Anda di halaman 1dari 8

PERANAN PSIKOLOGI POSITIF

DALAM MASA PANDEMI COVID-19

Disusun Oleh : Irvan Ariansyah (46117310047) , Muhammad Maulana Ibrahim (46120120026) , Silvia
Putri Fardani (46120120040) , Yuni Purnama Sari (46120120022)

Pada awal tahun 2020, dunia dikejutkan dengan wabah virus corona (Covid-19) yang
menginfeksi hampir seluruh negara di dunia. WHO semenjak Januari 2020 telah menyatakan
dunia masuk ke dalam darurat global terkait virus ini. Ini merupakan fenomena luar biasa yang
terjadi pada abad ke 21, karena Banyak event-event skala besar (pertandingan-pertandingan
olahraga internasional contohnya) hampir seluruhnya ditunda bahkan dibatalkan. Terhitung mulai
bulan Maret 2020 sampai 19 April 2021, Positif 1.609.300, Sembuh 1.461.414 Meninggal 43.567
di Indonesia

Kondisi tersebut cukup memprihatinkan dan perlu penyikapan yang baik supaya kondisi
mental masyarakat tetap sehat dalam menghadapi pandemi ini. Krisis kesehatan mental
merupakan gelombang ketiga dan terbesar yang menyerang manusia setelah gelombang krisis
kesehatan fisik dan krisis ekonomi.

Karena kondisi lingkungan saat ini sangat berpengaruh terhadap kestabilan psikologis
manusia. Seperti halnya yang terjadi di masyarakat kita saat ini, penyebaran covid 19 tentunya
membuat masyarakat merasa cemas dan kondisi covid 19 juga mengharuskan interaksi sosial di
batasi dalam skala besar menghasilkan, bahwa kesendirian merupakan salah satu faktor
negative. Tatanan baru dunia dengan adanya covid-19 mengarahkan gerakan Psikologi Positif
pada optimalisasi character strenght dan virtue agar membantu manusia dapat beradaptasi
dengan perubahan dunia baru. Dalam beradaptasi dengan dunia baru, Psikologi Positif
mendorong kita untuk memiliki psychological capital meliputi; efikasi diri, harapan, resiliensi, dan
optimisme. Pada dunia kerja, Psikologi Positif mendorong pekerja untuk mencapai meaning.
Melalui calling orientation work, pekerja dapat mencapai meaning at work. psikologi positif sendiri
memiliki arti memelajari apa yang paling berharga dari hidup manusia. Psikologi positif
menggunakan pemahaman ilmiah dan intervensi efektif untuk membantu pencapaian kehidupan
yang memuaskan daripada menyembuhkan penyakit mental.
Psikologi Positif merupakan gagasan yang disampaikan oleh Martin Seligman yang
mempelajari mengenai tingkat kesehatan mental, kebahagiaan, kekuatan karakter, dan
optimisme.  Menurut Seligman, ada tiga cara untuk membangun kekuatan positif manusia, yakni; 

Pertama, have a pleasant life (life of enjoyment). Di sini seseorang musti memiliki hidup
yang menyenangkan, dapatkan kenikmatan sebanyak mungkin. Ini mungkin cara yang ditempuh
oleh kaum hedonis. Tapi jika ini cara yang kita tempuh, hati-hati dengan jebakan hedonic treadmill
(semakin kita mencari kenikmatan, semakin kita sulit dipuaskan) dan jebakan habituation
(kebosanan karena terlalu banyak, misalnya, makan es krim pada jilatan pertama sangat nikmat,
tapi pada jilatan keduapuluh, kita jadi pengin muntah). Tetapi pada takaran yang pas, cara ini bisa
sangat membahagiakan.

Kedua, have a good life (life of engagement). Dalam bahasa Aristoteles disebut
eudaimonia, terlibatlah dalam pekerjaan, hubungan atau kegiatan yang membuat kita mengalami
“flow”. merasa terserap dalam kegiatan itu, seakan-akan waktu berhenti bergerak, kita bahkan
tidak merasakan apapun, karena sangat “khusyu’”. fenomena ini diteliti secara khusus oleh rekan
Seligman.

