Anda di halaman 1dari 7

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS KESEHATAN MENTAL DALAM ADAPTASI DIERA NEW NORMAL

Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Penelitian Kualitatif

Dosen Pengampuh : Anugrah Sulistiyowati, M.Psi., Psi.

Oleh :
Riski Rahayu
D20185049

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER (IAIN JEMBER)


FAKULTAS DAKWAH
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM
November 2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setelah terjadi wabah virus corona (covid-19) yang telah menyebar diseluruh dunia
termasuk Indonesia, masyarakat diharapkan mampu menghadapi tatanan kehidupan baru
ditengah pandemi covid-19 dengan tetap mematuhi protokol kesehatan yang ditetapkan
oleh pemerintah. Dalam menghadapi era new normal, banyak tantangan yang harus
dihadapi masyarakat salah satunya adalah beradaptasi dengan kebiasaan baru. Ketika
masyarakat tidak terbiasa dengan kondisi baru yang harus dihadapi dapat menimbulkan
stress karena penolakan terhadap kondisi tersebut. Dalam proses penerimaan new normal
memungkinkan seseorang untuk menolak beradaptasi, yang akhirnya akan jadi stress.
Salah satunya muncul ketidaksenangan untuk menjalankan kebiasaan-kebiasaan baru itu,
sampai akhirnya pada tahap menerima kondisi dan mau menjalankan kebiasaan baru
tersebut. Dalam proses adaptasi setiap orang berbeda-beda tergantung dari persepsi dan
kemampuan individu untuk menerima situasi.
Ahli kesehatan Perserikatan Bangsa-bangsa mengisyaratkan adanya krisis kesehatan
jiwa akibat pandemi (Anwar, 2020). Seperti yang dipaparkan oleh Anwar (2020), di
Indonesia, Kepala Staf Presiden, Moeldoko menyatakan bahwa selama periode 16 – 30
Maret 2020 saja ada 59 kasus kekerasan, perkosaan, dan pelecehan. Sementara itu Kepala
Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Polri, Kombes Asep Adi Saputra mengatakan
peningkatan angka kejahatan selama masa pandemi Corona sekitar 11,8 persen (CNN
Indonesia, 2020). Kriminolog, Reza Indragiri, seperti dikutip oleh CNN Indonesia (2020)
menyatakan kesulitan ekonomi dan rasa frustasi selama pembatasan sosial berskala besar
(PSBB) dapat memicu seseorang untuk melakukan tindak kekerasan dan kejahatan.
Dampak pandemi COVID-19 terhadap kondisi psikososial di Indonesia juga nampak
dari hasil survei Moh Abdul Hakim (2020, tidak dipublikasikan) selama 7 hari pada awal
PSBB dan Policy Brief Ikatan Psikologi Sosial (Cahyono, Milla, Subarkah, Yustisia,
2020). Hasil survei Hakim, menunjukkan bahwa 27% dari 1.319 partisipan mengalami
stres akut akibat pembatasan sosial, kekurangan kebutuhan dasar, ancaman terinfeksi, dan
penyesuaian perilaku. Sementara itu hasil penelitian kolaborasi dari 12 institusi, seperti
dikutip dalam Policy Brief 02, Ikatan Psikologi Sosial menunjukkan bahwa kondisi di
Indonesia menggambarkan tingkat kepercayaan sedang, terhadap pemerintah dan
persepsi kepatuhan yang rendah terkait dengan COVID-19. Dalam Policy Brief 02
tersebut direkomendasikan eksplorasi terhadap faktor-faktor yang dapat meningkatkan
kepatuhan dan kanal serta instrumen alternatif untuk meningkatkan kerja sama dan
kepatuhan masyarakat dalam penanganan COVID-19.
Tantangan besar bagi masyarakat dalam menghadapi proses adaptasi tentunya tidak
semudah membalikan telapak tangan. Tidak mudah untuk keluar dari “zona nyaman”
yang selama hidup sudah dijalani. Tidak mudah untuk tetap di rumah bagi yang biasa
bertemu dan bertatap muka dengan rekan kerja, teman-teman dan sebagainya. Bahkan,
proses adaptasi ini bisa menimbulkan gangguan psikologis yang serius pada orang-orang
yang mudah tertekan, sehingga penting untuk tetap menjaga kesehatan mental.
