Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Pertama

Nama jurnal : Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia.


Peneliti : T. Setiyowati, M. Sukisno, B.N. Mindyarto.
Tahun : Januari 2009.
Nomor : ISSN 1693-1246.
Judul : Pengajaran Gelombang Elektromagnetik Menggunakan Pendekatan
Teori Intelligensi Ganda Untuk Siswa Kelas X SMA.
Permasalahan : Banyak guru mengajar dengan hanya memperhatikan intelegensi yang
menonjol pada dirinya padahal belum tentu sesuai dengan intelegensi yang menonjol pada siswa.
Maka, seringkali pengajaran guru kurang mengena dan kurang membantu siswa dalam
memahami materi lebih dalam. Secara psikologis siswa menjadi tidak senang belajar dan
akhirnya malas untuk belajar. Proses pembelajaran yang baik adalah jika dalam proses
belajarnya dapat mengarahkan siswa untuk beraktivitas positip. Aktivitas siswa tidak cukup
hanya mendengar dan mencatat seperti lazimnya pengajaran konvensional, tetapi lebih banyak
lagi aktivitas yang hendaknya dilakukan oleh siswa. Penelitian tentang metode pengajaran
dengan menghargai delapan kecerdasan yang ada pada siswa telah dilakukan. Pada umumnya
pengajaran fisika hanya menerapkan kecerdasan matematis-logis dan kecerdasan linguistic.
Pengajaran fisika menggunakan pendekatan teori intelegensi ganda menggunakan kecerdasan
matematis-logis, linguistik, musikal, naturalis, interpersonal, intrapersonal, kinestetik-badani dan
spasial.
Tujuan penelitian : Untuk mengetahui pengaruh penerapan pengajaran gelombang
elektromagnetik menggunakan pendekatan teori intelegensi ganda terhadap hasil belajar siswa
kelas X SMAN 5 Semarang.
Metode : Penelitian dilakukan dengan desain kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Kelompok eksperimen dengan perlakuan pengajaran gelombang elektromagnetik
menggunakan pendekatan teori intelegensi ganda sedangkan pada kelompok kontrol
menggunkan pengajaran konvensional.
Subjek : Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 5 Semarang sebagai populasi.
Sedangkan sampelnya adalah siswa kelas X.
Hasil & pembahasan : Pengajaran gelombang elektromagnetik disampaikan dengan
menggunakan pendekatan teori intelegensi ganda karena dengan pendekatan ini, guru dalam
mengelola kelas memberi kesempatan kepada siswa untuk mempelajari materi gelombang
elektromagnetik sesuai dengan kecerdasan yang dimiliki siswa. Pengajaran gelombang
elektromagnetik dengan metode yang bermacam-macam diharapkan agar setiap siswa pernah
merasakan kepuasan karena pernah berhasil belajar fisika dengan kecerdasan yang menonjol
pada diri siswa. Pada pengajaran konvensional menggunakan asas aktivitas dalam bentuk
mendengarkan, menulis dan oral dalam hal-hal yang sangat terbatas. Sedangkan pada pengajaran
gelombang elekromagnetik dengan pendekatan teori intelegensi ganda memberikan kesempatan
pada siswa untuk melakukan berbagai aktivitas sehingga pengajaran lebih efektif. Analisis tahap
awal bertujuan untuk membuktikan bahwa kedua kelompok berangkat dari kondisi awal yang
sama. Meskipun uji coba metode baru ini yaitu pengajaran materi gelombang elektromagnetik
menggunakan pendekatan teori intelegensi ganda tidak menghasilkan hasil belajar yang lebih
baik dari pengajaran dengan metode konvensional tetapi melalui pengajaran menggunakan
pendekatan teori intelegensi ganda siswa belajar untuk berlatih menggali potensi yang ada pada
dirinya dan dapat lebih menghargai talenta yang telah dianugrahkan Tuhan kepadanya. Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari Fisika sesuai dengan ragam
kecerdasan yang dimilikinya. Metode ini dapat meningkatkan interaksi antara siswa dengan guru
dan juga antara siswa dengan siswa. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas siswa dalam kelas
sedangkan guru hanya sebagai fasilitator saja.
Kesimpulan : Untuk lebih mendukung upaya membiasakan siswa bekerja ilmiah maka
sebaiknya ditindaklanjuti pada mata pelajaran sains lainnya seperti kimia dan biologi.
Pemantauan pada siswa yang diharapkan terbiasa bekerja ilmiah dilakukan dalam jangka waktu
yang panjang. Hanif, M., et al., (2009) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis laboratorium
melibatkan siswa pada pengalaman proses, mengembangkan keterampilan dasar dalam bekerja
ilmiah, mendalami konsep dasar fisika, dan mengembangkan kemampuan siswa bekerjasama.

