Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Refleksi 1.

3
Monday, 24 October 2022, 8:57 AM

by MIZA SUTERA DEWI (Uta)

FACT(Peristiwa)

Setelah mempelajari modul 1.3 tentang visi saya harus merefleksi diri lagi tentang tujuan saya
menjadi seorang guru. pada modul ini kita diminta untuk membuat gambar imajinasi tetang
murid masa depan impian kita. karena saya tidak begitu pandai menggambar, jadilah saya
merangkai gambar yang sudah ada untuk merepresentasikan murid impian masa depan saya.
Kemudian kita juga diminta membuat visi sendiri yaitu ''Mewujudkan peserta didik unggul dan
berprestasi dengan karakter profil pelajar pancasila serta mampu bersaing di era global".

FEELINGS (Perasaan)
Awalnya saya bingung bagaimana membuat gambar murid masa depan dan membuat visi
sendiri, lalu setelah saya pahami lagi dan cari literasi dan referensi lainnya akhirnya saya bisa
juga menyelesaikan tugas tugas tentang murid masa depan dan visi guru penggerak. Hal ini
membuat saya bahagia dan senang sekali, namun ada tantangan juga apakah saya bisa
mewujudkan harapan dan visi saya tersebut.? Apa langkah yang saya lalkukan untuk
merealisasikannya.?

FINDING (Prmbelajaran)

Pendekatan Inkuiri Apresiatif bisa saya terapkan untuk membuat perubahan mewujudkan visi
yang telah dirancang. Pendekatan ini merupakan manajemen perubahan yang dilakukan
secara kolaboratif yang menjadi kekuatan dengan menggunakan prinsip utama menggali
semua hal positif yang dimiliki. Pendekatan ini lebih ter arah dengan menggunakan kanvas
BAGJA (Buat pertanyaan, ambil pelajaran, gali mimpi, jabarkan rencana dan atur eksekusi).
Melalui kanvas bagja tersebut kita bisa menyusun langkah untuk mewujudkan visi kita.
Perubahan yang terjadi tidak harus langsung besar, tapi dengan perubahan kecil yang positif
dan berhasil nantinya akan menjadi perubahan besar.

FUTURE (Penerapan)

saya akan berusaha menerapkan visi yang sudah saya rencanakan yang menjadi harapan
kedepannya dengan melakukan perubahan kecil terlebih dahulu dengan menggunakan kanvas
BAGJA dan selalu berkolaborasi dengan rekan sejawat ataupun siswa untu menggali semua
hal positif yang dimiliki untuk dikembangkan menjadi perubahan yang positif juga.

Refleksi 1.4
Monday, 7 November 2022, 8:56 AM

by MIZA SUTERA DEWI (Uta)

FACT(Peristiwa)

Setelah mempelajari modul 1.4 tentang Budaya Positif saya harus merefleksi diri lagi tentang
pemikiran dan pandangan saya terhadap sesuatu. modul ini mengajarkan saya tentang banyak
hal, mulai dari posisi kontrol, posisi kontrol mana yang sering saya lakukan selama ini baik itu
dirumah maupun disekolah. Kemudian tentang kebutuhan dasar manusia serta membuat
kesepakatan hingga tercapai keyakinan kelas. lalu terakhir dalam penyelesaian masalah
menggunakan pendekatan segitiga restitusi yang menguatkan sisi positif anak.

FEELINGS (Perasaan)

pada sesi ini saya merasa complecated, disaat kondisi kesehatan saya menurun membuat saya
tidak fokus, saya sedih, saya down, saya kecewa pada diri sendiri, ingin menyerah rasanya.
Saya menyadari positive mindset sudah menipis. akhirnya saya berusaha lagi untuk
membangun energi positif yang saya miliki untuk menyelesaikan ini, tentunya dengan dukungan
keluarga, fasil, PP, teman dan rekan cgp lainnya. meskipun terlambat alhamdulillah saya
senang bisa juga mengerjakannya.

FINDING (Prmbelajaran)

Budaya positif harus dimulai dengan diri yang positif juga terlebih dahulu. Belajar disiplin positif
yang merupakan suatu cara penerapan disiplin tanpa kekerasan dan ancaman yang dalam
praktiknya melibatkan komunikasi tentang perilaku yang efektif. Belajar tentang posisi kontrol
guru sebagai Penghukum, Pembuat Orang Merasa Bersalah, Teman, Monitor dan Manajer.
Belajar tentang Kebutuhan dasar manusia : Kebutuhan untuk bertahan hidup (survival), Cinta
dan kasih sayang (love and belonging), Kebebasan (freedom)kesenangan (fun), Kekuasaan
(power). Belajar tentang keyakinan kelas dan segitiga Restutusi yang merupakan suatu proses
menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa
kembali pada kelompok mereka dengan karakter yang lebih kuat.

FUTURE (Penerapan)

saya akan berusaha menerapkan budaya positif ini dalam diri, pada anak saya serta pada
siswa dalam pembelajaran di sekolah.
Refleksi 2.1
Thursday, 17 November 2022, 11:31 AM

by MIZA SUTERA DEWI (Uta)

Edited by MIZA SUTERA DEWI (Uta), Thursday, 17 November 2022, 11:31 AM


Peristiwa

modul 2.1 merupakan pembelajaran berdiferensiasi yang mana kita harus menciptakan
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan murid. Pembelajaran dimulai dari diri, lalu
eksplorasi konsep, lanjut berkolaborasi dan elaborasi yang dibimbing oleh fasil dan instruktur.

