, impulsiveness, expressiveness, reflectiveness, dan responsibility.
- introvert
- extrovert
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
1. Pendekatan
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan dua variabel
yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent
variable). Menurut Creswell (2010) penelitian kuantitatif adalah metode yang
digunakan dalam penelitian dengan memeriksa hubungan antar variabel. Variabel
diukur sehingga data numerik dapat dianalisis sesuai dengan prosedur statistik
(Lissita, 2020).
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kuantitatif korelasional.
Korelasional bertujuan untuk mengetahui sejauh mana variabel bebas berkaitan
atau berhubungan dengan variabel terikat, serta mengetahui korelasi yang terjadi
pada setiap variabel apakah berkorelasi positif atau bahkan tidak berkorelasi
(Lissita, 2020) . Penelitian ini mengetahui apakah berkaitan atau berhungan antara
variabel bebas yakni dukungan sosial dengan variabel terikat yakni resiliensi pada
mahasiswa rantau di Universitas Teknologi Sumbawa.
C. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, instrumen penelitian yang digunakan adalah skala dukungan
sosial dan skala resiliensi. Menurut Saifudin Azwar (2005), Skala adalah serangkaian
pertanyaan yang disusun untuk menemukan atribut tertentu melalui jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan ini (Lissita, 2020).
Instrumen yang digunakan dalan penelitian ini menggunakan skala likert.
Sugiyono menyatakan bahwa skala liert digunakan utuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang mengenai suatu fenomena sosial. Skala likert
menggunakan serangkaian pernyataan untuk mengukur sikap berdasarkan respons rata-
rata. Pernyataan- pernyataan ini dapat berupa pernyataan yang mendukung (Favourable)
atau pernyataan yang tidak mendukung (Unfavourable) (Lissita, 2020). Dalam skala
likert biasanya menggunakan lima tingkatan yaitu : sangat setuju, setuju, netral, tidak
setuju, sangat tidak setuju.
Pada pilihan jawaban di tengah atau netral tidak dipergunakan dalam skala ini.
Item-item skala disajikan dalam bentuk tertutup, artinya responden hanya bisa memilih
jawaban yang telah disediakan peneliti dalam pernyataan. Adapun opsi jawaban yang
tersedia dalam skala ini adalah : Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan
Sangat Tidak Setuju (STS).
Berikut adalah perhitungan skor tiap-tiap jawaban :
1. Skala kepribadian
2. Dokumentasi
Catatan peristiwa yang telah berlalu yang berupa gambar, tulisan, atau
karya seseorang disebut sebagai dokumentasi. Studi dokumen merupakan
pengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dari penelitian
kualitatif. Sehingga dalam penelitian ini peneliti berusaha mengumpulkan
dokumen yang didapatkan di lapangan dan media internet (Rahmayanti, 2017)
Dokumentasi dapat dianggap sebagai materi-materi tertulis atau sesuatu
yang menyediakan informasi tentang suatu subjek atau obejek. Dokumentasi
dapat berisi tentang deskripsi-deskripsi, penjelasan, bagan alur, daftar-daftar,
ganbar, video, dan contoh-contoh objek atau subjek dari media informasi.
2. Reliabilitas
Priyono, (2008) menyatakan bahwa uji reliabilitas berkaitan dengan dapat
diandalkannya atau tidak suatu indikator. Informasi yang ada pada indikator ini
tidak berubah-ubah, atau yang disebut dengan konsisten. Artinya, bila suatu
pengamatan dilakukan dengan perangkat ukur yang sama lebih dari satu kali, hasil
dari pengamatan ini seharusnya sama. Bila tidak sama, dikatakan perangkat ukur
tersebut tidak reliabel (Lissita, 2020). Konsep reliabilitas adalah sejauh mana
hasil suatu proses pengukuran dapat dipercaya. Hasil suatu pengukuran akan
dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap
kelompok responden yang sama diperoleh hasil yang ralatif sama. Machali
(2017), menyatakan bahwa nilai koefisien cronbach’s alpha ≥ 0,7 Maka
instrument dapat dikatakan reliable (Hanifa & Rosandi, 2021)
a) Uji Realibilitas Skala kepribadian
.