Jurnal Kedua
Nama jurnal : Jurnal Psikologi.
Peneliti : Agoes Dariyo Dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara,
Jakarta.
Tahun : Juni 2003.
Volume, no. : Vol. 1 No. 1.
Judul : Menjadi Orang Kreatif Sepanjang Masa.
Permasalahan : semua orang ingin menjadi kreatif, tetapi terkadang mereka tidak tahu
cara meningkatkan potensi, bakat, sikap, dan kepribadiannya untuk mewujudkan kreatifitasnya.
Sri Catur Utami Munandar (1997), seorang professor psikologi keberbakatan dan kreatifitas dari
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, menyatakan bahwa kreatifitas merupakan sebuah
proses. Ini artinya bahwa untuk menjadi orang yang kreatif, seseorang harus melakukan
kegiatan-kegiatan yang mengarah pada tujuannya agar dapat tercapai dengan baik. Kreatif tidak
langsung dicapai dalam waktu yang singkat, akan tetapi mungkin memerlukan perjuangan keras
tanpa mengenal putus asa. Kecerdasan saja tidak akan menjamin seseorang untuk menjadi
pribadi yang kreatif, sukses dan bahagia, bila orang itu hanya puas dengan kecerdasannya tanpa
berpikir bagaimana meningkatkan dan mengembangkan potensi-potensi bakatnya secara
maksimal.
Hasil & pembahasan :
a. Setiap orang adalah genius dan kreatif
Tuhan menciptakan manusia dengan kondisi sempurna. Manusia jelas sangat berbeda dengan
binatang. Dari sejak penciptaan Adam dan Hawa sampai masa modern ini, binatang tidak pernah
mencapai kemajuan dan perkembangan yang berarti. Untuk menempuh jarak jauh, binatang tetap
berjalan dengan kaki.
b. Cerdas belum tentu menjadi orang kreatif
Pendidikan nasional kita cenderung hanya menekankan aspek kecerdasan saja. Semua orang
dicetak untuk menjadi pribadi yang cerdas secara akademis yaitu menguasai, menghapal dan
mengingat semua pelajaran-pelajaran yang diajarkan oleh para guru. Oleh karena itu, situasi dan
system pendidikan ini tidak memberi kesempatan bagi murid atau mahasiswa untuk menjadi
orang kreatif.
c. Berpendidikan rendah tetapi kreatif
Secara teoritis sebenarnya orang yang kreatif memiliki kecerdasan yang cukup memadai yaitu
minimal rata-rata atas, bahkan sampai superior. Bila dilakukan pemeriksaan psikologis melalui
psikotest, maka orang yang tergolong memiliki kecerdasan ratarata adalah dengan skor sebesar
90 – 119, sedangkan yang tergolong superior adalah dengan skor 120 - 139. Dengan kapasitas
intelektual tersebut baik yang tergolong rata-rata maupun superior, maka seseorang minimal
akan dapat menyelesaikan pendidikan setingkat SMU – Sarjana strata satu. Mengacu pandangan
teori tersebut, sebenarnya semua orang yang telah memiliki pendidikan SMU sampai sarjana
telah memenuhi syarat intelektual yang cukup memadai untuk menjadi kreatif. Namun
kenyataannya sangat berbeda dengan kondisi yang terjadi di masyarakat, banyak lulusan SMU
dan sarjana yang menganggur tak memiliki pekerjaan yang jelas.
d. Menjadi cerdas dan kreatif
Sejak penemuan teori inteligensi ganda oleh Howard Gardner, maka perkembangan kreativitas
menjadi sangat pesat, karena seseorang tidak lagi merasa alergi terhadap hasil tes inteligensi
yang menekankan aspek skor angka. Gardner membuat sebuah revolusi besar terhadap pemikiran
semua warga dunia terhadap momok psikotest. Masyarakat selama ini berpandangan sangat
sempit. Bahwa anak cerdas hanya dibuktikan dengan nilai pelajaran matematika, fisika, kimia
atau aljabar yang banyak menekankan perhitungan angkaangka. Selain pelajaran tersebut, orang
dianggap tidak cerdas. Setelah melalui berbagai penelitian bertahun-tahun, Gardner
menyimpulkan bahwa tolok ukur kecerdasan tidak harus diukur dengan hasil pemeriksaan
psikotest, tetapi kecerdasan juga dapat dilihat dari karya yang dihasilkan selama hidup seseorang.
e. Berpikir dan bertindak kreatif
Kreativitas bukan hanya sebuah pemikiran yang keluar dari otak seseorang, akan tetapi
merupakan kombinasi dari hasil pemikiran dan komitmen untuk menindaklanjuti ide-idenya agar
terwujud sebuah atau beberapa buah karya/produk kreatif. Oleh karena itu, kreativitas
memerlukan ketekunan dan kasabaran untuk mengerjakan, mengolah, mengevaluasi dan
memperbaiki berbagai karyanya agar dapat dinikmati dan dimanfaatkan guna kepentingan orang
lain. Suatu kreativitas yang hanya dinikmati untuk diri sendiri, dapat dikatakan sebagai sebuah
