PESERTA DIDIK
MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK
A systematic literature review (SLR)
Untuk memenuhi mata kuliah Teori Konseling Kelompok
Dosen Pengampu : Ulya Makhmudah, M.Pd.
Kelompok 6 :
Ayu Deviani Cahyaningtiyas (K3120014/5A)
ABSTRACT
This research was conducted to find out the efforts to increase Self Esteem for students
through Guidance and Counseling services. The purpose of this study was to determine
the increase in self-esteem using group 2eknik2ling services. The method used in this
study is Systematic Literature Review (SLR) through meta-synthesis data analysis
techniques. Of all the articles and journals that the authors analyzed, most of these
articles and journals used the CBT (cognitive behavior therapy) approach. Then the
authors also found that there were several techniques used to increase self-esteem for
students through group 2eknik2ling services, namely by using cognitive restructuring
techniques, problem solving techniques, self-instruction techniques, thought stopping
techniques, assertive training techniques, expressive writing techniques, and spirituality-
cognitive restructuring techniques.
Keywords : Group Counseling, Self-Esteem, Guidance and Counseling.
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui upaya meningkatkan Self Esteem bagi peserta
didik melalui layanan Bimbingan dan Konseling. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
peningkatan Self Esteem menggunakan layanan konseling kelompok. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Systematical Literature Review (SLR) melalui
2eknik analisis data meta-sintesis. Dari keseluruhan artikel dan jurnal yang penulis
analisis, kebanyakan dari artikel dan jurnal ini menggunakan pendekatan CBT (cognitive
behavior therapy). Kemudian penulis juga menemukan ada beberapa Teknik yang
digunakan dalam uaya meningkatkan self esteem bagi peserta didik melalui layanan
konseling kelompok, yaitu dengan menggunakan Teknik cognitive restructuring, Teknik
problem solving, Teknik self instruction, Teknik thought stopping, Teknik Assertive
Training, Teknik expressive writing,dan Teknik spirituality-cognitive restructuring.
Kata Kunci: Konseling Kelompok, Harga Diri, Bimbingan dan Konseling.
PENDAHULUAN
Usia remaja, pada masa ini seseorang akan mengalami perubahan secara
psikologis maupun perubahan yang terjadi pada fisiknya. Masa remaja adalah masa
transisi antara anak dengan periode dewasa, terentang usia sekitar 12/13 tahun sampai
usia 19/20 tahun, yang ditandai dengan perubahan dalam aspek biologis, kognitif, dan
sosioemosional. Pada masa remaja ini terjadi pergejolakan dalam diri remaja, seperti yang
di ungkapkan oleh Laurence Steinberg (Yusuf dan Sugandhi,2011:78) “periode remaja
mengalami 3 perubahan yang fundamental yakni perubahan biologis, kognisis, dan soaial.
Dalam melaksanakan tugas perkembangannya, remaja mengalami banyak ancaman dan
tantangan yag berasal dari dalam dirinya maupun dari lingkungannya.”
Menurut Baron, Branscombe, Byne (2008), dan Barrnett (2009), pada dasarnya
para remaja menghendaki adanya pengertian dari eksistensi mereka dalam kehidupan
bermasyarakat. Oleh karena itu, baik dalam keluarga maupun masyarakat perlu
dimengerti bahwa remaja membutuhkan pengakuan akan keberadaannya. Sementara itu
masa remaja merupakan masa transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang
mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial emosional.
Brigman dan Campbell (2003) menemukan bahwa perkembangan self-esteem
individu cenderung menurun di usia remaja sejalan dengan berkembangnya kognitif
mereka dalam memahami hubungan sebab-akibat, mempertanyakan kondisi berdasarkan
nilai yang dimiliki dan semakin menyadari pandangan diri serta orang lain terhadap
mereka. Kondisi ini dipertegas lagi dari pendapat para peneliti yang menemukan bahwa
harga diri sering kali mengalami transisi dari sekolah dasar menuju sekolah menengah,
yakni harga diri cenderung meningkat di akhir sekolah dasar dibandingkan di awal
sekolah menengah, khususnya di tahun pertama setelah transisi. Setiap remaja ingin
merasakan akan kebutuhan tentang keberadaannya yang dapat memberikan perasaan
bahwa remaja berhasil, mampu dan berguna.
Menurut (Ali dan Asrori, 2006:99) mengatakan bahwa masa remaja adalah masa
yang potensial dalam tahap perkembangan, baik dari segi prestasi juga kemampuan
berkembang secara sosial. Banyak hal yang mendorong remaja untuk melakukan
berbagai hal dari rasa ingin tau yang dimilikinya, dari keinginan untuk berkumpul dengan
teman sebaya baik dalam lingkungan sosial masyarakat dan teman-teman dilingkungan
sekolahnya. Dari hal tersebut kemampuan remaja dalam menjalin interaksi dengan orang
lain sangat penting. Namun tidak jarang kita menemukan fenomena pada remaja, banyak
remaja mengalami kesulitan dalam berhubungan sosial, baik kurangnya kemampuan
siswa dalam bergaul, beradaptasi dengan lingkungan baru, minder, siswa atau remaja
yang sulit memulai pertemanan dengan orang baru, sulit berkomunikasi dengan guru,
tidak berani mengungkapkan pendapat, siswa yang hanya memiliki satu teman kelompok
itu saja. Sekolah menjadi salah satu tempat untuk remaja mempersiapkan hidup yang
lebih baik dimasa depannya namun hanya saja yang menjadi tuntutan pendidikan saat ini
yaitu meningkatkan kemampuan kognitif anak dengan cara memberikan materimateri
sebanyak mungkin untuk menunjang masa depannya.