Perasaan

modul ini menjadikan kita untuk introspeksi diri lagi apakah kita sebagai guru sudah
menciptakan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan murid. Ada perasaan ragu untuk
menjawab sudah, karena selama ini kita belum terlalu mengidentifikasi pembelajaran yang
sesuai dengan kebutuhan murid. setelah mempelajari modul ini saya jadi bersemangat untuk
menerapkan pembelajaran berdiferensiasi.

Pembelajaran

Permbelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal yang di buat guru
yang berorientasi pada kebutuhan murid. Terdapat 3 aspek kebutuhan belajar murid yaitu
kesiapan belajar, minat belajar dan profil belajar murid. Kemudian dalam pembelajaran
berdiferensiasi perlu juga memperhatikan 3 strategi yaitu diferensiasi konten, diferensiasi
proses dan diferen siasi produk. Terakhir dalam penilaian dilakukan penilaian berkelanjutan dan
berjenjang yaitu selama proses dan setelah proses.

Penerapan

Semoga kita bisa menerapkan pembelajaran berdiferensiasi yang memperhatikan kebutuhan


belajar murid. Mengidentifikasi kebutuhan belajar murid bisa dilakukan dengan angket,
pengamatan, wawancara, melihat rapor atau nilai siswa serta bisa juga bertanya pada rekan
sejawat lainnya.

REFLEKSI MODUL 2.2


Thursday, 24 November 2022, 7:40 PM

by MIZA SUTERA DEWI (Uta)

Facts (Peristiwa):

Pembelajaran di Mulai dari diri, Eksplorasi konsep, Ruang kolaborasi, Demonstrasi kontekstual,
Elaborasi pemahaman, Koneksi antar materi, dan Aksi nyata.

Pembelajaran sosial dan Emosional berbasis kesadaran penuh (Mindfulness sosial emotional
learning) dan Well Being merupakan latihan kesadaran penuh dalam kondisi nyaman, sehat,
dan bahagia. Ada 5 Kompetensi Sosial Emosional (KSE) yaitu; Kesadaran diri, Pengelolaan diri,
Kesadaran sosial, Keterampilan relasi, dan Pengambilan Keputusan yang bertanggung jawab.

Penerapan teknik STOP (Stop- Berhenti, Take e deep breathe- Tarik napas dalam, Observe-
Amati, Proceed- Lanjutkan) bisa membuat diri lebih tenang dan bisa berfikir jernih untuk
melanjutkan pekerjaan selanjutnya.

Feelings (Perasaan):

Awalnya saya bingung bagaimana penerapan pembelajaran sosial dan emosional ini, namun
setelah di pahami ternyata bagus sekali untuk bisa di terapkan dalam pembelajaran, terutama
dimulai dari diri sendiri terlebih dahulu, disini kita belajar bagaimana menumbuhkan kesadaran
diri, memanajemen atau mengendalikan diri, lalu bagaimana berempati pada sesama dan
membangun relasi serta bisa mengambil keputusan yang bertanggung jawab.

Ternyata pembelajaran ini sangat penting dan berguna, bukan hanya bagi guru dan murid,
tetapi juga bagi komunitas sekolah. Pembelajaran sosial dan emosional merupakan
pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif bagi seluruh komunitas sekolah. Proses
kolaborasi sebenarnya memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah untuk memperoleh
dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan
emosional

Findings (Pembelajaran):

Pembelajaran Sosial dan Emosional berbasis Kesadaran Penuh (MindfulnessBased Social


Emotional Learning) dan Well Being adalah pembelajaran yang dilaksanakan secaara
kolaboratif di sekolah dengan kesadaran penuh dalam kondisi sehat nyaman dan bahagia.
Mindfulness and well being dapat dicapai dengan menerapkan latihan pernapasan STOP. PSE
terdiri dari 5 KSE yakni, kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan relasi,
dan pengambilan keputusan yang bertanggungjawab. Menggunakan 3 teknik penerapan yaitu,
rutin, terintegrasi dengan mata pelajaran, dan protokol.
Future (Penerapan):

Dalam menerapkan pembelajaran Sosial Emosional (PSE) ini menggunakan tiga teknik, yaitu:
Rutin, Terintegrasi dalam mata pelajaran, dan Protokol. Penerapan PSE secara rutin di sekolah
dimasukkan dalam jadwal rutin yang dilakukan di sekolah, seperti apa yang telah dicapai murid
selama pembelajaran berlangsung. Penerapan PSE secara terintegrasi dengan mata pelajaran
dihubungkan dengan penyelesaiaan kasus-kasus yang dialami oleh murid di kelas, di rumah
atau di lingkungan sekitarnya. Sedangkan untuk penerapan PSE dalam lingkup protokol dapat
diimplementasikan dalam bentuk tata tertib sekolah.

Anda mungkin juga menyukai