Pada kenyataannya, tidak sedikit juga orang yang justru takut menghadapi masa
normal baru ini. Menurut BBC, Dr. Karen Cassiday, psikolog klinis dan direktur
pelaksana The Anxiety Treatment Center di Chicago mengatakan bahwa rasa stres,
cemas, dan panik ketika menghadapi pandemi virus corona, tidak serta merta langsung
hilang saat masuk masa ‘new normal’. Justru, tubuh dan pikiran kembali harus
beradaptasi dengan lingkungan yang baru, di mana semakin buat pikiran jadi semakin
tertekan. Kondisi ini berbeda dengan masalah sehari-hari yang umumnya bisa dihadapi.
Saat pandemi, kondisi seperti ini sudah tidak bisa diselesaikan oleh diri sendiri. Butuh
banyak campur tangan untuk bisa menyelesaikannya. Maka, ketika seseorang tidak bisa
menyelesaikan sebuah masalah, maka perasaan cemas akan muncul. Menanggapi hal ini,
Ikhsan Bella Persada, M.Psi., Psikolog pun juga setuju dengan apa yang dikatakan oleh
Cassiday. Menurutnya, seseorang yang masih takut akibat kondisi normal baru, bisa
dipicu karena seseorang merasa belum aman terkait dengan kondisi yang sedang terjadi.
Alhasil, muncul lagi perasaan cemas yang bisa berdampak pada depresi.
Dalam teori behaviorisme yang menekankan pada penting nya lingkungan dalam
menilai perilaku seseorang memiliki kaitan dengan kesehatan mental. Setiap manusia
hidup berada dalam lingkungan sosial nya. Seseorang yang mampu menjalin hubungan
baik dengan lingkungan nya dan mampu membedakan mana lingkungan yang baik untuk
nya dan mana yang tidak merupakan seseorang yang sehat dalam artian sehat secara
sosial. Dalam teori behaviorisme, lingkungan sangatlah berpengaruh terhadap perilaku
seseorang karena dalam lingkungan tersebut lah seseorang dapat belajar. Apabila
lingkungan nya buruk, tentu perilaku seseorang yang ada dalam lingkungan tersebut
menjadi buruk pula. Seseorang yang berada dalam lingkungan yang baik tentu mental
nya pun akan mendukung pula agar selalu berada dalam keadaan baik.
Psikologi behavioristik menganggap perilaku manusia karena hasil dari belajar
selama hidupnya. Perilaku yang mencerminkan mental yang sehat menurut behavioristik
adalah jika ia dapat mengaplikasikan pengalamannya dalam menghadapi masalah yang ia
hadapi dengan baik. Tapi jika manusia itu tidak dapat menggunakan hasil belajarnya
dengan baik dan justru semakin terjerumus dalam masalah lalu menimbulkan perilaku
atau pikiran yang tidak sesuai serta keputusasaan maka orang itu tersebut dianggap
terganggu kesehatan mentalnya. Manusia juga belajar melalui lingkungan sekitarnya jika
ia belajar dengan orang yang salah dan lingkungan yang salah maka akan menghasilkan
perilaku yang salah juga.
Pribadi yang normal/ bermental sehat adalah pribadi yang menampilkan tingkah
laku yang kuat dan bisa diterima masyarakat pada umumnya, sikap hidupnya sesuai
norma dan pola kelompok masyarakat, sehingga ada relasi interpersonal dan intersosial
yang memuaskan (Kartono, 1989). Sedangkan menurut Karl Menninger, individu yang
sehat mentalnya adalah mereka yang memiliki kemampuan untuk menahan diri,
menunjukkan kecerdasan, berperilaku dengan menenggang perasaan orang lain, serta
memiliki sikap hidup yang bahagia. Saat ini, individu yang sehat mental dapat dapat
didefinisikan dalam dua sisi, secara negatif dengan absennya gangguan mental dan secara
positif yaitu ketika hadirnya karakteristik individu sehat mental. Adapun karakteristik
individu sehat mental mengacu pada kondisi atau sifat-sifat positif, seperti: kesejahteraan
psikologis (psychological well-being) yang positif, karakter yang kuat serta sifat-sifat
baik/ kebajikan (virtues) (Lowenthal, 2006).
Adaptasi diartikan sebagai kapasitas individu untuk mengatasi lingkungan. Yang