Sekolah memiliki peran penting dalam upaya membangun kualitas sumber daya
manusia melalui proses belajar mengajar. Pada keseluruhan proses pendidikan di sekolah,
proses belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok yang harus dilaksanakan.
Berhasil tidaknya tujuan pendidikan sangatlah bergantung kepada proses belajar
mengajar yang dilakukan. Pemahaman dasar tentang pertumbuhan dan perkembangan
peserta didik diperlukan oleh guru untuk mengembangkan basis pengetahuan,
keterampilan, dan sikap mereka sesuai dengan tahap kehidupannya (Danim 2014:11).
Tidak mengherankan jika dewasa ini banyak sekali permasalahan peserta didik yang
sangat kompleks di luar permasalahan kecerdasan intelektual. Penggunaan sistem
hukuman pun masih kerap dilakukan terhadap siswa yang mengakibatkan melemahnya
harga diri (self esteem) siswa tersebut dan membuat siswa terkadang merasa rendah diri
dan tidak berdaya.
Menurut Guindon (2010) self esteem adalah sikap, komponen evaluatif diri,
penghakiman afektif ditempatkan pada konsep diri yang terdiri dari perasaan berharga
dan penerimaan yang dikembangkan dan dipelihara sebagai konsekuensi dari kesadaran
kompetensi dan umpan balik dari dunia luar.
Self esteem merupakan kebutuhan dasar setiap individu. Berdasarkan hirarki
kebutuhan Abraham Maslow, kebutuhan akan penghargaan (esteem needs) mendapatkan
tempat ke 4, yang artinya jika kebutuhan ini tidak dipenuhi maka kebutuhan dibawahnya
(aktualisasi diri) pun tidak akan terpenuhi. Kebutuhan ini mencakup penghormatan diri,
kepercayaan diri, kemampuan, dan pengetahuan yang orang lain hargai tinggi.
Remaja memerlukan self esteem yang baik agar mencapai keberhasilan dalam
aspek akademis, hubungan sosial serta kesehatan mental. Menurut Bos, Murris, Mulkens,
dan Schaalma (2006:40) “self esteem merupakan konstruk penting yang berkorelasi
dengan prestasi akademik, hubungan sosial, serta masalah psikopatologi pada anak
remaja.” Sehingga dapat disimpulkan bahwa individu dengan self esteem rendah
menunjukan keberhasilan yang rendah di sekolah.
Guru BK bertugas untuk memberikan layanan bimbingan dan konseling dalam
bidang pribadi, sosial, belajar, karir, kehidupan berkarya, dan kehidupan beragama.
Layanan bimbingan dan konseling ini memiliki peranan yang penting dalam
pengembangan diri siswa, khususnya self esteem atau harga diri siswa yang termasuk
dalam bidang pribadi sosial. Layanan BK berfungsi untuk memfasilitasi berkembangnya
karakteristik pribadi siswa secara optimal. “menurut Prayino (2004:ii) jenis layanan BK
meliputi: layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan dan penyaluran,
layanan penguasaan konten, layanan konseling perseorangan, layanan bimbingan
kelompok, layanan konseling kelompok, layanan konsultasi, layanan mediasi”.
Sukardi (2008:68) layanan konseling kelompok yaitu layanan bimbingan
konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh kesempatan untuk pembahasan
dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok. Konseling
kelompok mengaktifkan dinamika kelompok untuk membahas berbagai hal yang berguna
bagi pengembangan, pribadi dan pemecahan masalah individu yang menjadi peserta
kegiatan kelompok.
METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan Systematic Literature Review (SLR)
dengan sumber data berasal dari literatur jurnal yang di di ambil melalui google
scholars.Systematic literature review adalah metode penelitian untuk melakukan
identifikasi, evaluasi dan interpretasi terhadap semua hasil penelitian yang relevan terkait
pertanyaan penelitian tertentu, topik tertentu, atau fenomena yang menjadi perhatian.
Systematic Literature Review (SLR) didefinisikan sebagai proses
mengidentifikasi, menilai dan menafsirkan semua bukti penelitian yang tersedia dengan
tujuan untuk menyediakan jawaban untuk pertanyaan penelitian secara
spesifik (Kitchenham et al., 2009). Systematic Literature Review (SLR) dilakukan dalam
tiga tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan tinjauan literatur.