Ketiga, have a meaningful life (life of contribution). Pada sisi ini manusia harus memiliki
semangat melayani, berkontribusi dan bermanfaat untuk orang lain atau makhluk lain. Merasa
hidup kita memiliki “makna” yang lebih tinggi dan lebih abadi dibanding diri kita sendiri.

Beberapa cara untuk memanfaatkan Psikologi Positif dalam menghadapi pandemi seperti
memahami gagasan apa saja dalam psikologi positif yang dapat membuat kita resilien (bertahan
dan tangguh) dalam menghadapi pandemi lalu gagasan yang sudah dipahami tersebut
dikembangkan, tujuannya agar bisa mengembangkan resiliensi selama pandemi.

Bagaimana cara mengembangkan resiliensi? Dalam paparannya dijelaskan  yang pertama


bisa dilakukan dengan mengembangkan sense of routine yang berarti kita perlu membuat rencana
harian, rencana mingguan, dan rencana bulanan sehingga hidup bisa lebih terprogram dan ada
usaha untuk mengevaluasi dan memperbaiki setiap harinya. Kedua dengan membuat jurnal
harian yang berisi apa saja kegiatan yang dilakukan, apa yang dirasakan, dsb. Hal tersebut
berguna sebagai perekam kegiatan juga sebagai media katarsis.  Meluangkan waktu untuk
beraktivitas di luar ruangan seperti jalan-jalan santai atau relaksasi setelah rutinitas harian, serta
masih banyak lagi. 

Berikut adalah beberapa hal yang dapat meningkatkan resiliensi dalam diri seseorang
sekaligus bisa menjadi faktor pelindung buat individu dalam usaha untuk tetap tangguh bertahan
menghadapi situasi sulit seperti saat ini:
1. Miliki efikasi diri yang baik, artinya yakin akan kemampuan diri sendiri untuk bisa
mengatasi situasi saat ini dengan melihat kelebihan-kelebihan yang dimiliki;

2. Cobalah selalu meregulasi emosi, artinya ketika menghadapi situasi yang tidak
menyenangkan emosi usahakan tetap tenang, misalnya dengan melakukan relaksasi dulu
sebelum memberikan respons;

3. Latih kendalikan impuls, artinya kenali dorongan-dorongan dalam diri dan analisis
apakah dorongan atau keinginan tersebut tepat atau tidak sebelum membuat keputusan;

4. Lakukan analisis situasi yaitu dengan mengurai dan menganalisa komponen


kejadian atau masalah, lalu merumuskan langkah perbaikan;

5. Tetap optimis artinya tetap berpikir dan berpandangan positif serta bertindak
konstruktif dalam situasi apapun;

6. Tingkatkan empati dengan merespons secara tepat kondisi orang lain;

7. Tingkatkan aspek positif dalam diri sendiri dengan misalnya dengan menambah skill,
pengetahuan atau dengan melatih bakat dan minat yang dimiliki;

8. Tingkatkan kedekatan dan relasi bersama keluarga, teman juga komunitas dengan
melakukan komunikasi yang aktif dan baik;

9. Menerima perubahan yang terjadi sebagai bagian dari kehidupan dan mengenali
strategi koping masalah yang bisa diterapkan;

10. Terus memelihara pengharapan bahwa situasi akan lebih baik;

11. Bersyukur untuk setiap hal baik yang dialami setiap harinya, misalnya masih dapat
berkumpul bersama keluarga, masih dapat mengerjakan tugas di rumah, masih dapat
memanjatkan doa di rumah, mendampingi anak dalam mengerjakan tugas di rumah, dan lain
sebagainya;

12. Gunakan humor positif untuk komunikasi dengan orang lain, ini tentu akan
menimbulkan perasaan bahagia yang bisa menambah resiliensi pastinya.

Semakin meluasnya wabah dan dampak dari virus ini secara signifikan didalam segi-segi
kehidupan masyarakat Indonesia, maka menjaga kesehatan mental tetap dalam kondisi prima
adalah suatu keharusan. Mental yang sehat akan membuat kepuasaan hidup yang erat kaitannya
dengankebahagiaandimana orang yang bahagia akan memiliki sistem imun yang tinggi, sehingga
dapat menangkal wabah virus tersebut. Oleh karena itu untuk selanjutnya akan dijelaskan
bagaimana kiat-kita menjaga kesejahteraan jiwa atau kesehatan mental.

Victor Frankl (1984) menjelaskan bahwa seorang manusia akan bahagia bila ia telah
mengerti makna dalam kehidupannya. Bila dikaitkan dengan pandemic Covid-19 ini, maka ada
baiknya manusia berpikir dan memaknai sisi positif dari hadirnya wabah tersebut. Bisa dihayati
bahwa dengan adanya pandemi ini seluruh manusia dapat bersatu padu dan saling
menumbuhkan rasa saling peduli satu dengan yang lainnya sehingga tumbuhnya cinta kasih yang
mungkin dalam waktu belakangan ini manusia mengedepankan kebencian dan konflik. Polusi
berkurang dari bumi, sehingga bumi memiliki waktu untuk dapat memperbaiki dirinya, sehingga
dapat menjadi tempat yang lebih baik untuk ditinggali. Ataupun setiap manusia akan menjadi lebih
sadar akan esensi dari kehidupan, sehingga setelahnya dapat berperilaku dengan lebih baik. Dari
hal-hal tersebut, maka manusia akan berada dalam kondisi tenang dan awas adalam menghadapi
wabah ini. Selain itu manusia juga akan lebih siap dan kuat dalam menghadapi peristiwa traumatis
lainnya di masa depan.

Aspek selanjutnya adalah mengenai emosi positif. Seseorang yang memiliki emosi positif
dapat dengan baik beradaptasi dalam situasi traumatis.Untuk dapat berada dalam kondisi emosi
yang positif dalam kondisi wabah, beberapa hal dapat dilakukan, seperti melakukan aktifitas
hiburan dalam rumah, mengobrol bersama anggota keluarga, makan bersama, olahraga indoor
bersama, ataupun saling bertukar pikiran. Aktifitas-aktifitas tersebut selain dapat membuat emosi
menjadi positif tetapi juga dapat mengalihkan pikiran dari informasi-informasi negatif tentang
wabah virus.

Hal selanjutnya yang menjadi konsep penting dalam menjaga kesejahteraan jiwa adalah
spiritualitas. Spiritualitas adalah bagaimana seseorang memandang kehidupannya memiliki
koherensi dan bertujuan, namun juga  memperoleh pengalaman personal melalui kekuatan yang
dia yakini sebagai suatu  yang melingkupi,  mendasari  atau melampaui  kehidupan, serta sebagai
pencarian terhadap Yang Maha Suci sebagai aspek non material dari religiusitas. Menggunakan
spiritualitas sebagai mekanisme koping melalui masa-masa sulit yang intens berkorelasi dengan
tingkat harapan yang lebih tinggi, optimisme, dan hasil kehidupan yang positif. Oleh karena itu,
banyak bertafakur di rumah, berdoa, dan beribadah dengan konsentrasi penuh, dan meditasi
merupakan hal terbaik untuk dapat menjaga kejiwaan kita berada dalam kondisi yang stabil.

Berdasarkan sebuah jurnal penelitian, setidaknya terdapat 9 topik utama dalam psikologi
positive yang berhubungan dengan pandemi covid 19 ini. 

Yang pertama adalah meaning, Pandemi memberi banyak dari kita kesulitan. Dalam teori
Meaning, pandemi dapat dilihat secara langsung mengancam tiga elemennya yaitu koherensi,
signifikansi, dan purpose. Pandemi mengancam koherensi dengan menciptakan kekacauan dan
pergolakan dalam rutinitas kita, keyakinan terhadap pemerintah dan keselamatan diri kita sendiri.
Hal itu mengancam signifikansi dengan membuat kita merasa tidak berdaya dan terseret di tengah
pengaruh yang tidak dapat kita kendalikan, dengan mengambil hubungan dan aktivitas yang
membuat hidup terasa berharga, dan mengancam perasaan bahwa kita berarti dengan
menyebabkan penyakit yang meluas, cacat berkepanjangan, atau kematian. Itu mengancam
Purpose dengan memisahkan rencana dan aspirasi kita untuk masa depan, melemahkan motivasi
kita, dan memutuskan koneksi ke tujuan dan sasaran kita dalam hidup. Saat dunia menghadapi
pandemi COVID-19 dan akibat yang diberikannya, menemukan meaning dalam hidup adalah titik
fokus yang sangat relevan untuk kesehatan mental seseorang.

Topik yang kedua adalah Coping. tidak dapat dipungkiri bahwa pandemi covid19 ini
menyebabkan semua orang merasa stress. dan salah satu cara menhadapi stress ini dengan
belajar bagaimana melakukan coping terhadap stress tersebut. 

Yang ketiga adalah Self-Compassion atau belas kasih terhadap diri sendiri, setidaknya
ada 3 komponen dalam belas kasih ini yang berhubungan dengan pandemi ini yaitu: Pertama,
memperhatikan kesusahan kita, memberi ruang bagi emosi seperti ketakutan, ketidakpastian, atau
kesedihan tanpa mencoba menekannya atau membuatnya hilang. Kedua, lihatlah rasa
kemanusiaan yang biasa dialami selama pandemi yang memungkinkan kita menyadari bahwa ini
adalah pengalaman bersama, meskipun kita mungkin merasa kesepian karena jarak sosial, kita
semua berada di perahu ini bersama-sama. Ketiga, kebaikan diri mungkin melibatkan berbicara
kepada diri kita sendiri dengan nada hangat dan penuh kasih, mengucapkan kata-kata yang perlu
kita dengar untuk menghibur atau meyakinkan diri kita sendiri: 'Ini akan baik-baik saja;' 'Aku di sini
untukmu.' Dengan memberikan kasih sayang pada diri sendiri atas rasa sakit yang kita alami, kita
akan menjadi lebih kuat, lebih stabil, dan lebih mampu mengatasi stres pandemi Covid-19 tanpa
merasa kewalahan.

Selanjutnya ada courage atau keberanian. Di masa krisis ini, dua elemen kunci keberanian
yaitu risiko dan tujuan sering kali berubah secara tiba-tiba dan drastis. Dalam pandemi COVID-19
semua orang di seluruh dunia menghadapi risiko tertular virus mematikan dan banyak resiko'
lainnya seperti risiko kehilangan pekerjaan yang berasal dari kejatuhan ekonomi dan risiko depresi
yang berasal dari isolasi sosial. Pada saat yang sama COVID-19 telah secara drastis membatasi
dan merubah tujuan banyak orang termasuk dalam hal karir keuangan, dan tujuan pendidikan,
tujuan rekreasi, dan tujuan hubungan. Karena itu, COVID-19 mengharuskan orang untuk
menggunakan keberanian mereka serta lebih sengaja dan lebih sering mempertimbangkan
proporsionalitas relatif risiko dibandingkan dengan nilai tujuan.
Topik kelima adalah Gratitude atau rasa bersyukur. Perasaan bersyukur berfungsi sebagai
penyangga dan penyokong dalam penurunan tingkat stres dan peningkatan emosi positif,
kepuasan hidup, dan ketahanan. Mungkin yang paling unik, rasa syukur memfasilitasi
pengembangan dan pemeliharaan hubungan sosial. meskipun kita semua masih dalam keadaan
pandemi, hasil penelitian menunjukan bahwa dengan rasa bersyukur dalam diri dapat memicu kita
untuk lebih peduli dalam membantu orang lain.

Yang keenam adalah Character Strengths atau kekuatan karakter. Fokus pada kekuatan
karakter dapat meningkatkan kesehatan mental dengan membantu seseorang untuk
mengidentifikasi dan menggunakan kualitas terbaik mereka. Misalnya, satu orang mungkin
memiliki kekuatan humor yang tinggi sehingga mereka menggunakannya untuk berbagi cerita lucu
di media sosial dan dengan demikian membawa kesembronoan ke situasi tegang dan
berhubungan secara sosial dengan orang lain, sementara orang lain mungkin menggunakan
kekuatan kepemimpinan mereka untuk memimpin webinar online yang mendidik masyarakat.

Topik selanjutnya adalah Positive Emotions atau emosi positif. Pandemi COVID-19
memberikan banyak penyebab emosi negatif. Orang-orang merasakan ketakutan dan kecemasan
untuk tertular virus, kesedihan terkait terhubungan sosial yang berkurang, kesedihan tentang
hilangnya nyawa manusia yang luar biasa banyak serta kemarahan dan frustrasi karena
kehilangan pekerjaan, pendapatan, dan kebebasan bergerak. Namun latar belakang dari rasa
sakit emosional yang meluas ini membuat orang sangat membutuhkan untuk menyebarkan
strategi psikologi positif yang meningkatkan emosi positif mereka dalam melayani diri mereka
sendiri, orang yang mereka cintai, dan komunitas mereka.