kreativitas semu, sehingga orang lain tak mungkin dapat mengakui keberadaan kreativitas
seseorang.
h. Berpikir kreatif
Seorang ahli kreatifitas, Edward De Bono, menyatakan bahwa berpikir kreatif merupakan upaya
proses kognitif yang ditandai dengan cara mencari solusi pemecahan yang tepat terhadap suatu
masalah yang sangat urgent (penting dan mendesak) dalam kehidupan seseorang. Berpikir kreatif
adalah sebuah proses artinya kemungkinan seseorang tidak secara langsung akan memperoleh
suatu solusi yang tepat terhadap masalah yang dihadapinya. Karena itu, proses berpikir terus
berkesinambungan dan berkelanjutan guna menganalisa, mengevaluasi dan mengklasifikasikan
masalah-masalah yang sekiranya dapat segera diprioritaskan untuk dipecahkan; serta menunda
pemecahan suatu permasalahan yang rumit, kompleks dan memerlukan waktu, energi serta dana
yang cukup banyak.
i.Perasaan dan mimpi kreatif
Setiap orang tidak dilarang untuk memiliki perasaan kreatif, tetapi yang menjadi penentu apakah
ia akan menjadi orang kreatif atau tidak adalah bagaimana meningkatkan perasaan kreatif
tersebut untuk dijadikan sebagai daya penggerak agar bertindak kreatif. Perasaan kreatif hanya
sebatas pada aspek afektif, emosi atau sesuatu yang dirasakan dalam hati seseorang dan belum
menjadi dasar motivasi dan tindakan kreatif.
j. Bertindak kreatif
Tindakan kreatif adalah suatu keputusan yang dilaksanakan secara berkesinambungan dengan
dasar komitmen untuk menghasilkan suatu karya kreatif. Tindakan kreatif secara langsung tidak
akan menghasilkan karya kreatif, karena karya kreatif dihasilkan melalui kegiatan yang terus-
menerus sesuai dengan suatu ide, pemikiran maupun pandangan yang telah dijadikan dasar
bertindak.
k. Motivasi bertindak kreatif
Motivasi utama orang bertindak kreatif adalah keinginan untuk mengekspresikan potensi, bakat,
intelektual, minat maupun dorongan internal yang tak terbendung agar dapat mewujudkan suatu
karya dan produk kreatif. Orang bertindak kreatif bukan untuk memperoleh pengakuan maupun
penghargaan dari lingkungan social, akan tetapi lebih karena memang dirinya terdorong harus
bertindak kreatif agar menghasilkan produk kreatif.
l. Stabilitas dan kontinyuitas motivasi kreatif
Orang kreatif tidak akan merasa puas dengan karya yang sudah dihasilkannya. Ia selalu akan
mencoba untuk mengevaluasi kekurangan dan kelebihan karya-karyanya yang telah dihasilkan di
masa lalu, untuk perbaikan di masa yang akan datang sehingga karyakarya yang dihasilkannya
semakin matang dan berkualitas. Perasaan tidak puas terhadap karya di masa lalu dianggap
sebagai sesuatu yang positif untuk pengembangan diri terus-menerus.
Kesimpulan : Menjadi orang Kreatif merupakan sebuah proses jangka panjang,
sehingga setiap orang harus mengembangkan potensi kreatifnya sejak awal agar keinginan
menjadi kreatif benar-benar terwujud dengan baik. Tidak ada rumus maupun resep yang jitu
untuk mewujudkan pribadi yang kreatif, akan tetapi yang ada adalah bagaimana usaha setiap
orang untuk menjadi kreatif. Banyak usaha dan banyak jalan untuk menjadi kreatif, tetapi
semuanya tergantung dari masing-masing individu. Taraf pendidikan bukanlah jaminan bagi
seseorang untuk menjadi kreatif, akan tetapi pendidikan memberi sumbangan besar bagi
seseorang untuk memungkinkan berpikir kreatif. Bila seseorang sudah menjadi kreatif, maka
yang menjadi tuntutan ialah bagaimana mempertahankan dan meningkatkan karya-karya kreatif.
Dengan demikian, keberadaan dirinya diterima dan diakui oleh masyarakat luas. Dalam dunia
seni kontemporer, tuntutan peningkatan kualitas suatu karya yang kreatif, menjadi kebutuhan
penting yang harus selalu diperhatikan oleh setiap orang. Dengan demikian, orang kreatif selalu
sadar dan terpacu untuk belajar secara terus-menerus guna pengembangan diri tanpa henti. Cara
ini adalah paling efektif untuk menjadi kreatif sepanjang masa.

Sumber Rujukan :
Setiyowati. T, dkk. (2009, Januari). Pengajaran Gelombang Elektromagnetik Menggunakan
Pendekatan Teori Intelligensi Ganda Untuk Siswa Kelas X SMA. Jurnal Pendidikan Fisika
Indonesia 5 (2009) 20-25.
Dariyo, Agus. (2003, Juni). Menjadi Orang Kreatif Sepanjang Masa. Jurnal Psikologi Vol. 1 No.
1,.

Anda mungkin juga menyukai