Karakteristik anak dengan self esteem (harga diri) yang rendah menurut Clemes
dan Bean dalam (Freist Jess & Feist. Gregory J. 2011 : 45) diantaranya :
1) Menghindari situasi yang dapat mencetuskan kecemasan
2) Merendahkan bakat dirinya
3) Merasa tak ada seorangpun yang menghargainya
4) Menyalahkan orang lain atas kelemahannya sendiri
5) Mudah dipengaruhi oleh orang lain
6) Bersikap defensif dan mudah frustrasi
7) Merasa tidak berdaya
8) Menunjukkan jangkauan perasaan dan emosi yang sempit
Harrison (Kurnanto,2013:7), “Konseling kelompok adalah konseling yang terdiri
dari 4-8 konseli yang bertemu dengan 1-2 konselor. Dalam prosesnya, konseling
kelompok dapat membicarakan beberapa masalah seperti kemampuan dalam membangun
hubungan dan komunikasi, pengembangan harga diri, dan ketrampilan-ketrampilan
dalam menghadapi masalah.” Berdasarkan pendapat Harrison dapat disimpulkan bahwa
konseling kelompok merupakan kegiatan konseling yang dilakukan secara berkelompok
yang bertujuan untuk mengentaskan masalah anggota kelompok yang berkenaan dengan
masalah komunikasi, harga diri, dan problem solving, dan lain-lain.
Berdasarkan hasil analisis penulis dari ke 15 artikel yang diteliti upaya dalam
meningkatkan self esteem melalui konseling kelompok lebih efektif dan lebih banyak
perubahan Ketika menggunakan Teknik cognitive restructuring, Teknik problem solving,
Teknik self instruction, Teknik thought stopping, Teknik Assertive Training, Teknik
expressive writing. Namun, dalam salah satu artikel dan jurnal yang menggunakan Teknik
spirituality-cognitive restructuring ternyata belum berhasil karena pada saat Pelaksanaan
layanan konseling kelompok cenderung kurang memiliki persiapan yang matang.
Persiapan cenderung dilakukan hanya berselang sehari atau tidak jarang dilakukan
beberapa menit setelah melakukan keputusan untuk melakukan intervensi pada yang
bersangkutan.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian artikel dan jurnal yang sudah penulis teliti, dapat di Tarik
kesimpulan bahwa Self-esteem (harga diri) pada peserta didik sangat erat kaitannya
dengan pencarian jati diri , sehingga ia dapat menjelaskan dan memahami siapa dirinya
dan apa peranannya. Kemudian dalam upaya meningkatkan self esteem pada peserta
didik sekolah memiliki peran penting didalamnya, khususya Guru BK yang bertugas
untuk memberikan layanan bimbingan dan konseling dalam bidang pribadi, sosial,
belajar, karir, kehidupan berkarya, dan kehidupan beragama. Layanan bimbingan dan
konseling ini memiliki peranan yang penting dalam pengembangan diri siswa,
khususnya self esteem atau harga diri siswa yang termasuk dalam bidang pribadi sosial.
Layanan BK berfungsi untuk memfasilitasi berkembangnya karakteristik pribadi siswa
secara optimal. Dengan menggunakan pendekatan CBT (cognitive behavior therapy).
Serta menggunakan Teknik cognitive restructuring, Teknik problem solving, Teknik self
instruction, Teknik thought stopping, Teknik Assertive Training, Teknik expressive
writing, harapannya agar peserta didik dapat meningkatkan self esteem dalam dirinya.
REFERENSI
Kaur, Jagpreet, Rana, J.S & Kaur, Rupinder. (2009). Home environment and academic
achievement as correlates of self-esteem among adolescents. Department of Educational.
Evita, T.O.A. 2014. Peningkatan Self Esteem Siswa Kelas X Menggunakan Layanan Konseling
Kelompok. Universitas Lampung
Ni’mah, R. 2015. Upaya Meningkatkan Self Esteem Melalui Layanan Konseling Kelompok
Dengan Teknik Assertive Training Pada Siswa Kelas XI IPS 1 SMA 1 Jekulo Kudus Tahun
Pelajaran 2014/2015.
Mujiyati. 2015. Peningkatan Self Esteem Siswa Korban Bullying Melalui Teknik Assertive
Training. Jurnal Fokus Konseling Vol. 1 No. 1 (1-12)
Amalia, H. 2016. Pelatihan Teknik Assertivitas Untuk Meningkakan Self Esteem Korban
Bullying. Jurnal Psikologi Vol. 2 No. 1
Windaniati, 2013. Meningkatkan Self Esteem Melalui Teknik Assertive Training Pada Siswa
Kelas XI TMO 1 SMK 1 Semarang. Jurnal Penelitian Pendidikan Vol. 30 No. 2 Tahun 2013.
Siska Marya Susanti et.all. Peningkatan Perilaku Self Esteem Dengan Layanan Konseling
Kelompok Pada Siswa Kelas VIII. Jurna Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Lampung,
2015.