Kedelapan adalah Positive interpersonal processes atau proses interpersonal yang positif.
Dalam masa pandemi ini hubungan antar manusia yang positif sangat membantu kita dalam
mejalani kesulitan ini. Karena dengan hubungan yang positif seperti tertawa bersama, berbagi
pengalaman menarik itu sangat membantu memelihara kesehatan mental kita.

Yang terakhir adalah High-quality connections. HQC membahas hubungan yang sedang
berlangsung (misalnya, teman sekamar, teman, keluarga, rekan kerja), bagian ini berkonsentrasi
pada unit hubungan yang lebih kecil, momen-momen hubungan manusia, baik itu virtual atau
secara langsung. Individu dan kelompok dapat menggunakan pola pikir HQC untuk
mengidentifikasi dan menerapkan pendekatan pada interaksi virtual atau langsung yang membuat
mereka lebih mungkin untuk menghasilkan HQC dan menuai dampak yang menguntungkan.
Pertama, individu dapat secara aktif menciptakan 'kehadiran psikologis' yang lebih besar, yang
didefinisikan sebagai menghilangkan gangguan dan secara aktif memfokuskan perhatian pada
interaksi langsung dan terdekat dengan orang lain, yang memfasilitasi pembuatan HQC. Kedua,
individu dapat fokus pada rasa ingin tahu dan tertarik pada orang atau kelompok lain selama
interaksi sebagai strategi yang disengaja untuk membangun koneksi. Menawarkan bantuan
kepada orang lain, menjadi rentan atau menyampaikan kepercayaan adalah langkah lebih lanjut
yang dapat dilakukan oleh individu dengan sengaja untuk mengembangkan HQC. Terakhir, siapa
pun yang menjadi anggota grup atau tim dapat berpikir secara proaktif tentang merancang rapat
tim untuk secara sengaja mengembangkan lebih banyak HQC dengan menciptakan norma untuk
rasa hormat, mendorong penegasan dan bantuan antarpribadi, dan membina iklim tim yang saling
percaya. Masa-masa sulit ini mengharuskan kita untuk tidak meremehkan kualitas koneksi yang
kita buat. Sebaliknya, pandemi menyerukan agar kepedulian dan perhatian kita diarahkan untuk
menjadikan setiap interaksi sebagai suntikan pendorong potensial dengan menciptakan kondisi
untuk HQC

Reffrensi

Waters, L., Algoe, S. B., Dutton, J., Emmons, R., Fredrickson, B. L., Heaphy, E., ... & Steger, M.
(2021). Positive psychology in a pandemic: buffering, bolstering, and building mental health. The
Journal of Positive Psychology, 1-21.

CNN Indonesia. (2020, Maret 14). Mengenal Social Distancing sebagai Cara Mencegah Corona.
CNN Indonesia. Diunduh dari https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20200314102823-255-
483358/mengenal-social-distancing-sebagai-cara-mencegah-corona

Frankl, V. E. (1984). Man's search for meaning: An introduction to logotherapy. New York: Simon
& Schuster.

Good, Marie. (2011). Exploring The Development and Psychosocial Correlates of Spirituality/
Religiosity Across Adolescence (Doctoral dissertation). Retrieved from
https://dr.library.brocku.ca/bitstream/handle/10464/4074/Brock_Good_Marie_2011.pdf?
sequence=1

Hariyadi, D. (2020, Maret 18). Pandemi Corona, Ribuan Orang Ikut Tabligh Akbar se-Asia di
Gowa. Tempo.co. Diunduh dari https://nasional.tempo.co/read/1321285/pandemi-corona-ribuan-
orang-ikut-tabligh-akbar-se-asia-di-gowa

Koesmawardhani, N. W. (2020, Maret 17). Pemerintah Tetapkan Masa Darurat Bencana Corona
hingga 29 Mei 2020. Detiknews. Diunduh dari https://news.detik.com/berita/d-
4942327/pemerintah-tetapkan-masa-darurat-bencana-corona-hingga-29-mei-2020

Anda mungkin juga menyukai