merupakan proses tingkah laku umum yang didasarkan atas faktor-faktor psikologis
untuk melakukan antisipasi kemampuan melihat tuntutan di masa yang akan datang
(Gifford, 1980). Dengan demikian, adaptasi merupakan tingkah laku yang melibatkan
perencanaan agar dapat mengantisipasi suatu peristiwa di masa yang akan datang. Salah
satu bentuk ketidakseimbangan dalam beradaptasi adalah tuntutan lingkungan yang
melebihi kapasitas manusia untuk mengatasinya. Salah satu upaya untuk mencapai
keseimbangan adalah melakukan pembiasaan terhadap stimulus yang datang secara
konstan, sehingga kekuatan stimulus melemah (Gustinawati, 1990). Inilah yang disebut
adaptasi, orang dikatakan mampu beradaptasi secara efektif jika dalam situasi menekan,
terjadi keseimbangan, baik dalam aspek psikis maupun fisik. Selanjutnya apabila manusia
tidak dapat beradaptasi dengan baik dan tidak bisa menjaga keseimbangan stimulus
menurut Baum et al (Evans, 1982) maka peristiwa atau tekanan tersebut yang berasal dari
lingkungan akan mengancam keberadaan individu dapat menyebabkan stres. Bila
individu tidak dapat beradaptasi dengan keadaan lingkungannya, maka akan merasa
tertekan dan terganggu dalam berinterkasi dengan lingkungan dan kebebasan individu
merasa terancam sehingga mudah mengalami stres.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan deskripsi pada latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas,
maka masalah yang akan dikaji dalam fokus penelitian ini adalah:
1. Peran kesehatan mental adaptadi diera new normal
2. Faktor yang mempengaruhi kesehatan mentsl dalam beradaptasi diera new
normal
3. Dampak kesehatan mental bagi keberlangsungan hidup diera new normal
C. Tujuan Penelitian
Ada 3 tujuan yang ingin dicapai dalam Penelitian ini:
1. Mendeskrisikan peran kesehatan mental adaptadi diera new normal
2. Mendeskripsikan faktor yang mempengaruhi kesehatan mentsl dalam beradaptasi
diera new normal
3. Mendeskripsikan dampak kesehatan mental bagi keberlangsungan hidup diera new
normal
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran bagi perkembangan ilmu psikologi, serta dapat memperkaya khasanah
keilmuan khususnya dalam bidang psikologi klinis terutama mengenai kesehatan
mental dengan adaptasi di era new normal.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:
a. Objek Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada masyarakat
tentang pengaruh kesehatan mental terhadap adaptasi dalam menjalani
tatanan kehidupan baru setelah menghadapi pandemi COVID-19 secara
positif dan sebaik mungkin. Dan juga diharapkan dapat memberikan
informasi bagaimana seseorang tersebut dapat terus terjaga sehat secara
mentalnya sampai bisa menghadapi tatanan kehidupan baru dengan terbiasa.
b. Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan
pertimbangan dan menambah wawasan untuk meneliti hal yang sama dalam
penelitian selanjutnya mengingat penelitian seputar COVID-19 fenomena
yang baru di dunia.
E. Definisi Istilah
World Health Organization (WHO, 2001), menyatakan bahwa kesehatan mental
merupakan kondisi dari kesejahteraan yang disadari individu, yang di dalamnya terdapat
kemampuan-kemampuan untuk mengelola stres kehidupan yang wajar, untuk bekerja
secara produktif dan menghasilkan, serta berperan serta di komunitasnya.
Adaptasi diartikan sebagai kapasitas individu untuk mengatasi lingkungan. Yang
merupakan proses tingkah laku umum yang didasarkan atas faktor-faktor psikologis
untuk melakukan antisipasi kemampuan melihat tuntutan di masa yang akan datang
(Gifford, 1980). Dengan demikian, adaptasi merupakan tingkah laku yang melibatkan
perencanaan agar dapat mengantisipasi suatu peristiwa di masa yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai